Vous êtes sur la page 1sur 10

ASPEK KLINIS DAN DIAGNOSIS URTIKARIA FISIK

Ayu S Apsari, Dhana Saputra, Made Wardhana


Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/ RS Sanglah Denpasar
Abstrak
Urtikaria fisik merupakan kondisi kulit berupa reaksi edema lokal yang berbatas tegas
(wheal) dengan daerah disekitarnya yang eritema (flare) akibat stimulus fisik lingkungan dan
dikaitkan dengan sensasi sangat gatal, seperti tersengat atau tertusuk.Urtikaria umumnya
muncul segera dan bertahan dalam waktu 30 menit sampai dengan 36 jam.Faktor fisik yang
berpotensi sebagai pemicunya antara lain mekanik (tekanan, trauma, vibrasi), termal (panas
dan dingin), olah raga, paparan sinar matahari atau kontak dengan air.Patofisiologi urtikaria
fisik belum jelas diketahui.Disfungsi sel mast, dikaitkan dengan rendahnya ambang
degranulasi sitoplasmik merupakan komponen yang nyata pada beberapa subtipe urtikaria
fisik.Diagnosis urtikaria fisik didapatkan dari riwayat, temuan klinis dan tes
provokasi.Penatalaksanaan urtikaria dilakukan identifikasi menghilangkan faktor pencetus
serta memberikan perbaikan gejala.
Kata Kunci : urtikaria fisik, tes provokasi
CLINICAL AND DIAGNOSTIC ASPECT OF PHYSICAL URTICARIA
Ayu S Apsari, Dhana Saputra, Made Wardhana
Dept of Dermatovenereology, Udayana Medical Faculty/General Sanglah Hospital, Denpasar
Abstract
Physical urticaria defined as skin condition with typical localized edema reaction, well
demarcated (wheal) surrounded by erythematous halo (flare) after environment physical
stimulation and associated with severe itching, stinging or pricking sensations. Urticaria
appear immediatelly and can last from a briefly as 30 minutes to as long as 36 hours. The
triggering physical factors may be mechanical (pressure, trauma, vibration), thermal (cold
and heat), related to exercise, to sun exposure or to water contact. The pathophysiology of
physical urticaria is unknown, altough mast cell disfunction due to lower treshold of
cytoplasmic degranulation is a clear component in some subtype physical urticaria. For the
diagnosis of physical urticaria, history, physical finding and challenge test ought to be taken
into consideration. The management of physical urticaria is identification and elimination of
the eliciting triggers, and providing symptom relief.
Kata kunci :physical urticaria, challenge test.
==================================================================
===
PENDAHULUAN

Urtikaria merupakan lesi kulit berupa wheal dan flare dimana terjadi edema lokal (wheal)
dikelilingi oleh area kemerahan (eritema) dan dirasakan gatal.1,2 Urtikaria disebut juga
dengan hives umumnya muncul segera dan bertahan dalam waktu 30 menit sampai dengan 36
jam. Urtikaria akut mencakup durasi gejala kurang dari 6 minggu, dan urtikaria kronis
apabila durasi gejala 6 minggu atau lebih. Urtikaria akut sebagian besar disebabkan oleh
reaksi alergi terhadap obat-obatan, makanan, atau pada anak-anak karena penyakit akibat
virus.1,3 Urtikaria kronis dapat dibagi menjadi dua subgroup utama yaitu urtikaria autoimun
kronis (45%) dan urtikaria idiopatik kronis (55%).1
Urtikaria fisik tidak termasuk dalam definisi urtikaria akut maupun kronis. Berbagai tipe
urtikaria fisik dapat berlangsung bertahun-tahun, namun lesi individual bertahan kurang dari
2 jam (kecuali pada delayed pressure urticaria) dan bersifat intermiten.1 Walaupun demikian,
beberapa kepustakaan menyatakan bahwa urtikaria fisik merupakan bagian dari urtikaria
kronis.3
Urtikaria fisik merupakan entitas klinis yang disebabkan oleh stimulus fisik seperti
trauma, vibrasi (getaran), panas atau dingin, radiasi sinar matahari, olahraga dan kontak
dengan air.Sebagian besar lesi urtikaria terjadi pada area tubuh yang terpapar segera setelah
terkena stimulus yang sesuai dan menghilang setelah beberapa jam.Gejala ekstrakutaneus
dapat menyertai tipe urtikaria fisik tertentu yang berat.2
Insiden relatif dari berbagai tipe urtikaria fisik berbeda-beda. Sebagian besar peneliti
tampaknya setuju bahwa dermografisme adalah tipe yang paling sering.2
DEFINISI URTIKARIA FISIK
Urtikaria fisik merupakan kondisi kulit berupa wheal dan flare yang diinduksi oleh stimulus
fisik lingkungan.4 Faktor fisik yang berpotensial sebagai pemicunya antara lain mekanik
(tekanan, trauma, vibrasi), termal (panas dan dingin), olah raga, paparan sinar matahari atau
kontak dengan air.Pada satu orang pasien dapat ditemukan satu atau lebih tipe urtikaria fisik
yang bisa terjadi bersamaan ataupun berturut-turut.5

