Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
GALUH KIKIANY S.
201610500211006
sehingga kegiatan ilmu ilmu itu dapat dimengerti sesuai dengan kekhasannya masingmasing (Verhaak, dkk, 1995).
Setelah psikologi berpisah dengan filsafat dan berdiri sendiri sebagai sebuah cabang ilmu
yang baru; nampaknya psikologi, melalui berbagai penelitiannya berusaha memberikan
gambaran bahwa psikologi mengikuti aturan-aturan penelitian yang berlaku dengan
menggunakan cara yang sistematik dan metodologis sehingga hasil penelitiannya dapat
dipertanggungjawabkan secara empirik. Filsafat ilmu, sebagai salah satu cabang filsafat,
memberikan sumbangan besar bagi perkembangan ilmu psikologi. Sesuai dengan
tindakan agresif yang dilakukan oleh manusia tidak terjadi begitu saja, melainkan merupakan
respons dari bagian-bagian tertentu didalam syaraf pusat manusia terhadap stimulus tertentu,
sehingga tanpa dibendung, ia mampu melakukan tindakan agresif.
Idealisme adalah bersifat spiritual (oleh sebab itu, aliran ini sering disebut juga
spiritualisme). Para idealis percaya bahwa ada kekuatan atau kenyataan spiritual dibelakang
setiap penampakan atau kejadian. Esensi dari kenyataan spiritual dibelakang setiap
penampakan atau kejadian. Esensi dari kenyataan spiritual ini adalah berpikir (res cogitans).
Karena kekuatan atau kenyataan spiritual tidak bisa diukur atau dijelaskan berdasarkan pada
pengamatan empiris, maka kita hanya bisa menggunakan metafor-metafor kesadaran
manusia. Jika kenyataan pada dasarnya bersifat spiritual atau nonfisik, maka hal-hal yang
bersifat ideal dan normatif, seperti agama, hukum, nilai, cita-cita atau ide, memegang peran
penting dalam kehidupan. Hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, serta
agama dan nilai dalam kehidupan sosial dan pribadi, merupakan norma-norma yang
menggerakkan perilaku manusia dan masyarakat manusia. Norma-norma atau nilai-nilai
tersebut adalah panduan dan sekaligus sasaran kearah mana manusia hendak menuju atau
kearah mana perilaku manusia diarahkan untuk mewujudkannya. Jika perilaku manusia
diarahkan pada nilai-nilai atau norma-norma, maka hidup manusia adalah bertujuan
(teleologis), yakni hendak menggapai dan sekaligus mengaktualisasikan nilai, norma, atau
hukum. Perilaku manusia mengandung maksud dan tujuan, bukan semata-mata bergerak
secara mekanis. Penggerak utama perilaku bukan kekuatan eksternal, melainkan internal,
yakni jiwa, yang hendak mewujudkan dirinya dalam menggapai nilai-nilai pribadinya dan
norma-norma atau hukum-hukum masyarakat dan agamanya.
Dalam psikologi salah satunya filsafat manusia memiliki hubungan dengan psikologi
behavioristik dimana dalam filsafat manusia menjalaskan pada aliran materialism bahwa
setiap gejala dan setiap gerak manusia dapat dijelaskan menurut hukum stimulus-respon.
Salah satu teori belajar yang menghubungkan antara stimulus dan respons adalah teori
conditioning yang dikenalkan oleh Ivan Petrovich Pavlov, teori Classic Conditioning
(pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui
percobaannya terhadap anjing, dimana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan
stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan.
Sehingga pada teori ini menjelaskan bahwa perilaku yang muncul bukan perilaku yang
begitu saja terjadi tetapi perilaku yang muncul diakibatkan oleh stimulus yang muncul
sehingga otak atau syaraf merespon stimulus tersebut dan memunculkan perilaku dari respon
stimulus.
3. Filsafat Pendidikan
Filsafat pendidikan (philosophy of education) adalah cabang filsafat yang mempelajari
hakekat pendidikan sebagai suatu proses transformasi pengetahuan kepada individu.
Hakekat pendidikan sebagai objek dari filsafat pendidikan memiliki ruang lingkup kajian
yang meliputi hakekat proses belajar, hakekat kedudukan individu dalam proses pendidikan,
hakekat kedudukan guru dalam proses pendidikan dan hakeket metode belajar dalam
memperoleh ilmu pengetahuan (Hanurawan, 2012). Filsafat pendidikan bersifat preskriptif,
analitik dan spekulatif (Rukiyati & Purwastuti, 2015). Filsafat bersifat preskriptif artinya
filsafat pendidikan mengkhususkan tujuan-tujuannya, yaitu bahwa pendidikan seharusnya
mengikuti tujuan-tujuan itu dan cara-cara yang umum harus digunakan untuk mencapai
tujuan-tujuan tersebut. Filsafat pendidikan bersifat analitik tatkala filsafat pendidikan
berupaya menjelaskan pernyataan-pernyataan spekulatif dan preskriptif, menguji rasionalitas
ide-ide pendidikan, baik konsistensinya dengan ide-ide yang lain maupun cara-cara yang
berkaitan dengan adanya distorsi pemikiran. Konsep-konsep pendidikan diuji secara kritis;
demikian pula dikaji juga apakah konsepkonsep tersebut memadai ataukah tidak ketika
berhadapan dengan fakta yang sebenarnya. Bersifat spekulatif artinya bahwa filsafat
membangun teori-teori tentang hakikat manusia, masyarakat dan dunia dengan cara
menyusunnya sedemikian rupa dan menginterpretasikan berbagai data dari penelitian
pendidikan dan penelitian ilmu-ilmu perilaku (psikologi behavioristik). Pada psikologi
behavioristik membahas bagaimana teori ini berkembang menjadi aliran psikologi belajar
yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan
pembelajaran yang di kenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada
terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar (Sutrisno, 2014)
Sehingga filsafat pendidikan sebagai sesuatu cabang filsafat yang mempelajari hakekat
pendidikan memiliki hubungan yang sangat kuat dengan cabang psikologi yang biasanya
dikenal dengan psikologi pendidikan karena memiliki peran penting dalam proses belajar
antara anak didik dan pendidik karena dalam psikologi pendidikan teori-teori tersebut
terutama teori behavioristik dapat diterapkan dalam proses belajar.
REFRENSI