Vous êtes sur la page 1sur 99

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma

Periode 1 - 30 Agustus 2016

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


DI APOTEK SURAKARTA FARMA
JL. Kapten Mulyadi 31 Surakarta
02 30 Agustus 2016

Di susun Oleh :
I MADE DEDY ARIAWAN 1620313312
NURIS RANDA MAPPADANG 1620313348
RIZKA WILDA YANTI
1620313364
RAHMA SARI CAMALIA
1620313411

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN XXXI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2016

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SETIA BUDI
DI
APOTEK SURAKARTA FARMA
JL. Kapten Mulyadi 31 Surakarta
02 30 Agustus 2016
Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Apoteker
Pada Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
Universitas Setia Budi

Di susun Oleh :
I MADE DEDY ARIAWAN 1620313312
NURIS RANDA MAPPADANG 1620313348
RIZKA WILDA YANTI
1620313364
RAHMA SARI CAMALIA
1620313411

Disetujui oleh :
Pembimbing PKPA Fakultas Farmasi

Apoteker Pengelola Apotek

Universitas Setia Budi

ApotekSurakarta Farma

Dwi Ningsih, M.Farm., Apt.

Dra. Pudiastuti RSP, MM., Apt.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat rahmat dan kasih karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan Praktek
Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Surakarta Farma dan penyusunan
laporan PKPA di Apotek Surakarta Farma yang dilaksanakan pada 01-30 Agustus
2016. Penyusunan laporan hasil Praktek Kerja Profesi Apoteker ini merupakan
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker di Fakultas Farmasi
Universitas Setia Budi.
Selama melaksanakan PKPA, kami banyak mendapatkan pengetahuan,
pengalaman, keterampilan, dan bimbingan dari berbagai pihak yang berada dalam
Apotek Surakarta Farma di Surakarta.
Penulis menyadari pelaksanaan PKPA dan penyusunan laporan ini tidak
akan selesai tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah terlibat.
Oleh karena itu dengan kerendahan hati dan hormat penulis penyampaikan terima
kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Ibu Dwi
Ningsih, M.Farm., Apt., selaku dosen pembimbing PKPA di Fakultas Farmasi
Universitas Setia Budi atas bimbingan dan ilmu, masukan, dan saran yang telah
diberikan, dan Ibu Dra. Pudiastuti RSP, MM., Apt., selaku dosen pembimbing
PKPA di di Apotek Surakarta Farma yang telah membimbing dan mengajarkan
kami banyak hal. Selain itu penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1. Bapak Dr. Djoni Tarigan, MBA, selaku Rektor Universitas Setia Budi.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


3

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

2. Ibu Prof. Dr. RA. Oetari, SU., MM., M.Sc., Apt, selaku Dekan Fakultas
Farmasi Universitas Setia Budi.
3. Ibu Dewi Ekowati, M.Sc., Apt., selaku Ketua Jurusan Program Profesi
ApotekerUniversitasSetiaBudiSurakarta.
4. Segenap dosen dan staf Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi Universitas Setia Budi atas bimbingan, motivasi, nasehat, dan ilmu
yang telah disampaikan.
5. Segenap karyawan Apotek Surakarta Farma atas bimbingan, motivasi,
nasehat, dan ilmu yang telah disampaikan.
6. Orang tua kami yang tercinta dan saudara kami telah memberikan dorongan
dan nasehat sehingga kami dapat menjalankan PKPA dengan lancar.
7. Teman-teman seperjuangan Apoteker angkatan XXXI yang

saling

memberikan semangat.
8. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis
sehingga dapat terselesainya PKPA ini.
Akhirnya penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan
selama melaksanakan PKPA Di Apotek Surakarta Farma dan menyusun laporan.
Kiranya laporan ini dapat bermanfaat bagi yang membaca terutama bagi penulis
sebagai pedoman dalam mengabdikan profesi.
Surakarta, 31 Agustus 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................vii

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


4

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

BAB I

PENDAHULUAN.................................Error! Bookmark not defined.

DAFTAR GAMBAR

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


5

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

DAFTAR LAMPIRAN

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


6

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam
Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang harus
diwujudkan dengan upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi
masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan
ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi
masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu
dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggitingginya.
Kesehatan merupakan Hak Asasi Manusia (HAM) dan salah satu
unsurkesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa
Indonesia. Oleh karena itu setiap kegiatan dan upaya untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan prinnsip nondiskriminatif, partisipatif, perlindungan, dan berkelanjutan yang sangat penting
artinya bagi pembentukan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia, peningkatan
ketahanan dan daya saing bangsa dan pembangunan nasioal.
Menurut Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 Upaya kesehatan adalah
setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu,
terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan. Derajat kesehatan sangat menentukan dalam pengembangan dan

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


7

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

pembinaan sumber daya manusia dan merupakan modal bagi pelaksanaan


pembangunan kesehatan masyarakat. Demi mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan
pemeliharaan,
(preventif),
(rehabilitasi)

peningkatan

penyembuhan
yang

kesehatan
penyakit

dilaksanakan

(promotion),
(kuratif),
secara

dan

pencegahan

penyakit

pemulihan

kesehatan

menyeluruh,

terpadu

dan

berkesinambungan. Salah satu sarana kesehatan yang mendukung upaya tersebut


yaitu Apotek.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No.51 tahun 2009, fasilitas pelayanan
kefarmasian adalah sarana yang digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan
kefarmasian yaitu Apotek, instalasi farmasi rumah sakit (IFRS), puskesmas,
klinik, toko obat, atau praktek bersama. Salah satu fasilitas pelayanan kefarmasian
yang menunjang pelayanan kefarmasian yang komprehensif adalah Apotek.
Menurut Kepmenkes No.1027/Menkes/SK/IX/2004, Apotek adalah suatu tempat
tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan
farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Adapun tugas dan
fungsi Apotek yang disebutkan dalam Peraturan Pemerintah RI No.25 tahun 1980
adalah sebagai tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah
mengucapkan sumpah jabatan, sarana farmasi yang melaksakan peracikan,
pengubahan bentuk, pencampuran dan penyerahan obat, atau bahan obat dan
sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang
diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


8

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

Apotek sebagai fasilitas pelayanan kefarmasian yang sesuai dengan


ketentuan perundang-undangan harus dikelola oleh seorang Apoteker yang
profesional.

