Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dan
myosin),
ephinephrine
dan
norephinephrin,
oxytocin
dan
prostaglandin.4
2. Untuk menimbulkan aktifitas uterus yang cukup untuk perubahan serviks dan
penurunan janin tanpa meyebabkan hiperstimulasi uterus atau komplikasi
janin
3. Agar terjadi pengalaman melahirkan yang alami dan seaman mungkin dan
memaksimalkan kepuasan ibu
C. Indikasi Induksi Persalinan3,7
Induksi diindikasikan hanya untuk pasien yang kondisi kesehatannya atau
kesehatan janinnya berisiko jika kehamilan berlanjut. Induksi persalinan mungkin
diperlukan untuk menyelamatkan janin dari lingkungan intra uteri yang potensial
berbahaya pada kehamilan lanjut untuk berbagai alasan atau karena kelanjutan
kehamilan membahayakan ibu.
Indikasi melakukan induksi persalinan antara lain:
1. Ibu hamil tidak merasakan adanya kontraksi atau his. Padahal kehamilannya
sudah memasuki tanggal perkiraan lahir bahkan lebih (sembilan bulan lewat).
2. Induksi juga dapat dilakukan dengan alasan kesehatan ibu, misalnya si ibu
menderita tekanan darah tinggi, terkena infeksi serius, atau mengidap diabetes.
3. Ukuran janin terlalu kecil, bila dibiarkan terlalu lama dalam kandungan diduga
akan beresiko/membahayakan hidup janin.
4. Membran ketuban pecah sebelum ada tanda-tanda awal persalinan.
5. Plasenta keluar lebih dahulu sebelum bayi.
Induksi persalinan umumnya dilakukan dengan bermacam-macam indikasi,
dapat karena indikasi dari ibu maupun janin.
1. Indikasi ibu:
a. Kehamilan dengan hipertensi
b. Kehamilan dengan diabetes mellitus
c. Perdarahan antepartum tanpa kontraindikasi persalinan pervaginam
2. Indikasi janin:
a. Kehamilan lewat bulan
b. Ketuban pecah dini
c. Kematian janin dalam rahin
d. Pertumbuhan janin terhambat
e. Isoimmunisasi-Rhesus
f. Kelainan kongenital mayor
Kehamilan post-term
DM terkontrol baik
Kematian intrauterin pada kehamilan sebelumnya
Kematian janin
Problem logistik (persalinan cepat, jarak ke rumah sakit)
Disproporsi sefalopelvik
Insufisiensi plasenta
Malposisi dan malpresentasi
Plasenta previa
Gemelli
Distensi rahim yang berlebihan
Grandemultipara
Cacat rahim
F. Proses Induksi
Ada dua cara yang biasanya dilakukan untuk memulai proses induksi, yaitu
kimia dan mekanik. Namun pada dasarnya, kedua cara ini dilakukan untuk
mengeluarkan zat prostaglandin yang berfungsi sebagai zat penyebab otot rahim
berkontraksi. Keberhasilan induksi persalinan tergantung kondisi serviks yang
matang. Yang dimaksud serviks yang matang yaitu lembut, anterior, penipisannya
lebih dari 50% dan dilatasi 2 cm atau lebih.
Metode farmakologis/ kimia diantaranya yaitu pemberian prostaglandin E2
(dinoprostone, cervidil, dan prepidil), prostaglandin E1 (Misoprostol atau
cytotec), dan donor nitrit oksida. Sedangkan ynag termasuk kedalam metode
mekanis yakni kateter transservikal (kateter foley), ekstra amnionik salin infusion
(EASI), dilator servikal higroskopik, dan stripping membrane.4
1. Kimia atau medicinal/ farmakologis
a. Prostaglandin
Ada 2 unsur prostaglandin yang sejak lama merupakan fokus utama
yang digunakan pada induksi persalinan yaitu prostaglandin E1 dan
prostaglandin E2. Prostaglandin E1 dikenal dengan nama Misoprostol atau
Cytotec. Sedangkan prostaglandin E2 terdiri dari Cervidil dan Prepidil.
Respon terkait dosis pada pemberian prostaglandin mencakup
pematangan serviks, distress janin, hiperstimulasi uterus, seksio sesarea
untuk penanganan distress janin, ikterik pada neonatus.
Kontraindikasi untuk agen prostaglansin secara umum meliputi asma,
glaukoma, atau peningatan tekanan intraokular. Mengingat resiko yang
ditimbulkan akibat pemberian prostaglandin, maka sebelum pemberian
prostaglandin dilakukan pemantauan denyut nadi, tekanan darah,
kontraksi uterus, pemeriksaan denyut jantung janin. Pemantauan
dilakukan dengan pengamatan partograf.
