Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
DISKUSI KELOMPOK
DALAM PEMBELAJARAN DIKLAT APARATUR
Rini Setyasih
Widyaiswara Bandiklatda Prov. Kal.Sel.
Abstrak
Dalam suatu kegiatan belajar mengajar pada Diklat Aparatur sangat
diperlukan adanya metode pelatihan efektif dan teknik mengajar, agar para
peserta diklat aktif dan menguasai materi serta mencapai kompetensi yang
menjadi tujuan pelatihan. Untuk mencapai hasil yang diinginkan
tersebut,.maka seorang Widyaiswara/fasilitator harus bisa memilih,
menetapkan dan mengembangkan metode pembelajaran yang tepat. Dikenal
lebih dari 100 metode pembelaran, namun metode pembelajaran yang paling
sering dan selalu digunakan oleh para widyaiswara/fasilitator adalah metode
diskusi kelompok. Diskusi kelompok sebenarnya merupakan perluasan
metode tanya jawab dan bisa didefinisikan sebagai pembicaraan yang
mempunyai tujuan tertentu, pembicaraan secara berkelompok, yang terdiri
minimal 2 orang untuk membahas sebuah topik tertentu. Tujuan penggunaan
metode diskusi kelompok adalah untuk memotivasi (mendorong) dan
memberi stimulasi (rangsangan) kepada peserta pelatihan agar berfikir
dengan renungan yang mendalam (reflective thinking), sehingga potensipotensi yang ada pada dirinya dapat digali dan disampaikan untuk menjadi
masukan bagi para peserta yang lain. Dengan demikian kelas akan lebih
hidup dan diperoleh berbagai ilmu serta informasi yang dapat memperkaya
peserta, sehingga dapat diambil keputusan bersama dengan lebih baik.
Kata Kunci : pembelajaran, kompetensi, diskusi kelompok.
A. Pendahuluan
Seperti telah kita ketahui bersama, bahwa hasil akhir yang merupakan
hasil jangka panjang dari mengajar adalah kemampuan peserta diklat yang
tinggi untuk dapat belajar lebih mudah dan lebih efektif dimasa yang akan
datang, yang berarti tidak hanya memilliki makna deskriptif dan kekinian, akan
tetapi juga bermakna prospektif dan berorientasi ke masa depan. Hakikat
mengajar (teaching) menurut Joyce dan Weil adalah membantu para peserta
diklat memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk
mengekspresikan dirinya, dan belajar bagaimana cara belajar.
1
yang
paling
sering
dan
selalu
digunakan
oleh
para
sehingga
seorang
Widyaiswara/fasilitator
harus
dapat
Tujuan
Tujuan penggunaan metode diskusi kelompok menurut B. Lena
Nuryanti adalah untuk memotivasi (mendorong) dan memberi stimulasi
(rangsangan) kepada peserta pelatihan agar berfikir dengan renungan
yang mendalam (reflective thinking), sehingga potensi-potensi yang ada
pada dirinya dapat digali dan disampaikan untuk menjadi masukan bagi
para peserta yang lain. Dengan demikian kelas akan lebih hidup dan
diperoleh berbagai ilmu serta informasi yang dapat memperkaya
peserta, sehingga dapat diambil keputusan bersama dengan lebih baik.
Semua peserta mempunyai hak dan kesempatan yang sama
untuk berpartisipasi mengemukakan pendapat dalam diskusi, sehingga
peran widyaiswara disini selain memotivasi peserta juga harus selalu
memperhatikan pola kontribusi yang terjadi dalam setiap kelompok, agar
setiap anggota terlibat dan memberikan kontribusi serta mencegah
adanya monopoli pada salah satu atau beberapa orang peserta saja.
KEKURANGAN
dapat dipakai dalam
peserta
mendengar
dapat
dan
kurang
pengendalian
keputusan)
ataukah
perlu
diperpanjang
(ditambah).
Hal
yang
perlu
window
shopping dll.)
Peran fasilitator selama berjalannya diskusi adalah :
1. Duduk di belakang, mendengarkan dan memperhatikan semua
kelompok.
2. Buat catatan tengtang kemajuan penugasan dan proses diskusi
3. Cek kembali daftar catatan agar semua unsur terbahas.
4. Intervensi diperlukan hanya apabila :
a. Terlalu banyak interupsi
b. Mulai muncul konflik serius
c. Diskusi menyimpang dan tidak terarah
d. Ada beberapa anggota yang pasif
e. Diminta memberikan psndsngsn/pendapat atau ada kesepakatan yang
memerlukan keterlibatab fasilitator
f. Bila diskusi berjalan datar-datar saja, bisa disegarkan dengan
melontarkan aspek yang sudah kita siapkan dan meminta pendapat
kelompok.
Kebisuan sejenak dalam diskusi belum tentu tidak ada sesuatu yang
harus dibicarakan, mungkin mereka sedang berfikir dan merenung. Akan tetapi
apabila kebisuan berkepanjangan/stagnan maka fasilitator harus segera
memancing dengan pertanyaan-pertanyaan,
banyak
berdiskusi/berbicara
kelompok-kelompok
mengeluarkan
kecil
pendapat
yang
masing-masing
semuanya
sehingga
baik
sekaligus
berusaha
untuk
menanggulangi/meminimalisir
kekurangannya. Satu hal yang perlu kita renungkan bersama disini bahwa :
MENGAJAR ADALAH ILMU, KETERAMPILAN SEKALIGUS SENI.
DAFTAR PUSTAKA
Nuryanti, B.Lena, 2008, Metode Pembelajaran,..
---------------------, 2009, Kumpulan Makalah Diklat Metode dan Teknik Pembelajaran
Efektif, LAN Bandung.