Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
KHOIRUL MALIQ , S.Kep
NIM : 1608069
LAPORAN PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
Nifas atau purperium adalah periode waktu atau masa dimana organ-organ reproduksi
kembali ke keadaan tidak hamil (Forner, 1999 : 225).
Masa nifas/masa purperium adalah masa setelah partus selesai dan berakhir setelah
kira-kira 6 minggu (Arif, 1999 : 344).
Sectio caesarea adalah melahirkan janin melalui insisi pada dinding abdomen
(laparatomi) dan dinding uterus (histeretomi) (Cunningham, Mac Donnald, Gant, 1995. 511).
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding
perut dan dinding rahim (Arif, 1999 : 344).
Dengan demikian perawatan pada ibu nifas dengan post operasi sectio caesarea adalah
perawatan pada ibu pada masa setelah melahirkan janin dengan cara insisi/pembedahan
dengan membuka dinding perut dan dinding rahim sampai organ-organ reproduksi ibu
kembali pulih yang berakhir kira-kira 6 minggu.
B. FASE-FASE NIFAS
Fase-fase nifas terbagi menjadi 3 (tiga), yaitu :
1. Immediate post partum
10 hari pertama dan selanjutnya proses involusi ini berlangsung lebih berangsurangsur.
b. Lokhea
Adalah istilah yang diberikan pada pengeluaran darah dan jaringan desidua
yang nekrotik dari dalam uterus selama masa nifas.
Lokhea terbagi dalam :
1) Lokhea rubra (hari 1 4) jumlah sedang, warna merah dan terutama darah
2) Lokhea seresa (hari 4 8) jumlah berkurang, warna merah muda
3) Lokhea alba (hari 8 14) jumlah sedikit, warna putih dan bahkan hampir tidak
berwarna
c. Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus, setelah persalinan, ostium
eksterna dapat dimasuki oleh 2 3 jari tangan, setelah 6 minggu post natal serviks
menutup.
Karena robekan kecil-kecil yang terjadi selama dilatasi, serviks tidak pernah
kembali seperti keadaan sebelum hamil (nulipara) yang berupa lubang kecil seperti
mata jarum, serviks hanya dapat kembali sembuh. Dengan demikian OS serviks
wanita muda yang sudah pernah melahirkan merupakan salah satu tanda yang
menunjukkan riwayat kelahiran bayi lewat vagina.
d. Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar
selama proses melahirkan bayi, setelah beberapa hari keduanya menjadi kendor.
Setelah 3 minggu akan kembali dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan
muncul kembali, sementara labia lebih menonjol.
e. Perineum
Setelah melahirkan perineum menjadi kendor, pada hari kelima perineum akan
mendapatkan kembali sebagian besar tonus sekalipun
lebih kendor daripada keadaan sebelum melahirkan.
f. Payudara
Payudara mencapai maturnitas yang penuh selama masa nifas kecuali jika
laktasi disupresi. Payudara lebih besar, kencang dan mula-mula lebih nyeri tekan
sebagai reaksi terhadap perubahan status hormonal serta dimulainya laktasi.
g. Traktus urinarius
BAK sering sulit pada 24 jam pertama, kemungkinan terdapat spasme sfingter
edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan
tulang pubis selama persalinan.
h. Sistem gastrointestinal
Memerlukan waktu 3 4 hari sebelum faal usus kembali normal. Rasa sakit di
premium dapat menghalangi keinginan ke belakang.
i. Sistem kardiovaskuler
Jumlah sel darah dan Hb kembali normal pada hari kelima.
j. Perubahan psikologis
Perubahan yang mendadak dan dramatis pada status hormonal menyebabkan
ibu yang berada dalam masa nifas menjadi sensitif terhadap faktor yang dalam
keadaan normal mampu diatasinya.
2. Fisiologi proses penyembuhan luka
Pada fase satu (I) penyembuhan luka leukosit mencerna bakteri dan jaringan rusak.
Fibrin bertumpuk pada gumpalan yang mengisi luka dan pembuluh darah tumbuh pada
luka dari benang fibrin sebagai kerangka. Lapisan tipis dari sel epitel bermigrasi lewat
luka dan menutupi luka, pasien akan terlihat merasa sakit pada fase I selama 3 hari
setelah bedah besar.
Pada fase II berlangsung 3 sampai 14 hari setelah bedah, leukosit mulai
menghilang dan ceruk mulai berisi kolagen serabut protein putih. Sel epitel beregenerasi
dalam 1 minggu. Jaringan baru memiliki banyak pembuluh darah. Tumpukan kolagen
akan menunjang luka dengan baik dalam 6 7 hari. Jadi jahitan diangkat pada waktu ini,
tergantung pada tempat dan luasnya bedah.
