Vous êtes sur la page 1sur 26

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar ANC
2.1.1 Pengertian ANC
ANC (Antenatal Care) adalah pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan
pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim (Guttmacher, 2007).
ANC (Antenatal Care) adalah pengawasan kehamilan untuk mengetahui kesehatan
umum ibu, menegakan secara dini penyakit yang menyertai kehamilan, menegakan
secara dini komplikasi kehamilan dan menetapkan resiko kehamilan (Manuaba C.,
Manuaba F., & Manuaba G. 2009).
Pemeriksaan kehamilan dini atau Ante Natal Care (ANC) merupakan pemeriksaan
yang dilakukan oleh seseorang wanita untuk pertama kali ketika menyadari dirinya hamil
dengan tujuan dilakukannya pemeriksaan kehamilan secara dini adalah untuk
mengetahui apakah wanita tersebut benar-benar hamil, untuk menentukan usia
kehamilan, melakukan deteksi adanya faktor resiko dan komplikasi pada kehamilan,
perencanaan penyuluhan dan pengobatan yang diperlukan, kemudian melakukan rujukan
dan kolaborasi bila kehamilan mengalami komplikasi dan faktor resiko yang
memungkinkan komplikasi terjadi (Yulianti, 2010:3).
Jadi, ANC (Antenatal Care) adalah pengawasan sebelum persalinan terutama di
tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, sedangkan
pengawasan sebelum persalinan terutama di tujukan untuk ibunya. Untuk menilai
pemeriksaan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk memeriksa kondisi janin dan
mempersiapkan segala sesuatu yang akan diperlukan dikemudian hari agar bayi maupun
ibu sehat.

2.1.2 Tujuan ANC


Tujuan pelayanan Antenatal Care (ANC) menurut Sulistyawati (2009:4), antara
lain:
1. Memantau kemajuan kehamilan dan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang bayi.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik dan mental dan sosial
ibu.

3. Mengenal secara dini adanya ketidaknormalan, komplikasi yang mungkin


terjadi selama hamil termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan, dan
pembedahan.
4. Mempersiapkan kehamilan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu dan
bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI
ekslusif.
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar
dapat tumbuh kembang secara optimal.
2.1.3 Standar Pelayanan Antenatal Care ( ANC ) 14T
Menurut (Prawiroharjo, 2005: 90-91) standar pelayanan ANC yaitu :
1. Ukur Berat badan dan Tinggi Badan (T1)
Dalam keadaan normal kenaikan berat badan ibu dari sebelu hamil dihitung
dari TM I sampai TM III yang berkisar antara 7 - 12 kg dan kenaikan berat
badan setiap minggu yang tergolong normal adalah 0,4 - 0,5 kg tiap minggu
mulai TM II. Pengukuran tinggi badan ibu hamil dilakukan untuk
mendeteksi faktor resiko terhadap kehamilan yang sering berhubungan
dengan keadaan rongga panggul.
2. Ukur Tekanan Darah (T2)
Tekanan darah yang normal 110/80 - 140/90 mmHg, bila melebihi 140/90
mmHg perlu diwaspadai adanya Preeklampsi.
3. Ukur Tinggi Fundus Uteri (T3)
Tujuan pemeriksaan TFU menggunakan tehnik Mc. Donald adalah
menentukan umur kehamilan berdasarkan minggu dan hasilnya bisa di
bandingkan dengan hasil anamnesis Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)
dan kapan gerakan janin mulai dirasakan. TFU yang normal harus sama
dengan UK dalam minggu yang dicantumkan dalam HPHT.

Ukuran Fundus Uteri sesuai Usia Kehamilan


Usia Kehamilan Sesuai Minggu

Jarak Dari Simfisis

22 28 Minggu
24-25 cm
28 Minggu
26,7 cm
30 Minggu
29,5 30 cm
32 Minggu
31 cm
34 Minggu
32 cm
36 Minggu
33 cm
40 Minggu
37,7 cm
4. Pemberian Tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (T4)
5. Pemberian Imunisasi TT (T5)
Imunisasi Tetanus Toxoid harus segera di berikan pada saat seorang wanita
hamil melakukan kunjungan yang pertama dan dilakukan pada minggu keInterval dan Lama Perlindungan Tetanus Toxoid.
Imunisasi TT

TT1

Selang Waktu
minimal pemberian
Imunisasi TT
-

TT2
1 bulan setelah TT1
TT3
6 bulan setelah TT2
TT4
12 Bulan setelah TT3
TT5
12 Bulan setelah TT4
6. Pemeriksaan Hb (T6)

Lama Perlindungan

Langkah awal pembentukan


kekebalan tubuh terhadap
penyakit Tetanus
3 Tahun
6 Tahun
10 Tahun
25 Tahun

Pemeriksaan Hb pada Bumil harus dilakukan pada kunjungan pertama dan


minggu ke 28. bila kadar Hb < 11 gr% Bumil dinyatakan Anemia, maka
harus diberi suplemen 60 mg Fe dan 0,5 mg As. Folat hingga Hb menjadi 11
gr% atau lebih.
7. Pemeriksaan VDRL (Veneral Disease Research Lab.) (T7)
Pemeriksaan dilakukan pada saat Bumil datang pertama kali daambil
spesimen darah vena kurang lebih 2 cc. apabila hasil test positif maka
dilakukan pengobatan dan rujukan.
8. Pemeriksaan Protein urine (T8)
Dilakukan untuk mengetahui apakah pada urine mengandung protein atau
tidak untuk mendeteksi gejala Preeklampsi.

9. Pemeriksaan Urine Reduksi (T9)

Untuk Bumil dengan riwayat DM. bila hasil positif maka perlu diikuti
pemeriksaan gula darah untuk memastikan adanya DMG.
10. Perawatan Payudara (T10)
Senam payudara atau perawatan payudara untuk Bumil, dilakukan 2 kali
sehari sebelum mandi dimulai pada usia kehamilan 6 minggu.
11. Senam Hamil (T11)
12. Pemberian Obat Malaria (T12)
Diberikan kepada bumil pendatang dari daerah malaria juga kepada bumil
dengan gejala malaria yakni panas tinggi disertai menggigil dan hasil apusan
darah yang positif.
13. Pemberian Kapsul Minyak Yodium (T13)
Diberikan pada kasus gangguan akibat kekurangan Yodium di daerah
endemis yang dapat berefek buruk terhadap Tumbuh kembang Manusia.
14. Temu wicara / Konseling (T14)
2.1.4 Pemeriksaan Kehamilan
Bila HPHT tidak diketahui, usia kehamilan ditentukan dengan cara :
1.
2.
3.
4.
5.

