Vous êtes sur la page 1sur 16

PENGERTIAN AL MUDHARABAH

Mudharabah berasal dari kata adhdharby fil ardhi yaitu bepergian untuk urusan
dagang. Disebut juga qiradh yang berasal dari kata alqardhu yang berarti potongan, karena
pemilik memotong sebagian hartanya unutk diperdagangkan dan memperoleh sebagian
keuntungan.
Syarikat Mudhaarabah memiliki dua istilah yaitu Al Mudharabah dan Al Qiradh
sesuai dengan penggunaannya di kalangan kaum muslimin. Penduduk Irak menggunakan
istilah Al Mudharabah untuk mengungkapkan transaksi syarikat ini. Disebut sebagai
mudharabah karena diambil dari kata dharb di muka bumi yang artinya melakukan perjalanan
yang umumnya untuk berniaga dan berperang, Allah berfirman:







Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan
orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang
yang lain lagi yang berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari
al-Quran. (Qs. Al Muzammil: 20)
Ada juga yang mengatakan diambil dari kata: dharb (mengambil) keuntungan dengan
saham yang dimiliki.
Dalam istilah bahasa Hijaaz disebut juga sebagai qiraadh, karena diambil dari kata
muqaaradhah yang arinya penyamaan dan penyeimbangan. Seperti yang dikatakan


Dua orang penyair melakukan muqaaradhah, yakni saling membandingkan syairsyair mereka. Disini perbandingan antara usaha pengelola modal dan modal yang dimiliki
pihak pemodal, sehingga keduanya seimbang. Ada juga yang menyatakan bahwa kata itu
diambil dari qardh yakni memotong. Tikus itu melakukan qardh terhadap kain, yakni
menggigitnya hingga putus. Dalam kasus ini, pemilik modal memotong sebagian hartanya
untuk diserahkan kepada pengelola modal, dan dia juga akan memotong keuntungan
usahanya. [1]
Sedangkan dalam istilah para ulama Akad Mudhaarabah memiliki pengertian: Pihak
pemodal (Investor) menyerahkan sejumlah modal kepada pihak pengelola untuk
diperdagangkan. Dan berhak mendapat bagian tertentu dari keuntungan.[2] Dengan kata lain
Al Mudharabah adalah akad (transaksi) antara dua pihak dimana salah satu pihak
menyerahkan harta kepada yang lain agar diperdagangkan dengan pembagian keuntungan
diantara keduanya sesuai dengan kesepakatan.[3] Sehingga Al Mudharabah adalah bentuk
kerja sama antara dua atau lebih pihak dimana pemilik modal (Shahib Al Mal/Investor)

mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (Mudharib) dengan suatu perjanjian


pembagian keuntungan.[4] Bentuk ini menegaskan kerja sama dengan kontribusi 100%
modal dari Shahib Al Mal dan keahlian dari Mudharib.

SKEMA MUDHARABAH

JENIS AKAD MUDHARABAH


Dalam PSAK, mudharabah diklasifikasikan ke alam 3 jenis yaitu mudharabah
muthalaqah, mudharabah muqayyadah dan mudharabah musytarakah.
Berikut ini adalang pengertian masing-masing jenis mudharabah.

1. Mudharabah Muthlaqah
Mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerjasama antara pemilik dana dan pengelola
tanpa adanya pembatasan oleh pemilik dana dalam hal tempat, cara, maupun objek
investasi. Dalam hal ini, pemilik dana memberi kewenangan yang sangat luas kepada

mudharib untuk menggunakan dana yang diinvestasikan. Kontrak mudharabah


muthlaqah dalam perbankan syariah digunakan untuk tabungan maupun pembiayaan.
Mudharabah muthlaqah biasa juga disebut dengan mudharabah mutlak atau mudharabah
tidak terikat (unrestricted mudharabah). Rukun transaksi mudharabah meliputi dua pihak
transaktor (pemilik modal dan pengelola), objek akab mudharabah (modal dan usaha),
ijab dab kabul atau persetujuan kedua belah pihak.

2. Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah muqayyadah adalah bentuk kerja sama antara pemilik dana dan pengelola,
dengan kondisi pengelola dikenakan pembatasan oleh pemilik dana dalam hal tempat,
cara, dan/atau objek investasi. Dalam transaksi mudharabah muqayyadah, bank syariah
bersifat sebagai agen yang menghubungkan shahibul maal dengan mudharib. Imbalan
yang diterima oleh bank sebagai agen dinamakan fee dan bersifat tetap tanpa dipengaruhi
oleh tingkat keuntungan yang dihasilkan oleh mudharib. Fee yang diterima oleh bank
dilaporkan dalam laporan laba rugi sebagai pendapatan operasi lainnya. Mudharabah
muqayyadah biasa disebut dengan mudharabah terikat (restricted mudharabah).

