Vous êtes sur la page 1sur 51

BAB I

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang

B.

Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memahami dan membuat Asuhan Keperawatan
Lansia dengan Diare.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui Definisi Diare
b. Mahasiswa mampu mengetahui Etiologi dari Diare
c. Mahasiswa mampu mengetahui Patofisiologi Diare
d. Mahasiswa mampu mengetahui Penatalaksanaan Diare
e. Mahasiswa mampu mengetahui dan membuat Askep Keluarga dengan
Diare

C.

Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Diare?
2. Apa penyebab dari penyakit Diare?
3. Bagaimana patofisiologi penyakit Diare?
4. Bagaimana penatalaksanaan pasien dengan penyakit Diare?
5. Bagaimana cara membuat asuhan keperawatan Lansia dengan Diare?

BAB II
PEMBAHASAN

I. KONSEP KELUARGA
A. DEFINISI
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan
adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial dari tiap
anggota (Ayu, 2010)
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di bawah suatu atap dalam
keadaan saling ketergantungan (Sudiharto, 2007)

B. CIRI CIRI KELUARGA


Ada beberapa ciri-ciri keluarga menurut Nasrul Effendi (2007) sebagai berikut :
1. Diikat dalam satu perkawinan.
2. Ada ikatan batin.
3. Ada tanggung jawab masing anggota.
4. Ada pengambilan keputusan.
5. Kerjasama di antara anggota keluarga.
6. Komunikasi interaksi antar anggota keluarga
C. TIPE DAN BENTUK KELUARGA
Bentuk-bentuk keluarga antara lain: (Zaidin Ali, 2009: 6-7)
a. Keluarga Inti (Nuclear Family)
Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.
b. Keluarga Besar (Ekstended Family)
Adalah keluarga inti di tambah dengan sanak saudara, misal: nenek, kakek,
keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dan sebagainya.
c. Single parent family
Adalah satu keluarga yang di kepalai oleh satu kepala keluarga dan hidup
bersama dengan anak-anak yang masih bergantung kepadanya.

d. Nuclear dyed
Adalah keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa anak, tinggal
dalam satu rumah yang sama.
e. Blended Family
Adalah suatu keluarga yang terbentuk dari perkawinan pasangan, yang
masing-masing pernah menikah dan membawa anak hasil perkawinan
terdahulu.
f. Three Generation Family
Adalah keluarga yang terdiri dari tiga generasi, yaitu kakek, nenek, bapak,
ibu dan anak-anak dalam satu rumah.
g. Single adult living alone
Adalah bentuk keluarga yang hanya terdiri dari satu orang dewasa yang
hidup dalam rumahnya.
h. Middle age atau Elderly Couple

Adalah keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri paruh baya.
Tipe keluarga non tradisional
a. Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi tidak menikah
(biasanya terdiri dari ibu dan anaknya).
b. Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai anak
c. Keluarga gay/ lesbian adalah pasangan yang berjenis kelamin sama hidup
bersama sebagai pasangan yang menikah
d. Keluarga kemuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih satu pasangan
monogamy dengan anak-anak, secara bersama menggunakan fasilitas,
sumber dan mempunyai pengalaman yang sama.
D. TAHAP TUMBUH KEMBANG KELUARGA
Tahap dan siklus tumbuh kembang keluarga menurut Duval 1985 dan Friedman
1998, ada 8 tahap tumbuh kembang keluarga, yaitu :
1. Tahap I: Keluarga Pemula Keluarga pemula merujuk pada pasangan
menikah/tahap pernikahan. Tugas perkembangan keluarga saat ini adalah
membangun perkawinan yang saling memuaskan, menghubungkan jaringan
persaudaraan secara harmonis, merencanakan keluarga berencana.
2. Tahap II: Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai umur 30
bulan). Tugas perkembangan keluarga pada tahap II, yaitu membentuk
keluarga muda sebagai sebuah unit, mempertahankan hubungan perkawinan
yang memuaskan, memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan
menambahkan peran orang tua kakek dan nenek dan mensosialisasikan
dengan lingkungan keluarga besar masing-masing pasangan.
3. Tahap III: Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua berumur 2-6
tahun. Tugas perkembangan keluarga pada tahap III, yaitu memenuhi
kebutuhan anggota keluarga, mensosialisasikan anak, mengintegrasikan
anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak yang lainnya,
mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan luar keluarga,
menanamkan nilai dan norma kehidupan, mulai mengenalkan kultur
keluarga, menanamkan keyakinan beragama, memenuhi kebutuhan bermain
anak.
4. Tahap IV: Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13 tahun).
Tugas perkembangan keluarga tahap IV, yaitu mensosialisasikan anak

termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan


dengan teman sebaya, mempertahankan hubungan perkawinan yang
memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga,
membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas
sekolah.
5. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20 tahun).
Tugas perkembangan keluarga pada tahap V, yaitu menyeimbangkan
kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan
mandiri, memfokuskan kembali hubungan perkawinan, berkomunikasi
secara terbuka antara orang tua dan anak-anak, memberikan perhatian,
memberikan kebebasan dalam batasan tanggung jawab, mempertahankan
komunikasi terbuka dua arah.
6. Tahap VI: Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak
pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah). Tahap ini adalah
tahap keluarga melepas anak dewasa muda dengan tugas perkembangan
keluarga antara lain : memperluas siklus keluarga dengan memasukkan
anggota keluarga baru yang didapat dari hasil pernikahan anak-anaknya,
melanjutkan untuk memperbaharui dan menyelesaikan kembali hubungan
perkawinan, membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami
dan istri.
7. Tahap VII: Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan atau pensiunan) Tahap
keluarga pertengahan dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini juga dimulai ketika
orang tua memasuki usia 45-55 tahun dan berakhir pada saat pasangan
pensiun. Tugas perkembangannya adalah menyediakan lingkungan yang
sehat, mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arah dengan
lansia dan anak-anak, memperoleh hubungna perkawinan yang kokoh.
8. Tahap VIII: Keluarga dalam tahap pensiunan dan lansia. Dimulai dengan
salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun terutama
berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal dan berakhir dengan
pasangan

lain

meninggal.

Tugas

perkembangan

keluarga

adalah

mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan, menyesuaikan


terhadap

pendapatan

yang

menurun,

mempertahankan

hubungan

perkawinan, menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan dan


mempertahankan ikatan keluarga antara generasi.

E. FUNGSI KELUARGA
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga atau
sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarganya : Fungsi keluarga menurut
Friedman (1998) dalam Setiawati dan Darmawan (2005), yaitu:
1. Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan
pemeliharaan kepribadian anggota keluarga.
2. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi bercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada
anak, membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan
perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai-nilai
budaya anak.
3. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga dalam
melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga serta
menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental, dan spiritual,
dengan cara memelihara dan merawat anggota keluarga serta mengenali
kondisi sakit tiap anggota keluarga.
4. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang,
pangan, dan papan, dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber daya
keluarga.
5. Fungsi biologis
Fungsi biologis bukan hanya ditujukan untuk meneruskn keturunan tetapi
untuk memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan generasi
selanjutnya.
6. Fungsi psikologis
Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih saying dan
rasa aman/ memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina
pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas
keluarga.
7. Fungsi pendidikan
Fungsi

pendidikan

diberikan

keluarga

dalam

rangka

memberikan

pengetahuan, keterampilan membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak

untuk kehidupan dewasa mendidik anak sesuai dengan tingkatan


perkembangannya.
F. TUGAS KELUARGA DALAM BIDANG KESEHATAN
Friedman (2002) membagi 5 peran kesehatan dalam keluarga yaitu:
1. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan tiap anggotanya
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
3. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan yang
tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu
muda.
4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5. Mempertahankan hubungan kepribadian anggota keluarga dan lembagalembaga kesehatan, yang menunjukan pemanfaatan dengan baik fasilitasfasilitas kesehatan yang ada.
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
1. Pengkajian
a. Identitas kepala keluarga.
b. Komposisi keluarga.
Komposisi keluarga biasanya nama, jenis kelamin, hubungan dengan kk, dan
imunisasi bagi balita dan disertai genogram keluarga tersebut.
c. Tipe keluarga.
Tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang terjadi dengan jenis tipe
keluarga tersebut.
d. Suku bangsa (etnis)
Latar belakang etnis keluarga atau anggota keluarga, tempat tinggal keluarga,
dan kegiatan keagamaan
e. Agama dan kepercayaan
Apakah anggota keluarga berbeda dalam praktek keyakinan beragama mereka
f. Status social ekonomi
Status social ekonomi keluarga ditentukan berdasarkan tingkat kesejahteraan
keluarga. Aktifitas rekreasi keluarga Menonton tv bersama, kadang pergi
sekeluarga untuk makan bakso , dll.

2. Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga


a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga adalah mengkaji keluarga berdasarkan tahap
perkembangan keluarga berdasarkan duvall
b. Tahap perkembangan keluarga yang belu terpenuhi
Tahap ini ditentukan sampai dimana perkembangan keluarga saat ini dan
tahap apa yang belum dilakukan oleh keluarga serta kendalanya
c. Riwayat kesehatan inti
Yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masingmasinganggota dan sumber pelayanan yang digunakan keluarga
d. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Disini diuraikan riwayat kepala keluarga sebelum membentuk keluarga
sampai saat inI.
3. Data Lingkungan
a. Karakteristik rumah
b. Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal yang lebih luas
c. Mobilitas geografis keluarga, Ditentukan dengan kebiasaan keluarga
berpindah tempat,
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
e. System pendukung keluarga, yang termasuk system pendukung keluarga
adalah jumlah anggota keluarga yang sehat
4. Struktur Keluarga
a. Struktur peran
b. Peran masing masing anggaota keluarga baik secara formal maupun
informal, model peran keluarga, konflik dalam pengaturan keluarga
c. Nilai dan norma keluarga
d. Nilai dan norma yang dianut keluarga yang berhubungan dengan kesehatan
e. Pola komunikasi keluarga. Cara komunikasi antar anggota keluarga, bahasa,
frekuensi dan kualitas komunikasi
f. Strukur

kekuatan

keluarga.

Kemampuan

anggota

keluarga

dalam

mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk mengubah perilakunya.


5. Fungsi keluarga

1. Ekonomi
2. Fungsi mendapatkan status social
3. Funsi pendidikan
4. Fungsi sosialisasi
5.

Fungsi perawatan kesehatan


a. Mengenal masalah kesehatan.
b.

Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat.

c. Merawat anggota keluarga yang sakit.


d. Memelihara, memodifikasi lingkungan keluarga yang sehat.
e. Menggunakan fasilitas kesehatan atau pelayanan kesehatan di masyarakat.
f. Fungsi religious, Menjelaskan tentang kegiatan keagamaan yang
dipelajari dan dijalankan oleh keluarga yang berhubungan dengan
kesehatan.

II. KONSEP PENYAKIT


A. DEFINISI
Diare atau penyakit diare (Diarrheal disease) berasal dari bahasa Yunani
yaitu diarroi yang berarti mengalir terus, merupakan keadaan abnormal
dari pengeluaran tinja yang terlalu frekuen (Yatsuyanagi, 2002).
Diare adalah peningkatan dalam frekuensi buang air besar (kotoran), serta
pada kandungan air dan volume kotoran itu. Para Odha sering mengalami
diare. Diare dapat menjadi masalah berat. Diare yang ringan dapat pulih
dalam beberapa hari. Namun, diare yang berat dapat menyebabkan dehidrasi
(kekurangan cairan) atau masalah gizi yang berat (Yayasan Spiritia, 2011)
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak
atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam.
Sementara untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran

tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi
sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam (Juffrie, 2010).
Diare adalah buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali dalam
satu hari dan biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih. Orang yang
mengalami diare akan kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan
dehidrasi tubuh. Hal ini membuat tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik
dan dapat membahayakan jiwa, khususnya pada anak dan orang tua (USAID,
2009)
Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi
defekasi lebih dari biasanya (>3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja
(menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir (Suraatmaja, 2007). Diare
disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus. Di
seluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta anak yang menderita diare setiap
tahunnya, dan 20% dari seluruh kematian pada anak yang hidup di negara
berkembang berhubungan dengan diare serta dehidrasi. Gangguan diare dapat
melibatkan lambung dan usus (gastroenteritis), usus halus (enteritis), kolon
(colitis) atau kolon dan usus (enterokolitis). Diare biasanya diklasifikasikan
sebagai diare akut dan kronis (Wong, 2009).
Terdapat beberapa pendapat tentang definisi penyakit diare. Menurut
Hippocrates definisi diare yaitu sebagai suatu keadaan abnormal dari
frekuensi dan kepadatan tinja, Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia, diare
atau penyakit diare adalah bila tinja mengandung air lebih banyak dari
normal. Menurut Direktur Jenderal PPM dam PLP, diare adalah penyakit
dengan buang air besar lembek/ cair bahkan dapat berupa air saja yang
frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya 3 kali atau lebih dalam
sehari) (Sinthamurniwaty, 2006).
B.
1.
a.
1)

KLASIFIKASI
Menurut Simadibrata (2006), diare dapat diklasifikasikan berdasarkan :
Lama waktu diare
Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Sedangkan

menurut World Gastroenterology Organization Global Guidelines (2005)


diare akut didefinisikan sebagai pasase tinja yang cair atau lembek dengan
jumlah lebih banyak dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari. Diare akut
biasanya sembuh sendiri, lamanya sakit kurang dari 14 hari, dan akan mereda
tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi (Wong, 2009).
2) Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari.
b. Mekanisme patofisiologik

1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
c.
d.
2.
a.
b.
c.
d.
3.
a.

