Vous êtes sur la page 1sur 27

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketoasidosis diabetikum adalah salah satu komplikasi metabolik akut pada
diabetes mellitus dengan perjalanan klinis yang berat dalam angka kematian
yang masih cukup tinggi. Ketoasidosis diabetikum dapat ditemukan baik pada
mereka dengan diabetes melitus tipe 1 dan tipe 2. Tetapi lebih sering pada
diabetes melitus tipe 1.
Ketoasidosis diabetik disebabkan oleh penurunan kadar insulin efektif
disirkulasi yang terkait dengan peningkatan sejumlah hormon seperti
glukagon, katekolamin, kortisol, dan growth hormone. Ketoasidosis diabetik
(KAD) merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak
dengna Diabetes Melitus tipe 1 (IDDM). Mortalitas terutama berhubungan
dengan edema serebri yang terjadi sekitar 57% - 87% dari seluruh kematian
akibat KAD.
Peningkatan lipolisis, dengan produksi badan keton (hidroksibutirat dan
asetoasetat)

akan

menyebabkan

ketonemia

dan

asidosis

metabolik.

Hiperglikemia dan asidosis akan menghasilkan diuresis osmotik dehidrasi dan


kehilangan elektrolit. Secara klinis, ketoasidosis terbagi kedalam tiga kriteria
yaitu ringan, sedang dan berat yang dibedakan menurut pH serum.
Resiko KAD pada IDDM adalah 1-10% per pasien per tahun. Risiko
meningkat dengan kontrol metabolik yang jelek atau sebelumnya pernah
mengalami episode KAD, anak perempuan yang memasuki masa puber dan
remaja, anak dengan gangguan psikiatrik (termasuk gangguan makan), dan
kondisi keluarga yang sulit (termasuk status sosial ekonomi rendah dan
masalah asuransi kesehatan). Pengobatan dengan insulin yang tidak teratur
juga dapat memicu terjadinya KAD.
Gejala yang paling menonjol pada ketoasidosis adalah hiperglikemia dan
ketosis. Hiperglikemia dalam tubuh akan menyebabkan poliuri dan polidipsi.
Sedangkan ketosis menyebabkan benda-benda keton bertumpuk dalam tubuh,
pada sistem respirasi benda keton menjadi resiko terjadinya gagal nafas.

Oleh sebab itu penanganan ketoasidosis harus cepat, tepat dan tanggap.
Mengingat masih sedikitnya pemahaman mengenai ketoasidosis diabetik dan
prosedur atau konsensus yang terus berkembang dalam penatalaksanaan
ketoasidosis diabetik. Maka, perlu adanya pembahasan mengenai bagaimana
metode tatalaksana terkini dalam menangani ketoasidosis diabetik.
1.2 Rumusan masalah
a. Bagaimana konsep medic dari KAD?
b. Bagaimana konsep keperawatan pada klien KAD?
1.3 Tujuan
a. Mahasiswa mengetahui konsep medic KAD
b. Mahasiswa mengetahui konsep keperawatan KAD

BAB II
KONSEP MEDIS
2.1 Definisi
Ketoasidosis diabetic adalah kegawatan atau akut dari DM tipe 1,
disebabkan oleh meningkatnya keasaman tubuh benda-benda keton akibat
kekurangan atau defisiensi insulin, di karakteristikan dengan hiperglikemia,
asidosis, dan keton akibat kurangnya insulin (Stillwell, 1992)
Ketoasidosis Diabetik adalah masalah yang mengancam hidup yang disebabkan
oleh defisiensi insulin relative atau absolute (Doenges, 1999).
Ketoasidosis diabetic adalah suatu kondisi dimana terjadi akibat adanya
defisiensi insulin yang bersifat absolute dan terjadinya peningkatan kadar
hormone yang berlawanan dengan insulin (Wijaya, 2013)
Ketoasidosis Diabetik (KAD) adalah keadaan dekompensasi kekacauan
metabolic yang ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis dan ketosis.KAD dan
hipoglikemia merupakan komplikasi akut diabetes mellitus (DM) yang serius dan
membutuhkan pengelolaan gawat darurat. Akibat diuresia osmotic, KAD biasanya
mengalami dehidrasi berat dsn dapat sampai menyebabkan syok.
2.2 Etiologi
-

Kekurangan insulin
peningkatan konsumsi atau produksi glukosa
infeksi
diabetes yang tidak terdiagnosa