3. Mudharabah Musytarakah
Mudharabah Musytarakah adalah mudharabah dimana pengelola dana menyertakan
modal atau dananya dalam kerja sama investasi. Di awal kerjasama, akad yang disepakati
adalah akad mudharabah dengan modal 100% dari pemilik dana, setelah berjalannya
operasi usaha dengan pertimbangan tertentu dan kesepakatan dengan pemilik dana,
pengelola dana ikut menanamkan modalnya dalam usaha tersebut.

HIKMAH DISYARIATKANNYA AL MUDHARABAH


Islam mensyariatkan akad kerja sama Mudharabah untuk memudahkan orang, karena
sebagian mereka memiliki harta namun tidak mampu mengelolanya dan disana ada juga
orang yang tidak memiliki harta namun memiliki kemampuan untuk mengelola dan
mengembangkannya. Maka Syariat membolehkan kerja sama ini agar mereka bisa saling
mengambil manfaat diantara mereka. Shohib Al Mal (investor) memanfaatkan keahlian
Mudhorib (pengelola) dan Mudhorib (pengelola) memanfaatkan harta dan dengan demikian
terwujudlah kerja sama harta dan amal. Allah Taala tidak mensyariatkan satu akad kecuali
untuk mewujudkan kemaslahatan dan menolak kerusakan.[14]
DASAR SYARIAH

Menurut ijmak Ulama, mudharabah hukumnya jaiz (boleh). Hak ini dapat diambil
dari kisah Rasulullah yang pernah melakukan mudharabah dengan Siti Khadijah. Siti
Khadijah bertindak sebagai pemilik dana dan Rasulullah sebagai pengelola dana. Lalu
Rasulullah membawa barang dagangannya ke negeri Syam.

SUMBER HUKUM AKAD MUDHARABAH


1. Al-Quran
Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu dimuka bumi dan carilah
karunia Alloh SWT. (QS 62:10)
. Maka, jika sebagian kamu memercayai sebagian yang lain, hendaklah yang
dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertakwa kepada Alloh
Tuhannya . (QS 2:283)

2. As-Sunnah
Dari Shalih bin Suaib r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda, tiga hal yang didalamnya
terdapat keberkatan : jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan
mencampuradukkan dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk dijual. (HR.
Ibnu Majah)
Abbas bin Abdul Muthalib jika menyerahkan harta sebagai mudharabah, ia
mensyaratkan kepada pengelola dananya agar tidak mengarungi lautan dan tidak
menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia
(pengelola dana) harus menanggung resikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan
Abbas didengar Rasululloh SAW, beliau membenarkannya. (HR. Thabrani dari Ibnu
Abbas).

RUKUN DAN KETENTUAN SYARIAH AKAD MUDHARABAH


Rukun mudharabah ada empat, yaitu :
1. Pelaku, terdiri atas : pemilik dana dan pengelola dana
2. Objek mudharabah, berupa : modal dan kerja
3. Ijab Kabul/serah terima
4. Nisbah Keuntungan

Ketentuan syariah, adalah sebagai berikut.


1. Pelaku Investor biasa disebut dengan istilah shahibul maal atau rabhul maal, sedang
pengelola modal biasa disebut dengan istilah mudharib. Memiliki kompetensi
beraktivitas antara lain mampu membedakan yang baik dan yang buruk dan tidak dalam
keadaan tercekal seperti pailit.
a. Pelaku harus cakap hukum dan baligh.
b. Pelaku akad mudharabah dapat dilakukan sesama atau dengan nonmuslim
c. Pemilik dana tidak boleh ikut campur dalam pengelolaan usaha tetapi ia boleh
mengawasi.
2. Objek mudharabah (Modal dan Kerja)
a. Modal
1. Modal yang diserahkan dapat berbentuk uang atau aset lainnya (dinilai sebesar nilai
wajar), harus jelas jumlah dan jenisnya.
2. Modal harus tunai dan tidak utang.
3. Modal harus diketahui dengan jelas jumlahnya sehingga dapat dibedakan dari
keuntungannya.
4. Pengelola dana tidak diperkenankan untuk memudharabahkan kembali modal
mudharabahnya.
5. Pengelola dana tidak diperbolehkan untuk meminjamkan modal kepada orang lain
kecuali atas seiizin pemilik dana.
6. Pengelola dana memiliki kebebasan untuk mengatur modal menurut kebijaksanaan
dan pemikirannya sendiri, selama tidak dilarang secara syariah.

b. Kerja
1. Kontribusi pengelola dana dapat berbentuk keahlian, keterampilan. Selling skill,
management skill dan lain-lain.
2. Kerja adalah hak pengelola dana dan tidak boleh diintervensi oleh pemilik dana.

