Vous êtes sur la page 1sur 54

Askep Stenosis Mitral

KONSEP MEDIS
A. Pengertian
Mitral stenosis adalah blok aliran darah pada tngkat kantup mitral, akibat adanya
perubahan struktur mitral leaflets yang menyebabkan tidak membukanya kantup mitral
secara sempurna pada saat drastolik. ( Suparman ; 2000:1035 )
B. Anatomi Fisiologi
Secara fungsional jantung dibagi menjadi alat pompa kanan dan alat pompa kiri, yang
memompa darah vena menuju sirkulasi paru-paru, dan darah bersih ke peredaran darah
sistemik. Pembagian fungsi ini mempermudah konseptualisasi dari urutan aliran darah
secara anatomi; vena kava, atrium kanan, ventrikal kanan, arteri pulmonal, paru-paru,
vena pulmonal, atrium kiri, ventrikel kiri, aorta, arteri, arteriola, kapiler, venula, vena,
vena kava.
Batas kiri jantung terdiri atas tonjolan yang bulat lonjong atau setengah bulat, terdiri
dari tonjolan I paling atas adalah arkus aorta, merupakan setengah bulatan yang kira-kira
sebesar ibu jari, berhubungan langsung dengan aorta desenden. Tonjolan II: disebabkan
oleh arteri pulmonal, pada umumnya lebih kecil, kadang-kadang sukar terlihat. Pada
sistolik jantung, tonjolan ini akanlebih nyata. Tonjolan III: disebabkan oleh aurikel atrium
kiri, biasanya tidak tampak kecuali jika ada pembesaran atrium kiri. Tonjolan IV :
dibentuk oleh dinding luar ventrikel kiri.
Pada batas kanan jantung juga terdapat 4 tonjolan, tonjolan I: disebabkan oleh vena
kava superior, merupakan pelebaran di sisi mediastinum. Tonjolan II: disebabkan oleh
aorta asenden, merupakan garis lurus mengarah ke atas menuju ke arkus aorta. Batas vena
kava dengan aorta asenden sukar ditetapkan tanpa aortogram. Tonjolan III : kadangkadang ada tonjolan kecil yang disebabkan oleh vena azygos. Tonjolan IV : tonjolan besar
adalah atrium kanan.
Stenosi mitral (MS) menyebabkan perubahan pada bentuk jantung dan perubahanperubahan pada pembuluh darah paru-paru sesuai beratnya MS dan kondisi
jantung.Konveksitas batas kiri jantung mengindikasikan bahwa stenosis menonjol.Pada
kebanyakan kasus terdapat dua kelainan yakni stenosis mitral dan insufisiensi mitral,
umumnya salah satunya menonjol.Ventrikel kiri juga sangat melebar ketika insufisiensi

mitral terlibat sangat signifikan.Tanda-tanda radiologis klasik dari pasien dengan MS


yaitu adanya kontur ganda (double contour) yang mengarah pada adanya pembesaran
atrium kiri, serta adanya garis-garis septum yang terlokalisasi.

C. Etiologi
Penyebab tersering dari stenosis mitral adalah endokarditis reumatik, akibat reaksi
yang progresif dari demam rematik oleh infeksi streptokokkus.Diperkirakan 90% stenosis
mitral didasarkan atas penyakit jantung rematik. Penyebab lainnya walaupun jarang yaitu
stenosis mitral kongenital, vegetasi dari systemic lupus eritematosus (SLE), deposit
amiloid, mucopolysaccharhidosis, rheumatoid arthritis (RA), Wipples disease, Fabry
disease, akibat obat fenfluramin/phentermin, serta kalsifikasi annulus maupun daun katup
pada usia lanjut akibat proses degeneratif. Stenosis katup mitral juga bisa merupakan
suatu kelainan bawaan.Bayi yang lahir dengan kelainan ini jarang bisa bertahan hidup
lebih dari 2 tahun, kecuali jika telah menjalani pembedahan.Miksoma (tumor jinak di
atrium kiri) atau bekuan darah dapat menyumbat aliran darah ketika melewati katup
mitral dan menyebabkan efek yang sama seperti stenosis katup mitral.
D. Patofisiologi
Pada keadaan normal area katup mitral mempunyai ukuran 4- 6 cm. Bila area
orifisum katup ini berkurang sampai 2cm, maka diperlukan upaya aktif atrium kiri
berupa peningkatan tekanan atrium kiri agar aliran transmitral yang normal tetap terjadi.
Stenisis mitral kritis terjadi bila pembukaan katub berkurang, hingga menjadi 1 cm. Pada
tahap ini dibutuhkan suatu tekanan atrium kiri sebesar 25 mmHg untuk mempertahankan
cardiac output yang normal.(swain 2005).
Gradien transmitral merupakan hall mark stenosis mitral selain luasnya area katup
mitral.walaupun Rahimtoola berpendapat bahwa gradien dapat terjadi akibat aliran besar
melalui katup normal ,atau aliran normal melalui katup sempit. Sebagai akibatnya
tekanan atrium kiri akan diteruskan ke v. Pulmonalis dan seterusnya mengakibatkan
kongestiparu serta keluhan sesak.( exertional dyspnea).
Derajat berat ringannya stenosis mitral, selain berdasarkan gradien transmitral, dapat
juga ditentukan oleh luasny area katup mitral, serta hubungan antara lamanya waktu

antara penutupan katup aorta dan kejadian opening snap . berdasarkan luasnya area katup
mitral dapat di lihat pada tabel dibawah ini:
Derajat stenosis

A20-OS interval

Area

gradien

Ringan

>110 msec

>1.5cm

< 5 mmHg

Sedang

80- 100 msec

>1 dan 1.5cm

5-10mmHg

Berat

<80msec

<1 cm

>10 mmHg

A2 OS; w Stenosis mitral terjadi karena adanya fibrosis dan fusi komisura katup
mitral pada waktu fase penyembuhan dema reumatik. Terbentuknya sekat jaringan ikat
tanpa pengapuran mengakibatkan lubang katup mitral pada waktu diastolik lebih kecil
dari normal. (Arief Mansjoer, dkk. 2000).
Strenosis mitral mengahalangi aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel selama fase
diastolik ventrikel. untuk mengisi ventrikel dengan adekuat dan mempertahankan curah
jantung, atrium kiri harus menghasilkan tekanan yang lebih besar untuk mendorong
darah melalui katup yang meyempit. Karena itu, selisih tekanan atau gradien tekanan
antara keuda ruang tersebut meningkat. Dalam keadaan normal selisih tekanan tersebut
minimal.
Otot atrium kiri mengalamai hipertrofi untuk meningkatkan kekuatan memompakan
darah. Makin lama peranan kontraksi atrium makin penting sebagai faktor pembantu
pengisian ventrikel. atrium kiri kini tidak lagi berfungsi mengalirkan darah ke ventrikel.
Dilatasi atrium terjadi oleh karena voluem atrium kiri meningkat karena ketidakmampuan
atrium untuk mengosongkan diri secara normal.
Peningkatan tekanan dan volume atrium kiri dipantulkan ke belakang ke dalam
pembuluh paru-paru. tekanan dalam vena pulmonalis dan kapiler meningkat. akibatnya
terjadi kongesti vena yang ringan sampai edema intertisial yang kadang-kadang disertai
transudasi dalam alveoli.
Pada akhirnya, tekanan arteri pulmonalis harus meningkat sebagai akibat dari
resistensi vena pulmonalis yang meninggi. Respons ini memastikan gradien tekana yang
memadai untuk mendorong darah melalui pembuluh darah paru-paru. Akan tetapi,

hipertensi pulmonalis meningkatkan resistensi ejeksi ventrikel kanan menuju arteria


pulmonalis. Ventrikel kanan memberi rspon terhadap peningkatan beban tekanan ini
dengan cara hipertrofi.
Pembuluh paru-paru mengalami perubahan anatomosis yang tampaknya bertujuan
melindungi kapiler paru-paru terhadap tekanan ventrikel kana dan aliran pulmonar yang
meniggi. terjadi perubahan struktur, yaitu hipertrofi tunika media dan penebalan intima
pada dinding arteria kecil dan arteriola. mekanisme yang memerankan respon anatomosis
ini masih belum diketahui dengan pasti. Perubahan-perubahan ini menyempitkan lumen
pembuluh, dan meningkatkan resistensi pembuluh paru. Konstriksi arteiolar ini
meningkatkan tekana arteri pulmonalis. tekanan pulmonar dapat menimgkatkan progresif
sampai setinggi tekanan sistemik. Ventrikel kanan tidak dapat memenuhi tugas sebagai
pompa tekanan tinggi untuk janggka waktu yang lama. karena itu, akhirnya ventrikel kana
tidak dapat berfungsi lagi sebagai pompa. Gagal ventrikel kanan dipantulan ke belakang
ke sirkulasi sistemik, menimbulkan kongesti pada vena sistemik dan edema perifer. Gagal
jantung kanan dapat disertai oleh regurgitasi fungsional katup trikuspid akibat
pembesaran ventrikel kanan.
Sesudah beberapa tahun, lsi stenosis mitralis akan memperkecil lubang katup. gejalagejala secara khas belum muncul sebelum lubang katup ini mengecil sampai sekitar 50%,
yaitu dari ukuran normal. pada keadaan dimana lubang katup sudah menyempit seperti
ini, maka tekanan atrium kiri akan naik untuk mempertahankan pengisian ventrikel dan
curah jantung; akibatnya, tekanan vena pulmonalis akan meningkat, menimbulkan
dispnea. Pada tahap awal biasanya dapat didengar bising jantung diastolik yang
merupakan petunjuk adanya katup abnormal melalui lubang katup yang menyempit.
(Lurraine M. Wilson, Sylvia A. Price. 1995).
Tanda dan Gejala
Kebanyakan penderita mitral stenosis bebas keluhan dan biasanya keluhan utama
berupa sesak napas dan dapat juga berupa fatigue.Pada stenosis mitral yang bermakna
dapat mengalami sesak pada aktifitas sehari-hari, paroksismal nokturnal dispnea,
ortopnea atau oedema paru.Aritmia atrial berupa fibrilasi atrium juga merupakan kejadian
yang sering terjadi pada stenosis mitral, yaitu 30-40%. Sering terjadi pada usia yang lebih
lanjut atau distensi atrium yang akan merubah sifat elektrofisiologi dari atrium kiri, dan
hal ini tidak berhubungan dengan derajat stenosis.