Seorang Apoteker

tersebut

akan

melaksanakan

tugas

dan

kewajibannya di Apotek sebagai Apoteker Penanggung Jawab Apotek (APA).


Dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian APA dapat dibantu oleh Apoteker
Pendamping (APING) dan atau Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK). Pelayanan
kefarmasian yang dilaksanakan oleh APA harus sesuai dengan standar pelayanan
kefarmasian

di

Apotek

yang

tercantum

dalam

Kepmenkes

RI

Nomor.1027/Menkes/SK/IX/2004 meliputi pelayanan resep (Skrining resep, dan


Penyiapan obat), promosi dan edukasi, serta pelayanan residensial (Home Care).
Apoteker

Pengelola Apotek

(APA)

dalam

menjalankan

pekerjaan

keprofesiannya harus mampu mengelola sebuah Apotek dengan manajemen yang


baik dan profesional sehingga Apotek tersebut dapat berkembang. Apoteker harus
mampu berkomunikasi dengan baik dengan segala pihak baik staf karyawan
Apotek maupun dokter dan konsumen atau masyarakat, dapat ditunjang dengan
pemberian bekal kepada Apoteker berupa pendidikan yang baik yang bersifat
teoritis maupun praktek, mengenai pengetahuan dan pengalaman tentang kondisi
nyata yang terjadi di Apotek sehingga perlu diadakan Praktek Kerja Profesi
Apoteker bagi calon Apoteker sebagai bekal pengetahuan dan pengalaman untuk
menciptakan tenaga Apoteker handal dan mampu menjalankan pelayanan
profesional kefarmasian yang berorientasi kepada kepentingan masyarakat.
Disamping itu tingkat pengetahuan masyarakat tentang masalah kesehatan dan
obat-obatan makin tinggi dan didukung sumber-sumber informasi mengenai obat-

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


9

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

obatan. Kondisi tersebut menuntut kemampuan dan penguasaan yang lebih baik
tentang terapi obat (farmakoterapi) dari seorang Apoteker untuk bisa memberikan
pelayanan yang bermutu kepada pasien. Saat ini pelayanan kefarmasian telah
bergeser orientasinya dari obat ke pasien yang mengacu kepada pelayanan
kefarmasian (pharmaceutical care).
Berdasarkan hal di atas maka Program Studi Apoteker Universitas Setia
Budi mengadakan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA). Kegiatan ini
diharapkan dapat menerapkan konsep-konsep dan teori yang diperoleh di bangku
kuliah pada situasi yang nyata, melalui interaksi dengan lingkungan yang dihadapi
dalam praktek kerja profesi Apoteker, di samping itu mahasiswa diharapkan
memiliki gambaran nyata tentang teori yang selama ini didapatkan di bangku
kuliah dan kemudian dapat melakukan analisis terhadap perbedaan antara teori
dan praktek di lapangan serta mampu mencari solusi permasalahan pada praktek
farmasi di lapangan. Pengalaman yang diperoleh melalui praktek kerja lapangan
ini akan sangat membantu calon Apoteker untuk menambah wawasan dan wacana
bila suatu hari nanti akan mengelola sebuah Apotek.
Salah satu Apotek yang tempat pelaksanaan PKPA tersebut ialah Apotek
Surakarta Farma. PKPA di Apotek Surakarta dilaksanakan pada tanggal 1 hingga
30 Agustus 2016. Harapan pelaksanaan PKPA tersebut yaitu agar calon Apoteker
menambah wawasan, keterampilan dan wacana bila suatu hari nanti akan
mengelola sebuah Apotek.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


10

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

B. Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker


1. Tujuan Umum
a) Memberikan gambaran mengenai organisasi, struktur, cara, situasi dan
kondisi kerja dari berbagai bentuk lapangan pekerjaan di bidang farmasi
sehingga mendapat gambaran mengenai fungsi, peran dan tugas seorang
farmasis atau Apoteker.
b) Mempersiapkan pada calon farmasis atau Apoteker untuk menjalani
profesinya secara profesional, handal dan mandiri serta mampu menjawab
tantangan.
2. Tujuan Khusus
a) Memberikan kesempatan kepada calon Apoteker untuk mengetahui secara
langsung kegiatan farmasi di

Apotek meliputi aspek administrasi dan

perundang - undangan yang meliputi aspek legal pendirian Apotek dan


pelayanan di Apotek.
b) Praktek Kerja Profesi Apoteker ini diharapkan dapat membekali calon
Apoteker dengan pengetahuan praktis dan keterampilan dalam mengelola
Apotek, serta memahami peran seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA)
yang mempunyai kemampuan manajerial, kemampuan professional dan
kemampuan berkomunikasi dalam memberikan komunikasi, informasi, dan
edukasi.
C. Waktu dan Tempat
Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker yaitu di Apotek Surakarta
Farma yang bertempat di Jl. Kapten Mulyadi 31 (Balong) Surakarta, yang