2.3 Manifestasi Klinis


a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Poliuria
Polidipsi
Lemah
Anoreksia, mual, muntah
Nyeri abdomen
Hiperventilasi
Kadar gula darah tinggi
Terdapat keton di urin
Nafas berbau aseton
3

j. Kussmaul (cepat, dalam) karena asidosis metabolic

2.4 Patofisiologi

Definisi insulin, infeksi,


penyakit diabetes yg tidak
terdiagnosis dan terobati

Pemecahan
glukosa
terganggu

glukoneogenesi
s

Lemak

Ketogenesis

Ketonemia
Penurunan
pemakaian
glukosa oleh
sel
Proses
pembentukan
ATP terganggu
Energy
menurun

Produksi insulin
menurun
Glukosa tidak bisa
masuk kedalam sel
Glukosa
terakumulasi di
ekstra sel

Asidosis
metabolik
Merangsang
pusat mual di
hipotalamus
Refluks isi
lambung

Hiperglikemia

Muntah
Glukosuria

Anoreksia

Elektrolit tubuh hilang


lewat urine
Merangsang pusat
haus di hipotalamus
5
Refluks

pH darah <
7,3 (asam)

Merangsang
reseptor saraf

Pengeluaran asam
melalui
pernapasan

Nyeri di
hantarkan ke
SSP
Nyeri di persepsikan
sebagai nyeri
abdomen

Diuresis
osmotic
Poliuri

Polidipsi

Mengiritasi
dinding usus

Ketidakefekti
fan pola
Resiko

Pernapasan
kussmaul

2.5 Pemeriksaan Diagnostik


Laboratorium
a. Kadar glukosa darah : >300 mg/dl tetapi tidak >800 mg/dl
b. Analisis gas darah, BUN, dan kreatinin
c. Darah lengkap (pada KAD sering dijumpai gambaran lekositosis), HbA1c,
urinalisis (dan kultur urine bila ada indikasi)
d. Ketosis (ketonemia dan ketonuria)
e. Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
f. Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan teakhir.
g. Gas darah arteri : biasanya menunjukkan pH < 7,3 dan penurunan pada HCO3
250 mg/dl
Radiologi
a. Foto polos dada
2.6 Penatalaksanaan
Prinsip terapi KAD adalah dengan mengatasi dehidrasi, hiperglikemia, dan
ketidakseimbangan elektrolit, serta mengatasi penyakit penyerta yang ada. Berikut adalah
beberapa tahapan tatalaksana KAD :
1. Penilaian klinik awal
a. Pemeriksaan fisik (termasuk berat badan), tekanan darah, tanda asidosis
(hiperventilasi), derajat kesadaran (GCS), dan derajat dehidrasi.
b. Konfirmasi biokimia : darah lengkap (sering dijumpai gambaran lekositosis),

a.
b.
c.
d.

glukosuria, ketonuria, dan analisis gas darah.


Reusitasi :
Pertahankan jalan nafas
Pada syok berat berikan oksigen 100% dengan masker.
Jika syok berikan larutan isotonic (normal salin 0,9%) 20 cc/kg BB bolus.
Bila terdapat penurunan kesadaran perlu pemasangan nasogastric tube untuk
menghindari aspirasi lambung

2. Observasi klinik
Pemeriksaan dan pencatatan harus dilakukan atas :
a. Frekuensi nadi, frekuensi nafas, dan tekanan darah setiap jam.
b. Ukur suhu badan dilakukan setiap 2-4jam
c. Pengukuran balance cairan setiap jam.
d. Kadar glukosa darah kapiler setiap jam.
e. Tanda klinis dan neurologis atas edema serebrik.
f. EKG : untuk menilai gelombang T, menetukan tanda hipo atau hiperkalemia.
6

