Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Kata Kunci : alat ukur, NST, pengukuran, ketidakpastian, dan angka berarti.
RUMUSAN MASALAH
1.
2.
3.
TUJUAN
1.
2.
3.
TEORI SINGKAT
Pengukuran adalah bagian dari Keterampilan Proses Sains yang merupakan
pengumpulan informasi baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Dengan
melakukan pengukuran, dapat diperoleh besarnya atau nilai suatu besaran atau bukti
kualitatif. Dalam pembelajaran sains Fisika, seorang pendidik tidak hanya menyampaikan
kumpulan fakta-fakta saja tapi seharusnya mengajarkan sains sebagai proses
(menggunakan pendekatan proses). Oleh karena itu, melakukan percobaan dalam
laborratorium, berarti sengaja membangkitkan gejala-gejala alam kemudian melakukan
pengukuran.
a. Ketepatan (keakuratan)
Jika suatu besaran diukur beberapa kali ( pengukuran berganda ) dan menghasilkan
harga-harga yang menyebar di sekitar harga yang sebenarnya maka pengukuran dikatakan
akurat . Pada pengukuran ini, harga rata-ratanya mendekati harga yang sebenarnya.
b. Ketelitian (kepresisian)
Jika hasil-hasil pengukuran terpusat di suatu daerah tertentu maka pengukuran
disebut presisi ( harga tiap pengukuran tidak jauh berbeda.
2. Angka Penting
Adapun aturan angka penting atau angka berarti, yaitu :
1. Semua angka yang bukan nol adalah angka penting
2. Angka nol yang terletak di antara angka bukan nol termasuk angka penting
contoh : 25,04 A mengandung 4 angka penting
3. Angka nol di sebelah kanan angka bukan nol termasuk angka penting, kecuali
kalau ada penjelasan lain, misalnya berupa garis di bawah angka terakhir yang
masih dianggap penting. Contoh 22,30 m mengandung 4 angka penting dan 22,30
mengandung 3 angka penting .
4. Angka nol yang terletak di sebelah kiri angka bukan nol, baik di sebelah kanan
maupun di sebelah kiri koma desimal tidak termasuk angka penting. Contoh: 0,47
cm mengandung 2 angka penting .
3. Analisis Ketidakpastian Pengukuran
Suatu pengukuran selalu disertai dengan ketidakpastian. Beberapa penyebab
ketidakpastian tersebut antara lain adalah Nilai Skala Terkecil ( NST ), kesalahan
kalibrasi,kesalahan titik nol, kesalahan paralaks, adanya gesekan, fluktuasi parameter
pengukuran dan lingkungan yang sulit mempengaruhu serta keterampilan pengamat.
Dengan demikian amat sulit untuk mendapatkan nilai sebenarnya suatu besaran melalui
pengukuran. Beberapa panduan akan disajikan dalam modul ini, yaitu bagaimana cara
melaporkan ketidakpastian yang menyertainya.
Ketidakpastian Pengukuran Tunggal
Pengukuran tunggal adalah pengukuran yang dilakukan satu kali saja. Keterbatasan
skala alat ukur dan keterbatasan kemampuan mengamati serta banyak sumber kesalahan
lain, mengakibatkan, hasil pengukuran selalu dihinggapi ketidakpastian.
Nilai x sampai goresan terakhir dapat diketahui dengan pasti, namun bacaan
selebihnya adalah terkaan atau dugaan belaka sehingga patut diragukan. Inilah
ketidakpastian yang dimaksud dan diberi lambang x. Lambang x merupakan
ketidakpastian mutlak. Untuk pengukuran tunggal diambil kebijaksanaan:
x = NST Alat
Dimana x adalah ketidakpastian pengukuran tunggal. Angka 2 mempunyai arti satu
skala ( nilai antara dua goresan terdekat ) masih dapat dibagi 2 bagian secara jelas oleh
mata. Nilai hasil pengukuran dilaporkan dengan cara yang sudah dibakukan seperti
berikut.
