Vous êtes sur la page 1sur 30

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas semua rahmat serta
hidayah-Nya yang telah di limpahkan. Sehingga kami dapat menyelesaikan
Asuhan keperawatan yang berjudul Skabies sesuai dengan waktu yang
ditentukan. Shalawat serta salam tak lupa kami curahkan kepada nabi Muhammad
saw yang telah membawa kita dari alam jahiliyah menuju alam terang menderang
Dalam penyusunan Asuhan keperawatan ini kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami harapkan kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun demi kesempurnan makalah ini,
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan kami dalam penyusunan Makalah
selanjutnya.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
bersangkutan dalam pembuatan Makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha yang kita lakukan. Amin.
Gorontalo, November 2016
Kelompok 1

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI

.......................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 1
1.3 Tujuan
........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Medik.............................................................................................
1. Definisi ........................................................................................... 3
2. Klasifikasi.......................................................................................... 3
3. Etiologi ........................................................................................... 5
4. Patofisiologi....................................................................................... 6
5. Manifestasi Klinik............................................................................. 8
6. Komplikasi........................................................................................ 9
7. Pemeriksaan Diagnostik.................................................................. 10
8. Penatalaksaan................................................................................... 11
9. Pencegahan...................................................................................... 13
2.2 Konsep Keperawatan
1. Pengkajian....................................................................................... 14
2. Diagnosa Keperawatan.................................................................... 15
3. Intervensi Keperawatan....................................................................16
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ......................................................................................... 28
3.2 Saran
......................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA

ii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit scabies merupakan penyakit menular oleh kutu tuma gatal yang
bernama Sarcoptes Scabei, kutu tersebut memasuki kulit stratum korneum,
membentuk kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok.
Laporan kasus skabies sering ditemukan pada keadaan lingkungan yang
padat penduduk, status ekonomi rendah, tingkat pendidikan yang rendah dan
kualitas higienis pribadi yang kurang baik atau cenderung buruk.
Rasa gatal yang ditimbulkannya terutama waktu malam hari, secara tidak
langsung juga ikut mengganggu kelangsungan hidup masyarakat terutama
tersitanya waktu untuk istirahat tidur, sehingga kegiatan yang akan
dilakukannya disiang hari juga ikut terganggu. Jika hal ini dibiarkan
berlangsung lama, maka efisiensi dan efektifitas kerja menjadi menurun yang
akhirnya mengakibatkan menurunnya kualitas hidup masyarakat.(Kenneth,
F,1995)
Menurut Departemen Kesehatan RI prevalensi skabies di puskesmas
seluruh Indonesia pada tahun 1986 adalah 4,6%-12,95% dan skabies
menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering.
Di bagian Kulit dan Kelamin FKUI/RSCM pada tahun 1988, dijumpai 704
kasus skabies yang merupakan 5,77% dari seluruh kasus baru. Pada tahun
1989 dan 1990 prevalensi skabies adalah 6 % dan 3,9 %
1.2 Rumusan Masakah
1) Apa pengertian dari skabies?
2) Apa saja klasifikasi dari skabies?
3) Apa etiologi dari skabies?
4) Bagaimana patofisiologi terjadinya skabies?
5) Bagaimana manifestasi klinis dari skabies?
6) Apa saja komplikasi dari skabies?
7) Apa saja pemeriksaan diagnostic untuk skabies?
8) Bagaimana penatalaksanaan dariskabies?
9) Bagaimana Pencegahan dariskabies?
10) Apa saja pengkajian dari skabies?
11) Bagaimana rencana keperawatan dari1 skabies?
1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum

Untuk mengetahui konsep medis dan konsep keperawatan Skabies


b. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui definisi dari skabies.
2) Untuk mengetahui klasifikasi dari skabies.
3) Untuk mengetahui etiologi dari skabies.
4) Untuk mengetahui patofisiologi dari skabies.
5) Untuk mengetahui manifestasi klinis dari skabies.
6) Untuk mengetahui komplikasi dari skabies.
7) Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari skabies.
8) Untuk mengetahui penatalaksanaan dari skabies.
9) Untuk mengetahui Pencegahanskabies.
10) Untuk mengetahui pengkajian dari skabies.
11) Untuk mengetahui rencana asuhan keperawatan skabies.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Medik
1. Definisi
Skabies adalah penyakit kulit akibat investasi dan sensitisasi oleh tungau
Sarcoptes scabei.Skabies tidak membahayakan bagi manusia.Adanya rasa
gatal pada malam hari merupakan gejala utama yang mengganggu
aktivitas dan produktivitas. Penyakit scabies banyak berjangkit di: (1)
lingkungan yang padat penduduknya, (2) lingkungan kumuh, (3)
lingkungan dengan tingkat kebersihan kurang. Skabies cenderung tinggi
pada anak-anak usia sekolah, remaja bahkan orang dewasa (Siregar,
2005).
2. Klasifikasi
a. Scabies pada orang bersih (scabies of cultivated)
Scabies pada orang bersih ditandai dengan lesi berupa papul dan
terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga sangat sukar ditemukan.
b. Scabies inconigto
Scabies inconigto biasanya muncul pada scabies yang diobati dengan
kortikosteroid sehingga gejala dan tanda klinis membalik tetapi,
tungau tetap ada dan tetap bisa terjadi penularan. Scabies icnigto
sering-sering juga menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa, lesi
,yang luas dan mirip penyakit lain
c. Scabies Nodular
Pada scabies nodular terdapat lesi di bagian nodus kemerahan yang
gatal. Nodus biasanya terdapat dibagian tertutup, terutama pada
genitalia laki-laki, inguinal, dan aksila. Nodus ini timbul akibat reaksi
hipersensitivitas terhadap tungau scabies. Pada nodus yang berumur
lebih dari 1 bulan tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat
menetap selama beberapa bulan sampai satu tahun meskipun sudah
diberi pengobatan anti scabies dan kortikosteroid.
d. Scabies yang ditularkan melalui hewan
Seperti di Amerika, sumber utama kejadian scabies biasanya
ditularkan oleh hewan yaitu anjing. Kelainan ini berbeda dengan
3