g. Keton urin sampai negatif atau keton darah (bila terdapat fasilitas)
3. Rehidrasi
Penurunan osmolaritas cairan intravascular yang terlalu cepat dapat meningkatkan resiko
terjadinya edema serebrik. Langkah-langkah yang harus dilakukan :
a. Tentukan derajat dehidrasi penderita
b. Gunakan cairan normal salin 0,9%
c. Total rehidrasi dilakukan 48 jam, bila terdapat hipernatremia (corrected Na) rehidrasi
dilakukan lebih perlahan bisa sampai 72 jam.
d. 50-60 cairan dapat diberikan dalam 12 jam pertama sisa kebutuhan cairan diberikan
dalam 36 jam berikutnya.
4. Penggantian natrium
a. Koreksi natrium dilakukan tergantung pengukuran serum elektrolit.
b. Monitoring serum elektrolit dapat dilakukan setiap 4-6 jam
c. Kadar Na yang terukur adalah lebih rendah, akibat efek dilusi hiperglikemia yang
terjadi
d. Bila corrected Na > 50 mmol/L, rehidrasi dilakukan dalam lebih dari 48 jam.
e. Bila corrected Na < 125 mmol/L, atau cenderung menurun lakukan koreksi dengan
NaCl dan evaluasi kecepatan hidrasi.
f. Kondisi hiponatremia mengindikasikan over hidrasi dan meningkatkan resiko edema
serebrik.
5. Penggantian kalium
Pada saat asidosis terjadi kehilangan kalium dari dalam tubuh walaupun konsentrasi di
dalam serum masih normal atau meningkat akibat berpindahnya kalium intraseluler ke
ekstraseluler. Konsentrasi kalium serum akan segera turun dengan pemberian insulin dan
asidosis teratasi.
a. Pemberian kalium dapat dimulai bila telah dilakukan pemberian cairan resusitasi, dan
pemberian insulin. Dosis yang diberikan adalah 5 mmol/kg BB/hari atau 40 mmol/L
cairan.
b. Pada keadaan gagal ginjal atau anuria, pemberian kalium harus ditunda.
6. Penggantian bikarbonat
a. Bikarbonat sebaiknya tidak diberikan pada awal resusitasi.
b. Terapi bikarbonat berpotensi menimbulkan : terjadinya asidosis serebral hipokalemia,
excessive osmolar load, hipoksia jaringan
c. Terapi bikarbonat diindikasikan hanya pada asidosis berat (pH <7 dengan bikarbonat
serum <5 mmol/L) sesudah rehidrasi awal, dan pada syok yang persisten.
d. Jika diperlukan dapat diberikan 1-2 mmol/kg BB dengan pengenceran dalam waktu 1
jam.
7. Pemberian insulin
a. Insulin hanya dapat diberikan setelah syok teratasi dengan cairan resusitasi.
7

b. Insulin yang digunakan adalah jenis short acting/rapid insulin (RI).


c. Dalam 60-90 menit awal hidrase, dapat terjadi penurunan kadar gula darah walaupun
insulin belum diberikan
d. Dosis yang digunakan adalah 0,1 unit/kg BB/jam atau 0,05 unit/kg BB/jam pada anak
< 2 tahun
e. Pemberian insulin sebaiknya dalam syringe pump dengan pengenceran 0,1 unit/mL
atau bila tidak ada syringe pump dapat dilakukan dengan microburet (50 unit dalam
f.
g.
h.
i.

500 mL NS), terpisah dari cairan hidrasi.


Penurunan kadar glukosa darah (KGD) yang diharapkan adalah 70-100 mL/dL/jam.
Bila KGD mencapai 200-300 mL/dL, ganti cairan hidrasi dengan D5 salin
Kadar glukosa darah yang diharapkan adalah 150-250 mg/dL (target)
Bila KGD < 150 mg/dL atau penurunannya terlalu cepat, ganti cairan dengan dengan

D10 salin.
j. Bila KGD tetap dibawah target turunkan kecepatan insulin.
k. Jangan menghentikan insulin atau mengurangi sampai < 0,05 unit/kg BB/jam
l. Pemberian insulin kontinyu dan pemberian glukosa tetap diperlukan untuk
menghentikan ketosis dan merangsang anabolisme.
m. Pada saat tidak terjadi perbaikan klinis/laboratories, lakukan penilaian ulang kondisi
penderita, pemberian insulin, pertimbangkan penyebab kegagalan respon pemberian
insulin.
n. Pada kasus tidak di dapatkan jalur Intravena berikan insulin secara intra muscular
atau subkutan. Perfusi jaringan yang jelek akan menghambat absorbs insulin.

BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a) Identitas klien
Nama
:
Umur
:
Suku bangsa :
Jenis Kelamin :
Status
:
Pendidikan
:
Pekerjaan
:
Agama
:
Alamat
:
b) Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan adanya riwayat DM, infeksi, malnutrisi, obesitas, dan alkoholik
Riwayat kesehatan sekarang
Adanya keluhan ras baal penglihatan kabur, badan tambah kurus, impotent pada lakilaki dan keputihan pada wanita
Riwayat penyakit keluarga
Penyakit diabetic dikenal sebagai penyakit yang diturunkan (herediter) walaupun
gejala tidak selalu muncul pada setiap keturunan atau timbul sejak kecil (congenital).
Genogram mungkin diperlukan untuk menguatkan diagnosis.
c) Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Kesadaran CM, letargi atau koma, penurunan BB, nyeri abdomen, status gizi turun
Sistem persyarafan
Gangguan penglihatan, muntah, mual, kesadaran menurun pada KAD
Sistem kardiovaskuler
Takikardia, hipertensi, distritmia, distensi vena jugularis
Sistem pernafasan
Takipnea, batuk dengan sputum jika infeksi
Sistem eliminasi
Banyak kencing, konstipasi/diare, infeksi saluran kemih
Sistem gastrointestinal
Banyak makan, banyak minum penurunan berat badan, muntah, mual
Sistem reproduksi
Impotent pada pria, kesulitan orgasme pada wanita dan keputihan
Sistem musculoskeletal
Sulit bergerak, kram otot, tonus obat menurun
Sistem integument
Gatal-gatal, bisul, terdapat ulkus, kulit kering dan menghitam
9