Pada fase III kolagen terus bertumpuk. Ini menekan pembuluh darah baru dan arus
darah menurun. Luka terlihat seperti merah jambu yang luas. Fase ini berlangsung
minggu kedua sampai minggu keenam. Pasien harus menjaga agar tidak menggunakan
otot yang terkena.
Pada fase IV, fase terakhir berlangsung beberapa bulan setelah bedah. Pasien akan
mengeluh gatal di seputar luka. Walaupun kolagen terus menimbun pada waktu ini luka
menciut dan menjadi tegang. Karena penciutan luka terjadi ceruk yang berwarna/berlapis
putih. Bila jaringan itu aseluler, avaskuler, jaringan kolagen tidak akan menjadi coklat
karena sinar matahari dan tidak akan keluar keringat dan tumbuh rambut (Barbara C.
Long, 1996 : 69).
E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis sectio caesarea menurut Doenges (2001 : 414), antara lain :
1. Nyeri akibat luka pembedahan
2. Luka insisi pada bagian abdomen
3. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
4. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan berlebihan atau banyak
5. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600 800 ml
6. Emosi klien labil dengan mengekspresikan ketidakmampuan menghadapi situasi baru
7. Terpasang kateter urinarius pada sistem eliminasi BAK
8. Dengan auskultasi bising usus tidak terdengar atau mungkin samar
9. Immobilisasi karena adanya pengaruh anastesi
10. Bunyi paru jelas dan vesikuler dengan RR 20x/menit
11. Karena kelahiran secara SC mungkin tidak direncanakan maka biasanya kurang pahami
prosedur
Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan darah lengkap
2. Hb dan Ht
3. Urinalisis
4. Kultur urine, darah, vaginal dan lokhea (Doenges, 2001 : 414)
F. PENATALAKSANAAN
1. Perawatan I setelah post operasi
a. Pembalutan luka (wound dressing) dengan baik
Dibersihkan dengan alkohol dan larutan suci hama (larutan betadine) lalu ditutup
dengan kain penutup luka.
b. Pemberian cairan
D 5 10%, garam fisiologis dan RL secara bergantian, 20 tts/mnt
c. Diit
Makanan dan minuman diberikan setelah pasien flatus. Minuman yang diberikan air
putih atau air teh. Makanan yang diberikan dari bubur saring, minuman air buah dan
susu, selanjutnya secara bertahap bubur dan akhirnya makanan biasa.
d. Kateteriasasi
e. Obat-obatan
1) Antibiotik, kemoterapi dan anti inflamasi
2) Obat-obat pencegah perut kembung : plasil, perimpuran
3) Obat anti nyeri : pethidin 100 150 mg atau morfin 10 15 mg
4) Transfusi darah apabila penderita anemia
2. Perawatan rutin
Pemeriksaan dan pengukuran, yang diukur adalah :
a. Tekanan darah, nadi, frekuensi pernafasan, suhu
b. Jumlah cairan masuk dan keluar (urine)
Dilakukan pemeriksaan dan pengukuran setiap 4 jam sekali
KONSEP KEPERAWATAN
2. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan atau kulit rusak,
penurunan hemoglobin
3. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan
pemasukan cairan secara oral ditandai dengan mulut dan membran mukosa kering,
perdarahan
4. Resiko terjadi konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot, efek progesteron
5. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik, penurunan kekuatan dan
tahanan
6. Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan kurangnya tingkat pengetahuan ibu
ditandai dengan ASI belum keluar, mammae terasa lembek
7. Resiko terhadap perubahan fungsi pernafasan berhubungan dengan status post anastesi,
immobilisasi post operasi dan nyeri
8. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang mengingat, kesalahan interprestasi
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan
a. Tujuan
Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan berupa manajemen
pengurangan nyeri selama 30 detik dalam 2 x 24 jam diharapkan klien dapat
beradaptasi nyeri.