scabies manusia yaitu tidak terdapat terowongan, tidak menyerang


sela jari dan genitalia eksterna. Lesi biasanya terjadi di daerah dimana
orang-orang sering kontak/memeluk binatang kesayangannya, yaitu
perut, dada, paha, dan lengan. Masa inkubasi lebih pendek dan
transmisi lebih mudah. Kelainan ini bersifat sementara (4-8 minggu)
dan dapat sembuh karena Sarcoptes scabiei var. binatang tidak dapat
melanjutkan siklus hidupnya pada tubuh manusia.
e. Scabies Norwegia
Scabies Norwegia atau biasa disebut dengan scabies krustosa ditandai
dengan lesi yang luas dengan krusta, skuama generalisata dan
hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi biasanya kulit kepala
yang berambut, telinga bokog, siku, lutut, telapak tangan dan kaki
yang dapat disertai distrofi kuku. Rasa gatal pada scabies Norwegia
tidak menonjol tapi scabies bentuk ini sangat menular karena jumlah
tungau yang menginfestasi sangat banyak (ribuan). Bentuk ini terjadi
akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal
membatasi proliferasi tungau sehingga dapat berkembang biak dengan
mudah.
f. Scabies pada bayi dan anak
Lesi scabies pada anak dapat terjadi di seluruh tubuh, termasuk
seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi
infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang
ditemukan. Pada bayi, dapat terjadi lesi di muka.
g. Scabies terbaring di tempat tidur (bed ridden)
Pada penderita penyakit kronis atau orang tua yang terpaksa tinggal di
tempat tidur dapat menderita scabies yang lesinya terbatas.
3. Etiologi
Penyebabnya penyakit skabies sudah dikenal lebih dari 100 tahun lalu
sebagai akibat infestasi tungau yang dinamakan Acarus scabiei atau pada
4 hominis.Sarcoptes scabiei
manusia disebut Sarcoptes scabiei varian

termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Acarina, super famili


Sarcoptes (Djuanda, 2010).

Morfologi

Sarcoptes

Scabiei
Secara

morfologik

merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan


bagian perutnya rata.Tungau ini transient, berwarna putih kotor, dan tidak
bermata.(Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000). Berikut ini
adalah beberapa penyebab dari Skabies:
a. Klasifikasi Sarcoptes Scabies
Sarcoptes Scabies terbentuk Filum Arthropoda, kelas Arachida, Ordo
Akrarina, super famili Sarcoptes.Pada manusia disebut Sarcoptes
Scabies Var Hominis. Selain Sarcoptes Scabies, misalnya pada
kambing dan sapi.
b. Kebiasaan Hidup
Tempat yang paling disukai oleh kutu betina adalah bagian kulit yang
tipis dan lembab, yaitu daerah sekitar sela jari tangan, siku,
pergelangan tangan, bahu dan daerah kemaluan. Pada bayi yang
memiliki kulit serba tipis, telapak tangan, kaki, muka dan kulit kepala
sering diserang kutu tersebut.(Republika on-line, 26-12-2009)
c. Siklus Hidup
5 dipermukaan kulit, yang jantan
Kopulasi (perkawinan) dapat terjadi

mati setelah membuai tungau betina.Tungau betina yang telah dibuai


menggali terowongan dalam startum korneum, dengan kecepatan 2-3
milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2-4 butir sehari
mencapai 40-50.Bentuk betina yang dibuhai dapat hidup selamanya.

