Vous êtes sur la page 1sur 31

DASAR PENGUKURAN DAN KETIDAKPASTIAN

Mutmainnah S, Rezky Nur Ariatami, Sulbiana, Yola Ivonny Harianto *)


Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Fisika FMIPA
Universitas Negeri Makassar 2015
Abstrak. Kami telah melakukan percobaan tentang Pengukuran Dasar dan Ketidakpastian.
Percobaan ini bertujuan untuk melatih mahasiswa khususnya mahasiswa Fisika agar mampu
menggunakan alat-alat dasar pengukuran, baik itu pengukuran tunggal maupun berulang serta
dapat memahami penggunaan angka berarti. Sebelum melakukan percobaan, terlebih dahulu kami
harus mengenal alat-alat ukur tersebut baik fungsi dan prinsip kerjanya, serta cara menentukan
Nilai Skala Terkecil (NST) dari alat tersebut dan kesalahan mutlak (x) yang selanjutnya akan
digunakan dalam pelaporan fisika. Adapun alat-alat ukur dasar yang kami gunakan dalam
perobaan ini, yaitu mistar, jangka sorong, mikrometer sekrup, neraca ohauss 2610 gram, neraca
ohauss 311 gram, neraca ohauss 310 gram, termometer, dan stopwatch. Dengan menggunakan
kedelapan alat tersebut, kami telah melakukan tiga macam pengukuran, yaitu pengukuran panjang,
lebar, tinggi, dan diameter sebuah kubus dan bola dengan menggunakan mistar, jangka sorong dan
mikrometer sekrup, sedangkan pengukuran massa dengan menggunakan neraca ohauss 2610 gram,
neraca ohauss 311 gram, dan neraca ohauss 310 gram, serta pengukuran suhu dengan
menggunakan termometer dan waktu dengan menggunakan stopwatch.

Kata Kunci : alat ukur, NST, pengukuran, ketidakpastian, dan angka berarti.
RUMUSAN MASALAH
1.
2.
3.

Bagaimana cara menggunakan alat-alat ukur dasar?


Bagaimana menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan berulang?
Bagaimana memahami angka berarti?

TUJUAN
1.
2.
3.

Mampu menggunakan alat-alat ukur dasar.


Mampu menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan berulang.
Memahamu angka berarti.

TEORI SINGKAT
Pengukuran adalah bagian dari Keterampilan Proses Sains yang merupakan
pengumpulan informasi baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Dengan
melakukan pengukuran, dapat diperoleh besarnya atau nilai suatu besaran atau bukti
kualitatif. Dalam pembelajaran sains Fisika, seorang pendidik tidak hanya menyampaikan
kumpulan fakta-fakta saja tapi seharusnya mengajarkan sains sebagai proses
(menggunakan pendekatan proses). Oleh karena itu, melakukan percobaan dalam
laborratorium, berarti sengaja membangkitkan gejala-gejala alam kemudian melakukan
pengukuran.

1. Ketepatan dan Ketelitian Pengukuran

a. Ketepatan (keakuratan)
Jika suatu besaran diukur beberapa kali ( pengukuran berganda ) dan menghasilkan
harga-harga yang menyebar di sekitar harga yang sebenarnya maka pengukuran dikatakan
akurat . Pada pengukuran ini, harga rata-ratanya mendekati harga yang sebenarnya.
b. Ketelitian (kepresisian)
Jika hasil-hasil pengukuran terpusat di suatu daerah tertentu maka pengukuran
disebut presisi ( harga tiap pengukuran tidak jauh berbeda.
2. Angka Penting
Adapun aturan angka penting atau angka berarti, yaitu :
1. Semua angka yang bukan nol adalah angka penting
2. Angka nol yang terletak di antara angka bukan nol termasuk angka penting
contoh : 25,04 A mengandung 4 angka penting
3. Angka nol di sebelah kanan angka bukan nol termasuk angka penting, kecuali
kalau ada penjelasan lain, misalnya berupa garis di bawah angka terakhir yang
masih dianggap penting. Contoh 22,30 m mengandung 4 angka penting dan 22,30
mengandung 3 angka penting .
4. Angka nol yang terletak di sebelah kiri angka bukan nol, baik di sebelah kanan
maupun di sebelah kiri koma desimal tidak termasuk angka penting. Contoh: 0,47
cm mengandung 2 angka penting .
3. Analisis Ketidakpastian Pengukuran
Suatu pengukuran selalu disertai dengan ketidakpastian. Beberapa penyebab
ketidakpastian tersebut antara lain adalah Nilai Skala Terkecil ( NST ), kesalahan
kalibrasi,kesalahan titik nol, kesalahan paralaks, adanya gesekan, fluktuasi parameter
pengukuran dan lingkungan yang sulit mempengaruhu serta keterampilan pengamat.
Dengan demikian amat sulit untuk mendapatkan nilai sebenarnya suatu besaran melalui
pengukuran. Beberapa panduan akan disajikan dalam modul ini, yaitu bagaimana cara
melaporkan ketidakpastian yang menyertainya.
Ketidakpastian Pengukuran Tunggal
Pengukuran tunggal adalah pengukuran yang dilakukan satu kali saja. Keterbatasan
skala alat ukur dan keterbatasan kemampuan mengamati serta banyak sumber kesalahan
lain, mengakibatkan, hasil pengukuran selalu dihinggapi ketidakpastian.
Nilai x sampai goresan terakhir dapat diketahui dengan pasti, namun bacaan
selebihnya adalah terkaan atau dugaan belaka sehingga patut diragukan. Inilah
ketidakpastian yang dimaksud dan diberi lambang x. Lambang x merupakan
ketidakpastian mutlak. Untuk pengukuran tunggal diambil kebijaksanaan:
x = NST Alat
Dimana x adalah ketidakpastian pengukuran tunggal. Angka 2 mempunyai arti satu
skala ( nilai antara dua goresan terdekat ) masih dapat dibagi 2 bagian secara jelas oleh
mata. Nilai hasil pengukuran dilaporkan dengan cara yang sudah dibakukan seperti
berikut.
X = | x x | satuan
Dimana :