X = | x x | satuan
Dimana :
x
x
disebut ketidakpastian relatif pada nilai {x}, sering dinyatakan dalam % ( tentunya harus
dikalikan dengan 100% ). Ketidakpastian relatif menyatakan tingkat ketelitian hasil
pengukuran. Makin kecil ketidakpastian relative, makin tinggi ketelitian yang dicapai
pada pengukuran.
Ketidakpastian Pengukuran Berulang ( Berganda )
Dengan mengadakan pengulangan, pengetahuan kita tentang nilai sebenarnya (X 0)
menjadi semakin baik. Pengulangan seharusnya diadakan sesering mungkin, makin sering
makin baik, namun perlu dibedakan antara pengulangan beberapa kali ( 2 kali atau 3 kali
saja ) dan pengulangan yang cukup sering ( 10 kali atau lebih ). Pada modul ini, kita akan
hanya membahas pengukuran yang berualng 2 atau 3 kali saja. Jika pengukuran
dilakukan sebanyak 3 kali, denga hasil x 1,x2,dan x3 atau 2 kali saja misalnya pada awal
percobaan dan pada akhir percobaan, maka {x} dan x dapat ditentukan sebagai berikut.
Nilai
rata-rata
pengukuran
dilaporkan
sebagai
{ x }
sedangkan
deviasi
x . Deviasi
adalah selisih antara tiap hasil pengukuran dari nilai rata-ratanya. Jadi :
x , rata-rata pengukuran
{x} =
=
maximum
rata-rata
dengan :
x =
deviasi
x 1 + x 2+ x3
3
1=|x x|
1
dan,
2 , 3 .
Atau dapat juga diambil dari :
1 ,
1+ 2+ 3
3
x =
Disarankan agar
maks
diambil sebagai
dan(x+ x ).
y
y
da+
db
a
b
+ y
dc
c
y
y
a+
b
a
b
y
c
c
a , b , c diperoleh dari NST alat ukur atau sesuai aturan yang telah dijelaskan
sebelumnya.
5. Pengukuran Panjang
a. Mistar
Pada setiap alat ukur terdapat suatu nilai skala yang tidak dapat lagi dibagi-bagi,
inilah yang disebut Nilai Skala Terkecil ( NST ). Ketelitian alat ukur bergantung pada
NST ini. Mistar memiliki NST 0,1 cm atau 1 mm.
b. Jangka Sorong
Setiap jangka sorong memiliki skala utama ( SU ) dan skala bantu atau
skala nonius ( SN ). Pada umumnya, nilai skala utama = 1mm, dan banyaknya skala
nonius tidak selalu sama antara satu jangka sorong dengan jangka sorong lainnya. Ada
yang mempunyai 10 skala, 20 skala, dan bahkan ada yang memiliki skala nonius
sebanyak 50 skala.
Jangka sorong merupakan salah satu alat ukur besaran panjang yang secara
khusus dapat digunakan untuk mengukur diameter dalam, diameter luar dan kedalaman.
Untuk menggunakan jangka sorong terlebih dahulu harus diketahui nilai skala
terkecilnya. Berikut adalah cara menentukan NST :
20 skala nonius = 39 skala utama
Karena nilai skala utama sebesar 1 mm, maka
20 skala nonius = 39 mm
Sehingga, 1 skala nonius = 1,95 mm
Karena 1 skala nonius bernilai 1,95mm maka nilai skala pada skala utama yang paling
dekat dengan 1,95 mm adalah 2 mm. Selisih antara kedua nilai skala ini merupakan NST
dari jangka sorong.