Aktivitas/istirahat
Gejala : lemah, letih, sulit bergerak/berjalan. Kram otot, tonus otot menurun.
Gangguan tidur/istirahat. Tanda : takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau
dengan aktivitas. Letargi/disorientasi, koma. Penurunan kekuatan otot.
Sirkulasi
Gejala : adanya riwayat hipertensi; IM akut. Klaudikasi, kebas, dan kesemutan pada
ekstremitas. Ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama. Tanda : takikardia. Perubahan
tekanan darah postural; hipertensi. Nadi yang menurun/tidak ada. Disritmia. Krekels;
DVJ (GJK). Kulit panas, kering, dan kemerahan; bola mata cekung.
Integritas ego
Gejala : stress; tergantung pada orang lain. Masalah financial yang berhubungan
dengan kondisi. Tanda : ansietas, peka rangsang.
Eliminasi
Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia. Rasa nyeri/terbakar, kesulitan
berkemih (infeksi), ISK baru/berulang. Nyeri tekan abdomen. Diare. Tanda : urine
encer, pucat, kuning; poliuri (dapat berkembang menjadi oliguria/anuria jika terjadi
hipovolemia berat). Urine berkabut, bau busuk (infeksi). Abdomen keras, adanya
asites. Bising usus lemah dan menurun; hiperaktif (diare).
Makanan/cairan
Gejala : hilang nafsu makan. Mual/muntah, tidak mengikuti diet; peningkatan
masukan glukosa/ karbohidrat. Penurunan berat badan lebih dari periode beberapa
hari/minggu. Haus, penggunaan diuretic (tiazid). Tanda : kulit kering/bersisik, turgor
jelek. Kekakuan/distensi abdomen, muntah. Pembesaran tiroid (peningkatan
kebutuhan metabolic dengan peningkatan gula darah). Bau halitosis/manis, bau buah
(napas aseton).
Neurosensori
Gejala : pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot,
parestesia, gangguan penglihatan. Tanda : disorientasi; mengantuk, letargi,
stupor/koma (tahap lanjut), gangguan memori (baru, masa lalu); kacau mental, reflex
tendon dalam (RTD) menurun (koma), aktivitas kejang (tahap lanjut dari KDA).
Nyeri/keamanan
Gejala : abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat). Tanda : wajah meringis dengan
palpitasi; tampak sangat berhati-hati.
Pernapasan

10

Gejala : merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergantung


adanya infeksi/tidak). Tanda : lapar udara, batuk, dengan/tanpa sputum purulen
(infeksi), frekuensi pernapasan.
Keamanan
Gejala : kulit kering, gatal; ulkus kulit. Tanda : demam, diaphoresis, kulit rusak,
lesi/ulserasi, menurunnya kekuatan umum/rentang gerak, parestesia/paralisis otot
termasuk otot-otot pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam).
Seksualitas
Gejala : rabas vagina (cenderung infeksi), masalah impoten pada pria; kesulitan
orgasme pada wanita.
d) Pola fungsi kesehatan (Gordon)
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : upaya yang dilakukan untuk
mengatasi penyakit (pengobatan, pemberian hormone, diet), persepsi klien
tentang status kesehatan dan kesejahteraan
2. Pola nutrisi dan metabolic : mual dan muntah, kehilangan nafsu makan, haus.
3. Pola eliminasi : poliuria, glukosuria.

11

3.2 Pathway

Definisi insulin, infeksi,


penyakit diabetes yg tidak
terdiagnosis dan terobati

Pemecahan
glukosa
terganggu

glukoneogenesi
s

Lemak

Ketogenesis

Ketonemia
Penurunan
pemakaian
glukosa oleh
sel
Proses
pembentukan
ATP terganggu
Energy
menurun

Produksi insulin
menurun
Glukosa tidak bisa
masuk kedalam sel
Glukosa
terakumulasi di
ekstra sel

Asidosis
metabolik
Merangsang
pusat mual di
hipotalamus
Refluks isi
lambung

Hiperglikemia

Muntah

Keletihan
Glukosuria

Resiko syok

Diuresis
osmotic
Poliuri

Anoreksia
Ketidakseimbang
an nutrisi kurang
dari kebutuhan

Elektrolit tubuh hilang


lewat urine
Polidipsi

Merangsang pusat
haus di hipotalamus

12
Refluks

Ketidakefekti
fan pola
Resiko

Mengiritasi
dinding usus

pH darah <
7,3 (asam)