X = simbol besaran yang diukur


x = hasil pengukuran beserta ketidakpastiannya.
x atau ketidakpastian mutlak pada nilai {x} dan memberi gambaran tentang mutu
alat ukur yang digunakan.
Semakin baik mutu alat ukur, semakin kecil yang diperoleh.
Dengan menggunakan alat ukur yang lebih bermutu, maka diharapkan pula hasil
yang diperoleh lebih tepat. Oleh karena itu, ketidakpastian mutlak menyatakan ketepatan
hasil pengukuran.
Semakin kecil ketidakpastian mutlak, semakin tepat hasil pengukuran.
Perbandingan antara ketidakpastian mutlak dengan hasil pengukuran

x
x

disebut ketidakpastian relatif pada nilai {x}, sering dinyatakan dalam % ( tentunya harus
dikalikan dengan 100% ). Ketidakpastian relatif menyatakan tingkat ketelitian hasil
pengukuran. Makin kecil ketidakpastian relative, makin tinggi ketelitian yang dicapai
pada pengukuran.
Ketidakpastian Pengukuran Berulang ( Berganda )
Dengan mengadakan pengulangan, pengetahuan kita tentang nilai sebenarnya (X 0)
menjadi semakin baik. Pengulangan seharusnya diadakan sesering mungkin, makin sering
makin baik, namun perlu dibedakan antara pengulangan beberapa kali ( 2 kali atau 3 kali
saja ) dan pengulangan yang cukup sering ( 10 kali atau lebih ). Pada modul ini, kita akan
hanya membahas pengukuran yang berualng 2 atau 3 kali saja. Jika pengukuran
dilakukan sebanyak 3 kali, denga hasil x 1,x2,dan x3 atau 2 kali saja misalnya pada awal
percobaan dan pada akhir percobaan, maka {x} dan x dapat ditentukan sebagai berikut.
Nilai

rata-rata

pengukuran

dilaporkan

sebagai

{ x }

sedangkan

( penyimpangan ) terbesar atau deviasi rata-rata dilaporkan sebagai

deviasi

x . Deviasi

adalah selisih antara tiap hasil pengukuran dari nilai rata-ratanya. Jadi :

x , rata-rata pengukuran

{x} =
=

maximum

rata-rata

dengan :

x =
deviasi

x 1 + x 2+ x3
3

1=|x x|
1

dan,

2=|x x|, 3=|x x|


2

2 , 3 .
Atau dapat juga diambil dari :

adalah yang terbesar diantara

1 ,

1+ 2+ 3
3

x =

Disarankan agar

maks

diambil sebagai

tercakup dalam interval : (x- x

oleh karena ketiga nilai x1,x2,x3 akan

dan(x+ x ).

4. Rambat Ralat Pengukuran Tunggal


Misalkan suatu fungsi y = f ( a, b, c, . ), y adalah hasil perhitungan dari besaran
terukur a, b, dan .c, ( pengukuran tunggal ). Jika a berubah sebesar da, b berubah sebesar
db, dan c berubah sebesar dc, maka :
dy =

y
y
da+
db
a
b

+ y
dc
c

Analog di atas, dapat dituliskan menjadi :


dy =

y
y
a+
b
a
b

y
c
c

a , b , c diperoleh dari NST alat ukur atau sesuai aturan yang telah dijelaskan
sebelumnya.
5. Pengukuran Panjang
a. Mistar
Pada setiap alat ukur terdapat suatu nilai skala yang tidak dapat lagi dibagi-bagi,
inilah yang disebut Nilai Skala Terkecil ( NST ). Ketelitian alat ukur bergantung pada
NST ini. Mistar memiliki NST 0,1 cm atau 1 mm.
b. Jangka Sorong
Setiap jangka sorong memiliki skala utama ( SU ) dan skala bantu atau
skala nonius ( SN ). Pada umumnya, nilai skala utama = 1mm, dan banyaknya skala
nonius tidak selalu sama antara satu jangka sorong dengan jangka sorong lainnya. Ada
yang mempunyai 10 skala, 20 skala, dan bahkan ada yang memiliki skala nonius
sebanyak 50 skala.
Jangka sorong merupakan salah satu alat ukur besaran panjang yang secara
khusus dapat digunakan untuk mengukur diameter dalam, diameter luar dan kedalaman.
Untuk menggunakan jangka sorong terlebih dahulu harus diketahui nilai skala
terkecilnya. Berikut adalah cara menentukan NST :
20 skala nonius = 39 skala utama
Karena nilai skala utama sebesar 1 mm, maka
20 skala nonius = 39 mm
Sehingga, 1 skala nonius = 1,95 mm
Karena 1 skala nonius bernilai 1,95mm maka nilai skala pada skala utama yang paling
dekat dengan 1,95 mm adalah 2 mm. Selisih antara kedua nilai skala ini merupakan NST
dari jangka sorong.

NST Jangka Sorong = 2 mm 1,95 mm = ,0,05 mm


Untuk menentkan Hasil Pengukuran ( HP ) dengan menggunakan Jangka Sorong ini
digunakan persamaan :
Hasil Pengukuran (HP)
= ( PSU X Nilai Skala Utama ) + ( PSN X NST Jangka Sorong )
c. Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup memiliki dua bagin skala mendatar ( SM ) sebagai
skala utama dan skala putar ( SP ) sebagai skala nonius. NST micrometer sekrup dapat
ditentukan dengan menggunakan persamaan,

NST alat=

Nilai Skala Mendatar


N

Pada umumnya micrometer sekrup memiliki Nilai Skala Mendatar ( skala utama )
sebesar 0,5 mm dan jumlah skala putar sebanyak 50 skala, dengan demikian maka NST
micrometer sekrup seperti mempunyai NST sebesar,