NST alat=
Pada umumnya micrometer sekrup memiliki Nilai Skala Mendatar ( skala utama )
sebesar 0,5 mm dan jumlah skala putar sebanyak 50 skala, dengan demikian maka NST
micrometer sekrup seperti mempunyai NST sebesar,
0,5 mm
= 0,01 mm
50
Hasil pengukuran dari suatu micrometer sekrup dapat ditentukan dengan cara
membaca penunjukkan bagian ujung skala putar terhadap skala utama dan garis
horizontal ( yang membagi dua skala utama menjadi skala bagian atas dan bawah )
terhadap skala putar. Untuk menentukan Hasil Pengukuran ( HP ) dengan menggunakan
Mikrometer Sekrup ini digunakan persamaan :
Hasil Pengukuran (HP)
= (PSM x Nilai Skala Mendatar) + (PSP x NST Mikrometer Sekrup)
6. Pengukuran Massa
a. Neraca Ohauss 2610 gram
Pada neraca ini terdapat 3 lengan dengan batas ukur yangberbeda-beda. Pada ujung
lenga dapat digandeng 2 buah beban yang nilainya masing-masing 500 gram dan 1000
gram. Sehingga kemampua atau batas ukur alat ini menjadi 2610 gram. Untuk
pengukuran di bawah 610 gram, cukup menggunaka semua lengan neraca dan di atas 610
gram sampai 2610 gram ditambah dengan beban gantung. Hasil pengukuran dapat
ditentukan dengan menjumlah penunjukkan beban gantung dengan semua penunjukkan
lengan-lengan neraca.
b. Neraca Ohauss 311 gram
Neraca ini mempunyai 4 lengan dengan nilai skala yang berbeda-beda, masingmasing lengan mempunyai batas ukur dan nilai skala yang berbeda-beda. Untuk
menggunakan neraca ini terlebih dahulu tentukan Nilai Skala masing-masing lengan NST
dari neraca Ohauss 311 gram, diambil dari nilai skala terkecil dari empat lengannya. Hasil
Pengukuran ditentukan dengan menjumlahkan penunjukkan semua lengan neraca yang
digunakan.
c. Neraca Ohauss 310 gram
Neraca ini mempunyai 2 lengan dengan nilai skala yang berbeda-beda dan
dilengkapi dengan sebuah skala putar ( skala utama ) dan skala nonius. NST Neraca
Ohauss 310 dapat ditentukan dengan cara yang sama dengan pada jangka sorong. Hasil
3) Variabel respon
b. Mass Measurement
1) Variabel kontrol
4. Prosedur Kerja
Pertama-tama siapkan semua alat dan bahan yang diperlukan dalam percobaan.
Pengukuran yang pertama dilakukan adalah pengukuran panjang. Oleh karena itu,
ambilah mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup, kemudian nilai skala terkecilnya
ditentukan. Pengukuran untuk panjang, lebar, dan tinggi balok berbentuk kubus yang
disediakan masing-masing dilakukan sebanyak tiga kali untuk setiap alat. Hasil
pengukuran dituliskan pada tabel disertai dengan ketidakpastiannya. Setelah itu dilakukan
sebanyak tiga kali pula untuk diameter bola juga untuk setiap alat dan hasilnya dituliskan
pula pada table disertai hasil ketidakpastiannya.
Pengukuran yang kedua dilakukan adalah pengukuran massa. Oleh karena itu, ambilah
neraca ohauss 2610 gram, neraca ohauss 311 gram, dan neraca ohauss 310 gram.
Kemudian, pada balok kubus dan bola dilakukan masing-msing tiga kali pengukuran
untuk setiap alatnya. Setelah itu, hasil pengukuran dituliskan di tael disertai
ketidakpastiannya.
Pengukuran yang ketiga dilakukan adalah pengukuran suhu dan waktu. Oleh karena
itu, ambilah termometer, stopwatch, pembakar Bunsen, statif, dan gelas ukur. Mula-mula,
air dipanaskan untuk memastikan bahwa seluruh partikel-partikelnya telah panas secara
merata. Kemudian, pada saat partikel-partikelnya panas secara merata maka dilakukan
pengukuran kenaikan suhu setiap menitnya. Setelah itu, hasil yang didapatkan dituliskan
di tabel beserta ketidakpastiannya.
HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS DATA
1. Hasil Pengamatan
a. Pengukuran Panjang
NST mistar
Benda yang
Diukur
Balok
Kubus
Besaran
yang
Diukur
Panjang
Lebar
Tinggi
Bola
Diameter
Mistar
20,0 0,5
20,0 0,5
20,0 0,5
20,0 0,5
20,0 0,5
20,0 0,5
20,0 0,5
20,0 0,5
20,0 0,5
15,5 0,5
17,5 0,5
17,0 0,5
b. Mass Measurement
1) Neraca Ohauss 2610 gram
Nilai Skala Lengan 1 = limit measuring / total scale = 500 / 5 = 100 gram
Object
Balok
Kubus
Bola
Penun.
