Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
B.
Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memahami dan membuat Asuhan Keperawatan
Lansia dengan Diare.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui Definisi Diare
b. Mahasiswa mampu mengetahui Etiologi dari Diare
c. Mahasiswa mampu mengetahui Patofisiologi Diare
d. Mahasiswa mampu mengetahui Penatalaksanaan Diare
e. Mahasiswa mampu mengetahui dan membuat Askep Keluarga dengan
Diare
C.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Diare?
2. Apa penyebab dari penyakit Diare?
3. Bagaimana patofisiologi penyakit Diare?
4. Bagaimana penatalaksanaan pasien dengan penyakit Diare?
5. Bagaimana cara membuat asuhan keperawatan Lansia dengan Diare?
BAB II
PEMBAHASAN
I. KONSEP KELUARGA
A. DEFINISI
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan
adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial dari tiap
anggota (Ayu, 2010)
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di bawah suatu atap dalam
keadaan saling ketergantungan (Sudiharto, 2007)
d. Nuclear dyed
Adalah keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa anak, tinggal
dalam satu rumah yang sama.
e. Blended Family
Adalah suatu keluarga yang terbentuk dari perkawinan pasangan, yang
masing-masing pernah menikah dan membawa anak hasil perkawinan
terdahulu.
f. Three Generation Family
Adalah keluarga yang terdiri dari tiga generasi, yaitu kakek, nenek, bapak,
ibu dan anak-anak dalam satu rumah.
g. Single adult living alone
Adalah bentuk keluarga yang hanya terdiri dari satu orang dewasa yang
hidup dalam rumahnya.
h. Middle age atau Elderly Couple
Adalah keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri paruh baya.
Tipe keluarga non tradisional
a. Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi tidak menikah
(biasanya terdiri dari ibu dan anaknya).
b. Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai anak
c. Keluarga gay/ lesbian adalah pasangan yang berjenis kelamin sama hidup
bersama sebagai pasangan yang menikah
d. Keluarga kemuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih satu pasangan
monogamy dengan anak-anak, secara bersama menggunakan fasilitas,
sumber dan mempunyai pengalaman yang sama.
D. TAHAP TUMBUH KEMBANG KELUARGA
Tahap dan siklus tumbuh kembang keluarga menurut Duval 1985 dan Friedman
1998, ada 8 tahap tumbuh kembang keluarga, yaitu :
1. Tahap I: Keluarga Pemula Keluarga pemula merujuk pada pasangan
menikah/tahap pernikahan. Tugas perkembangan keluarga saat ini adalah
membangun perkawinan yang saling memuaskan, menghubungkan jaringan
persaudaraan secara harmonis, merencanakan keluarga berencana.
2. Tahap II: Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai umur 30
bulan). Tugas perkembangan keluarga pada tahap II, yaitu membentuk
keluarga muda sebagai sebuah unit, mempertahankan hubungan perkawinan
yang memuaskan, memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan
menambahkan peran orang tua kakek dan nenek dan mensosialisasikan
dengan lingkungan keluarga besar masing-masing pasangan.
3. Tahap III: Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua berumur 2-6
tahun. Tugas perkembangan keluarga pada tahap III, yaitu memenuhi
kebutuhan anggota keluarga, mensosialisasikan anak, mengintegrasikan
anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak yang lainnya,
mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan luar keluarga,
menanamkan nilai dan norma kehidupan, mulai mengenalkan kultur
keluarga, menanamkan keyakinan beragama, memenuhi kebutuhan bermain
anak.
4. Tahap IV: Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13 tahun).
Tugas perkembangan keluarga tahap IV, yaitu mensosialisasikan anak
lain
meninggal.
Tugas
perkembangan
keluarga
adalah
pendapatan
yang
menurun,
mempertahankan
hubungan
E. FUNGSI KELUARGA
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga atau
sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarganya : Fungsi keluarga menurut
Friedman (1998) dalam Setiawati dan Darmawan (2005), yaitu:
1. Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan
pemeliharaan kepribadian anggota keluarga.
2. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi bercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada
anak, membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan
perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai-nilai
budaya anak.
3. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga dalam
melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga serta
menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental, dan spiritual,
dengan cara memelihara dan merawat anggota keluarga serta mengenali
kondisi sakit tiap anggota keluarga.
4. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang,
pangan, dan papan, dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber daya
keluarga.
5. Fungsi biologis
Fungsi biologis bukan hanya ditujukan untuk meneruskn keturunan tetapi
untuk memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan generasi
selanjutnya.
6. Fungsi psikologis
Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih saying dan
rasa aman/ memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina
pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas
keluarga.
7. Fungsi pendidikan
Fungsi
pendidikan
diberikan
keluarga
dalam
rangka
memberikan
kekuatan
keluarga.
Kemampuan
anggota
keluarga
dalam
1. Ekonomi
2. Fungsi mendapatkan status social
3. Funsi pendidikan
4. Fungsi sosialisasi
5.
tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi
sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam (Juffrie, 2010).
Diare adalah buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali dalam
satu hari dan biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih. Orang yang
mengalami diare akan kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan
dehidrasi tubuh. Hal ini membuat tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik
dan dapat membahayakan jiwa, khususnya pada anak dan orang tua (USAID,
2009)
Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi
defekasi lebih dari biasanya (>3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja
(menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir (Suraatmaja, 2007). Diare
disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus. Di
seluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta anak yang menderita diare setiap
tahunnya, dan 20% dari seluruh kematian pada anak yang hidup di negara
berkembang berhubungan dengan diare serta dehidrasi. Gangguan diare dapat
melibatkan lambung dan usus (gastroenteritis), usus halus (enteritis), kolon
(colitis) atau kolon dan usus (enterokolitis). Diare biasanya diklasifikasikan
sebagai diare akut dan kronis (Wong, 2009).
