Vous êtes sur la page 1sur 15

Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi

Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman

Laporan Kasus

MOLA HIDATIDOSA

oleh:
Anti Mangi Mangampa
0910015061
Pembimbing:
dr. Novia Fransiska Ngo, Sp. OG

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik


Pada Laboratorium Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
2015
BAB 1
PENDAHULUAN
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal yang sebagian atau seluruh
vili korialisnya mengalami degenerasi berupa gelembung yang menyerupai
anggur. Frekuensi mola hidatidosa umumnya di wanita Asia lebih tinggi (1 per
120 kehamilan) daripada wanita di negara Barat (1 per 2.000 kehamilan)
(Hadijanto, 2009; Syafii, Aprianti, & Hardjoeno, 2006; Mansjoer, Triyanti, Savitri,
Wardhani, & Setiowulan, 2000).
Di Indonesia, mola hidatidosa dianggap sebagai penyakit yang penting
dengan insiden yang tinggi (data RS diIndonesia, 1 per 40 persalinan), faktor
risiko banyak, penyebaran merata serta sebagian besar data masih berupa hospital
1

based. Soejoenoes dkk (1967) melaporkan 1 : 85 kehamilan; RS Dr. Cipto


Mangunkusomo Jakarta 1 : 31 persalinan dan 1 : 9 kehamilan ; Luat A. Siregar
(Medan) tahun 1982 : 11-16 per 1000 kehamilan; Soetomo (Surabaya) 1:80
persalinan; Djamhoe Martaadisoebrata (Bandung); 9-12 per 1000 kehamilan.
Biasanya dijumpai lebih seringpada umur reproduktif (14-45 tahun) dan
multipara. Jadi dengan meningkatnya paritas kemungkinan menderita mola akan
lebih besar. Faktor risiko mola hidatidosa terdapat pada usia kurang dari 20 tahun
dan di atas 35 tahun, gizi buruk, riwayat obstetri, etnis dan genetik. (Syafii,
Aprianti, & Hardjoeno, 2006; Fitriani, 2009).
Oleh karena itu, perlu untuk memiliki pengetahuan dan kemampuan
mengarahkan pemeriksaan yang diperlukan demi penegakan mola hidatidosa lebih
dini.

BAB 2
LAPORAN KASUS
Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan pada hari Selasa, 14 April
2015 pukul 23.58 wita di Ruang VK Mawar RSUD AW. Sjahranie Samarinda.
Anamnesis
Identitas pasien:
Nama
Umur
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Suku
Alamat
Masuk Rumah Sakit

: Ny. IPA
: 23 tahun
: Islam
: SMK
: Swasta
: Jawa
: Jl. Taruna RT. 24 Loa Duri
: 14 April 2015

Identitas suami:
Nama
Umur
Agama
Pendidikan
Pekerjaan

: Tn. HI
: 29 tahun
: Islam
: D3
: Swasta
2

Suku
Alamat

: Jawa
: Jl. Taruna RT. 24 Loa Duri

Keluhan Utama
Keluar darah dari jalan lahir
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak 12 jam
SMRS. Darah berwarna merah segar tidak disertai gumpalan-gumpalan, dan tidak
disertai keluarnya gelembung-gelembung berwarna putih. Keluhan disertai nyeri
perut bagian bawah. Selama sekitar 12 jam pasien menggunakan 7 pembalut.
Pasien mengalami mual tetapi tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.
Sebelumnya pasien berobat ke bidan di dekat rumahnya kemudian bidan
menyarankan agar ke Rumah Sakit. Pasien mengaku selama hamil ini telah 4 kali
kontrol kehamilan dan melakukan pemeriksaan USG. Pada 2 kali pemeriksaan
USG terakhir, yaitu 1 hari SMRS dokter Sp. OG mengatakan bahwa pasien
mengalami hamil anggur.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien menyangkal riwayat penyakit asma, jantung, tekanan darah tinggi dan
tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ditemukan riwayat penyakit dalam keluarga
Riwayat Haid
- Menarche usia 14 tahun
- Lama haid 3 hari
- Hari Pertama Haid Terakhir : 10-01-2015
- Taksiran Persalinan : 17-10-2015
Riwayat Perkawinan
Perkawinan pertama, kawin usia 23 tahun, lamanya pernikahan dengan suami
sekarang adalah 4 bulan.
Riwayat Obstetrik
No Tahun Tempat
Tahun Partus

