Vous êtes sur la page 1sur 18

RANCANG BANGUN IPAL PUSKESMAS/RS Tipe D

MENGGUNAKAN
BAFFLED SEPTIC TANK DAN HYBRID ANAEROBIC
REACTOR

Oleh :
Ir. Amin Nugroho, MS

SEMARANG 2012

PENDAHULUAN
Limbah cair Puskesmas atau RS Tipe D termasuk katagori
Limbah Domestk Infeksius. Komponen penyusun bahan pencemar
terdiri dari komponen bersifat fisik, kimia, biologi dan bakteriologik
(patogenik). Limbah Domestk Infeksius merupakan Limbah Cair
Organik dengan sedikit logam berat (dari laboratorium) serta
mengandung bakteri patogenik.
Limbah domestik adalah limbah organik yang biodegradable.
Semua limbah yang biodegradable dapat diolah secara biologi. Sebagai
pengolahan sekunder, pengolahan secara biologi dipandang sebagai
pengolahan yang paling murah dan efisien. Dalam beberapa dasawarsa
telah berkembang menjadi berbagai metode pengolahan biologi dengan
segala modifikasinya. Pada dasarnya reaktor pengolahan secara organik
dapat dibedakan atas :
a. Reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth)
b. Reaktor pertumbuhan melekat (attached growth)
Di dalam reaktor pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme
tumbuh dan berkembang dalam keadaan tersuspensi dan didalam
reaktor

pertumbuhan

melekat,

mikroorganisme

tumbuh

dan

berkembang di atas media pendukung dengan membentuk lapisan film


untuk melekatkan dirinya. Oleh karenanya reaktor ini disebut juga
sebagai bioreaktor film tetap (reaktor hibrid).
Ditinjau

dari

segi

lingkungan

dimana

berlangsung

proses

penguraian secara biologi, proses ini dapat dibedakan dalam dua jenis
yaitu: proses aerob, yang berlangsung dengan adanya oksigen bebas
(O2) dan proses anaerob yang berlangsung tanpa adanya oksigen bebas.

Reaksi yang terjadi pada proses pengolahan secara biologi


adalah :
CHONS + mikrobia + O2

CO2 + H2O + NH3 + SO4 =

Aerobik

+ Sel baru + energi


Anaerobik

CHONS + mikrobia

CO2 + H2O + CH4 +NH3 + H2S


+ Sel baru + energi

Pemilihan

proses

pengolahan

secara

biologi,

harus

memperhitungkan aspek pengawasan, pengendalian dan perawatan


instalasi pengolahan, sehingga kriteria pemilihan sistem pengolahan
harus berdasarkan pada :
a.

Mudah pengoperasiannya

b.

Biaya konstruksi rendah

c.

Biaya operasi murah

d.

Efisiensi penurunan BOD tinggi

e.

Mempunyai fasilitas pembuangan endapan (Lumpur)

f.

Tahan terhadap tekanan bebas


Oleh karena limbah cair Puskesmas atau RS Tipe D bersifat

infeksius, harus dipasangkan pengolahan tertier berupa proses


desinfeksi sebagai upaya menekan bakteri patogenik sebelum dibuang
ke perairan maupun diresapkan.

AIR LIMBAH PUSKESMAS atau RS TIPE D

Menurut

Surat

Keputusan

Menteri

Kesehatan

No.

031/Birhub/1972, Puskesmas atau RS Tipe D termasuk dalam


rangkaian sistem jaringan pelayanan kesehatan pada tingkat Kecamatan
di bawah binaan langsung Rumah Sakit Kelas C pada tingkat
Kabupaten/Kota.
Sebagai institusi pelayanan kesehatan, Baku mutu limbah cair
Puskesmas atau RS Tipe D merujuk pada baku mutu limbah cair rumah
sakit menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 58 /
MENLH / 12 / 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan
Rumah Sakit. diartikan sebagai ukuran batas atau kadar unsur
pencemar

dan

atau

jumlah

unsur

pencemar

yang

ditenggang

keberadaannya dalam air limbah rumah sakit yang akan dibuang atau
dilepas ke badan air penerima (sungai). Dalam arti bahwa sistem
pengolahan limbah cair pola tangki septik dan resapan sudah tidak
diperbolehkan

untuk

digunakan

mengingat

terkandungnya

mikroorganisme phatogenik, sehingga harus dilakukan pengolahan


sesuai peraturan yang disyaratkan.