Manifestasi klinis dapat juga berupa komplikasi stenosis mitral seperti tromboemboli,
infektif endokarditis atau simtomatis karena kompresi akibat besarnya atrium kiri seperti
disfagia dan suara serak.
F

Pemeriksaan Diagnostik

1. Kateterisasi jantung : Gradien tekanan (pada distole) antara atrium kiri dan ventrikel kiri
melewati katup mitral, penurununan orivisium katup (1,2 cm), peninggian tekanan atrium
kiri, arteri pulmunal, dan ventrikel kanan ; penurunan curah jantung.
2. Ventrikulografi kiri : Digunakan untuk mendemontrasikan prolaps katup mitral.
3. ECG : Pembesaran atrium kiri ( P mitral berupa takik), hipertropi ventrikel kanan, fibrilasi
atrium kronis.
4. Sinar X dada : Pembesaran ventrikel kanan dan atrium kiri, peningkatan vaskular, tandatanda kongesti/edema pulmunal.
5. Ekokardiogram : Dua dimensi dan ekokardiografi doppler dapat memastikan masalah katup.
Pada stenosis mitral pembesaran atrium kiri, perubahan gerakan daun-daun katup.
G. Penatalaksanaan
Stenosis mitral merupakan kelainan mekanis, oleh karena itu obat-obatan hanya
bersifat suportif atau simtomatis terhadap gangguan fungsional jantung, atau pencegahan
terhadap infeksi.Beberapa obat-obatan seperti antibiotik golongan penisilin, eritromisin,
sefalosporin sering digunakan untuk demam rematik atau pencegahan endokardirtis.Obatobatan inotropik negatif seperti -blocker atau Ca-blocker, dapat memberi manfaat pada
pasien dengan irama sinus yang memberi keluhan pada saat frekuensi jantung meningkat
seperti pada latihan.
Fibrilasi atrium pada stenosis mitral muncul akibat hemodinamik yang bermakna
akibat hilangnya kontribusi atrium terhadap pengisian ventrikel serta frekuensi ventrikel
yang cepat.Pada keadaan ini pemakaian digitalis merupakan indikasi, dapat
dikombinasikan dengan penyekat beta atau antagonis kalsium. Antikoagulan warfarin

sebaiknya digunakan pada stenosis mitral dengan fibrilasi atrium atau irama sinus dengan
kecenderungan pembentukan trombus untuk mencegah fenomena tromboemboli

KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a.

Aktivitas/Istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, Pusing, rasa berdenyut, Dispnea karena kerja,
palpitasi, Gangguan tidur (Ortopnea, dispnea paroksimal nokturnal, nokturia,
keringat malam hari).
Tanda : Takikardi, gangguan pada TD, Pingsan karena kerja, Takipnea, dispnea

b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat kondisi pencetus, contoh demam reumatik, endokarditis bakterial
subakut, infeksi streptokokal; hipertensi, kondisi kongenital ( contoh
kerusakan atrial-septal, sindrom marfan), trauma dada, hipertensi
pulmonal.Riwayat murmur jantung, palpitasi, Serak, hemoptisis, Batuk,
dengan/tanpa produksi sputum.
Tanda : Nadi apikal : PMI kuat dan terletak di bawah dan ke kiri (IM)
Getaran : Getaran diastolik pada apek (SM)
Bunyi jantung : S1 keras, pembukaan yang keras (SM).
Penurunan atau tak ada S1, bunyi robekan luas, adanya S3, S4 (IM berat)
Kecepatan : Takikardi pada istirahat (SM).
Irama : Tak teratur, fibrilasi atrial (SM dan IM).
Bunyi rendah, murmur diastolik gaduh (SM)
DVJ : Mungkin ada pada adanya gagal ventrikel kanan (IA,SA,IM,IT,SM).
c.

Integritas Ego
Gejala : Tanda kecemasan, contoh gelisah, pucat, berkeringat, fokus menyempit,
gemetar.

d. Makanan/Cairan
Gejala : Disfagia (IM kronis), Perubahan berat badan, Penggunaan diuretik.

Tanda : Edema umum atau dependen.


Hepatomegali dan asites (SM,IM,IT)
Pernapasan payah dan bising dengan terdengar krekels dan mengi.
e.

Neurosensori
Gejala : Episode pusing/pingsan berkenaan dengan bahan kerja.

f.

Pernapasan
Gejala : Dispnea (kerja, ortopnea, paroksismal, noktural). Batuk menetap atau
noktural (sputum mungkin/tidak produktif)
Tanda : Takipnea, Bunyi napas adventisius (krekels dan mengi), Sputum banyak dan
bercak darah (edema pulmonal)
Gelisah/ketakutan (pada adanya edema pul monal)

g. Keamanan
Gejala : Proses infeksi/sepsis, kemoterapi radiasi.
Tanda : Adanya perawatan gigi (pembersihan, pengisian, dan sebagainya).
Perlu perawatan gigi/mulut.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang sering ditemukan pada pasien stenosis mitralis antara lain :
a.

Penurunan curah jantung b/d adanya hambatan aliran darah dari atrium kiri ke
ventrikel kiri, adanya takikardi ventrikel, pemendekan fase distolik

b.

Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan sirkulasi darah perifer; penghentian


aliran arteri-vena; penurunan aktifitas.

c.

Intoleran aktifitas b/d adanya penurunan curah jantung, kongestif pulmunal.

d. Resiko kelebihan volume cairan b/d adanya perpindahan tekanan pada kongestif
vena pulmonal; Penurunan perfusi organ (ginjal); peningaktan retensi
natrium/air; peningakatn tekanan hidrostatik atau penurunan protein plasma
(menyerap cairan dalam area interstitial/jaringan).
e.

Resiko kerusakan pertukaran gas b/d perubahan membran kapiler-alveolus


(perpindahan cairan ke dalam area interstitial/alveoli)

C. Rencana Keperawatan dan Rasional


a.

Penurunan curah jantung b/d adanya hambatan aliran darah dari atrium kiri ke
ventrikel kiri, adanya takikardi ventrikel, pemendekan fase distolik.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari, penurunan curah
jantung dapat diminimalkan.
Kriteria hasil : Vital sign dalam batas normal, Gambaran ECG normal, bebas gejala
gagal jantung, urine output adekuat 0,5-2 ml/kgBB, klien ikut serta dalam
aktifitas yang mengurangi beban kerja jantung.
Intervensi :
1. Kaji frekuensi nadi, RR, TD secara teratur setiap 4 jam.
R : Memonitor adanya perubahan sirkulasi jantung sedini mungkin.
2. Catat bunyi jantung.
R : Mengetahui adanya perubahan irama jantung.
3. Kaji perubahan warna kulit terhadap sianosis dan pucat.
R : Pucat menunjukkan adanya penurunan perfusi perifer terhadap tidak
adekuatnya curah jantung. Sianosis terjadi sebagai akibat adanya obstruksi aliran
darah pada ventrikel.
4. Pantau intake dan output setiap 24 jam.
R : Ginjal berespon untuk menurunkna curah jantung dengan menahan produksi
cairan dan natrium.
5. Batasi aktifitas secara adekuat.
R : Istirahat memadai diperlukan untuk memperbaiki efisiensi kontraksi jantung
dan menurunkan komsumsi O2 dan kerja berlebihan.
6. Berikan kondisi psikologis lingkungan yang tenang.
R : Stres emosi menghasilkan vasokontriksi yang meningkatkan TD dan
meningkatkan kerja jantung.

b.

Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan sirkulasi darah perifer; penghentian aliran
arteri-vena; penurunan aktifitas.

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari perfusi jaringan adekuat.
Kriteria hasil : vital sign dalam batas yang dapat diterima, intake output seimbang, akral
teraba hangat, sianosis (-), nadi perifer kuat, pasien sadar/terorientasi, tidak
ada oedem, bebas nyeri/ketidaknyamanan.
Intervensi :
1.

Monitor perubahan tiba-tiba atau gangguan mental kontinu (camas, bingung,


letargi, pinsan).
R : Perfusi serebral secara langsung berhubungan dengan curah jantung,
dipengaruhi oleh elektrolit/variasi asam basa, hipoksia atau emboli sistemik.

2. Observasi adanya pucat, sianosis, belang, kulit dingin/lembab, catat kekuatan nadi
perifer.
R : Vasokonstriksi sistemik diakibatkan oleh penurunan curah jantung mungkin
dibuktikan oleh penurunan perfusi kulit dan penurunan nadi.
3. Kaji tanda Homan (nyeri pada betis dengan posisi dorsofleksi), eritema, edema.
R : Indikator adanya trombosis vena dalam.
4. Dorong latihan kaki aktif/pasif.
R : Menurunkan stasis vena, meningkatkan aliran balik vena dan menurunkan
resiko tromboplebitis.
5. Pantau pernafasan.
R : Pompa jantung gagal dapat mencetuskan distres pernafasan. Namun dispnea
tiba-tiba/berlanjut menunjukkan komplikasi tromboemboli paru.
6.