Umur

Jenis

Penolong

Jenis

Keadaan Anak

Kehamilan

Persalinan

Persalinan

Kelamin

Sekarang

Anak

BB
1

2015

Hamil ini
3

Kontrasepsi
Tidak menggunakan kontrasepsi
Pemeriksaan fisik
1. BB/TB
: 69 kg, tinggi badan 163 cm
2. Keadaan Umum
: Baik
3. Kesadaran
: Komposmentis, GCS : E4V5M6
4. Tanda vital:
Tekanan darah
: 130/80 mmHg
Frekuensi nadi
: 80 x/menit
Frekuensi napas
: 16 x/menit
Suhu
: 36.3 C
5. Status generalis:
Kepala
: Normochepali
Mata
: Konjungtiva anemis (-/-), ikterik (-/-)
Telinga/hidung/tenggorokan : tidak ditemukan kelainan
Leher
: Pembesaran KGB (-)
Thorax:
Jantung : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru
: vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
: hepar: pembesaran (-), limpa: pembesaran (-)
6. Ekstremitas
: Atas: akral hangat
Bawah: edema tungkai (-/-), varices (-/-),
7. Status Obstetrik:
1.
Inspeksi:Perut tampak datar, linea nigra (-), hiperpigmentasi (-),
2. Palpasi
3. VT

striae (-)
: Tinggi Fundus Uteri (TFU) Setinggi pusat
: tidak dilakukan

Pemeriksaan Penunjang
Laboaratorium
Jenis
Nilai Normal
Pemeriksaan
Pemeriksaan Darah Lengkap
Hb
11,0-16,00 g/dL
Ht
37-54%
BT
2-5
CT
5-10
Leu
4000-10.000 L
Tr
150.000-450.000 L
Pemeriksaan Kimia Darah
GDS
60-150 mg/dl

11/4/15

14/4/15

13,2

14.200
351.000

11,9
35,4
3
8
11.400
303.000

85

70

21/4/15

Ureum
Creatinin
HbsAg
112
Hormon
Beta HCG

10-40
0,5-1,5
NR
NR

kuantitatif

(minggu)
1-3 : 5-50
4 : 5-425
5 : 20 7400
6 : 1.000 56.000
7-8 : 7.600 230.000
9 12 : 25.000

(mIU/ml)

Usia

21
0,8
NR

20,8
0,6
NR
NR

kehamilan 112.496

3.094

290.000
Pemeriksaan Urin
Bilirubin
Negatif
Eritrosit
0-1/lpb
Hemoglobin/ Negatif

+1
50-60
+4

Darah
Plano Test

Rontgen Torax
11 April 2015 (Laboratorium swasta)
Sinus, diaphragm dan cor normal
Pulmo: corakan bronchovaskuler agak ramai, terutama paracardial
Hili agak lebar
Tidak tampak cavitas, perselubungan atau pun pleural effusion.
Tidak tampak fraktur atau kelainan pada thoracis
Kesan : Bronhitis
Diagnosis kerja
G1P0A0 gravid 13-14 minggu + mola hidatidosa
Penatalaksanaan
Lapor Sp. OG, anjuran :
Rencana Kuretase
Lembar Observasi
S

14/4/15
15/4/15
Keluar darah Perdarahan
dari jalan lahir

16/4/15
17/4/15
Perdarahan Flek Keluhan tidak ada,

(+), 6x ganti (+)


pembalut,

sudah perdarahan (-)

berkurang

mules (+)