Osmolalitas intraluminal yang meninggi, disebut diare sekretorik.


Sekresi cairan dan elektrolit meninggi.
Malabsorbsi asam empedu.
Defek sisitem pertukaran anion atau transport elektrolit aktif di enterosit.
Motilitas dan waktu transport usus abnormal.
Gangguan permeabilitas usus.
Inflamasi dinding usus, disebut diare inflamatorik.
Infeksi dinding usus, disebut diare infeksi.
Penyakit infektif atau non-infektif.
Penyakit organik atau fungsional
Menurut WHO (2005) diare dapat diklasifikasikan kepada:
Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.
Disentri, yaitu diare yang disertai dengan darah.
Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.
Diare yang disertai dengan malnutrisi berat (Simatupang, 2004).
Menurut Ahlquist dan Camilleri (2005), diare dibagi menjadi
Akut apabila kurang dari 2 minggu, persisten jika berlangsung selama 2-4

minggu. Lebih dari 90% penyebab diare akut adalah agen penyebab infeksi
dan akan disertai dengan muntah, demam dan nyeri pada abdomen. 10% lagi
disebabkan oleh pengobatan, intoksikasi, iskemia dan kondisi lain.
b. Kronik jika berlangsung lebih dari 4 minggu. Berbeda dengan diare akut,
penyebab diare yang kronik lazim disebabkan oleh penyebab non infeksi
seperti allergi dan lain-lain.
4. Menurut Kliegman, Marcdante dan Jenson (2006), dinyatakan bahwa
berdasarkan banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit dari tubuh, diare
dapat dibagi menjadi :
a. Diare tanpa dehidrasi
Pada tingkat diare ini penderita tidak mengalami dehidrasi karena frekuensi
diare masih dalam batas toleransi dan belum ada tanda-tanda dehidrasi.
b. Diare dengan dehidrasi ringan (3%-5%)
Pada tingkat diare ini penderita mengalami diare 3 kali atau lebih, kadangkadang muntah, terasa haus, kencing sudah mulai berkurang, nafsu makan
menurun, aktifitas sudah mulai menurun, tekanan nadi masih normal atau
takikardia yang minimum dan pemeriksaan fisik dalam batas normal.
c. Diare dengan dehidrasi sedang (5%-10%)
Pada keadaan ini, penderita akan mengalami takikardi, kencing yang kurang
atau langsung tidak ada, irritabilitas atau lesu, mata dan ubun-ubun besar
menjadi cekung, turgor kulit berkurang, selaput lendir bibir dan mulut serta
kulit tampak kering, air mata berkurang dan masa pengisian kapiler
memanjang ( 2 detik) dengan kulit yang dingin yang dingin dan pucat.
d. Diare dengan dehidrasi berat (10%-15%)
Pada keadaan ini, penderita sudah banyak kehilangan cairan dari tubuh dan
biasanya pada keadaan ini penderita mengalami takikardi dengan pulsasi yang

melemah, hipotensi dan tekanan nadi yang menyebar, tidak ada penghasilan
urin, mata dan ubun-ubun besar menjadi sangat cekung, tidak ada produksi air
mata, tidak mampu minum dan keadaannya mulai apatis, kesadarannya
menurun dan juga masa pengisian kapiler sangat memanjang ( 3 detik)
dengan kulit yang dingin dan pucat.
C. ETIOLOGI
1.
Penyebab diare Yaitu: (Tantivanich, 2002; Sirivichayakul, 2002;
Pitisuttithum, 2002)
a. Virus :
Merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70 80%). Beberapa
jenis virus penyebab diare akut :
Rotavirus serotype 1,2,8,dan 9: pada manusia. Serotype 3 dan 4 didapati
pada hewan dan manusia. Dan serotype 5,6, dan 7 didapati hanya pada
hewan.
Norwalk virus : terdapat pada semua usia, umumnya akibat food borne
atau water borne transmisi, dan dapat juga terjadi penularan person to
person.
Astrovirus, didapati pada anak dan dewasa
Adenovirus (type 40, 41)
Small bowel structured virus
Cytomegalovirus
b. Bakteri :
Enterotoxigenic E.coli (ETEC). Mempunyai 2 faktor virulensi yang
pentingyaitu faktor kolonisasi yang menyebabkan bakteri ini melekat pada
enterosit pada usus halus dan enterotoksin (heat labile (HL) dan heat stabile
(ST) yang menyebabkan sekresi cairan dan elektrolit yang menghasilkan
watery diarrhea. ETEC tidak menyebabkan kerusakan brush border atau
menginvasi mukosa.
Enterophatogenic E.coli (EPEC). Mekanisme terjadinya diare belum
jelas. Didapatinya proses perlekatan EPEC ke epitel usus menyebabkan
kerusakan dari membrane mikro vili yang akan mengganggu permukaan
absorbsi dan aktifitas disakaridase.
Enteroaggregative E.coli (EAggEC). Bakteri ini melekat kuat pada
mukosa usus halus dan menyebabkan perubahan morfologi yang khas.
Bagaimana mekanisme timbulnya diare masih belum jelas, tetapi sitotoksin
mungkin memegang peranan.
Enteroinvasive E.coli (EIEC). Secara serologi dan biokimia mirip dengan
Shigella. Seperti Shigella, EIEC melakukan penetrasi dan multiplikasi
didalam sel epitel kolon.

Enterohemorrhagic E.coli (EHEC). EHEC memproduksi verocytotoxin


(VT) 1 dan 2 yang disebut juga Shiga-like toxin yang menimbulkan edema
dan perdarahan diffuse di kolon. Pada anak sering berlanjut menjadi
hemolytic-uremic syndrome.
Shigella spp. Shigella menginvasi dan multiplikasi didalam sel epitel
kolon, menyebabkan kematian sel mukosa dan timbulnya ulkus. Shigella
jarang masuk kedalam alian darah. Faktor virulensi termasuk : smooth
lipopolysaccharide cell-wall antigen yang mempunyai aktifitas endotoksin
serta membantu proses invasi dan toksin (Shiga toxin dan Shiga-like toxin)
yang bersifat sitotoksik dan neurotoksik dan mungkin menimbulkan watery
diarrhea
Campylobacter jejuni (helicobacter jejuni). Manusia terinfeksi melalui
kontak langsung dengan hewan (unggas, anjing, kucing, domba dan babi)
atau dengan feses hewan melalui makanan yang terkontaminasi seperti daging
ayam dan air. Kadang-kadang infeksi dapat menyebar melalui kontak
langsung person to person. C.jejuni mungkin menyebabkan diare melalui
invasi kedalam usus halus dan usus besar.Ada 2 tipe toksin yang dihasilkan,
yaitu cytotoxin dan heat-labile enterotoxin. Perubahan histopatologi yang
terjadi mirip dengan proses ulcerative colitis.
Vibrio cholerae 01 dan V.choleare 0139. Air atau makanan yang
terkontaminasi oleh bakteri ini akan menularkan kolera. Penularan melalui
person to person jarang terjadi.
V.cholerae melekat dan berkembang biak pada mukosa usus halus dan
menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan diare. Toksin kolera ini sangat
mirip dengan heat-labile toxin (LT) dari ETEC. Penemuan terakhir adanya
enterotoksin yang lain yang mempunyai karakteristik tersendiri, seperti
accessory cholera enterotoxin (ACE) dan zonular occludens toxin (ZOT).
Kedua toksin ini menyebabkan sekresi cairan kedalam lumen usus.
Salmonella (non thypoid). Salmonella dapat menginvasi sel epitel usus.
Enterotoksin yang dihasilkan menyebabkan diare. Bila terjadi kerusakan
mukosa yang menimbulkan ulkus, akan terjadi bloody diarrhea
c. Protozoa :
Giardia lamblia. Parasit ini menginfeksi usus halus. Mekanisme
patogensis masih belum jelas, tapi dipercayai mempengaruhi absorbsi dan
metabolisme asam empedu. Transmisi melalui fecal-oral route. Interaksi hostparasite dipengaruhi oleh umur, status nutrisi,endemisitas, dan status imun.
Didaerah dengan endemisitas yang tinggi, giardiasis dapat berupa

asimtomatis, kronik, diare persisten dengan atau tanpa malabsorbsi. Di daerah


dengan endemisitas rendah, dapat terjadi wabah dalam 5 8 hari setelah
terpapar dengan manifestasi diare akut yang disertai mual, nyeri epigastrik
dan anoreksia. Kadang-kadang dijumpai malabsorbsi dengan faty stools,nyeri
perut dan gembung.
Entamoeba histolytica. Prevalensi Disentri amoeba ini bervariasi,namun
penyebarannya di seluruh dunia. Insiden nya mningkat dengan bertambahnya
umur,dan teranak pada laki-laki dewasa. Kira-kira 90% infksi asimtomatik
yang disebabkan oleh E.histolytica non patogenik (E.dispar). Amebiasis yang
simtomatik dapat berupa diare yang ringan dan persisten sampai disentri yang
fulminant.
Cryptosporidium. Dinegara yang berkembang, cryptosporidiosis 5 15%
dari kasus diare pada anak. Infeksi biasanya siomtomatik pada bayi dan
asimtomatik pada anak yang lebih besar dan dewasa. Gejala klinis berupa
diare akut dengan tipe watery diarrhea, ringan dan biasanya self-limited.
Pada penderita dengan gangguan sistim kekebalan tubuh seperti pada
penderita AIDS, cryptosporidiosis merupakan reemerging disease dengan
diare yang lebih berat dan resisten terhadap beberapa jenis antibiotik.
Microsporidium spp
Isospora belli
Cyclospora cayatanensis
d. Helminths :
Strongyloides stercoralis. Kelainan pada mucosa usus akibat cacing
dewasa dan larva, menimbulkan diare.
Schistosoma spp. Cacing darah ini menimbulkan kelainan pada berbagai
organ termasuk intestinal dengan berbagai manifestasi, termasuk diare dan
perdarahan usus..
Capilaria philippinensis. Cacing ini ditemukan di usus halus, terutama
jejunu, menyebabkan inflamasi dan atrofi vili dengan gejala klinis watery
diarrhea dan nyeri abdomen.
Trichuris trichuria. Cacing dewasa hidup di kolon, caecum, dan appendix.
Infeksi berat dapat menimbulkan bloody diarrhea dan nyeri abdomen.
2. Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6
besar, tetapi yang sering ditemukan di lapangan ataupun klinis adalah diare
yang disebabkan infeksi dan keracunan. Untuk mengenal penyebab diare
yang dikelompokan sebagai berikut: (Lebenthal, 1989; Daldiyono, 1990; Dep
Kes RI, 1999; Yatsuyanagi, 2002)
a. Infeksi :

1)

Bakteri (Shigella, Salmonella, E.Coli, Golongan vibrio, Bacillus Cereus,

Clostridium perfringens, Staphilococ Usaurfus,Camfylobacter, Aeromonas)


2) Virus (Rotavirus, Norwalk + Norwalk like agent, Adenovirus)
3) Parasit
a) Protozoa (Entamuba Histolytica, Giardia Lambia, Balantidium Coli,
Crypto Sparidium)
b) Cacing perut (Ascaris, Trichuris, Strongyloides, Blastissistis Huminis)
c) Bacilus Cereus, Clostridium Perfringens
b. Malabsorpsi: karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak atau protein.
c. Alergi: alergi makanan
d. Keracunan :
1) Keracunan bahan-bahan kimia
2) Keracunan oleh racun yang dikandung dan diproduksi :
a) Jazad renik, Algae
b) Ikan, Buah-buahan, Sayur-sayuran
e. Imunodefisiensi / imunosupresi (kekebalan menurun) : Aids dll
f. Sebab-sebab lain: Faktor lingkungan dan perilaku, Psikologi: rasa takut
dan cemas