NST mikrometer sekrup=

0,5 mm
= 0,01 mm
50

Hasil pengukuran dari suatu micrometer sekrup dapat ditentukan dengan cara
membaca penunjukkan bagian ujung skala putar terhadap skala utama dan garis
horizontal ( yang membagi dua skala utama menjadi skala bagian atas dan bawah )
terhadap skala putar. Untuk menentukan Hasil Pengukuran ( HP ) dengan menggunakan
Mikrometer Sekrup ini digunakan persamaan :
Hasil Pengukuran (HP)
= (PSM x Nilai Skala Mendatar) + (PSP x NST Mikrometer Sekrup)
6. Pengukuran Massa
a. Neraca Ohauss 2610 gram
Pada neraca ini terdapat 3 lengan dengan batas ukur yangberbeda-beda. Pada ujung
lenga dapat digandeng 2 buah beban yang nilainya masing-masing 500 gram dan 1000
gram. Sehingga kemampua atau batas ukur alat ini menjadi 2610 gram. Untuk
pengukuran di bawah 610 gram, cukup menggunaka semua lengan neraca dan di atas 610
gram sampai 2610 gram ditambah dengan beban gantung. Hasil pengukuran dapat
ditentukan dengan menjumlah penunjukkan beban gantung dengan semua penunjukkan
lengan-lengan neraca.
b. Neraca Ohauss 311 gram
Neraca ini mempunyai 4 lengan dengan nilai skala yang berbeda-beda, masingmasing lengan mempunyai batas ukur dan nilai skala yang berbeda-beda. Untuk
menggunakan neraca ini terlebih dahulu tentukan Nilai Skala masing-masing lengan NST
dari neraca Ohauss 311 gram, diambil dari nilai skala terkecil dari empat lengannya. Hasil
Pengukuran ditentukan dengan menjumlahkan penunjukkan semua lengan neraca yang
digunakan.
c. Neraca Ohauss 310 gram
Neraca ini mempunyai 2 lengan dengan nilai skala yang berbeda-beda dan
dilengkapi dengan sebuah skala putar ( skala utama ) dan skala nonius. NST Neraca
Ohauss 310 dapat ditentukan dengan cara yang sama dengan pada jangka sorong. Hasil

pengukuran ditentukan dengan menjumlahkan penunjukkan semua lengan neraca


ditambahkan dengan nilai pengukuran dari skala putar dan noniusnya.
7. Pengukuran Suhu dan Waktu
Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu suatu zat. Nilai
skala terkecil untuk kedua jenis termometer tersebut dapat ditentukan seperti halnya
menentukan nilai skala terkecil sebuah mistar biasa, yaitu dengan mengambil batas ukur
tertentu dan membaginya dengan jumlah skala dari nol sampai pada ukur yang diambil
tersebut.
Stopwatch merupakan salah satu alat ukur waktu yang paling sering digunakan di
laboratorium. Alat ukur ini dilengkapi dengan tombol untuk menjalankan, mematikan dan
mengembalikkan jarum ke posisi nol. Terdapat beberapa bentuk stopwatch dengan NST
yang berbeda-beda. Cara menentukan NST stopwatch sama dengan menentukan NST alat
ukur tanpa nonius.
METODOLOGI EKSPERIMEN
1. Alat dan Bahan
a. Mistar (1)
b.Jangka Sorong (1)
c. Mikrometer Sekrup (1)
d.Stopwatch (1)
e. Termometer (1)
f. Kubus (1)
g.Bola (1)
h.Neraca Ohauss (3)
i. Gelas Ukur (1)
j. Kaki tiga dan kasa (1)
k.Pembakar Bunsen (1)
l. Air secukupnya
2. Identifikasi Variabel
a. Pengukuran Panjang
1) Variabel Kontrol : balok dan kubus
2) Variabel Manipulasi
: panjang, lebar, tinggi, dan diameter
3) Variabel Respon
: volume
b. Mass Measurement
1) Variabel Kontrol : Balok Kubus and Bola
2) Variabel Manipulasi
: Neraca Ohauss 2610 gram. Neraca Ohauss 311 gram.
and Neraca Ohauss 310 gram
3) Variabel Respon
: density
c. Waktu and Suhu Measurement
1) Variabel Kontrol : suhu
2) Variabel Manipulasi
: waktu
3) Variabel Respon
: perubahan suhu

3. Definisi Operasional Variabel


a. Pengukuran Panjang
1) Variabel kontrol
2) Variabel manipulasi

3) Variabel respon

: kubuas dan bola adalah benda yang diukur dalam


kegiatan ini.
: panjang adalah dimensi yang menunjukkan jarak antara
dua titik, dihitung pada sisi horizontal dari benda. Lebar
adalah jarak dari satu sisi ke sisi yang lain. Sementara,
tinggi adalah jarak antara dua titik, diukur pada sisi
vertical benda. Dan diameter adalah garis yang
menghubungkan dua titik pada lingkaran melalui titik
pusat benda.
: volume adalah besaran yang menunjukkan kapasitas
dari sebuah benda.

b. Mass Measurement
1) Variabel kontrol

: balok dan bola adalah obek yang diukur pada kegiatan


ini.
2) Variabel manipulasi
: Neraca Ohauss 2610 gram. Neraca Ohauss 311 gram.
dan Neraca Ohauss 310 gram alat ukur yang digunakan
untuk mengukur massa benda.
3) Variabel respon
: massa jenis adalah pengukuran massa di setiap volume
object. Semakin besar massa jenis, semakin besar pula
volume benda.
c. Pengukuran Waktu dan Suhu
1) Variabel kontrol
2) Variabel manipulasi
3) Variabel respon

: suhu adalah besaran yang menunjukkan derajat panas


dari air tersebut.
: waktu adalah besaran yang menunjukkan lamanya
suatu kegiatan berlangsung.
: perubahan suhu adalah selisih antara suhu pada suatu
waktu dengan waktu selanjutnya.

4. Prosedur Kerja
Pertama-tama siapkan semua alat dan bahan yang diperlukan dalam percobaan.
Pengukuran yang pertama dilakukan adalah pengukuran panjang. Oleh karena itu,
ambilah mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup, kemudian nilai skala terkecilnya
ditentukan. Pengukuran untuk panjang, lebar, dan tinggi balok berbentuk kubus yang
disediakan masing-masing dilakukan sebanyak tiga kali untuk setiap alat. Hasil
pengukuran dituliskan pada tabel disertai dengan ketidakpastiannya. Setelah itu dilakukan
sebanyak tiga kali pula untuk diameter bola juga untuk setiap alat dan hasilnya dituliskan
pula pada table disertai hasil ketidakpastiannya.
Pengukuran yang kedua dilakukan adalah pengukuran massa. Oleh karena itu, ambilah
neraca ohauss 2610 gram, neraca ohauss 311 gram, dan neraca ohauss 310 gram.
Kemudian, pada balok kubus dan bola dilakukan masing-msing tiga kali pengukuran

untuk setiap alatnya. Setelah itu, hasil pengukuran dituliskan di tael disertai
ketidakpastiannya.
Pengukuran yang ketiga dilakukan adalah pengukuran suhu dan waktu. Oleh karena
itu, ambilah termometer, stopwatch, pembakar Bunsen, statif, dan gelas ukur. Mula-mula,
air dipanaskan untuk memastikan bahwa seluruh partikel-partikelnya telah panas secara
merata. Kemudian, pada saat partikel-partikelnya panas secara merata maka dilakukan
pengukuran kenaikan suhu setiap menitnya. Setelah itu, hasil yang didapatkan dituliskan
di tabel beserta ketidakpastiannya.
HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS DATA
1. Hasil Pengamatan
a. Pengukuran Panjang
NST mistar