CM,

TD

: CM,

TD

: CM,

TD

: CM, TD : 100/60

130/80 mmHg, 130/90 mmHg, 130/80 mmHg, mmHg, N : 69


N : 80 x/menit, N : 80 x/menit, N : 80 x/menit, x/menit, RR : 18
RR

16 RR

x/menit,

20 RR

T: x/menit,

20 x/menit,

T: x/menit, T: 36,7

36,3 C, TFU : 36,5 C, TFU : C,


A

Sepusat
G1P0A0
gravid

Sepusat
G1P0A0
13-14 gravid

G1P0A0 gravid Mola

hidatidosa

13-14 13-14 minggu + post kuret mola I

minggu + mola minggu + mola mola hidatidosa


P

hidatidosa
Pro Kuretase

hidatidosa
Pro Kuretase
Ro. Thorax

Pro Kuret hari Cefadroxyl 2 x 500


ini

mg
Asam Mefenamat
3 x 500 mg
Pulang

Laporan Operasi
16 April 2015
- posisi litotomi
- Sediaan : 20 cc
Kerokan : jumlah sekitar 300 ml
Jaringan sekitar 100 ml
Kuretase
Terapi Post Operasi:
- Diet Halus
- Cefadroxyl 3 x 1
- Asam Mefenamat 3 x 1
- Drip Oksitosin 2 ampul s/d 8 jam
- Cek Beta HCG kuantitatif post kuretase
Hasil Pemeriksaan Patologi Anatomi:
17 April 2015
Makroskopis:
Diterima jaringan cokelat kehitaman rapuh 20 cc

Mikroskopis:
Sediaan jaringan terlihat sebagian besar nekrosis dengan area-area perdarahan
dengan sel-sel trophoblast nekrotik yang tersebar diffuse

Kesimpulan:
Cavum uteri, kerokan:
Sisa trophoblast
11 Mei 2015
Kesimpulan:
Cavum uteri, kerokan :
Endometrits

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar di
mana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan
berupa degenerasi hidropik (Mansjoer, Triyanti, Savitri, Wardhani, & Setiowulan,
2000; Hadijanto, 2009). Mola hidatidosa merupakan salah satu bagian di dalam
kategori tumor trofoblastik atau yang disebut dengan istilah penyakit trofoblastik
gestasional (Crum, Lester, & Cotran, 2007).
2.2 Epidemiologi
Mola hidatidosa terjadi pada sekitar 1 dalam 1000 kehamilan di Amerika
Serikat dan Eropa. Frekuensi mola hidatidosa pada kehamilan yang terjadi pada
awal atau akhir usia subur relatif lebih tinggi. Efek paling berat dijumpai pada
wanita berusia lebih dari 45 tahun, dengan frekuensi lesi relative lebih dari 10 kali

lipat dibandingkan pada usia 20 sampai 40 tahun. Kekambuhan mola hidatidosa


dijumpai pada sekitar 1 sampai 2 persen kasus (Cuningham & dkk, 2005).
Insidensi mola hidatidosa komplet adalah sekitar 1-1,5 per 2000 kehamilan
di Amerika Serikat dan Negara Barat lainnya. Karena alasan yang tidak diketahui,
insidensi penyakit ini jauh lebih tinggi di Negara Asia. Mola paling sering terjadi
pada usia sebelum 20 dan setelah 45 tahun, dan adanya riwayat mola
meningkatkan risiko untuk kehamilan berikutnya. Meski pun biasanya ditemukan
pada minggu kehamilan 12 hingga 14 karena gestasi yang terlalu besar untuk
usianya, pemantauan dini kehamilan dengan ultrasonografi telah berhasil
menurunkan usia gestasi saat penyakit terdeteksi sehingga diagnosis dapat
ditegakkan lebih dini. Pada dua keadaan, penigkatan kadar hCG dalam darah ibu
bersamaan dengan tidak adanya bagian janin atau bunyi jantung janin (Crum,
Lester, & Cotran, 2007).