Diare
D. EPIDEMIOLOGI
1. Penyebaran kuman yang menyebabkan diare
Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain
melalui makanan/minuna yang tercemar tinja dan atau kontak langsung
dengan tinja penderita. Beberapa perilaku dapat menyebabkan penyebaran
kuman enterik dan meningkatkan risiko terjadinya diare perilaku tersebut
antara lain :
a. Tidak memberikan ASI ( Air Susi Ibu ) secara penuh 4-6 bulan pada
pertama kehidupan pada bayi yang tidak diberi ASI risiko untuk menmderita

diare lebih besar dari pada bayi yang diberi AsI penuh dan kemungjinan
menderita dehidrasi berat juga lebih besar.
b.
Menggunakan botol susu , penggunakan botol ini memudahkan
pencernakan oleh Kuman , karena botol susah dibersihkan
c. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. Bila makanan disimpan
beberapa jam pada suhu kamar makanan akan tercemar dan kuman akan
berkembang biak,
d. Menggunakan air minum yang tercemar . Air mungkin sudah tercemar
dari sumbernya atau pada saat disimpan di rumah, Perncemaran dirumah
dapat terjadi kalau tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan
tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan.
e. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang
tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi anak,
f.
Tidak membuang tinja ( termasuk tinja bayi ) dengan benar Sering
beranggapan bahwa tinja bayi tidaklah berbahaya padahal sesungguhnya
mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar sementara itu tinja
binatang dapat menyebabkan infeksi pada manusia.
2. Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare
Beberapa faktor pada penjamu dapat meningkatkan insiden beberapa penyakit
dan lamanya diare. Faktor-faktor tersebut adalah :
a. Tidak memberikan ASI sampai 2 Tahun. ASI mengandung antibodi yang
dapat melindungi kita terhadap berbagai kuman penyebab diare seperti :
Shigella dan v cholerae
b. Kurang gizi beratnya Penyakit , lama dan risiko kematian karena diare
meningkat pada anak-anak yang menderita gangguan gizi terutama pada
penderita gizi buruk.
c. Campak diare dan desentri sering terjadi dan berakibat berat pada anakanak yang sedang menderita campak dalam waktu 4 minggu terakhir hal ini
sebagai akibat dari penurunan kekebalan tubuh penderita.
d. Imunodefesiensi /Imunosupresi. Keadaan ini mungkin hanya berlangsung
sementara, misalnya sesudah infeksi virus ( seperti campak ) natau mungkin
yang berlangsung lama seperti pada penderita AIDS ( Automune Deficiensy
Syndrome ) pada anak imunosupresi berat, diare dapat terjadi karena kuman
yang tidak parogen dan mungkin juga berlangsung lama,
e. Segera Proposional , diare lebih banyak terjadi pada golongan Balita ( 55
%)
3. Faktor lingkungan dan perilaku :
Penyakit diare merupakan salah satu penyakiy yang berbasis lingkungan dua
faktor yang dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja kedua

faktor ini akan berinteraksi bersamadengan perilaku manusia Apabila factor


lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi
dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula. Yaitu melalui makanan dan
minuman, maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare.
(Lebenthal, 1989; Daldiyono, 1990; Dep Kes RI, 1999; Yatsuyanagi, 2002)
E. PATOFISIOLOGI
Fungsi utama dari saluran cerna adalah menyiapkan makanan untuk
keperluan hidup sel, pembatasan sekresi empedu dari hepar dan pengeluaran
sisa-sisa makanan yang tidak dicerna. Fungsi tadi memerlukan berbagai
proses fisiologi pencernaan yang majemuk, aktivitas pencernaan itu dapat
berupa: (Sommers,1994; Noerasid, 1999 cit Sinthamurniwaty 2006)
1. Proses masuknya makanan dari mulut kedalam usus.
2. Proses pengunyahan (mastication) : menghaluskan makanan secara
mengunyah dan mencampur.dengan enzim-enzim di rongga mulut
3. Proses penelanan makanan (diglution) : gerakan makanan dari mulut ke
gaster
4. Pencernaan (digestion) : penghancuran makanan secara mekanik,
percampuran dan hidrolisa bahan makanan dengan enzim-enzim
5. Penyerapan makanan (absorption): perjalanan molekul makanan melalui
selaput lendir usus ke dalam. sirkulasi darah dan limfe.
6. Peristaltik: gerakan dinding usus secara ritmik berupa gelombang
kontraksi sehingga makanan bergerak dari lambung ke distal.
7. Berak (defecation) : pembuangan sisa makanan yang berupa tinja.
Dalam keadaan normal dimana saluran pencernaan berfungsi efektif akan
menghasilkan ampas tinja sebanyak 50-100 gr sehari dan mengandung air
sebanyak 60-80%. Dalam saluran gastrointestinal cairan mengikuti secara
pasif gerakan bidireksional transmukosal atau longitudinal intraluminal
bersama elektrolit dan zat zat padat lainnya yang memiliki sifat aktif osmotik.
Cairan yang berada dalam saluran gastrointestinal terdiri dari cairan yang
masuk secara per oral, saliva, sekresi lambung, empedu, sekresi pankreas
serta sekresi usus halus. Cairan tersebut diserap usus halus, dan selanjutnya
usus besar menyerap kembali cairan intestinal, sehingga tersisa kurang lebih
50-100 gr sebagai tinja.
Motilitas usus halus mempunyai fungsi untuk:
1. Menggerakan secara teratur bolus makanan dari lambung ke sekum
2. Mencampur khim dengan enzim pankreas dan empedu
3. Mencegah bakteri untuk berkembang biak.
Faktor-faktor fisiologi yang menyebabkan diare sangat erat hubungannya satu
dengan lainnya. Misalnya bertambahnya cairan pada intraluminal akan

menyebabkan terangsangnya usus secara mekanis, sehingga meningkatkan


gerakan peristaltik usus dan akan mempercepat waktu lintas khim dalam usus.
Keadaan ini akan memperpendek waktu sentuhan khim dengan selaput lendir
usus, sehingga penyerapan air, elektrolit dan zat lain akan mengalami
gangguan.
Berdasarkan gangguan fungsi fisiologis saluran cerna dan macam penyebab
dari diare, maka patofisiologi diare dapat dibagi dalam 3 macam kelainan
pokok yang berupa :
1. Kelainan gerakan transmukosal air dan elektrolit (karena toksin)
Gangguan reabsorpsi pada sebagian kecil usus halus sudah dapat
menyebabkan diare, misalnya pada kejadian infeksi. Faktor lain yang juga
cukup penting dalam diare adalah empedu. Ada 4 macam garam empedu yang
terdapat di dalam cairan empedu yang keluar dari kandung empedu.
Dehidroksilasi asam dioksikholik akan menyebabkan sekresi cairan di
jejunum dan kolon, serta akan menghambat absorpsi cairan di dalam kolon.
Ini terjadi karena adanya sentuhan asam dioksikholik secara langsung pada
permukaan mukosa usus. Diduga bakteri mikroflora usus turut memegang
peranan dalam pembentukan asam dioksi kholik tersebut. Hormon-hormon
saluran cerna diduga juga dapat mempengaruhi absorpsi air pada mukosa.
usus manusia, antara lain adalah: gastrin, sekretin, kholesistokinin dan
glukogen. Suatu perubahan PH cairan usus juga. dapat menyebabkan
terjadinya diare, seperti terjadi pada Sindroma Zollinger Ellison atau pada
Jejunitis.
2. Kelainan cepat laju bolus makanan didalam lumen usus (invasive
diarrhea)
Suatu proses absorpsi dapat berlangsung sempurna dan normal bila bolus
makanan tercampur baik dengan enzim-enzim saluran cerna dan. berada
dalam keadaan yang cukup tercerna. Juga. waktu sentuhan yang adekuat
antara khim dan permukaan mukosa usus halus diperlukan untuk absorpsi
yang normal. Permukaan mukosa usus halus kemampuannya berfungsi sangat
kompensatif, ini terbukti pada penderita yang masih dapat hidup setelah
reseksi usus, walaupun waktu lintas menjadi sangat singkat. Motilitas usus
merupakan faktor yang berperanan penting dalam ketahanan local mukosa
usus. Hipomotilitas dan stasis dapat menyebabkan mikro organisme
berkembang biak secara berlebihan (tumbuh lampau atau overgrowth) yang
kemudian dapat merusak mukosa usus, menimbulkan gangguan digesti dan

absorpsi, yang kemudian menimbulkan diare. Hipermotilitas dapat terjadi


karena rangsangan hormon prostaglandin, gastrin, pankreosimin; dalam hal
ini dapat memberikan efek langsung sebagai diare. Selain itu hipermotilitas
juga dapat terjadi karena pengaruh enterotoksin staphilococcus maupun
kholera atau karena ulkus mikro yang invasif o1eh Shigella atau
Salmonella.Selain uraian di atas haruslah diingat bahwa hubungan antara
aktivitas otot polos usus,gerakan isi lumen usus dan absorpsi mukosa usus
merupakan suatu mekanisme yang sangat kompleks.
3. Kelainan tekanan osmotik dalam lumen usus (virus).
Dalam beberapa keadaan tertentu setiap pembebanan usus yang melebihi
kapasitas dari pencernaan dan absorpsinya akan menimbulkan diare. Adanya
malabsorpsi dari hidrat arang, lemak dan zat putih telur akan menimbulkan
kenaikan daya tekanan osmotik intra luminal, sehingga akan dapat
menimbulkan gangguan absorpsi air. Malabsorpsi hidrat arang pada
umumnya sebagai malabsorpsi laktosa yang terjadi karena defesiensi enzim
laktase. Dalam hal ini laktosa yang terdapat dalam susu tidak sempurna
mengalami hidrolisis dan kurang di absorpsi oleh usus halus. Kemudian
bakteri-bakteri dalam usus besar memecah laktosa menjadi monosakharida
dan fermentasi seterusnya menjadi gugusan asam organik dengan rantai atom
karbon yang lebih pendek yang terdiri atas 2-4 atom karbon. Molekulmolekul inilah yang secara aktif dapat menahan air dalam lumen kolon
hingga terjadi diare. Defisiensi laktase sekunder atau dalam pengertian yang
lebih luas sebagai defisiensi disakharidase (meliputi sukrase, maltase,
isomaltase dan trehalase) dapat terjadi pada setiap kelainan pada mukosa usus
halus. Hal tersebut dapat terjadi karena enzim-enzim tadi terdapat pada brush
border epitel mukosa usus. Asam-asam lemak berantai panjang tidak dapat
menyebabkan tingginya tekanan osmotik dalam lumen usus karena asam ini
tidak larut dalam air..
PATHWAY DIARE

Pathway Diare
F.
1.
a.
b.

MANIFESTASI KLINIS
Menurut Suriadi (2001), Manifestasi klinis diare yaitu
Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
Kram perut

c. Demam
d. Mual
e. Muntah
f. Kembung
g. Anoreksia
h. Lemah
i.
Pucat
j.
Urin output menurun (oliguria, anuria)
k. Turgor kulit menurun sampai jelek
l.
Ubun-ubun / fontanela cekung
m. Kelopak mata cekung
n. Membran mukosa kering
2. Manifestasi klinis diare yaitu (Nelwan, 2001; Procop et al, 2003)
Diare akut karena infeksi dapat disertai keadaan muntah-muntah dan/atau
demam, tenesmus, hematochezia, nyeri perut atau kejang perut.
Diare yang berlangsung beberapa waktu tanpa penanggulangan medis yang
adekuat dapat menyebabkan kematian karena kekurangan cairan di badan
yang mengakibatkan renjatan hipovolemik atau karena gangguan biokimiawi
berupa asidosis metabolik yang lanjut. Karena kehilangan cairan seseorang
merasa haus, berat badan berkurang, mata menjadi cekung, lidah kering,
tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak.
Keluhan dan gejala ini disebabkan deplesi air yang isotonik.
Karena kehilangan bikarbonas, perbandingan bikarbonas berkurang, yang
mengakibatkan penurunan pH darah. Penurunan ini akan merangsang pusat
pernapasan sehingga frekwensi nafas lebih cepat dan lebih dalam (kussmaul).
Reaksi ini adalah usaha tubuh untuk mengeluarkan asam karbonas agar pH
dapat naik kembali normal. Pada keadaan asidosis metabolik yang tidak
dikompensasi, bikarbonat standard juga rendah, pCO2 normal dan base
excess sangat negatif.
Gangguan kardiovaskular pada hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan
dengan tanda-tanda denyut nadi yang cepat, tekanan darah menurun sampai
tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, ujung-ujung ekstremitas
dingin dan kadang sianosis. Karena kehilangan kalium pada diare akut juga
dapat timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun dan akan
timbul anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatasi akan timbul penyulit
berupa nekrosis tubulus ginjal akut, yang berarti pada saat tersebut kita
menghadapi gagal ginjal akut. Bila keadaan asidosis metabolik menjadi lebih
berat, akan terjadi kepincangan pembagian darah dengan pemusatan yang
lebih banyak dalam sirkulasi paru-paru. Observasi ini penting karena dapat