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


11

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

dilaksanakan pada tanggal 1 Agustus hingga 30 Agustus 2016. Praktek PKPA


dilaksanakan 3 shift secara bergantian pada pukul :
-

Pagi Siang
Siang Sore
Sore Malam

: 08.00 - 12.00 WIB


: 13.00 - 17.00 WIB
: 17.00 - 21.00 WIB
D. Manfaat

a) Dengan melakukan praktek kerja lapangan diharapkan mahasiswa dapat


menumbuhkan rasa percaya dirinya sebagai calon farmasis, berprilaku sesuai
dengan etika profesi sebagai farmasis yang bertanggung jawab terhadap
pengobatan pasien.
b) Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tugas dan tanggung jawab
Apoteker dalam mengelola Apotek.
c) Mendapatkan banyak pengalaman, pengetahuan, keterampilan, wawasan
mengenai pekerjaan kefarmasian di Apotek.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


12

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Apotek
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 35 tahun 2014 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, definisi apotek adalah sarana
pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker.
Apotek merupakan salah satu sarana kesehatan dalam membantu mewujudkan
tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, selain itu juga
sebagai salah satu tempat pengabdian dan praktek profesi Apoteker dalam
melakukan pekerjaan farmasi.
Berdasarkan PP No.51 Tahun 2009, Pekerjaan Kefarmasian meliputi
pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan
obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.
Definisi sediaan farmasi yang disalurkan apotek adalah obat, bahan obat,
obat tradisional dan kosmetik. Sedangkan perbekalan kesehatan adalah semua
bahan selain obat dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan.
B. Pekerjaan Kefarmasian
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan
farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


13

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan
informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.
Sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan No. 35 tahun 2014
yaitu apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai
apoteker, sedangkan SIPA adalah surat ijin yang diberikan oleh Menteri kepada
apoteker untuk menyelenggarakan apotek di suatu tempat tertentu. Apoteker
dalam melakukan pekerjaan kefarmasian harus menetapkan Standar Prosedur
Operasional secara tertulis dan diperbarui secara terus-menerus sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang farmasi dan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ketentuan yang sesuai dengan Pekerjaan kefarmasian di Apotek menurut PP
No. 51 tahun 2009 dapat berupa :
a. Melayani resep dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter hewan untuk
menyerahkan obat bagi pasien sesuai perundangan yang berlaku. Apoteker
wajib melayani resep sesuai tanggungjawab dan keahlian profesinya dan
dilandasi pada kepentingan masyarakat.
b. Pengadaan sediaan farmasi dengan menjamin keamanan, mutu, manfaat dan
khasiat sediaan farmasi.
c. Penyerahan dan pelayanan obat berdasarkan resep dokter.
d. Penggantian obat merek dagang dengan obat generik yang sama komponen
aktifnya atau obat merek dagang lainnya atas persetujuan dokter dan atau
pasien.
e. Melakukan konseling yaitu proses komunikasi dua arah yang sistematis antara
apoteker dan pasien untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah
berkaitan dengan obat dan pengobatan (Home care).

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


14

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

f. Apoteker juga dapat melakukan pelayanan residensial yaitu pelayanan di


rumah-rumah khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan
terapi kronis lainnya.
C. Tugas dan Fungsi Apotek
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 pasal 2, Apotek
mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut:
a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah
jabatan.
b. Sarana farmasi

yang

melaksanakan

peracikan,

pengubahan

bentuk,

pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat.


c. Sarana penyalur perbekalanan farmasi yang harus menyebarkan obat yang
diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.
d. Sarana informasi obat kepada masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya.
D. Peraturan Perundang-undangan Apotek
Peraturan dan perundang-undangan yang mendasari pendirian dan
pengelolaan Apotek meliputi :
a. Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
b. Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika
c. Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika.
d. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 3 Tahun 2015 tentang
Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, Pelaporan Narkotika, Psikotropika
Dan Prekursor Farmasi.
e. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang
f.
g.
h.
i.

Ketentuan dan Tata cara Pemberian Izin Apotek.


KepMenKes No.347/MenKes/SK/VII/1990 tentang Obat Wajib Apotek I
KepMenKes No.924/MenKes/PER/X/1993 tentang Obat Wajib Apotek II
KepMenKes No.1176/MenKes/SK/X/1990 tentang Obat Wajib Apotek III
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.889/ MenKes/Per/V /
2011 Tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


15

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

j. Keputusan Menteri

Kesehatan RI No.35 tahun 2014 tentang Standar

Pelayanan Kefarmasian di apotek.


k. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasiaan.
E. Study Kelayakan
Izin apotek pada tempat tertentu diberikan oleh Menteri kepada Apoteker
Pengelola Apotek. Izin apotek berlaku untuk 5 (lima) tahun sesuai dengan aturan
Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota selama apotek yang bersangkutan masih
aktif melakukan kegiatan dan Apoteker Pengelola Apotek dapat melaksanakan
pekerjaannya dan masih memenuhi persyaratan.
Menurut

Keputusan

No.1332/Menkes/SK/X/2002,

Menteri

Kesehatan

disebutkan

permohonan

Republik
izin

Indonesia

Apotek

harus

dilampirkan :
a.
b.
c.
d.
e.

Salinan Surat Ijin Kerja Apoteker


Salinan Kartu Tanda Penduduk
Salinan denah bangunan
Asli dan salinan daftar terperinci alat perlengkapan Apotek
Surat yang menyatakan status bangunan dalam bentuk

akte

hak

milik/sewa/kontrak.
f. Daftar Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) dengan mencantumkan nama,
alamat, tanggal lulus dan nomor Surat Izin Kerja
g. Surat pernyataan Apoteker Pengelola Apotek (APA) tidak bekerja pada
perusahaan farmasi lain.
h. Akte perjanjian kerjasama APA dengan Pemilik Sarana Apotek (PSA)
i. Surat pernyataan PSA tidak terlibat pelanggaran perundang-undangan di
bidang obat.
Selain itu juga disebutkan :
1. Lokasi Apotek
Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi
16