Kaji fungsi GI, catat anoreksia, penurunan bising usus, mual/muntah, distensi
abdomen, konstipasi.
R : Penurunan aliran darah ke mesentrika dapat mengakibatkan disfungsi GI,
contoh kehilangan pristaltik.

7. Pantau masukan dan perubahan keluaran urine.


R : Penurunan pemasukan/mual terus-menerus dapat mengakibatkan penurunan
volume sirkulasi, yang berdampak negatif pada perfusi dan organ.
c.

Intoleran aktifitas b/d adanya penurunan curah jantung, kongestif pulmunal


Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari, klien dapat beraktifitas
sesuai batas toleransi yang dapat diukur.

Kriteria hasil: menunjukkan peningaktan dalam beraktifitas, dengan frekuensi


jantung/irama dan TD dalam batas normal, kulit hangat, merah muda dan
kering.
Intervensi :
1.

Kaji toleransi pasien terhadap aktifitas menggunakan parameter berikut: nadi


20/mnt di atas frek nadi istirahat, catat peningaktan TD, dispnea, nyeri dada,
kelelahan berat, kelemahan, berkeringat, pusing atau pinsan.
R : Parameter menunjukkan respon fisiologis pasien terhadap stres aktifitas dan
indikator derajat penagruh kelebihan kerja jnatung.

2. Tingkatkan istirahat dan batasi aktifitas.


R : Menghindari terjadinya takikardi dan pemendekan fase distole.
3. pengunjung atau kunjungan oleh pasien.
R : Pembicaraan yang panjang sangat mempengaruhi pasien, naum periode
kunjungan yang tenang bersifat terapeutik.
4.

Kaji

kesiapan

untuk

meningaktkan

aktifitas

contoh:

penurunan

kelemahan/kelelahan, TD stabil/frek nadi, peningaktan perhatian pada aktifitas


dan perawatan diri.
R : Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk menunjukkan tingkat aktifitas
individu.
5. Dorong memajukan aktifitas/toleransi perawatan diri.
R : Konsumsi oksigen miokardia selama berbagai aktifitas dapat meningkatkan
jumlah oksigen yang ada. Kemajuan aktifitas bertahap mencegah peningkatan
tiba-tiba pada kerja jantung.
6. Berikan bantuan sesuai kebutuhan (makan, mandi, berpakaian, eleminasi).
R : Teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan membantu
keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
7.

Anjurkan pasien menghindari peningkatan tekanan abdomen, mangejan saat


defekasi.
R

Aktifitas

yang

memerlukan

menahan nafas dan menunduk (manuver valsava) dapat mengakibatkan


bradikardia, menurunkan curah jantung, takikardia dengan peningaktan TD.

8. Jelaskan pola peningkatan bertahap dari aktifitas, contoh: posisi duduk ditempat
tidur bila tidak pusing dan tidak ada nyeri, bangun dari tempat tidur, belajar
berdiri dst.
R : Aktifitas yang maju memberikan kontrol jantung, meningaktkan regangan dan
mencegah aktifitas berlebihan.

d.

Resiko kelebihan volume cairan b/d adanya perpindahan tekanan pada kongestif vena
pulmonal, Penurunan perfusi organ (ginjal); peningaktan retensi natrium/air;
peningakatn tekanan hidrostatik atau penurunan protein plasma (menyerap cairan dalam
area interstitial/jaringan).
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari kelebihan volume cairan
tidak terjadi.
Kriteria hasil: balance cairan masuk dan keluar, vital sign dalam batas yang dapat
diterima, tanda-tanda edema tidak ada, suara nafas bersih.
Intervensi
1. Auskultasi bunyi nafas untuk adanya krekels.
R : Mengindikaiskan edema paru skunder akibat dekompensasi jantung.
2. Catat adanya DVJ, adanya edema dependen.
R : Dicurigai adanya gagal jantung kongestif.kelebihan volume cairan.
3.

Ukur masukan/keluaran, catat penurunan pengeluaran, sifat konsentrasi. Hitung


keseimbnagan cairan.
R : Penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan perfusi ginjal, retensi
cairan/Na, dan penurunan keluaran urine. Keseimbangan cairan positif berulang
pada adanya gejala lain menunjukkan klebihan volume/gagal jantung.

4. pemasukan total cairan 2000 cc/24 jam dalam toleransi kardiovaskuler.


R : Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang dewasa tetapi memerlukan
pembatasan pada adanya dekompensasi jantung.
5. Berikan diet rendah natrium/garam.
R : Na meningkatkan retensi cairan dan harus dibatasi.
6. Delegatif pemberian diiretik.
R : Mungkin perlu untuk memperbaiki kelebihan cairan.

e.

Resiko kerusakan pertukaran gas b/d perubahan membran kapiler-alveolus (perpindahan


cairan ke dalam area interstitial/alveoli).
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari pertukaran gas adekuat.
Kriteria hasil: sianosis tidak ada, edema tidak ada, vital sign dalam batas dapat diterima,
akral

hangat,

suara

nafas

bersih,

oksimetri

dalam

rentang

normal.

Intervensi
1. Auskultasi bunyi nafas, catat krekels, mengii.
R : Menyatakan adanya kongesti paru/pengumpulan sekret menunjukkan
kebutuhan untuk intervensi lanjut.
2. Anjurkan pasien batuk efektif, nafas dalam.
R : Membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran oksigen.
3. Dorong perubahan posisi sering.
R : Membantu mencegah atelektasis dan pneumonia.
4. Pertahankan posisi semifowler, sokong tangan dengan bantal.
R : Menurunkan komsumsi oksigen/kebutuhan dan meningkatkan ekspansi paru
maksimal.
5. Pantau GDA (kolaborasi tim medis), nadi oksimetri.
R : Hipoksemia dapat menjadi berat selama edema paru.
6. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
R

Meningkatkan

konsentrasi

oksigen

alveolar,

yang

dapat

memperbaiki/menurunkan hipoksemia jaringan.


7. Delegatif pemberian diuretik.
R : Menurunkan kongesti alveolar, meningkatkan pertukaran gas.
1. Penurunan curah jantung b/d adanya hambatan aliran darah dari atrium kiri ke
ventrikel kiri, adanya takikardi ventrikel, pemendekan fase distolik.
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari, penurunan curah
jantung dapat diminimalkan.
Kriteria hasil: Vital sign dalam batas normal, Gambaran ECG normal, bebas gejala
gagal jantung, urine output adekuat 0,5-2 ml/kgBB, klien ikut serta dalam aktifitas
yang mengurangi beban kerja jantung.
Rencana intervensi dan rasional:

INTERVENSI RASIONAL
Kaji frekuensi nadi, RR, TD secara teratur setiap 4 jam.
Catat bunyi jantung.
Kaji perubahan warna kulit terhadap sianosis dan pucat.

Pantau intake dan output setiap 24 jam.

Batasi aktifitas secara adekuat.

Berikan kondisi psikologis lingkungan yang tenang. Memonitor adanya


perubahan sirkulasi jantung sedini mungkin.
Mengetahui adanya perubahan irama jantung.
Pucat menunjukkan adanya penurunan perfusi perifer terhadap tidak adekuatnya
curah jantung. Sianosis terjadi sebagai akibat adanya obstruksi aliran darah pada
ventrikel.
Ginjal berespon untuk menurunkna curah jantung dengan menahan produksi
cairan dan natrium.
Istirahat memadai diperlukan untuk memperbaiki efisiensi kontraksi jantung dan
menurunkan komsumsi O2 dan kerja berlebihan.
Stres emosi menghasilkan vasokontriksi yang meningkatkan TD dan
meningkatkan kerja jantung.

2. Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan sirkulasi darah perifer; penghentian


aliran arteri-vena; penurunan aktifitas.
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari perfusi jaringan

adekuat.
Kriteria hasil: vital sign dalam batas yang dapat diterima, intake output seimbang,
akral teraba hangat, sianosis (-), nadi perifer kuat, pasien sadar/terorientasi, tidak
ada oedem, bebas nyeri/ketidaknyamanan.
Rencana intervensi dan rasional:
INTERVENSI RASIONAL
Monitor perubahan tiba-tiba atau gangguan mental kontinu (camas, bingung,
letargi, pinsan).
Observasi adanya pucat, sianosis, belang, kulit dingin/lembab, catat kekuatan
nadi perifer.
Kaji tanda Homan (nyeri pada betis dengan posisi dorsofleksi), eritema, edema.
Dorong latihan kaki aktif/pasif.

Pantau pernafasan.

Kaji fungsi GI, catat anoreksia, penurunan bising usus, mual/muntah, distensi
abdomen, konstipasi.
Pantau masukan dan perubahan keluaran urine.
Perfusi serebral secara langsung berhubungan dengan curah jantung, dipengaruhi
oleh elektrolit/variasi asam basa, hipoksia atau emboli sistemik.
Vasokonstriksi sistemik diakibatkan oleh penurunan curah jantung mungkin
dibuktikan oleh penurunan perfusi kulit dan penurunan nadi.
Indikator adanya trombosis vena dalam.
Menurunkan stasis vena, meningkatkan aliran balik vena dan menurunkan resiko
tromboplebitis.