Terdapat beberapa pendapat tentang definisi penyakit diare. Menurut
Hippocrates definisi diare yaitu sebagai suatu keadaan abnormal dari
frekuensi dan kepadatan tinja, Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia, diare
atau penyakit diare adalah bila tinja mengandung air lebih banyak dari
normal. Menurut Direktur Jenderal PPM dam PLP, diare adalah penyakit
dengan buang air besar lembek/ cair bahkan dapat berupa air saja yang
frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya 3 kali atau lebih dalam
sehari) (Sinthamurniwaty, 2006).
B.
1.
a.
1)
KLASIFIKASI
Menurut Simadibrata (2006), diare dapat diklasifikasikan berdasarkan :
Lama waktu diare
Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Sedangkan
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
c.
d.
2.
a.
b.
c.
d.
3.
a.
minggu. Lebih dari 90% penyebab diare akut adalah agen penyebab infeksi
dan akan disertai dengan muntah, demam dan nyeri pada abdomen. 10% lagi
disebabkan oleh pengobatan, intoksikasi, iskemia dan kondisi lain.
b. Kronik jika berlangsung lebih dari 4 minggu. Berbeda dengan diare akut,
penyebab diare yang kronik lazim disebabkan oleh penyebab non infeksi
seperti allergi dan lain-lain.
4. Menurut Kliegman, Marcdante dan Jenson (2006), dinyatakan bahwa
berdasarkan banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit dari tubuh, diare
dapat dibagi menjadi :
a. Diare tanpa dehidrasi
Pada tingkat diare ini penderita tidak mengalami dehidrasi karena frekuensi
diare masih dalam batas toleransi dan belum ada tanda-tanda dehidrasi.
b. Diare dengan dehidrasi ringan (3%-5%)
Pada tingkat diare ini penderita mengalami diare 3 kali atau lebih, kadangkadang muntah, terasa haus, kencing sudah mulai berkurang, nafsu makan
menurun, aktifitas sudah mulai menurun, tekanan nadi masih normal atau
takikardia yang minimum dan pemeriksaan fisik dalam batas normal.
c. Diare dengan dehidrasi sedang (5%-10%)
Pada keadaan ini, penderita akan mengalami takikardi, kencing yang kurang
atau langsung tidak ada, irritabilitas atau lesu, mata dan ubun-ubun besar
menjadi cekung, turgor kulit berkurang, selaput lendir bibir dan mulut serta
kulit tampak kering, air mata berkurang dan masa pengisian kapiler
memanjang ( 2 detik) dengan kulit yang dingin yang dingin dan pucat.
d. Diare dengan dehidrasi berat (10%-15%)
Pada keadaan ini, penderita sudah banyak kehilangan cairan dari tubuh dan
biasanya pada keadaan ini penderita mengalami takikardi dengan pulsasi yang
melemah, hipotensi dan tekanan nadi yang menyebar, tidak ada penghasilan
urin, mata dan ubun-ubun besar menjadi sangat cekung, tidak ada produksi air
mata, tidak mampu minum dan keadaannya mulai apatis, kesadarannya
menurun dan juga masa pengisian kapiler sangat memanjang ( 3 detik)
dengan kulit yang dingin dan pucat.
C. ETIOLOGI
1.
Penyebab diare Yaitu: (Tantivanich, 2002; Sirivichayakul, 2002;
Pitisuttithum, 2002)
a. Virus :
Merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70 80%). Beberapa
jenis virus penyebab diare akut :
Rotavirus serotype 1,2,8,dan 9: pada manusia. Serotype 3 dan 4 didapati
pada hewan dan manusia. Dan serotype 5,6, dan 7 didapati hanya pada
hewan.
Norwalk virus : terdapat pada semua usia, umumnya akibat food borne
atau water borne transmisi, dan dapat juga terjadi penularan person to
person.
Astrovirus, didapati pada anak dan dewasa
Adenovirus (type 40, 41)
Small bowel structured virus
Cytomegalovirus
b. Bakteri :
Enterotoxigenic E.coli (ETEC). Mempunyai 2 faktor virulensi yang
pentingyaitu faktor kolonisasi yang menyebabkan bakteri ini melekat pada
enterosit pada usus halus dan enterotoksin (heat labile (HL) dan heat stabile
(ST) yang menyebabkan sekresi cairan dan elektrolit yang menghasilkan
watery diarrhea. ETEC tidak menyebabkan kerusakan brush border atau
menginvasi mukosa.
Enterophatogenic E.coli (EPEC). Mekanisme terjadinya diare belum
jelas. Didapatinya proses perlekatan EPEC ke epitel usus menyebabkan
kerusakan dari membrane mikro vili yang akan mengganggu permukaan
absorbsi dan aktifitas disakaridase.
Enteroaggregative E.coli (EAggEC). Bakteri ini melekat kuat pada
mukosa usus halus dan menyebabkan perubahan morfologi yang khas.
Bagaimana mekanisme timbulnya diare masih belum jelas, tetapi sitotoksin
mungkin memegang peranan.
Enteroinvasive E.coli (EIEC). Secara serologi dan biokimia mirip dengan
Shigella. Seperti Shigella, EIEC melakukan penetrasi dan multiplikasi
didalam sel epitel kolon.