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

Lokasi, tempat dan jarak antara apotek tidak lagi dipersyaratkan, namun
sebaiknya tetap mempertimbangkan segi penyebaran dan pemerataan pelayanan
kesehatan, jumlah penduduk, dan kemampuan daya beli penduduk di sekitar
lokasi apotek, kesehatan lingkungan, keamanan dan mudah dijangkau masyarakat
dengan kendaraan. Sarana dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan
pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi. Tempat untuk mendisplai
informasi bagi pasien, termasuk penempatan brosur/materi informasi dan ruangan
tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan meja dan kursi serta
lemari untuk menyimpan catatan pengobatan pasien. Selain itu tempat parkir juga
berperan penting karena adanya tempat parkir yang cukup luas maka konsumen
akan lebih nyaman datang ke Apotek.
2. Memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)
Syarat memiliki NPWP sekarang mudah, yaitu hanya dengan Kartu Tanda
Penduduk (KTP) dari wajib pajak.
3. Bangunan Apotek
Apotek harus mempunyai luas bangunan yang cukup dan memenuhi
persyaratan teknis.Luas bangunan untuk standar apotek adalah minimal 4x15 m 2
(60 m2) selebihnya dapat diperuntukan bagi ruang praktek dokter sehingga dapat
menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsinya.
Bangunan Apotek sekurang-kurangnya terdiri dari ruang peracikan, dan
penyerahan resep, ruang administrasi dan ruang kerja apoteker, ruang tunggu,
ruang penyimpanan obat, ruang pencucian alat dan WC. Secara teknis ventilasi
serta sistem sanitasi harus memenuhi peraturan higiene serta penerangan cukup
serta papan nama berukuran minimal panjang 60 cm, lebar 40 cm dengan tulisan
hitam diatas dasar putih.
4. Perlengkapan Apotek

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


17

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

Perlengkapan apotek yang harus dimiliki antara lain :


a. Alat pembuatan, pengolahan dan peracikan seperti timbangan, mortar, stamper
dan lain-lain.
b. Perlengkapan dan tempat penyimpanan alat perbekalan farmasi seperti lemari
obat, lemari es dan lemari khusus untuk Narkotika dan Psikotropika.
c. Wadah pengemas atau pembungkus dan etiket.
d. Alat administrasi seperti blanko pesanan, salinan resep dan kwitansi.
e. Buku standar yang diwajibkan dan kumpulan perundang-undangan yang
berhubungan dengan apotek.
5. Sediaan Apotek
Sediaan Apotek meliputi obat, bahan obat, obat tradisional, alat kesehatan
dan kosmetika. Obat sekurang-kurangnya terdiri dari obat generik sesuai dengan
Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN)
F. Izin Apotek
1. Tata Cara Pemberian Izin Apotek
Berdasarkan

Keputusan

Menteri

Kesehatan

RI.

Nomor

1332/Menkes/SK/X/2002 pasal 7 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Ijin


Apotek adalah sebagai berikut :
a. Permohonan Ijin Apotek diajukan apoteker kepada Kepala Dinas Kesehatan
(Dinkes) Kabupaten atau Kota setempat.
b. Kepala Dinkes Kabupaten atau Kota selambat-lambatnya 6 hari kerja setelah
menerima permohonan (Form Apt-1) dapat meminta bantuan teknis kepada
Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan setempat terhadap kesiapan
apotek untuk melakukan kegiatan.
c. Tim Dinkes Kabupaten atau Kota atau Kepala Balai POM selambat-lambatnya
6 hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala Dinkes Kabupaten
atau Kota melaporkan hasil pemeriksaan kepada Dinkes Kabupaten atau Kota.
Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi
18

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam nomor 2 dan 3 tidak


dilaksanakan, Apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap
melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota
setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi.
e. Dalam jangka waktu 12 hari kerja setelah diterima laporan hasil pemeriksaan
sebagaimana dimaksud nomor 3, atau pernyataan yang dimaksud nomor 4,
Kepala Dinkes Kabupaten atau Kota setempat mengeluarkan Surat Ijin Apotek.
f. Dalam hal hasil pemeriksaan tim Dinkes Kabuapaten atau Kota atau Kepala
Balai POM yang dimaksud nomor 3 masih belum memenuhi persyaratan,
Kepala Dinkes Kabupaten atau Kota setempat dalam waktu 12 hari kerja
mengeluarkan Surat Penundaan.
g. Terhadap surat penundaan sebagaimana dimaksud nomor 6, Apoteker diberi
kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambatlambatnya dalam jangka waktu 1 bulan sejak tanggal penundaan.
Dalam peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 pasal 8
yang tidak mengalami perubahan, dijelaskan :
a. Dalam hal apoteker menggunakan sarana pihak lain, maka penggunaan sarana
dimaksud wajib didasarkan atas perjanjian kerja sama antara Apoteker dengan
pemilik sarana.
b. Pemilik sarana dimaksud dalam ayat (1) harus memenuhi persyaratan tidak
pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang
obat sebagaimana dinyatakan dalam pernyataan yang bersangkutan.
Berdasarkan

atas

Keputusan

Menteri

Kesehatan

RI

No.1332/Menkes/SK/X/2002 pasal 9 terhadap permohonan izin Apotek yang

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


19

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

ternyata tidak memenuhi persyaratan dimaksud pasal 5 dan atau pasal 6, atau
lokasi apotek tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten atau Kota setempat dalam jangka waktu selambat-lambatnya 12 (dua
belas) hari kerja wajib mengeluarkan Surat Penolakan disertai dengan alasanalasannya.
Skema proses perijinan Apotek:
Apoteker ber-SIK
Permohonan ijin
dengan form APT-1

Kepala Dinas Kesehatan


Kabupaten/Kota
Maksimal 6 hari menugaskan
dengan form APT-2
Maksimal 6 hari melaporkan
hasil pemeriksaan dengan
form APT-3

Belum memenuhi
persyaratan (12 hari kerja)