2.3 Etiologi
Mola terjadi akibat dari kelainan pembuahan, pada mola komplet, sebuah
telur kosong dibuahi oleh dua spermatozoa (atau satu sperma diploid),
menghasilkan kariotip diploid, sedangkan pada mola parsial sebuah telur normal
dibuahi oleh dua spermatozoa (atau satu spermatozoa diploid) sehingga terbentuk
kariotipe triploid (Crum, Lester, & Cotran, 2007). Kondisi yang menyebabkan
terjadinya mola hidatidosa ini dapat dilakukan dengan analisis DNA (Ngan &
dkk, 2012).
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya mola hidatidosaantara
lain (Fitriani, 2009):
Faktor ovum: ovum sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat

dikeluar-kan.
Umur di bawah 20 tahun dan di atas 40 tahun.
Imunoselektif dari trofoblas.
Keadaan sosioekonomi yang rendah dan defisiensi gizi; mola hidatidosa
banyak ditemukan pada mereka dengan status ekonomi yang rendah

serta diet rendah protein.


Paritas tinggi.
Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas.

2.4 Gejala dan Tanda


8

Gambaran klinis sebagaian besar kehamilan mola telah banyak berubah


dalam 20 tahun terakhir karena penggunaan ultrasonografi transvagina dan hCG
serum kuantitatif menyebabkan diagnosis ditegakkan lebih dini. Tanda-tanda
klinis yang dapat terjadi antara lain (Cuningham & dkk, 2005):
a. Perdarahan
Perdarahan uterus hamper universal dan dapat bervariasi dari
bercak sampai perdarahan berat. Perdarahan mungkin terjadi sesaat
sebelum abortus atau, yang lebih sering, terjadi secara intermiten selama
beberapa minggu bahkan bulan. Kadang-kadang terjadi perdarahan yang
tertutup di dalam uterus. Anemia defisiensi besi sering dijumpai dan
kadang-kadang terdapat eritropoiesis megaloblastik, mungkin akibat
kurangnya asupan gizi karena mual dan muntah disertai menungkatnya
kebutuhan folat trofoblas yang cepat berproliferasi.
b. Ukuran Uterus
Uterus sering membesar lebih cepat dari pada biasanya. Uterus
mungkin sulit diidentifikasi secara pasti dengan palpasi, terutama pada
wanita nulipara, karena konsistensinya yang lunak di bawah dinding
abdomen yang kencang. Kadang-kadnag ovarium sangat membesar akibat
kista-kista teka lutein sehingga sulit dibedakan dari uterus yang membesar.
c. Aktivitas Janin
Walau pun uterus cukup membesar sehingga mencapai jauh di atas
simfisis, bunyi jantung janin biasanya sulit terdeteksi. Walaupun jarang,
mungkin terdapat plasenta kembar dengan perkembangan kehamilan mola
sempurna pada salah satunya, sementara plasenta lain dan janinnya tampak
normal.
2.5 Penatalaksanaan
Terapi mola hidatidosa terdiri dari dua fase, yaitu evakuasi mola segera dan
tindak lanjut untuk mendeteksi proliferasi trofoblas persisten atau perubahan
keganasan. Evaluasi awal harus dilakukan sebelum evakuasi atau histerektomi
yang mencakup pemeriksaan radiografi toraks untuk mencari lesi paru. Beberapa
pilihan dalam terapi mola hidatidosa, antara lain (Cuningham & dkk, 2005):

1.
2.
3.
4.
5.