TFU (Cm x 7/8 = Usia dalam minggu)


Terabanya ballotement di simpisis 12 mgg
DJJ (+) dg Dopller 10-12 mgg
DJJ (+) dg fetoscop 20 mgg
Quickening 20 mgg
Perhitungan Taksiran Partus (Naegle)
1. Hari + 7
2. Bulan (1-3) + 9,
3. Tahun (1-3) + 0,

B (4-12) 3
T (4-12) + 1

Perhitungan Taksiran Berat Janin


1. TFU (11 belum masuk PAP) X 155 = .gr
2. TFU (12 sudah masuk PAP) X 155 = .gr

Frekuensi Kunjungan
1. Kunjungan I (12-24 minggu)
Anamnesis

lengkap,

pemeriksaan

fisik

&

obstetri,

laboratorium, antopometri, penilaian resiko kehamilan, KIE

pemeriksaan

10

2. Kunjungan II (28 - 32 minggu)


Anamnesis, USG, penilaian resiko kehamilan, nasehat perawatan payudara
dan senam hamil, vaksin TT I
3. Kunjungan III (34 mgg)
Anamnesis, pemeriksaan ulang laboratorium, vaksin TT II
4. Kunjungan IV, V, VII & VIII ( 36 - 42 mgg)
Anamnesis , perawatan payudara dan persiapan persalinan
2.1.5

Cara Pelayanan Antenatal Care


Cara pelayanan antenatal, disesuaikan dengan standar pelayanan antenatal
menurut Depkes RI yang terdiri dari :
1. Kunjungan Pertama
1) Catat identitas ibu hamil
2) Catat kehamilan sekarang
3) Catat riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu
4) Catat penggunaan cara kontrasepsi sebelum kehamilan
5) Pemeriksaan fisik diagnostik dan laboratorium
6) Pemeriksaan obstetric
7) Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT)
8) Pemberian obat rutin seperti tablet Fe, kalsium, multivitamin, dan
mineral lainnya serta obat-obatan khusus atas indikasi
9) Penyuluhan/konseling
2. Jadwal Kunjungan Ibu Hamil
Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa mengancam
jiwanya. Oleh karena itu, wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali
kunjungan selama periode antenatal:
1) Satu kali kunjungan selama trimester satu (< 14 minggu).
2) Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14 - 28).
3) Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28 - 36 dan
sesudah minggu ke 36). (Saifudin, dkk.,2002)
4) Perlu segera memeriksakan kehamilan bila dilaksanakan ada gangguan

2.1.6

atau bila janin tidak bergerak lebih dari 12 jam (Pusdiknakes, 2006: 45).
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Wanita hamil diperiksa urinnya untuk mengetahui kadar protein glukosanya,
diperiksa darah untuk mengetahui faktor rhesus, golongan darah, Hb dan
penyakit rubella.
Tes Lab

Nilai Normal

Hemoglobin

10,5-14,0

Nilai
Normal
<10,5

Tidak Diagnosis
Terkait
Anemia

Masalah

11

Protein Urin
Glukosa dalam urin

Terlacak/negatif
Bening/negatif
Warna hijau

VDRL/RPR
Faktor rhesus
Golongan Darah
HIV
Rubella

Negatif
Rh +
A B O AB
Negatif

Feses
untuk Negatif
ova/telur cacing dan
parasit

Protein urine
Kuning,
coklat
Positif
Rh+
Positif

orange, Diabetes

Positif

Syphilis
Rh sensitization
Ketidakcocokan ABO
AIDS
Anomali pada janin
jika ibu terinfeksi
Anemia akibat cacing

2. Pemeriksaan Rontgen
Dilakukan pada kehamilan yang sudah agak lanjut karena sebelum buan ke IV
rangka janin belum tampak. Pemeriksaan rontgen dilakukan pada kondisikondisi
1)
2)
3)
4)

Diperlukan tanda pasti hamil


Letak anak tidak dapat ditentukan dengan jelas dengan palpasi
Mencari sebab dari hidraamnion
Untuk menentukan kelainan anak

3. Pemeriksaan USG
Kegunaannya:
1)
2)
3)
4)
5)

Diagnosis dan konfirmasi awal kehamilan


Penentuan umur gestasi dan penafsiran ukuran fetal
Mengetahui posisi plasenta
Mengetahui adanya IUFD
Mengetahui pergerakan janin dan detak jantung janin. (Marjati dkk, 2010; 95-

97)
2.1.7
Manajemen Asuhan Keperawatan ANC
2.1.7.1 Pengkajian
1. Anamnesa
1) Anamnesa identitas istri dan suami.
2) Anamnesa umum: keluhan kehamilan (mual,muntah, sakit kepala, nyeri
ulu hati), nafsu makan, tidur, miksi, defekasi, perkawinan.
3) Tentang kehamilan, persalinan, keguguran dan kehamilan ektopik atau
kehamilan mola sebelumnya.
2. Pemeriksaan Fisik Diagnostik

12

1) Keadaan umum. Dengan inspeksi, dapat diperoleh gambaran mengenai


keadaan panggul. Adanya kesempitan atau kelainan panggul, dapat
diduga bila terlihat jalannya ibu tidak normal, misalnya pincang, ibu
sangat pendek, adanya kelainan panggul (kifosis, skoliosis), kelainan
belah ketupat dari michealis (tidak simetris).
2) Tinggi badan. Tinggi badan kurang dari rata-rata merupakan faktor
risiko untuk ibu hamil atau ibu bersalin. Jika tinggi badan kurang dari
145 cm dimungkinkan sang ibu memiliki panggul sempit.
3) Berat badan. Pertambahan berat badan selama kehamilan rata-rata 0,30,5 kg/minggu. Bila dikaitkan dengan usia kehamilan, kenaikan berat
badan selama hamil muda 5 kg, selanjutnya tiap trimester (II dan III)
masing-masing bertambah 5 kg. Pada akhir kehamilan, pertambahan
berat badan total adalah 9-12 kg. Bila terdapat BB yang berlebihan,
perlu

dipikirkan

adanya

risiko

bengkak,

kehamilan

kembar,

hidroamnion, dan anak besar.


4) Lingkar lengan atas (LILA). LILA kurang dari 23,5 cm merupakan
indikator kuat untuk status gizi yang kurang/buruk. Ibu beresiko untuk
melahirkan anak dengan BBLR.
3. Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah. TD yang tinggi (lebih dari 140/90 mmHg) merupakan
resiko dalam kehamilan. Penanganan yang kurang tepat, TD sistolik
30 mmHg atau lebih, dan/atau diastolik 15 mmHg atau lebih dapat
berlanjut menjadi preeklamsi dan eklamsi.
2) Denyut nadi. Jumlah denyut nadi normal adalah sekitar 80 kali/menit.
3) Suhu. Suhu tubuh ibu hamil lebih dari 37,5 o C dikatakan demam, hal
ini kemungkinan ada infeksi dalam kehamilan.
4) Pernapasan. Frekuensi napas normal orang dewasa adalah 16-20
kali/menit. Bila ibu mengalami peningkatan frekuensi napas, ibu akan
mudah lelah atau kemungkinan dicurigai mempunyai penyakit
jantung.
4. Kepala dan Leher
1) Memeriksa apakah terdapat edema pada wajah
2) Memeriksa apakah kelopak mata bagian bawah tampak pucat,
berwarna kuning/jaundice pada sklera
3) Memeriksa apakah rahang pucat dan periksa juga keadaan gigi
4) Memeriksa dan meraba leher untuk mengetahui pembesaran kelenjar
tiroid, pembesaran pembuluh limfe dan pembesaran vena jugularis.