1)
Diare
D. EPIDEMIOLOGI
1. Penyebaran kuman yang menyebabkan diare
Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain
melalui makanan/minuna yang tercemar tinja dan atau kontak langsung
dengan tinja penderita. Beberapa perilaku dapat menyebabkan penyebaran
kuman enterik dan meningkatkan risiko terjadinya diare perilaku tersebut
antara lain :
a. Tidak memberikan ASI ( Air Susi Ibu ) secara penuh 4-6 bulan pada
pertama kehidupan pada bayi yang tidak diberi ASI risiko untuk menmderita
diare lebih besar dari pada bayi yang diberi AsI penuh dan kemungjinan
menderita dehidrasi berat juga lebih besar.
b.
Menggunakan botol susu , penggunakan botol ini memudahkan
pencernakan oleh Kuman , karena botol susah dibersihkan
c. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. Bila makanan disimpan
beberapa jam pada suhu kamar makanan akan tercemar dan kuman akan
berkembang biak,
d. Menggunakan air minum yang tercemar . Air mungkin sudah tercemar
dari sumbernya atau pada saat disimpan di rumah, Perncemaran dirumah
dapat terjadi kalau tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan
tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan.
e. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang
tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi anak,
f.
Tidak membuang tinja ( termasuk tinja bayi ) dengan benar Sering
beranggapan bahwa tinja bayi tidaklah berbahaya padahal sesungguhnya
mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar sementara itu tinja
binatang dapat menyebabkan infeksi pada manusia.
2. Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare
Beberapa faktor pada penjamu dapat meningkatkan insiden beberapa penyakit
dan lamanya diare. Faktor-faktor tersebut adalah :
a. Tidak memberikan ASI sampai 2 Tahun. ASI mengandung antibodi yang
dapat melindungi kita terhadap berbagai kuman penyebab diare seperti :
Shigella dan v cholerae
b. Kurang gizi beratnya Penyakit , lama dan risiko kematian karena diare
meningkat pada anak-anak yang menderita gangguan gizi terutama pada
penderita gizi buruk.
c. Campak diare dan desentri sering terjadi dan berakibat berat pada anakanak yang sedang menderita campak dalam waktu 4 minggu terakhir hal ini
sebagai akibat dari penurunan kekebalan tubuh penderita.
d. Imunodefesiensi /Imunosupresi. Keadaan ini mungkin hanya berlangsung
sementara, misalnya sesudah infeksi virus ( seperti campak ) natau mungkin
yang berlangsung lama seperti pada penderita AIDS ( Automune Deficiensy
Syndrome ) pada anak imunosupresi berat, diare dapat terjadi karena kuman
yang tidak parogen dan mungkin juga berlangsung lama,
e. Segera Proposional , diare lebih banyak terjadi pada golongan Balita ( 55
%)
3. Faktor lingkungan dan perilaku :
Penyakit diare merupakan salah satu penyakiy yang berbasis lingkungan dua
faktor yang dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja kedua
Pathway Diare
F.
1.
a.
b.
MANIFESTASI KLINIS
Menurut Suriadi (2001), Manifestasi klinis diare yaitu
Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
Kram perut
c. Demam
d. Mual
e. Muntah
f. Kembung
g. Anoreksia
h. Lemah
i.
Pucat
j.
Urin output menurun (oliguria, anuria)
k. Turgor kulit menurun sampai jelek
l.
Ubun-ubun / fontanela cekung
m. Kelopak mata cekung
n. Membran mukosa kering
2. Manifestasi klinis diare yaitu (Nelwan, 2001; Procop et al, 2003)
Diare akut karena infeksi dapat disertai keadaan muntah-muntah dan/atau
demam, tenesmus, hematochezia, nyeri perut atau kejang perut.
Diare yang berlangsung beberapa waktu tanpa penanggulangan medis yang
adekuat dapat menyebabkan kematian karena kekurangan cairan di badan
yang mengakibatkan renjatan hipovolemik atau karena gangguan biokimiawi
berupa asidosis metabolik yang lanjut. Karena kehilangan cairan seseorang
merasa haus, berat badan berkurang, mata menjadi cekung, lidah kering,
tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak.
Keluhan dan gejala ini disebabkan deplesi air yang isotonik.
Karena kehilangan bikarbonas, perbandingan bikarbonas berkurang, yang
mengakibatkan penurunan pH darah. Penurunan ini akan merangsang pusat
pernapasan sehingga frekwensi nafas lebih cepat dan lebih dalam (kussmaul).
Reaksi ini adalah usaha tubuh untuk mengeluarkan asam karbonas agar pH
dapat naik kembali normal. Pada keadaan asidosis metabolik yang tidak
dikompensasi, bikarbonat standard juga rendah, pCO2 normal dan base
excess sangat negatif.
Gangguan kardiovaskular pada hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan
dengan tanda-tanda denyut nadi yang cepat, tekanan darah menurun sampai
tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, ujung-ujung ekstremitas
dingin dan kadang sianosis. Karena kehilangan kalium pada diare akut juga
dapat timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun dan akan
timbul anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatasi akan timbul penyulit
berupa nekrosis tubulus ginjal akut, yang berarti pada saat tersebut kita
menghadapi gagal ginjal akut. Bila keadaan asidosis metabolik menjadi lebih
berat, akan terjadi kepincangan pembagian darah dengan pemusatan yang
lebih banyak dalam sirkulasi paru-paru. Observasi ini penting karena dapat
vitamin baik yang larut dalam air maupun yang larut dalam lemak (vitamin
B12, asam folat dan vitamin A) dan mineral trace (Mg dan Zn).
Gangguan absorpsi ini terjadi karena:
a) Kerusakan permukaan epitel (brush border) sehingga timbul deplisit
enzim laktase.
b) Bakteri tumbuh lampau, menimbulkan:
(1) Fermentasi karbohidrat
(2) Dekonjugasi empedu.