: batas ukur = 1cm = 0,1 cm = 1 mm


10

NST jangka sorong jumlah skala : 20 skala nonius = 39 skala utama


Karena nilai skala utama 1 mm, maka
1 SN = 39/20 = 1,95 mm mendekati 2 mm, maka
Selisihnya adalah
NST jangka sorong = 2 mm - 1,95 mm = 0,05 mm
NST mikrometer sekrup

: untuk nilai skala mendatar = bts / jml skala


mm = 0,5 mm
NST alat = N.SM = 0,5 mm = 0,01 mm
J. SP
50

Table 1. Hasil pengukuran panjang


No
1

Benda yang
Diukur
Balok
Kubus

Besaran
yang
Diukur
Panjang
Lebar
Tinggi

Bola
Diameter

Mistar
20,0 0,5
20,0 0,5
20,0 0,5
20,0 0,5
20,0 0,5
20,0 0,5
20,0 0,5
20,0 0,5
20,0 0,5
15,5 0,5
17,5 0,5
17,0 0,5

Measuring Result (mm)


Vernier
Mikrometer
Caliper
Sekrup
20,500,05
20,4700,005
20,200,05
20,4500,005
20,100,05
20,0100,005
20,150,05
20,4700,005
20,300,05
20,4800,005
20,200,05
20,4700,005
20,850,05
20,4200,005
20,010,05
20,4100,005
20,900,05
20,4100,005
16,050,05
15,6900,005
16,950,05
15,7000,005
16,050,05
15,6900,005

b. Mass Measurement
1) Neraca Ohauss 2610 gram
Nilai Skala Lengan 1 = limit measuring / total scale = 500 / 5 = 100 gram

Nilai Skala Lengan 2 = 100 / 10 = 10 gram


Nilai Skala Lengan 3 = 10 / 100 = 0.1 gram
Mass of hanging object = 0 gram
Table 2. Hasil pengukuran massa menggunakan neraca ohauss 2610 gram
Penun.
Penun.
Penun.
Hanging
Object
Object Mass (g)
Lengan 1 Lengan 2 Lengan 3
Object
1.
1.
1.
1.
0
60
74,5
0
67,45 0,05
Balok
2.
2.
2,
2.
0
60
75
0
67,50 0,05
Kubus
3.
3,
3,
3.
0
60
75,5
0
67,55 0,05
1.
1.
1,
1.
0
0
56,5
0
5,65 0,05
2.
2.
2,
2.
Bola
0
0
57,5
0
5,75 0,05
3.
3.
3,
3.
0
0
57,5
0
5,75 0,05
2) Neraca Ohauss 311 gram
Nilai Skala Lengan 1 = 100 gram
Nilai Skala Lengan 2 = 10
gram
Nilai Skala Lengan 3 = 1
gram
Nilai Skala Lengan 4 = 0,01 gram
Table 3. Hasil pengukuran massa menggunakan Neraca Ohauss 311 gram
Penun.
Lengan 1

Object
Balok
Kubus
Bola

Penun.
Lengan 2

Penun.
Lengan 3

1.

1.

1.

2.

2.

2.

0
0
3.
0
1.
0
2.
0
3.
0

60
60
3.
60
1.
0
2.
0
3.
0

7
7
3.
7
1.
5
2.
5
3.
5

3) Neraca Ohauss 310 gram


Nilai Skala Lengan 1 = 100 g
Nilai Skala Lengan 1 = 10 g
Nilai Skala Putar
= 0,1 g
Jumlah Skala Nonius= 10

Penun.
Lengan
3
1.
49
2.
49.5
3.
49.5
4.
69.5
5.
69.5
6.
69.5

Massa Object (g)


67,490 0,005
67,495 0,005
67,495 0,005
5,695 0,005
5,695 0,005
5,695 0,005

NST of Neraca Ohauss 310 gram

= 2 (0,1) 0,19
= 0,2 0,19
= 0,01 gram
Table 4. Pengukuran massa menggunakan Neraca ohauss 310 gram

Bola

Penun.
Skala
Nonius
1.
3
2.
2
3.
7

0
2.
0
3.
0

1.

60
60
3.
60

Penun.
Skala
Putar
1.
79
2.
77
3.
86

1.

1.

1.

1.

2.

2.

2.

2.

Penun.
Lengan 1

Object
Balok Kubus

NST

1.

0
0
3.
0

Penun.
Lengan 2
2.

0
0
3.
0

73
75
3.
64

9
10
3.
4

Massa Benda
(g)
67,93 0,01
67,72 0,01
68,67 0,01
7,39 0,01
7,51 0,01
6,44 0,01

c. Pengukuran Waktu dan Suhu


NST termometer = 10C
Suhu awal
= 400C

NST stopwatch = 0.1 s

Table 5. Hasil pengukuran waktu and suhu


No.
Waktu (s)
Suhu (0C)
1.
60,0 0,1
41,5 0,5
2.
120,0 0,1
43,5 0,5
3.
180,0 0,1
45,5 0,5
4.
240,0 0,1
47,0 0,5
5.
300,0 0,1
48,5 0,5
6.
360,0 0,1
50,5 0,5
2. Analisis Data
a. Pengukuran Panjang
1) Panjang Balok Kubus
Mistar

x =

Perubahan Suhu (0C)