3. Pengelola dana harus menjalankan usaha sesuai dengan syariah.


4. Pengelola dana harus mematuhi semua ketetapan yang ada dalam kontrak.
5. Dalam hal pemilik dana tidak boleh melakukan kewajiban atau melakukan
pelanggarang terhadap kesepakatan, pengelola dana sudah menerima modal dan
sudah bekerja maka pengelola dana berhak mendapatkan imbalan/ganti rugi/upah.
Modal yang diserahkan dapat berbentuk uang atau barang yang dirinci berapa nilai
uangnya. Modal tidak dapat berbentuk piutang dan harus dibayarkan pada mudharib, baik
secara bertaha maupun tidak sesuai dengan kesepakatan dalam akad. Sementara itu, kerja
yang diserahkan dapat berbentuk keahlian menghasilkan barang atau jasa, keahlian
mengelola, keahlian menjual, dan keahlian maupun keterampilan lainnya. Tanpa dua objek
mi, mudharabah tidak dibenarkan. Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 7 Tahun 2000
tentang Investasi mudharabah menyatakan bahwa kegiatan usaha oleh pengelolaudharib)
sebagai perimbangan modal yang disediakan oleh penyedia dana harus memperhatikan halhal berikut.
a) Kegiatan usaha adalah hak eksklusif mudharib, tanpa campur tangan penyedia dana,
tetapi ia mempunyai hak untuk melakukan pengawasan.
b) Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan pengelola sedemikian rupa yang
dapat menghalangi tercapainya tujuan mudharabah, yaitu keuntungan.
c) Pengelola tidak boleh menyalahi hukum syariah Islam dalam tindakannya yang
berhubungan dengan mudharabah dan harus mematuhi kebiasaan yang berlaku dalam
aktivitas itu.

3. Ijab dan Kabul


Ijab dan kabul atau persetujuan kedua belah pihak dalam mudharabah yang merupakan
wujud dari prinsip sama-sama rela (an-taraddin minkum). Dalam hal ini, kedua belah
pihak harus secara rela bersepakat unutk mengikatkan diri dalam akad mudharabah.

4. Nisbah Keuntungan
Nisbah keuntungan mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua belah
pihak yang terikat akad mudharabah. Syarat pembagian keuntungan dalam investasi
mudharabah meliputi hal-hal sebagai berikut :

a. Nisbah adalah besaran yang digunakan untuk pembagian keuntungan,


mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua pihak yang
bermudharabah atas keuntungan yang diperoleh. Nisbah keuntungan harus
diketahui dengan jelas oleh kedua belah pihak dan bersifat proporsional atau
dinyatakan dalam angka persentase (nisbah) dari keunutngan sesuai kesepakatan,
inilah yang akan mencegah terjadinya perselisihan antara kedua belah pihak
mengenai cara pembagian keuntungan.
b. Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak
c. Pemilik dana tidak boleh meminta pembagian keuntungan dengan menyatakan nilai
nominal tertentu karena dapat menimbulkan riba.
d. Harus diperuntukkan bagi kedua belah pihak dan tidak boleh disyaratkan hanya
untuk satu pihak.
e. Penyedia dana menanggung semua kerugian dari mudharabah dan pengelola tidak
boleh menanggung kerugian apa pun kecuali diakibatkan dari kesalahan
disengaja, kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan.
f. Sekiranya terjadi kerugian yang disebabkan oleh kelalaian mudharib, maka
mudharib wajib menanggung segala kerugian tersebut.
Kelalaian antara lain ditunjukkan oleh tidak terpenuhinya persyaratan yang ditentukan
di dalam akad; mengalami kerugian tanpa adanya kondisi diluar kemampuan (force majeur)
yang lazim dan/atau yang telah ditentukan dalam akad; dan hasil putusan dari badan arbitrase
atau pengadilan.
Apabila pengelola dana diperbolehkan oleh pemilik dana unutk memudharabahkan
kembali modal mudharabah maka pembagian keuntungan untuk kasus seperti ini, pemilik
dana mendapatkan keuntungan sesuai dengan kesepakatan antara dia dan pengelola dana
pertama. Sementara itu bagian keuntungan dai pengelola dana pertama dibagi dengan
pengelola dana yang kedua sesuai dengan porsi bagian yang telah disepakati antara keduanya.