Pompa jantung gagal dapat mencetuskan distres pernafasan. Namun dispnea


tiba-tiba/berlanjut menunjukkan komplikasi tromboemboli paru.
Penurunan aliran darah ke mesentrika dapat mengakibatkan disfungsi GI, contoh
kehilangan peristaltik.
Penurunan pemasukan/mual terus-menerus dapat mengakibatkan penurunan
volume sirkulasi, yang berdampak negatif pada perfusi dan organ.

3. Intoleran aktifitas b/d adanya penurunan curah jantung, kongestif pulmunal


Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari, klien dapat
beraktifitas sesuai batas toleransi yang dapat diukur.
Kriteria hasil: menunjukkan peningaktan dalam beraktifitas, dengan frekuensi
jantung/irama dan TD dalam batas normal, kulit hangat, merah muda dan kering.
Rencana intervensi dan rasional:
INTERVENSI RASIONAL
Kaji toleransi pasien terhadap aktifitas menggunakan parameter berikut: nadi
20/mnt di atas frek nadi istirahat, catat peningaktan TD, dispnea, nyeri dada,
kelelahan berat, kelemahan, berkeringat, pusing atau pinsan.
Tingkatkan istirahat dan batasi aktifitas.
Batasi pengunjung atau kunjungan oleh pasien.

Kaji kesiapan untuk meningaktkan aktifitas contoh: penurunan


kelemahan/kelelahan, TD stabil/frek nadi, peningaktan perhatian pada aktifitas
dan perawatan diri.
Dorong memajukan aktifitas/toleransi perawatan diri.

Berikan bantuan sesuai kebutuhan (makan, mandi, berpakaian, eleminasi).

Anjurkan pasien menghindari

peningkatan tekanan abdomen, mnegejan saat defekasi.

Jelaskan pola peningkatan bertahap dari aktifitas, contoh: posisi duduk ditempat
tidur bila tidak pusing dan tidak ada nyeri, bangun dari tempat tidur, belajar
berdiri dst.
Parameter menunjukkan respon fisiologis pasien terhadap stres aktifitas dan
indikator derajat penagruh kelebihan kerja jnatung.

Menghindari terjadinya takikardi dan pemendekan fase distole.


Pembicaraan yang panjang sangat mempengaruhi pasien, naum periode
kunjungan yang tenang bersifat terapeutik.
Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk menunjukkan tingkat aktifitas
individu.

Konsumsi oksigen miokardia selama berbagai aktifitas dapat meningkatkan


jumlah oksigen yang ada. Kemajuan aktifitas bertahap mencegah peningkatan
tiba-tiba pada kerja jantung.
Teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan membantu
keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
Aktifitas yang memerlukan

menahan nafas dan menunduk (manuver valsava) dapat mengakibatkan

bradikardia, menurunkan curah jantung, takikardia dengan peningaktan TD.


Aktifitas yang maju memberikan kontrol jantung, meningaktkan regangan dan
mencegah aktifitas berlebihan.

4. Resiko kelebihan volume cairan b/d adanya perpindahan tekanan pada


kongestif vena pulmonal, Penurunan perfusi organ (ginjal); peningaktan retensi
natrium/air; peningakatn tekanan hidrostatik atau penurunan protein plasma
(menyerap cairan dalam area interstitial/jaringan).
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari kelebihan volume
cairan tidak terjadi.
Kriteria hasil: balance cairan masuk dan keluar, vital sign dalam batas yang dapat
diterima, tanda-tanda edema tidak ada, suara nafas bersih.
Rencana intervensi dan rasional:
INTERVENSI RASIONAL
Auskultasi bunyi nafas untuk adanya krekels.
Catat adanya DVJ, adanya edema dependen.
Ukur masukan/keluaran, catat penurunan pengeluaran, sifat konsentrasi. Hitung
keseimbnagan cairan.

Pertahankan pemasukan total cairan 2000 cc/24 jam dalam toleransi


kardiovaskuler.
Berikan diet rendah natrium/garam.
Delegatif pemberian diiretik. Mengindikaiskan edema paru skunder akibat
dekompensasi jantung.
Dicurigai adanya gagal jantung kongestif.kelebihan volume cairan.
Penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan perfusi ginjal, retensi
cairan/Na, dan penurunan keluaran urine. Keseimbangan cairan positif berulang
pada adanya gejala lain menunjukkan klebihan volume/gagal jantung.

Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang dewasa tetapi memerlukan pembatasan


pada adanya dekompensasi jantung.
Na meningkatkan retensi cairan dan harus dibatasi.
Mungkin perlu untuk memperbaiki kelebihan cairan.
5. Resiko kerusakan pertukaran gas b/d perubahan membran kapiler-alveolus
(perpindahan cairan ke dalam area interstitial/alveoli).
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari pertukaran gas
adekuat.
Kriteria hasil: sianosis tidak ada, edema tidak ada, vital sign dalam batas dapat
diterima, akral hangat, suara nafas bersih, oksimetri dalam rentang normal.
Rencana intervensi dan rasional:
INTERVENSI RASIONAL
Auskultasi bunyi nafas, catat krekels, mengii.
Anjurkan pasien batuk efektif, nafas dalam.
Dorong perubahan posisi sering.
Pertahankan posisi semifowler, sokong tangan dengan bantal.
Pantau GDA (kolaborasi tim medis), nadi oksimetri.
Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
Delegatif pemberian diuretik. Menyatakan adanya kongesti paru/pengumpulan
sekret menunjukkan kebutuhan untuk intervensi lanjut.
Membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran oksigen.
Membtau mencegah atelektasis dan pneumonia.
Menurunkan komsumsi oksigen/kebutuhan dan meningkatkan ekspansi paru
maksimal.
Hipoksemia dapat menjadi berat selama edema paru.
Meningkatkan konsentrasi oksigen alveolar, yang dapat
memperbaiki/menurunkan hipoksemia jaringan.
Menurunkan kongesti alveolar, meningkatkan pertukaran gas.

.
a.

Rencana Intervensi dan Rasional


Penurunan curah jantung b/d adanya hambatan aliran darah dari atrium kiri ke

ventrikel kiri, adanya takikardi ventrikel, pemendekan fase distolik.


Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari, penurunan curah jantung dapat
diminimalkan.
Kriteria hasil: Vital sign dalam batas normal, Gambaran ECG normal, bebas gejala gagal
jantung, urine output adekuat 0,5-2 ml/kgBB, klien ikut serta dalam aktifitas yang
mengurangi beban kerja jantung.
Intervensi
Kaji frekuensi nadi, RR, TD secara teratur setiap 4 jam.
Catat bunyi jantung.
Kaji perubahan warna kulit terhadap sianosis dan pucat.
Pantau intake dan output setiap 24 jam.
Batasi aktifitas secara adekuat.
Berikan kondisi psikologis lingkungan yang tenang.
Rasional

Memonitor adanya perubahan sirkulasi jantung sedini mungkin.

Mengetahui adanya perubahan irama jantung.

Pucat menunjukkan adanya penurunan perfusi perifer terhadap tidak adekuatnya curah

jantung. Sianosis terjadi sebagai akibat adanya obstruksi aliran darah pada ventrikel.

Ginjal berespon untuk menurunkna curah jantung dengan menahan produksi cairan dan

natrium.

Istirahat memadai diperlukan untuk memperbaiki efisiensi kontraksi jantung dan

menurunkan komsumsi O2 dan kerja berlebihan.

Stres emosi menghasilkan vasokontriksi yang meningkatkan TD dan meningkatkan

kerja jantung.
b.

Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan sirkulasi darah perifer; penghentian aliran

arteri-vena; penurunan aktifitas.


Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari perfusi jaringan adekuat.
Kriteria hasil: vital sign dalam batas yang dapat diterima, intake output seimbang, akral teraba
hangat, sianosis (-), nadi perifer kuat, pasien sadar/terorientasi, tidak ada oedem, bebas
nyeri/ketidaknyamanan.
Intervensi
Monitor perubahan tiba-tiba atau gangguan mental kontinu (camas, bingung, letargi,
pinsan).
Observasi adanya pucat, sianosis, belang, kulit dingin/lembab, catat kekuatan nadi perifer.
Kaji tanda Homan (nyeri pada betis dengan posisi dorsofleksi), eritema, edema.
Dorong latihan kaki aktif/pasif.
Pantau pernafasan.
Kaji fungsi GI, catat anoreksia, penurunan bising usus, mual/muntah, distensi abdomen,
konstipasi.
Pantau masukan dan perubahan keluaran urine.
Rasional
Perfusi serebral secara langsung berhubungan dengan curah jantung, dipengaruhi oleh
elektrolit/variasi asam basa, hipoksia atau emboli sistemik.

Vasokonstriksi sistemik diakibatkan oleh penurunan curah jantung mungkin dibuktikan


oleh penurunan perfusi kulit dan penurunan nadi.
Indikator adanya trombosis vena dalam.
Menurunkan stasis vena, meningkatkan aliran balik vena dan menurunkan resiko
tromboplebitis.
Pompa jantung gagal dapat mencetuskan distres pernafasan. Namun dispnea tibatiba/berlanjut menunjukkan komplikasi tromboemboli paru.
Penurunan aliran darah ke mesentrika dapat mengakibatkan disfungsi GI, contoh
kehilangan peristaltik.
Penurunan pemasukan/mual terus-menerus dapat mengakibatkan penurunan volume
sirkulasi, yang berdampak negatif pada perfusi dan organ.
c.