Lengan 2
Penun.
Lengan 3
1.
1.
1.
2.
2.
2.
0
0
3.
0
1.
0
2.
0
3.
0
60
60
3.
60
1.
0
2.
0
3.
0
7
7
3.
7
1.
5
2.
5
3.
5
Penun.
Lengan
3
1.
49
2.
49.5
3.
49.5
4.
69.5
5.
69.5
6.
69.5
= 2 (0,1) 0,19
= 0,2 0,19
= 0,01 gram
Table 4. Pengukuran massa menggunakan Neraca ohauss 310 gram
Bola
Penun.
Skala
Nonius
1.
3
2.
2
3.
7
0
2.
0
3.
0
1.
60
60
3.
60
Penun.
Skala
Putar
1.
79
2.
77
3.
86
1.
1.
1.
1.
2.
2.
2.
2.
Penun.
Lengan 1
Object
Balok Kubus
NST
1.
0
0
3.
0
Penun.
Lengan 2
2.
0
0
3.
0
73
75
3.
64
9
10
3.
4
Massa Benda
(g)
67,93 0,01
67,72 0,01
68,67 0,01
7,39 0,01
7,51 0,01
6,44 0,01
x =
x 1 + x 2+ x3 20,0+20,5+20,5
=
=20,3 mm
3
3
1=|x x|=|20,020,3|
mm
0,3 mm
2=|x x|=|20,520,3|
mm
0,2 mm
3=|x x|=|20,520,3|
mm
0,2 mm
max=0,3 mm x=0,3 mm
x
x
KR =
x 100% =
0,3
20,3
x 100% = 1,4%
3 AP
0,3mm
Jangka Sorong
x =
x 1 + x 2+ x3 20,50+20,20+20,10
=
=20,27 mm
3
3
maks=0,23 mm x=0,23 mm
x
x
KR =
x 100% =
0,23
20,27
x 100% = 1,1%
3 AP
0,3mm
Mikrometer Sekrup
x =
x 1 + x 2+ x3 20,470+20,450+20,010
=
=20,310 mm
3
3
KR =
x 100% =
0,300
20,310
x 100% = 1,5%
0,2mm
x =
x 1 + x 2+ x3 20,0+20,0+20,0
=
=20,0mm
3
3
1=|x x|=|20,020,0|
mm
0 mm
2=|x x|=|20,020,0|
mm
0 mm
3=|x x|=|20,020,0|
mm
0 mm
3 AP
x
x
KR =
x 100% =
1
20,0
x 100% = 5%
3 AP
DK = 100% - 5% = 95%
HP = | x xmm
HP = |20,0
1,0mm
Jangka Sorong
x =
x 1 + x 2+ x3 20,15+20,30+20,20
=
=20,22 mm
3
3
3=|x x|=|20,2020,22|=0,02mm
3
maks=0,08 mm x=0,08 mm
x
x
KR =
x 100% =
0,08
20,22
x 100% = 0,4 %
4 AP
0,08mm
Mikrometer Sekrup
x =
x 1 + x 2+ x3 20,470+20,480+20,470
=
=20,473 mm
3
3
1=|x x|=|20,47020,473|=0,003 mm
1
2=|x x|=|20,48020,473|=0,007 mm
2
3=|x x|=|20,47020,473|=0,003 mm
3
maks=0,01 mm x=0,007 mm
KR =
x
x
x 100% =
0,007
20,473
x 100% = 0,03 %
4 AP
HP = | x xmm
HP = |20,47
0,01mm
x =
x 1 + x 2+ x3 20,0+20,0+20,0
=
=20,0mm
3
3
1=|x x|=|20,020,0|
mm
0 mm
2=|x x|=|20,020,0|
mm
0 mm
3=|x x|=|20,020,0|
mm
0 mm
KR =
1
20,0
x 100% =
x 100% = 5%
3 AP
DK = 100% - 5% = 95%
HP = | x xmm
HP = |20,0
1,0mm
Jangka Sorong
x =
x 1 + x 2+ x3 20,85+20,01+20,90
=
=20,59 mm
3
3
maks=0,23 mm x=0,58 mm
KR =
x
x
x 100% =
0,58
20,59
0.6mm
x 100% = 2,8%
3 AP
