Vous êtes sur la page 1sur 19

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker paru (Ca Paru) merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada pria
dan wanita. Kanker paru ini meningkat dengan angka yang lebih besar pada wanita
dibandingkan pada pria dan sekarang melebihi kanker payudara sebagai penyebab paling umum
kematian akibat kanker pada wanita. Menurut hasil penelitian, hampir 70% pasien kanker paru
mengalami penyebaran ketempat limfatik regional dan tempat lain pada saat didiagnosis.
Beberapa bukti menunjukkan bahwa karsinoma cenderung untuk timbul di tempat jaringan
perut sebelumnya (tuberculosis fibrosis ) di dalam paru . Kanker paru mengacu pada lapisan
epithelium saluran napas. Kanker paru dapat timbul dimana saja di paru dan kebanyakan kasus
kanker paru dapat dicegah jika kebiasaan merokok dihilangkan. Selama 50 tahun terakhir
terdapat suatu peningkatan insidensi paru - paru yang mengejutkan. America Cancer Society
memperkirakan bahwa terdapat

1.500.000 kasus baru dalam tahun 1987 dan 136.000

meningggal. Prevalensi kanker paru di negara maju sangat tinggi, di USA tahun 1993
dilaporkan 173.000/tahun, di Inggris 40.000/tahun, sedangkan di Indonesia menduduki
peringkat 4 kanker terbanyak. Di RS Kanker Dharmais Jakarta tahun 1998 tumor paru
menduduki urutan ke 3 sesudah kanker payudara dan leher rahim. Namun, karena sistem
pencatatan kita yang belum baik, prevalensi pastinya belum diketahui tetapi klinik tumor dan
paru di rumah sakit merasakan benar peningkatannya. Sebagian besar kanker paru mengenai
pria (65 %), life time risk 1:13 dan pada wanita 1:20.
Perawat sebagai tenaga kesehatan harus mampu memberikan asuhan keperawatan yang
efektif dan mampu ikut serta dalam upaya penurunan angka insiden kanker paru melalui upaya
preventif, promotor, kuratif dan rehabilitatif. Berdasarkan pemaparan diatas, kelompok tertarik
membahas Asuhan Keperawatan pada Tn.M dengan Kanker Paru stadium IV.

B. Tujuan
a. Mahasiswa mampu untuk memahami pengertian, etiologi, klasifikasi, stadium,
pathway, patofisiologi, pemeriksaan diagnostik , penatalaksanaan.
b. Mahasiswa mampu untuk memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan kanker
paru.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan pada klien dengan Ca paru.
b. Mahasiswa mampu menjelaskan kembali tentang penyakit paru.
2. Bagi Pasien
a. Pasien mengetahui tentang penyakit Ca paru .
b. Pasien mengetahui tentang penanganan Ca paru .

BAB 2
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Medik


1. Defenisi
Tumor paru merupakan keganasan pada jaringan paru (price, patofisiologi,

1995).

Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel-sel yang mengalami proliferasi dalam
paru ( underwood, patologi, 2000 ).
Kanker paru adalah pertumbuhan sel-sel kanker yang tidak dapat terkendali dalam
jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan terutama
asap rokok (Ilmu Penyakit Dalam, 2001).
2. Etiologi
a. Merokok Merupakan penyebab utama Ca paru. Suatu hubungan statistik yang
defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh batang sehari) dari
kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai kecenderung
sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang perokok berat
yang sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaannya akan kembali ke pola resiko
bukan perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah
ditemukan dalam ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan,
menimbulkan tumor.
b. Iradiasi. Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di Schneeberg
dan penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal akibat kanker paru)
berkaitan dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk radon. Bahan ini diduga
merupakan agen etiologi operatif.
c. Zat-zat yang terhirup ditempat kerja . Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang
terpapar dengan karbonil nikel (pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja
pemecah hematite (paru paru hematite) dan orang orang yang bekerja dengan
asbestos dan dengan kromat juga mengalami peningkatan insiden. Contoh : radon, nikel,
radiasi dan arsen.