Kerusakan mukosa usus, dimana akan terjadi perubahan struktur mukosa usus
dan kemudian terjadi pemendekan villi dan pendangkalan kripta yang
menyebabkan berkurangnya permukaan mukosa usus.
Selama diare akut karena kolera dan E. coli terjadi penurunan absorpsi
karbohidrat, lemak dan nitrogen. Pemberian masukan makan makanan
diperbanyak akan dapat memperbaiki aborpsi absolut sampai meningkat
dalam batas kecukupan walaupun diarenya sendiri bertambah banyak.
Metabolisme dan absorpsi nitrogen hanya akan mencapai 76% dan absorpsi
lemak hanya 50%.
3) Katabolisme
Pada umumnya infeksi sistemik akan mempengaruhi metabolisme dan fungsi
endokrin, pada penderita infeksi sistemik terjadi kenaikan panas badan. Akan
memberikan dampak peningkatan glikogenesis, glikolisis, peningkatan
sekresi glukagon, serta aldosteron, hormon anti diuretic (ADH) dan hormon
tiroid. Dalam darah akan terjadi peningkatan jumlah kholesterol, trigliserida
dan lipoprotein. Proses tersebut dapat memberi peningkatan kebutuhan
energy dari penderita dan akan selalu disertai kehilangan nitrogen dan
elektrolit intrasel melalui ekskresi urine, peluh dan tinja.
4) Kehilangan langsung
Kehilangan protein selama diare melalui saluran cerna sebagai Protein
loosing enteropathy dapat terjadi pada penderita campak dengan diare,
penderita kolera dan diare karena E. coli. Melihat berbagai argumentasi di
atas dapat disimpulkan bahwa diare mempunyai dampak negative terhadap
status gizi penderita.
c. Perubahan ekologik dalam lumen usus dan mekanisme ketahananisi usus
Kejadian diare akut pada umumnya disertai dengan kerusakan mukosa usus
keadaan ini dapat diikuti dengan gangguan pencernaan karena deplesi enzim.
Akibat lebih lanjut adalah timbulnya hidrolisis nutrien yang kurang tercerna
sehingga dapat menimbulkan peningkatan hasil metabolit yang berupa
substansi karbohidrat dan asam hidrolisatnya. Keadaan ini akan merubah
ekologi kimiawi isi lumen usus, yang dapat menimbulkan keadaan bakteri
tumbuh lampau, yang berarti merubah ekologi mikroba isi usus. Bakteri
tumbuh lampau akan memberi kemungkinan terjadinya dekonjugasi garam
empedu sehingga terjadi peningkatan asam empedu yang dapat menimbulkan
kerusakan mukosa usus lebih lanjut. Keadaan tersebut dapat pula disertai
dengan gangguan mekanisme ketahanan lokal pada usus, baik yang
disebabkan oleh kerusakan mukosa usus maupun perubaban ekologi isi usus.
G. KOMPLIKASI
Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit merupakan komplikasi utama,
terutama pada usia lanjut dan anak-anak. Pada diare akut karena kolera
kehilangan cairan secara mendadak sehingga terjadi shock hipovolemik yang
cepat. Kehilangan elektrolit melalui feses potensial mengarah ke hipokalemia
dan asidosis metabolik.(Hendarwanto, 1996; Ciesla et al, 2003)
Pada kasus-kasus yang terlambat meminta pertolongan medis, sehingga syok
hipovolemik yang terjadi sudah tidak dapat diatasi lagi maka dapat timbul
Tubular Nekrosis Akut pada ginjal yang selanjutnya terjadi gagal multi organ.
Komplikasi ini dapat juga terjadi bila penanganan pemberian cairan tidak
adekuat sehingga tidak tecapai rehidrasi yang optimal. (Nelwan, 2001;
Soewondo, 2002; Thielman & Guerrant, 2004)
Haemolityc uremic Syndrome (HUS) adalah komplikasi yang disebabkan
terbanyak oleh EHEC. Pasien dengan HUS menderita gagal ginjal, anemia
hemolisis, dan trombositopeni 12-14 hari setelah diare. Risiko HUS akan
meningkat setelah infeksi EHEC dengan penggunaan obat anti diare, tetapi
penggunaan antibiotik untuk terjadinya HUS masih kontroversi.
Sindrom Guillain Barre, suatu demielinasi polineuropati akut, adalah
merupakan komplikasi potensial lainnya dari infeksi enterik, khususnya
setelah infeksi C. jejuni. Dari pasien dengan Guillain Barre, 20 40 % nya
menderita infeksi C. jejuni beberapa minggu sebelumnya. Biasanya pasien
menderita kelemahan motorik dan memerlukan ventilasi mekanis untuk
mengaktifkan otot pernafasan. Mekanisme dimana infeksi menyebabkan
Sindrom Guillain Barre tetap belum diketahui.
Artritis pasca infeksi dapat terjadi beberapa minggu setelah penyakit diare
karena Campylobakter, Shigella, Salmonella, atau Yersinia spp
Menurut SPM Kesehatan Anak IDAI (2004) dan SPM Kesehatan Anak
RSUD Wates (2001), Komplikasi Diare yaitu:
Kehilangan air dan elektrolit : dehidrasi, asidosis metabolic
Syok
Kejang
Sepsis
Klasifikasi
pada
radiografi
plain
abdominal
dapat
atau
sindroma
carcinoid.
Kolososkopi
dapat
membantu
Mccrosporida,
Infeksi
M Avium
Intraseluler. CT
Pemberian imunisasi campak pada bayi sangat penting untuk mencegah agar
bayi tidak terkena penyakit campak. Anak yang sakit campak sering disertai
diare, sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare.