DEBIT AIR LIMBAH PUSKESMAS atau RS TIPE


D
Menurut PERMENKES No. 031/1972 dan surat edaran Dirjen
Pelayanan Kesehatan Direktorat Rumah Sakit menyatakan Standarisasi
tempat tidur minimal untuk Rumah Sakit kelas D adalah 50 buah. Oleh
karena itu dilakukan pendekatan debit limbah cair Puskesmas yang
memiliki instalasi rawat inap memiliki jumlah tempat tidur 50 buah.

Jadi :
Dengan faktor desain

= 20%

Debit air limbah

= 1,2 x (50 bed x 500 liter/bed)


= 30 m3/hari
= 1,25 m3/jam

KARAKTERISTIK AIR LIMBAH


Menurut Sugiharto ( 1987 ), air limbah Puskesmas atau RS Tipe D
(rawat inap dan persalinan) sebagai limbah domestik infeksius
mempunyai karaktristik sebagai berikut :

Karakteristik Organik.
a.

Karbohidrat.
Karbihidarat termasuk didalamnya gula, kanji, selulosa dan kayu.
Semua itu dapat dijumpai pada air buangan domestik. Karbohidrat
berisikan karbon, hidrogen dan ogsigen. Biasanya karbohidrat
berisikan 6 atau kelipatan 6 dari atom pada suatu molekul dan
hidrogen serta oksigen selalu ada dalam air.

b.

Lemak & Minyak.


Lemak dan minyak merupakan komponen utama bahan makanan yang
banyak didapatkan didalam air buangan domestik. Lemak termasuk
bahan organik yang tetap dan tidak mudah diuraikan oleh bakteri.

c.

Protein.
Protein adalah kandungan utama dari makhluk hidup, termasuk juga
didalamnya tanaman dan binatang bersel satu. Protein sangat
komplek dalam struktur kimia dan tidak stabil, akan berubah
menjadi bahan lain pada proses dekomposisi. Protein ini penyebab
bau karena adanya proses pembusukan dan penguraian.

d.

Darah.
Komposisi darah terdiri atas cairan yang disebut plasma dan bendabenda kompuskuler, yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit. Plasma
darah adalah subtansi yang komplek yang mengandung protein
(albumin, glebulin dan fibrinogen), karbohidrat(glukose), lemak,
mineral, vitamin dan hormon (Anonim, 1987).

e.

Detergen.
Detergen adalah golongan dari molekul organik yang dipergunakan
sebagai pengganti sabun untuk pembersih, supaya mendapatkan
hasil yang lebih baik. Didalam air zat ini menimbulkan buih dan
selama dalam proses aerasi buih tersebut berada diatas permukaan
gelembung udara dan biasanya relatif tetap.

Karakteristik Biologis.
Mikroorganisme yang penting dalam air limbah dan air permukaan
diklasifikasikan menjadi protista, plants dan animals. Protista meliputi
Bakteri, Jamur, Protozoa dan Algae. Bakteria, protozoa dan algae
sangat penting dalam proses dekomposisi atau stabilisasai organik .
Sedangkan coliform bacteria merupakan indikator pencemaran oleh
tinja manusia. Virus yang dikeluarkan oleh manusia yang dapat menular
melalui air limbah dan air permukaan sangat berbahaya bagi kesehatan

masyarakat. Terdapat antara 10.000 - 100.000 virus yang infeksius


dari tiap gram tinja penderita hepatitis. Virus dapat hidup sampai 41
hari pada air atau air limbah dan 6 hari di sungai pada suhu 20 derajad
Celecius. Organisme phatogen terdapat dalam air limbah karena
pencemaran tinja manusia. Organisme phatogen biasanya dapat
menimbulkan penyakit Gastro Intestinal seperti typoid, paratyphoid
fever, dysentry, cholera dan lainnya ( Jabu dkk, 1991 ).
Karakteristik biologis meliputi mikroorganisme yang terdapat
dalam air buangan untuk memisahkan apakah ada bakteri patogen
didalam air buangan. Karakteristik ini diperlukan untuk mengukur
kualitas air yang dipergunakan sebagai air minum dan keperluan kolam
renang, selain itu untuk mengetahui tingkat kekotoran air buangan
sebelum dibuang kebadan air. Karakteristik limbah cair rumah rumah
sakit merupakan salah satu limbah yang masuk golongan/kategori
limbah B3 (Bahan Beracun dan Berbaya) karena sifat infeksius
dikarenakan adanya kadungan mikroorganisme phatogen dalam limbah
tersebut. Limbah cair rumah sakit dengan sifat yang infeksius maka
dengan ini limbah cair Puskesmas dapat disetarakan dengan kandungan
limbah cair yang ada di Rumah Sakit Perawatan (Sugiharto, 1987).
Dengan kesetaraan kandungan tersebut maka dapat ditampilkan data
kandungan zat yang ada dalam limbah cair seperti tertulis dalam tabel
berikut ini :