d. Polusi Udara Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi
dari pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya karsinogen dari
industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota. Contoh: Polusi udara, pemaparan gas RT, asap
kendaraan/ pembakaran (Thomson, Catatan Kuliah Patologi,1997).
e. Genetik. Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru, yakni :
a. Proton oncogen. b. Tumor suppressor gene. c. Gene encoding enzyme. Teori Onkogenesis.
Terjadinya kanker paru didasari oleh tampilnya gen suppresor tumor dalam genom (onkogen).
Adanya inisiator mengubah gen supresor tumor dengan cara menghilangkan (delesi/del) atau
penyisipan (insersi/ inS) sebagian susunan pasangan basanya, tampilnya gen erbB1 dan atau
neu/erbB2 berperan dalam anti apoptosis (mekanisme sel untuk mati secara alamiahprogrammed cell death). Perubahan tampilan gen kasus ini menyebabkan sel sasaran dalam hal
ini sel paru berubah menjadi sel kanker dengan sifat pertumbuhan yang autonom. Dengan
demikian kanker merupakan penyakit genetic yang pada permulaan terbatas pada sel sasaran
kemudian menjadi agresif pada jaringan sekitarnya.

3. Gejala
a. Batuk yang terus menerus atau menjadi hebat
b. Dahak berdarah berubah warna dan makin banyak
c. Nafas sesak ( pendek )
d. Sakit kepala , nyeri dada , bahu dan bagian punggung
e. Kelelahan yang parah

4. Klasifikasi
Klasifikasi menurut WHO untuk Neoplasma Pleura dan Paru paru (1977) :
1. Karsinoma Bronkogenik.
a. Karsinoma epidermoid (skuamosa). Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus.
Perubahan epitel termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara
khas mendahului timbulnya tumor. Terletak sentral sekitar hilus, dan menonjol kedalam bronki
besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa centimeter dan cenderung menyebar
langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada dan mediastinum.
b. Karsinoma sel kecil (termasuk sel oat). Biasanya terletak ditengah disekitar percabangan
utama bronki.Tumor ini timbul dari sel sel Kulchitsky, komponen normal dari epitel bronkus.
Terbentuk dari sel

sel kecil dengan inti hiperkromatik pekat dan sitoplasma sedikit.

Metastasis dini ke mediastinum dan kelenjar limfe hilus, demikian pula dengan penyebaran
hematogen ke organ organ distal.
c. Adenokarsinoma (termasuk karsinoma sel alveolar). Memperlihatkan susunan selular seperti
kelenjar bronkus dan dapat mengandung mukus. Kebanyakan timbul di bagian perifer segmen
bronkus dan kadang kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut local pada paru paru
dan fibrosis interstisial kronik. Lesi seringkali meluas melalui pembuluh darah dan limfe pada
stadium dini, dan secara klinis tetap tidak menunjukkan gejala gejala sampai terjadinya
metastasis yang jauh.
d. Karsinoma sel besar. Merupakan sel sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk
dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam macam. Sel sel ini cenderung
untuk timbul pada jaringan paru - paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan
cepat ke tempat tempat yang jauh.
e. Gabungan adenokarsinoma dan epidermoid.
f. Lain lain.
2. Tumor karsinoid (adenoma bronkus).
3. Tumor kelenjar bronchial.
4. Tumor papilaris dari epitel permukaan.5.Tumor
campuran dan Karsinosarkoma 6. Sarkoma 7. Tak

terklasifikasi. 8.Mesotelioma. 9. Melanoma


E. Manifestasi Klinis
a. Gejala Awal Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh
obstruksi bronkus
b. Gejala Umum Menurut Price (1995), gejala umum pada klien dengan Ca paru antara
lain yaitu:
Batuk Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk kering
tanpa membentuk sputum , tetapi berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum
yang kental dan purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder .
Hemoptisis Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang
mengalami ulserasi
Anoreksia, lelah , berkurangnya berat badan.