Apabila terjadi kerugian ditanggung oleh pemilik dana kecuali ada kelalaian atau
pelanggaran kontrak oleh pengelola dana, cara menyelesaikannnya adalah sebagai berikut.
a. Diambil terlebih dahulu dari keuntungan karena keuntungan merupakan pelindung modal.
b. Bila kerugian melebihi keuntungan, maka baru diambil dari pokok modal.

BERAKHIRNYA AKAD MUDHARABAH

Lamanya kerja sama dalam mudharabah tidak tentu dan tidak terbatas, tetapi semua
pihak berhak untuk menentukan jangka waktu kontrak kerja sama dengan memberitahukan
pihak lainnya. Akad mudharabah dapat berakhir karena hal-hal sebagai berikut (Sabbiq,
2008).
1. Dalam hal mudharabah tersebut dibatasi waktunya.
2. Salah satu pihak memutuskan mengundurkan diri.
3. Salah satu pihak meninggal dunia atau hilang akal.
4. Pengelola dana tidak menjalankan amanahnya sebagai pengelola usaha untuk mencapai
tujuan sebagaimana dituangkan dalam akad.
5. Modal sudah tidak ada.
PRINSIP PEMBAGIAN HASIL USAHA (PSAK 105 PAR 11)
Dalam mudharabah istilah profit and loss sharing tidak tepat digunakan karena yang dibagi
hanya keuntungannya saja (profit), tidak termasuk kerugiannya (loss). Keuntungan usaha
secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan
apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si
pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si
pengelola, maka si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Dalam
mudharabah yang dibagihasilkan adalah pendapatan.
Pendapatan terkecil adalah nol. Maka dimaksudkan kerugian dalam mudharabah adalah
ketidak mampuan nasabah dalam membayar cicilan pokok senilai pembiayaan yang telah
diterimanya, atau jumlah seluruh cicilan lebih kecil dari pembiayaan yang telah diterimanya.
Bila terjadi demikian, kerugian ditanggung oleh bank syariah, kecuali akibat: (1) nasabah
melanggar syarat yang telah disepakati. (2) nasabah lalai dalam menjalankan modalnya.
Contoh 1 :
Contoh perhitungan bagi hasil bagi dana pihak ketiga (tabungan/deposito masyarakat). Bapak
ahmad memiliki deposito Rp 10.000.000,00 jangka waktu satu bulan (1 Desember 2000 s/d 1
januari 2001), dan nisbah bagi hasil antara nasabah dan bank 57%:43%. Jika keuntungan
bank yang diperoleh untuk deposito satu bulan per 31 desember 2000 adalah Rp
20.000.000,00 dan rata-rata deposito jangka waktu satu bulan adalah Rp 950.000.000,00.
Berapa keuntungan yang diperoleh Bapak Ahmad ?
Jawab:
Keuntungan diperoleh bapak Ahmad adalah :
(Rp 10.000.000,00/Rp 950.000.000,00) x 57 % x Rp 20.000.000,00 = Rp 120.000,00
Jadi, keuntungan yang diperoleh bapak Ahmad sebesar Rp 120.000,00

Contoh perhitungan pembiayaan mudharabah


Mudharabah ternak qurban sebesar Rp 10.000.000, dan nisbah bagi hasil 60:40 (bank :
nasabah). Rencana pengembalian modal sekaligus tanggal 1 Maret. Ternyata aktualisasi hasil
yang ada diperhitungkan sebesar Rp 1.000.000,00 maka perhitungannya:
Nisbah 60 : 40 aktualisasi hasil
Rp 1.000.000,00
Profit bank 60/100 x Rp 1.000.000 = Rp 600.000,00
Keuntungan nasabah
Rp 400.000,00
Jadi pembayaran ke bank tanggal 1 Maret = Rp 10.600.000,00
Contoh 2 :
Bank Jayen Syariah (BJS) melakukan kerjasama bisnis dengan Bapak Irfa, seorang pedagang
buku di Pasar Shoping Yogyakarta menggunakan akad mudharabah (BJS sebagai pemilik
dana dan Irfa sebagai pengelola dana). BJS memberikan modal kepada Irfa sebesar Rp
10.000.000 sebagai modal usaha pada Tanggal 1 Januari 2009 dengan nisbah bagi hasil BJS :
Irfa = 30% : 70%. Pada tanggal 31 pebruari 2009, Irfa memberikan Laporan Laba Rugi
penjualan buku sebagai berikut:
Penjualan
Harga Pokok Penjualan
Laba Kotor
Biaya-biaya
Laba bersih