13

5. Payudara
1) Amati bentuk, ukuran dan kesimetrisannya; payudara normal
melingkar, agak simetris, dan dapat dideskripsikan kecil, sedang, dan
besar
2) Puting payudara menonjol atau masuk ke dalam
3) Adanya kolostrum atau cairan lain, misalnya ulkus
4) Retraksi akibat adanya lesi
5) Masa atau pembesaran pembuluh limfe
6. Abdomen
1) Memeriksa apakah ada bekas luka operasi
2) Mengukur tinggi fundus uteri menggunakan tangan bila usia
kehamilan > 12 minggu, atau pita ukuran bila usia kehamilan

> 22

minggu
3) Melakukan palpasi untuk mengetahui letak presentasi, posisi, dan
penurunan kepala janin kalau lebih dari 36 minggu
7. Pemeriksaan Leopold
Cara palpasi Leopold menurut Sulistyawati (2009:89), yaitu sebagai
berikut.
1) Leopold I
Bertujuan untuk mengetahui Tinggi Fundus Uteri (TFU) dan bagian
janin yang ada di fundus.
Ukuran Fundus Uteri sesuai Usia Kehamilan
Usia Kehamilan Sesuai
Minggu

Jarak Dari Simfisis

22 28 Minggu
28 Minggu
30 Minggu
32 Minggu
34 Minggu
36 Minggu
40 Minggu

24-25 cm
26,7 cm
29,5 30 cm
31 cm
32 cm
33 cm
37,7 cm

Cara pelaksanaannya yaitu:


(1) Pemeriksa menghadap pasien
(2) Kedua tangan meraba bagian fundus dan mengukur berapa
tinggi fundus uteri.
(3) Meraba bagian apa yang ada di fundus. Jika teraba benda bulat
melenting, mudah digerakkan, maka itu adalah kepala. Namun
jika teraba benda bulat, besar lunak, tidak melengking, dan
mudah digerakkan maka itu adalah bokong janin.

14

Gambar 1.1 Leopold I


2) Leopold II
Bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada disebelah kanan
atau kiri ibu.
Cara pelaksanaannya yaitu:
(1) Kedua tangan pemeriksa berada di sebelah kanan dan kiri ibu.
(2) Ketika memeriksa sebelah kanan, maka tangan kanan menahan
perut sebelah kiri ke arah kanan.
(3) Raba perut sebelah kanan menggunakan tangan kiri, dan rasakan
bagian apa yang ada di sebelah kanan (jika teraba benda yang
rata, tidak teraba bagian kecil, terasa ada tahanan, maka itu adalah
punggung bayi, namun jika teraba bagian-bagian kecil dan
menonjol, maka itu adalah bagian kecil janin).

Gambar 1.2 Leopold II

3) Leopold III
Bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada di bawah uterus.
Cara pelaksanaannya yaitu:
(1) Tangan kiri menahan fundus uteri.
(2) Tangan kanan meraba bagian yang ada dibagian bawah uterus.
Jika teraba bagian yang bulat, melenting, keras, dan dapat

15

digoyangkan, maka itu adalah kepala. Namun jika teraba bagian


bulat, besar lunak, dan sulit digerakkan, maka itu adalah bokong.
Jika dibagian bawah tidak ditemukan kedua bagian seperti di atas,
maka pertimbangkan apakah janin dalam letak melintang.
(3) Pada letak sungsang (melintang) dapat dirasakan ketika tangan
kanan menggoyangkan bagian bawah, tangan kiri akan merasakan
ballottement (pantulan dari kepala janin, terutama ini ditemukan
pada usia kehamilan 5-7 bulan)
(4) Tangan kanan meraba bagian bawah (jika teraba kepala,
goyangkan, jika masih mudah digoyangkan, berarti kepala belum
masuk panggul, namun jika tidak dapat digoyangkan, berarti
kepala sudah masuk panggul), lalu lanjutkan pada pemeriksaan
Leopold IV untuk mengetahui seberapa jauh kepala sudah masuk
panggul.

Gambar 1.3 Leopold III


4) Leopold IV
Bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada di bawah dan
untuk mengetahui apakah kepala sudah masuk panggul atau belum.
Cara pelaksanaannya yaitu:
(1) Pemeriksa menghadap kaki pasien.
(2) Kedua tangan meraba bagian janin yang ada di bawah.
(3) Jika teraba kepala, tempatkan kedua tangan di dua belah pihak
yang berlawanan di bagian bawah.
(4) Jika kedua tangan pemeriksa konvergen (dapat saling bertemu)
berarti kepala belum masuk panggul.
(5) Jika kedua tangan pemeriksa divergen (tidak saling bertemu)
berarti kepala sudah masuk panggul.

16

Gambar 1.4 Leopold IV


8. Tangan dan kaki
1) Memeriksa apakah tangan dan kaki edema atau pucat pada kuku jari
2) Memeriksa dan meraba kaki untuk mengetahui adanya varises
3) Memeriksa refleks patela untuk melihat apakah terjadi gerakan hipo
atau hiper
9. Pemeriksaan panggul
1) Panggul : genital luar. Memeriksa labia mayora dan minora, klitoris,
lubang uretra, introitus vagina untuk melihat adanya tukak atau luka,
varises, cairan yang ada (warna, konsistensi, jumlah, bau)
2) Melakukan palpasi pada kelenjar bartolini untuk mengetahui adanya
pembengkakan masa atau cairan kista
3) Panggul : menggunakan spekulum. Memeriksa serviks untuk melihat
adanya cairan/darah, luka/lesi, apakah serviks sudah membuka atau
belum, Memeriksa dinding vagina untuk melihat adanya cairan/darah
dan luka
4) Panggul : pemeriksaan bimanual. Mencari letak serviks dan
merasakan untuk mengetahui pembukaan (dilatasi) dan rasa nyeri
karena gerakan (nyeri tekan atau nyeri goyang) dan Menggunakan dua
tangan, satu tangan di atas abdomen, dua jari di dalam vagina untuk
palpasi uterus. Ukuran, bentuk dan posisi, mobilitas, rasa nyeri, serta
adanya masa.
10. Auskultasi untuk mendengar Denyut Jantung Janin (DJJ). Kisaran DJJ
normal adalah 120-160 kali/menit (Sulistyawati, 2009:229) :
Dari Janin:
1) DJJ pada bulan ke 4-5
2) Bising tali pusat
3) Gerakan dan tendangan janin
Dari ibu :
1) Bising rahim
2) Bising aorta

17

3) Peristaltik usus
11. Pemeriksaan Dalam
1) Vaginal Toucher (VT)
2) Rectal Toucher (RT)
Dapat dinilai :
1) Pembukaan serviks : berapa cm/ jari
2) Bagian anak paling bawah : kepala, bokong serta posisinya
3) Turunnya bagian terbawah menurut bidang Hodge
2.1.7.2 Diagnosa Keperawatan
1.