PATOFISIOLOGI URTIKARIA FISIK


Urtikaria terjadi akibat vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas vaskular yang dikaitkan
dengan ekstravasasi protein dan cairan ke dalam dermis.4 Patofisiologi urtikaria fisik belum
jelas diketahui. Disfungsi sel mast, dikaitkan dengan rendahnya ambang degranulasi
sitoplasmik dari mediator-mediator anafilaksis merupakan komponen yang nyata pada
beberapa subtipe urtikaria fisik; imunoglobulin serum juga mempunyai peran seperti yang
ditunjukkan dengan percobaan transfer pasif.3,6

KLASIFIKASI URTIKARIA FISIK


1. Urtikaria Yang Diinduksi Trauma
a. Dermografisme

Pada dermografisme atau dermatografisme, yang secara literatur berarti menulis pada kulit,
kulit merespon dengan reaksi edema lokal berbatas tegas (wheal) dan daerah disekitarnya
yang eritema (flare) yang tipikal terhadap stimulus goresan atau gosokan. Prevalensi
dermografisme dilaporkan sebesar 1.5-23.5% pada populasi umum.2,7
Dermografisme secara umum dapat dibagi menjadi dua yaitu dermografisme simpel dan
simtomatik.Dermografisme simpel biasanya diketahui secara tidak disengaja; pasien biasanya
asimtomatik dan tidak memerlukan terapi. Dermografisme simtomatik ditandai dengan gejala
gatal dan secara umum mempunyai ambang urtikariogenik yang lebih rendah.2,8
Berdasarkan kronologi respon wheal dan flare setelah diberikan stimulus,
dermografisme dapat dikelompokkan menjadi 3 tipe yaitu dermografisme segera dengan
onset 2-5 menit dan durasi 30 menit; dermografisme intermediat dengan onset 30 menit-2
jam dan durasi 3-9 jam; dermografisme lambat dengan onset 4-6 jam dan durasi 24-48 jam.2
Dermografisme juga dapat dikelompokkan berdasarkan penyebabnya, yaitu
dermografisme primer dan sekunder.Patogenesis dari dermografisme primer tidak jelas.
Dermografisme sekunder merupakan manifestasi sekunder dari kondisi patologis lain seperti
konsumsi obat, skabies dan infestasi kutu anjing, gigitan serangga, serta mastositosis
kutaneus/urtikaria pigmentosa.2
Untuk mendiagnosis dermografisme simtomatik didapatkan dari riwayat, temuan klinis
dan tes provokatif. Hal-hal penting yang harus dipertimbangkan dalam tes provokasi
dermografisme :1) Ambang tekanann (simpel : 4900 g/cm2; simtomatik : 3200 g/cm2), 2)
Panjangnya garis goresan atau gosokan : ~10 cm/ >5 cm, 3) Area yang diprovokasi :
punggung
dan/atau
lengan
atas,
4)
Hiperaktivitas
kutaneus
dan
refrakterisitas.Dermografometer yang telah dikalibrasi dibutuhkan untuk mengetahui
besarnya tekanan standar.2,9
b. Delayed-PressureUrticaria
Pada Delayed-pressure urticaria (DPU), tekanan tegak lurus yang konstan dilakukan pada
kulit menghasilkan eritema kutaneus lambat serta nyeri dermal dan subkutan atau
pembengkakan yang terasa seperti terbakar.2,3 Reaksi terjadi perlahan-lahan, biasanya 3-12
jam setelah dilakukan tekanan dan mencapai ukuran yang maksimum dalam 5-12 jam dan
bertahan selama lebih dari 24 jam.2,7 Urtikaria tipe ini sering didapatkan pada punggung,
bokong, area yang menjadi bantalan tekanan seperti kulit dibawah bebat, jam, ikat pinggang,
kaki setelah joging yang lama, tangan setelah menggunakan obeng dan bahu setelah
menumpu barang yang berat.2,3 Pada kasus yang berat, DPU dapat disertai dengan
manifestasi sistemik misalnya malaise, demam, artralgia, dan leukositosis.2
Untuk diagnosis DPU, didapat dari riwayat, temuan klinis dan tes provokasi perlu
dipertimbangkan. Tes provokasi harus dilakukan pada tiga atau lebih area tubuh, biasanya
dilakukan pada kedua sisi bahu dan aspek anterior dan pesterior paha.2 Direkomendasikan
penggunaan alat-alat yang telah dikalibrasi untuk pemberat berukuran kecil (500 gr/cm2,
1000 gr/cm2 dan maksimum 1500 gr/cm2) selama 10 menit; pembacaan area test harus
dilakukan setelah 30 menit, 3 jam dan 6 jam serta pengamatan pada 24 jam; selanjutnya
perhatikan onsetnya, reaksi maksimal dan durasi lesi. 2