Tabel 1. Karakteristik Limbah Cair Rumah Sakit.


Parameter
Suhu
PH
BOD
COD
TSS
PO4
Coliform

Satuan
O

C
mg/l
mg/l
mh/l
mg/l
MPN/100ml

Hasil Pemeriksaan
27,5
6,1
680
1636
215
7,359
540

Sumber: RSU Tidar Magelang, 2001.


Air limbah rumah sakit sebagai air limbah domestik infeksius
memiliki karakteristik yang sama yaitu katagori limbah cair organik.
Umumnya air limbah domestik dibuang langsung ke saluran pembuangan
atau septic tank dan resapan. Sedangkan limbah cair rumah sakit
menurut Kep-58 / MENLH / 12 / 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair
bagi Kegiatan Rumah Sakit tidak diperbolehkan diresapkan ke dalam
tanah, tetapi harus dilakukan pengolahan dan dilakukan desinfeksi pada
akhir pengolahannya..
Secara lebih jelas karakteristik umum air limbah domestik tersaji pada
tabel berikut ini (Anonim, 2002) :

Tabel 2. Karakteristik Limbah Cair Domestik


Parameter

Besaran

Satuan

pH
BOD

6-8
400

mg/lt

COD

800

mg/lt

TSS

1000

mg/lt

Lemak

100

mg/lt

Flowrate

70

lt/orang.hari

Feaces
Urine

0,8
1,1

kg/orang.hari
lt/orang.hari

(Sumber : Pusteklim, 2002)

KRITERIA DESAIN

Kriteria

desain

merupakan

kisaran

kuantita

yang

sudah

diterapkan di lapangan, sehingga perhitungan rancangan IPAL harus


dilakukan uji fungsi dan masuk dalam kisaran tersebut.
Kriteria desain rangkaian IPAL meliputi unit pengolahan berikut
ini :
1. Equalisasi dan Bar Screen
Kriteria desain equalisasi dan saringan kasar adalah sebagai
berikut :
Tabel 3. Kriteria desain Equalisasi
No.

Item

Satuan

Kriteria

Desain

1
2
3
4
5

Waktu tinggal(HRT)
jam
3
Beban permukaan
m /m2.hari
Kedalaman bak
m
Freeboard
m
Rasio panjang : lebar
-

1-4
20 - 48
2,5 3,7
0,3 0,5
min. 2 : 1

2
30
3
0,5
2:1

Beda tinggi out dan


inlet

pipa

min. 0,5

0,5

TSS removal

10 15

10

(Sumber : Montgomery, 1985)


Penetapan kriteria di atas, berdasarkan pada karakteristik air
limbah domestik infeksius yang bersifat organik agar tidak
terjadi pembusukan dan terjadi turbulensi di bak equalisasi.
TSS removal ditetapkan 10%, diharapkan merupakan partikel
diskrit (pasir) dan apung (plastic, daun dll.).
Kriteria bar screen seperti tersaji pada table berikut :

Tabel 4. Bar Screen

No.
1
2
3
4
5

Item
Kecepatan aliran
Tebal kisi (t)
Jarak antar kisi (b)
Kemiringan kisi
Freeboard

Satuan

Kriteria

Desain

m/detik
mm
mm
derajad
m

0,4 0,8
12 18
25 50
30 - 60
0,3 0,5

0,3
12
50
45
0,5

Sumber : Metcalf and Eddy, 1979


Penetapan kriteria di atas dipilih dengan mempertimbangkan
fungsi bak equalisasi, oleh karena bar screen

diletakkan

didalamnya.