Mikrometer Sekrup
x =
x 1 + x 2+ x3 20,420+20,410+20,410
=
=20,413 mm
3
3
1=|x x|=|20,42020,413|=0,007 mm
1
2=|x x|=|20,41020,413|=0,003 mm
2
3=|x x|=|20,41020,413|=0,003 mm
3
maks=0,01 mm x=0,007 mm
x
x
KR =
x 100% =
0,007
20,413
x 100% = 0,03 %
4 AP
0,01mm
b. Pengukuran Diameter
1) Diameter Bola
Mistar
x =
x 1 + x 2+ x3 15,5+17,5+17,0
=
=16,7 mm
3
3
1=|x x|=|15,516,7|
mm
1,2mm
2=|x x|=|17,516,7|
mm
0,8 mm
3=|x x|=|17,016,7|
mm
0,3 mm
maks=1,2 mm x=1,2mm
KR =
x
x
x 100% =
1,2mm
1,2
16,47
x 100% = 7,3%
3 AP
Jangka Sorong
x =
x 1 + x 2+ x3 16,05+16,95+16,05
=
=16,35 mm
3
3
1=|x x|= 16,0516,35 0,30 mm
1
2=|x x|=|16,9516,35|=0,60mm
2
maks=0,60 mm x=0,60 mm
x
x
KR =
x 100% =
0,60
16,35
x 100% = 3,7%
3 AP
0.6mm
Mikrometer Sekrup
x =
x 1 + x 2+ x3 15,690+15,700+15,690
=
=15,693 mm
3
3
2=|x x|=|15,70015,693|=0,007 mm
2
3=|x x|=|15,69015,693|=0,003 mm
3
maks=0,01 mm x=0,007 mm
KR = =
x
x
x 100% =
0,007
15,693
0,01mm
c. Pengukuran Massa
1) Massa Balok Kubus
x 100% = 0,04%
4 AP
x =
x 1 + x 2+ x3 67,45+67,50+67,55
=
=67,50 g
3
3
2=|x x|=|67,5067,50|=0 g
2
maks=0,15 g x=0,15 g
x
x
KR =
x 100% =
0,15
67,50
x 100% = 0,22%
4 AP
HP = |67,50 0,15g
Neraca Ohauss 311 gram
x =
x 1 + x 2+ x3 67,490+67,495+67,495
=
=67,493 g
3
3
2=|x x|=|67,49567,493|=0,002 g
2
maks=0,003 g x=0,003 g
x
x
KR =
x 100% =
0,003
67,493
x 100% = 0,004%
HP = |67,49 3 0,003g
Neraca Ohauss 310 gram
x =
x 1 + x 2+ x3 67,93+67,72+68,67
=
=68,11 g
3
3
4 AP
2=|x x|=|67,7268,11|=0,39 g
2
maks=0,56 g x=0,56 g
KR = =
x
x
x 100% =
0,56
68,11
x 100% = 0,82%
4 AP
0,56g
HP = |68,11
2)
Massa Bola
Neraca Ohauss 2610 gram
x =
x 1 + x 2+ x3 5,65+5,75+5,75
=
=5,72 g
3
3
2=|x x|=|5,755,72|=0,03 g
2
maks=0,70 g x=0,70 g
KR = =
x
x
x 100% =
0,70
5,72
x 100% = 12,23%
0,7g
x =
x 1 + x 2+ x3 5,695+5,695+5,695
=
=5,695 g
3
3
2 AP
2=|x x|=|5,6955,695|=0 g
2
1
1
maks=0 g x= , NST = , 0,01 g=0,005 g
2
2
KR = =
x
x
x 100% =
0,005
5,695
x 100% = 0,088%
4 AP
0,005g
HP = |5,695
x =
x 1 + x 2+ x3 7,39+7,51+6,44
=
=7,11 g
3
3
2=|x x|=|7,517,11|=0,40 g
2
maks=0,67 g x=0,67 g
KR = =
x
x
x 100% =
0,67
7,11
0,40g
RAMBAT RALAT
1. Dari Pengukuran Panjang