2. Urtikaria Termal
a. Urtikaria Yang Diinduksi Panas
Dalam 5 menit setelah kulit terpapar panas diatas 433 C, area yang terpapar mulai terasa
terbakar dan tersengat dan menjadi merah, bengkak dan indurasi.7 Panas bertanggung jawab
terhadap 2 bentuk yang berbeda dari respon urtikaria : Cholinergic Generalized Heat
Urtikaria dan Localized Heat Urticaria.2

Cholinergic Generalized Heat Urticaria


Cholinergic Generalized Heat Urticaria (CGHU) disebabkan oleh stimulus yang dapat
meningkatkan temperatur inti tubuh : olahraga fisik, mandi atau berendam air panas dan stres
emosional.10 Lesi kutaneusnya sangat khas : wheal kecil, pungtata, gatal dengan diameter 15 mm, dekelilingi oleh flare.11 Lengan, dada bagian atas, tungkai bawah bagian atas,
punggung dan perut lebih sering terlibat dibandingkan dengan telapak tangan, telapak kaki
dan aksila karena inervasi simpatetik adrenergik pada area ini.12 Gejala sistemik seperti sakit
kepala, pusing kram perut, wheezing dan sinkop dapat terjadi.2
Dikatakan bahwa pemanasan pada aliran darah akibat olahraga dapat mempengaruhi
pusat saraf yang lebih tinggi dan memicu pelepasan asetilkolin disepanjang serat saraf perifer.
Asetilkolin dapat memicu granulasi sel mast, mengeluarkan histamin dan mediator sel mast
yang lain.13

Localized Heat urticaria


Localized Heat urticaria (LHU) merupakan bentuk yang tidak biasa dari urtikaria, dimana
terjadi secara lokal pada tempat aplikasi panas. LHU dibagi menjadi 2 subtipe : LHU segera
dan LHU lambat.2
LHU segera, nonfamilial merupakan respon urtikaria yang terjadi dalam 5 menit setelah
aplikasi panas. Lesinya berupa wheal papular, gatal dengan flare yang bertahan sampai
dengan 1 jam.Patofisiologi dari urtikaria tipe ini masih belum diketahui. Beberapa penelitian
menyatakan bahwa abnormalitas dari sistem komplemen serta adanya fenomena pelepasanmediator pada penyakit ini.2
LHU lambat, familial merupakan tipe yang sangat jarang.Ditandai dengan lesi yang
timbul dari 6-18 jam setelah pemberian stimulus termal; respon urtikaria dapat bertahan
selama 12-24 jam. Oleh karena jarangnya tipe ini, belum ada penelitian sistematik mengenai
prosedur provokasi yang distandarisasi.2
Tabel 1.Prosedur provokasi yang direkomendasikan untuk diagnosis urtikaria yang diinduksi
panas. (Dikutip dari kepustakaan no.2)