1,5 0,5
2,0 0,5
2,0 0,5
1,5 0,5
1,5 0,5
1,5 0,5

x 1 + x 2+ x3 20,0+20,5+20,5
=
=20,3 mm
3
3

1=|x x|=|20,020,3|

mm

0,3 mm

2=|x x|=|20,520,3|

mm

0,2 mm

3=|x x|=|20,520,3|

mm

0,2 mm

max=0,3 mm x=0,3 mm
x
x

KR =

x 100% =

0,3
20,3

x 100% = 1,4%

3 AP

DK = 100% - 1,4% = 98,6%


HP = | x xmm
HP = |20,3

0,3mm

Jangka Sorong

x =

x 1 + x 2+ x3 20,50+20,20+20,10
=
=20,27 mm
3
3

1=|x x|= 20,520,27 0,23 mm


1

2=|x x|= 20,2020,27 0,07 mm


2

3=|x x|= 20,1020,27 0,17 mm


3

maks=0,23 mm x=0,23 mm
x
x

KR =

x 100% =

0,23
20,27

x 100% = 1,1%

3 AP

DK = 100% - 1,1% = 98,9%


HP = | x xmm
HP = |20,3

0,3mm

Mikrometer Sekrup

x =

x 1 + x 2+ x3 20,470+20,450+20,010
=
=20,310 mm
3
3

1=|x x|= 20,47020,310 0,160 mm


1

2=|x x|= 20,45020,310 0,140 mm


2

3=|x x|= 20,01020,310 0,300 mm


3

maks =0,30 mm x=0,300 mm


x
x

KR =

x 100% =

0,300
20,310

x 100% = 1,5%

DK = 100% - 1,5% = 98,5%


HP = | x xmm
HP = |20,3

0,2mm

2) Lebar Balok Kubus


Mistar

x =

x 1 + x 2+ x3 20,0+20,0+20,0
=
=20,0mm
3
3

1=|x x|=|20,020,0|

mm

0 mm

2=|x x|=|20,020,0|

mm

0 mm

3=|x x|=|20,020,0|

mm

0 mm

max=0 mm x=1 , NST=1 , 1 mm=1 mm

3 AP

x
x

KR =

x 100% =

1
20,0

x 100% = 5%

3 AP

DK = 100% - 5% = 95%
HP = | x xmm
HP = |20,0

1,0mm

Jangka Sorong

x =

x 1 + x 2+ x3 20,15+20,30+20,20
=
=20,22 mm
3
3

1=|x x|= 20,1520,22 0,07 mm


1

2=|x x|= 20,3020,22 0,08 mm


2

3=|x x|=|20,2020,22|=0,02mm
3

maks=0,08 mm x=0,08 mm
x
x

KR =

x 100% =

0,08
20,22

x 100% = 0,4 %

4 AP

DK = 100% - 0,4% = 99,6%


HP = | x xmm
HP = |20,22

0,08mm

Mikrometer Sekrup

x =

x 1 + x 2+ x3 20,470+20,480+20,470
=
=20,473 mm
3
3

1=|x x|=|20,47020,473|=0,003 mm
1

2=|x x|=|20,48020,473|=0,007 mm
2

3=|x x|=|20,47020,473|=0,003 mm
3

maks=0,01 mm x=0,007 mm
KR =

x
x

x 100% =

0,007
20,473

DK = 100% - 0,03% = 99,97%

x 100% = 0,03 %

4 AP

HP = | x xmm
HP = |20,47

0,01mm

3) Tinggi Balok Kubus


Mistar

x =

x 1 + x 2+ x3 20,0+20,0+20,0
=
=20,0mm
3
3

1=|x x|=|20,020,0|

mm

0 mm

2=|x x|=|20,020,0|

mm

0 mm

3=|x x|=|20,020,0|

mm

0 mm

maks=0 mm x =1 NST =1 1 mm=1mm


x
x

KR =

1
20,0

x 100% =

x 100% = 5%

3 AP

DK = 100% - 5% = 95%
HP = | x xmm
HP = |20,0

1,0mm

Jangka Sorong

x =

x 1 + x 2+ x3 20,85+20,01+20,90
=
=20,59 mm
3
3

1=|x x|= 20,8520,59 0,26 mm


1

2=|x x|= 20,0120,59 0,58 mm


2

3=|x x|= 20,9020,59 0,31 mm


3

maks=0,23 mm x=0,58 mm
KR =

x
x

x 100% =

0,58
20,59

DK = 100% - 2,8% = 97,2%


HP = | x xmm
HP = |20.6

0.6mm

x 100% = 2,8%

3 AP

Mikrometer Sekrup

x =

x 1 + x 2+ x3 20,420+20,410+20,410
=
=20,413 mm
3
3

1=|x x|=|20,42020,413|=0,007 mm
1

2=|x x|=|20,41020,413|=0,003 mm
2

3=|x x|=|20,41020,413|=0,003 mm
3

maks=0,01 mm x=0,007 mm
x
x

KR =

x 100% =

0,007
20,413

x 100% = 0,03 %

4 AP

DK = 100% - 0,03% = 99,97%


HP = | x xmm
HP = |20,41

0,01mm

b. Pengukuran Diameter
1) Diameter Bola
Mistar

x =

x 1 + x 2+ x3 15,5+17,5+17,0
=
=16,7 mm
3
3

1=|x x|=|15,516,7|

mm

1,2mm

2=|x x|=|17,516,7|

mm

0,8 mm

3=|x x|=|17,016,7|

mm

0,3 mm

maks=1,2 mm x=1,2mm
KR =

x
x

x 100% =

DK = 100% - 7,3% = 92,7%


HP = | x xmm
HP = |16,7

1,2mm

1,2
16,47

x 100% = 7,3%

3 AP

Jangka Sorong

x =

x 1 + x 2+ x3 16,05+16,95+16,05
=
=16,35 mm
3
3
1=|x x|= 16,0516,35 0,30 mm
1

2=|x x|=|16,9516,35|=0,60mm
2

3=|x x|= 16,0516,35 0,30 mm


3

maks=0,60 mm x=0,60 mm
x
x

KR =

x 100% =

0,60
16,35

x 100% = 3,7%

3 AP

DK = 100% - 3,7% = 96,3%


HP = | x xmm
HP = |16.4

0.6mm

Mikrometer Sekrup

x =

x 1 + x 2+ x3 15,690+15,700+15,690
=
=15,693 mm
3
3

1=|x x|= 15,69015,693 0,003 mm


1

2=|x x|=|15,70015,693|=0,007 mm
2

3=|x x|=|15,69015,693|=0,003 mm
3

maks=0,01 mm x=0,007 mm
KR = =

x
x

x 100% =

0,007
15,693

DK = 100% - 0,04% = 99,96%


HP = | x xmm
HP = |15,69

0,01mm

c. Pengukuran Massa
1) Massa Balok Kubus

x 100% = 0,04%

4 AP

Neraca Ohauss 2610 gram

x =

x 1 + x 2+ x3 67,45+67,50+67,55
=
=67,50 g
3
3

1=|x x|= 67,4567,50 0,15 g


1

2=|x x|=|67,5067,50|=0 g
2

3=|x x|= 67,5567,50 0,05 g


3

maks=0,15 g x=0,15 g
x
x

KR =

x 100% =

0,15
67,50

x 100% = 0,22%

4 AP

DK = 100% - 0,22% = 99,78%


HP = | x xg

HP = |67,50 0,15g
Neraca Ohauss 311 gram

x =

x 1 + x 2+ x3 67,490+67,495+67,495
=
=67,493 g
3
3

1=|x x|= 67,49067,493 0,003 g


1

2=|x x|=|67,49567,493|=0,002 g
2

3=|x x|= 67,49567,493 0,002 g


3

maks=0,003 g x=0,003 g
x
x

KR =

x 100% =

0,003
67,493

x 100% = 0,004%

DK = 100% - 4,4% = 95,6%


HP = | x xg

HP = |67,49 3 0,003g
Neraca Ohauss 310 gram

x =

x 1 + x 2+ x3 67,93+67,72+68,67
=
=68,11 g
3
3

1=|x x|= 67,9368,11 0,18 g


1

4 AP

2=|x x|=|67,7268,11|=0,39 g
2

3=|x x|= 68,6768,11 0,56 g


3

maks=0,56 g x=0,56 g
KR = =

x
x

x 100% =

0,56
68,11

x 100% = 0,82%

4 AP

DK = 100% - 0,82% = 99,18%


HP = | x xg

0,56g

HP = |68,11

2)