Nutrisi : Perubahan, kurang dari kebutuhan tubuh, resiko tinggi terhadap


b/d mual muntah
Tujuan : Mengikuti diet yang dianjurkan, mengkonsumsi suplemen zat
besi/vitamin sesuai resep.

Tindakan/Intervensi:
1) Tentukan keadekuatan kebiasaan asupan nutrisi dulu atau sekarang
dengan menggunakan batasan 24 jam. Perhatikan kondisi rambut,
kuku, dan kulit
Rasional: Kesejahteraan janin/ibu tergantung pada nutrisi selama
kehamilan sebagaimana selama 2 tahun sebelum kehamilan
2) Dapatkan riwayat kesehatan: catat usia (khususnya kurang dari 17
tahun atau lebih dari 35 tahun)
Rasional: Remaja dapat cenderung malnutrisi/anemia dan klien lansia
mungkin cenderung obesitas/DM
3) Berikan informasi tertulis dan verbal yang tepat tentang diet
Rasional:Materi referensi yang dapat dipelajari di

rumah,

meningkatkan kemungkinan klien memilih diet seimbang


4) Timbang berat badan, pastikan berat badan pregravid biasanya
Rasional: Ketidakadekuatan penambahan BB prenatal dan atau di
bawah berat badan normal masa kehamilan, meningkatkan resiko
retardasi pertumbuhan intraurine (IUGR) pada janin dengan berat
badan lahir rendah
5) Pantau kadar hemoglobin (Hb)/Ht
Rasional: Mengidentifikasi adanya anemia dan potensial penurunan
kapasitas pembawa oksigen ibu
2.

Diagnosa; Resiko kekurangan volume cairan b/d muntah

18

Tujuan: Klien mengkonsumsi cairan dengan jumlah yang sesuai setiap


hari.
Tindakan/Intervensi:
1) Auskultasi denyut jantung janin
Rasional: Adanya denyut jantung memastikan adanya janin bukan
mola hidatidosa
2) Tentukan frekuensi/beratnya mual atau muntah
Rasional: Memberikan data berkenaan dengan semua kondisi.
Peningkatan kadar Hormon Gonadotropin Korionik (HCG), perubahan
matabolisme karbohidrat dan penurunan motilitas gastric memperberat
mual dan muntah pada trisemester pertama.
3) Tinjau ulang riwayat kemungkinan masalah medis lain. (Misalnya
ulcus peptikum, gastritis, kolesistisis)
Rasional: Membantu dalam mengenyampingkan penyebab lain. Untuk
mengatasi masalah khusus dalam mengidentifikasi intervensi
4) Kaji suhu dan turgor kulit, membran mukosa, TD, suhu, masukan
haluaran dan berat jenis urine.
Rasional: Indikator dalam

membantu

untuk

mengevaluasi

tingkat/kebutuhan hidrasi
5) Anjurkan peningkatan masukan minuman bikarbonat makan enam kali
sehari dengan jumlah yang sedikit dan makanan tinggi karbohidrat
Rasional: Membantu dalam meminimalkan mual/muntah dengan
menurunkan keasaman lambung.
3.

Diagnosa: Kurang pengetahuan b/d kurang pemahaman terhadap


kehamilan.
Tujuan: Klien menunjukkan perilaku perawatan diri sendiri
Tindakan/Intervensi:
1) Buat hubungan saling percaya antara perawat klien
Rasional: Memberikan informasi dan meningkatkan hubungan saling
percaya
2) Klarifikasi kesalah pahaman
Rasioal: Ketakutan biasanya timbul dari kesalahpahaman informasi
dan dapat mengganggu pembelajaran selanjutnya.
3) Tentukan derajat motivasi untuk belajar

19

Rasional: Klien dapat mengalami kesulitan dalam belajar tersebut


jelas.
4) Perrtahankan sikap terbuka terhadap keyakinan pasangan
Rasional: Penerimaan

penting

untuk

mengembangkan

dan

mempertahankan hubungan.
5) Jelaskan rutinitas kunjungan kantor dan rasional dari intervensi
Rasional: Menguatkan hubungan antara pengkajian kesehatan dan
hasil positif ibu/bayi.
4.

Diagnosa: Cedera; resti terhadap janin


Tujuan: Klien menunjukkan prilaku yang meningkatkan kesehatan diri
sendiri dan janin.
1) Tindakan: Diskusikan pentingnya kesejahteraan ibu
Rasional: Kesejahteraan janin secara langsung berhubungan dengan
kesejahteraan ibu, khususnya selama trisemester pertama.
2) Anjurkan klien untuk melakukan latihan secukupnya
Rasional: Karena aktivitas keras dapat menurunkan aliran darah ke
uterus. Tachikardia sementara, kemungkinan hiperkalemia janin.
3) Anjurkan klien untuk melakukan hubungan seks yang lebih aman
seperti pemakaian kondom
Rasional: Untuk mengurangi terjadinya penyakit hubungan seksual.
4) Catat masukan protein
Rasional: Masukan protein penting untuk perkembangan jaringan otak
janin
5) Berikan informasi untuk menghindari kontak dengan orang yang
diketahui mengalami infeksi Rubella
Rasional:

Pemajanan

dapat

mempunyai

efek

perkembangan janin, khususnya pada trisemester I


6) Anjurkan penghentian penggunaan tembakau
Rasional: Merokok mempengaruhi sirkulasi plasenta
2.1.7.3 Implementasi Keperawatan

negative

pada

20

Pelaksanaan

adalah

tahap

pelaksananan

terhadap

rencana

tindakan

keperawatan yang telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien. Implementasi


dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, disamping itu juga
dibutuhkan keterampilan interpersonal, intelektual, teknikal yang dilakukan dengan
cermat dan efisien pada situasi yang tepat dengan selalu memperhatikan keamanan
fisik dan psikologis.
2.1.7.4 Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil implementasi
dengan criteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya.
Kerangka kerja valuasi sudah terkandung dalam rencana perawatan jika secara jelas
telah digambarkan tujuan perilaku yang spesifik maka hal ini dapat berfungsi
sebagai criteria evaluasi bagi tingkat aktivitas yang telah dicapai (Friedman;
Widiastuty, 2014)
Evaluasi disusun mnggunakan SOAP dimana :
S : Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subyektif oleh
keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.
O : Keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan
pengamatan yang obyektif.
A : Merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subyektif dan obyektif.
P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis (Suprajitno;
Widiastuty, 2014).
2.2 Konsep Dasar Anemia
2.2.1 Pengertian Anemia
Anemia secara praktis didefinisikan sebagai kadar Ht, konsentrasi Hb, atau
hitungan eritrosit di bawah batas normal (Abdulmuthalib; Wiknjosastro, 2009:775).
Anemia merupakan suatu keadaan adanya penurunan kadar hemoglobin,
hematokrit dan jumlah eritrosit dibawah nilai normal, pada penderita anemia lebih
sering disebut kurang darah, kadar sel darah merah (Hemoglobin/Hb) dibawah nilai
normal, nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan status anemia ibu
hamil didasarkan pada kriteria WHO tahun 1972 yaitu; normal (>11 gr/dl), ringan (811 gr/dl), berat (<8 gr/dl) (Rukiyah & Yulianti, 2010:114).
Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau
hemoglobin kurang dari normal. Kadar hemoglobin normal umumnya berbeda pada
laki-laki dan perempuan. Untuk pria anemia biasanya didefinisikan sebagai kadar

21

hemoglobin kurang dari 13,5 gram/100 ml dan pada wanita sebagai hemoglobin
kurang dari 12 gram/100 ml (Proverawati; Mislih, 2014). Ada dua jenis anemia
dalam kehamilan: anemia defisiensi besi yang menyebabkan anemia (Hanretty,
2014:137).
Jadi, anemia pada ibu hamil adalah suatu kondisi kadar Hb kurang dari 11
gr/dL pada trismeter I dan 3 sedangkan untuk trismester 2 10,5 gr/dL merupakan
penurunan kadar Hb dalah darah.
2.2.2 Etiologi Anemia
Menurut Rukiyah & Yulianti (2010:115) penyebab anemia pada ibu hamil yaitu
hipervolemia yang menyebabkan:
1. Pengenceran darah
2. Pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma
3. Kurangnya zat besi dalam makanan
4. Kebutuhan zat besi meningkat.
Menurut Hasmi dalam Mislih (2014), menyatakan beberapa faktor kebiasaan
dan sosial budaya turut memperburuk kondisi anemia di kalangan perempuan yaitu :
1. Kurang mengkonsumsi bahan makanan hewani.
2. Kebiasaan diet untuk mengurangi berat badan.
3. Budaya atau kebiasaan dikeluarga sering menomorduakan perempuan dalam hal
makanan.
4. Pantangan tertentu yang tidak jelas kebenarannya seperti perempuan hamil jangan
makan ikan karena bayinya akan bau amis.
Kemiskinan yang menyebabkan mereka tidak mampu mengkonsumsi
makanan yang bergizi
2.2.3 Patofisiologi Anemia Pada Ibu Hamil
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena
perubahan sirkulasi yang semakin meningkat terhadap plasenta dan petumbuhan
payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester II kehamilan ,
dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000 ml,
menurun sedikit menjelang aterm serta kembali normal 3 bulan setelah partus.
Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasma, yang
menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron (Rukiyah & Yulianti, 2010:115).

Web Of Caution Anemia Pada Ibu Hamil


Kurangnya asupan
zat besi pd
makanan selama
kehamilan

Defisiensi asam
folik

Fungsi sumsum
tulang dalam
pembentukan sel-sel
darah

Penghancuran sel
darah merah yg
berlangsung lebih
cepat dari pembuatan

22

Adanya kecenderungan
rendahnya cadangan Fe
Meningkatnya kebutuhan Fe
untuk pertumbuhan janin
ANEMIA

Adanya sianosis
Perubahan
karakteristik kulit
(rambut, kuku,
kelembaban)
- CRT > 3 dtk
- Konjungtiva pucat
- Hb < 10 mg/dl
Gangguan
perfusi
-Nafas
pendek
jaringan b/d
penurunan suplai
O2 ke jaringan

Mual
Muntah
Anoreksia
Lidah luka
Pemenuhan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
b/d mual,
muntah

Ibu mengeluh
cepat lelah
- Malaise
- Keletihan
- Kehilangan
produktifitas
-Intoleransi
Lebih banyak
aktifitas
tidur b/d
ketidakseimbangan
suplai O2

- DJJ > 120 kali


-Tinggi fundus
uteri tidak
sesuai dengan
umur
kehamilan
Resiko cidera
terhadap janin b/d
penurunan kadar
Hb pada ibu

Penatalaksanaan :
-

Terapi Oral :
Sumber : Yulianti & Rukiyah (2010)
asam folik 15-30 mg/dl
vit
B
3x1
tablet/hari
12
2.2.4 Klasifikasi
- Terapi Parenteral
Anemia dalam kehamilan dapat dibagi sebagai berikut (Prawirodharjo;
Mislih, 2014).
1. Anemia defisiensi zat besi
Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai ialah anemia akibat
kekurangan besi, yang disebabkan oleh suplai zat besi kurang dalam tubuh.
2. Anemia megaloblastik
Anemia megaloblastik dalam kehamilan disebabkan karena defisiensi asam
folik. Hal ini erat hubungannya dengan defisiensi makanan.
3. Anemia hipoplastik
Anemia pada wanita hamil yang disebabkan sumsum tulang kurang mampu
membuat sel-sel darah baru.Etiologi anemia hipoplastik karena kehamilan
hingga kini belum diketahui dengan pasti, kecuali yang disebabkan oleh sepsis,
sinar roentgen, racun, atau obat-obat.

23

4. Anemia hemolitik
Anemia hemolitik disebabkan pada penghancuran sel darah merah berlangsung
lebih cepat dari pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik sukar menjadi
hamil, apabila ia hamil, maka anemianya menjadi lebih berat. Sebaiknya
mungkin pula bahwa kehamilan menyebabkan krisis hemolitik pada wanita
2.2.5
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

yang sebelumnya tidak menderita anemia.


Manifestasi Klinis
Menurut Rukiyah & Yulianti (2010:115) gejala anemia pada kehamilan yaitu :
Kepala pusing
Palpitasi
Perubahan jaringan epitel kuku
Gangguan sistem neuromuskular
Lesu
Lemah dan lelah
Disphagia
Pembesaran limpa

2.2.6

Komplikasi

Kompikasi anemia dalam kehamilan dapat terjadi abortus, partus prematurus,


partus lama karena atonia uteri, syok, infeksi, baik intrapartum maupun postpartum,
anemia yang sangat berat dengan Hemoglobin kurang dari 4 gr/dl dapat
menyebabkan dekonpensasi kordis (Prawirohardjo; Mislih, 2014).
2.2.7

Pemerikasaan Penunjang Anemia

Pada pemeriksaan laboratorium ditemui :


1.
2.
3.
4.
5.