menyebabkan edema paru pada pasien yang menerima rehidrasi cairan


intravena tanpa alkali.
3. Gejala Diare menurut Kliegman (2006), yaitu:
Tanda-tanda awal dari penyakit diare adalah bayi dan anak menjadi gelisah
dan cengeng, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau
tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja akan menjadi cair dan mungkin
disertai dengan lendir ataupun darah. Warna tinja bisa lama-kelamaan
berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur dengan empedu. Anus dan
daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin
asam sebagai akibat banyaknya asam laktat yang berasal darl laktosa yang
tidak dapat diabsorbsi oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat terjadi
sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut
meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit
(Kliegman, 2006).
Menurut Kliegman, Marcdante dan Jenson (2006), dinyatakan bahwa
berdasarkan banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit dari tubuh, diare
dapat dibagi menjadi :
a. Diare tanpa dehidrasi
Pada tingkat diare ini penderita tidak mengalami dehidrasi karena frekuensi
diare masih dalam batas toleransi dan belum ada tanda-tanda dehidrasi.
b. Diare dengan dehidrasi ringan (3%-5%)
Pada tingkat diare ini penderita mengalami diare 3 kali atau lebih, kadangkadang muntah, terasa haus, kencing sudah mulai berkurang, nafsu makan
menurun, aktifitas sudah mulai menurun, tekanan nadi masih normal atau
takikardia yang minimum dan pemeriksaan fisik dalam batas normal.
c. Diare dengan dehidrasi sedang (5%-10%)
Pada keadaan ini, penderita akan mengalami takikardi, kencing yang kurang
atau langsung tidak ada, irritabilitas atau lesu, mata dan ubun-ubun besar
menjadi cekung, turgor kulit berkurang, selaput lendir bibir dan mulut serta
kulit tampak kering, air mata berkurang dan masa pengisian kapiler
memanjang ( 2 detik) dengan kulit yang dingin yang dingin dan pucat.
d. Diare dengan dehidrasi berat (10%-15%)
Pada keadaan ini, penderita sudah banyak kehilangan cairan dari tubuh dan
biasanya pada keadaan ini penderita mengalami takikardi dengan pulsasi yang
melemah, hipotensi dan tekanan nadi yang menyebar, tidak ada penghasilan
urin, mata dan ubun-ubun besar menjadi sangat cekung, tidak ada produksi air
mata, tidak mampu minum dan keadaannya mulai apatis, kesadarannya

menurun dan juga masa pengisian kapiler sangat memanjang ( 3 detik)


dengan kulit yang dingin dan pucat.
4. Sebagai akibat diare baik yang akut maupun khronis, maka akan terjadi:
(FKUI, 2001 cit Sinthamurniwaty 2006)
a.
Kehilangan air dan elektrolit sehingga timbul dehidrasi dan
keseimbangan asam basa Kehilangan cairan dan elektrolit (dehidrasi) serta
gangguan keseimbangan asam basa disebabkan oleh:
1) Previous Water Losses : kehilangan cairan sebelum pengelolaan, sebagai
defisiensi cairan.
2) Nomial Water Losses : kehilangan cairan karena fungsi fisiologik.
3) Concomittant Water Losses : kehilangan cairan pada waktu pengelolaan.
4) Intake yang kurang selama sakit : kekurangan masukan cairan karena
anoreksia atau muntah.
Kekurangan cairan pada diare terjadi karena:
1) Pengeluaran usus yang berlebihan
a) Sekresi yang berlebihan dari selaput lendir usus (Secretoric diarrhea)
karena, gangguan fungsi selaput lendir usus, (Cholera E. coli).
b) Berkurangnya penyerapan selaput lendir usus, yang disebabkan oleh
berkurangnya kontak makanan dengan dinding usus, karena adanya
hipermotilitas dinding usus maupun kerusakan mukosa usus.
c) Difusi cairan tubuh kedalam lumen usus karena penyerapan oleh tekanan
cairan dalam lumen usus yang hiperosmotik; keadaan ini disebabkan karena
adanya substansi reduksi dari fermentasi laktosa yang tidak tercerna enzim
laktase (diare karena virus Rota)
2) Masukan cairan yang kurang karena :
a) Anoreksia
b) Muntah
c) Pembatasan makan (minuman)
d) Keluaran yang berlebihan (panas tinggi, sesak nafas)
b. Gangguan gizi sebagai "kelaparan" (masukan kurang dan keluaran
berlebihan)
Gangguan gizi pada penderita diare dapat terjadi karena:
1) Masukan makanan berkurang karena adanya anoreksia (sebagai gejala
penyakit) atau dihentikannya beberapa macam makanan o1eh orang tua,
karena ketidaktahuan. Muntah juga merupakan salah satu penyebab dari
berkurangnya masukan makanan.
2) Gangguan absorpsi. Pada diare akut sering terjadi malabsorpsi dari
nutrien mikro maupun makro. Malabsorpsi karbohidrat (laktosa, glukosa dan
fruktosa) dan lemak yang kemudian dapat berkembang menjadi malabsorpsi
asarn amino dan protein. Juga kadang-kadang akan terjadi malabsorpsi

vitamin baik yang larut dalam air maupun yang larut dalam lemak (vitamin
B12, asam folat dan vitamin A) dan mineral trace (Mg dan Zn).
Gangguan absorpsi ini terjadi karena:
a) Kerusakan permukaan epitel (brush border) sehingga timbul deplisit
enzim laktase.
b) Bakteri tumbuh lampau, menimbulkan:
(1) Fermentasi karbohidrat
(2) Dekonjugasi empedu.
Kerusakan mukosa usus, dimana akan terjadi perubahan struktur mukosa usus
dan kemudian terjadi pemendekan villi dan pendangkalan kripta yang
menyebabkan berkurangnya permukaan mukosa usus.
Selama diare akut karena kolera dan E. coli terjadi penurunan absorpsi
karbohidrat, lemak dan nitrogen. Pemberian masukan makan makanan
diperbanyak akan dapat memperbaiki aborpsi absolut sampai meningkat
dalam batas kecukupan walaupun diarenya sendiri bertambah banyak.
Metabolisme dan absorpsi nitrogen hanya akan mencapai 76% dan absorpsi
lemak hanya 50%.
3) Katabolisme
Pada umumnya infeksi sistemik akan mempengaruhi metabolisme dan fungsi
endokrin, pada penderita infeksi sistemik terjadi kenaikan panas badan. Akan
memberikan dampak peningkatan glikogenesis, glikolisis, peningkatan
sekresi glukagon, serta aldosteron, hormon anti diuretic (ADH) dan hormon
tiroid. Dalam darah akan terjadi peningkatan jumlah kholesterol, trigliserida
dan lipoprotein. Proses tersebut dapat memberi peningkatan kebutuhan
energy dari penderita dan akan selalu disertai kehilangan nitrogen dan
elektrolit intrasel melalui ekskresi urine, peluh dan tinja.
4) Kehilangan langsung
Kehilangan protein selama diare melalui saluran cerna sebagai Protein
loosing enteropathy dapat terjadi pada penderita campak dengan diare,
penderita kolera dan diare karena E. coli. Melihat berbagai argumentasi di
atas dapat disimpulkan bahwa diare mempunyai dampak negative terhadap
status gizi penderita.
c. Perubahan ekologik dalam lumen usus dan mekanisme ketahananisi usus
Kejadian diare akut pada umumnya disertai dengan kerusakan mukosa usus
keadaan ini dapat diikuti dengan gangguan pencernaan karena deplesi enzim.
Akibat lebih lanjut adalah timbulnya hidrolisis nutrien yang kurang tercerna
sehingga dapat menimbulkan peningkatan hasil metabolit yang berupa
substansi karbohidrat dan asam hidrolisatnya. Keadaan ini akan merubah
ekologi kimiawi isi lumen usus, yang dapat menimbulkan keadaan bakteri

tumbuh lampau, yang berarti merubah ekologi mikroba isi usus. Bakteri
tumbuh lampau akan memberi kemungkinan terjadinya dekonjugasi garam
empedu sehingga terjadi peningkatan asam empedu yang dapat menimbulkan
kerusakan mukosa usus lebih lanjut. Keadaan tersebut dapat pula disertai
dengan gangguan mekanisme ketahanan lokal pada usus, baik yang
disebabkan oleh kerusakan mukosa usus maupun perubaban ekologi isi usus.
G. KOMPLIKASI
Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit merupakan komplikasi utama,
terutama pada usia lanjut dan anak-anak. Pada diare akut karena kolera
kehilangan cairan secara mendadak sehingga terjadi shock hipovolemik yang
cepat. Kehilangan elektrolit melalui feses potensial mengarah ke hipokalemia
dan asidosis metabolik.(Hendarwanto, 1996; Ciesla et al, 2003)
Pada kasus-kasus yang terlambat meminta pertolongan medis, sehingga syok
hipovolemik yang terjadi sudah tidak dapat diatasi lagi maka dapat timbul
Tubular Nekrosis Akut pada ginjal yang selanjutnya terjadi gagal multi organ.
Komplikasi ini dapat juga terjadi bila penanganan pemberian cairan tidak
adekuat sehingga tidak tecapai rehidrasi yang optimal. (Nelwan, 2001;
Soewondo, 2002; Thielman & Guerrant, 2004)
Haemolityc uremic Syndrome (HUS) adalah komplikasi yang disebabkan
terbanyak oleh EHEC. Pasien dengan HUS menderita gagal ginjal, anemia
hemolisis, dan trombositopeni 12-14 hari setelah diare. Risiko HUS akan
meningkat setelah infeksi EHEC dengan penggunaan obat anti diare, tetapi
penggunaan antibiotik untuk terjadinya HUS masih kontroversi.
Sindrom Guillain Barre, suatu demielinasi polineuropati akut, adalah
merupakan komplikasi potensial lainnya dari infeksi enterik, khususnya
setelah infeksi C. jejuni. Dari pasien dengan Guillain Barre, 20 40 % nya
menderita infeksi C. jejuni beberapa minggu sebelumnya. Biasanya pasien
menderita kelemahan motorik dan memerlukan ventilasi mekanis untuk
mengaktifkan otot pernafasan. Mekanisme dimana infeksi menyebabkan
Sindrom Guillain Barre tetap belum diketahui.
Artritis pasca infeksi dapat terjadi beberapa minggu setelah penyakit diare
karena Campylobakter, Shigella, Salmonella, atau Yersinia spp
Menurut SPM Kesehatan Anak IDAI (2004) dan SPM Kesehatan Anak
RSUD Wates (2001), Komplikasi Diare yaitu:
Kehilangan air dan elektrolit : dehidrasi, asidosis metabolic
Syok
Kejang
Sepsis

Gagal Ginjal Akut


Ileus Paralitik
Malnutrisi
Gangguan tumbuh kembang

H. PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN PENUNJANG LAINNYA


Pemeriksaan Laboratorium yang dapat dilakukan pada diare adalah sebagai
berikut :
1. Lekosit Feses (Stool Leukocytes): Merupakan pemeriksaan awal terhadap
diare kronik. Lekosit dalan feses menunjukkan adanya inflamasi intestinal.
Kultur Bacteri dan pemeriksaan parasit diindikasikan untuk menentukan
adanya infeksi. Jika pasien dalam keadaan immunocompromisedd, penting
sekali kultur organisma yang tidak biasa seperti Kriptokokus,Isospora dan
M.Avium Intracellulare. Pada pasien yang sudah mendapat antibiotik, toksin
C difficle harus diperiksa.
2. Volume Feses: Jika cairan diare tidak terdapat lekosit atau eritrosit, infeksi
enteric atau imfalasi sedikit kemungkinannya sebagai penyebab diare. Feses
24 jam harus dikumpulkan untuk mengukur output harian. Sekali diare harus
dicatat (>250 ml/day), kemudian perlu juga ditentukan apakah terjadi steatore
atau diare tanpa malabsorbsi lemak.
3. Mengukur Berat dan Kuantitatif fecal fat pada feses 24 jam: Jika berat
feses >300/g24jam mengkonfirmasikan adanya diare. Berat lebih dari 10001500 gr mengesankan proses sektori. Jika fecal fat lebih dari 10g/24h
menunjukkan proses malabsorbstif.
4. Lemak Feses : Sekresi lemak feses harian < 6g/hari. Untuk menetapkan
suatu steatore, lemak feses kualitatif dapat menolong yaitu >100 bercak
merak orange per lapang pandang dari sample noda sudan adalah positif.
False negatif dapat terjadi jika pasien diet rendah lemak. Test standard untuk
mengumpulkan feses selama 72 jam biasanya dilakukan pada tahap akhir.
Eksresi yang banyak dari lemak dapat disebabkan malabsorbsi mukosa
intestinal sekunder atau insufisiensi pancreas.
5. Osmolalitas Feses : Dipeerlukan dalam evaluasi untuk menentukan diare
osmotic atau diare sekretori. Elekrolit feses Na,K dan Osmolalitas harus
diperiksa. Osmolalitas feses normal adalah 290 mosm. Osmotic gap feses
adalah 290 mosm dikurangi 2 kali konsentrasi elektrolit faeces (Na&K)
dimana nilai normalnya <50 mosm. Anion organic yang tidak dapat diukur,
metabolit karbohidrat primer (asetat,propionat dan butirat) yang bernilai
untuk anion gap, terjadi dari degradasi bakteri terhadap karbohidrat di kolon