2. Baffled Septic Tank


Kriteria desain baffled septic tank adalah sebagai berikut :
Tabel 5. Kriteria Desain Baffled Septic Tank

10

No.
1
2
3
4
5
6
7
8

Item
HRT
Uplift velocity
Jumlah chamber
Rasio
panjang/dalam
Pipa Inlet
Volume lumpur
Suhu

Satuan

Kriteria

Desain

jam
m/jam
buah

min. 8
maks. 2
min. 4

0,5 0,6

8
0,5
4
0,5

inch
%
0
C

min. 4
maks. 5
25 - 30

4
5
29

0,3 - 0,42

0,3

m
%
%
%

0,3 1,0
40 80
40 80
40 80

0,5
80
80
80

40 80

80

ratio pengendapan
SS/COD

Freeboard
BOD removal
COD removal
TSS removal
Minyak/lemak
12
removal
(Sumber : Pusteklim, 2002)
9
10
11
12

Penetapan kriteria baffled septic tank

seperti di atas,

dimaksudkan untuk menahan partikel apung dan bahan apung,


seperti partikel organik, sabun, deterjen dan minyak/lemak agar
terurai menjadi partikel lebih halus, senyawa organik dengan
rantai karbon rendah dan scum.

3. Hybrid Anaerobic
Kriteria desain hybrid anaerobic adalah sebagai berikut :

11

Tabel 6. Kriteria Desain Hybrid Anaerobic


No.

Item

Satuan

Kriteria

Desain

Jenis Media
Spesific Surface
area
Void ratio
HRT
Uplift velocity
Pipa Inlet chamber
Pertambahan efi.
per chamber
Ratio pengendapan
SS/COD
Suhu
Jumlah chamber
Jarak media-lubang
outlet
Ketinggian plat
media dari dasar
Volume media
Rasio Panjang :
Dalam
Freeboard
BOD removal
COD removal
TSS removal
Minyak/lemak

Plastik

m2/m3

100 300

100

%
jam
m/jam
inch

35 - 40
24 - 48
maks. 2
min. 4

40
>40
0,5
4

maks. 4

0,3 - 0,42

0,4

C
buah

25 30
min. 4

25 30
20

min. 0,5

0,5

min. 1,0

1,0

30 50

40

min. 0,5

0,5

m
%
%
%
%

0,3 1,0
70 90
70 90
70 90
20 40

0,5
90
90
90
30

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

(Sumber : Pusteklim, 2002)

Media filter dipilih adalah plastik gelombang (dapat digunakan


botol plastik air minum dalam kemasan), sehingga membutuhkan
penyangga media dari struktur beton bertulang berlubang atau
yang lain.
4. Desinfeksi

12

Kriteria desain desinfeksi adalah sebagai berikut :


Tabel 6. Kriteria Desain Desinfeksi
No.
1
2
3

Item

Satuan

Kriteria

Desain

Waktu Kontak
menit
15 30
30
Dosis Klorin
mg/l
20 - 40
40
Freeboard
m
0,3 0,5
0,5
Kaporit tablet dengan kemurnian 90 %, mampu
menyuntikan dosis khlorin 40 mg/l apabila digunakan
kaporit tablet ukuran 200 gram per tablet sebanyak 2
tablet untuk debit limbah cair antara
1 5 liter/detik.

Sumber : Berthouex, 1998


Penggunaan Kaporit tablet dengan kemurnian 90%, mudah dalam
pengoperasian dengan efektifitas desinfeksi yang tinggi yaitu
99% dan oksidasi bahan organik sebesar 95% (Berthouex, 1998).

PENETAPAN RANGKAIAN IPAL


Air limbah Puskesmas atau RS Tipe D dikatagorikan sebagai
limbah organik termasuk air limbah domestik infeksius, sehingga akan
efisien dan murah apabila dilakukan pengolahan secara biologi.
Penetapan pengolahan secara biologi harus juga mempertimbangkan
factor kemudahan dan murah dalam pengoperasian, pengawasan dan
pengendalian, serta perawatannya. Kriteria pengolahan secara biologi
yang demikian, hanya dapat digunakan proses secara fakultatip anaerob
dan anaerob dan ditetapkan rangkaian IPAL seperti berikut :

1. Equalisasi dan Saringan Kasar

2. Baffled Septic Tank

13

3. Hybrid Anaerobic
4. Desinfeksi
Penetapan rangkaian IPAL seperti di atas berdasarkan pada
pertimbangan :

1. Karakter perilaku masyarakat cenderung kurang menjaga dan


merawat sanitasi lingkungan, sehingga air limbah mengandung
patikel diskrit, seperti pasir, partikel apung, seperti pembalut
wanita, daun, plastik dan lain-lain, sehingga dapat menyumbat
saluran. Untuk hal tersebut dipasangkan equalisasi dan saringan
kasar yang berfungsi sebagai penyaring, pengendap dan perata
beban pencemar.