Pemeriksaan Hb Sahli, kadar Hb < 10 mg/%


Kadar Ht menurun ( normal 37% - 41% )
Peningkatan bilirubin total ( pada anemia hemolitik )
Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi
Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak
2.2.8 Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi : konjungtiva, wajah pucat.
2. Palpasi : turgor kulit, CRT, pembesaran kelenjar limfa, tinggi fundus uteri,
kontraksi uterus.
3. Auskultasi : DJJ dan denyut jantung ibu.
2.2.9 Penatalaksanaan
Terapi pengobatan
1. Terapi Oral
Pengobatan anemia biasanya dengan pemberian tambahan zat besi. Sebagian
besar tablet zat besi mengandung ferosulfat, besi glukonat atau suatu

24

polisakarida. Tablet besi akan diserap dengan maksimal jika diminum 30


menit sebelum makan. Biasanya cukup diberikan 1 tablet/hari, kadang
diperlukan 2 tablet. Kemampuan usus untuk menyerap zat besi adalah
terbatas, karena itu pemberian zat besi dalam dosis yang lebih besar adalah
sia-sia dan kemungkinan akan menyebabkan gangguan pencernaan dan
sembelit. Zat besi hampir selalu menyebabkan tinja menjadi berwarna
hitam, dan ini adalah efek samping yang normal dan tidak berbahaya. Dan
biasanya asupan nutrisi yang mengandung zat besi cenderung lebih tinggi
pada ibu hamil daripada wanita normal. Umumnya asupan nutrisi meningkat
2 kali lipat daripada wanita normal. Pengobatan yang lain:
1) Asam folad 15 30 mg per hari
2) Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari
3) Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari
4) Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga
dapat diberikan transfusi darah.
2. Terapi Parenteral
Diberikan jika penderita tidak tahan akan obat besi peroral ada gangguan
penyerapan penyakit saluran pencernaan atau apabila kehamilannya sudah
tua. Terapi parenteral ini diberikan dalam bentuk ferri. Secara intramusculus
dapat disuntikan dextran besi (imferon) atau sorbitol besi.
2.2.10 Pencegahan Anemia
1. Makanlah makanan yang kaya akan sumber zat besi secara teratur.
2. Makanlah makanan yang kaya sumber vitamin C untuk memperlancar
penyerapan zat besi.
3. Jagalah lingkungan sekitar agar tetap bersih untuk mencegah penyakit
infeksi dan penyakit cacingan.
4. Hindari minum teh, kopi, susu coklat setelah makan karena dapat
menghambat penyerapan zat besi.
2.2.11 Manajemen Asuhan Keperawatan Anemia Pada Ibu Hamil
2.2.11.1 Pengkajian
1. Aktivitas
1) Keletihan, kelemahan, malaise umum.
2) Kehilangan produktifitas, penurunan semangat untuk bekerja.
3) Toleransi terhadap latihan rendah.
4) Kebutuhan untuk istirahat dan tidur lebih banyak
2. Sirkulasi : Riwayat kehilangan darah kronis, palpitasi, CRT lebih dari dua
detik
3. Integritas Ego : Cemas, gelisah, ketakutan

25

4. Eliminasi : Konstipasi, sering kencing.


5. Makanan dan cairan : Nafsu makan menurun, mual muntah, defisiensi
besi dan asam folat
6. Nyeri atau kenyamanan : Lokasi nyeri terutama di daerah abdomen dan
kepala.
7. Pernapasan : Napas pendek pada saat istirahat maupun aktifitas
8. Seksual : Dapat terjadi pendarahan pervaginam, pendarahan akut
sebelumnya.
9. Pemerikasaan fisik :
1) Inspeksi : konjungtiva, wajah pucat.
2) Palpasi : turgor kulit, CRT, pembesaran kelenjar limfa, tinggi fundus
uteri, kontraksi uterus.
3) Auskultasi : DJJ dan denyut jantung ibu.
2.2.11.2 Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perfungsi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai
oksigen ke jaringan atau ke sel
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual, muntah
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
kebutuhan dan suplai oksigen
4. Risiko cedera terhadap janin b/d penurunan kadar Hb pada ibu
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan pengetahuan
mengenai anemia
2.2.11.3 Intervensi Keperawatan
Dx 1 : Gangguan perfungsi jaringan berhubungan dengan penurunan
suplai oksigen ke jaringan/ke sel
1. Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x24
jam,perfusi ke jaringan/ke sel efektif
2. Kriteria hasil :
1) Tidak terdapat perubahan karakteristik kulit (rambut, kuku,
kelembaban)
2) Tidak terdapat kebiruan pada kulit
3) CRT dalam batas normal (kembali dalam kurun waktu kurang dari
2 detik).
Intervensi :
1. Perhatikan status fisiologis ibu, status sirkulasi dan volume darah.
R: Kejadian perdarahan potensial merusak hasil kehamilan, kemungkinan
menyebabkan hipovolemia atau hipoksia uteroplasenta.

26

2. Lakukan pemeriksaan fisik CRT dengan menekan kuku pasien.


R: Keadaan capillary refill test yang tidak kembali dalam waktu kurang dari
2 dapat menandakan anemia.
3. Auskultasi dan laporkan DJJ, catat bradikardi, atau takikardi. Catat
perubahan pada aktivitas janin (hipoaktif atau hiperaktif).
R: Mengkaji berlanjutnya hipoksia janin. Pada awalnya janin berespon
pada penurunan kadar oksigen dengan takikardia dan peningkatan
gerakan.
4. Catat kehilangan darah ibu dan adanya kontraksi uterus.
R: Bila kontraksi uterus disertai dilatasi serviks, tirah baring dan medikasi
mungkin tidak efektif dalam mempertahankan kehamilan. Kehilangan darah
ibu secara berlebihan menurunkan perfusi plasenta.
5. Anjurkan tirah baring pada posisi miring kiri
R: Menghilangkan tekanan vena kava inferior dan meningkatkan sirkulasi
plasenta atau janin dan pertukaran oksigen.
6. Kolaborasi dalam pemberian oksigen pada klien
R: Meningkatkan ketersediaan oksigen untuk ambilan janin, sehingga
kapasitas oksigen yang dibawa janin meningkat.
Dx 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual, muntah.
1. Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24jam diharapkan
kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.
2. Kriteria hasil :
1) Berat badan klien dalam batas normal
2) Klien tidak mengalami mual-muntah
3) Klien tidak menunjukkan penurunan nafsu makan
Intervensi
1. Berikan informasi tertulis atau verbal yang tepat tentang diet pranatal dan
suplemen vitamin atau zat besi setiap hari.
R: Materi referensi yang dapat dipelajari dirumah kemudian meningkatkan
kemungkinan klien memilih diet seimbang.
2. Evaluasi motivasi atau sikap dengan mendengar keterangan klien dan
meminta umpan balik tentang informasi yang telah diberikan.