b. Urtikaria dingin
Urtikaria dingin merupakan kelompok manifestasi urtikaria yang diinduksi oleh paparan
dingin, dengan insiden mencakup 3-5% dari semua urtikaria fisik.Urtikatia dingin secara
umum dapat dibagi 2 yaitu urtikaria dingin tipikal (didapat) dan atipikal (familial dan
didapat).
Urtikaria dingin Tipikal
Bentuk tipikal dari urtikaria dingin tampak sebagai gatal, eritema, pembengkakan terbatas
pada area kulit yang terpapar dingin; lesi biasanya timbul 2-5 menit atau segera setelah kulit
mulai kembali ke temperatur awal. Udara dingin, air dingin, minuman atau makanan dingin,
objek dingin lainnya yang dapat mempresipitasi episode urtikaria-angioedema.
Pembengkakan pada lidah dan faring atau edema laringeal serta nyeri perut dapat timbul,
walaupun jarang.14 Paparan tubuh total terhadap dingin dapat menyebabkan anafilaksis
generalisata (mual, muntah, sakit kepala, flushing, hipotensi, takikardi, dan lain-lain).
Hipotensi dan tenggelam dapat membahayakan pasien yang berenang di air dingin.2
Urtikaria dingin didapat primer (idiopatik) telah banyak diteliti.Histamin, faktor
kemotaktik, prostaglandin D2, platelet-activating factor dan TNF- dapat dideteksi dalam
darah vena serta biopsi kulit setelah provokasi dingin.Pelepasan histamin yang dimediasi oleh
IgE, seperti yang diperlihatkan oleh tes Prausnitz-Kustner positif, telah diketahui.Urtikaria
dingin didapat sekunder meliputi kelainan yang ditandai dengan cryoglobulinemia,
cryofibrinogenemia, hemolisin dingin dan aglutinin dingin dengan durasi yang bervariasi.2
Urtikaria dingin atipikal
Urtikaria dingin familial (pola autosomal dominan)
Onset biasanya saat bayi.15 Urtikaria dingin familial dapat dikelompokkan berdasarkan
waktu munculnya lesi kulit, yaitu :
1. Segera : serangan urtikaria ditandai oleh papula atau makula yang terasa seperti
terbakar, namun bukan lesi urtikaria yang sebenarnya; kondisi ini sering disertai
dengan menggigil, demam, artralgia, mialgia dan sakit kepala yang bertahan 4-6
jam.2
2. Lambat : urtikaria-angioedema terlokalisasi pada area paparan dingin, 9-18 jam
kemudian.16 Seluruh proses ini dapat menghilang secara spontan dalam 2-3 hari.2

Urtikaria dingin didapat.


Urtikaria dingin sistemik. Merupakan kelainan yang jarang yang ditandai dengan lesi
urtikaria generalisata yang tidak terbatas pasa area yang terpapar dingin; dapat juga terjadi
anafilaktoid, episode megancam jiwa.2
Urtikaria kolinergik yang dinduksi dingin.Lesi pungtata gatal yang tipikal dengan diameter 17 cm tampak setelah seluruh tubuh terpapar dingin atau berolahraga di lingkungan yang
dingin.Berolahraga di ruangan yang dingin menyebabkan timbulnya lesi pada pasien
tersebut.Sebaliknya, berolahraga di ruangan yang hangat tidak mencetuskan lesi; ice cube
test hasilnya negatif.
Localized cold refleksurticaria. Secara klinis Localized cold refleksurticaria dan urtikaria
kolinergik yang diinduksi dingin tampaknya sama, namun kedua entitas ini merupakan
bentuk yang berbeda oleh karena hasil ice cube test yang tipikal. 2
Dermografisme tergantung-dingin.Wheal dermografisme tipikal hanya terjadi apabila pasien
terpapar dingin selama atau tidak lama setelah kulitnya digores.2
Urtikaria dingin terlokalisasi.Hanya area tubuh tertentu yang dapat mengalami urtikaria
setelah kontak dingin pada kondisi predisposisi tertentu seperti trauma dingin, injeksi alergen
intrakutaneus (terapi ragweed), atau sengatan serangga.2
Beberapa point yang harus diperhatikan dalam melakukan tes provokasi dingin, yaitu :
1) Iced object (dimensi yang tetap, dapat menggunakan vial dengan alas yang rata diisi
dengan air es, tabung logam yang berisi es); durasi aplikasi stimulus dengan provokasi
bertingkat; waktu timbulnya wheal dan flare setelah es dihilangkan, waktu observasi minimal
10 menit, 2) Area aplikasi, 3) Kondisi hiporeaktif, sebelumnya terpapar dingin, obat-obatan
yang digunakan sebelumnya, 4) Pengulangan prosedur provokasi harus dilakukan setelah
lebih dari 2 jam dari tes sebelumnya.2
Untuk mendiagnosis urtikaria dingin sistemik, tubuh harus didinginkan dengan cara
pasien diposisikan berdiri tanpa pakaian pada ruangan yang dingin (43 C) selama 10-20 menit;
kadang-kadang diperlukan 30 menit; sambil dilakukan observasi medis. Berolahraga selama
15 menit dalam ruangan yang dingin (43C) diperlukan untuk mendiagnosis urtikaria kolinergik
yang diinduksi dingin. Menggores kulit kemudian kemudian dipaparkan pada lingkungan
yang dingin penting untuk diagnosis dermografisme yang tergantung dingin.2
Kotak 1. Hasil Tes Stimulasi Dingin (Dikutip dari kepustakaan no.2)