Merangsang
reseptor saraf

Pengeluaran asam
melalui
pernapasan

Nyeri di
hantarkan ke
SSP
Nyeri di persepsikan
sebagai nyeri
abdomen
Nyeri akut

Pernapasan
kussmaul

Ketidakefektifan
pola napas

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Resiko syok (00205) Domain 11. Keamanan/Perlindungan Kelas.2 Cedera fisik
2. Ketidakefektifan Pola Napas (00032) Domain 4: Aktivitas/istirahat Kelas 4 : Respon
cardiovascular/pulmonal
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (00002) Domain 2 : Nutrisi
Kelas 1 Ingesti
4. Nyeri akut (00132) Domain : 12 kenyamanan Kelas 1 : kenyamanan fisik
5. Keletihan (00093) Domain 4 : Aktivtas/istirahat Kelas 3 : Keseimbangan energy

13

3.3 Rencana Asuhan Keperawatan


NO
Diagnosa
1. Resiko Syok (00205)
Domain 11 :

NOC
a. Syok prevention
b. Syok manajemen

NIC
Observasi :
1. Pantau TTV.
Rasional : untuk mengetahui tanda-

Keamanan/Perlindungan
Kelas 2 : Cedera fisik

Kriteria Hasil :
Setelah dilakukan tindakan asuhan

Definisi :
Rentan mengalami ketidakcukupan

keperawatan ....x24 jam, status nyeri


teratasi dengan :
- nadi, irama jantung, frekuensi

aliran darah ke jaringan tubuh, yang

napas, irama penapasan, dalam

dapat mengakibatkan disfungsi


seluler yang mengancam jiwa, yang
dapat menganggu kesehatan.

batas yang diharapkan.


Natrium serum, kalium serum,
klorida serum, kalsium serum,
magnesium serum, pH darah

Faktor yang berhubungan :


-

Hipovolemia.

serum,

tekanan

hematocrit

darah

dalam

normal.

dan
batas

tanda vital pada pasien.


2. Pantau nilai laboratorium, Hb, Ht,
AGD dan Elektrolit.
Rasional : untuk mengetahui Hb, Ht,
AGD dan Elektrolit.
3. Monitor denyut jantung, heart rate dan
ritme koma nadi perifer.
4. Rasional : untuk mengetahui
normalnya denyut jantung, heart rate
dan ritme koma nadi perifer.
5. Monitor tanda awal syok.
Rasional : untuk megetahui tanda awal
dari syok.
6. Monitor status cairan input dan ouput.
Rasional : untuk mengetahui
normalnya status cairan input dan
ouput.
Mandiri
7. Tempatkan pasien pada posisi supine,
kaki elevasi atau posisi Trendelenburg

14

untuk peningkatan preload dengan


tepat.
Rasional : untuk menghindari
hipotensi
Health Education :
8. Ajarkan keluarga dan pasien tentang
tanda dan gejala datangnya syok.
Rasional : Agar keluarga dan pasien
tentang datangnya syok.
9. Ajarkan keluarga dan pasien tentang
langkah untuk mengatasi gejala syok.
Rasional : agar keluarga dan pasien
untuk mengatasi gejala syok.
Kolaborasi :
10. Berikan cairan IV dan atau oral yang
tepat.
Rasional : agar cairan dalam tubuh
pasien terpenuhi dan tidak terjadi
dehidrasi.
11. Kolaborasikan dengan dokter
pemberian insulin.
Rasional : agar glukosa dapat dipecah
menjadi energy di dalam sel.
15

2. Ketidakefektifan

Pola

Napas

(00032)

a. Status pernapasan : ventilasi


b. Status tanda-tanda vital

Domain 4: Aktivitas/istirahat
Kelas

Respon

Kriteria Hasil :
Setelah

cardiovascular/pulmonal

dilakukan

keperawatan
Definisi

Inspirasi

ekspirasi

yang

tidak

dan/atau
memberi

ventilasi adekuat.

selama

tindakan
x24

jam

diharapakan klien dapat :


-

Menunjukkan

status

pernapasan : ventilasi tidak

Pola nafas abnormal (irama,

frekuensi, kedalaman)
Takipnea

kedalaman

inspirasi

kemudahan
kembali normal.

1. Monitor TTV
Rasional : untuk mengetahui tandatanda vital
2. Monitor Vital

Sign

saat

pasien

berbaring, duduk atau berdiri


Rasioanl : untuk mengetahui tandatanda vital pada saat pasien berbaring,

terganggu, di buktikan dengan


Batasan Karakteristik :

Observasi :

dan

bernapasan

duduk atau berdiri.