Massa Bola
Neraca Ohauss 2610 gram

x =

x 1 + x 2+ x3 5,65+5,75+5,75
=
=5,72 g
3
3

1=|x x|= 5,655,72 0,70 g


1

2=|x x|=|5,755,72|=0,03 g
2

3=|x x|= 5,755,72 0,03 g


3

maks=0,70 g x=0,70 g
KR = =

x
x

x 100% =

0,70
5,72

x 100% = 12,23%

DK = 100% - 12,23% = 87,77%


HP = | x xg
HP = |5,7

0,7g

Neraca Ohauss 311 gram

x =

x 1 + x 2+ x3 5,695+5,695+5,695
=
=5,695 g
3
3

1=|x x|= 5,6955,695 0 g


1

2 AP

2=|x x|=|5,6955,695|=0 g
2

3=|x x|= 5,6955,695 0 g


3

1
1
maks=0 g x= , NST = , 0,01 g=0,005 g
2
2
KR = =

x
x

x 100% =

0,005
5,695

x 100% = 0,088%

4 AP

DK = 100% - 0,088% = 99,912%


HP = | x xg

0,005g

HP = |5,695

Neraca Ohauss 310 gram

x =

x 1 + x 2+ x3 7,39+7,51+6,44
=
=7,11 g
3
3

1=|x x|= 7,397,11 0,28 g


1

2=|x x|=|7,517,11|=0,40 g
2

3=|x x|= 6,447,11 0,67 g


3

maks=0,67 g x=0,67 g
KR = =

x
x

x 100% =

0,67
7,11

DK = 100% - 9,42% = 90,58%


HP = | x xg
HP = |7,11

0,40g

RAMBAT RALAT
1. Dari Pengukuran Panjang
a. Volume Balok Kubus
Mistar
V

p l t

x 100% = 9,42%

3 AP

V = 20.3

20.0

20.0

= 8,120 mm3

dV

|Vp |dp+|Vl |dl+|Vt |dt


| plt |dp+| pltpt |dl+| pltpl |dt

dV
V

dV
=
V

dp dl dt
+ +
p l t

|pp + l l + t t |V
0.3
1
1
+
+
|20.3
20.0 20.0 |

(0.01+0.05+0.05) 8,120 mm3

= 0.11

8,120 mm3

= 893.2 mm3

KR=

V
V

100

10.9

V = |V V| mm3
DK = 100

8120 mm3

893.2
8,120

100

= 89.1

8,120.0 893.2 mm3

Jangka Sorong
V

V =

p l t

20.27

20.22 20.59

= 8,439.01 mm3

dV

dV
V

dV
=
V
V

|Vp |dp+|Vl |dl+|Vt |dt


pt
pl
| plt |dp+| plt |dl+| plt |dt

dp dl dt
+ +
p l t

|pp + l l + t t |V

= 10.9

2 AP

0.23 0.08 0.58


+
+
|20.27
20.22 20.59 |

(0.0113+ 0.0039+0.0281) 8439.01 mm3


8,439.01 mm3

= 0.0433

= 365.409133 mm3

KR=

V
V

DK = 100

8439.01 mm3

100

4.3

365.409133
8439.01

100

= 4.3

3 AP

= 95.7

|
V V| mm3

V =

8,439.01 365.41 mm3

Mikrometer Sekrup
=

p l t

V =

20.310

20.470

20.410

= 8,485.37 mm3

dV

|Vp |dp+|Vl |dl+|Vt |dt


| plt |dp+| pltpt |dl+| pltpl |dt

dV
V

dV
=
V
V

dp dl dt
+ +
p l t

|pp + l l + t t |V

0.300 0.010 0.010


+
+
|20.310
20.470 20.410 |

(0.0147+0.0005+ 0.0005) 8485.37 mm3

= 0.0157

8,485.37 mm3

= 133.220309 mm3

KR=

V
V

100

1.57

V = |V V| mm3
DK = 100

8,485.37 mm3

133.22
8,485.37
= 98.43

100

= 1.57

3 AP

8,485.37 133.22 mm3

b. Volume Bola
Mistar
V=

1 3
d
6

V=

1
6

3.14

16.73

V = 2437.41 mm3

| vd|dd

dV =

| |

dV =

( 16 d ) dd
3

1
2
dV = 3
d dd
6
dV
V

1
2
3
d
6
1 3
d
6

dd

|3ddd| V
3 d
V =|
V
d |
3 1.2
V =|
16.7 |
dV

2,437.41

V =0.22 2,437.41
V =525.43 mm3

KR=

V
V

100

525.43
2,437.41

100

21.5
= 78.5

V = |V V| mm3
DK = 100

V
Jangka Sorong

2,437.41 525.43 mm3

= 21.5

2 AP

V=

1 3
d
6

V=

1
6

3.14

16.35

V = 2,287.35 mm3

| vd|dd

dV =

| |

dV =

( 16 d ) dd
3

1
dV = 3
d 2 dd
6
dV
V

1
3
d2
6
1 3
d
6

dd

|3ddd| V
3 d
V =|
V
d |
3 0.60
V =|
16.35 |
dV

2,287.35

V =0.11 2,287.35

V =246.54 mm3
KR=

V
V

100

246.54
2,287.35

100

10.8
= 89.2

V = |V V| mm3
DK = 100

Mikrometer Sekrup
V=

1 3
d
6

2,287.35 246.54 mm3

= 10.8

2 AP

V=

1
6

3.14

15.690

V = 2,021.38 mm3

| vd|dd

dV =

| |

dV =

( 16 d ) dd
3

1
dV = 3