c. Urtikaria solaris
Urtikaria solaris diinduksi oleh paparan sinar matahari atau penyinaran dalam
ruangan.Bentuk tipikal dari urtikaria solaris ditandai dengan timbulnya gatal dalam hitungan
detik setelah terpapar cahaya; 2-3 menit kemudian, kulit menjadi eritema dan
bengkak.Flare yang diinduksi akson mengelilingi area tersebut dengan tepi yang ireguler,
diluar lokasi yang terkena. Keseluruhan kondisi ini akan menghilang dalam 3-4 jam. Bentuk
lambat urtikaria solaris yang jarang dijumpai, ditandai dengan jeda waktu 18-72 jam untuk
timbulnya lesi; bentuk atipikal ini harus dibedakan dari ekspresi tidak lengkap urtikaria
solaris tipikal akibat paparan cahaya yang singkat. Derajat keparahan urtikaria solaris
dipengaruhi oleh : derajat paparan, durasi paparan, area yang terlibat dan derajat toleransi
kulit akibat paparan sinar sebelumnya.2
Paparan kulit menyeluruh pada pasien yang sangat sensitif, seperti berjemur di matahari,
dapat menyebabkan manifestasi sistemik urtikaria generalisata yang disertai bronkospasme,
hipotensi, dan hilang kesadaran akibat histaminemia sesaat.2
Patogenesis dari urtikaria solaris primer tidak sepenuhnya dimengerti. Kondisi ini
ditandai dengan tes transfer pasif yang positif (dimediasi IgE), peningkatan kadar histamin
serum, sel mast dan degranulasi eosinofil setelah provokasi lokal, dan pemberian fotoalergen
spesifik. Urtikaria solaris sekunder dikaitkan dengan abnormalitas genetik dari metabolisme
porfirin pada pasien dengan protoprfiria eritropoietik, defek yang menyebabkan fotoaktivasi
dari sistem komplemen.2
Diagnosis urtikaria solaris didasarkan pada kriteria sebagai berikut :1) Riwayat paparan
sinar matahari sebelumnya; 2) Munculnya lesi urtikaria tipikal pada area yang terpapar; 3)
Lesi dapat ditimbulkan lagi dengan fototesting.3
3. Tipe Urtikaria Fisik Yang Jarang
a. Angioedema Vibratori
Kelainan ini dapat diturunkan atau didapat; bentuk yang didapat bisa idiopatik atau
okupasional. Stimulus yang mengawali antara lain bersepeda motor, memotong rumput,
memakai handuk atau pijat, menunggang kuda.Pasien biasanya mengeluh gatal dan
pembengakakan dalam beberapa menit setelah diberikan stimulus getaran, dengan puncaknya
dalam 4-6 jam dan bertahan sampai dengan 24 jam.Keparahan reaksi sesuai dengan durasi