1) Prostaglandin E1 (PGE1)
Misoprostol merupakan prostaglandin sintetik, analog dari
PGE1, yang dibuat dan dipasarkan sebagai gastroprotektor diakui
Indikasi
Penggunaan misoprostol untuk pematangan serviks hanya pada
kasus-kasus tertentu, misalnya:
a) Preeklamsia berat atau eklamsia dan serviks belum matang
sedangkan seksio sesarea belum dapat segera dilakukan atau bayi
terlalu prematur untuk bisa hidup
b) Kematian janin dalam rahim lebih dari 4 minggu belum inpartu,
dan terdapat tanda-tanda gangguan pembekuan darah.
Penggunaan
Efek misoprostol pada saluran reproduksi meningkat dan efek
pada gastrointestinal menurun bila misoprostol diberikan secara
pervaginam. Ketika tablet misoprostol ditempatkan pada forniks
posterior dari vagina, konsentrasi plasma dari asam misoprostol
mencapai puncaknya dalan satu sampai dua jam dan kemudian
menurun secara perlahan. Misoprostol yang diberikan pervaginam atau
secara oral dapat memberikan efek pematangan serviks sebelum
induksi persalinan dengan menggunakan oksitosin.
Dosis
Efek Samping
Efek samping yang paling sering terjadi pada penggunaan
misoprostol diantaranya:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
2) Prostaglandin E2 (PGE2)
PGE2 tersedia dalam bentuk gel atau pesarium yang dapat
dimasukkan intravaginal atau intraserviks. Gel atau pesarium ini yang
digunakan secara lokal akan menyebabkan pelonggaran kolagen
Prepidil
Bentuk gelnya (prepidil) tersedia dalam suntikan 2,5 ml untuk
pemberian intraserviks berisi 0,5 mg dinoprostone. Ibu dalam posisi
terlentang, ujung suntikan yang belum diisi diletakkan di dalam
serviks, dan gel dimasukkan tepat di bawah os serviks interna. Setelah
pemberian, ibu tetap berbaring selama setidaknya 30 menit. Dosis
dapat diulang setiap 6 jam, dengan maksimum tiga dosis yang
direkomendasikan dalam 24 jam.
Cervidil
Cervidil (dinoprostone 10 mg) juga diakui untuk pematangan
serviks. Bentuknya yang persegi panjang (berupa wafer polimerik)
yang tipis dan datar, yang dibungkus dalam kantung jala kecil
10
Efek Samping
Efek samping setelah pemberian prostaglandin E2 pervaginam
adalah peningkatan aktivitas uterus, menurut American College of
Obstetricians and Gynecologists (1999) mendeskripsikannya sebagai
berikut:
a) Takisistol uterus diartikan sebagai 6 kontraksi dalam periode 10
menit.
b) Hipertoni uterus dideskripsikan sebagai kontraksi tunggal yang
berlangsung lebih lama dari 2 menit.
11
E2
dalam
menghasilkan
pematangan
serviks, dan
c. Oksitosin
12
Cara Kerja
Oksitosin merupakan hormon yang dikeluarkan neurohipofise yang
merangsang
secara
langsung
jaringan
miometrium.
Mekanisme
13
Infuse oksitosin 2,5 unit dalam 500 cc dextrose (atau garam fisiologis)
2. Mekanis
a. Kateter transservikal (kateter foley)
15
Penggunaan
Kateter foley diletakkan atau dipasang melalui kanalis servikalis (os
seviks interna) di dalam segmen bawah uterus (dapat diisi sampai 100 ml).
Tekanan kearah bawah yang diciptakan dengan menempelkan kateter pada
paha dapat menyebabkan pematangan serviks. Modifikasi cara ini disebut
dengan extra-amnionic saline infusion (EASI), cara ini terdiri dari infuse
salin kontinu melalui kateter ke dalam ruang antara os serviks interna dan
membran plasenta.4
Adapun teknik pemasangan kateter foley yaitu sebagai berikut:
1) Pasang speculum pada vagina
2) Masukkan kateter foley pelan-pelan
3)
4)
5)
6)
melalui
servik
dengan
16
17
d. Stripping membrane
18
19
DAFTAR PUSTAKA
eb05.pdf
20
8. Arias, fernando. 1993. Practical Guide to high risk pregnancy and delivery.
21