Perubahan image tubuh


Garukan

Gangguan
Erosi,
ekskorisi
Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari dan
menjadi
larva atau krusta

yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam Terbangun pa
terowongan dan dapat juga diluar. Setelah 2-3 larva akan menjadi

Kerusakan Integritas Kulit

luka
nimfa yang mempunyai 2 Terbentuknya
bentuk, jantan dan
betina dengan 4 pasang

kaki, 2 pasang kaki didepan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang
kaki
Port
Dekedua
Entrepada betina terakhir dengan rambut, sedangkan pada yang
Resiko Infeksi

jantan pasangan ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir


dengan alat perekat. Ukuran bentuk betina berkisar antara 330-450
mikron kali 250-350 mikro. Ukuran jantan lebih kecil 200-240 mikro
kali 150-200 mikro.Seluruh siklusnya mulai dari telur sampai bentuk
dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari. Kurang lebih 10% telur
yang dapat menjadi bentuk dewasa, yang dapat menularkan
penyakitnya

4. Patofisiologi
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi
juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan
oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan
waktu kurang lebih satu bulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan
kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika
dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan
infeksi sekunder (Djuanda, 2010).

Gangguan

5. Manifestasi Klinis
Diagnosa dapat ditegakkan dengan menentukan 2 dari 4 tanda dibawah ini
:
a. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan
karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab
dan panas.
b. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam
sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi.
Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya,
sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau
tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota
keluarganya terkena, walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi
tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa
(carrier).
c. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang
berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok,
rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan ini ditemukan papul
atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi
polimarf (pustule, ekskoriasi dan lain-lain). Tempat predileksinya
biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu
sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian
luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae (wanita), umbilicus,
bokong, genitalia eksterna (pria) dan perut bagian bawah. Pada bayi
dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.
d. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostic. Dapat
ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini. (Djuanda, 2010)

Tungau membentuk kanali kulit

Reaksi sensitisasi (Lesi pada kulit; Papul, vesikel dan urtika)

Digaruk (mengakibatkan erosi, ekskoriasi atau krusta)

6. Komplikasi
Bila skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan,
dapat timbul dermatitis akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk impetigo,
ektima, selulitis, dan furunkel. Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil
yang diserang skabies dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal yaitu
glomerulonefritis. Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan
preparat antiskabies yang berlebihan, baik pada terapi awal atau dari
pemakaian yang terlalu sering. Salep sulfur, dengan konsentrasi 15%
dapat menyebabkan dermatitis bila digunakan terus menerus selama
beberapa hari pada kulit yang tipis. Benzilbenzoat juga dapat
menyebabkan iritasi bila digunakan 2 kali sehari selama beberapa hari,
9
terutama di sekitar genetalia pria. Gamma
benzena heksaklorida sudah

diketahui menyebabkan dermatitis iritan bila digunakan secara berlebihan.


7. Pemeriksaan Diagnostik

Diagnosis pasti skabies ditegakkan dengan ditemukanya tungau melalui


pemeriksaan mikroskop,yang dapat dilakukan dengan beberapa cara
antara lain.
a. Kerokan kulit : ini dicapai dengan menepatkan setetes minyak mineral
di atas liang dan kemudian menggoreskan longitudinal menggunakan
skapel no 15. Kerokan di tetakan pada kaca mikroskop pembesaran
20x atau 100x dapat dilihat tunggau,skala atau skibala.
b. Pengambilan tunggau dengan jarum : jarum yang dimasukan kedalam
bagian yang gelap dan digerakan tangensial. Tungau akan memegang
ujung jarum dan dapat diangkut keluar.
c. Epidermal shave biopsi : menemukan terowongan atau papul yang
dicurigai antara ibu jari dan jari telunjuk, dengan hati-hati diiris
puncak lesi dengan skapel no 15 yang dilakukan sejajar dengan kulit.
Biopsi sangat dilakukan superfisial sehingga tidak terjadi perdarahan
dan tidak perlu anastesi spesimen di letakan pada gelas objek lalu
ditetesi minyak mineral dan di periksa mikroskop.
d. Kuretasi terowongan (kuret dermal) : yaitu kuretasi superfisial
mengikuti sumbu panjang terowongan atau puncak papul kemudian
kerokan di periksa dengan mikroskop setelah diletakan di gelas objek
dan ditetesi minyak mineral.
e. Tes tinta Burrow : Papul skabies dilapisi dengan tinta pena, kemudian
segera dihapus dengan alkohol, maka jejak terowongan akan terlihat
sebagai garis karakteristik berkelok-kelok karena tinta yang masuk.
Tes ini dapat dilakukan pada anak-anak dan pasien non koperatif.
f. Tetrasiklin topikal : Larutam tetrasiklin di oleskan ada terowongan
yang dicurigai dan dikeringakan selama 5 menit. Setelah itu hapus
larutan tersebut dengan isoproplalkohol. Tetrasiklin akan berpenetrasi
kedalam melalui kerusakan stratum korneum dan terowongan akan
10

tampak penyinaran lampu wood sebagai garis linear nerwarna kuning


kehijauan sehingga tungau dapat ditemukan.
g. Apusan Kulit : Kulit dibersikan denga eter kemudian diletakan selotip
pada lesi dan diangkat dengan gerakan cepat. Selotip kemudian