kedalam asam lemak rantai pendek. Selanjutnya bakteri fecal mendegradasi


yang terkumpul dalam suatu tempat. Jika feses bertahan beberapa jam
sebelum osmolalitas diperiksa, osmotic gap seperti tinggi. Diare dengan
normal atau osmotic gap yang rendah biasanya menunjukkan diare sekretori.
Sebalinya osmotic gap tinggi menunjukkan suatu diare osmotic.
6. Pemeriksaan parasit atau telur pada feses : Untuk menunjukkan adanya
Giardia E Histolitika pada pemeriksaan rutin. Cristosporidium dan cyclospora
yang dideteksi dengan modifikasi noda asam.
7. Pemeriksaan darah : Pada diare inflamasi ditemukan lekositosis, LED
yang meningkat dan hipoproteinemia. Albumin dan globulin rendah akan
mengesankansuatu protein losing enteropathy akibat inflamasi intestinal.
Skrining awal CBC,protrombin time, kalsium dan karotin akan menunjukkan
abnormalitas absorbsi. Fe,VitB12, asam folat dan vitamin yang larut dalam
lemak (ADK). Pemeriksaan darah tepi menjadi penunjuk defak absorbsi
lemak pada stadium luminal, apakah pada mukosa, atau hasil dari obstruksi
limfatik postmukosa. Protombin time,karotin dan kolesterol mungkin turun
tetapi Fe,folat dan albumin mengkin sekali rendaah jika penyakit adalah
mukosa primer dan normal jika malabsorbsi akibat penyakit mukosa atau
obstruksi limfatik.
8. Tes Laboratorium lainnya: Pada pasien yang diduga sekretori maka dapat
diperiksa seperti serum VIP (VIPoma), gastrin (Zollinger-Ellison Syndrome),
calcitonin (medullary thyroid carcinoma), cortisol (Addisons disease), anda
urinary 5-HIAA (carcinoid syndrome).
9. Diare Factitia : Phenolptalein laxatives dapat dideteksi dengan alkalinisasi
feses dengan NaOH yang kan berubah warna menjadi merah. Skrining
laksatif feses terhadap penyebab lain dapat dilakukan pemeriksaan analisa
feses lainnya. Diantaranya Mg,SO4 dan PO4 dapat mendeteksi katartik
osmotic seperti MgSO4,mgcitrat Na2 SO4 dan Na2 PO4.
Pemeriksaan Penunjang Lain
1. Biopsi Usus Halus
Biopsi usus halus diindikasikan pada (a) pasien dengan diare yang tidak dapat
dijelaskan atau steatore,(b) anemia defisiensi Fe yang tidak dapat dijelaskan
yang mungkin menggambarkan absorbsi Fe yang buruk pada celiac spure dan
(c) Osteoporosis idiopatik yang menggambarkan defisiensi terisolasi terhadap
absorbs kalsium.
2. Enteroskopi Usus Halus

Memerlukan keterampilan khusus yang dapat membantu menidentifikasi lesi


pada usus halus.
3. Protosigmoidoskopi dengan Biopsi Mukosa
Pemeriksaan ini dapat membantu dalam mendeteksi IBD termasuk colitus
mikroskopik, melanosis coli dan indikasi penggunaan kronis anthraguinone
laksatif.
4. Rangkaian Pemeriksaan Usus Halus
Pemeriksaan yang optimal diperlukan bagi klinisi untuk mengetahui segala
sesuatu ayng terjadi di abdomen. Radiologis dapat melakukan flouroskopi
dalam memeriksa keseluruhan bagian usus halus atau enteroclysis yang dapat
menjelaskan dalam 6 jam pemeriksaan dengan interval 30 menit. Tube
dimasukkan ke usus halus melewati ligamentum treitz, kemudian diijeksikan
suspensi barium melalui tube dan sesudah itu 1-2 liter 0,5% metil selulosa
diinjeksikan.
5. Imaging
Penyebab diare dapat secara tepat dan jelas melalui pemeriksaan imaging jika
diindikasikan.

Klasifikasi

pada

radiografi

plain

abdominal

dapat

mengkonfirmasi pankreatitis kronis. Studi Seri Gastrointestinal aatas atau


enterokolosis dapat membantu dalam mengevaluasi Chrons disease,
Limfoma

atau

sindroma

carcinoid.

Kolososkopi

dapat

membantu

mengevaluasi IBD. Endoskopi dengan biopsy usus halus berguna dalam


mendiagnosa dugaan malabsorbsi akibat penyakit pada mukosa. Endoskopi
dengan aspirasi duodenum dan biopsy usus halus berguna pada pasien AIDS,
Cryptosporidium,

Mccrosporida,

Infeksi

M Avium

Intraseluler. CT

Abdpminal dapat menolong dalam mendeteksi pankreatitis kronis atau


endokrin pancreas.
6. Beberapa Tes Untuk Malabsorbsi (Daldiyono, 1990 cit Sutadi, 2003)
a. Tes Untuk Menilai Abnormalitas Mukosa
1)
The d-xylose absorption test: Absorbsi xylose tidak lengkap
dimetabolisme di usus halus bagian proksimal, Abnormalitas ini ditandai jika
eksresi pada ginjal rendah kurang dari 4 gram urine setelah pemberian 25 gr
dosis oral. False positif terjadi pada renal insufisiensi, hipertensi portal dan
penggunaan NSAID.
2) Breath Hidrogen Test : Hidrogen dihasilkan dari fermentasi bakteri dari
karbohidrat, dimana akan meningkat pada pertumbuhan bakteri dan intolerans
laktosa. Hidrogen Breath Test akan mencapai pucaknya 2 jam setelah
pertumbuhan bakteri dan 3-6 jam pada pasien dengan defisiensi lactase atau

insufisiensi pancreas. Membedakan defisiensi lactase dan insufisiensi


pancreas, pemberian enzim pancreas akan menurunkan Breath hydrogen.
b. Test Menilai Fungsi pancreas
1) Schiling test : Protease pancreas dari ikatan R-protein diperlukan untuk
pembelahan B12 sebelum bergabung dengan factor intrinsic dimana pada
insufisiensi pancreas berat kan menurunkan absorbsi B12. Label yang
digunakan adalah Cobalamin (CO) dengan isotop yang berbeda. CO ini
mengikat R protein dan factor intrinsic. Pada insufisiensi pancreas CO tidak
diabsorbsi.
2) Test Stimulasi Pankreas : Pankreas dapat distimulasi dengan CCK
intravena atau sekretin atau makanan yang mengandung lemak,protein dan
karbohidrat. Cairan pancreas diaspirasi melalui kateter dari duodenum
sebagai bikarbonat atau enzim pancreas spesifik. Tidak adanya peningkatan
bikarbonat atau enzim pancreas setelah distimulasi menunjukkan insufisiensi
pancreas.
c. Test Menilai Pertumbuhan Bakreri
Kultur bakteri kuantitatif : Dilakukan intubasi pada duodenum atau jejunum
proksimal kemudian diinjeksikan NaCl steril kedalam lumen dan kemudian
ddiaspirasi. Terdapatnya >105 bakteri/ml menunjukkan pertumbuhan bakteri.
I.
PENCEGAHAN DIARE
Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang dapat
dilakukan adalah: (Kementrian Kesehatan RI, 2011)
1. Perilaku Sehat
a. Pemberian ASI
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan tersedia
dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara
optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai
umur 6 bulan. Tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini.
ASI bersifat steril, berbeda dengan sumber susu lain seperti susu formula atau
cairan lain yang disiapkan dengan air atau bahan-bahan dapat terkontaminasi
dalam botol yang kotor. Pemberian ASI saja, tanpa cairan atau makanan lain
dan tanpa menggunakan botol, menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan
organisme lain yang akan menyebabkan diare. Keadaan seperti ini di sebut
disusui secara penuh (memberikan ASI Eksklusif).
Bayi harus disusui secara penuh sampai mereka berumur 6 bulan. Setelah 6
bulan dari kehidupannya, pemberian ASI harus diteruskan sambil
ditambahkan dengan makanan lain (proses menyapih).

ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi


dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan
terhadap diare. Pada bayi yang baru lahir, pemberian ASI secara penuh
mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar terhadap diare daripada
pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Flora normal usus bayi yang
disusui mencegah tumbuhnya bakteri penyebab botol untuk susu formula,
berisiko tinggi menyebabkan diare yang dapat mengakibatkan terjadinya gizi
buruk.
b. Makanan Pendamping ASI
Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai
dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Perilaku pemberian makanan
pendamping ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa, dan
bagaimana makanan pendamping ASI diberikan.
Ada beberapa saran untuk meningkatkan pemberian makanan pendamping
ASI, yaitu:
1) Perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 6 bulan dan dapat
teruskan pemberian ASI. Tambahkan macam makanan setelah anak berumur
9 bulan atau lebih. Berikan makanan lebih sering (4x sehari). Setelah anak
berumur 1 tahun, berikan semua makanan yang dimasak dengan baik, 4-6 x
sehari, serta teruskan pemberian ASI bila mungkin.
2) Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi /bubur dan biji-bijian
untuk energi. Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacangkacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau ke dalam makanannya.
3) Cuci tangan sebelum meyiapkan makanan dan meyuapi anak. Suapi anak
dengan sendok yang bersih.
4) Masak makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang dingin
dan panaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak.
c. Menggunakan Air Bersih Yang Cukup
Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui Face-Oral
kuman tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut melalui makanan,
minuman atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya jari-jari tangan,
makanan yang wadah atau tempat makan-minum yang dicuci dengan air
tercemar.
Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih
mempunyai risiko menderita diare lebih kecil dibanding dengan masyarakat
yang tidak mendapatkan air bersih.

Masyarakat dapat mengurangi risiko terhadap serangan diare yaitu dengan


menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi
mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah.
Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
1) Ambil air dari sumber air yang bersih
2) Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan gayung
khusus untuk mengambil air.
3) Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi anakanak
4) Minum air yang sudah matang (dimasak sampai mendidih)
5) Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan air yang bersih
dan cukup.
d. Mencuci Tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting
dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan
dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja
anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan
sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare ( Menurunkan
angka kejadian diare sebesar 47%).
e. Menggunakan Jamban
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan
jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap
penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat
jamban dan keluarga harus buang air besar di jamban.
Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
1) Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat
dipakai oleh seluruh anggota keluarga.
2) Bersihkan jamban secara teratur.
3) Gunakan alas kaki bila akan buang air besar.
f. Membuang Tinja Bayi Yang Benar
Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya. Hal ini tidak
benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan
orang tuanya. Tinja bayi harus dibuang secara benar.
Yang harus diperhatikan oleh keluarga:
1) Kumpulkan segera tinja bayi dan buang di jamban
2) Bantu anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah di jangkau
olehnya.
3) Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja seperti di
dalam lubang atau di kebun kemudian ditimbun.
4) Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangan dengan
sabun.
g. Pemberian Imunisasi Campak

Pemberian imunisasi campak pada bayi sangat penting untuk mencegah agar
bayi tidak terkena penyakit campak. Anak yang sakit campak sering disertai
diare, sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare.
Oleh karena itu berilah imunisasi campak segera setelah bayi berumur 9
bulan.
2. Penyehatan Lingkungan
a. Penyediaan Air Bersih
Mengingat bahwa ada beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui air
antara lain adalah diare, kolera, disentri, hepatitis, penyakit kulit, penyakit
mata, dan berbagai penyakit lainnya, maka penyediaan air bersih baik secara
kuantitas dan kualitas mutlak diperlukan dalam memenuhi kebutuhan air
sehari-hari termasuk untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Untuk
mencegah terjadinya penyakit tersebut, penyediaan air bersih yang cukup
disetiap rumah tangga harus tersedia. Disamping itu perilaku hidup bersih
harus tetap dilaksanakan.
b. Pengelolaan Sampah
Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat berkembang biaknya vektor
penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa dsb. Selain itu sampah dapat
mencemari tanah dan menimbulkan gangguan kenyamanan dan estetika
seperti bau yang tidak sedap dan pemandangan yang tidak enak dilihat. Oleh
karena itu pengelolaan sampah sangat penting, untuk mencegah penularan
penyakit tersebut. Tempat sampah harus disediakan, sampah harus
dikumpulkan setiap hari dan dibuang ke tempat penampungan sementara.
Bila tidak terjangkau oleh pelayanan pembuangan sampah ke tempat
pembuangan akhir dapat dilakukan pemusnahan sampah dengan cara
ditimbun atau dibakar.
c. Sarana Pembuangan Air Limbah
Air limbah baik limbah pabrik atau limbah rumah tangga harus dikelola
sedemikian rupa agar tidak menjadi sumber penularan penyakit. Sarana
pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat akan menimbulkan bau,
mengganggu estetika dan dapat menjadi tempat perindukan nyamuk dan
bersarangnya tikus, kondisi ini dapat berpotensi menularkan penyakit seperti
leptospirosis, filariasis untuk daerah yang endemis filaria. Bila ada saluran
pembuangan air limbah di halaman, secara rutin harus dibersihkan, agar air
limbah dapat mengalir, sehingga tidak menimbulkan bau yang tidak sedap
dan tidak menjadi tempat perindukan nyamuk.
J.