Intoleran aktifitas b/d adanya penurunan curah jantung, kongestif pulmunal Tujuan:

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari, klien dapat beraktifitas sesuai batas
toleransi yang dapat diukur.
Kriteria hasil: menunjukkan peningaktan dalam beraktifitas, dengan frekuensi jantung/irama
dan TD dalam batas normal, kulit hangat, merah muda dan kering.
Intervensi
Kaji toleransi pasien terhadap aktifitas menggunakan parameter berikut: nadi 20/mnt di atas
frek nadi istirahat, catat peningaktan TD, dispnea, nyeri dada, kelelahan berat, kelemahan,
berkeringat, pusing atau pinsan.
Tingkatkan istirahat dan batasi aktifitas.
Batasi pengunjung atau kunjungan oleh pasien.
Kaji kesiapan untuk meningaktkan aktifitas contoh: penurunan kelemahan/kelelahan, TD
stabil/frek nadi, peningaktan perhatian pada aktifitas dan perawatan diri.

Dorong memajukan aktifitas/toleransi perawatan diri.


Berikan bantuan sesuai kebutuhan (makan, mandi, berpakaian, eleminasi).
Anjurkan pasien menghindari peningkatan tekanan abdomen, mangejan saat defekasi.
Jelaskan pola peningkatan bertahap dari aktifitas, contoh: posisi duduk ditempat tidur bila
tidak pusing dan tidak ada nyeri, bangun dari tempat tidur, belajar berdiri dst.
Rasional
Parameter menunjukkan respon fisiologis pasien terhadap stres aktifitas dan indikator
derajat penagruh kelebihan kerja jnatung.
Menghindari terjadinya takikardi dan pemendekan fase distole.

Pembicaraan yang panjang sangat mempengaruhi pasien, naum periode kunjungan yang

tenang bersifat terapeutik.


Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk menunjukkan tingkat aktifitas individu.
Konsumsi oksigen miokardia selama berbagai aktifitas dapat meningkatkan jumlah oksigen
yang ada. Kemajuan aktifitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung.
Teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan membantu keseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen.
Aktifitas yang memerlukan
menahan nafas dan menunduk (manuver valsava) dapat mengakibatkan bradikardia,
menurunkan curah jantung, takikardia dengan peningaktan TD.
Aktifitas yang maju memberikan kontrol jantung, meningaktkan regangan dan mencegah
aktifitas berlebihan.
d.

Resiko kelebihan volume cairan b/d adanya perpindahan tekanan pada kongestif vena

pulmonal, Penurunan perfusi organ (ginjal); peningaktan retensi natrium/air; peningakatn


tekanan hidrostatik atau penurunan protein plasma (menyerap cairan dalam area

interstitial/jaringan).
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari kelebihan volume cairan tidak
terjadi.
Kriteria hasil: balance cairan masuk dan keluar, vital sign dalam batas yang dapat diterima,
tanda-tanda edema tidak ada, suara nafas bersih.
Intervensi
Auskultasi bunyi nafas untuk adanya krekels.
Catat adanya DVJ, adanya edema dependen.
Ukur masukan/keluaran, catat penurunan pengeluaran, sifat konsentrasi. Hitung
keseimbnagan cairan.
Pertahankan pemasukan total cairan 2000 cc/24 jam dalam toleransi kardiovaskuler.
Berikan diet rendah natrium/garam.
Delegatif pemberian diiretik.
Rasional
Mengindikaiskan edema paru skunder akibat dekompensasi jantung.
Dicurigai adanya gagal jantung kongestif.kelebihan volume cairan.
Penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan perfusi ginjal, retensi cairan/Na, dan
penurunan keluaran urine. Keseimbangan cairan positif berulang pada adanya gejala lain
menunjukkan klebihan volume/gagal jantung.
Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang dewasa tetapi memerlukan pembatasan pada
adanya dekompensasi jantung.
Na meningkatkan retensi cairan dan harus dibatasi.

Mungkin perlu untuk memperbaiki kelebihan cairan.


e.

Resiko kerusakan pertukaran gas b/d perubahan membran kapiler-alveolus

(perpindahan cairan ke dalam area interstitial/alveoli).


Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari pertukaran gas adekuat.
Kriteria hasil: sianosis tidak ada, edema tidak ada, vital sign dalam batas dapat diterima, akral
hangat, suara nafas bersih, oksimetri dalam rentang normal.
Intervensi
Auskultasi bunyi nafas, catat krekels, mengii.
Anjurkan pasien batuk efektif, nafas dalam.
Dorong perubahan posisi sering.
Pertahankan posisi semifowler, sokong tangan dengan bantal.
Pantau GDA (kolaborasi tim medis), nadi oksimetri.
Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
Delegatif pemberian diuretik.
Rasional
Menyatakan adanya kongesti paru/pengumpulan sekret menunjukkan kebutuhan untuk
intervensi lanjut.
Membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran oksigen.
Membantu mencegah atelektasis dan pneumonia.
Menurunkan komsumsi oksigen/kebutuhan dan meningkatkan ekspansi paru maksimal.
Hipoksemia dapat menjadi berat selama edema paru.

Meningkatkan konsentrasi oksigen alveolar, yang dapat memperbaiki/menurunkan


hipoksemia jaringan.
Menurunkan kongesti alveolar, meningkatkan pertukaran gas.

1. Penurunan curah jantung b/d adanya hambatan aliran darah dari atrium kiri ke
ventrikel

kiri,

adanya

takikardi

ventrikel,

pemendekan

fase

distolik.

Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari, penurunan curah


jantung dapat diminimalkan.
Kriteria hasil: Vital sign dalam batas normal, Gambaran ECG normal, bebas gejala
gagal jantung, urine output adekuat 0,5-2 ml/kgBB, klien ikut serta dalam aktifitas
yang mengurangi beban kerja jantung.
Intervensi
1. Kaji frekuensi nadi, RR, TD secara teratur setiap 4 jam.
2. Catat bunyi jantung.
3. Kaji perubahan warna kulit terhadap sianosis dan pucat.
4. Pantau intake dan output setiap 24 jam.
5. Batasi aktifitas secara adekuat.
6. Berikan kondisi psikologis lingkungan yang tenang.
Rasional
1. Memonitor adanya perubahan sirkulasi jantung sedini mungkin.
2. Mengetahui adanya perubahan irama jantung.
3. Pucat menunjukkan adanya penurunan perfusi perifer terhadap tidak adekuatnya
curah jantung. Sianosis terjadi sebagai akibat adanya obstruksi aliran darah pada
ventrikel.
4.

Ginjal berespon untuk menurunkna curah jantung dengan menahan produksi


cairan dan natrium.

5. Istirahat memadai diperlukan untuk memperbaiki efisiensi kontraksi jantung dan


menurunkan komsumsi O2 dan kerja berlebihan.

6.

Stres emosi menghasilkan vasokontriksi yang meningkatkan TD dan


meningkatkan kerja jantung.

2.

Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan sirkulasi darah perifer; penghentian


aliran arteri-vena; penurunan aktifitas.
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari perfusi jaringan
adekuat.
Kriteria hasil: vital sign dalam batas yang dapat diterima, intake output seimbang,
akral teraba hangat, sianosis (-), nadi perifer kuat, pasien sadar/terorientasi, tidak ada
oedem, bebas nyeri/ketidaknyamanan.
Intervensi
1.

Monitor perubahan tiba-tiba atau gangguan mental kontinu (camas, bingung,


letargi, pinsan).

2.

Observasi adanya pucat, sianosis, belang, kulit dingin/lembab, catat kekuatan


nadi perifer.

3. Kaji tanda Homan (nyeri pada betis dengan posisi dorsofleksi), eritema, edema.
4. Dorong latihan kaki aktif/pasif.
5. Pantau pernafasan.
6.

Kaji fungsi GI, catat anoreksia, penurunan bising usus, mual/muntah, distensi
abdomen, konstipasi.

7. Pantau masukan dan perubahan keluaran urine.


Rasional
1.

Perfusi serebral secara langsung berhubungan dengan curah jantung,


dipengaruhi oleh elektrolit/variasi asam basa, hipoksia atau emboli sistemik.

2.

Vasokonstriksi sistemik diakibatkan oleh penurunan curah jantung mungkin


dibuktikan oleh penurunan perfusi kulit dan penurunan nadi.

3. Indikator adanya trombosis vena dalam.


4. Menurunkan stasis vena, meningkatkan aliran balik vena dan menurunkan resiko
tromboplebitis.
5.

Pompa jantung gagal dapat mencetuskan distres pernafasan. Namun dispnea


tiba-tiba/berlanjut menunjukkan komplikasi tromboemboli paru.

6. Penurunan aliran darah ke mesentrika dapat mengakibatkan disfungsi GI, contoh


kehilangan peristaltik.
7.

Penurunan pemasukan/mual terus-menerus dapat mengakibatkan penurunan


volume sirkulasi, yang berdampak negatif pada perfusi dan organ.

3. Intoleran aktifitas b/d adanya penurunan curah jantung, kongestif pulmunal


Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari, klien dapat beraktifitas
sesuai batas toleransi yang dapat diukur.
Kriteria hasil: menunjukkan peningaktan dalam beraktifitas, dengan frekuensi
jantung/irama dan TD dalam batas normal, kulit hangat, merah muda dan kering.
Intervensi
1.

Kaji toleransi pasien terhadap aktifitas menggunakan parameter berikut: nadi


20/mnt di atas frek nadi istirahat, catat peningaktan TD, dispnea, nyeri dada,
kelelahan berat, kelemahan, berkeringat, pusing atau pinsan.

2.

Tingkatkan istirahat dan batasi aktifitas.

3.

Pertahankan klien tirah baring selama sakit akut

4.