d 2 dd
6
dV
V

1
3
d2
6
1 3
d
6

dd

|3ddd| V
3 d
V =| |
V
d
3 0.01
V =|
15.69 |
dV

2,021.38

V =0.0019 2,021.38

V =3.840622 mm3
KR=

V
V

100

3.84
2,021.38

100

0.19
= 99.81

V = |V V| mm3
DK = 100

2,021.38 3.84 mm3

2. Dari Pengukuran Massa


a. Massa Jenis Balok Kubus
Mistar and Neraca Ohauss 2610 gram

m= 67.50 0.15g

v = 8,120.0 893.2 mm3

= 0.19

4 AP

m
v

67.50
8,120.00

= mv-1

m/v

= 0.008

| m |dm +|v|dv

d=

d=v1 dm+m v 2 dv
d
v1
mv2
= 1 dm + 1 dv
mv
mv

| dmm + dvv|
m v
=|
+ |
m
v
0.15
893.2
=|
+
0.008 m/v
67.50 8,120.0 |
d=

=|0.0022+0.1100| 0.008 m/ v

=( 0.0022+ 0.1100 ) 0.008 m/v 3


=0.1122 0.008 m/v 3
g/mm3

=0.0009
KR=

100

11.25
|
= |

DK = 100

0.0009
0.0080

100

= 88.75

g/mm3

0.0080 0.0009g/mm3

=|0.80 0.09|

102 g /mm3

Jangka Sorong and Neraca Ohauss 2610 gram

m= 67.50 0.15g
v = 8439.01 365.41 mm3

= 11.25

2 AP

m
v

67.50
8439.01

= mv-1

m/v

= 0.008

| m |dm +|v|dv

d=

d=v1 dm+m v 2 dv
d
v1
mv2
= 1 dm + 1 dv
mv
mv

| dmm + dvv|
m v
=|
+ |
m
v
0.15 365.41
=|
+
0.008 m/ v
67.50 8439.01|
d=

=|0.0022+0.0433|0.008 m/v

=( 0.0022+ 0.0433 ) 0.008 m/v 3


=0.0455 0.008 m/v 3
g/mm3

=0.0004
KR=

100

0.0004
0.0080

5
= 95
|
g/mm3
= |

DK = 100

100

0.0080 0.0004g /mm 3

=|0.80 0.04|

102 g /mm3

Mikrometer Sekrup dan Neraca Ohauss 2610 gram

m= 67.50 0.15g

v = 8,485.37 133.22 mm3

= 5%

3 AP

m
v

67.50
8485.37

= mv-1

m/v

= 0.008

| m |dm +|v|dv

d=

d=v1 dm+m v 2 dv
d
v1
mv2
= 1 dm + 1 dv
mv
mv

| dmm + dvv|
m v
=|
+ |
m
v
0.15 133.22
=|
+
0.008 m/v
67.50 8485.37 |
d=

=|0.0022+0.0157|0.008 m/v

=( 0.0022+0.0157 ) 0.008 m/v 3


=0.0179 0.008 m/v 3
g/mm3

=0.0001
KR=

100

0.0001
0.0080

1.25
= 98.75
|
g/mm3
= |

DK = 100

100

0.0080 0.0001g /mm3

=|0.80 0.04|

102 g /mm3

b. Massa Jenis Bola


Mistar and Neraca Ohauss 2610 gram

m= |5.72 0.70g
v = 2,437.41 525.43 mm3

= 1.25%

3 AP

m
v

5.72
2437.41

= mv-1

m/v

= 0.003

| m |dm +|v|dv

d=

d=v1 dm+m v 2 dv
d
v1
mv2
= 1 dm + 1 dv
mv
mv

| dmm + dvv|
m v
=|
+ |
m
v
0.70 525.43
=|
+
0.003 m/v
5.72 2,437.41|
d=

=|0.1223+0.2156|0.003 m/ v

=( 0.1223+0.2156 ) 0.003 m/v 3


=0.3379 0.003 m/v 3
g/mm3

=0.001
KR=

DK = 100

100

0.001
0.003

33.3

100

= 66.7

g/mm3

| |

0.003 0.001g /mm3

=|0.3 0.1|

102 g /mm3

Jangka Sorong and Neraca Ohauss 2610 gram

m= |5.72 0.70g
v = 2287.35 246.54 mm3

= 33.3

2 AP

m
v

5.72
2287.35

= mv-1

m/v

= 0.0030

| m |dm +|v|dv

d=

d=v1 dm+m v 2 dv
d
v1
mv2
= 1 dm + 1 dv
mv
mv

| dmm + dvv|
m v
=|
+ |
m
v
0.70 246.54
=|
+
0.0030 m/ v
5.72 2287.35 |
d=

=|0.1223+0.1078|0.0030 m/v

=( 0.1223+0.1078 ) 0.0030 m/ v 3
=0.2301 0.0030 m/v 3
g/mm3

=0.0007
KR=

DK = 100

100

0.0007
0.0030

23.3

100

= 76.7

g/mm3

| |

0.0030 0.0007g/mm3

=|0.30 0.07|

= 23.3

102 g /mm3

Mikrometer Sekrup and Neraca Ohauss 2610 gram

m= |5.72 0.70g

v = 2,021.38 3.84 mm3

2 AP

m
v

5.72
2,021.38

= mv-1

m/v 3

= 0.0028

| m |dm +|v|dv

d=

d=v1 dm+m v 2 dv
d
v1
mv2
= 1 dm + 1 dv
mv
mv

| dmm + dvv|
m v
=|
+ |
m
v
0.70
3.84
=|
+
0.0028 m/ v
5.72 2021.38 |
d=

=|0.1223+0.0019|0.0028 m/v 3
=( 0.1223+0.0019 ) 0.0028 m/v 3
=0.1242 0.0028 m/v 3
g/mm3