diletakan diatas gelas objek (enam bulan dari bulan yang sama pada
satu gelas objek) dan diperiksa dengan mikroskop.
h. Biopso Plong : Dilakukan pada lesi yang tidak mengalami ekskoriasi
dan dikerjakan dengan potongan serial. Kemudian diperiksa dengan
teliti untuk menemukan tungau atau produknya dalam stratum
korneum.
8. Penatalaksanaan
Menurut Sudirman (2006), penatalaksanaan skabies dibagi menjadi 2
bagian :
a. Penatalaksanaan secara umum.
Pada pasien dianjurkan untuk menjaga kebersihan dan mandi
secara teratur setiap hari. Semua pakaian, sprei, dan handuk yang telah
digunakan harus dicuci secara teratur dan bila perlu direndam dengan
air panas. Demikian pula dengan anggota keluarga yang beresiko
tinggi untuk tertular, terutama bayi dan anak-anak, juga harus dijaga
kebersihannya dan untuk sementara waktu menghindari terjadinya
kontak langsung. Secara umum meningkatkan kebersihan lingkungan
maupun perorangan dan meningkatkan status gizinya. Beberapa syarat
pengobatan yang harus diperhatikan:
1) Semua anggota keluarga harus diperiksa dan semua harus diberi
pengobatan secara serentak.
2) Higiene perorangan : penderita harus mandi bersih, bila perlu
menggunakan sikat untuk menyikat badan. Sesudah mandi
pakaian yang akan dipakai harus disetrika.
3) Semua perlengkapan rumah tangga seperti bangku, sofa, sprei,
bantal, kasur, selimut harus dibersihkan dan dijemur dibawah sinar
matahari selama beberapa jam.11
b. Penatalaksanaan secara khusus.
Dengan menggunakan obat-obatan (Djuanda, 2010), obat-obat anti
skabies yang tersedia dalam bentuk topikal antara lain:
1) Belerang endap (sulfur presipitatum), dengan kadar 4-20% dalam
bentuk salep atau krim. Kekurangannya ialah berbau dan

mengotori pakaian dan kadang-kadang menimbulkan iritasi. Dapat


dipakai pada bayi berumur kurang dari 2 tahun.
2) Emulsi benzil-benzoas (20-25%), efektif terhadap semua stadium,
diberikan setiap malam selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh,
sering memberi iritasi, dan kadang-kadang makin gatal setelah
dipakai.
3) Gama benzena heksa klorida (gameksan = gammexane) kadarnya
1% dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif
terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi
iritasi. Pemberiannya cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala
diulangi seminggu kemudian. Krotamiton 10% dalam krim atau
losio juga merupakan obat pilihan, mempunyai dua efek sebagai
anti skabies dan anti gatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan
uretra.
4) Permetrin dengan kadar 5% dalam krim, kurang toksik
dibandingkan gameksan, efektifitasnya sama, aplikasi hanya sekali
dan dihapus setelah 10 jam. Bila belum sembuh diulangi setelah
seminggu. Tidak anjurkan pada bayi di bawah umur 12 bulan.
5) Krokamiton 10% dalam krim atau losio mempunyai dua efek
sebagai antiskabies dan antigatal. Harus dijauhkan dari mata,
mulut, dan uretra. Krim( eurax) hanya efetif pada 50-60% pasien.
Digunakan selama 2 malam berturut-turut dan dbersihkan setelah
24 jam pemakaian terakhir.

12

6) Pemberian antibiotika dapat digunakan jika ada infeksi sekunder,


misalnya bernanah di area yang terkena (sela-sela jari, alat
kelamin) akibat garukan.
9. Pencegahan
Cara pencegahan penyakit skabies adalah dengan :
a. Mandi secara teratur dengan menggunakan sabun.
b. Mencuci pakaian, sprei, sarung bantal, selimut dan lainnya secara
teratur minimal 2 kali dalam seminggu.

c. Menjemur kasur dan bantal minimal 2 minggu sekali.


d. Tidak saling bertukar pakaian dan handuk dengan orang lain.
e. Hindari kontak dengan orang-orang atau kain serta pakaian yang
dicurigai terinfeksi tungau skabies.
f. Menjaga kebersihan rumah dan berventilasi cukup.

13

B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Indentitas terdiri dari nama, jenis kelamin, agama, suku, pekerjaan,
status, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, no bed, nama
ruangan dan diagnosa medis.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Klien merasakan gatal, ketidaknyaman pada kulit, tidak bisa tidur
akibat gatal yang dirasakan. Kulit klien tampak kemerahan,
terdapat ulkus dan erosi.
2) Riwayat kesehatan masa lalu
Tidak menjaga kebersihan badan, rambut dan pubis ( personal
hiygine yang buruk )
c. Data sosial
Hubungan klien dengan keluarga dan perawat baik tetapi
hubungan dengan masyarakat kurang baik karena klien merasa malu
akibat penyakit yang diderita.
d. Data biologis
1) Nutrisi
Penderita tidak nafsu makan akibat penyakit yang diderita.
2) Istirahat tidur
Penderita kurang tidur akibat rasa gatal yang diderita
3) Eliminasi
Pola eliminasi teratur.
4) Personal hygnies.
Personal hygnies klien buruk.
5) Pola aktifitas.
Aktivitas terhambat akibat penyakit yang diderita.
e. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum: Keadaan umum klien lemah
2) Kesadaran: Composmetis
3) Kulit: Pada klien dengan skabies, terdapat terowongan dan di
ujungnya ada papul dan vesikel pada daerah-daerah
tertentu.Turgor kulit tidak elastis, membrane mukosa dan kulit
14

kering, kulit terasa kasar.