Oleh karena itu berilah imunisasi campak segera setelah bayi berumur 9
bulan.
2. Penyehatan Lingkungan
a. Penyediaan Air Bersih
Mengingat bahwa ada beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui air
antara lain adalah diare, kolera, disentri, hepatitis, penyakit kulit, penyakit
mata, dan berbagai penyakit lainnya, maka penyediaan air bersih baik secara
kuantitas dan kualitas mutlak diperlukan dalam memenuhi kebutuhan air
sehari-hari termasuk untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Untuk
mencegah terjadinya penyakit tersebut, penyediaan air bersih yang cukup
disetiap rumah tangga harus tersedia. Disamping itu perilaku hidup bersih
harus tetap dilaksanakan.
b. Pengelolaan Sampah
Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat berkembang biaknya vektor
penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa dsb. Selain itu sampah dapat
mencemari tanah dan menimbulkan gangguan kenyamanan dan estetika
seperti bau yang tidak sedap dan pemandangan yang tidak enak dilihat. Oleh
karena itu pengelolaan sampah sangat penting, untuk mencegah penularan
penyakit tersebut. Tempat sampah harus disediakan, sampah harus
dikumpulkan setiap hari dan dibuang ke tempat penampungan sementara.
Bila tidak terjangkau oleh pelayanan pembuangan sampah ke tempat
pembuangan akhir dapat dilakukan pemusnahan sampah dengan cara
ditimbun atau dibakar.
c. Sarana Pembuangan Air Limbah
Air limbah baik limbah pabrik atau limbah rumah tangga harus dikelola
sedemikian rupa agar tidak menjadi sumber penularan penyakit. Sarana
pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat akan menimbulkan bau,
mengganggu estetika dan dapat menjadi tempat perindukan nyamuk dan
bersarangnya tikus, kondisi ini dapat berpotensi menularkan penyakit seperti
leptospirosis, filariasis untuk daerah yang endemis filaria. Bila ada saluran
pembuangan air limbah di halaman, secara rutin harus dibersihkan, agar air
limbah dapat mengalir, sehingga tidak menimbulkan bau yang tidak sedap
dan tidak menjadi tempat perindukan nyamuk.
J.
PENATALAKSANAAN
Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas
untuk di infus.
ORALIT
2. Berikan obat Zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc
dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana
ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi
epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang
mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare.
Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat
keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume
tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya.
(Black, 2003). Penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa Zinc mempunyai
efek protektif terhadap diare sebanyak 11 % dan menurut hasil pilot study
menunjukkan bahwa Zinc mempunyai tingkat hasil guna sebesar 67 %
(Hidayat 1998 dan Soenarto 2007). Berdasarkan bukti ini semua anak diare
harus diberi Zinc segera saat anak mengalami diare.
Dosis pemberian Zinc pada balita:
Umur < 6 bulan : tablet ( 10 Mg ) per hari selama 10 hari
Umur > 6 bulan : 1 tablet ( 20 mg) per hari selama 10 hari.
Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti.
Cara pemberian tablet zinc:
Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI, sesudah larut
berikan pada anak diare.
ZINK
3. Pemberian ASI / Makanan :
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada
penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah
berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum Asi harus lebih sering di
beri ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari
biasanya. Anak uis 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan
makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan
sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian
makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan
berat badan.
4. Pemberian Antibiotika hanya atas indikasi
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare
pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada
penderita diare dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek
kolera.
Obat-obatan Anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita
diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak di anjurkan
kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun
meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian besar menimbulkan efek
samping yang bebahaya dan bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa
digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit (amuba, giardia).
5. Pemberian Nasehat
Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat
tentang :
a. Cara memberikan cairan dan obat di rumah
b. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :
Diare lebih sering
Muntah berulang
Sangat haus
Makan/minum sedikit
Timbul demam
Tinja berdarah
Tidak membaik dalam 3 hari.
Menurut Kapita Selekta Kedokteran (2000) dan SPM Kesehatan Anak RSUD
Wates (2001), Penatalaksanaan Medis diare yaitu:
1. Resusitasi cairan dan elektrolit
a. Rencana Pengobatan A, digunakan untuk :
Mengatasi diare tanpa dehidrasi
Meneruskan terapi diare di rumah
Memberikan terapi awal bila anak diare lagi
Tiga cara dasar rencana Pengobatan A :
1) Berikan lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi
(oralit, makanan cair : sup, air matang). Berikan cairan ini sebanyak anak mau
dan terus diberikan hingga diare berhenti.
Kebutuhan oralit per kelompok umur
Umur
< 12 bulan
Yang Disediakan
400 ml / hari (2 bungkus)
1-4 tahun
100-200 ml
> 5 tahun
200-300 ml
Dewasa
300-400 ml
1.200-2.800 ml / hari
< 1 tahun
300 ml
1-5 tahun
600 ml
> 5tahun
1.200 ml
Dewasa
2.400 ml
Setelah 3-4 jam, nilai kembali, kemudian pilih rencana A, B, atau C untuk
melanjutkan pengobatan :
Bila tidak ada dehidrasi ganti ke rencana A
Bila ada dehidrasi tak berat atau ringan/sedang, ulangi rencana B tetapi
tawarkan makanan, susu dan sari bu-ah seperti rencana A
Bila dehidrasi berat, ganti dengan rencana C
c. Rencana Pengobatan C
Dehidrasi berat : rehidrasi parenteral / cairan intravena segera. Beri 100
ml/kg BB cairan RL, Asering atau garam normal (larutan yang hanya
mengandung glukosa tidak boleh diberikan).