Created by: Mahasiswa Akper Pemkab Tapteng Angk.3 Page 6

F. Patofisiologi
Asap tembakau Radiasi

Adeno Karsinoma

Perokok Pasif

Pemajanan Okupasi

Polusi Udara

Karsinoma Sel Skuamosa Karsinoma Sel Bronkial Alveolar

Bronkus mengandung mukus

Perubahan epitel bronkus ,

Penimbunan Toksin

metaplasia , displasia
Timbul pada bagian perifer
bronkus
Fibrasi intertisial

Lesi dan melebarnya

Bronkus besar

Respon umum tubuh segmen

menghasilkan sputum
Perubahan struktur alveoli

Gangguan suplai O2

Kehilangan fungsi silia

Peningkatan jumlah sekret

pembuluh darah
MK : Kerusakan pertukaran gas

MK : Ketidakefektifan jalan

napas
MK : Nyeri
Kurang informasi / kurang interpretasi informasi
MK : Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi

Created by: Mahasiswa Akper Pemkab Tapteng Angk.3 Page 7

G. Tingkatan Kanker Paru


Tingkatan (staging) kanker paru ditentukan oleh tumor (T), keterlibatan kelenjar getah
bening (N) dan penyebaran jauh (M). Beberapa pemeriksaan tambahan harus dilakukan dokter
spesialis paru untuk menentukan staging penyakit. Pada pertemuan pertama akan dilakukan
foto toraks (foto polos dada). Jika pasien membawa foto yang telah lebih dari 1 minggu pada
umumnya akan dibuat foto yang baru. Foto toraks hanya dapat metentukan lokasi tumor,
ukuran tumor, dan ada tidaknya cairan. Foto toraks belum dapat dirasakan cukup karena tidak
dapat menentukan keterlibatan kelenjar getah bening dan metastasis luar paru.
Bahkan pada beberapa kondisi misalnya volume cairan yang banyak, paru kolaps,
bagian luas yang menutup tumor, dapat memungkinakan pada foto, tidak terlihat. Sama seperti
pencarian jenis histologis kanker, pemeriksaan untuk menetukan staging juga tidak harus sama
pada semua pasien tetapi masing masing pasien mempunyai prioritas pemeriksaan yang
berbeda yang harus segera dilakukan dan tergantung kondisinya pada saat datang. Staging
(Penderajatan atau Tingkatan) Kanker Paru Staging kanker paru dibagi berdasarkan jenis
histologis kanker paru, apakah SLCC atau NSLCC. Tahapan ini penting untuk menentukan
pilihan terapi yang harus segera diberikan pada pasien. Staging berdasarkan ukuran dan
lokasi : tumor primer, keterlibatan organ dalam dada/dinding dada (T), penyebaran kelenjar
getah bening (N), atau penyebaran jauh (M). Tahapan perkembangan kanker paru dibedakan
menjadi 2, yaitu : a. Tahap Kanker Paru Jenis Karsinoma Sel Kecil (SLCC) Tahap terbat as,
yait u k a nker yan g ha nya ditemukan pada satu bagian paru-paru saja
dan pada jaringan disekitarnya. Tahap ekstensif, ya it u kanker yan g dit emukan p ada jarin
gan dad a di luar paru -paru
tempat asalnya, atau kanker ditemukan pada organ-organ tubuh yang jauh.
Created by: Mahasiswa Akper Pemkab Tapteng Angk.3 Page 8

b. Tahap Kanker Paru Jenis Karsinoma Bukan Sel Kecil (NSLCC) Tahap te rsembun yi,
merupakan t ahap dit e mukann ya sel kank er pada dahak
(sputum) pasien di dalam sampel air saat bronkoskopi, tetapi tidak terlihat adanya tumor di
paru-paru.
S tadium 0, merupaka n tahap d itemukannya sel-sel kanker hanya pada lapisan terdalam
paru-paru dan tidak bersifat invasif.
S tadium I, merupak a n tahap kanker yan g ha n ya dit emukan pad a par u -paru dan belum
menyebar ke kelenjar getah bening sekitarnya.
S tadium II, merup aka n tahap kanker yang ditemukan pada paru-paru dan kelenjar getah
bening di dekatnya.
S tadium III, merup aka n tahap k anker yan g t ela h men yeba r ke dae rah di sekit arn ya,
seperti dinding dada, diafragma, pembuluh besar atau kelenjar getah bening di sisi yang sama
atau pun sisi berlawanan dari tumor tersebut.
S tadium IV, me rupak a n tahap k anker yan g dit e mukan lebih da ri satu lo bus paru paru
yang sama, atau di paru-paru yang lain. Sel-sel kanker telah menyebar juga ke organ tubuh
lainnya, misalnya ke otak, kelenjar adrenalin, hati, dan tulang.
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Radiologi a) Foto thorax posterior anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru.
Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada
bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
b) Bronkhografi. Untuk melihat tumor di percabangan
bronkus.
2. Laboratorium. a) Sitologi (sputum, pleural, atau nodus
limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma. b)
Pemeriksaan fungsi paru dan GDA

Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.


Created by: Mahasiswa Akper Pemkab Tapteng Angk.3 Page 9

c) Tes kulit, jumlah absolute limfosit. Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun
(umum pada kanker paru).
3.

Histopatologi.

a)

Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi (besarnya
karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
b) Biopsi Trans Torakal (TTB). Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer
dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 95 %.
c) Torakoskopi. Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara
torakoskopi.
d) Mediastinosopi. Umtuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang
terlibat.
e) Torakotomi. Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam macam
prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
4. Pencitraan a) CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan
pleura. b) MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.
I. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan kanker dapat berupa : a)
Kuratif.
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien.
b) Paliatif. Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
c) Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal. Mengurangi dampak fisis maupun
psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga.
Created by: Mahasiswa Akper Pemkab Tapteng Angk.3 Page 10

d) Suportif. Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian nutrisi,
tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi. (Ilmu Penyakit Dalam,
2001 dan Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 2000).
Penatalaksanaan klien dengan kanker paru adalah: 1. Pembedahan.

Tujuan pada

pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk


mengangkat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin
fungsi paru paru yang tidak terkena kanker. a. Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya
karsinoma, untuk melakukan biopsi.
b. Pneumonektomi pengangkatan paru Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi
tidak semua lesi bisa diangkat.
c. Lobektomi (pengangkatan lobus paru). Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu
lobus, bronkiaktesis bleb atau bula emfisematosa, abses paru, infeksi jamur dan tumor
jinak tuberkulosis.
d. Resesi segmental. Merupakan pengankatan satau atau lebih
segmen paru.
e. Resesi baji. Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit
peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru paru
berbentuk baji (potongan es).
f. Dekortikasi.

Merupakan pengangkatan bahan

bahan fibrin dari pleura

viscelaris.
2. Radiasi Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan
bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti
mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus.
Created by: Mahasiswa Akper Pemkab Tapteng Angk.3 Page 11

3. Kemoterapi. Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk


menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta untuk
melengkapi bedah atau terapi radiasi. 2.2 Konsep Teoritis Keperawatan 1. Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat: Kelemahan, ketidakmampuan, mempertahankan kebiasaan rutin,
dispnoe karena aktivitas , kelesuan biasanya tahap lanjut.
b. Sirkulasi Peningkatan Vena Jugularis, Bunyi jantung: gesekan perikordial (menunjukkan
efusi ), takikardia, disritmia.
c. Integritas Ego: Ansietas, takut akan kematian, menolak kondisi yang berat, gelisah,
insomnia, pertanyan yang diulang-ulang
d.

Eliminasi: Diare yang hilang timbul (ketidakseimbangan hormonal), peningkatan

frekuensi/jumlah urine.
e. Makanan/cairan : Penurunan Berat badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan
makanan, kesulitan menelan, haus/peningkatan masukan cairan Kurus, kerempeng, atau
penampilan kurang bobot ( tahap lanjut 0, edema wajah, periorbital ( ketidakseimbangan
hormonal ), Glukosa dalam urine .
f. Ketidaknyamanan/nyeri: nyeri dada, dimana tidak/dapat dipengaruhi oleh perubahan
posisi. Nyeri bahu/tangan, nyeri tulang/sendi, erosi kartilago sekunder terhadap peningkatan
hormon pertumbuhan. Nyeri abdomen hilang/timbul.
g. Pernafasan : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya , peningkatan
produksi sputum, nafas pendek, pekerja terpapar bahan karsinogenik, serak, paralisis pita
suara, dan riwayat merokok.Dsipnoe, meni gkat dengan kerja, peningkatan fremitus taktil,
krekels/mengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran udara). Krekels/mengi yang
menetap penyimpangan trakeal (area yang mengalami lesi) Hemoptisis.
h. Keamanan : Demam,

mungkin ada/tidak, kemerahan, kulit pucat. i. Seksualitas :