27

R: Bila klien telah termotivasi untuk memperbaiki diet, evaluasi lebih


lanjut atau intervensi lain mungkin dapat diindikasikan.
3. Tanyakan keyakinan berkenaan dengan diet sesuai budaya dan hal-hal yang
tabu selama kehamilan.
R: Dapat menunjukkan motivasi untuk mengikuti anjuran pemberi layanan
kesehatan. Sebagai contoh beberapa budaya menolak zat besi, meyakini
bahwa ini mengeraskan tulang ibu dan membuat sulit melahirkan.
4. Perhatikan adanya pika atau ngidam. Kaji pilihan bahan bukan makanan dan
tingkat motivasi untuk memakannya.
R: Memakan bahan bukan makanan pada kehamilan mungkin didasarkan
pada kebutuhan psikologis,fenomena budaya, respon terhadap lapar,
dan/atau respon tubuh terhadap kebutuhan nutrisi.
5. Timbang berat badan klien
R: Ketidakadekuatan penambahan berat badan pranatal dan/atau di bawah
berat badan normal masa kehamilan, meningkatkan risiko reetardasi
pertumbuhan intrauterin (IUGR) pada janin dengan berat badan lahir
rendah.
6. Tinjau ulang frekuensi dan beratnya mual muntah.
R: Mual muntah trimester pertama dapat berdampak negatif pada status
nutrisi pranatal, khususnya pada periode kritis perkembangan janin.
7. Pantau kadar hemoglobin (Hb)/hematokrit (Ht).
R: Mengidentifikasi adanya anemia dan potensial penurunan kapasitas
pembawa oksigen ibu. Klien dengan kadar Hb kurang dari 12 g/dL atau
kadar Ht kurang atau sama dengan 37 % dipertimbangkan anemia pada
trimester pertama.
8. Kolaborasi sesuai indikasi (misalnya, pada ahli gizi)
R: Mungkin diperlukan bantuan tambahan terhadap pilihan nutrisi.
Dx 3 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
kebutuhan dan suplai oksigen.
1. Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
pasien dapat beraktivitas dengan baik.
2. Kriteria hasil :
1) Nadi dan tekanan darah dalam batas normal (nadi 60-100x/menit, TD
90/60-140/90 mmHg)

28

2) Pasien tidak mengeluh lemah dan lelah


Intervensi :
1. Jelaskan alasan perlunya tirah baring, penggunaan posisi rekumben lateral
kiri/miring, dan penurunan aktivitas.
R : Tindakan ini ditujukan untuk mempertahankan janin jauh dari serviks
dan meningkatkan perfusi uterus. Tirah baring dapat menurunkan peka
rangsang uterus.
2. Berikan tindakan kenyamanan seperti gosokan punggung, perubahan posisi,
atau penurunan stimulus dalam ruangan (mis. Lampu redup)
R : Menurunkan tegangan otot dan kelelahan serta meningkatkan rasa
nyaman.
3. Berikan latihan gerak pada pasien secara bertahap (aktif dan pasif).
R : Aktivitas dan latihan sangat penting bagi pasien yang mengalami
intoleransi aktivitas karena kurang latihan akan menyebabkan otot
menjadi atrofi.
4.

Berikan periode untuk istirahat atau tidur.


R : Meningkatkan istirahat, mencegah kelelahan, dan dapat meningkatkan
relaksasi.

5. Berikan aktivitas pengalihan, seperti membaca, mendengarkan radio, dan


menonton televisi, atau kunjungan dengan teman yang dipilih atau keluarga.
R : Membantu klien dalam koping dengan penurunan aktivitas.
Dx 4 : Risiko cedera terhadap janin b/d penurunan kadar Hb pada ibu
1. Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan risiko cedera pada
janin dapat tertanggulangi
2. Kriteria hasil :
1) Denyut jantung bayi dalam batas normal (120-160 x/menit)
2) Hasil USG tidak menunjukan tanda tanda abnormalitas.
3) Tinggi fundus arteri sesuai umur kehamilan
Intervensi
1. Perhatikan kondisi ibu yang berdampak pada sirkulasi janin.
R: Faktor yang mempengaruhi atau menurunkan sirkulasi atau oksigenasi
ibu mempunyai dampak yang sama pada kadar oksigen janin atau plasenta.
Janin yang tidak mendapatkan cukup oksigen untuk kebutuhan

29

metabolisme anaerob yang menghasilkan asam laktat yang menimbulkan


kondisi asidosis.
2. Ajari ibu untuk mengobservasi gerakan janin
R: Secara normalnya dalam kandungan janin bergerak dan merupakan
tanda yang sehat pada janin. Jika janin tidak bergerak perlu diwaspai
terjadi cedera pada janin akibat kekurangan nutrisi.
3. Bantu dalam screening dan kelainan genetik.
R: Kelainan seperti anemia sel sabit mengharuskan tindakan yang khusus
untuk mencegah efek negatif dalam pertumbuhan janin.
4. Diskusikan efek negatif yang potensial terjadi akibat kelainan genetik
R: Retardasi pertunbuhan intrauterus/pascanatal, malformasi dan retardasi
mental dapat terjadi.
5. Lakukan pemeriksaan leopod untuk mengetahui keadaan janin terutama
mengukur tinggi fundus.
R: Tinggi fundus sesuai usia kehamilan merupakan satu tanda bahwa
pertumbuhan janin dalam kandungan ibu tidak mengalami gangguan.
6. Kolaborasi dalam pemeriksaan USG
R: Penyakit anemia dapat mengakibatkan IUGR.
Dx 5 Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan pengetahuan
mengenai anemia
1. Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
pengetahuan pasien mengenai anemia menjadi adekuat.
2. Kriteria hasil :
1) Dapat menjelaskan kembali mengenai pengertian anemia
2) Dapat mengikuti instruksi dan prosedur perawatan
3) Dapat menunjukkan prilaku kesehatan yang positif untuk menanggulangi
anemia
Intervensi :
1. Kaji kesiapan klien untuk belajar.
R : Faktor-faktor seperti ansietas atau kurang kesadaran tentang kebutuhan
terhadap informasi dapat mempengaruhi kesiapan untuk belajar.
Penyerapan informasi ditingkatkan bila klien termotivasi dan siap
untuk belajar.