PENATALAKSANAAN

Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita adalah


LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang didukung oleh
Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan
satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus
serta mempercepat penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak
kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati diare.
Adapun program LINTAS Diare (Lima Langkah Tuntaskan Diare) yaitu:
1. Berikan Oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah
tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia
berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit
saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas
yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit
merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan
yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana
kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui infus.
Derajat dehidrasi dibagi dalam 3 klasifikasi :
a. Diare tanpa dehidrasi
Tanda diare tanpa dehidrasi, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau lebih :
Keadaan Umum
: baik
Mata
: Normal
Rasa haus
: Normal, minum biasa
Turgor kulit
: kembali cepat
Dosis oralit bagi penderita diare tanpa dehidrasi sbb :
Umur < 1 tahun
: - gelas setiap kali anak mencret
Umur 1 4 tahun : - 1 gelas setiap kali anak mencret
Umur diatas 5 Tahun
: 1 1 gelas setiap kali anak mencret
b. Diare dehidrasi Ringan/Sedang
Diare dengan dehidrasi Ringan/Sedang, bila terdapat 2 tanda di bawah ini
atau lebih:
Keadaan Umum
: Gelisah, rewel
Mata
: Cekung
Rasa haus
: Haus, ingin minum banyak
Turgor kulit
: Kembali lambat
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan
selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi.
c. Diare dehidrasi berat
Diare dehidrasi berat, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau lebih:
Keadaan Umum
: Lesu, lunglai, atau tidak sadar
Mata
: Cekung
Rasa haus
: Tidak bisa minum atau malas minum
Turgor kulit
: Kembali sangat lambat (lebih dari 2 detik)

Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas
untuk di infus.

ORALIT
2. Berikan obat Zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc
dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana
ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi
epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang
mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare.
Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat
keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume
tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya.
(Black, 2003). Penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa Zinc mempunyai
efek protektif terhadap diare sebanyak 11 % dan menurut hasil pilot study
menunjukkan bahwa Zinc mempunyai tingkat hasil guna sebesar 67 %
(Hidayat 1998 dan Soenarto 2007). Berdasarkan bukti ini semua anak diare
harus diberi Zinc segera saat anak mengalami diare.
Dosis pemberian Zinc pada balita:
Umur < 6 bulan : tablet ( 10 Mg ) per hari selama 10 hari
Umur > 6 bulan : 1 tablet ( 20 mg) per hari selama 10 hari.
Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti.
Cara pemberian tablet zinc:
Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI, sesudah larut
berikan pada anak diare.

ZINK
3. Pemberian ASI / Makanan :
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada
penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah
berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum Asi harus lebih sering di
beri ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari
biasanya. Anak uis 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan
makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan

sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian
makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan
berat badan.
4. Pemberian Antibiotika hanya atas indikasi
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare
pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada
penderita diare dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek
kolera.
Obat-obatan Anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita
diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak di anjurkan
kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun
meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian besar menimbulkan efek
samping yang bebahaya dan bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa
digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit (amuba, giardia).
5. Pemberian Nasehat
Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat
tentang :
a. Cara memberikan cairan dan obat di rumah
b. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :
Diare lebih sering
Muntah berulang
Sangat haus
Makan/minum sedikit
Timbul demam
Tinja berdarah
Tidak membaik dalam 3 hari.
Menurut Kapita Selekta Kedokteran (2000) dan SPM Kesehatan Anak RSUD
Wates (2001), Penatalaksanaan Medis diare yaitu:
1. Resusitasi cairan dan elektrolit
a. Rencana Pengobatan A, digunakan untuk :
Mengatasi diare tanpa dehidrasi
Meneruskan terapi diare di rumah
Memberikan terapi awal bila anak diare lagi
Tiga cara dasar rencana Pengobatan A :
1) Berikan lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi
(oralit, makanan cair : sup, air matang). Berikan cairan ini sebanyak anak mau
dan terus diberikan hingga diare berhenti.
Kebutuhan oralit per kelompok umur
Umur
< 12 bulan

Ddiberikan Setiap Bab


50-100 ml

Yang Disediakan
400 ml / hari (2 bungkus)

1-4 tahun

100-200 ml

600-800 ml / hari (3-4 bungkus)

> 5 tahun

200-300 ml

800-1000 ml / hari (4-5 bungkus)

Dewasa

300-400 ml

1.200-2.800 ml / hari

Cara memberikan oralit :


o Berikan sesendok teh tiap 1-2 menit untuk anak < 2 tahun
o Berikan beberapa teguk dari gelas untuk anak lebih tua
o Bila anak muntah, tunggu 10 menit, kemudian berikan cairan lebih sedikit
(sesendok teh tiap 1-2 menit)
o Bila diare belanjut setelah bungkus oralit habis, beritahu ibu untuk
memberikan cairan lain atau kembali ke petugas untuk mendapatkan
tambahan oralit.
2) Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi :
o Teruskan pemberian ASI
o Untuk anak < 6 bln dan belum mendapatkan makanan padat dapat
diberikan susu yang dicairkan dengan air yang sebanding selama 2 hari.
o Bila anak > / = 6 bulan atau telah mendapat makanan padat :
Berikan bubur atau campuran tepung lainnya, bila mungkin dicampur
dengan kacang-kacangan, sayur, daging, tam-bahkan 1 atau 2 sendok teh
minyak sayur tiap porsi.
Berikan sari buah segar atau pisang halus untuk menambah kalium
Dorong anak untuk makan berikan sedikitnya 6 kali sehari
Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti dan berikan
makanan tambahan setiap hari selama 2 minggu.
Bawa anak kepada petugas bila anak tidak membaik selama 3 hari atau
anak mengalami : bab sering kali, muntah berulang, sangat haus sekali,
makan minum sedikit, demam, tinja berdarah
b. Rencana Pengobatan B
Dehidrasi tidak berat (ringan-sedang); rehidrasi dengan oralit 75 ml / kg
BB dalam 3 jam pertama atau bila berat badan anak tidak diketahui dan atau
memudahkan dilapangan, berikan oralit sesuai tabel :
Jumlah oralit yang diberikan 3 jam pertama :
Umur
Jumlah oralit

< 1 tahun
300 ml

1-5 tahun
600 ml

> 5tahun
1.200 ml

Dewasa
2.400 ml

Setelah 3-4 jam, nilai kembali, kemudian pilih rencana A, B, atau C untuk
melanjutkan pengobatan :
Bila tidak ada dehidrasi ganti ke rencana A
Bila ada dehidrasi tak berat atau ringan/sedang, ulangi rencana B tetapi
tawarkan makanan, susu dan sari bu-ah seperti rencana A
Bila dehidrasi berat, ganti dengan rencana C

c. Rencana Pengobatan C
Dehidrasi berat : rehidrasi parenteral / cairan intravena segera. Beri 100
ml/kg BB cairan RL, Asering atau garam normal (larutan yang hanya
mengandung glukosa tidak boleh diberikan).
Umur

30 ml/kg BB

70 ml/kg BB

< 12 bulan

1 jam pertama

5 jam kemudian

> 1 tahun

jam pertama

21/2 jam kemudian

Rehidrasi parenteral :
RL atau Asering untuk resusitasi / rehidrasi
D1/4S atau KN1B untuk maintenan (umur < 3 bulan)
D1/2S atau KN3A untuk maintenan (umur > 3 bulan)
Ulangi bila nadi masih lemah atau tidak teraba
Nilai kembali tiap 1-2 jam. Bila rehidrasi belum tercapai percepat tetesan
infuse
Juga berikan oralit 5 ml/kg BB/jam bila penderita bisa minum. Biasanya
setelah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak)
Setelah 3-6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi, kemudian pilih rencana
A, B, C untuk melanjutkan pengobatan.
2. Obat-obat anti diare meliputi antimotilitas (loperamid, difenoksilat,
kodein, opium), adsorben (norit, kaolin, smekta).
3. Obat anti muntah : prometazin , domperidon, klorpromazin
4. Antibiotik hanya diberikan untuk disentri dan tersangka kolera :
Metronidazol 50 mg/kgBB/hari
5. Hiponatremia (Na > 155 mEq/L), dikoreksi dengan D1/2S. Penurunan
kadar Na tidak boleh lebih dari 10 mEq per hari karena bisa menyebabkan
edema otak
6. Hiponatremia (Na < 130 mEq/L), dikoreksi dengan RL atau NaCl
7. Hiperkalemia (K > 5 mEq/L), dikoreksi dengan kalsium glukonas
perlahan-lahan 5-10 menit sambil memantau detak jantung
8. Hipokalemia (K, 3,5 mEq/L), dikoreksi dengan KCl

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN. S DENGAN


SALAH SATU ANGGOTA KELUARGA MENDERITA DIARE
DI DESA WARINGIN KENCANA KECAMATAN WANARAYA
KABUPATEN BARITO KUALA
A. PENGKAJIAN KELUARGA
I.

No.

Nama

Data Umum
1.
2.
3.

Nama Kepala Keluarga


Umur
Alamat

4.
5.
6.
7.
8.
9.

Jenis Kelamin
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Suku / bangsa
Komposisi keluarga

: Tn. S
: 49 Tahun
: RT. 08 Desa Waringin Kencana,
Kecamatan Wanaraya, Kab.Barito
Kuala.
: Laki-laki
: Islam
: SD
: Petani
: Banjar / WNI
: Kepala Keluarga

Umur

Gender

Hub.
Dgn KK

Pendidikan

Pekerjaan

Keterangan

1.

Ny. J

49 thn

Perempuan

Istri

TL

IRT

Diare

Tn. S

48 thn

Laki-laki

KK

SD

Petani

Sehat

An. P

23 thn

Perempuan

Anak

SMA

Buruh

Sehat

An. B

17 thn

Perempuan

Anak

SMP

Sekolah

Sehat

Genogram

Keterangan:
: Laki-laki

: Laki-laki meninggal dunia

: Perempuan (pasien)

: Perempuan meninggal dunia

Tipe Keluarga:
Tife keluarga Tn. S adalah Niddle Age/Aging Couple suami (Tn. S) sebagai pencari
uang/nafkah bagi keluarga dan Ny. J dirumah sebagai ibu rumah tangga. Saat ini
Tn. S tinggal serumah dengan istri dan anak-anak.
1. Kewarganegaraan/suku bangsa : Indonesia/Banjar
2. Agama yang dianut adalah Islam
3. Status sosial ekonomi keluarga
a. Pendapatan
Pendapatan keluarga Tn. S perbulan rata-rata Rp 1000.000-1.500.000,perbulan, hal ini bersumber dari penghasilan sebagai pencari kodok dan
petani. Sedangkan untuk beras keluarga ini tidak membeli karena mereka
sendiri sebagai petani.
b. Sosial
Hubungan keluarga dengan masyarakat baik, keluarga Tn. S aktif dalam
kegiatan masyarakat seperti kegiatan yasinan.
4. Aktivitas rekreasi keluarga:
Tn. S mengatakan bila ada waktu luang dan tidak ke sawah biasanya santai di
rumah bersama istri dan anak-anaknya.
II.

Riwayat dan tahap perkembangan keluarga


a. Tahap perkembangan keluarga saat ini

Saat ini keluarga bapak S berada pada fase keluarga dengan usia produktif
(pasangan usia subur).
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, bapak M belum mampu
memenuhi kebutuhan yang diinginkan keluarga.
c. Riwayat keluarga inti
Tn. S mengatakan bahwa istrinya menderita tekanan darah tinggi sejak 2-3
tahun terakhir, Tn. S mengatakan istrinya sering mengeluh kepalanya pusing,
leher dan bahunya terasa sakit dan kaku. Selain tekanan darah tinggi Ny. J juga
menderita rematik. Biasanya Ny. J berobat ke puskesmas atau mengambil
perawat untuk diperiksa bila penyakitnya sedang kambuh. Saat ini Tn. S juga
menderita rematik.
d. Riwayat keluarga dahulu
Dahulu Tn. S dan istri sibuk bekerja disawah dan juga ke kebun, Tn. S dan
istrinya biasanya bekerja dari pagi sampai sore. Sejak 2 tahun Ny. R tidak
pernah bekerja ke sawah lagi karena kondisi kesehatannya, Ny. J terkadang
masih bekerja dirumah sebagai tukang urut/pijit. Bila ada keluhan dengan
kesehatannya Tn. S dan keluarganya biasanya beli obat diwarung, jika keluhan
tidak berkurang baru berobat ke Puskesmas atau memanggil petugas kesehatan
untuk kerumahnya.
III.