Terminasi kehamilan mola


Kemoterapi profilaktik
Aspirasi vakum
Oksitosin, prostaglandin, dan histerotomi
Histerektomi

Pengelolaan mola hidatidosa dapat terdiri dari 4 tahap berikut ini (Hadijanto,
2009):
a. Perbaikan Keadaan Umum
Pemberian transfuse darah untuk memperbaiki syok atau anemia dan
menghilangkan atau mengurangi penyulit seperti preeclampsia atau
tirotoksikosis (Ngan & dkk, 2012).
b. Pengeluaran jaringan mola
Ada dua cara yaitu (Ngana & dkk, 2012) (Hadijanto, 2009):
Vakum kuretase
Setelah keadaan umum diperbaiki dilakukan vakum kuretase tanpa
pembiusan.

Untuk

memperbaiki

kontraksi

diberikan

pula

uterotonika. Vakum kuretase dilanjutkan dengan kuretase dengan


menggunakan sendok kuret biasa yang tumpul. Tindakan kuret
cukup dilakukan 1 kali saja, asal bersih. Kuret kedua hanya
dilakukan bila ada indikasi. Sebelum tindakan kuret sebaiknya
disediakan darah untuk menjaga bila terjadi perdarahan yang
banyak

Histerektomi
Tindakan ini dilakukan pada perempuan yang telah cukup umur
dan cukup mempunyai anak. Alasan untuk melakukan histerektomi
ialah karena umur tua dan paritas tinggi merupakan factor
predisposisi untuk terjadinya keganasan. Batasan yang dipakai
adalah umur 35 tahun dengan anak hidup 3. Tidak jarang bahwa
pada

sediaan

histerektomi

bila

dilakukan

pemeriksaan

histopatologik sudah tampak adanya tanda-tanda keganasan berupa


mola invasive / koriokarsinoma.
c. Prosedur Tindak Lanjut

10

Tujuan utama tindak lanjut adalah deteksi dini setiap perubahan yang
mengisyaratkan keganasan. Metode umum tindak lanjut adalah sebagai
berikut :
Cegah kehamilan selama masa tindak lanjut, yaitu sekurang

kurangnya 1 tahun
Ukur kadar hCG setiap 2 minggu. Walau pun sebagian
menganjurkan pemeriksaan setiap minggu, belum terbukti adanya

manfaat yang nyata


Tunda terapi selama kadar serum tersebut terus berkurang. Kadar
yang meningkat atau mendatar mengisyaratkan perlunya evaluasi

dan biasanya terapi.


Setelah kadar normal, yaitu setelah mencapai batas bawah
pengukuran, pemeriksaan dilakukan setiap bulan selama 6 bulan,

lalu setiap 2 bulan untuk total 1 tahun.


Tindak lanjut dapat dihentikan dan kehamilan diizinkan setelah 1

tahun.
Hal ini perlu dilakukan mengingat adanya kemungkinan keganasan setelah
mola hidatidosa. Kadar gonadotropin korionik harus turun secara progresif
sampai kadar yang tidak terdeteksi, karena di luar itu berarti trofoblas
menetap. Peningkatan mengisyaratkan proliferasi yang kemungkinan besar
ganas kecuali apabila wanita yang bersangkutan kembali hamil. Tes hCG
harus mencapai nilai normal 8 minggu setelah evakuasi. Lama
pengawawan berkisar satu tahun. Untuk tidak mengacaukan pemeriksaan
selama periode ini pasien dianjurkan untuk tidak hamil dulu dengan
menggunakan kondom, difragma, atau pantang berkala (Hadijanto, 2009).
Kadar -hCG sebelum dan setelah kuret (Fitriani, 2009
BAB 4

PEMBAHASAN

11

Anamnesis
Teori
Epidemiologi & Faktor Risiko:

Fakta
Epidmeiologi & Faktor Risiko:

sering terjadi pada usia 20-45 tahun

sering ditemukan pada minggu

Usia kehamilan 13 14 minggu

kehamilan 12 hingga 14

Primipara

Paritas tinggi.