Surat Penundaan Form


model APT-6

Tim DinKes Kabupaten/Kota


dan Kepala Balai Besar POM

Jika pemeriksaan tidak


dilakukan, apoteker membuat
surat pernyataan siap
melaukan kegiatan ke Dinkes
Kabupaten/Kota, dengan
tembusan kepada Dinkes
Propinsi dengan Form APT-4

Kepala Dinas Kesehatan


Kabupaten/Kota

Memenuhi persyaratan
( 12 hari kerja )

Surat Ijin Apotek


Form model APT-5

Diberi kesempatan
melengkapi (1 bulan)

Belum memenuhi
persyaratan (12 hari kerja)
Surat penolakan Form
model APT-7

Melaksanakan
pembukaan

Surat Ijin Apotek


Form model APT-5
Gambar 1. Alur Pemberian Izin Apotek

1. Perubahan Surat Izin Apotek


Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi
20

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

Perubahan surat izin Apotek diperlukan apabila terjadi perubahan nama


jalan dan nomor bangunan untuk alamat Apotek tanpa pemindahan lokasi Apotek,
surat izin Apotek hilang atau rusak, terjadi pergantian Apoteker Pengelola Apotek,
pergantian Pemilik Sarana Apotek, SIK Apoteker Pengelola Apotek dicabut dalam
hal Apoteker Pengelola Apotek bukan sebagai Pemilik Sarana Apotek, terjadi
pemindahan lokasi Apotek, dan bila Apoteker Pengelola Apotek meninggal dunia.
Apabila APA meninggal dunia, maka dalam jangka waktu 2 x 24 jam ahli waris
APA wajib melaporkan kejadian tersebut secara tertulis kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten atau Kota. Apabila pada Apotek tersebut tidak terdapat Apoteker
Pendamping, maka pada pelaporan mengenai APA telah meninggal dunia kepada
Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota disertai dengan laporan mengenai
penyerahan resep, obat-obat narkotika dan psikotropika, obat-obat keras dan kunci
tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika.
2. Pencabutan Surat Izin Apotek
Suatu Apotek yang sudah berjalan dapat dicabut izinnya oleh Kepala Dinas
Kabupaten atau Kota apabila :
a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi ketentuan yang dimaksud Kepmenkes RI
No. 1332/Menkes/SK/X/2002 pasal 5,
b. Apoteker tidak memenuhi kewajiban dimaksud pasal 12 dan pasal 15 ayat (2)
dan atau,
c. Apoteker Pengelola Apotek terkena ketentuan yang dimaksud dalam pasal 19
ayat (5) dan atau,
d. Terjadi pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 31 dan atau,
e. Surat Izin Kerja Apoteker Pengelola Apotek dan atau,
f. PSA terbukti terlibat dalam pelanggaran perundang-undangan di bidang obat
dan atau,
g. Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan yang dimaksud pasal 6.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


21

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

Keputusan pencabutan dibuat oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau


Kota dan disampaikan langsung kepada yang bersangkutan dengan tembusan
Menteri Kesehatan, Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dan Kepala Balai Besar
POM. Pencabutan dilakukan setelah diberi peringatan tiga kali berturut-turut
dengan selang waktu 2 bulan atau telah dibekukan minimal 6 bulan.
Bila izin Apotek dicabut, APA wajib mengamankan sediaan farmasi yang
ada dengan cara :
a. Inventarisasi Narkotik, Psikotropika dan obat lainnya serta resep.
b. Narkotika dan Psikotropika dimasukkan dalam lemari terkunci.
c. APA wajib melapor tentang penghentian kegiatan.
Pembekuan dapat dicairkan sepanjang telah memenuhi persyaratan lagi dan
dibuktikan dengan laporan pemeriksaan oleh Tim Dinas Kabupaten / Kota atau
petugas Balai Besar POM.
G. Sumber Daya Kefarmasian
2. Sumber Daya Manusia
Pelayanan Kefarmasian di Apotek diselenggarakan oleh Apoteker dapat
dibantu oleh Apoteker Pendamping dan/atau Tenaga Teknis Kefarmasian yang
memiliki Surat Tanda Registrasi, Surat Izin Praktik atau Surat Izin Kerja.
Dalam melakukan Pelayanan Kefarmasian Apoteker harus memnuhi
kriteria:
a. Persyaratan administrasi :
- Memiliki ijazah dari instituti pendidikan farmasi yang terakreditasi
- Memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA)
- Memiliki Sertifikasi Kompetensi yang masih berlaku
- Memiliki Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA)
b. Menggunakan atribut praktik antara lain baju praktik, tanda pengenal.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


22

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

c. Wajib

mengikuti

pendidikan

berkelanjutan/Continuing

Profesional

Development dan mampu memberikan pelatihan yang berkesinambungan.


d. Apoteker harus mampu mengidentifikasi kebutuhan akan pengembangan diri,
baik melalui pelatihan, seminar, workshop, pendidikan berkelanjutan atau
mandiri.
e. Harus memahami dna melaksanakanserta patuh terhadap peraturan perundangundangan, sumpah Apoteker, standar profesi (standar pendidikan, standar
pelayanan, standar kompetensi dan kode etika) yang berlaku.
Dalam melakukan pelayanan kefarmasian seorang Apoteker harus
menjalankan peran yaitu :
a. Pemberi layanan (care giver)
Apoteker sebagai pemberi pelayanan harus berinteraksi dengan pasien.
Apoteker harus mengintegrasikan pelayanannya pada sistem pelayanan
kesehatan secara berkesinambungan.
b. Pengambil keputusan
Apoteker harus mempunyai kemampuan dalam mengambil keputusan
dengan menggunakan seluruh sumber daya yang ada secara efektif dan efisien.
c. Komunikator
Apoteker harus mampu berkomunikasi dengan pasien maupun profesi
kesehatan lainnya sehubungan dengan terapi pasien. Oleh karena itu harus
mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik.
d. Pemimpin
Apoteker diharapkan memiliki kemampuan untuk menjadi pemimpin.
Kepemimpinan yang diharapkan meliputi keberanian mengambil keputusan
yang empati dan efektif, serta kemampuan mengkomunikasikan dan mengelola
hasil keputusan.
e. Pengelola
Apoteker harus mampu mengelola sumber daya manusia, fisik, anggaran
dan informasi secara efektif. Apoteker harus mengikuti kemajuan teknologi
informasi dan bersedia berbagi informasi tentang obat dan hal-hal lain yang
berhubungan dengan Obat.
Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi
23