dan intensitas stimulus vibratori dan area permukaan tubuh yang terlibat. Manifestasi
sistemik seperti eritema generalisata dan sakit kepala dapat terjadi.2
Patogenesis dari angioedema vibratori tidak diketahui, namun degranulasi sel mast dan
peningkatan kadar histamin setelah diberikan stimulus vibratori telah dibuktikan. Kasuskasus familial menunjukkan pola pewarisan autosomal dominan.Diagnosis dikonfirmasi
dengan provokasi menggunakan vortex mixer yang diletakkan diatas kulit selama 5
menit.Lokasi tersebut harus diobservasi sampai 5-6 jam berikutnya. Timbulnya edema
sirkumferensial yang gatal setelah stimulus membedakan angioedema vibratori dengan
dermografisme lambat dan delayed-pressure urticaria.2
b. Urtikaria akuagenik
Urtikaria akuagenik merupakan kelainan yang sangat jarang. Kontak dengan air, tanpa
memperhatikan temperatur dan salinitas, akan menginduksi hives kecil gatal, perifolikular
yang menyerupai urtikaria kolinergik. Onset lesi kurang lebih 2 menit setelah paparan dan
bertahan sampai dengan 1 jam.2 Sebagian besar urtikaria akuagenik terjadi pada perempuan,
dimana gejalanya biasanya muncul saat awal masa pubertas. Sebagian besar kasus bersifat
sporadis, walaupun insiden kasus familial pernah dilaporkan.17 Patogenesisnya masih belum
jelas; pembentukan substansi yang melepaskan hitamin yang diakibatkan oleh air telah
dikatakan sebagai mekanisme yang mungkin mendasari.2
Tes provokasi untuk urtikaria akuagenik sebaiknya dikerjakan dengan menggunakan
kompres air pada temperatur tubuh rata-rata (373 C) selama 30 menit.2 Diagnosis urtikaria
akuagenik dikonfirmasi setelah menyingkirkan urtikaria dingin dan urtikaria kolinergik.17
c. Pruritus Akuagenik
Pruritus akuagenik merupakan kondisi yang ditandai dengan kulit yang sangat gatal tanpa
perubahan pada kulit yang terlihat setelah kontak singkat dengan air pada temperatur
berapapun. Kondisi ini mungkin merupakan kelainan yang sering dijumpai, namun seringkali
tidak terdiagnosis.2
PENATALAKSANAAN URTIKARIA FISIK
Tujuan terapi untuk semua tipe urtikaria adalah sama yaitu untuk mendapatkan perbaikan
gejala yang lengkap. Penatalaksanaan urtikaria dibagi menjadi dua pendekatan dasar :
pertama identifikasi dan eliminasi penyebab yang melatarbelakangi dan/atau menghilangkan
faktor pencetus, dan yang kedua untuk memberikan perbaikan gejala. Terapi simtomatik
ditujukan untuk mengurangi atau menekan gejala dengan menghambat pelepasan dan/atau
efek mediator-mediator sel mast dan mediator peradangan yang lain dengan mengunakan anti
H1 relatif dan dapat dibantu dengan kortikosteroid singkat pada urtikaria yang refrakter.18
Menghindari stimulus fisik untuk terapi urtikaria fisik paling diutamakan, namun hal
tersebut tidak mudah.Informasi yang detail mengenai properti fisik dari masing-masing
stimulus harus membuat pasien mampu untuk mengenali dan mengontrol paparan pada
kehidupannya sehari-hari. Hal-hal sederhana seperti melebarkan pegangan tas yang berat
untuk pressure urticaria dan mengurangi gesekan pada kasus dermografisme simtomatik
dapat sangat membantu dalam mencegah timbulnya gejala. Untuk urtikaria solaris,