Ginekomastia, amenorea, atau impoten. j. Penyuluhan/pembelajaran : Faktor resiko


keluarga : adanya riwayat kanker
paru, TBC. Kegagalan untuk membaik.
Created by: Mahasiswa Akper Pemkab Tapteng Angk.3 Page 12

2. Diagnosa Keperawatan yang muncul adalah :


a. Bersihan jalan nafas tidak efektif, b/d peningkatan jumlah/perubahan mukus /viskositas
sekret, kehilangan fungsi silia jalan nafas, meningkatnya tahanan jalan nafas.
b. Nyeri

b/d lesi dan melebarnya pembuluh darah. c. Kerusakan pertukaran gas b/d

gangguan suplai O2 akibat perubahan sruktur


alveoli. d. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis b/d kurangnya
informasi.
3. Intervensi Keperawatan a. Bersihan jalan nafas
tidak efektif.
Dapat dihubungkan : Kehilangan fungsi silia jalan
nafas Peningkatan jumlah/ viskositas sekret paru.
Meningkatnya tahanan jalan nafas
Kriteria hasil : Menyatakan/ menunjukkan hilangnya dispnea. Mempertahankan
jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan.
Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki/ mempertahankan bersihan jalan
nafas.
Intervensi :
Catat perubahan upaya dan pola bernafas. Rasional : Penggunaan otot interkostal/
abdominal dan pelebaran nasal menunjukkan peningkatan upaya bernafas.
Observasi penurunan ekspensi dinding dada Rasional : Ekspansi dad terbatas atau
tidak sama sehubungan dengan akumulasi cairan, edema, dan sekret dalam seksi lobus.
Catat karakteristik batuk (misalnya, menetap, efektif, tak efektif), juga produksi dan
karakteristik sputum.
Created by: Mahasiswa Akper Pemkab Tapteng Angk.3 Page 13

Rasional: Karakteristik batuk dapat berubah tergantung pada penyebab/ etiologi gagal
perbafasan. Sputum bila ada mungkin banyak, kental, berdarah, dan/ atau purulen.
Pertahankan posisi tubuh/ kepala tepat dan gunakan alat jalan nafas sesuai kebutuhan.
Rasional: Memudahkan memelihara jalan nafas atas paten bila jalan nafas pasien.
Kolaborasi pemberian bronkodilator, contoh aminofilin, albuterol dan lainlain
Awasi untuk efek samping merugikan dari obat, contoh takikardi, hipertensi, tremor,
insomnia. Rasional: Obat diberikan untuk menghilangkan spasme bronkus, menurunkan
viskositas sekret, memperbaiki ventilasi, dan memudahkan pembuangan sekret.
Memerlukan perubahan dosis/ pilihan obat.
b. Nyeri Dapat dihubungkan :

Lesi dan melebarnya pembuluh darah.

Invasi kanker ke pleura, dinding dada


Kriteria hasil : Melaporkan nyeri hilang/ terkontrol. Tampak rileks
dan tidur/ istirahat dengan baik. Berpartisipasi dalam aktivitas yang
diinginkan/ dibutuhkan
Intervensi : Tanyakan pasien tentang nyeri. Tentukan karakteristik nyeri. Buat rentang
intensitas pada skala 0 10. Rasional: Membantu dalam evaluasi gejala nyeri karena
kanker. Penggunaan skala rentang membantu pasien dalam mengkaji tingkat nyeri dan
memberikan alat untuk evaluasi keefektifan analgesik, meningkatkan kontrol nyeri.
Kaji pernyataan verbal dan non-verbal nyeri pasien. Rasional: Ketidaksesuaian antar
petunjuk verbal/ non verbal dapat memberikan petunjuk derajat nyeri, kebutuhan/
keefektifan intervensi.
Created by: Mahasiswa Akper Pemkab Tapteng Angk.3 Page 14

Catat kemungkinan penyebab nyeri patofisologi dan psikologi. Rasional : Insisi

posterolateral lebih tidak nyaman untuk pasien dari pada insisi anterolateral. Selain itu
takut, distress, ansietas dan kehilangan sesuai diagnosa kanker dapat mengganggu
kemampuan mengatasinya.