Rp. 1.000.000
(Rp. 700.000)
Rp. 300.000
(Rp 100.000)
Rp 200.000

Hitunglah pendapatan yang diperoleh BJS dan Irfa dari kerjasama bisnis tersebut pada
tanggal 31 Pebruari 2009 bila kesepakan pembagian bagi hasil tersebut menggunakan metode
:
a. Profit sharing
b. Revenue sharing
Jawab:
a. Profit sharing
Bank Syariah
Irfa

= 30% x Rp 200.000 (Laba bersih)


= 70% x Rp 200.000

= Rp 60.000
= Rp 140.000

b. Revenue sharing
Bank Syariah
= 30% x Rp 300.000 (Laba Kotor)
Irfa
= 70% x Rp 300.000

= Rp 90.000
= Rp 210.000

E. BAGI HASIL UNTUK AKAD MUDHARABAH MUSYTARAKAH (PSAK 105 PAR


34)
Ketentuan bagi hasil untuk akad jenis ini dapat dilakukan dengan 2 pendekatan, yaitu :
1. Hasil investasi dibagi antara pengelola dan dan pemilik dana sesuai nisbah yang

disepakati, selanjutnya bagian hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana tersebut
dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik) dengan pemilik dana sesuai dengan porsi
modal masing-masing, dan atau
2. Hasil investasi dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik) dan pemilik dana sesuai
dengan porsi modal masing-masing, selanjutnya bagian hasil investasi setelah dikurangi
untuk pengelola dana tersebut dibagi antara pengelola dana dengan pemilik dana sesuai
dengan nisbah yg disepakati. Contoh : jika terjadi kerugian atas investasi, maka kerugian
dibagi sesuai dengan porsi modal para musytarik.
Contoh :
Bapak Andry menginvestasikan uang sebesar Rp. 2.000.000,00 untuk usaha siomay yang
dimiliki oleh bapak Budi dengan akad mudharabah. Nisbah yang disepakati oleh Bapak
Andry dan bapak Budi adalah 1 : 3. Setelah usaha berjalan, ternyata dibutuhkan tambahan
dana, maka atas persetujuan bapak Andry, bapak Budi ikut menginvestasikan uangnya
sebesar Rp, 500.000,00. Dengan demikian bentuk akadnya adalah akad mudharabah
musytarakah. Laba yang diperoleh untuk bulan Januari 2008 adalah sebesar Rp.
1.000.000,00.
Berdasarkan PSAK 105 Par 34 maka bagi hasil jika terdapat keuntungan dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut ;
Cara 1 :
Hasil investasi dibagi antara pengelola dana dan pemilik dana sesuai nisbah yang disepakati :
Bagian Andry : x Rp. 1.000.000,00 = Rp 250.000,00
Bagian Budi : x Rp. 1.000.000,00 = Rp 750.000,00
Kemudian bagian hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana tersebut (Rp.
1.000.000,00 Rp. 750.000,00) dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik) dengan
pemilik dana sesuai dengan porsi modal masing-masing ;
Bagian Andry : Rp. 2.000.000,00/Rp. 2.500.000,00 x Rp 250.000,00 = Rp. 200.000,00
Bagian Budi : Rp. 500.000,00/ Rp. 2.500.000,00 x Rp 250.000,00 = Rp. 50.000,00
Sehingga Budi sebagai pengelola dana akan memperoleh Rp. 750.000,00 + Rp. 50.000,00 =
Rp 800.000,00, dan Andry sebagai pemilik dana akan memperoleh Rp. 200.000,00
Cara 2 :
Hasil investasi dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik) dan pemilik dana sesuai
dengan porsi modal masing.masing.
Bagian Andry : Rp. 2.000.000,00/Rp. 2.500.000,00 x Rp 1.000.000,00 = Rp 800.000,00
Bagian Budi : Rp 500.000,00/Rp.2.500.000,00 x Rp. 1.000.000,00 = Rp. 200.000,00
Kemudian bagian hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana (sebagai musytarik)
sebesar Rp. 800.000,00 (Rp.1.000.000,00 Rp. 200.000,00) tersebut dibagi antara pengelola
dana dengan pemilik dana sesuai dengan nisbah yang disepakati.
Bagian Andry : x Rp. 800.000,00 = Rp 200.000,00
Bagian Budi : x Rp. 800.000,00 = Rp 600.000,00