=0.0003
KR=

DK = 100

100

10.7

0.0003
0.0028

100

2 AP

= 89.3

g/mm3

| |

0.0028 0.0003g/mm3

=|0.28 0.03|

= 10.7

102 g /mm3

PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini, kami telah melakukan tiga jenis pengukuran yaitu
pengukuran panjang, pengukuran massa, serta pengukuran waktu dan suhu. Pengukuran
panjang dimana objek yang diukur adalah balok kubus dan bola dengan menggunakan
alat ukur mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup untuk masing-masing benda.

Sedangkan, pada pengukuran massa juga digunakan balok kubus dan bola sebagai objek
yang diukur. Dalam pengukuran ini digunakan tiga jenis alat ukur yaitu neraca ohauss
2610 gram, neraca ohauss 311 gram, dan neraca ohauss 310 gram. Pada pengukuran
waktu dan suhu, objek yang diukur adalah perubahan suhu air di setiap selang waktu satu
menit. Adapun alat yang digunakan yaitu termometer dan stopwatch yang masing-masing
untuk mengukur suhu dan waktu.
Contoh pengukuran panjang pada balok kubus, hasil pengukuran panjangnya dengan
menggunakan mistar adalah20.0 0.5mm, kemudian hasil pengukuran panjangnya
dengan menggunakan jangka sorong adalah 20.500.05mm, dan hasil pengukuran
panjangnya dengan menggunakan mikrometer sekrup adalah 20.4700.005mm.
Seperti yang diketahui sebelumnya bahwa NST dari setiap alat ukur berbeda-beda
sehingga ketelitian masing-masing alat berbeda pula, dimana semakin kecil NST suatu
alat ukur maka semakin kecil pula kesalahan relatif pada alat ukur tersebut. Berdasarkan
pengukuran di atas, dapat diketahui perbedaan hasil pengukuran panjang benda pertama
pada setiap alat ukur. Hal ini disebabkan oleh NST alat ukur itu berbeda-beda. Dari data
tersebut, dapat kita tentukan bahwa alat ukur yang paling teliti diantara ketiga alat ukur
tersebut adalah mikrometer sekrup karena mikrometer sekrup memiliki NST terkecil
disbanding dengan mistar dan jangka sorong. Jadi, kesimpulannya adalah NST suatu alat
ukur akan mempengaruhi hasil pengukuran alat ukur itu sendiri dan semakin kecil NST
suatu alat ukur maka semakin teliti pula alat ukur tersebut.
Dari hasil pengukuran massa kubus menggunakan neraca ohauss 2610 gram berturutturut dari balok kubus dan bola adalah 67.45 0.05gram dan5.65 0.05gram,
neraca ohauss 311 gram berturut-turut dari balok kubus dan bola adalah67.490
0.005gram dan5.695 0.005gram, neraca ohauss 310 gram berturut-turut balok
kubus dan bola adalah 67.93 0.01gram dan7.39 0.01gram. Jadi, jika dilihat
dari data diatas maka dapat disimpulkan bahwa neraca ohauss yang paling teliti adalah
neraca ohauss 311 gram.
Pada pengukuran suhu terhadap waktu dapat diketahui bahwa setiap 1 menit dihitung
kenaikan suhunya, hal ini dapat dilihat dari hasil yang kami peroleh secara berturut-turut
dari 60 detik pertama sampai dengan detik ke 360 dengan suhu awal 40 0C. Hasilnya yaitu
41,50C, 43,50C, 45,50C, 47,00C, 48,50C, dan 50,50C. Dari data tersebut dapat diketahui
bahwa perubahan suhunya berkisar di 2 0C dan 1,50C. Dapat disimpulkan bahwa
perubahan suhu tiap menitnya tidak berbeda jauh.
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa ketelitian alat
ukur bergantung pada NST alat, ketelitian praktikan ketika melakukan pengukuran, dan
data yang baik adalah data yang diperoleh dengan pengukuran dengan ketelitian
praktikan ketika mengambil data. Dimana semakin tinggi ketelitian alat ukur, maka
semakin kecil ketidakpastian yang diperoleh. Semakin kecil ketidakpastian mutlak, maka
semakin baik pula hasil pengukuran yang telah dilakukan, dan semakin kecil
ketidakpastian relatif berarti semakin tinggi ketelitian yang dicapai dalam pengukuran.
Adapun beberapa perbedaan hasil pengukuran yang telah dilakukan secara berulang oleh

3 praktikan, mungkin diantaranya terdapat kesalahan dalam mengukur dan kesalahan


dalam mebaca hasil pengukuran. Maka dari itu, sangat diperlukan ketelitian dalam
menggunakan alat ukur terutama cara membaca hasil pengukuran yaitu secara tegak lurus
agar dapat memperoleh hasil yang lebih akurat. Pada pengukuran suhu terhadap waktu,
dapat disimpulkan bahwa kenaikan suhu air yang dipanaskan dalam selang 60 detik
pertama dan 60 detik kedua dan seterusnya, perubahan temperaturnya tidak berbeda. jauh.
REFERENSI
Saripudin. A.. dkk. 2011. Advanced Learning Physics 1A. Bandung : Facil.
Serway and Jewett. 2009. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta Selatan : Salemba
Teknika.
Subaer. dkk. 2013. Penuntun Praktikum Eksperimen Fisika I Unit Laboratorium Fisika
Modern JurusanFisika FMIPA UNM

Vous aimerez peut-être aussi