Tingkatkan klien duduk di kursi dan tinggikan kaki klien

5.

Pertahankan rentang gerak pasif selama sakit kritis

6.

Evaluasi tanda vital ketika kemajuan aktivitas terjadi

7.

Berikan waktu istirahat diantara waktu aktifitas

8.

Pertahankan pertambahan oksigen sesuai instruksi

9.

Berikan diet sesuai pesanan (pembatasan cairan dan natrium)

10. Batasi pengunjung atau kunjungan oleh pasien


11.

Kaji

kesiapan

untuk

meningaktkan

aktifitas

contoh:

penurunan

kelemahan/kelelahan, TD stabil/frek nadi, peningaktan perhatian pada aktifitas


dan perawatan diri.
12. Dorong memajukan aktifitas/toleransi perawatan diri.
13. Berikan bantuan sesuai kebutuhan (makan, mandi, berpakaian, eleminasi).
14. Anjurkan pasien menghindari peningkatan tekanan abdomen, mengejan saat
defekasi.
15. Jelaskan pola peningkatan bertahap dari aktifitas, contoh: posisi duduk ditempat
tidur bila tidak pusing dan tidak ada nyeri, bangun dari tempat tidur, belajar
berdiri dst.
Rasional
1.

Parameter menunjukkan respon fisiologis pasien terhadap stres aktifitas dan


indikator derajat pengaruh kelebihan kerja jantung. Selain itu juga respon klien
terhadap aktivitas dapat mengindikasikan penurunan oksigen miokardium.

2. Menghindari terjadinya takikardi dan pemendekan fase distole. Selain itu juga
menurunkan kerja miokardium/konsumsi oksigen.

3. Untuk mengurangi beban jantung


4. Untuk meningkatkan aliran balik vena
5. Meningkatkan kontraksi otot sehingga membantu aliran balik vena
6. Untuk mengetahui fungsi jantung, bila dikaitkan dengan aktifitas
7. Untuk mendapatkan cukup waktu resolusi bagi tubuh dan tidak terlalu memaksa
kerja jantung
8. Untuk meningkatkan oksigenasi jaringan
9.

Untuk mencegah retensi cairan dan edema akibat penurunan kontraktilitas


jantung

10. Pembicaraan yang panjang sangat mempengaruhi pasien, naum periode


kunjungan yang tenang bersifat terapeutik.
11. Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk menunjukkan tingkat aktifitas
individu.
12. Konsumsi oksigen miokardia selama berbagai aktifitas dapat meningkatkan
jumlah oksigen yang ada. Kemajuan aktifitas bertahap mencegah peningkatan
tiba-tiba pada kerja jantung.
13. Teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan membantu
keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
14. Aktifitas yang memerlukan menahan nafas dan menunduk (manuver valsava)
dapat mengakibatkan bradikardia, menurunkan curah jantung, takikardia dengan
peningaktan TD. Selain itu juga mengejan mengakibatkan kontraksi otot dan
vasokontriksi yang dapat meningkatkan preload, tahanan vaskular sistemis, dan
beban jantung.
15. Aktifitas yang maju memberikan kontrol jantung, meningaktkan regangan dan
mencegah aktifitas berlebihan.

Diagnosa keperawatan

1) Penurunan curah jantung b/d adanya hambatan aliran darah dari


atrium kiri ke ventrikel kiri.

2) Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan sirkulasi darah perifer

3)

Intoleran

aktifitas

b/d

adanya

penurunan

curah

jantung,

kongestif pulmunal.

4) Resiko kelebihan volume cairan b/d adanya perpindahan tekanan


pada kongestif vena pulmonal; Penurunan perfusi organ (ginjal);
peningaktan retensi natrium/air; peningakatn tekanan hidrostatik
atau penurunan protein plasma (menyerap cairan dalam area
interstitial/jaringan).

5)

Resiko kerusakan pertukaran gas b/d perubahan membran


kapiler-alveolus

(perpindahan

cairan

ke

dalam

area

interstitial/alveoli).

3.

1)

Perencanaan

Diagnose keperawatan :Penurunan curah jantung b/d adanya


hambatan aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri, adanya
takikardi ventrikel, pemendekan fase distolik.

Tujuan :Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari,


penurunan curah

jantung dapat diminimalkan.

Kriteria hasil: Vital sign dalam batas normal, Gambaran ECG


normal, bebas gejala gagal jantung, urine output adekuat 0,5-2
ml/kgBB, klien ikut serta dalam aktifitas yang mengurangi beban
kerja jantung.

Intervensi

Rasional

a.

Kaji frekuensi nadi, RR, TD secara teratur


setiap 4 jam.

b. Catat bunyi jantung.


c.

Kaji perubahan warna kulit terhadap


sianosis dan pucat.

d. Pantau intake dan output setiap 24 jam.


e.
f.

Batasi aktifitas secara adekuat.


Berikan kondisi psikologis lingkungan

yang tenang.

a.

Memonitor adanya perubahan sirkulasi


jantung sedini mungkin.

b.

Mengetahui adanya perubahan irama


jantung.

c.

Pucat menunjukkan adanya penurunan


perfusi perifer terhadap tidak adekuatnya
curah jantung. Sianosis terjadi sebagai
akibat adanya obstruksi aliran darah pada
ventrikel.

d.

Ginjal berespon untuk menurunkna curah


jantung dengan menahan produksi cairan
dan natrium.

e.

Istirahat

memadai

diperlukan

untuk

memperbaiki efisiensi kontraksi jantung


dan menurunkan komsumsi O2 dan kerja
berlebihan.
f.

Stres emosi menghasilkan vasokontriksi


yang meningkatkan TD dan meningkatkan
kerja jantung.

2)

Diagnose

keperawatan

:Gangguan

perfusi

jaringan

b/d

penurunan sirkulasi darah perifer; penghentian aliran arteri-vena;


penurunan aktifitas.

Tujuan :Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari


perfusi

jaringan

adekuat.

Kriteria hasil: vital sign dalam batas yang dapat diterima, intake
output seimbang, akral teraba hangat, sianosis (-), nadi perifer
kuat,

pasien

sadar/terorientasi,

nyeri/ketidaknyamanan

Intervensi

Rasional

Monitor perubahan tiba-tiba


atau gangguan mental kontinu
(camas,

bingung,

letargi,

pinsan).

Perfusi serebral secara langsung


berhubungan dengan curah jantung,
dipengaruhi oleh elektrolit/variasi
asam basa, hipoksia atau emboli
sistemik.

tidak

adaoedem,

bebas

Observasi adanya pucat,


sianosis, belang, kulit
dingin/lembab, catat kekuatan
nadi perifer.

Vasokonstriksi sistemik diakibatkan


oleh penurunan curah jantung
mungkin dibuktikan oleh penurunan
perfusi kulit dan penurunan nadi

Kaji tanda Homan (nyeri pada


betis dengan posisi
dorsofleksi), eritema, edema

Indikator adanya trombosis vena


dalam

Dorong latihan kaki


aktif/pasif.

Menurunkan stasis vena,


meningkatkan aliran balik vena dan
menurunkan resiko tromboplebitis

Pantau pernafasan.

Pompa jantung gagal dapat


mencetuskan distres pernafasan.
Namun dispnea tiba-tiba/berlanjut
menunjukkan komplikasi
tromboemboli paru

Kaji fungsi GI, catat


anoreksia, penurunan bising
usus, mual/muntah, distensi
abdomen, konstipasi.

Penurunan aliran darah ke


mesentrika dapat mengakibatkan
disfungsi GI, contoh kehilangan
peristaltic

Pantau masukan dan

perubahan keluaran urine.

Penurunan pemasukan/mual terusmenerus dapat mengakibatkan


penurunan volume sirkulasi, yang
berdampak negatif pada perfusi dan
organ

3)

Diagnose

keperawatan

Intoleran

aktifitas

b/d

adanya

penurunan curah jantung, kongestif pulmunal

Tujuan :Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari,


klien dapat beraktifitas sesuai batas toleransi yang dapat diukur.

Kriteria

hasil:

menunjukkan

peningaktan

dalam

beraktifitas,

dengan frekuensi jantung/irama dan TD dalam batas normal, kulit


hangat, merah muda dan kering.

Intervensi

Rasional

a.

Kaji toleransi pasien terhadap aktifitas


menggunakan

parameter

berikut:

nadi

20/mnt di atas frek nadi istirahat, catat


peningaktan TD, dispnea, nyeri dada,
kelelahan berat, kelemahan, berkeringat,
pusing atau pinsan.
b.

Tingkatkan istirahat dan batasi aktifitas.

c.

Pertahankan klien tirah baring selama sakit


akut

d.

Tingkatkan klien duduk di kursi dan


tinggikan kaki klien

e.

Pertahankan rentang gerak pasif selama


sakit kritis

f.

Evaluasi tanda vital ketika kemajuan


aktivitas terjadi

g.

Berikan waktu istirahat diantara waktu


aktifitas

h.

Pertahankan pertambahan oksigen sesuai


instruksi

i.

Berikan diet sesuai pesanan (pembatasan


cairan dan natrium)

j.

Batasi pengunjung atau kunjungan oleh


pasien

k.

Kaji kesiapan untuk meningaktkan aktifitas


contoh: penurunan kelemahan/kelelahan,
TD stabil/frek nadi, peningaktan perhatian

pada aktifitas dan perawatan diri.


l.

Dorong memajukan aktifitas/toleransi


perawatan diri.

m.

Berikan bantuan sesuai kebutuhan (makan,


mandi, berpakaian, eleminasi).

n.