Sehingga Budi sebagai pengelola dana akan memperoleh Rp. 200.000,00 + Rp 600.000,00 =
Rp. 800.000,00, dan Andry sebagai pemilik dana akan memperoleh Rp. 200.000,00.
Jika terjadi kerugian atas investasi, maka kerugian dibagi sesuai dengan porsi modal para
musytarik. Misalnya terjadi kerugian sebesar Rp. 1.000.000, maka Andry akan menanggung
rugi sebesar :
Rp. 2.000.000,00/Rp 2.500.000,00 x Rp. 1.000.000,00 = Rp. 800.000,00
Budi akan menanggung sebsasr :
Rp 500.000,00/Rp. 2.500.00,00 x Rp. 1.000.000,00 = Rp 200.000,00
F. PERILAKU AKUNTANSI (PSAK 105)
Akuntansi untuk Pemilik Dana
1. Dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakaui sebagai investasi
mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset nonkas kepada pengelola dana.
2. Pengukuran investasi mudharabah
a. Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan.
b. Investasi mudharabah dalam bentuk asset nonkas diukur sebagai nilai wajar asset nonkas pada saat penyerahan.
Nilai dari investasi mudharabah dalam bentuk asset non kas harus disetujui oleh pemilik dana
dan pengelola dana pada saat kontrak.
Ada 2 alasan tidak digunakannya dasar historical cost untuk mengukur asset nonkas,
(Siswanto, 2003)
a. Penggunaan nilai yang disetujui oleh pihak yang melakukan kontrak untuk mencapai satu
tujuan akuntansi keuangan.
b. Penggunaan nilai yang disetujui (agreed value) oleh pihak yang melakukan kontrak
untuk nilai asset nonkas menuju aplikasi konsep representational faithfulness dalam
pelaporan.
Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebagai jumlah yang dibayarkan.
Jurnal pada saat penyerahan kas :
Dr. Investasi Mudharabah
xxxxxxxxxxxxx
Kr. Kas
xxxxxxxxxxxxx
Investasi Mudharabah dalam bentuk asset nonkas diukur sebesar nilai wajar asset nonkas
pada saat penyerahan kemungkinannya ada 2, yaitu :
a. Jika nilai wajar lebih tinggi daraipada nilai tercatattnya, maka selisihnya diakui sebagai
keuntungan tangguhan diamortisasi sesuai jangka waktu akad mudharabah.
Jurnal pada saat penyerahan asset nonkas :
Dr. Investasi Mudharabah
xxxxxxxxxxxxx
Kr. Keuntungan Tangguhan
xxxxxxxxxxxxxx
Kr. Aset Nonkas
xxxxxxxxxxxxxx

Jurnal amortisasi keuntungan tangguhan :


Dr. Keuntungan tangguhan
Kr. Keuntungan

xxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxx

b. Jika nilai wajar lebih rendah daripada nilai tercatatnya, maka selisihnya diakui sebagai
kerugian dan akui pada saat penyerahan asset nonkas.
Jurnal :
Dr. Investasi Mudharabah
xxxxxxxxxxxxx
Dr. Kerugian
xxxxxxxxxxxxx
Kr. Aset Nonkas Mudharabah
xxxxxxxxxxxxxx
3. Penurunan nilai jika investasi mudharabah dalam bentuk asset nonkas :
a. Penurunan nilai sebelum usaha dimulai
Jika nilai investasi mudharabah turun sebelum usaha dimulai disebabkan rusak, hilang atau
factor lai yang bukan karena kelalaian atau kesalahan pihak pengelola dana, maka penurunan
nilai tersebut diakui sebagai kerugian dan mengurangi saldo investasi mudharabah.
Jurnal :
Dr. Kerugian investasi mudharabah
xxxxxxxxxxxxx
Kr. Investasi Mudharabah
xxxxxxxxxxxx
b. Penurunan nilai setelah usaha dimulai
Jika sebagian investasi mudharabah hilang setelah dimualinya usaha tanpa adanya kelalaian
atau kesalahan pengelola dana, maka kerugian tersebut tidak langsung mengurangi jumlah
investasi mudharabah namun diperhitungkan pada saat pembagian bagi hasil.
Jurnal :
Dr. Kerugian Investasi Mudharabah
xxxxxxxxxxxxx
Kr. Penyisihan Investasi Mudharabah
xxxxxxxxxxxxx
Dr. Kas
xxxxxxxxxxxxx
Dr. Penyisihan Investasi Mudharabah
xxxxxxxxxxxxx
Kr. Pendapatan
xxxxxxxxxxxxx
4. Kerugian
Kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad mudharabah berakhir, pencatatan
kerugian yagan terjadi dalam suatu periode sebelum akad meudharabah berakhir diakui
sebagai kerugian dan dibentuk penyisihan kerugian investasi.
Jurnal :
Dr. Kerugian investasi mudharabah
xxxxxxxxxxxx
Kr. Penyisihan kerugian investasi mudharabah
xxxxxxxxxxxx
Catatan :
Tujuan dicatat sebagai penyisihan agar jelas nilai investasi awal mudharabah.
5. Hasil Usaha
Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui sebagai piutang.