Umur
30 ml/kg BB
70 ml/kg BB
< 12 bulan
1 jam pertama
5 jam kemudian
> 1 tahun
jam pertama
Rehidrasi parenteral :
RL atau Asering untuk resusitasi / rehidrasi
D1/4S atau KN1B untuk maintenan (umur < 3 bulan)
D1/2S atau KN3A untuk maintenan (umur > 3 bulan)
Ulangi bila nadi masih lemah atau tidak teraba
Nilai kembali tiap 1-2 jam. Bila rehidrasi belum tercapai percepat tetesan
infuse
Juga berikan oralit 5 ml/kg BB/jam bila penderita bisa minum. Biasanya
setelah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak)
Setelah 3-6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi, kemudian pilih rencana
A, B, C untuk melanjutkan pengobatan.
2. Obat-obat anti diare meliputi antimotilitas (loperamid, difenoksilat,
kodein, opium), adsorben (norit, kaolin, smekta).
3. Obat anti muntah : prometazin , domperidon, klorpromazin
4. Antibiotik hanya diberikan untuk disentri dan tersangka kolera :
Metronidazol 50 mg/kgBB/hari
5. Hiponatremia (Na > 155 mEq/L), dikoreksi dengan D1/2S. Penurunan
kadar Na tidak boleh lebih dari 10 mEq per hari karena bisa menyebabkan
edema otak
6. Hiponatremia (Na < 130 mEq/L), dikoreksi dengan RL atau NaCl
7. Hiperkalemia (K > 5 mEq/L), dikoreksi dengan kalsium glukonas
perlahan-lahan 5-10 menit sambil memantau detak jantung
8. Hipokalemia (K, 3,5 mEq/L), dikoreksi dengan KCl
No.
Nama
Data Umum
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Jenis Kelamin
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Suku / bangsa
Komposisi keluarga
: Tn. S
: 49 Tahun
: RT. 08 Desa Waringin Kencana,
Kecamatan Wanaraya, Kab.Barito
Kuala.
: Laki-laki
: Islam
: SD
: Petani
: Banjar / WNI
: Kepala Keluarga
Umur
Gender
Hub.
Dgn KK
Pendidikan
Pekerjaan
Keterangan
1.
Ny. J
49 thn
Perempuan
Istri
TL
IRT
Diare
Tn. S
48 thn
Laki-laki
KK
SD
Petani
Sehat
An. P
23 thn
Perempuan
Anak
SMA
Buruh
Sehat
An. B
17 thn
Perempuan
Anak
SMP
Sekolah
Sehat
Genogram
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan (pasien)
Tipe Keluarga:
Tife keluarga Tn. S adalah Niddle Age/Aging Couple suami (Tn. S) sebagai pencari
uang/nafkah bagi keluarga dan Ny. J dirumah sebagai ibu rumah tangga. Saat ini
Tn. S tinggal serumah dengan istri dan anak-anak.
1. Kewarganegaraan/suku bangsa : Indonesia/Banjar
2. Agama yang dianut adalah Islam
3. Status sosial ekonomi keluarga
a. Pendapatan
Pendapatan keluarga Tn. S perbulan rata-rata Rp 1000.000-1.500.000,perbulan, hal ini bersumber dari penghasilan sebagai pencari kodok dan
petani. Sedangkan untuk beras keluarga ini tidak membeli karena mereka
sendiri sebagai petani.
b. Sosial
Hubungan keluarga dengan masyarakat baik, keluarga Tn. S aktif dalam
kegiatan masyarakat seperti kegiatan yasinan.
4. Aktivitas rekreasi keluarga:
Tn. S mengatakan bila ada waktu luang dan tidak ke sawah biasanya santai di
rumah bersama istri dan anak-anaknya.
II.
Saat ini keluarga bapak S berada pada fase keluarga dengan usia produktif
(pasangan usia subur).
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, bapak M belum mampu
memenuhi kebutuhan yang diinginkan keluarga.
c. Riwayat keluarga inti
Tn. S mengatakan bahwa istrinya menderita tekanan darah tinggi sejak 2-3
tahun terakhir, Tn. S mengatakan istrinya sering mengeluh kepalanya pusing,
leher dan bahunya terasa sakit dan kaku. Selain tekanan darah tinggi Ny. J juga
menderita rematik. Biasanya Ny. J berobat ke puskesmas atau mengambil
perawat untuk diperiksa bila penyakitnya sedang kambuh. Saat ini Tn. S juga
menderita rematik.
d. Riwayat keluarga dahulu
Dahulu Tn. S dan istri sibuk bekerja disawah dan juga ke kebun, Tn. S dan
istrinya biasanya bekerja dari pagi sampai sore. Sejak 2 tahun Ny. R tidak
pernah bekerja ke sawah lagi karena kondisi kesehatannya, Ny. J terkadang
masih bekerja dirumah sebagai tukang urut/pijit. Bila ada keluhan dengan
kesehatannya Tn. S dan keluarganya biasanya beli obat diwarung, jika keluhan
tidak berkurang baru berobat ke Puskesmas atau memanggil petugas kesehatan
untuk kerumahnya.
III.
Lingkungan
a) Karakteristik rumah
Rumah keluarga Tn. S jenis bangunan kayusemi permanen dengan luas
bangunan 6x10m, luas pekarangan 5 m, didepan rumah ada sungai, status
rumah milik sendiri, penerangan dan pencahayaan rumah terang, bila malam
menggunakan lampu listrik, terdapat jendela. Terdapat 2 pintu, pintu utama, dan
pintu dapur. Pintu dan jendela rumah klien selalu dibuka setiap saat sehingga
udara masuk kerumah. Rumah Tn. S memiliki ruang tamu, 2 kamar tidur, dapur
dan kamar mandi, lantai rumah terbuat dari kayu/papan, pembuangan sampah
disungai. Sumber air minum menggunakan air hujan yang di tampung dalam
gentong tertutup, untuk mencuci dan memasak keluarga Tn. S menggunakan
sumur gali, sedangkan bila BAB (Buang Air Besar) ke sungai menggunakan
WC (jamban) sendiri dengan cemplung terbuka.