3. Monitor
frekuensi

dan

irama

pernapasan.
Rasional : untuk mengetahui frekuensi
irama dan pernapasan.
4. Monitor respirasi dan status O2
Rasional : untuk mengetahui respirasi
dan status O2
5. Monitor pola pernapasan abnormal
Untuk mengetahui pola napas pasien.

Faktor yang berhubungan


-

Hiperventilasi

Mandiri :
6. Posisikan

pasien

untuk

memaksimalkan ventilasi.
Rasional : agar pasien pada saat
bernapas lebih maksimal.
7. Tenangkan pasien selama periode
gawat nafas.
16

Rasional : agar pasien lebih tenang


pada saat bernapas.
8. Sinkronisasikan
pernapasan

klien

antara
dan

pola
kecepatan

ventilasi.
Rasional : untuk menyamakan pola
pernapasan dan kecepatan ventilasi.
Health Education :
9. Informasikan

kepada

pasien

dan

keluarga tentang teknik relaksasi untuk


memperbaiki pola pernapasan.
Rasional : Agar pasien dan keluarga
mengetahui tentang teknik relaksasi.
10. Instruksikan kepada pasien keluarga
untuk memberi tau perawatan pada
terjadi ketidakefektifan pola napas.
Rasional : Agar pasien dan keluarga
mengetahui

perawatan

ketidakefektifan pola napas.


Kolaborasi
11. laporkan perubahan pola napas, nilai
GDA, dan sebagainya jika perlu.
17

Rasional : Untuk mengetahu hasil dari


pola napas, nilai GDA dan sebagainya.
3. Ketidakseimbangan

nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh


(00002)
Domain 2 : Nutrisi
Kelas 1 Ingesti
Definisi :
Asupan nutrisi tidak mencukupi
untuk

memenuhi

kebutuhan

metabolic.
Batasan karakteristik :
1.
2.
3.
4.

Kram abdomen
Nyeri abdomen
Menolak makan
Persepsi
ketidakmampuan

Selera makan
Observasi
Status gizi
1. Pantau TTV
Status gizi : asupan makanan
Rasional : Untuk mengetahui normal
dan cairan
tidaknya TTV
Status gizi : asupan gizi
2. Manajemen gangguan makan
Berat badan : massa tubuh
Rasional : Mencegah dan menangani
pembatasan diet yang sangat ketat dan

Kriteria hasil :
Setelah

dilakukan

keperawatan

selama.x

tindakan
24

jam

diharapkan pasien dapat :


Memperhatikan status gizi :
asupan makanan dan cairan

aktifitas yang berlebihan atau memasukan


makanan dan minuman dalam jumlah
banyak kemudian berusaha mengeluarkan
semuanya
3. Pemantauan cairan
Rasional : Pengumpulan dan analisis
pasien untuk mengatur keseimbangan
cairan
4. Manajemen cairan / elektrolit
Rasional : Mengatur dan mencegah

untuk mencerna makanan


5. Merasa cepat kenyang setelah

komplikasi akibat perubahan kadar cairan

mengonsumsi makanan
6. Bising usus hiperaktif
7. Membran mukosa pucat
8. Rongga
mulut
terluka

dan elektrolit
5. Manajemen nutrisi
Rasional : Membantu atau mnyediakan
asupan makanan dan cairan diet seimbang
6. Terapi nutrisi
Rasional : Pemberian makanan dan cairan

(inflamasi)
9. Kelemahan otot yang berfungsi
18

untuk

menelan

atau

untuk

mengunyah

pasien
7. Pemantauan nutrisi
Rasional : Untuk

mengunyah

menelan
2. mual dan muntah
3. hilang nafsu makan
4. akses
terhadap

proses

metabolic

mencegah

dan

mememinimalkan kurang gizi


8. Bantuan menaikan berat badan
Rasional : Memfasilitasi pencapaian

Faktor yang berhubungan :


1. Kesulitan

mendukung

atau

kenaikan berat badan

makanan

terbatas
5. kebutuhan metabolic tinggi

Mandiri :
9. Tentukan

motivasi

pasien

mengubah kebiasaan makan.


Rasional : Agar pasien

untuk

mengubah

kebiasaan makan.
10. Manajemen mual :
Pindahkan segera benda-benda yang
menimbulkan bau (mis

: pispot,

makanan).
Rasional : agar pasien
Berikan perawatan perawatan mulut
setelah muntah.
Rasional : untuk mencegah timbulnya

bakteri pada mulut.