Sosioekonomi cukup

Infeksi virus dan faktor kromosom


yang belum jelas.
Keadaan
sosioekonomi
yang

rendah dan defisiensi gizi


Riwayat
kehamilan

Pasien berusia 23 tahun

Tidak ada riwayat kehamilan mola

mola

sebelumnya
Gejala :

Gejala:

Amenore

Amenore

Perdarahan dari jalan lahir

Perdarahan dari jalan lahir

Mual muntah yang cukup berat

Mual muntah ringan

Teori dan fakta sesuai

Pemeriksaan
Teori

Fakta

Fisik:

Fisik:

Ukuran uterus lebih besar dari usia

TFU sepusat

kehamilan

TD : 130/80 mmHg

Hipertensi

DJJ (-)

Tidak terdengar detak jantung

Tirotoksikosis (-)

walau pun usia kehamilan besar

Tirotoksikosis

Keluarnya gelembung mola

Gelembung mola (-)

12

Penunjang :
Penunjang:

USG :

USG:

Riwayat pemeriksaan USG di dr. Sp.

Gambaran badai salju (snow flake

OG dan dikatakan pasien mengalami

pattern)

hamil anggur.

Sarang lebah (honey comb)


-hCG :
-hCG :

1. 112.496 mIU/ml (11/4/2015)

meningkat dari usia kehamilan

2. 3.094 mIU/ml (21/4/2015)\


Rontgen Thoraks

Rontgen Thoraks

Kesan : Bronhitis

Evaluasi adanya metastase


Patologi:
Patologi:

Makroskopis:
Diterima jaringan cokelat kehitaman

Macros:
Gelembung-gelembung putih, tembus
pandang, berisi cairan jernih, dengan

rapuh 20 cc

ukuran bervariasi dari beberapa

Mikroskopis:
Sediaan jaringan terlihat sebagian besar

millimeter sampai 1 sampai 2 cm

nekrosis dengan area-area perdarahan


dengan sel-sel trophoblast nekrotik

Micros :

yang tersebar diffuse

Stroma vili, tidak ada pembuluh darah


pada vili/degenerasi hidropik dan
proliferasi sel-sel trofoblas

Kesimpulan:
Cavum uteri, kerokan:
Sisa trophoblast

Teori dan fakta sesuai

Penatalaksanaan

Teori
Perbaikan kondisi umum

Fakta
Perbaikan kondisi umum

Kuret

Kuret
13

Sitostatik

Pemeriksaan kadar -hCG post

Histerektomi

kuretase

Tindak lanjut cek kadar -hCG


per minggu
Teori dan fakta sesuai

BAB5
PENUTUP
2.1 Kesimpulan
Pasien Ny. IP, perempuan, usia 23 tahun, datang dengan keluhan
perdarahan dari jalan lahir yang dialami 1 hari SMRS. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan TFU setinggi pusat yang berbeda dengan usia kehamilan pada saat ini.
Dari riwayat pemeriksaan USG pasien ditemukan gambaran hamil anggur.
Ditemukan peningkatan kadar hormon -hCG yang masih dalam batas kisaran
peningkatannya menurut usia kehamilan. Pemeriksaan patologi ditemukan adanya
sisa trofoblas. Pasien kemudian di diagnose sebagai G1P0A0 gravid 13-14
minggu dengan mola hidatidosa. Pasien di rawat di rumah sakit, dilakukan
perbaikan kondisi umum, kuret, dan pemeriksaan kadar hormon -hCG post
kuretase. Evaluasi kadar -hCG post kuretase ditemukan penurunan yang
progresif dibandingkan dengan kadarnya pada pemeriksaan pertama. Secara
umum, penegakan diagnosis dan alur penatalaksanaan pada pasien Ny. IP telah
sesuai dengan literature yang ada.
14

2.2 Saran
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan atas penyusunan
tutorial klinik ini. Oleh karena itu, penulis mengharapakan kritik dan saran dari
rekan-rekan sekalian demi bertambahnya khasanah ilmu pengetahuan kita
bersama.

15

Vous aimerez peut-être aussi