Anjurkan pasien menghindari peningkatan


tekanan abdomen, mengejan saat defekasi.

o.

Jelaskan pola peningkatan bertahap dari


aktifitas, contoh: posisi duduk ditempat
tidur bila tidak pusing dan tidak ada nyeri,
bangun dari tempat tidur, belajar berdiri
dst.

a.

Parameter menunjukkan respon fisiologis


pasien terhadap stres aktifitas dan indikator
derajat pengaruh kelebihan kerja jantung.
Selain itu juga respon klien terhadap
aktivitas dapat mengindikasikan penurunan
oksigen miokardium.

b.

Menghindari terjadinya takikardi dan


pemendekan fase distole. Selain itu juga
menurunkan kerja miokardium/konsumsi
oksigen.

c.

Untuk mengurangi beban jantung

d. Untuk meningkatkan aliran balik vena


e.

Meningkatkan kontraksi otot sehingga


membantu aliran balik vena

f.

Untuk mengetahui fungsi jantung, bila

dikaitkan dengan aktifitas


g.

Untuk mendapatkan cukup waktu resolusi


bagi tubuh dan tidak terlalu memaksa kerja
jantung

h. Untuk meningkatkan oksigenasi jaringan


i.

Untuk mencegah retensi cairan dan edema


akibat penurunan kontraktilitas jantung

j.

Pembicaraan
mempengaruhi

yang

panjang

sangat

pasien,

naum

periode

kunjungan yang tenang bersifat terapeutik.


k.

Stabilitas fisiologis pada istirahat penting


untuk

menunjukkan

tingkat

aktifitas

individu.
l.

Konsumsi oksigen miokardia selama


berbagai

aktifitas

dapat meningkatkan

jumlah oksigen yang ada. Kemajuan


aktifitas bertahap mencegah peningkatan
tiba-tiba pada kerja jantung.
m. Teknik penghematan energi menurunkan
penggunaan

energi

keseimbangan

suplai

oksigen.Aktifitas

dan

membantu

dan

kebutuhan

yang

memerlukan

menahan nafas dan menunduk (manuver


valsava) dapat mengakibatkan bradikardia,
menurunkan

curah jantung,

takikardia

dengan peningaktan TD. Selain itu juga


mengejan mengakibatkan kontraksi otot
dan

vasokontriksi

yang

dapat

meningkatkan preload, tahanan vaskular


sistemis, dan beban jantung.
n.

Aktifitas yang maju memberikan kontrol

jantung,

meningaktkan

regangan

dan

mencegah aktifitas berlebihan.

4)

Diagnose keperawatan :Resiko kelebihan volume cairan b/d


adanya perpindahan tekanan pada kongestif vena pulmonal;
Penurunan

perfusi

organ

(ginjal);

peningaktan

retensi

natrium/air; peningakatn tekanan hidrostatik atau penurunan


protein plasma (menyerap cairan dalam area interstitial/jaringan).

Tujuan :Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari


kelebihan volume cairan tidak terjadi.

Kriteria hasil: balance cairan masuk dan keluar, vital sign dalam
batas yang dapat diterima, tanda-tanda edema tidak ada, suara
nafas bersih.

Intervensi

Rasioanal

Pantau masukan dan pengeluaran, catat keseimbangan cairan (positif atau


negative), timbang berat badan tiap hari.

Penting pada pengkajian jantung dan fungsi ginjal dan keefektifan terapi
deuritik. Keseimbangan cairan positif berlanjut (pemasukan lebih besar dari
pengeluaran) dab berat badan meningkat menunjukkan makin buruknya gagal
jantung

Auskultasi bunyi nafas dan jantung.

Tambahan bunyi nafas(crackels) dapat menunjukkan timbulnya edema paru


akut atau GJK kronik. Terdengarnya S3 adalah salah satu temuan klinik
pertama sehubungan dengan dekompensasi. Ini mungkin sementara (gagal
paru kongestif akut) atau permanen (gagal jantung luas atau kronis
sehubungan penyakit katub berat)

Pantau Tekanan Darah

Hipertensi umum sebagai akibat gangguan katup. Namun peninggian tekanan


darah di atas normal dapat menunjukan kelebihan cairan.

Jelaskan tujuan pembatasan cairan/natrium pada pasien/ orang terdekat.


Libatkan dalam rencana jadwal pemasukan/pilihan diet yang tepat.

Dapat meninggkatkan kerjasama pasien. Memberikan beberapa rasa control


dalam menghadapi upaya pembatasan.

Kolaborasi :

1. Berikan deuritik, contoh flurosemig (Lazix), asam etakrinik (edekrin)


sesuai indikasi

Menghambat reabsorbsi natrium atau klorida yang meningkatkan ekskresi


cairan dan menurunkan kelebihan cairan total tubuh dan edema paru.

2. Batasi cairan sesuai indikasi (oral dan intravena)

Dapat diperlukan untuk menurunkan volume cairan ekstrasel atau edema.

2. Berikan batasan diet natrium sesuai indikasi

Menurunkan retensi cairan.

5)

Diagnose keperawatan :Resiko kerusakan pertukaran gas b/d


perubahan membran kapiler-alveolus (perpindahan cairan ke
dalam area interstitial/alveoli).

Tujuan :Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari


pertukaran gas adekuat.

Kriteria hasil: sianosis tidak ada, edema tidak ada, vital sign
dalam batas dapat diterima, akral hangat, suara nafas bersih,
oksimetri dalam rentang normal.

Intervensi

Rasional

a.

Auskultasi bunyi

nafas,

catat

krekels,

mengii.
b.

Anjurkan pasien batuk


efektif, nafas dalam.

c.

Dorong perubahan posisi


sering.

d.

Pertahankan
semifowler,

posisi
sokong

tangan dengan bantal.


e.

Pantau GDA (kolaborasi


tim

medis),

nadi

oksimetri.
f.

Berikan

oksigen

tambahan sesuai indikasi.

g.

Delegatif

pemberian

diuretik.

a.

Menyatakan
paru/pengumpulan

adanya
sekret

kongesti
menunjukkan

kebutuhan untuk intervensi lanjut.


b.

Membersihkan

jalan

nafas

dan

memudahkan aliran oksigen.


c.

Membantu mencegah atelektasis dan


pneumonia.

d. Menurunkan komsumsi oksigen/kebutuhan


dan meningkatkan ekspansi paru maksimal.
e.

Hipoksemia dapat menjadi berat selama


edema paru.

f.

Meningkatkan konsentrasi oksigen pada


bagian paru yaitu pada bagian alveolar,
yang

dapat

memperbaiki/menurunkan

hipoksemia jaringan.
g.

Menurunkan

kongesti

meningkatkan pertukaran gas.

4.

Implementasi

alveolar,

Pelaksanaan

keperawatan

merupakan

kegiatan

yang

dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.Selama


pelaksanaan

kegiatan

dapat

bersifat

mandiri

dan

kolaboratif.Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan


dimonitor kemajuan kesehatan klien.

5.

Evaluasi

Hasil yang diharapkan adalah sebagai berikut :

1.

Vital sign dalam batas normal, Gambaran ECG normal, bebas


gejala gagal jantung, urine output adekuat 0,5-2 ml/kgBB, klien
ikut serta dalam aktifitas yang mengurangi beban kerja jantung.

2.

vital sign dalam batas yang dapat diterima, intake output


seimbang, akral teraba hangat, sianosis (-), nadi perifer kuat,
pasien

sadar/terorientasi,

tidak

ada

oedem,

bebas

nyeri/ketidaknyamanan

3.

Menunjukkan peningaktan dalam beraktifitas, dengan frekuensi


jantung/irama dan TD dalam batas normal, kulit hangat, merah
muda dan kering.

4.

Balance cairan masuk dan keluar, vital sign dalam batas yang
dapat diterima, tanda-tanda edema tidak ada, suara nafas bersih.

5.

Sianosis tidak ada, edema tidak ada, vital sign dalam batas
dapat diterima, akral hangat, suara nafas bersih, oksimetri dalam
rentang normal.

jaringan.
K. Rencana Keperawatan
N

Diagnosa

Tujuan dan kriteria Intervensi

o
1

keperawatan
Penurunan

hasil
Setelah

curah

dilakukan 1. Kaji dan laporkan


tanda

keperawatan

dengan

selama 3 X 24 jam

ketidakmampua

penurunan

curah

n ventrikel kiri jantung

2.

curah jantung.
Catat
bunyi

3.

jantung.
Palpasi

nadi

dapat

perifer.
dan 4.
Awasi

teratasi

memompa

menunjukan tanda

pengeluaran urine,

darah.

vital dalam batas

catat pengeluaran,

yang dapat diterima

dan

(disritmia
terkontrol

atau
gagal

7.

harus

aliran darah ke dalam

dapat
menunjukan/inkompe
3.

tensi stenosis mitral.