2. Karakter air limbah domestik infeksius cenderung banyak


mengandung partikel apung dan bahan apung, seperti partikel
organik, sabun, deterjen dan minyak/lemak harus dilakukan
penahanan agar terurai menjadi partikel lebih halus, senyawa
organik dengan rantai karbon rendah dan scum. Untuk hal
tersebut dipasangkan baffled septic tank yang terdiri dari
beberapa chamber, dengan maksud agar terjadi efek turbulensi
dari aliran up-flow yang digunakan.

3. Pemilihan Hybrid Anaerobic dimaksudkan sebagai pengolahan


utama dengan kemampuan degradasi bahan organik cukup tinggi
oleh

karena

pertumbuhan
tersuspensi

adanya

media

hybrid

mikroorganisme,
dan

hampir

tidak

sebagai

disamping
diperlukan

media

lekat

pertumbuhan
perawatan

pengendalian proses, seperti halnya pada baffled septic tank.

14

dan

4. Desinfeksi
Air limbah domestik infeksius dapat dipastikan mengandung
mikroorganisme phatogenik yang berasal dari pasien, sehingga
agar aman dibuang ke lingkungan baik tanah maupun perairan
haruslah dilakukan peminimalan dengan proses desinfeksi.

DIAGRAM ALIR PROSES

Influen

Efluen

Equalisasi
dan Saringan
Kasar

Desinfeksi

Baffled Septic
Tank

Hybrid
Anaerobic
Reactor

Gambar. Diagram Alir Proses IPAL Puskesmas

PROSES PENGOLAHAN
Seluruh limbah cair yang dihasilkan oleh kegiatan Puskesmas
atau RS Tipe D, yaitu yang berasal dari limbah cair domestik maupun
yang berasal dari kegiatan klinis rumah sakit dialirkan melalui pipa
saluran, selanjutnya dialirkan ke bak equalisasi yang dilengkapi saringan
kasar. Fungsi bak ini adalah untuk meratakan beban organik dan

15

mencegah sampah padat, misalnya pembalut, plastik, kayu dan padatan


yang tidak dapat terurai, misalnya lumpur, pasir dan lainnya agar tidak
masuk ke dalam IPAL.
Dari bak equalisasi dan saringan kasar, limbah cair dialirkan ke

baffled septic tank yang berfungsi untuk mengurai bahan apung


(floating material), seperti minyak/lemak, deterjen dan tinja segar
untuk diurai dan selanjutnya dialirkan ke reaktor hibrid.
Reaktor hibrid merupakan pengurai utama bahan organik dalam
limbah cair sebagai pengolahan lanjut. Reaktor hibrid merupakan
rektor dengan pertumbuhan mikroorganisme tersuspensi dan melekat
pada media plastik gelombang (botol air minum dalam kemasan) yang
akan menguraikan pencemar organik yang terdapat di dalam limbah
cair.
Setelah melalui rektor hibrid, cairan hasil olahan dialirkan ke
bak desinfeksi (khlorinasi). Di dalam bak khlorinasi limbah cair terolah
dikontakkan

dengan

larutan

kaporit

tablet

agar

seluruh

mikroorganisme patogen dapat dimatikan. Dari bak khlorinasi limbah


cair terolah sudah dapat dibuang langsung ke perairan (sungai) maupun
diresapkan.
Waktu penahanan

hidrolik

total

IPAL Puskesmas

dengan

rangkaian teknologi seperti di atas adalah sekitar 2 hari.