Struktur keluarga
A. Pola komunikasi keluarga
Cara berkomunikasi antar anggota keluarga baik, menggunakan bahasa banjar
dan saling pengertian dan perhatian. Setiap saat Tn. S di rumah dan bertemu
keluarga selalu melakukan komunikasi
B. Struktur kekuatan keluarga
Tn. S mempunyai peran yang baik didalam mengambil keputusan untuk
keluarganya, setiap keputusan yang diambil selalu di musyawarahkan dengan
anggota keluarga lainnya.
C. Struktur peran
Fungsi keluarga
A. Fungsi afektif
Keluarga Tn. S memiliki sikap dan hubungan baik, Tn. S dan Ny. J selalu
mengajarkan dan mencontohkan cara bersopan santun pada anak-anaknya,
keluarga Tn. S juga selalu memberikan kasih sayang pada keluarganya dan juga
mengajarkan untuk saling menghargai antara sesama.
B. Fungsi sosialisasi
Tn. S mengatakan hubungan dengan anak-anaknya,
Mengenal masalah
Tn. S mengatakan mengetahui istrinya menderita tekanan darah tinggi saat
dibawa berobat kepuskesmas, tetapi Tn. S tidak mengetahui pengertian,
penyebab, tanda gejala dan perawatan pada Diare yang diderita oleh
istrinya.
Tn. S mengatakan istrinya sudah 3 hari mengeluh pusing, kaku dan sakit
pada daerah tengkuknya
2.
Mengambil keputusan.
Tn. S mengatakan bila ada salah satu anggota keluarganya yang sakit
biasanya dibelikan obat di warung terlebih dahulu, bila sakit atau keluhan
tidak berkurang Tn. S membawa keluarganya yang sakit ke Puskesmas
atau memanggil petugas kesehatan kerumahnya.
3.
Menurut Tn. S bila ia atau anggota keluarganya sakit tapi tidak parah,
maka mereka biasanya membeli obat di warung. Namun bila sakitnya
tidak sembuh-sembuh mereka membawanya ke puskesmas.
4.
5.
VI.
VII.
Harapan keluarga
Tn. S mengharapkan Ny. J segera sehat dan tidak sakit lagi.
VIII.
Pemeriksaan fisik
A. Pemeriksaan fisik tanggal 6 Oktober 2016
1. Ny. J
a. Keadaan umum
-
b. Tanda-tanda vital
-
TD : 210/140 Mmhg
Nadi: 92 x/menit
RR: 24 x/menit
Suhu: 37 0 C
2) Dada
3) Abdomen
-
4) Ekstremitas
-
C.
X.
XI.
Tidur Siang
Tidur Malam
Keterangan
Tn. S
1/2 jam
2-3 jam
Ny. J
-1 jam
6-7 jam
An. B
1-2 jam
7-8 jam
b. Kebiasaan makan
Kebiasaan makan keluarga Tn. S 3x1 hari dengan waktu yang teratur, dengan
makanan pokok keluarga adalah nasi, ditambah ikan basah, ikan kering/ikan
asin, sayur-sayuran dan terkadang buah-buahan.
Tn. S mengatakan Setelah mengetahui kalauistrinya menderita tekanan darah
tinggi, keluarganya membatasi mengkonsumsi ikan kering/ikan asin dan juga
makanan yang berlemak.
c. Kebiasaan personal hygiene
Mandi 2x sehari dengan menggunakan sabun, menggosok gigi 2x sehari pagi
dan sore dengan menggunakan pasta gigi, ganti pakaian setiap kali sesudah
mandi, mencuci rambut atau keramas 2-3 x/minggu atau bila terasa kotor. Tn. S
dan keluarga menggunakan air sumur dan terkadang air sungai untuk mandi dan
menggosok gigi.
d. Kebiasaan BAB dan BAK
Ny. J setiap harinya BAB 1x sehari, normal dengan konsistensi tidak keras dan
tidak cair, BAK 6x sehari.
B. ANALISA DATA
Tipologi masalah kesehatan anggota keluarga yang menderita Diare
a. Ancaman kesehatan : b. Sakit atau kurang sehat
c. Krisis
:-
No.
Data
1.
Data Subjektif
-Ny. J mengatakan kepalanya
terasa sakit dan sangat pusing,
leher dan tengkuknya juga
terasa kaku. Ny. J juga
mengatakan perutnya terasa
Masalah
Keperawatan
Nyeri (sakit
kepala)
Kemungkinan
Penyebab
Ketidakmampuan
keluarga didalam
merawat anggota
keluarga yang
sakit (Diare)
Tipologi
Masalah
Aktual.
mual.
-Tn. S mengatakan istrinya sering
mengeluh kepalanya pusing,
leher dan bahunya terasa sakit
dan kaku.
Data Objektif
-
Keadaan
umum: klien tampak lemah,
klien tampak meringis
kesakitan sambal memijit
kepalanya
Tanda-tanda
vital
TD = 210/140 mmHg
R R = 24 x/menit
2.
= 92 x/menit
= 37 C
Data Subjektif
-
Tn.
S
mengatakan
mengetahui
istrinya menderita tekanan
darah tinggi saat dibawa
berobat kepuskesmas,
Tn.