Dorong menyatakan perasaan tentang nyeri. Rasional : Takut/ masalah dapat

meningkatkan tegangan otot dan menurunkan ambang persepsi nyeri.

Berikan tindakan kenyamanan. Dorong dan ajarkan penggunaan teknik relaksasi

Rasional :Meningkatkan relaksasi dan pengalihan perhatian


c. Kerusakan pertukaran gas Dapat dihubungkan : Hipoventilasi. Kriteria hasil :
Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenisi adekuat dengan GDA
dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.

Berpartisipasi dalam

program pengobatan, dalam kemampuan/ situasi. Intervensi : Kaji status pernafasan


dengan sering, catat peningkatan frekuensi atau upaya
pernafasan atau perubahan pola nafas. Rasional : Dispnea merupakan mekanisme
kompensasi adanya tahanan jalan nafas.
Catat ada atau tidak adanya bunyi tambahan dan adanya bunyi tambahan, misalnya
krekels, mengi. Rasional : Bunyi nafas dapat menurun, tidak sama atau tak ada pada area
yang sakit.Krekels adalah bukti peningkatan cairan dalam area jaringan sebagai akibat
peningkatan permeabilitas membrane alveolar-kapiler. Mengi adalah bukti adanya tahanan
atau penyempitan jalan nafas sehubungan dengan mukus/ edema serta tumor.
Kaji adanmya sianosis Rasional : Penurunan oksigenasi bermakna terjadi sebelum
sianosis. S ianosis sentral dari organ han gat contoh, li dah, bibi r dan daun teli nga
adalah paling indikatif.
Kolaborasi pemberian oksigen lembab sesuai indikasi
Created by: Mahasiswa Akper Pemkab Tapteng Angk.3 Page 15

Rasional : Memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran. Awasi


atau gambarkan seri GDA.
Rasional : Menunjukkan ventilasi atau oksigenasi. Digunakan sebagai dasar evaluasi
keefktifan terapi atau indikator kebutuhan perubahan terapi.
d. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis. Dapat
dihubungkan :

Kurang informasi.

Kesalahan

interpretasi informasi. Kurang mengingat.


Kriteria hasil :

Menjelaskan hubungan antara proses penyakit dan terapi.

Menggambarkan/ menyatakan diet, obat, dan program aktivitas.

Mengidentifikasi

dengan benar tanda dan gejala yang memerlukan perhatian


medik.

Membuat perencanaan untuk perawatan

lanjut.
Intervensi : Dorong belajar untuk memenuhi kebutuhan pasien. Beriak informasi dalam
cara yang jelas/ ringkas. Rasional : Sembuh dari gangguan gagal paru dapat sangat
menghambat lingkup perhatian pasien, konsentrasi dan energi untuk penerimaan
informasi/ tugas baru.
Berikan informasi verbal dan tertulis tentang obat Rasional : Pemberian instruksi
penggunaan obat yang aman memmampukan pasien untuk mengikuti dengan tepat
program pengobatan.

Kaji konseling nutrisi tentang rencana makan; kebutuhan makanan kalori tinggi.

Rasional : Pasien dengan masalah pernafasan berat biasanya mengalami penurunan berat
badan dan anoreksia sehingga memerlukan peningkatan nutrisi untuk menyembuhan.
Berikan pedoman untuk aktivitas. Rasional : Pasien harus menghindari untuk terlalu
lelah dan mengimbangi periode istirahatdan aktivitas untuk meningkatkan regangan/
stamina dan mencegah konsumsi/ kebutuhan oksigen berlebihan.
Created by: Mahasiswa Akper Pemkab Tapteng Angk.3 Page 16

Vous aimerez peut-être aussi