b. Kriteria hasil
1) Klien bisa mengidentifikasi dan menggunakan intervensi untuk mengatasi nyeri
2) Klien mengungkapkan berkurangnya nyeri
3) Klien tampak rileks dan mampu istirahat dengan tepat
c. Intervensi
1) Evaluasi TD, nadi, perubahan perilaku
2) Ubah posisi klien
3) Lakukan latihan nafas dalam
d. Rasionalisasi
1) Pada banyak klien nyeri dapat menyebabkan gelisah dan TD meningkat
2) Merelaksasikan otot
3) Nafas dalam meningkatkan upaya pernafasan, pembebatan menurunkan regangan
dan ketegangan areal insisi
2. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan trauma pembedahan
a. Tujuan
Infeksi tidak terjadi setelah dilakukan tindakan berupa perawatan luka operasi selama
30 menit dalam 9 14 hari sampai luka sembuh
b. Kriteria hasil
1) Tidak
aspalphaMendemonstrasikan
teknik-teknik
untuk awal
menurunkan
resiko
2)
Menunjukkan
dengan tanda
penyembuhan
3)
demam luka bebas dari drainase purulent
c. Intervensi
1) Anjurkan dan gunakan teknik mencuci tangan dengan cermat dan pembuangan
kotoran
2) Tinjau ulang Hb/Ht
c. Intervensi
1) Anjurkan batuk efektif setiap 2 jam sekali setelah operasi
2) Kaji respirasi dan nadi setiap 2 jam setelah post operasi
3) Mobilisasikan pasien setiap 2 jam post operasi miring kanan/kiri sebelum
ambulasi
d. Rasional
1) Untuk mengeluarkan sputum dari tenggorokan
2) Respiratori dapat berubah jika terjadi perubahan fungsi pernafasan
3) Membantu mengeluarkan sekret dari jalan nafas dan mencegah kongesti dan
mencegah organisme status di jalan nafas
8. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang mengingat, kesalahan interprestasi
a. Tujuan
Pengetahuan tentang proses fisiologis post partum terpenuhi setelah dilakukan
tindakan keperawatan berupa pemberian informasi post partum selama 30 menit
dalam 24 jam
b. Kriteria hasil
1) Mengungkapkan pemahaman tentang perubahan fisiologis keutuhan-kebutuhan
individu, hasil yang diharapkan
2) Melakukan aktivitas-aktivitas yang perlu dengan benar
c. Intervensi
1) Kaji kesiapan dan motivasi klien untuk belajar
2) Berikan rencana penyuluhan tertulis dengan menggunakan format yang
distandarisasi
3) Kaji keadaan fisik klien
4) Perhatikan status psikologis dan respon terhadap kelahiran caesarea serta peran
menjadi ibu
d. Rasionalisasi
1) Periode post partum dapat menjadi pengalaman positif bila kesempatan
penyuluhan diberikan untuk membantu mengembangkan pengetahuan ibu,
motivasi dan kompetisi
2) Membantu menjamin kelengkapan informasi yang diterima orang tua dari anggota
staf dan menurunkan konfusi klien yang disebabkan oleh desiminasi nasehat atau
informasi yang menimbulkan konflik
3) Ketidaknyamanan berkenaan dengan insisi atau nyeri penyerta, biasanya
berkurang pada hari ketiga pasca operasi, memungkinkan klien berkonsentrasi
lebih penuh dan lebih menerima penyuluhan
4) Ansietas yang berhubungan dengan kemampuan untuk merawat diri sendiri dan
anaknya, kekecewaan pada pengalaman kelahiran dapat mempunyai dampak
negatif pada kemampuan belajar dan kesiapan klien
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M.E. 2001. Rencana Keperawatan Maternal dan Bayi, Edisi II. Jakarta : EGC.
Farrer, H. 1999. Perawatan Maternitas, Edisi II. Jakarta : EGC.
Gant, M. 1995. Obstetri Williams. Jakarta : EGC.
Hamilton, PM. 1995. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas, Edisi 6. Jakarta :
EGC.
\
\
Sectio caesarea
nifas
Penekanan pons
Jaringan terputus
Peristaltik usus menurun
Reflek batuk terganggu
Nyeri
Penumpukan sekret
Pola nafas tidak efektif
Gangguan mobilitas
Luka insisi
Uterus
Laktasi
Jaringan terputus
Kontraksi
Isapan bayi
Perdarahan
Merangsang
Adekuat
Tidak adekuat
Luka bekas perlengketan plasenta
Hb rendah
Penyempitan pembuluh darah
Kontraksi
pada luka
uterus
jahittidak baik
Hipofisa anterior Hipofisa posterior
Resti Kurang perawatan
Resti infeksi
konstipasi
diri
Lokhea
Memproduksi prolaktin
Perdarahan
Memproduksi oxytocin
Resti infeksi
Nyeri
Inadekuat
Resiko volume cairan kurang
Adekuat
Sumber :
Prof. Dr. Ida Bagus Manuaba, 1998
Gangguan sirkulasi