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

f. Pembelajar seumur hidup


Apoteker harus terus meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan
profesi

melalui

pendidikan

berkelanjutan

(Continuing

Professional

Development/CPD)
g. Peneliti
Apoteker harus selalu menerapkan prinsip/kaidah ilmiah dalam
mengumpulkan informasi sediaan farmasi dan pelayanan kefarmasian dan
memanfaatkannya.
3. Sarana dan prasarana
Apotek harus mudah diakses oleh masyarakat.Sarana dan prasarana Apotek
dapat menjamin mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai serta kelancaran praktik pelayanan kefarmasian.Sarana dan prasarana yang
diperlukan untuk menunjang pelayanan kefarmasian di apotek meliputi sarana
yang memiliki fungsi:
a. Ruang penerimaan resep
Ruang penerimaan resep sekurang-kurangnya terdiri dari tempat
penerimaan resep, 1 (satu) set meja dan kursi, serta 1 (satu) set komputer.
Ruang penerimaan resep ditempatkan pada bagian paling depan dan mudah
terlihat oleh pasien.
b. Ruang pelayanan resep dan peracikan (produksi sediaan secara terbatas)
Ruang pelayanan resep dan peracikan atau produksi sediaan secara
terbatas meliputi rak obat sesuai kebutuhan dan meja peracikan. Di ruang
peracikan sekurang-kurangnya disediakan peralatan peracikan, timbangan obat,
air mineral untuk pengencer, sendok obat, bahan pengemas obat, lemari
pendingin, termometer ruangan, blanko salinan resep, etiket dan label obat.
Ruang ini diatur agar mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara yang cukup,
dapat dilengkapi dengan pendingin ruangan (air conditioner).
c. Ruang penyerahan obat

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


24

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

Ruang penyerahan obat berupa konter penyerahan obat yang dapat


digabungkan dengan ruang penerimaan resep.
d. Ruang konseling
Ruang konseling sekurang-kurangnya memiliki satu set meja dan kursi
konseling, lemari buku, buku-buku referensi, leaflet, poster, alat bantu
konseling, buku catatan pengobatan pasien.
e. Ruang penyimpanan sediaan farmasi
Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur,
kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan keamanan
petugas. Ruang penyimpanan harus dilengkapi dengan rak/lemari obat, pallet,
pendingin ruangan (AC), lemari pendingin, lemari penyimpanan khusus
narkotika dan psikotropika, lemari penyimpanan obat khusus, pengukur suhu
dan kartu suhu.
f. Ruang arsip
Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan
dengan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai serta pelayanan kefarmasian dalam jangka waktu tertentu.
4. Pengelolaan Sediaan Farmasi
Pengelolaan sediaan farmasi dilakukan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, pencatatan dan pelaporan.
a. Perencanaan
Perencanaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka
menyusun daftar kebutuhan obat yang berkaitan dengan suatu pedoman atas
dasar konsep kegiatan yang sistematis dengan urutan yang logis dalam
mencapai sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan.Proses perencanaan terdiri
dari perkiraan kebutuhan, menetapkan sasaran dan menentukan strategi,

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


25

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

tanggung

jawab

dan

sumber

yang

dibutuhkan

untuk

mencapai

tujuan.Perencanaan dilakukan secara optimal sehingga perbekalan farmasi


dapat digunakan secara efektif dan efisien. Tujuan perencanaan adalah untuk
menetapkan jenis dan jumlah perbekalan farmasi sesuai dengan kebutuhan
pelayanan kesehatan di apotek.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mencapai tujuan
perencanaan obat, yaitu:
1. Mengenal dengan jelas rencana jangka panjang apakah program dapat
mencapai tujuan dan sasaran.
2. Persyaratan barang meliputi: kualitas barang, fungsi barang, pemakaian satu
merek dan untuk jenis obat narkotika harus mengikuti peraturan yang
berlaku.
3. Kecepatan peredaran barang dan jumlah peredaran barang.
4. Pertimbangan anggaran dan prioritas.
Tahap perencanaan obat meliputi :
1. Tahap pemilihan obat : tahap ini untuk menentukan obat-obat yang sangat
diperlukan sesuai dengan kebutuhan, dengan prinsip dasar menentukan jenis
obat yang akan digunakan atau dibeli.
2. Tahap perhitungan kebutuhan obat : tahap ini untuk menghindari masalah
kekosongan obat atau kelebihan obat. Dengan koordinasi dari proses
perencanaan dan pengadaan obat diharapkan obat yang dapat tepat jenis,
tepat jumlah dan tepat waktu.
Metode yang biasa digunakan dalam perhitungan kebutuhan obat, yaitu :
1. Metode komsumsi. Seacara umum metode konsumsi menggunakan
konsumsi obat individual dalam memproyeksikan kebutuhan yang akan
datang berdasarkan analisa data konsumsi obat tahun sebelumnya.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