a. Volume Balok Kubus
Mistar
V
p l t
x 100% = 9,42%
3 AP
V = 20.3
20.0
20.0
= 8,120 mm3
dV
dV
V
dV
=
V
dp dl dt
+ +
p l t
|pp + l l + t t |V
0.3
1
1
+
+
|20.3
20.0 20.0 |
= 0.11
8,120 mm3
= 893.2 mm3
KR=
V
V
100
10.9
V = |V V| mm3
DK = 100
8120 mm3
893.2
8,120
100
= 89.1
Jangka Sorong
V
V =
p l t
20.27
20.22 20.59
= 8,439.01 mm3
dV
dV
V
dV
=
V
V
dp dl dt
+ +
p l t
|pp + l l + t t |V
= 10.9
2 AP
= 0.0433
= 365.409133 mm3
KR=
V
V
DK = 100
8439.01 mm3
100
4.3
365.409133
8439.01
100
= 4.3
3 AP
= 95.7
|
V V| mm3
V =
Mikrometer Sekrup
=
p l t
V =
20.310
20.470
20.410
= 8,485.37 mm3
dV
dV
V
dV
=
V
V
dp dl dt
+ +
p l t
|pp + l l + t t |V
= 0.0157
8,485.37 mm3
= 133.220309 mm3
KR=
V
V
100
1.57
V = |V V| mm3
DK = 100
8,485.37 mm3
133.22
8,485.37
= 98.43
100
= 1.57
3 AP
b. Volume Bola
Mistar
V=
1 3
d
6
V=
1
6
3.14
16.73
V = 2437.41 mm3
| vd|dd
dV =
| |
dV =
( 16 d ) dd
3
1
2
dV = 3
d dd
6
dV
V
1
2
3
d
6
1 3
d
6
dd
|3ddd| V
3 d
V =|
V
d |
3 1.2
V =|
16.7 |
dV
2,437.41
V =0.22 2,437.41
V =525.43 mm3
KR=
V
V
100
525.43
2,437.41
100
21.5
= 78.5
V = |V V| mm3
DK = 100
V
Jangka Sorong
= 21.5
2 AP
V=
1 3
d
6
V=
1
6
3.14
16.35
V = 2,287.35 mm3
| vd|dd
dV =
| |
dV =
( 16 d ) dd
3
1
dV = 3
d 2 dd
6
dV
V
1
3
d2
6
1 3
d
6
dd
|3ddd| V
3 d
V =|
V
d |
3 0.60
V =|
16.35 |
dV
2,287.35
V =0.11 2,287.35
V =246.54 mm3
KR=
V
V
100
246.54
2,287.35
100
10.8
= 89.2
V = |V V| mm3
DK = 100
Mikrometer Sekrup
V=
1 3
d
6
= 10.8
2 AP
V=
1
6
3.14
15.690
V = 2,021.38 mm3
| vd|dd
dV =
| |
dV =
( 16 d ) dd
3
1
dV = 3
d 2 dd
6
dV
V
1
3
d2
6
1 3
d
6
dd
|3ddd| V
3 d
V =| |
V
d
3 0.01
V =|
15.69 |
dV
2,021.38
V =0.0019 2,021.38
V =3.840622 mm3
KR=
V
V
100
3.84
2,021.38
100
0.19
= 99.81
V = |V V| mm3
DK = 100
m= 67.50 0.15g
= 0.19
4 AP
m
v
67.50
8,120.00
= mv-1
m/v
= 0.008
| m |dm +|v|dv
d=
d=v1 dm+m v 2 dv
d
v1
mv2
= 1 dm + 1 dv
mv
mv
| dmm + dvv|
m v
=|
+ |
m
v
0.15
893.2
=|
+
0.008 m/v
67.50 8,120.0 |
d=
=|0.0022+0.1100| 0.008 m/ v
=0.0009
KR=
100
11.25
|
= |
DK = 100
0.0009
0.0080
100
= 88.75
g/mm3
0.0080 0.0009g/mm3
=|0.80 0.09|
102 g /mm3
m= 67.50 0.15g
v = 8439.01 365.41 mm3
= 11.25
2 AP
m
v
67.50
8439.01
= mv-1
m/v