Penurunan curah

atau

klien

menunjukan

didudukan dikursi.
Kaji perubahan

menurunnya

sensorik,

contoh

letargi,

cemas

dan

kerja

psikologi dengan

120/80mmHg, nadi

sebagai

jantung

depresi.
Berikan istirahat

dalam batas normal

dihasilkan

tempat

mengurangi beban 8.
darah

umum ( S3 dan S4)

dinaikan 20-30 cm

pada

penurunan episode

tekanan

pompa, irama gallop

baring yang ideal.

melaporkan

jantung,

kerja

murmur

output

aktivitas

menurunnya

distensi,

batas

dalam

karena

baring optimal.
6. Atur posisi tirah

tidur

berperan

lemah

kepekatan

Kepala

dispnea,

jam.
2. S1 dan S2 mungkin

yang

hemodinamika

urine adekuat )
Kriteria: klien akan

MI yang lebih dari 24

serambi

parameter

normal,

dengan

tirah

misalnya

dalam

morbiditas

sehubungan

adanya

dengan

Kejadian mortalitas
dan

urine.
5. Istirahatkan klien

hilang dan bebas


gejala

1.

penurunan

untuk

jantung

TTD/nam
a

jantung tindakan

berhubungan

Rasionalisasi

lingkungan

yang

tenang.
9. Berikan oksigen

dapat

radial,

nadi
popliteal,

dorsalis

pedis

postibial.

dan
Nadi

mungkin cepat hilang


atau

tidak

teratur

untuk di palpasi dan


pulsus

alteran

( denyut kuat lain


dengan

denyut

80x/menit,

yidak

tambahan dengan

terjadi aritmia dan

nasal

irama

kanul/masker

jantung

teratur, CRT kurang


dari 3 detik.

sesuai

lemah) mungkin ada.


4.
Ginjal berespon
untuk

curah jantung dengan

dengan

menahan cairan dan

indikasi.
10.
Kolaborasi
pemberian

natrium, pengeluaran

diet

urine

jantung.
11. Hindari manuver
dinamik

berjongkok waktu
dan

ke

tetapi

jaringan

jumlah total sesuai


dengan

indikasi.

Hindari

cairan

garam.
14. Pantau seri EKG
perubahan

meningkat
malam

hari
cairan
ke

sirkulasi bila pasien


5.

pembatasan

foto dada.

cairan

berpindah

diuretik,

captopril).
13. Pemberian cairan

dan

perpindahan

sehingga

obat

vasodilator,

IV,

karena

pada

ngepalkan tangan.
12. Kolaborasi untuk
(

hari

dapat

mengepal-

pemberian

biasanya

menurun selama tiga

seperti

BAB

menurunkan

tidur.
Istirahat

akan

mengurangi

kerja

jantung,
meningkatkan tenaga
cadangan
dan

jantung,

menurunkan

tekanan

darah.

Lamanya
juga

berbaring
merangsang

diuresis
berbaring

karena
akan

memperbaiki perfusi
ginjal. Istirahat juga
mengurangi

kerja

otot pernafasan dan


penggunaan oksigen.
Frekuensi

jantung

menurun, yang akan


memperpanjang
periode

diastole

pemulihan sehingga
memperbaiki
efisiensi

kontraksi

jantung.
6. Posisi tersebut pada
pasien

penurunan

curah

jantung

berfungsi

Untuk

mengurangi kesulitan
bernapas

dan

mengurangi

jumlah

darah yang kembali


kejantung,
dapat
7.

mengurangi

kongesti paru.
Dapat menunjukkan
tidak

8.

sehingga

adekuatnya

perfusi

serebral

sekunder

terhadap

penurunan

curah

jantung.
Stress

emosi

menghasilkan
vasokonstriksi
terkait

yang
dan

meningkatkan
tekanan darah dan
frekuensi/kerja
9.

jantung.
meningkatkan
sediaan
untuk

oksigen
kebutuhan

miokardio

dalam

melawan
10.

efek

hipoksia/iskemia.
Mengatur
diet,
sehingga kerja dan
ketegangan
jantung

otot
minimal.

Status

nutrisi

terpelihara

sesuai

dengan
pola

selera

makan

dan
klien.

Pembatasan natrium
ditujukan

untuk

mencegah,mengatur
atau

mengurangi

edema,seperti

pada

hipertensi atau gagal


jantung.
11.

Berjongkok
meningkatkan aliran
balik

vena

dan

resisten

arteri

sistemik.

Secara

simultan
menyebabkan
kenaikan

volume

sekuncup(stroke
volume) dan tekanan
arterial.

Peregangan

ventrikel

kiri

bertambah sehingga
akan

meningkatkan

beban kerja jantung


12.

secara simultan.
Banyaknya obat

dapat

digunakan

untuk meningkatkan
volume
sekuncup,memperbai
ki kontraktilitas dan
menurunkan
kongesti.
13. Oleh karena adanya
peningkatan tekanan
ventrikel

kiri,pasien

tidak

dapat

menoleransi
peningkatan volume
cairan
(preload),pasien juga
mengeluarkan sedikit
natrium

yang

menyebabkan retensi
cairan

dan

meningkatkan

kerja

miokard.
14. Depresi segmen ST
dan

datarnya

gelombang T dapat
terjadi

karena

peningkatan
kebutuhan
Foto

oksigen.

dada

dapat

menunjukkan
pembesaran jantung
dan
2

Pola nafas tidak Tujuan:


efektif

waktu

dalam
3x24

jam

1.

Auskultasi

bunyi nafas
2.
Kaji adanya

perubahan

kongesti pulmonal
1. Indikasi edema paru
sekunder

akibat

berhubungan

tidak

dengan

perubahan

perembesan

terjadi
pola

nafas,criteria hasil:

edema
3. Ukur intake dan
output
4. Timbang berat

cairan, kongesti klien tidak sesak


paru

akibat nafas, RR dalam

sekunder

dari batas

normal(16-

5.

pemasukan total

20x/mnt),respon

cairan

membran

batuk berkurang

ml/24 jam dalam

alveoli

dan

retensi

cairan
interstitial.

2.

badan
Pertahankan

perubahan
kapiler

dekompensasi

3.

2000

kelbihan

volume

cairan
Penurunan

curah

perfusi

ginjal,retensi
natriumatau air, dan
penurunan
pengeluaran urine.
4. Perubahan tiba-tiba
dari

diuretic
8.
Kolaborasi

berat

badan

menunjukkan

dalam
laboratorium

atau

gangguan

dalam pemberian

pemantauan data

congestif

mengakibatkan

kardiovaskular
6.
Kolaborasi

dalam pemberian

gagal

jantung

toleransi

diet tanpa garam


7.
Kolaborasi

jantung
Curiga

gangguan
keseimbangan cairan
5.
Memenuhi
kebutuhan

elektrolit kalium

cairan

tubuh orang dewasa,


tetapi

memerlukan

pembatasan

dengan

adanya dekompensasi
jantung.
6.

Natrium
meningkatkan retensi
cairan

dan

meningkatkan
volume plasma yang
berdampak terhadap
peningkatan
kerja
akan

beban

jantung

dan

membuat

kebutuhan
miokardium
7.

meningkat.
Diuretik bertujuan
untuk

menurunkan

volume plasma dan


menurunkan
cairan

di

retensi
jaringan

sehingga

8.

menurunkan

resiko

terjadinya

edema

paru.
Hipokalemia dapat
membatasi

Gangguan

Tujuan

aktifitas

aktivitas sehari- sehari-hari

klien

1.

Catat frekuensi
dan

hari

dapat terpenuhi dan

jantung

berhubungan

meningkatnya

perubahan

dengan

kemampuan

tekanan

penurunan

beraktifitas.Keriteri

selama

curah

jantung a

ke jaringan.

hasil:

Klien

menunjukan
tanpa

gejala-gejala yang
berat

terutama

mobilisasi ditempat
tidur.

irama

terhadap

serta

aktivitas

dapat
mengindikasikan

darah

penurunan

dan
2.

sesudah

istirahat,

batasi

aktifitas

dan

3.

menurunkan

tekanan
abdomen.
4.
Jelaskan pola

curah

jantung dan takikardi

tidak berat.
3.
Anjurkan
peningkatan

oksigen
Dengan mengejan
bradikardi,

yang

menghindari

miokard
Menurunkan kerja

dapat mengakibatkan

berikan aktifitas
senggang

oksigen

miokard/konsumsi

beraktifitas.
2.
Tingkatkan

kemampuan
beraktifitas

keefektifan terapi.
1.
Respon
klien

4.

serta penikatan TD
Aktivitas yang maju
memberikan control
jantung, menigkatkan
ragangan,

dan

mencegah

aktivitas

peningkatan
bertahap

dari

tingkat aktifitas.
5.
pertahankan
Klien

tirah

berlebihan
5. Untuk mengurangi
beban jantung
6. Untuk menigkatkan
7.

baring sementara
6.

7.

duduk

dikursi

dan

tinggikan

kaki

klien.
Pertahankan
rentang

gerak

pasif
8.

selama

sakit kritis.
Evaluasi tanda
vital

saat

kemajuan
9.

akktifitas terjadi.
Berikan waktu
istirahat diantara

10.

kontraksi

sakit akut.
Tingkatkan
Klien

waktu aktifitas.
Pertahankan
penambahan O2

sesuai instruksi.
11. Selama aktifitas
kaji

EKG

dipsnea,sianosis,
kerja

dan

frekuensi
serta

nafas
keluhan

subjektif.
12. Berikan

diet

sesuai kebutuhan
13.
Rujuk
keprogram

venous return
Menigkatkan
otot

sehingga membantu
8.

venous return
Untuk mengetahui
fungsi jantung bila di
kaitkan

9.

dengan

aktivitas
Untuk mendapatkan
cukup waktu resolusi
bagi tubuh dan tidak
terlalu

memaksa

kerja jantung
10. Untuk meningkatkan
oksigenasi jaringan
11. Melihat dampak dari
aktivitas

terhadap

fungsi jantung
12. Untuk mencegah
retensi

cairan

edema

dan
akibat

penurunan
kontraktilitas jantung
13.
Meningkatkan
jumlah oksigen yang
ada untuk pemakaian
miokardium
sekaligus
mengurangi ketidak
nyamanan
iskemia

karena

rehabilitasi
jantung.

Vous aimerez peut-être aussi