26

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

2. Metode morbilitas. Metode dengan memperkirakan kebutuhan obat


berdasarkan jumlah kehadiran pasien, kejadian penyakit yang umum, dan
pola perawatan standar dari penyakit yang ada.
3. Metode penyesuaian komsumsi. Metode ini menggunakan data pada insiden
penyakit, konsumsi penggunaan obat. Sistem perencanaan pengadaan
didapat dengan mengekstrapolasi nilai konsumsi dan penggunaan untuk
mencapai target sistem suplai berdasarkan pada cakupan populasi atau
tingkat pelayanan yang disediakan.
4. Metode proyeksi tingkat pelayanan dari keperluan anggaran. Metode ini
digunakan untuk menaksir keuangan keperluan pengadaan obat berdasarkan
biaya per pasien yang diobati setiap macam-macam level dalam sistem
kesehatan yang sama.
b. Pengadaan
Untuk menjamin kualitas Pelayanan Kefarmasian maka pengadaan Sediaan
Farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.Pengadaan merupakan proses penyediaan obat yang dibutuhkan di
apotek yang diperoleh dari pemasok eksternal melalui pembelian dari pedagang
besar farmasi. Pengadaan dilakukan dengan cara pembelian melalui PBF
dengan membuat SP (Surat Pesanan) yang ditandatangani oleh APA. Setelah SP
dibuat PBF membuat faktur berdasarkan SP. PBF mengirim barang,
penerimaan barang dicek berdasarkan faktur yang ada.Penjaminan kualitas
pelayanan kefarmasian pada pengadaan sediaan farmasi harus melalui jalur resmi
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. Penerimaan

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


27

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis


spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat
pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.
d. Penyimpanan
Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal
pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus
dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah
baru. Wadah sekurang-kurangnya memuat nama Obat, nomor batch dan tanggal
kadaluwarsa. Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai
sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya. Sistem penyimpanan dilakukan
dengan memperhatikan bentuk sediaan dan kelas terapi Obat serta disusun secara
alfabetis. Pengeluaran Obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan
FIFO (First In First Out).
Obat atau barang dagangan yang sudah dibeli tidak semuanya langsung
dijual, oleh karena itu harus disimpan dalam gudang terlebih dahulu dengan
tujuan antara lain :
1. Tidak terkena sinar matahari langsung
2. Cukup almari, kuat dan dapat dikunci dengan baik
3. Tersedia rak yang cukup baik
Obat yang disimpan dalam gudang tidak diletakkan begitu saja, tetapi
disimpan menurut golongannya, yaitu :
1. Bahan baku disusun secara abjad dan dipisahkan antara serbuk, setengah padat,
bentuk cairan yang mudah menguap agar disendirikan.
2. Obat jadi disusun menurut abjad, menurut pabrik atau menurut persediaannya.
3. Sera, vaksin dan obat-obatan yang mudah rusak atau mudah meleleh disimpan
di kamar atau disimpan di lemari es.
4. Obat-obat narkotika disimpan di lemari khusus sesuai dengan persyaratan.
5. Obat-obat Psikotropika sebaiknya disimpan tersendiri.
Penyusunan obat dipakai sistem FIFO (First in First Out), artinya obatobatan yang masuk terlebih dahulu ke gudang, lebih awal keluarnya. Jadi yang

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


28

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

terlebih dahulu masuk diletakkan di depan sedangkan yang

terakhir masuk

diletakkan dibelakang. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan obat


yaitu :
1. Pencatatan tanggal kadaluwarsa setiap macam obat terutama obat antibiotika,
sebaiknya dicatat dalam buku tersendiri.
2. Untuk persediaan obat yang telah menipis jumlahnya perlu dicatat dalam buku
defecta, yang nantinya diberitahukan kepada bagian yang bertanggung jawab
dalam hal pembelian.
e. Pemusnahan
Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan
bentuk sediaan. Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung
narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. Pemusnahan Obat selain narkotika dan psikotropika
dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang
memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan
berita acara pemusnahan menggunakan Formulir 1 sebagaimana terlampir.
Dikatakan obat rusak adalah jika obat telah mengalami perubahan mutu
misalnya obat itu rapuh, patah, kemasan obat rusak (berlubang atau robek),
berubah sifat fisiknya (berbau, berubah warna dan rasa). Dikatakan obat
kadaluwarsa adalah jika kondisi obat di mana konsentrasinya sudah berkurang
antara 25-30% dari konsentrasi awal dan waktu kadaluwarsa sendiri sudah
ditentukan oleh pabrik.
Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat
dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh
sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan cara dibakar atau cara
pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan Resep

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


29

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

menggunakan Formulir 2 sebagaimana terlampir dan selanjutnya dilaporkan


kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.
f. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan
sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau pengadaan,
penyimpanan dan pengeluaran.Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya
kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta
pengembalian pesanan. Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu
stok baik dengan cara manual atau elektronik. Kartu stok sekurang-kurangnya
memuat nama Obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran
dan sisa persediaan.
g. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan (surat pesanan,
faktur), penyimpanan (kartu stock), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan
pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan. Pelaporan terdiri dari
pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal merupakan pelaporan yang
digunakan untuk kebutuhan manajemen Apotek, meliputi keuangan, barang dan
laporan lainnya.
Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi
kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan meliputi
pelaporan narkotika (menggunakan Formulir 3 sebagaimana terlampir),
psikotropika (menggunakan Formulir 4 sebagaimana terlampir) dan pelaporan
lainnya.
5. Pelayanan Kefarmasian
Dalam melakukan pelayanan disuatu Apotekseharusnya mempunyai motto:
- Pembeli adalah raja, yang harus dilayani sebaik mungkin.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


30

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

Pembeli yang membawa resep dokter ke apotek harus diusahakan semaksimal

mungkin sehingga mau menebus obatnya di apotek tersebut.