identifikasi pasti dari rentang panjang gelombang yang mencetuskan penting untuk pemilihan
tabir surya atau untuk pemilihan bola lampu dengan filter UV-A.18
RINGKASAN
Urtikaria fisik merupakan kondisi kulit yang terjadi akibat disfungsi sel mast, dikaitkan
dengan rendahnya ambang degranulasi sitoplasmik dari mediator-mediator anafilaksis, yang
diinduksi oleh stimulus fisik lingkungan.5,8 Faktor fisik yang berpotensial sebagai
pemicunya antara lain mekanik (tekanan, trauma, vibrasi), termal (panas dan dingin), olah
raga, paparan sinar matahari atau kontak dengan air. Prevalensi urtikaria fisik kurang lebih
20% dari keseluruhan tipe urtikaria dan paling banyak mengenai dewasa muda.Diagnosis
urtikaria fisik, didapat dari riwayat, temuan klinis dan tes provokasi.
Prosedur pemeriksaan tidak cukup terstandarisasi untuk semua tipe urtikaria
fisik.Pertimbangan pada pemberian stimulus yang bertingkat dan respon kutaneus individual
sangat penting; dimana ukuran dari lesi yang terbentuk, waktu timbulnya lesi setelah
pemberian stimulus dan durasi timbulnya lesi harus diperhatikan. Mengevaluasi secara
seakurat mungkin masing-masing sensitivitas pasien terhadap berbagai stimulus akan
memungkinkan untuk menilai proses penyakit dan mempelajari secara objektif efikasi dari
intervensi terapeutik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan AP. Urticaria and angioedema. Dalam : Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI,
Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, penyunting. Fitzpatricks Dermatology In
General Medicine. Edisi ke-7. New York: MacGraw-Hill, 2008; h.330-43.
2. Kontou-Fili K, Borici-Mazi R, Matjevic LJ, Mitchel FB. Physical urticaria :
classification and diagnostic guidelines. Allergy. 1997;52:504-13.
3. Gober LM, Saini SS. Allergic Urticaria. Dalam : Gaspari AA, Tyring SK, penyunting.
Clinical and Basic Immunodermatology. London: Springer-Verlag, 2008; h.459-80.
4. Criado PR, Criado RFJ, Maruta CW, Martins JEC, Rivitti EA. Urticaria. An Brass
Dermatol 2005;80(6):613-32.
5. Magerl M, Borzova E, Gimenez-Arnau A, Grattan CEH, Lawlor F, Mathelier-Fusade
P, Metz M, Mtynek A, Maurer M. The definition and diagnostic testing of physical
and cholinergic urticarias EAACI/GA2LEN/EDF/UNEV consensus panel
recommendations. Allergy. 2009;64:1715-21.
6. Grabbe J. Pathomechanism in physical urticaria. JID Symposium Proceedings.
2001;135-136.
7. James WD, Berger TG, Elston DM. Erythema and urticaria. Dalam : James WD,
Berger TG, Elston DM, penyunting. Andrews Disease of The Skin : Clinical
Dermatology. Edisi ke-10. Canada: Elsevier, 2006; h.149-55.
8. Wallengren J, Asaksson A. Urticarial dermographism : clinical features and response
to psychosocial stress. Acta Derm Venereol. 2007;87(6):493-98.

9. Sterry W, Paus R, Burgdorf W. Urticaria. Dalam : Sterry W, Paus R, Burgdorf W,


penyunting. Dermatology. New York: Thieme, 2005; h.167-172.
10. Fernando S, Broadfoot A. Chronic urticaria assessement and treatment. Australian
Family Physician. 2010;39(3):135-38.
11. Hosey RG, Carek PJ, Goo A. Exercise-induced anaphylaxis and urticaria. American
Family Physicians. 2001;64(8):1367-72.
12. Thawer-Esmail F. Physical urticaria presenting as cholinergic urticaria with
dermographism. Current Allergy & Clinical Immunology. 2008;21(4):187-8.
13. Chinuki Y, Tsumori T, Yamamoto O, Morita E. Cholinergic urticaria associated with
acquired hypohidrosis : an ultrastructural study. Acta Derm Venereol. 2010;91(2):1978.
14. Kim G. Primary (idiopathic) cold urticaria and cholinergic urticaria. Dermatology
Online Journal. 2004;10(3):13.
15. Mahmoudi M. Cold-Induced Urticaria. JAOA. 2001;101(5):S1-S4.
16. Gandhi C, Healy C, Wanderer AA, Hoffman HM. Familial atypical cold urticaria :
description of a new hereditary disease. J Allergy Clin Immunol. 2009;124(6):124550.
17. Yavuz ST, Sahiner UM, Tuncer A, Sackesen C. Aquagenic urticaria in 2 adolescents. J
Investig Allergol Clin Immunol. 2010;20(7):624-25.
18. Zuberbier T, Asero R, Bindslev-Jensen C, Canonica GW, Church MK, GimenezArnau AM, Grattan CEH, Kapp A, Maurer M, Merk HF, Rogala B, Saini S, SanchezBorges M, Schmid-Grendelmeier P, Schunemann H, Staubach P, Vena GA, Wedi B.
ECACI/GA2LEN/EDF/WAO Guideline : management of urticaria. Allergy.
2009;64:1427-1443.

Vous aimerez peut-être aussi