Lingkungan
a) Karakteristik rumah
Rumah keluarga Tn. S jenis bangunan kayusemi permanen dengan luas
bangunan 6x10m, luas pekarangan 5 m, didepan rumah ada sungai, status
rumah milik sendiri, penerangan dan pencahayaan rumah terang, bila malam
menggunakan lampu listrik, terdapat jendela. Terdapat 2 pintu, pintu utama, dan
pintu dapur. Pintu dan jendela rumah klien selalu dibuka setiap saat sehingga
udara masuk kerumah. Rumah Tn. S memiliki ruang tamu, 2 kamar tidur, dapur
dan kamar mandi, lantai rumah terbuat dari kayu/papan, pembuangan sampah
disungai. Sumber air minum menggunakan air hujan yang di tampung dalam
gentong tertutup, untuk mencuci dan memasak keluarga Tn. S menggunakan
sumur gali, sedangkan bila BAB (Buang Air Besar) ke sungai menggunakan
WC (jamban) sendiri dengan cemplung terbuka.

Denah Rumah Keluarga Tn. S


b) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Rumah keluarga Tn. S terpisah dari tetangga, tetapi hubungan keluarga Tn. S
dengan para tetangga baik, bila ada kegiatan dilingkungan rumahnya Tn. S dan
Ny. J selalu hadir dan berperan aktif.
c) Mobilitas geografis keluarga
Tn. S menetap bertempat tinggal, tidak berpindah-pindah. Bila ada waktu
senggang Tn. S dan istri berkunjung ke rumah anak-anaknya.
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga Tn. S sering berinteraksi dengan masyarakat/warga lainnya.
e) Sistem pendukung keluarga
Saat pengkajian kondisi dan kesehatan Tn. S dan cucunya sehat. Bila ada
anggota keluarganya yang sakit dibawa berobat ke puskesmas dan keluarga Tn.
S menggunakan KTP (Jamkesda).
IV.

Struktur keluarga
A. Pola komunikasi keluarga
Cara berkomunikasi antar anggota keluarga baik, menggunakan bahasa banjar
dan saling pengertian dan perhatian. Setiap saat Tn. S di rumah dan bertemu
keluarga selalu melakukan komunikasi
B. Struktur kekuatan keluarga
Tn. S mempunyai peran yang baik didalam mengambil keputusan untuk
keluarganya, setiap keputusan yang diambil selalu di musyawarahkan dengan
anggota keluarga lainnya.
C. Struktur peran

Tn. S berperan sebagai kepala keluarga yang mencari nafkah untuk


keluarganya, Ny. J berperan sebagai ibu rumah tangga yang mengurus keluarga,
saat kondisi kesehatan baik Ny. J membantu suaminya ke sawah. Anak-anak Tn.
S satu yang sudah berkeluarga dan tinggal bersama suaminya, dan dua yang
masih tinggal bersama Tn. S dan Ny. J.
D. Nilai-nilai keluarga
Keluarga Tn. S menganut agama Islam, tidak ada kepercayaan yang
bertentangan dengan kesehatan.
V.

Fungsi keluarga
A. Fungsi afektif
Keluarga Tn. S memiliki sikap dan hubungan baik, Tn. S dan Ny. J selalu
mengajarkan dan mencontohkan cara bersopan santun pada anak-anaknya,
keluarga Tn. S juga selalu memberikan kasih sayang pada keluarganya dan juga
mengajarkan untuk saling menghargai antara sesama.
B. Fungsi sosialisasi
Tn. S mengatakan hubungan dengan anak-anaknya,

dan juga saudara-

saudaranya semua baik, sosialisasi dengan tetangga juga baik. Tn. S


mengatakan tidak memilih-milih dalam bersosialisasi.
C. Fungsi perawatan keluarga
1.

Mengenal masalah
Tn. S mengatakan mengetahui istrinya menderita tekanan darah tinggi saat
dibawa berobat kepuskesmas, tetapi Tn. S tidak mengetahui pengertian,
penyebab, tanda gejala dan perawatan pada Diare yang diderita oleh
istrinya.
Tn. S mengatakan istrinya sudah 3 hari mengeluh pusing, kaku dan sakit
pada daerah tengkuknya

2.

Mengambil keputusan.
Tn. S mengatakan bila ada salah satu anggota keluarganya yang sakit
biasanya dibelikan obat di warung terlebih dahulu, bila sakit atau keluhan
tidak berkurang Tn. S membawa keluarganya yang sakit ke Puskesmas
atau memanggil petugas kesehatan kerumahnya.

3.

Merawat keluarga yang sakit.


-

Menurut Tn. S bila ia atau anggota keluarganya sakit tapi tidak parah,
maka mereka biasanya membeli obat di warung. Namun bila sakitnya
tidak sembuh-sembuh mereka membawanya ke puskesmas.

Tn. S mengatakan sudah membelikan obat diwarung untuk istrinya dan


belum membawa istrinya berobat kepuskesmas

4.

Memodifikasi lingkungan/memelihara lingkungan rumah yang sehat.


Tn. S mengatakan rumahnya selalu dibersihkan setiaphari, jendela selalu di
buka, keadaan rumah cukup bersih dan rapi, pencahayaan dirumahcukup.

5.

Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.


Tn. S mengatakan mengetahui fasilitas kesehatan yang terdekat adalah di
puskesmas. Bila ada anggota keluarganya yang sakit biasanya dibawa
berobat ke puskesmas atau memanggil petugas kesehatan ke rumahnya.
D. Fungsi Reproduksi
Tn. S memiliki 3 orang anak, 1 anaknya sudah tinggal bersama suaminya dan 2
anaknya yang lain masih tinggal serumah dengannya.

VI.

Stress dan koping keluarga


Tn. S mengatakan khawatir dan cemas dengan kondisi dan kesehatan Ny. J saat ini.
Tn. S mengatakan slalu berdoa dan menyerahkan semuanya kepada Tuhan YME.

VII.

Harapan keluarga
Tn. S mengharapkan Ny. J segera sehat dan tidak sakit lagi.

VIII.

Pemeriksaan fisik
A. Pemeriksaan fisik tanggal 6 Oktober 2016
1. Ny. J
a. Keadaan umum
-

Ny. J tampak berbaring ditempat tidur, klien tampak meringis


kesakitan, klien tampak memijit kepalanya.

Ny. J mengatakan kepalanya terasa sakit dan sangat pusing, leher


dan tengkuknya juga terasa kaku. Ny. J juga mengatakan perutnya
terasa mual.

b. Tanda-tanda vital
-

TD : 210/140 Mmhg

Nadi: 92 x/menit

RR: 24 x/menit

Suhu: 37 0 C

c. Pemeriksaan head to toe


1) Kepala
-

Tidak tampak ada luka, perdarahan, pembengkakan.


Rambut tampak memutih, wajah tampak simetris, tidak
tampak ada odem.

2) Dada

Bentuk dada simetris tidak terdengar bunyi nafas tambahan,


tidak terdengar bunyi jantung tambahan.

3) Abdomen
-

Abdomen tampak simetris, tidak tampak adanya luka post


operasi, bising usus +

4) Ekstremitas
-

Bentuk kaki simetris, tidak tampak odem, pergerakan bebas.

B. Pemeriksaan fisik tanggal 28 januari 2014


1. Ny. J
a. Keadaan umum: tampak baik
b. TTV: TD 190/120 MmHg, Nadi: 88 x/menit, RR 18 x/menit, Suhu: 36,6
0

c. Keluhan: Ny. R mengatakan kepalanya masih terasa pusing, leher dan


bahu terasa kaku dan sakit.
2. Tn. S
a. Keadaan umum: keadaan umum tampak baik
b. TTV: TD 140/90 MmHg, Nadi: 84 x/menit, RR: 18 x/menit, Suhu: 36,4
0

C.

c. Keluhan: Tn. S mengatakan bila kerja terlalu keras kadang-kadang


kakinya terasa sakit.
IX.

Sumber pelayanan kesehatan


Puskesmas dan petugas kesehatan setempat (perawat).

X.

Tanggapan keluarga tentang pelayanan kesehatan


Keluarga Tn. S mengatakan merasa senang atas kunjungan dari mahasiswa
kesehatan yang mendata dan memeriksa kesehatan keluarganya. Tn. S juga berharap
mendapat penjelasan dan pengetahuan tentang penyakit Diare yang saat ini diderita
oleh istrinya.

XI.

Kebiasaan hidup sehari-hari


a. Kebiasaan istirahat dan tidur
Nama

Tidur Siang

Tidur Malam

Keterangan

Tn. S

1/2 jam

2-3 jam

Diatas pukul 01.00

Ny. J

-1 jam

6-7 jam

Diatas pukul 21.00

An. B

1-2 jam

7-8 jam

Diatas pukul 21.00

b. Kebiasaan makan
Kebiasaan makan keluarga Tn. S 3x1 hari dengan waktu yang teratur, dengan
makanan pokok keluarga adalah nasi, ditambah ikan basah, ikan kering/ikan
asin, sayur-sayuran dan terkadang buah-buahan.
Tn. S mengatakan Setelah mengetahui kalauistrinya menderita tekanan darah
tinggi, keluarganya membatasi mengkonsumsi ikan kering/ikan asin dan juga
makanan yang berlemak.
c. Kebiasaan personal hygiene
Mandi 2x sehari dengan menggunakan sabun, menggosok gigi 2x sehari pagi
dan sore dengan menggunakan pasta gigi, ganti pakaian setiap kali sesudah
mandi, mencuci rambut atau keramas 2-3 x/minggu atau bila terasa kotor. Tn. S
dan keluarga menggunakan air sumur dan terkadang air sungai untuk mandi dan
menggosok gigi.
d. Kebiasaan BAB dan BAK
Ny. J setiap harinya BAB 1x sehari, normal dengan konsistensi tidak keras dan
tidak cair, BAK 6x sehari.

B. ANALISA DATA
Tipologi masalah kesehatan anggota keluarga yang menderita Diare
a. Ancaman kesehatan : b. Sakit atau kurang sehat

: Ny. J menderita Diare

c. Krisis

:-

No.

Data

1.

Data Subjektif
-Ny. J mengatakan kepalanya
terasa sakit dan sangat pusing,
leher dan tengkuknya juga
terasa kaku. Ny. J juga
mengatakan perutnya terasa

Masalah
Keperawatan
Nyeri (sakit
kepala)

Kemungkinan
Penyebab
Ketidakmampuan
keluarga didalam
merawat anggota
keluarga yang
sakit (Diare)

Tipologi
Masalah
Aktual.

mual.
-Tn. S mengatakan istrinya sering
mengeluh kepalanya pusing,
leher dan bahunya terasa sakit
dan kaku.
Data Objektif
-

Keadaan
umum: klien tampak lemah,
klien tampak meringis
kesakitan sambal memijit
kepalanya
Tanda-tanda
vital
TD = 210/140 mmHg
R R = 24 x/menit

2.

= 92 x/menit

= 37 C

Data Subjektif
-

Tn.
S
mengatakan
mengetahui
istrinya menderita tekanan
darah tinggi saat dibawa
berobat kepuskesmas,

Tn.
S
mengatakan tidak mengetahui
pengertian, penyebab, tanda
gejala dan perawatan pada
Diare yang diderita oleh
istrinya

Tn.

S
mengatakan
kurang
mengetahui bagaimana cara
merawat anggota keluarganya
yang menderita Diare
Data Objektif

Defisit
pengetahuan
tentang Diare

Ketidaktahuan
klien dan keluarga
mengenal masalah
penyakit Diare

Aktual.

Tanda-tanda
vital
TD = 210/140 mmHg
R R = 24 x/menit

A.

= 92 x/menit

= 37 C

Diagnosa Keperawatan Keluarga dan Prioritas Masalah


1.

Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga


merawat anggota keluarga yang sakit Diare

2.

Defisit pengetahuan tentang Diare berhubungan dengan Ketidaktahuan


keluarga mengenal masalah penyakit Diare

E.
No
1.

Perencanaan/ Intervensi keperawatan


Diagnosa
Keperawatan

Nyeri (sakit kepala)


berhubungan dengan
Ketidakmampuan
keluarga dalam
merawat anggota
keluarga yang sakit
Diare

Tujuan
Jangka Panjang

Kriteria e
Jangka Pendek

Setelah dilakukan asuhan


Setelah dilakukan 3 kali
keperawatan selama 1
kunjungan, selama pengkajian
minggu kunjungan Tn. S dan sampai implementasi keluarga
keluarga dapat merawat
mampu :
anggota keluarga yang sakit
1.
Merawat anggota
Diare dengan kriteria :
keluarga yang sakit Diare
Tn. S dan keluarga
2.
Keluhan yang dirasakan
mengetahui bagaimana cara
Ny. J berkurang atau hilang
merawat dan mengatasi
3.
Mengambil keputusan
penyakit Diare dalam
untuk merawat keluarga yang
keluarga.
sakit.