4) Kulit kepala: Pada klien Pedicolosis ditemukan telur-telur
dirambut pada oksiput terdapat kurang dari 10 ekor kutu dewasa
dan ditemukan impetigo sekunder dan furunkulosis.

5) Badan: pada penderita pedicolosis terlihat bekas


garukan sejajar, perubahan-perubahan urtikaria, papula
erithematosa yang awet, lesi tampak jelas
6) Pubis: Pada penderita pedicolosis rambut pubis didapatkan
phthirus pubis dan ditemukan noktah-noktah hitam kecil yang
merupakan titik-titik darah dan terdapat dalam jumlah banyak.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kerusakan Integritas Kulit (00046)
Domain 11: Keamanan/Perlindungan
Kelas 2: Cedera Fisik
b. Resiko Infeksi (00004)
Domain 11: Keamanan/Perlindungan
Kelas 2: Infeksi
c. Nyeri Akut (00132)
Domain 12: Kenyamanan
Kelas 1: Kenyamanan Fisik
d. Gangguan Pola Tidur (00198)
Domain 4: Aktivitas/Istirahat
Kelas 1: Tidur/Istirahat
e. Gangguan Citra Tubuh (00118)
Domain 6: Persepsi diri
Kelas 3: Citra Tubuh

15

3. Intervensi Keperawatan
4.

5.

Diagnosa

6.

Keperawatan

O
9.

10. Kerusakan

19. NOC

7.

NIC

22. Obsevasi

8.

Rasional

28. Observasi

Integritas Kulit

Tissue Integrity : Skin

1. Monitor kulit akan

1. Melihat jika terjadi

(00046)

and Mucous
Membranes
Hemodyalis akses

adanya kemerahan.
2. Monitor aktivitas dan

iritasi pada kulit klien.


2. Untuk melihat batas

mobilisasi pasien.
3. Monitor status nutrisi

ruang gerak klien.


3. Agar kebutuhan nutrisi

11. Domain 11 :
Keamanan/Perlindun

20. Kriteria Hasil :

gan

21. Setelah dilakukan

12. Kelas 2 : Cedera

tindakan keperawatan

fisik
13.
14. Definisi : Perubahan
epidermis dan
dermis.

Kerusakan pada lapisan

klien terpenuhi.

23. Mandiri

29. Mandiri

4. Jaga kebersihan kulit

4. Agar tidak memperparah

diharapkan pasien

agar tetap bersih


5. Anjurkan pasien

kondisi kulit klien.


5. Mengurangi kulit klien

Integritas kulit yang


baik bisa dipertahankan

karakteristik :

pasien.

selama.x 24 jam
dapat:

15. Batasan

NOC

menggunakan pakaian
yang longgar.
6. Memandikan pasien

dari gesekan baju.


6. Menjaga personal
hygine klien.

(sensasi,elastisitas,tempe

dengan sabun dan air

30.

ratur,hidrasi,pigmentasi)
Tidak ada luka atau lesi

hangat.
24.

31.
32.

kulit (dermis)
Kerusakan pada
permukaan

pada kulit
Perfusi jaringan baik
Menunjukan

25. Health Education


7. Ajarkan tentang
personal hygine kepada

kulit(epidermis)
Invasi struktur tubuh

pemahaman dalam

16. Faktor yang

dan mencegah terjadinya

berhubungan :

Kelembpan
Radiasi
Perubahan pigmentasi
Perubahan turgor
Defisit imunologis
17.

proses perbaikan kulit


16

cedera.
Mampu melidungi kulit
dan mempertahankan
kelembapan kulit dan
perawatan alami

36.

37.

( 00004 )
38.

Resiko infeksi
Domain 11 :

Keamanan / perlindungan
39.

Kelas 1 : infeksi

Immune status
Knowledge : infection

7. Menjaga kebersihan
kulit dan badan klien

26. Kolaborasi

35. Kolaborasi

8. Konsultasikan pada ahli

8. Untuk memenuhi

gizi tentang makanan

kebutuhan nutrisi klien

tinggi protein, mineral,

agar system imun terjaga

kalori, dan vitamin


9. Konsultasikan pada

dan tidak mudah


terinfeksi.
9. Untuk meningkatkan

implementasi pemberian

potensi penyembuhan

makanan dan nutrisi

luka.

interal atau parenteral


27.
44. Observasi
1. Pantau kondisi umum

control
Risk control
Pengendalian resiko

pasien dan monitor

43. Kriteria Hasil :

tanda tanda infeksi

tanda tanda vital, kaji

17

34. Health Education

klien dan keluarga

dokter tentang

18.