11. Manajemen nutrisi :
19

Ketahui makanan kesukaan pasien


Tentukan pasien untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi
Pantau kandungan nutrisi dan kalori
pada catatan asupan
Berikan pasien minuman dan kudapan
bergizi, tinggi protein, tinggi protein
yang siap di komsumsi yang siap di
komsumsi
Rasional : agar klien memiliki keinginan
makan
- Agar kebutuhan nutrisi terpenuhi
- Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
- Untuk memenuhi kebutuhan protein

Health Education :
12. Ajarkan
makan.
Rasional

metode
:

Agar

perencanaan makan
13. Ajarkan pasien /

untuk
klien

perencanaan
mengetahui

keluarga

tentang

makanan yang bergizi dan tidak mahal


Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi.
20

14. Manajemen nutrisi : berikan informasi


yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan
bagaimana memenuhinya.
Rasional : Agar klien dan keluarga
mengetahui apa saja makanan bergizi

Kolaborasi :
15. Rujuk

kedokter

untuk

menentukan

penyebab gangguan nutrisi


Rasional : Untuk mengetahui ada tidanya
ganguan nutrisi
16. Manajemen nutrisi : tentukan, dengan
melakukan kolaborasi bersama ahli gizi,
jika diperlukan, jumlah kalori dan jenis
zat gizi yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi
Rasional : Untuk mengetahui jumlah
nutrisi

yang

dibutuhkan

dalam

pemenuhan nutrisi.
4. Nyeri akut (00132)
Domain : 12 kenyamanan

a. Tingkat kenyamanan
b. Pengendalian nyeri
c. Tingkat nyeri

Kelas 1 : kenyamanan fisik

Observasi :
1. Mengkaji lokasi, karakteristik durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas atau

Kriteria Hasil :
21

Setelah dilakukan tindakan asuhan


Definisi :

keperawatan ....x24 jam, status nyeri

Pengalaman sensori dan emosional

teratasi dengan :
- Mampu mengontrol penyebab

yang tidak menyenangkan akibat


kerusakan jaringan yang aktual atau
potensial atau di gambarkan dengan

berkurang dengan manajemen

istilah (international association for


the study of pain) awitan yang tiba-

nyeri
Melaporkan bahwa nyeri

nyeri
Mampu mengenali nyeri (skala,

keparahan nyeri.
Rasional : Agar dapat mengetahui tempat,
waktu dan frekuensi nyeri yang dirasakan
oleh klien
2. Mengobservasi

isyarat

nonverbal

ketidaknyamanan.
Rasional : Melihat adanya isyarat nyeri
yang di perlihatkan
3. Meminta pasien untuk menilai nyeri atau

tiba atau perlahan dengan intensitas

intensitas, frekuensi, dan tanda

ketidak nyamanan dari skala 0-10


Rasional : Agar tingkat nyeri yang

ringan sampai berat dengan akhir

nyeri)
Menyatakan rasa nyaman

dirasakan klien dapat di ketahui

yang dapat diramalkan dan


durasinya kurang dari enam bulan.

setelah nyeri berkurang


Mandiri :
4. Membantu

Batasan karakteristik :
-

dari

lemas

mendapatkan tindakan yang efektif


5. Melakukan perubahan posisi, masase

tidak

bertenaga sampai kaku)


Respons autonomik (diaforesis)
Perubahan selera makan

punggung, dan relaksasi.


Rasional : Dengan merubah posisi, masase
punggung, dan relaksasi dapat mengurangi

Faktor-faktor yang berhubungan:


Agens-agens

penyebab

mengidentifikasi

tindakan kenyamanan yang efektif.


Rasional : Agar pasien nyaman ketika

Perubahan tonus otot (dengan


rentang

pasien

nyeri yang dirasakan klien.


6. Memberikan perawatan dengan

cedera

(misalnya biologis, kimia, fisik, dan


22

tidak

psikologis)

terburu-buru.
Rasional : Mengalihkan perhatian pasien
untuk lebih fokus terhadap aktivitas
7. Membantu pasien untuk lebih fokus
terhadap aktivitas.
Rasional : untuk mengalihkan nyeri yang
dirasakan
8. Menggunakan pendekatan yang positif
untuk mengoptimalkan respons pasien
terhadap analgesic.
Rasional : Untuk merespon pasien dengan
pemberian analgesic

Health Education :
9. Menginstrusikan pasien untuk
menginformasikan kepada perawat jika
peredaan nyeri tidak dapat diatasi.
Rasional : Agar pasien dengan secepatnya
melaporkan kepada perawat jika nyeri
masih dirasakan
10. Menginformasikan kepada pasien tentang
prosedur yang dapat meningkatkan nyeri.
Rasional : Supaya pasien mengetahui
prosedur apa yang dapat meningkatkan
nyeri
23