Kriteria
Respon
Verbal

1. Tn.
dap
car
ang
yan
Dia

2. Kel
me
kom
mu
tida
dita

Defisit pengetahuan
tentang Diare
berhubungan dengan
Ketidaktahuan
keluarga mengenal
masalah penyakit
Diare

Setelah dilakukan asuhan


keperawatan selama 1
minggu diharapkan Tn. S dan
keluarga mengerti dan
memahami masalah penyakit
Diare.

Setelah diberikan penyuluhan


kesehatan tentang Diare selama
30 menit diharapkan Tn. S dan
keluarga dapat menjelaskan :
1.
2.
3.
4.
5.

Pengertian Diare
Tanda dan gejala Diare
Penyebab Diare
Komplikasi Diare
Penatalaksanaan
Diare.

6. Mengetahuicarapengobatantr
adisionaluntukDiare

Respon
Verbal

1. T
K
m
m
m
se
y
b
ta
p
k
p
D
2. T
ca
tr
D

47
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari,
Tanggal,

Masalah
kesehatan

Masalah
keperawatan

Ny. J
menderita
Diare.

Nyeri (sakit
kepala)
berhubungan
dengan
ketidakmapu
an keluarga
merawat
anggota
keluarga
yang sakit
Diare

Implementasi

Evaluasi

Jam
Kamis,
23/1/20
14
Pkl.
10.00
WITA

1. Mengkaji karakteristik dan


keluhan nyeri (sakit kepala) yang
dialami Ny. J
2. Melakukan pengukuran TTV
(TD, N, RR, S)
3. Menganjurkan pada klien untuk
beristirahat
4. Menganjurkan pada klien untuk
membatasi aktifitas fisik selama
nyeri (sakit kepala)
5. Mengajarkan tehnik rileksasi
nafas dalam
6. Menjelaskan pada keluarga cara
merawat anggota keluarga yang
sakit
7. Menganjurkan pada keluarga
untuk membawa Ny. J ke petugas
kesehatan atau fasilitas kesehatan
terdekat untuk mendapatkan
pengobatan

Pkl. 12.00 WITA


S:
-

Ny. J mengatakan
kepalanya masih terasa sakit.
Tn. S mengatakan
akan memanggil petugas kesehatan
kerumahnya untuk memeriksa
kondisi kesehatan istrinya

O:
-

Ny. J tampak masih


terlihat lemah, dan terbaring
ditempat tidur
Ny. J tampak
mencoba tehnik rileksasi nafas
dalam
TTV: TD 180/120
MmHg, N 88x/mnt, RR 18x/mnt, S
36,80C
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi 1-7

Sabtu
25/1/20
14
Pkl.
10.00
WITA

Ny. R
menderita
Diare.

Nyeri (sakit
1. Mengkaji karakteristik dan
kepala)
keluhan nyeri (sakit kepala) yang
berhubungan
dialami Ny. R
dengan
2. Melakukan pengukuran TTV
ketidakmapu
(TD, N, RR, S)
an keluarga
3. Menganjurkan pada klien untuk
merawat
beristirahat
anggota
4. Menganjurkan pada klien untuk
keluarga
membatasi aktifitas fisik selama
yang sakit
nyeri (sakit kepala)
Diare
5. Mengevaluasi tehnik rileksasi
nafas dalam yang telah diajarkan
6. Menjelaskan pada keluarga cara

Pkl. 11.00 WITA


S:
-

O:

Ny. J mengatakan
sakit kepalanya sudah mulai
berkurang
Tn. S mengatakan
sudah memanggil petugas kesehatan
kerumahnya dan memeriksa kondisi
kesehatan istrinya, dan sudah diberi
obat.

48
Hari,
Tanggal,

Masalah
kesehatan

Masalah
keperawatan

Implementasi

Evaluasi

Jam
merawat anggota keluarga yang
sakit dengan menyediakan menu
makanan yang rendah garam dan
rendah lemak
7. Menganjurkan pada keluarga
untuk secara teratur memberikan
obat yang telah diresepkan
kepada Ny. J.

Ny. J tampak duduk


diruang tamu dan masih terlihat
lemah.
TTV: TD 180/110
MmHg, N 82x/mnt, RR 18x/mnt, S
36,20C
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi

49
Hari,
Tanggal,

Masalah
kesehatan

Masalah
keperawatan

Implementasi

Evaluasi

Jam
kamis
6/2/201
4
Pkl.
10.00
WITA

Ny. J
menderita
Diare.

Defisit
1. Mengkaji pengetahuan keluarga
pengetahuan
dan klien tentang tanda, gejala,
tentang Diare
penyebab serta akibat lanjut dari
berhubungan
Diare.
dengan
2. Menjelaskan kepada keluarga
Ketidaktahuan
pengertian, penyebab, tanda gejala,
keluarga
pencegahan, diet Diare,akibat
mengenal
lanjut dari Diare
masalah
3. Mendemonstrasikan cara
penyakit
pembuatan obat tradisional untuk
Diare.
Diare dengan menggunakan
mentimun yang diparut dan
diminum airnya.
4. Memberikan pujian kepada klien
dan keluarga atas jawabannya
(benar) atau kalau salah kita
sempurnakan/kita
benarkan/perbaiki.
5. Menganjurkan kepada klien untuk
sering mengontrol/periksa TD tiap
minggu atau 1 minggu 2 kali.

Pkl. 15.00 WITA


S:
-

Ny. J mengatakan
mengerti atas penjelasan yang
diberikan
Tn. S mengatakan
merasa senang karena telah
diberikan penjelasan tentang
pengertian, penyebab, tanda dan
gejala juga akibat lanjut dari Diare
Ny. J mengatakan
akan mencoba membuat parutan
air mentimun seperti yang telah
diajarkan

O:
-

Ny. J tampak
memperhatikan apa yang telah
dijelaskan
Ny. J tampak
mencoba apa yang telah diajarkan
Tn. S tampak
mampu menjawab pertanyaan
yang diajukan
A: masalah teratasi
P: Hentikan intervensi

50

BAB IV
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Diare didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140
mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi lanjut usia, Diare
didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg.

B.

Saran
Dari uraian diatas dapat kami sarankan sebaiknya para pembaca khususnya perawat
dengan kasus Diare mengetahui tentang: Faktor-faktor resiko yang dapat ditemui pada
lansia dengan Diare.

DAFTAR PUSTAKA
Doenges Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien), Edisi 3, Penerbit Buku Kedikteran EGC, Tahun
2001.
Mansjoer, Arief et all. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Media Aescalapius
Smeltzer, Suzanne C. Brenda. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta:
EGC

51
http://learntogether-aries.blogspot.com/2011/09/askep-Diare.html
http://asuhankeperawatanDiare.blogspot.com/

Vous aimerez peut-être aussi

  • Pedoman Pelayanan Dan Asuhan
    Pedoman Pelayanan Dan Asuhan
    Document10 pages
    Pedoman Pelayanan Dan Asuhan
    Putri Utami Hadiyati
    0% (1)
  • Baras Kuning
    Baras Kuning
    Document3 pages
    Baras Kuning
    Ahmad Syamsul ThelionArema
    Pas encore d'évaluation
  • Berita Acara Peralatan Rusak
    Berita Acara Peralatan Rusak
    Document1 page
    Berita Acara Peralatan Rusak
    Ahmad Syamsul ThelionArema
    Pas encore d'évaluation
  • Baras Kuning
    Baras Kuning
    Document3 pages
    Baras Kuning
    Ahmad Syamsul ThelionArema
    Pas encore d'évaluation
  • Berita Acara Peralatan Rusak
    Berita Acara Peralatan Rusak
    Document1 page
    Berita Acara Peralatan Rusak
    Ahmad Syamsul ThelionArema
    Pas encore d'évaluation
  • Ribet
    Ribet
    Document2 pages
    Ribet
    Ahmad Syamsul ThelionArema
    Pas encore d'évaluation
  • Baras Kuning
    Baras Kuning
    Document2 pages
    Baras Kuning
    Ahmad Syamsul ThelionArema
    Pas encore d'évaluation
  • Baras Kuning
    Baras Kuning
    Document3 pages
    Baras Kuning
    Ahmad Syamsul ThelionArema
    Pas encore d'évaluation
  • Supi Obat Balai
    Supi Obat Balai
    Document1 page
    Supi Obat Balai
    Ahmad Syamsul ThelionArema
    Pas encore d'évaluation
  • Baras Kuning
    Baras Kuning
    Document3 pages
    Baras Kuning
    Ahmad Syamsul ThelionArema
    Pas encore d'évaluation
  • Solar RS
    Solar RS
    Document1 page
    Solar RS
    Ahmad Syamsul ThelionArema
    Pas encore d'évaluation
  • Cover Siaga
    Cover Siaga
    Document2 pages
    Cover Siaga
    Ahmad Syamsul ThelionArema
    Pas encore d'évaluation
  • Baras Kuning
    Baras Kuning
    Document3 pages
    Baras Kuning
    Ahmad Syamsul ThelionArema
    Pas encore d'évaluation
  • Form SIPP Banjarmasin
    Form SIPP Banjarmasin
    Document22 pages
    Form SIPP Banjarmasin
    Ahmad Syamsul ThelionArema
    Pas encore d'évaluation
  • SDN 2 Dadahup
    SDN 2 Dadahup
    Document7 pages
    SDN 2 Dadahup
    Ahmad Syamsul ThelionArema
    Pas encore d'évaluation
  • Dinas Kesehatan: Surat Perintah Tugas
    Dinas Kesehatan: Surat Perintah Tugas
    Document4 pages
    Dinas Kesehatan: Surat Perintah Tugas
    Ahmad Syamsul ThelionArema
    Pas encore d'évaluation
  • SURAT TUGAS POSYAndu Sakura 1
    SURAT TUGAS POSYAndu Sakura 1
    Document2 pages
    SURAT TUGAS POSYAndu Sakura 1
    Ahmad Syamsul ThelionArema
    Pas encore d'évaluation
  • Baras Kuning
    Baras Kuning
    Document3 pages
    Baras Kuning
    Ahmad Syamsul ThelionArema
    Pas encore d'évaluation
  • Izin 2
    Izin 2
    Document1 page
    Izin 2
    Ahmad Syamsul ThelionArema
    Pas encore d'évaluation
  • SMPN 5 Dadahup
    SMPN 5 Dadahup
    Document7 pages
    SMPN 5 Dadahup
    Ahmad Syamsul ThelionArema
    Pas encore d'évaluation
  • SDN Menteng Raya
    SDN Menteng Raya
    Document7 pages
    SDN Menteng Raya
    Ahmad Syamsul ThelionArema
    Pas encore d'évaluation
  • Izin 2
    Izin 2
    Document1 page
    Izin 2
    Ahmad Syamsul ThelionArema
    Pas encore d'évaluation
  • Surat keterangan sakit gigi
    Surat keterangan sakit gigi
    Document1 page
    Surat keterangan sakit gigi
    Ahmad Syamsul ThelionArema
    Pas encore d'évaluation
  • Laporan Perjalanan Dinas 5 Juni
    Laporan Perjalanan Dinas 5 Juni
    Document10 pages
    Laporan Perjalanan Dinas 5 Juni
    Ahmad Syamsul ThelionArema
    Pas encore d'évaluation
  • LAPORAN PERJALANAN DINAS 5 Juni
    LAPORAN PERJALANAN DINAS 5 Juni
    Document1 page
    LAPORAN PERJALANAN DINAS 5 Juni
    Ahmad Syamsul ThelionArema
    Pas encore d'évaluation
  • Laporan Perjalanan Dinas 5 Juni
    Laporan Perjalanan Dinas 5 Juni
    Document1 page
    Laporan Perjalanan Dinas 5 Juni
    Ahmad Syamsul ThelionArema
    Pas encore d'évaluation
  • Laporan Perjalanan Dinas 3 Agustus
    Laporan Perjalanan Dinas 3 Agustus
    Document1 page
    Laporan Perjalanan Dinas 3 Agustus
    Ahmad Syamsul ThelionArema
    Pas encore d'évaluation
  • Ipi 51534
    Ipi 51534
    Document1 page
    Ipi 51534
    Ahmad Syamsul ThelionArema
    Pas encore d'évaluation
  • Lembar Persetujuan
    Lembar Persetujuan
    Document12 pages
    Lembar Persetujuan
    Ahmad Syamsul ThelionArema
    Pas encore d'évaluation
  • Pathway
    Pathway
    Document3 pages
    Pathway
    Ahmad Syamsul ThelionArema
    Pas encore d'évaluation