33.

49. Observasi
1. Mengetahui perkembangan
kesehatan pasien
2. Mencegah terjadinya
kerusakan kulit yang lebih

40. Definisi : Rentan

Setelah dilakukan

2. Inspeksi kulit terhadap

mengalami invasi dan

tindakan keperawatan

multiplikasi

setelah x 24 jam

adanya iritasi
3. Kaji sisi pen fdan kulit,

organisme patogenik

didapatkan :

yang dapat

Klien dapat menghindari

kontaminasi pathogen
Terbebas dari tanda dan

gejala infeksi.
Memperlihatkan

menganggu
kesehatan.
41. Faktor resiko :

Kurang pengetahuan
untuk menghindari

pajanan pathogen
Kulit rusak
Jaringan mengalami

perhatikan adanya
keluhan peningkatan
nyeri
4. Observasi keadaan luka
terhadap pembentukan
bulla, krepitasi dan bau

hygiene personal yang


adekuat.

dreinase yang tidak enak


5. Kaji tonus otot dan
reflex tendon
6. Inspeksi kulit terhadap
adanya iritasi
7. Selidiki adanya nyeri

trauma

yang timbul tiba tiba,

42.

perhatikan adanya
peningkatan nyeri
45.

Mandiri

8. Lindungi pasien
terhadap kontaminasi

18

luas
3. Untuk mengidentifikasi
adanya infeksi local
4. Mengetahui tanda tanda
infeksi gas gangrene
5. Kekakuan otot, spasme
tonus otot rahang
menunjukantanda tetanus
6. Mencegah terjadinya
kerusakan kulit yang lebih
luas
7. Merupakan tanda
terjadinya osteomyelitis
50.
51.
52.
53.
54.
55. Mandiri
8. Untuk menghindari
terjadinya infeksi

bakteri
9. Bersihkan lingkungan
sekitar pasien
10. Pertahankan teknik
isolasi bila diperlukan
46.

HE

11. Instruksikan untuk


menjaga hygiene
personal untuk
melindungi tubuh dari
terhadap infeksi
47.
48. Kolaborasi
12. Kolaborasikan
pembberian vitamin c
dan antibiotic bila
diperlukan

9. Untuk menghindari
kontaminasi bakteri
10. Untuk menghinda
terjadinya infeksi
56.
57. HE
11. Agar klien terhindar dari
infeksi
58.
59.
60.
61.
62. Kolaborasi
12. Program pengobatan untuk
mencegah infeksi , untuk
menjamin keseibangan
nitrogen positif dan
meningkatkan proses

19

penyembuhan

64.
3

65. Nyeri akut (00132)


66.

Domain 12 :

Kenyamanan
67.

Kelas 1:

Kenyamanan Fisik
68.
69. Definisi :
Pengalaman sensori
dan emosional yang
tidak menyenangkan
yang muncul akibat
kerusakan jaringan
yang actual atau

Tingkat kenyamanan
Pengendalian nyeri
Tingkat nyeri

76.

vasi :
1. Kaji penyebab nyeri
2. Kaji dimana tempat

73. Kriteria Hasil :


74.

nyeri
3. Kaji skala nyeri
4. Kaji kapan
77.

Setela

h dilakukan tindakan
keperawatan selama.x 24
dapat :
Memperlihatkan tingkat

kenyamanan
Mengontrol nyeri
Nyeri berkurang

63.
82. Observasi :
1. Untuk mengetahui
penyebab dari nyeri
2. Untuk mengetahui letak
nyeri
3. Untuk mengetahui

terjadi

efektifitas tindakan

nya nyeri
mengurangi nyeri
5. Kaji gambaran nyeri
4. Untuk mengetahui
78.
Mand
tindakan yang tepat yang
iri :
akan diberikan pada
6. Menciptakan lingkungan
pasien dengan waktu yang
yang nyaman disekitar
berbeda
klien
5. Untuk mengetahui
7. Dengan melakukan
tingkat/proses nyeri
tekhnik imajinasi
83.
Mand
terbimbing
8. Mengurangi tekanan
iri:

jam diharapkan pasien

Obser

75.

potensial, atau
digambarkan dengan
istilah seperti awitan

pada daerah yang

yang tiba-tiba atau

terinvasi oleh tungau.

perlahan dengan

6. Untuk mengalihkan
perhatian klien agar rasa
nyeri berkurang

20

intensitas ringan

79.

sampai berat dengan

9. Informasikan kepada

akhir yang dapat

pasien tentang prosedur

diantisipasi atau

6 bulan

pasien untuk

70. Batasan

kepada perawat jika

Mengungkapkan secara

peredaan nyeri tidak

verbal atau melaporkan

dapat dicapai
11. berikan informasitentang

menghindari nyeri
Perubahan selera makan
Perilaku ekspresif
71.

imajinasi terbimbing
8. Mengurangi gatal dan

nyeri, seperti penyebab


nyeri, berapa lama akan
berlangsung, dan
ketidaknyamanan.

berhubungan :

80.