Jurnal :
Dr. Piutang Pendapatan Bagi Hasil
Kr. Pendapatan bagi hasil Mudharabah
Pada saat pengelola dana membayar hasil
Jurnal :
Dr. Kas
Kr. Piutang pendapatan bagi hasil

xxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxx

xxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxx

6. Akad Mudharabah berakhir


Pada saat akad mudharabah berakir, selisih antara investasi mudharabah setelah dikurangi
penyisihan kerugian investasi ; dan pengembalian investasi mudharabah ; diakui sebagai
keuntungan atau kerugian.
Jurnal :
Dr. Kas/Piutang/Aset Nonkas
xxxxxxxxxxxxx
Dr. Penyisihan Kerugian Investasi Mudharabah
xxxxxxxxxxxxx
Kr. Investasi Mudharabah
xxxxxxxxxxxx
Kr. Keuntungan investasi mudharabah
xxxxxxxxxxxx
ATAU
Dr. Kas/Piutang/Aset Nonkas
xxxxxxxxxxxxx
Dr. Penyisihan Kerugian Investasi Mudharabah
xxxxxxxxxxxxx
Dr. Kerugian invevstasi mudharabah
xxxxxxxxxxxxx
Kr. Investasi mudharabah
xxxxxxxxxxxxx
7. Penyajian
Pemilik dana menyajikan investasi mudharabah dalam laporan keuangan sebesar nilai tercatat
yaitu nilai investasi mudharabah dikurangi penyisihan kerugian (jika ada)
8. Pengungkapan
Pemilik dana mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi mudharabah, tetapi tidak
terbatas pada :
a. Isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana, pembagian hasil usaha,
aktivitas usaha mudharabah, dan lain-lain;
b. Rincian jumlah investasi mudharabah bedasarkan jenisnya ;
c. Penyisihan kerugian investasi mudharabah selama periode berjalan ;
d. Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No.101 tentang Penyajian Laporan
Keuangan Syariah.
Akuntasi Untuk Pengelola Dana
1. Dana yang diterima dari pemilik dana dalam akad mudharabah diakui sebagai dana
syirkah temporer sebesar jumlah kas atau nilai wajar asset nonkas yang diterima.
2. Pengukuran dana syirkah temporer
Dana Syirkah temporerdiukur sebesar jumlah kas atau nilai wajar asset nonkas yang diterima.

Jurnal :
Dr. Kas/Aset Nonkas
Kr. Dana Syirkah Temporer

xxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxx

3. Penyaluran kembali dana syirkah temporer


Jika pengella dana menyalurkan kembali dana syirkah temporer yang diterima maka
pengelola dana mengakui sebagai asset (investasi mudharabah). Sama seperti akuntansi untuk
pemilik dana. Dan ia akan mengakui pendapatan secara bruto sebelum dikurangi dengan
bagian hak pemilik dana.
Jurnal pencatatan ketika menerima pendapatan bagi hasil dari penyaluran kembali dana
syirkah temporer :
Dr. Kas/Piutang
xxxxxxxxxxxx
Kr. Pendapatan yang belum dibagiakan
xxxxxxxxxxxxxx
Hak pihak ketiga atas bagian dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan tetapi belum
dibagikan kepada pemilik dana diakui sebagai kewajiban sebesar bagi hasil yang menjadi
porsi hak pemilik dana.
Jurnal :
Dr. Beban Bagi Hasil Mudharabah
xxxxxxxxxxxx
Kr. Utang Bagi hasil Mudharabah
xxxxxxxxxxxxx
Jurnal pada saat pengelola dana membayar bagi hasil :
Dr. Utang Bagi hasil Mudharabah
xxxxxxxxxxxx
Kr. Kas
xxxxxxxxxxxxx
4. Sedangkan apabila pengelola dana mengelola sendiri dana mudharabah berarti ada
pendapatan dan beban yang diakui dan pencatatannya sama dengan akuntansi konvensional,
yaitu :
Saat mencatatat pendapatan :
Dr. Kas/Pituang
xxxxxxxxxxxxx
Kr. Pendapatan
xxxxxxxxxxxxx
Saat mencatat beban :
Dr. Beban
Kr. Kas/utang

xxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxx

Jurnal penutup yang dibuat diakhir periode (apabila diperoleh keuntungan) :