= 0.008
| m |dm +|v|dv
d=
d=v1 dm+m v 2 dv
d
v1
mv2
= 1 dm + 1 dv
mv
mv
| dmm + dvv|
m v
=|
+ |
m
v
0.15 365.41
=|
+
0.008 m/ v
67.50 8439.01|
d=
=|0.0022+0.0433|0.008 m/v
=0.0004
KR=
100
0.0004
0.0080
5
= 95
|
g/mm3
= |
DK = 100
100
=|0.80 0.04|
102 g /mm3
m= 67.50 0.15g
= 5%
3 AP
m
v
67.50
8485.37
= mv-1
m/v
= 0.008
| m |dm +|v|dv
d=
d=v1 dm+m v 2 dv
d
v1
mv2
= 1 dm + 1 dv
mv
mv
| dmm + dvv|
m v
=|
+ |
m
v
0.15 133.22
=|
+
0.008 m/v
67.50 8485.37 |
d=
=|0.0022+0.0157|0.008 m/v
=0.0001
KR=
100
0.0001
0.0080
1.25
= 98.75
|
g/mm3
= |
DK = 100
100
=|0.80 0.04|
102 g /mm3
m= |5.72 0.70g
v = 2,437.41 525.43 mm3
= 1.25%
3 AP
m
v
5.72
2437.41
= mv-1
m/v
= 0.003
| m |dm +|v|dv
d=
d=v1 dm+m v 2 dv
d
v1
mv2
= 1 dm + 1 dv
mv
mv
| dmm + dvv|
m v
=|
+ |
m
v
0.70 525.43
=|
+
0.003 m/v
5.72 2,437.41|
d=
=|0.1223+0.2156|0.003 m/ v
=0.001
KR=
DK = 100
100
0.001
0.003
33.3
100
= 66.7
g/mm3
| |
=|0.3 0.1|
102 g /mm3
m= |5.72 0.70g
v = 2287.35 246.54 mm3
= 33.3
2 AP
m
v
5.72
2287.35
= mv-1
m/v
= 0.0030
| m |dm +|v|dv
d=
d=v1 dm+m v 2 dv
d
v1
mv2
= 1 dm + 1 dv
mv
mv
| dmm + dvv|
m v
=|
+ |
m
v
0.70 246.54
=|
+
0.0030 m/ v
5.72 2287.35 |
d=
=|0.1223+0.1078|0.0030 m/v
=( 0.1223+0.1078 ) 0.0030 m/ v 3
=0.2301 0.0030 m/v 3
g/mm3
=0.0007
KR=
DK = 100
100
0.0007
0.0030
23.3
100
= 76.7
g/mm3
| |
0.0030 0.0007g/mm3
=|0.30 0.07|
= 23.3
102 g /mm3
m= |5.72 0.70g
2 AP
m
v
5.72
2,021.38
= mv-1
m/v 3
= 0.0028
| m |dm +|v|dv
d=
d=v1 dm+m v 2 dv
d
v1
mv2
= 1 dm + 1 dv
mv
mv
| dmm + dvv|
m v
=|
+ |
m
v
0.70
3.84
=|
+
0.0028 m/ v
5.72 2021.38 |
d=
=|0.1223+0.0019|0.0028 m/v 3
=( 0.1223+0.0019 ) 0.0028 m/v 3
=0.1242 0.0028 m/v 3
g/mm3
=0.0003
KR=
DK = 100
100
10.7
0.0003
0.0028
100
2 AP
= 89.3
g/mm3
| |
0.0028 0.0003g/mm3
=|0.28 0.03|
= 10.7
102 g /mm3
PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini, kami telah melakukan tiga jenis pengukuran yaitu
pengukuran panjang, pengukuran massa, serta pengukuran waktu dan suhu. Pengukuran
panjang dimana objek yang diukur adalah balok kubus dan bola dengan menggunakan
alat ukur mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup untuk masing-masing benda.