72.

Kolab

orasi :
12. kolaborasi dengan tim

21

HE :

9. Meningkatkan tingkat
terhadap nyeri agar pasien
dapat mencegah
terjadinya penyebab nyeri
10. Agar perawat dapat
menentukan tindakan
selanjutnya yang akan
dilakukan apabila
tindakan pertama tidak

antisipasi

Faktor yang

84.
pengetahuan pasien

menginformasikan

karakteristik:

nyeri dengan cara

yang dirasakan klien

meningkatkan nyeri
10. instruksikan kepada

durasinya kurang dari

nyeri dengan isyarat


Posisi untuk

7. Untuk meringankan rasa

yang dapat

dapat diramlkan dan

HE :

behasil
11. Agar pasien dapat
mengetahui penyebab
nyeri dan berapa lama

medis dan paramedis

akan berlangsung

untuk pemberian

85.

Kolab

analgesic

orasi :

81.

12. Analgesic dapat


menekankan pusat saraf
rasa nyeri sehingga nyeri

86.
4

87. Ganguan pola tidur

(00095)

88. Domain 4:

aktivitas/istirahat
89. Kelas 1:
tidur/istirahat
90.
91. Definisi: gangguan
kualitas
92. dan kuantitas waktu

Anxiety reduction
Comport level
Pain level
Rest: extent and patten
Sleep: extent and patten
100.
101.

Kriteria hasil:

102.

Setelah

dilakukan tindakan
keperawatan selama
x24 jam, masalah

tidur akibat faktor

gangguanpolatidur

eksternal

pasien teratasi

104.

Observasi:

1. Monitor
waktumakandanminumd
enganwaktutidur.
2. Monitor atau catat

105.

dapat berkurang
109.
Observasi:
1. Untuk mengoptimalkan
kebutuhan tidur pasien
sesuai kebutuhan.
2. Untuk mengetahui berapa

kebutuhan tidur pasien

lama kebutuhan tidur

setiap hari dan jam.

pasien setiap harinya.

Mandiri:

3. Determinasiefekefekmedikasiterhadappo
latidur.
4. Fasilitasi untuk
mempertahankan

110.

Mandiri:

3. Untukmencegahterjadinya
gangguanpolatidurkarenae
fekmedikasi.
4. Untukmerangsangtimbuln
yakeletihansehinggapasie

93. Batasan karakteristik:

dengan

Perubahan pola tidur

normal.
Penurunan kemampuan

berfungsi.
Ketidakpuasan tidur.
Menyatakan sering

terjaga.

94. Faktor yang


berhubungan:

aktivitas sebelum tidur.


106.

Jumlah jam
tidurdalambatas normal 6
sampai 8 jam perhari.
22
Polatidur,
kualitasdalambatas
normal.
Perasaansegarsesudahtidu

HE:

5. Jelaskanpentingnyatidur
yang adekuat
6. Instruksikan untuk
monitor tidur pasien
108.

Kolaborasi:

r atauistirahat.

7. Kolaborasipemberianob

103.

attidur.
8. Diskusikan dengan

Bising.
Bau gas.
Kurang control tidur
Gangguan (misalnya

pasien dan keluarga


tentang tehnik tidur
pasien.

untuk tujuan traupetik,

t.
111.

HE:

5. Agar
pasienmemahamipentingn
yakebutuhantidur.
6. Agar
polatidurpasienterjagadant
eratur.
112.

Kolaborasi:

7. Untukmembantupasienme
ncapaikebutuhantidurnya.
8. Untukmembantupasienme
nemukancaramudahuntukt
idur.

pemantauan,

113.

pemeriksaan
laboratorium)
95.
96.

107.

nlebihmudahdalamistiraha

23

97.
98.
99.
114. 115. Gangguan Citra
5

Tubuh (00118)
116.

Body image
Self esteem

Domain 6 : persepsi-

117.

Kelas 3 : Citra Tubuh

118.

Definisi :Konfusi

121.

Setelah

mampu :

verbal dan non verbal


2. Identifikasi mekanisme
koping yang biasa
digunakan pasien
3. Monitor frekuensi
mengkritik dirinya
130.

Mandiri

4. Berikan dorongan

Body image positif


Mampu mengidentifikasi

kepada pasien dan

kekuatan personal
Mendiskripsikan secara

mengungkapkan

Perasaan negatif tentang


tubuh (mis; perasaan

127.

klien diharapkan

Batasan
Subjektif :

1. Kaji dan

selama x24 jam

119.
karakteristik :

Kriteria hasil :

tindakan keperawatan

tentang diri-fisik individu


120.

126.

dilakukan tindakan

dalam gambaran mental

Observasi
dokumentasikan respon

125.

Diri

129.

putus asa, tidak mampu,

faktual perubahan fungsi

atau tidak berdaya)

tubuh

keluarga untuk
perasaan
5. Dukung mekanisme
koping yang biasa

136.