S
mengatakan tidak mengetahui
pengertian, penyebab, tanda
gejala dan perawatan pada
Diare yang diderita oleh
istrinya
Tn.
S
mengatakan
kurang
mengetahui bagaimana cara
merawat anggota keluarganya
yang menderita Diare
Data Objektif
Defisit
pengetahuan
tentang Diare
Ketidaktahuan
klien dan keluarga
mengenal masalah
penyakit Diare
Aktual.
Tanda-tanda
vital
TD = 210/140 mmHg
R R = 24 x/menit
A.
= 92 x/menit
= 37 C
2.
E.
No
1.
Tujuan
Jangka Panjang
Kriteria e
Jangka Pendek
Kriteria
Respon
Verbal
1. Tn.
dap
car
ang
yan
Dia
2. Kel
me
kom
mu
tida
dita
Defisit pengetahuan
tentang Diare
berhubungan dengan
Ketidaktahuan
keluarga mengenal
masalah penyakit
Diare
Pengertian Diare
Tanda dan gejala Diare
Penyebab Diare
Komplikasi Diare
Penatalaksanaan
Diare.
6. Mengetahuicarapengobatantr
adisionaluntukDiare
Respon
Verbal
1. T
K
m
m
m
se
y
b
ta
p
k
p
D
2. T
ca
tr
D
47
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Hari,
Tanggal,
Masalah
kesehatan
Masalah
keperawatan
Ny. J
menderita
Diare.
Nyeri (sakit
kepala)
berhubungan
dengan
ketidakmapu
an keluarga
merawat
anggota
keluarga
yang sakit
Diare
Implementasi
Evaluasi
Jam
Kamis,
23/1/20
14
Pkl.
10.00
WITA
Ny. J mengatakan
kepalanya masih terasa sakit.
Tn. S mengatakan
akan memanggil petugas kesehatan
kerumahnya untuk memeriksa
kondisi kesehatan istrinya
O:
-
Sabtu
25/1/20
14
Pkl.
10.00
WITA
Ny. R
menderita
Diare.
Nyeri (sakit
1. Mengkaji karakteristik dan
kepala)
keluhan nyeri (sakit kepala) yang
berhubungan
dialami Ny. R
dengan
2. Melakukan pengukuran TTV
ketidakmapu
(TD, N, RR, S)
an keluarga
3. Menganjurkan pada klien untuk
merawat
beristirahat
anggota
4. Menganjurkan pada klien untuk
keluarga
membatasi aktifitas fisik selama
yang sakit
nyeri (sakit kepala)
Diare
5. Mengevaluasi tehnik rileksasi
nafas dalam yang telah diajarkan
6. Menjelaskan pada keluarga cara
O:
Ny. J mengatakan
sakit kepalanya sudah mulai
berkurang
Tn. S mengatakan
sudah memanggil petugas kesehatan
kerumahnya dan memeriksa kondisi
kesehatan istrinya, dan sudah diberi
obat.
48
Hari,
Tanggal,
Masalah
kesehatan
Masalah
keperawatan
Implementasi
Evaluasi
Jam
merawat anggota keluarga yang
sakit dengan menyediakan menu
makanan yang rendah garam dan
rendah lemak
7. Menganjurkan pada keluarga
untuk secara teratur memberikan
obat yang telah diresepkan
kepada Ny. J.
49
Hari,
Tanggal,
Masalah
kesehatan
Masalah
keperawatan
Implementasi
Evaluasi
Jam
kamis
6/2/201
4
Pkl.
10.00
WITA
Ny. J
menderita
Diare.
Defisit
1. Mengkaji pengetahuan keluarga
pengetahuan
dan klien tentang tanda, gejala,
tentang Diare
penyebab serta akibat lanjut dari
berhubungan
Diare.
dengan
2. Menjelaskan kepada keluarga
Ketidaktahuan
pengertian, penyebab, tanda gejala,
keluarga
pencegahan, diet Diare,akibat
mengenal
lanjut dari Diare
masalah
3. Mendemonstrasikan cara
penyakit
pembuatan obat tradisional untuk
Diare.
Diare dengan menggunakan
mentimun yang diparut dan
diminum airnya.
4. Memberikan pujian kepada klien
dan keluarga atas jawabannya
(benar) atau kalau salah kita
sempurnakan/kita
benarkan/perbaiki.
5. Menganjurkan kepada klien untuk
sering mengontrol/periksa TD tiap
minggu atau 1 minggu 2 kali.
Ny. J mengatakan
mengerti atas penjelasan yang
diberikan
Tn. S mengatakan
merasa senang karena telah
diberikan penjelasan tentang
pengertian, penyebab, tanda dan
gejala juga akibat lanjut dari Diare
Ny. J mengatakan
akan mencoba membuat parutan
air mentimun seperti yang telah
diajarkan
O:
-
Ny. J tampak
memperhatikan apa yang telah
dijelaskan
Ny. J tampak
mencoba apa yang telah diajarkan
Tn. S tampak
mampu menjawab pertanyaan
yang diajukan
A: masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
50
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Diare didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140
mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi lanjut usia, Diare
didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg.
B.
Saran
Dari uraian diatas dapat kami sarankan sebaiknya para pembaca khususnya perawat
dengan kasus Diare mengetahui tentang: Faktor-faktor resiko yang dapat ditemui pada
lansia dengan Diare.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien), Edisi 3, Penerbit Buku Kedikteran EGC, Tahun
2001.
Mansjoer, Arief et all. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Media Aescalapius
Smeltzer, Suzanne C. Brenda. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta:
EGC
51
http://learntogether-aries.blogspot.com/2011/09/askep-Diare.html
http://asuhankeperawatanDiare.blogspot.com/