Sedangkan, pada pengukuran massa juga digunakan balok kubus dan bola sebagai objek
yang diukur. Dalam pengukuran ini digunakan tiga jenis alat ukur yaitu neraca ohauss
2610 gram, neraca ohauss 311 gram, dan neraca ohauss 310 gram. Pada pengukuran
waktu dan suhu, objek yang diukur adalah perubahan suhu air di setiap selang waktu satu
menit. Adapun alat yang digunakan yaitu termometer dan stopwatch yang masing-masing
untuk mengukur suhu dan waktu.
Contoh pengukuran panjang pada balok kubus, hasil pengukuran panjangnya dengan
menggunakan mistar adalah20.0 0.5mm, kemudian hasil pengukuran panjangnya
dengan menggunakan jangka sorong adalah 20.500.05mm, dan hasil pengukuran
panjangnya dengan menggunakan mikrometer sekrup adalah 20.4700.005mm.
Seperti yang diketahui sebelumnya bahwa NST dari setiap alat ukur berbeda-beda
sehingga ketelitian masing-masing alat berbeda pula, dimana semakin kecil NST suatu
alat ukur maka semakin kecil pula kesalahan relatif pada alat ukur tersebut. Berdasarkan
pengukuran di atas, dapat diketahui perbedaan hasil pengukuran panjang benda pertama
pada setiap alat ukur. Hal ini disebabkan oleh NST alat ukur itu berbeda-beda. Dari data
tersebut, dapat kita tentukan bahwa alat ukur yang paling teliti diantara ketiga alat ukur
tersebut adalah mikrometer sekrup karena mikrometer sekrup memiliki NST terkecil
disbanding dengan mistar dan jangka sorong. Jadi, kesimpulannya adalah NST suatu alat
ukur akan mempengaruhi hasil pengukuran alat ukur itu sendiri dan semakin kecil NST
suatu alat ukur maka semakin teliti pula alat ukur tersebut.
Dari hasil pengukuran massa kubus menggunakan neraca ohauss 2610 gram berturutturut dari balok kubus dan bola adalah 67.45 0.05gram dan5.65 0.05gram,
neraca ohauss 311 gram berturut-turut dari balok kubus dan bola adalah67.490
0.005gram dan5.695 0.005gram, neraca ohauss 310 gram berturut-turut balok
kubus dan bola adalah 67.93 0.01gram dan7.39 0.01gram. Jadi, jika dilihat
dari data diatas maka dapat disimpulkan bahwa neraca ohauss yang paling teliti adalah
neraca ohauss 311 gram.
Pada pengukuran suhu terhadap waktu dapat diketahui bahwa setiap 1 menit dihitung
kenaikan suhunya, hal ini dapat dilihat dari hasil yang kami peroleh secara berturut-turut
dari 60 detik pertama sampai dengan detik ke 360 dengan suhu awal 40 0C. Hasilnya yaitu
41,50C, 43,50C, 45,50C, 47,00C, 48,50C, dan 50,50C. Dari data tersebut dapat diketahui
bahwa perubahan suhunya berkisar di 2 0C dan 1,50C. Dapat disimpulkan bahwa
perubahan suhu tiap menitnya tidak berbeda jauh.
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa ketelitian alat
ukur bergantung pada NST alat, ketelitian praktikan ketika melakukan pengukuran, dan
data yang baik adalah data yang diperoleh dengan pengukuran dengan ketelitian
praktikan ketika mengambil data. Dimana semakin tinggi ketelitian alat ukur, maka
semakin kecil ketidakpastian yang diperoleh. Semakin kecil ketidakpastian mutlak, maka
semakin baik pula hasil pengukuran yang telah dilakukan, dan semakin kecil
ketidakpastian relatif berarti semakin tinggi ketelitian yang dicapai dalam pengukuran.
Adapun beberapa perbedaan hasil pengukuran yang telah dilakukan secara berulang oleh