Observasi

1. Untuk mengetahui respon


pasien terhadap dirinya
2. Untuk mengetahui usaha
untuk mengatasi atas apa
yang dialaminya
3. Untuk menentukan
intervensi yang akan
dilakukan
137.
138. Mandiri
4. Agar pasien tidak terlalu
cemas dan lebih
bersemangat
5. Agar pasien lebih
bersemangat dalam
menyesuaikan diri dan
untuk membuat dia

Fokus pada perubahan

atau kehilangan
Rasa takut terhadap

128.

digunakan pasien
6. Bantu pasien dan
keluarga untuk

merasa nyaman dengan


keadaannya
6. Untuk mengetahui

penolakan atau reaksi

mengidentifikasi

kekuatan dan keterbatasan

dari orang lain

kekuatan dan

pasien guna untuk

122.

Objektif

Perubahan aktual fungsi

(tubuh)
Perilaku menghindari,

24

keterbatasan mereka
7. Berikan perawatan
dengan cara yang tidak

memantau, atau
mencari tahu tentang

malu dan tetap merasa

privasi dan martabat

nyaman dengan

tubuh individu
Perubahan dalam

keluarga untuk secara

keterlibatan sosial
Kehilangan bagian

terbiasa dengan

tubuh
Trauma terhadap bagian
berfungsi

bertahap menjadi
perubahan pada
tubuhnya
131.

123.

132.

tersebut
7. Agar pasien tidak merasa

menghakimi, jaga
pasien
8. Bantu pasien dan

tubuh yang tidak

memotivasi pasien

HE

9. Ajarkan tentang cara

keadaannya dan lebih


bersemangat melakukan
pengobatan
8. Agar pasien bisa lebih
terbiasa dengan
keadaannya
139. HE
9. Agar pasien tahu cara
melakukan perawatan
pada diri sendiri dan
mengetahui komplikasi

124.

merawat dan perawatan


diri termaksud
komplikasi kondisi

25

medis.
10. Jelaskan tentang
pengobatan , perawatan,

134.

pengobatan dan perawatan


dari penyakit yang diderita
140.

Kolaborasi

11. Untuk mengetahui

kemajuan dan prognosis

tindakan selanjutnya yang

penyakit
133.

akan diberikan pada

Kolaborasi

pasien tersebut
12. Untuk mengetahui dan

11. Rujuk ke layanan sosial

mendapatkan informasi

untuk merencanakan

dari penyakit yang diderita


13. Untuk menekan system

perawatan dengan
pasien dan keluarga
12. Tawarkan
untukmenghubungi
sumber sumber
komunitas yang tersedia
untuk pasien / keluarga
13. Kolaborasikan

26

kondisi me
10. Agar pasien tahu cara

imun klien

Pemberian obat
imunosuppresan dengan
dokter
135.
141.

27

142.
143.

BAB III
PENUTUP

143.1 Kesimpulan
144. Penyakit scabies ini merupakan penyakit menular oleh kutu tuma
gatal sarcoptes scabei tersebut, kutu tersebut memasuki kulit startum
korneum, membentuk kenalikuli atau terowongan lurus atau berkelok
sepanjang 0,6 sampai 1,2 centimeter.
145. Akibatnya, penyakit ini menimbulkan rasa gatal yang panas dan
edema yang disebabkan oleh garukan. Kutu betina dan jantan berbeda. Kutu
betina panjangnya 0,3 sampai 0,4 milimeter dengan empat pasang kaki, dua
pasang didepan dengan ujung alat penghisap dan sisanya di belakang berupa
alat tajam. Sedangkan untuk kutu jantan, memiliki ukuran dari setengah
betinanya. Dia akan mati setelah kawin. Bila kutu itu membuat terowongan
dalam kulit, tak pernah membuat jalur yang bercabang.
145.1 Saran
146. Saran obat yang ideal adalah efektif terhadap semua stadium
tungau, tidak menimbulkan iritasi dan toksik, tidak berbau atau kotor, tidak
merusak atau mewarnai pakaian, mudah diperoleh dan harganya murah.
147.

28

148.

DAFTAR PUSTAKA

149.
150.

Djuanda A . Skabies Hamzah M, Aisah S, eds. Ilmu Penyakit Kulit

Dan Kelamin.
151.
152.

Jakarta : Fakultas Kedokteran Indonesia ; 2010.p.122-5.


Muttaqin Arif . 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem

Integumen. Salema
153.
154.

Medika: Jakarta
Wilkinson M. Judith Buku Saku Diagnosis keperawatan Edisi : 9

Penerbit Buku
155.
156.

Kedokteran . EGC 2009.

Asih.Buku Saku Diagnosis Keperawatan. 2007. Edisi ke- 10. Jakarta :


EGCCarpenito, L. J. (2009), Diagnosa Keperawatan : Aplikasi pada
Praktik Klinis.
157.

Santoso, B. (2005-2006), NANDA : Panduan Diagnosa

Keperawatan. Jakarta :Prima


158.

MedikaWidyawati. (2007), Buku Saku : Buku Diagnosa

Keperawatan, Edisi ke- 7,Jakarta : EGC


159.

Vous aimerez peut-être aussi