Dr. Pendapatan
xxxxxxxxxxxxx
Kr. Beban
xxxxxxxxxxxxx
Kr. Pendapatan yang belum dibagikan
xxxxxxxxxxxxx
Jurnal ketika dibagikan hasil kepada pemilik dana :
Dr. Beban bagi hasil mudharabah-pemilik dana
xxxxxxxxxxxxx

Dr. Beban bagi hasil mudharabah-pengelola dana xxxxxxxxxxxxx


Kr. Utang Bagi hasil mudharabah
xxxxxxxxxxxxx
Jurnal Penutup :
Dr. Pendapatan yang belum dibagikan
xxxxxxxxxxxxx
Kr. Beban bagi hasil mudharabah-pemilik dana
xxxxxxxxxxxxx
Kr. Beban bagi hasil mudharabah-pengelola dana xxxxxxxxxxxxx
Jurnal pada saat pengelola dana membayar bagi hasil :
Dr. Utang bagi hasil mudharabah
xxxxxxxxxxxxx
Kr. Kas
xxxxxxxxxxxxx
Jurnal penutup yang dibuat apabila terjadi kerugian
Dr. Pendapatan
Dr. Penyisihan Kerugian
Kr. Beban

xxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxx

Catatan : Penyisihan kerugian disajikan sebagai akun kontrak dari dana Syirkah Temporer.
5. Kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan atau kelalaian pengelola dana diakui sebagai
beban pengelola dana.
Jurnal :
Dr. Beban
xxxxxxxxxxxxxx
Kr. Utang lain-lain/Kas
xxxxxxxxxxxxxx
6. Di akhir akad
Jurnal :
Dr. dana Syirkah temporer
Kr. Kas/Aset Nonkas

xxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxx

Jika ada penyisihan kerugian sebelumnya


Jurnal :
Dr. dana Syirkah Temporer
Kr. Kas/Aset Nonkas
Kr. Penyisihan Kerugian

xxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxx

7. Penyajian
Pengelola dana menyajikan transaksi mudharabah dalam laporan keuangan :
a. Dana syirkah temporer dari pemilik dana disajikan sebesar nilai tercatatnya untuk setiap
jenis mudharabah : yaitu sebesar dana syirkah temporer dikurangi dengan penyisihan
kerugian (jika ada).
b. Bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah ada diperhitungkan tetapi belum
diserahkan kepada pemilik dana disajikan sebagai pos bagi hasil yang belum dibagikan
sebagai kewajiban.

8. Pengungkapan
Pengelola dana mengungkapkan transaksi mudharabah dalam laporan keuangan :
a. Isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana, pembagian hasil usaha,
aktivitas usaha mudharabah, dan lain-lain;
b. Rincian dana syirkah temporer yang diterima berdasarkan jenisnya;
c. Penyaluran dana yanag berasal darai mudharabah muqayadah. Pengungkapan yang
diperlukan sesuai PSAK No.101 tentang penyajian Laporan Keuangan Syariah.
Asumsi pencatatan untuk pengelola dana yanag telah dibahas diatas menggunakan akas
mudharabah muthalaqah, apabila akadnya mudharabah muqayyadah, dimana dana dari
pemilik dana langsung disalurkan kepada pengelola dana lain (kedua) dan pengelola dana
pertama henya bertimdak sebagai perantara yang mempertemukan anatara dana dengan
pemgelola dana lai.
Pengelola dana lain (kedua); maka dana untuk jenis seperti iniakan dilaporkan Off Balance
Sheet. Atas kegiatan tersebut pengelola dana pertama akan menerima komisi atas jasa
mempertemukan kedua pihak. Sedangkan anatara pemilik dana dan pengelola dana lain
(kedua) berlaku nisbah bagi hasil.

SUMBER :

http://ekonomisyariat.com/mengenal-konsep-mudharabah/

Vous aimerez peut-être aussi