30

2. Libatkan orang terdekat dalam proses belajar-mengajar.


R : Dukungan dari orang terdekat dapat membantu menghilangkan
ansietas yang nantinya menguatkan prinsip-prinsip belajar dan
mengajar.
3. Berikan informasi tentang perawatan tindak lanjut bila klien pulang.
R : Klien mungkin perlu kembali untuk keteraturan pemantauan dan/atau
tindakan.
4. Anjurkan pemberian intake yang adekuat, banyak nutrisi untuk kebutuhan ibu
dan janin.
R : Intake nutrisi yang adekuat dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ibu dan
janin terutama zat besi, asam folat, vit. B 12, dll. Dan berikan informasi
kepada

pasien

tentang

dampak

obat-obatan

terutama

yang

dapat

menyebabkan mual dan muntah oleh karena itu ajarkan cara memakan obat
dengan benar misalnya mengkonsumsi buah-buahan yang mengandung
vitamin C untuk membantu mempercepat reabsorpsi obat dan menganjurkan
pasien untuk tidak meminum kopi atau teh selama meminum obat karena
akan memperlambat reabsorpsi obat.
2.2.11.4 Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan adalah tahap pelaksananan terhadap rencana tindakan
keperawatan yang telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien. Implementasi
dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, disamping itu juga
dibutuhkan keterampilan interpersonal, intelektual, teknikal yang dilakukan dengan
cermat dan efisien pada situasi

yang tepat dengan

selalu memperhatikan

keamanan fisik dan psikologis.


2.2.11.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil implementasi
dengan criteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya.
Kerangka kerja valuasi sudah terkandung dalam rencana perawatan jika secara jelas
telah digambarkan tujuan perilaku yang spesifik maka hal ini dapat berfungsi
sebagai criteria evaluasi bagi tingkat aktivitas yang telah dicapai (Friedman;
Widiastuty, 2014)
Evaluasi disusun mnggunakan SOAP dimana :
S : Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subyektif oleh
keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.
O : Keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan

31

pengamatan yang obyektif.


A : Merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subyektif dan obyektif.
P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis (Suprajitno;
Widiastuty, 2014).

Vous aimerez peut-être aussi

  • LP Anc
    LP Anc
    Document15 pages
    LP Anc
    siwi wiraharjo
    Pas encore d'évaluation
  • LP Anc
    LP Anc
    Document15 pages
    LP Anc
    siwi wiraharjo
    Pas encore d'évaluation
  • Bab 3
    Bab 3
    Document23 pages
    Bab 3
    siwi wiraharjo
    Pas encore d'évaluation
  • WOC ANEMIA Acc
    WOC ANEMIA Acc
    Document1 page
    WOC ANEMIA Acc
    siwi wiraharjo
    Pas encore d'évaluation
  • Satuan Acara Penyuluhan
    Satuan Acara Penyuluhan
    Document5 pages
    Satuan Acara Penyuluhan
    siwi wiraharjo
    Pas encore d'évaluation
  • Bab 3
    Bab 3
    Document19 pages
    Bab 3
    siwi wiraharjo
    Pas encore d'évaluation
  • Bab 3
    Bab 3
    Document19 pages
    Bab 3
    siwi wiraharjo
    Pas encore d'évaluation
  • Leaflet Anemia
    Leaflet Anemia
    Document3 pages
    Leaflet Anemia
    siwi wiraharjo
    Pas encore d'évaluation
  • Bab 3
    Bab 3
    Document13 pages
    Bab 3
    siwi wiraharjo
    Pas encore d'évaluation
  • Bab 2
    Bab 2
    Document18 pages
    Bab 2
    siwi wiraharjo
    Pas encore d'évaluation
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Document1 page
    Daftar Pustaka
    siwi wiraharjo
    Pas encore d'évaluation
  • Bab 1
    Bab 1
    Document7 pages
    Bab 1
    siwi wiraharjo
    Pas encore d'évaluation
  • Bab 2
    Bab 2
    Document28 pages
    Bab 2
    siwi wiraharjo
    Pas encore d'évaluation
  • Format Asuhan Keperawatan Antenatal
    Format Asuhan Keperawatan Antenatal
    Document16 pages
    Format Asuhan Keperawatan Antenatal
    siwi wiraharjo
    Pas encore d'évaluation
  • Bab 2
    Bab 2
    Document25 pages
    Bab 2
    siwi wiraharjo
    Pas encore d'évaluation
  • Bab 1
    Bab 1
    Document5 pages
    Bab 1
    siwi wiraharjo
    Pas encore d'évaluation
  • Contoh Askep Keperawatan Medikal Bedah
    Contoh Askep Keperawatan Medikal Bedah
    Document44 pages
    Contoh Askep Keperawatan Medikal Bedah
    siwi wiraharjo
    100% (1)
  • LP KPD
    LP KPD
    Document8 pages
    LP KPD
    siwi wiraharjo
    Pas encore d'évaluation
  • Bab 3
    Bab 3
    Document20 pages
    Bab 3
    siwi wiraharjo
    Pas encore d'évaluation
  • Bab 4
    Bab 4
    Document22 pages
    Bab 4
    siwi wiraharjo
    Pas encore d'évaluation
  • Contoh Askep Keperawatan Medikal Bedah. (Pemeriksaan Persyarafan)
    Contoh Askep Keperawatan Medikal Bedah. (Pemeriksaan Persyarafan)
    Document22 pages
    Contoh Askep Keperawatan Medikal Bedah. (Pemeriksaan Persyarafan)
    siwi wiraharjo
    Pas encore d'évaluation
  • Bab 3
    Bab 3
    Document20 pages
    Bab 3
    siwi wiraharjo
    Pas encore d'évaluation
  • Bab 1
    Bab 1
    Document6 pages
    Bab 1
    siwi wiraharjo
    Pas encore d'évaluation
  • Bab 1-3
    Bab 1-3
    Document63 pages
    Bab 1-3
    siwi wiraharjo
    Pas encore d'évaluation
  • Bab 5
    Bab 5
    Document5 pages
    Bab 5
    siwi wiraharjo
    Pas encore d'évaluation
  • Bab 2
    Bab 2
    Document62 pages
    Bab 2
    siwi wiraharjo
    Pas encore d'évaluation
  • Rencana Setelah Lulus Kuliah Keperawatan
    Rencana Setelah Lulus Kuliah Keperawatan
    Document1 page
    Rencana Setelah Lulus Kuliah Keperawatan
    siwi wiraharjo
    Pas encore d'évaluation
  • LP Cs Dan Letak Sungsang Pada Ibu Hamil
    LP Cs Dan Letak Sungsang Pada Ibu Hamil
    Document24 pages
    LP Cs Dan Letak Sungsang Pada Ibu Hamil
    siwi wiraharjo
    Pas encore d'évaluation
  • LP KPD
    LP KPD
    Document8 pages
    LP KPD
    siwi wiraharjo
    Pas encore d'évaluation