RENCANA ANGGARAN BIAYA
Kegiatan
: PERANCANGAN IPAL PUSKESMAS/RS Tipe D
Pekerjaan
: PERANCANGAN IPAL PUSKESMAS/RS Tipe D
Tahun Anggaran: 2012
Lokasi
: JAWA TENGAH
NO

URAIAN PEKERJAAN

SATUAN

16

VOLUME

HARGA
SATUAN (Rp)

JUMLAH
(Rp)

I
1.1
1.2
1.3

BAK EQUALISASI & SAR. KASAR


Beton bertulang
Saringan Kasar
Perpipaan dan konektor

2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6

BAFFLED SEPTIC TANK


Bis Beton dia. 90 cm
PVC dia. 4
PVC dia. 3
Konektor
Material
Coating

3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7

HYBRID ANAEROBIC REACTOR


Bis Beton dia. 90 cm
PVC dia. 4
PVC dia. 3
Konektor
Material
Coating
Plastik gelombang 90 x 120 cm

4.1
4.2
4.3

BAK DESINFEKSI
Beton bertulang
Kaporit Tablet 200 gram
Perpipaan dan konektor

5.1
5.2
5.3
5.4

PEKERJAAN JASA
Perancangan dan Gambar
Transport Jogja-Semarang PP
Transport Lokal
Pemasangan

II

III

IV

M3
Ls
Ls

1,0
1,0
1,0

3.250.000
3.900.000
500.000
Sub Total

3.250.000
3.900.000
500.000
7.650.000

Unit
Batang
Batang
Ls
Ls
Kaleng

24,0
4,0
4,0
1,0
1,0
4,0

100.000
175.000
125.000
475.000
350.000
100.000

2.400.000
700.000
500.000
475.000
350.000
400.000

Sub Total

4.825.000

Unit
Batang
Batang
Ls
Ls
Kaleng
Lembar

120,0
20,0
20,0
1,0
1,0
20,0
135

100.000
175.000
125.000
2.375.000
1.750.000
100.000
75.000
Sub Total

12.000.000
3.500.000
2.500.000
2.375.000
1.750.000
2.000.000
10.125.000
34.250.000

M3
Kg
Ls

1,0
4,0
1,0

3.250.000
120.000
500.000
Sub Total

3.250.000
480.000
500.000
4.230.000

Ls
Orang
Orang
Ls

1,0
3,0
3,0
1,0

15.000.000
1.500.000
250.000
3.000.000

15.000.000
4.500.000
75.000
3.000.000

Sub Total
TOTAL

22.575.000
73.530.000

Terbilang : Tujuh Puluh Tiga Juta Lima Ratus Tiga Puluh Ribu Rupiah

DAFTAR PUSTAKA
1. Berglund, R.L, C.T.Lawson. Prevention Pollution in the CPI. Chemical

Engineering. September 1991, pp. 120 - 127.


2. Corbitt, R.A.1990. Standard Hanbook Of Environmental Engineering.
McGraw Hill. Inc. New York.
3. Djajadiningrat, A.1994. Pengolahan Limbah Cair. Pelatihan Pengolahan
Limbah., ITB, Bandung.
4. Gouchoe, S, et.al Integrate Your Plants pollution Prevention Plans,
Chemical Engineering Progress. Nopember 1996,
pp.
30 -65.

17

5. Luper, Deborah, Montgomery Watson. Integrate Waste Minimization into


R & D and Design, Chemical Engineering Progress.
June 1996, pp. 58 - 65.
6. Metcalf and Eddy. 1979. Wastewater Engineering: Treatment, Disposal,
Reuse. 2nd Edition. McGraw Hill Series Water Resources
and Environmental Engineering, New York.
7. Nugroho, A. 1997. Teknologi Pengolahan Limbah Cair Lanjut Bagian I.
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro, Semarang.
8. Shah, G.C. Use ISO 14000 as a Compliance and Productivity Tool,
Hydrocarbon Processing. August 1997, pp. 75 - 77.
9. Sumarno. 2003. Pencegahan dan Pengendalian pencemaran Air dan Tanah,
Kursus Audit Lingkungan, Pusat Penelitian Lingkungan
Hidup (PPLH) Lembaga Penelitian Universitas Indonesia
Diponegoro, Semarang.
10. Sugiarto. 1987. Dasar-dasar Pengolahan Limbah Cair., Universitas
Indonesia Press, Jakarta.
11. Suratmo, F. Gunarwan. 1991. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

18

Vous aimerez peut-être aussi