Kolaborasi :
11. Mengelola nyeri pasca bedah awal dengan
pemberian opiat yang terjadwal.
Rasional : Meminimalkan nyeri yang
dirasakan dengan pemberian opiat
12. Menggunakan tindakan pengendalian
nyeri sebelum nyeri menjadi lebih berat.
Rasional : Mencegah agar nyeri tidak
menjadi lebih berat dengan tindakan agar
dapat merencanakan tindakan
keperawatan nyeri selanjutnya
13. Melaporkan kepada dokter jika tindakan
tidak berhasil.
Rasional : agar dapat diberikan tindakan
lanjutan.
5. Keletihan (00093)
Domain 4 : Aktivtas/istirahat

a. Toleransi aktivitas
b. Pengehematan energy
c. Status nutrisi : energy

Observasi
1. Pantau TTV
Rasional : untuk mengetahui tanda-

Kelas 3 : Keseimbangan energy


Kriteria Hasil :
Definisi : keletihan terus- menerus
dan penuruna kapasitas untuk kerja
fisik dan mental pada tingkat yang

Setelah
keperawatan

dilakukan
selama

diharapakan klien dapat :


24

tindakan
x24

jam

tanda vital pasien


2. Kaji adanya factor kelelahan
Rasional : untuk mengetahui factorfaktor penyebab kelelahan.
3. Monitor pasien akan adanya kelelahan
fisik.

lazim

Memperbalisasikan
peningkatan

Batasan Karakteristik :
-

Kelelahan
Kurang energy
Peningkatan

istirahat

Faktor Yang Berhubungan


-

energy

dan

merasa lebih baik.


Menjelaskan
penggunaan
energy

kebutuhan

4. Rasional : untuk mengetahui apakah

untuk

kelelahan
Menunjukkan

mengatasi

ada kelelahan fisik pada pasien.


5. Monitor nutrisi dan sumber energy dan
adekuat.
6. Rasional : untuk mengetahui nutrisi
dan sumber energy yang adekuat.

penghematan

energy
Mandiri :
Mempertahankan nutrisi yang
7. Mengatur
penggunaan
energy
adekuat.
Rasional : untuk mengobati atau

Keadaan penyakit.
Malnutrisi.

mencegah

keletihan

dan

mengoptimalkan fungsi.
8. Membantu dalam atau menyediakan
asupan diet makanan dan minuman
yang seimbang.
Rasional : agar mengatur asupan
makanan dan minuman yang masuk ke
dalam tubuh.
Health Education :
9. Ajarkan pasien dan keluarga untuk
mengenali tanda dan gejala keletihan
yang
aktivitas.
25

memerlukan

pengurangan

Rasional : agar keluarga dan pasien


menegtahui tanda dan gejala keletihan.
10. Ajarkan pengaturan aktivitas dan
tekhnik

manajemen

waktu

untuk

mencegah keletihan.
Rasional : agar klien mengetahui
tekhnik pengaturan aktivitas.
Kolaborasi :
11. Konsultasikan

ahli

gizi

untuk

meningkatkan asupan makanan yang


lebih tinggi.
Rasional : untuk meningkatkan asupan
nutrisi yang lebih tinggi.

26

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Keto Asidosis Diabetikum (KAD) merupakan salah satu kompliasi akut DM
akibat defisiensi hormone insulin yang tidak dikenal dan bila tidak mendapat pengobatan
segera akan menyebabakan kematian. Etiologi dari KAD adalah Insulin tidak diberikan
dengan dosis yang kurang, keadaan sakit atau infeksi pada DM, manifestasi pertama pada
penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati.
Ada tiga gambaran kliniks yang penting pada diabetes ketoasidosis yaitu
dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis. Dehidrasi disebabkan mekanisme ginjal
dimana tubuh terjadi hiperglikemia, sehingga ginjal mensekresikan dengan natrium dan
air yang disebut poliuri. Kehilangan elektrolit merupakan kompensasi dari defisiensi
insulin. Sedangkan asidosis adalah peningkatan pH dan diiringi oleh penumpukan benda
keton dalan tubuh. Keadaan ketoasidosis merupakan keadan yang memerlukan banyak
pengontrolan dan pemantauan insulin dan cairan elektrolit, karena bila kekurangan atau
malah

terjadi

kelebihan

akan

mengakibatkan

komplikasi

yang

sulit

untuk

ditanggulangi.
4.2 Saran
Bila menemukan klien yang DM tetapi belum terjadi KAD berikan informasi tentang
KAD dan pencegahan terhadap KAD dan sebaiknya selalu kontrol pemberian insulin dan
cairan elektrolit sehingga meminimalkan terjadinya komplikasi yang tidak diinginkan.

27

Vous aimerez peut-être aussi