Pengunjung apotek harus diusahakan agar mereka menjadi pembeli apotek
tersebut.
Sebuah apotek perlu memperhatikan hal-hal yang dapat menarik para

pembeli obat, antara lain dengan ruang tunggu yang diatur dengan baik,
menyenangkan, penerangan yang cukup pada malam hari, pelayanan yang ramah,
baik dan cepat. Obat-obat bebas membutuhkan penataan di lemari etalase secara
farmakologis atau berdasarkan khasiat obat.
a. Pelayanan non resep
Pelayanan non resep meliputi penjualan obat bebas dan obat wajib
Apotek. Hal-hal penting yang harus diperhatikan adalah harga harus bersaing
dengan Apotek dan toko-toko obat di sekitarnya, kurang lebih 10%-15% dari
harga pembelian.
Obat yang dapat diserahkan tanpa resep adalah obat bebas, bebas terbatas
dan

Obat Wajib

Apotek.

Obat

yang

dapat

diserahkan

tanpa

resepharusmemenuhikriteriasesuaidenganPermenkes
No.919/Menkes/Per/X/1993 yaitu:
- Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di
-

bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun.


Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud adalah tidak memberikan resiko

pada kelanjutan penyakit.


Penggunaannya tidak memerlukan cara dan alat khusus yang harus

dilakukan oleh tenaga kesehatan.


Penggunaannya
memiliki
rasio

khasiat

keamanan

yang

dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.


Berdasarkan Keputusan Mentri Kesehatan No.347/Menkes/SK/ VII/1990
tentang Obat Wajib Apotek memutuskan dan menetapkan bahwa OWA

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


31

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

yaitu obat keras yang dapat diserahkan oleh Apoteker kepada pasien di
apotek

tanpa

resep dokter. Obat yang termasuk dalam OWA ditetapkan

Menteri Kesehatan. Dalam melayani pasien yang memerlukan obat tersebut


APA diwajibkan :
-

Memenuhi kewajiban ketentuan dan batasan tiap jenis obat untuk

setiap pasien yang disebutkan dalam OWA yang bersangkutan.


Membuat catatan pasien serta obat yang diserahkan.
Memberikan informasi meliputi dosis dan aturan pakainya, kontra

indikasi, efek samping dan lain-lain yang perlu diperhatikan oleh pasien.
b. Pelayanan resep
Resep obat adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan
kepada Apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.Apotek wajib melayani resep dokter,
dokter gigi dan dokter hewan.Pelayanan resep sepenuhnya atas tanggung jawab
apoteker pengelola apotek. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang
ditulis dalam resep, Apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan
obat alternative.
Apotek dapat pula melayani salinan resep atau copy resep. Copy resep yang
diterima juga harus memenuhi kelengkapan antara lain:
-

Nama dan alamat Apotek


Nama dan nomor SIPA Apoteker Pengelola Apotek
Nama dan umur pasien
Nama dokter penulis resep
Nomor dan tanggal pembuatan resep
Nama sediaan obat, dosis dan aturan pakai, sesuai dengan aslinya
Tanda keterangan resep dapat berupa detur untuk obat yang sudah

diserahkan dan tanda nedet untuk obat yang belum diserahkan.


Tanda tangan Apoteker Pengelola Apotek

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


32

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

Pelayanan farmasi klinik di Apotek merupakan bagian dari Pelayanan


Kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan
dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
Sesuai dengan Permenkes No. 35 tahun 2014, pelayanan farmasi meliputi :
1) Pengkajian Resep
Kegiatan pengkajian Resep meliputi administrasi, kesesuaian farmasetik
dan pertimbangan klinis. Kajian administratif meliputi nama pasien, umur,
jenis kelamin dan berat badan; nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP),
alamat, nomor telepon dan paraf; dan tanggal penulisan Resep. Kajian
kesesuaian farmasetik meliputi bentuk dan kekuatan sediaan; stabilitas; dan
kompatibilitas (ketercampuran Obat). Pertimbangan klinis meliputi:
- ketepatan indikasi dan dosis Obat
- aturan, cara dan lama penggunaan Obat
- duplikasi dan/atau polifarmasi
- interaksi
- reaksi Obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping Obat, manifestasi
-

klinis lain)
kontra indikasi

Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil pengkajian maka Apoteker


harus menghubungi dokter penulis Resep.
2) Dispensing
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi
Obat. Setelah melakukan pengkajian Resep dilakukan hal sebagai berikut:
a) Menyiapkan Obat sesuai dengan permintaan Resep: menghitung kebutuhan
jumlah Obat sesuai dengan Resep dan mengambil Obat yang dibutuhkan
pada rak penyimpanan dengan memperhatikan nama Obat, tanggal
kadaluwarsa dan keadaan fisik Obat.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


33

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

b) Melakukan peracikan Obat bila diperlukan


c) Memberikan etiket warna putih untuk Obat dalam/oral; warna biru untuk
Obat luar dan suntik; menempelkan label kocok dahulu pada sediaan
bentuk suspensi atau emulsi.
d) Memasukkan Obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk Obat
yang berbeda untuk menjaga mutu Obat dan menghindari penggunaan yang
salah.
Sebelum Obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan
kembali mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan serta
jenis dan jumlah Obat (kesesuaian antara penulisan etiket dengan Resep) dan
memeriksa kembali identitas pasien. Obat diserahkan disertai dengan
pemberian informasi mengenai cara penggunaan Obat dan hal-hal yang terkait
dengan Obat antara lain manfaat Obat, makanan dan minuman yang harus
dihindari, kemungkinan efek samping, cara penyimpanan Obat dan lain-lain.
Kemudian membuat salinan Resep sesuai dengan Resep asli dan diparaf oleh
Apoteker (apabila diperlukan)
3) Pelayanan Informasi Obat
Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
Apoteker dalam pemberian informasi mengenai Obat yang tidak memihak,
dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek
penggunaan Obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat.
Informasi mengenai Obat termasuk Obat Resep, Obat bebas dan herbal.
Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan
metoda pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan alternatif,
efikasi, keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek samping,

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


34

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia dari Obat dan
lain-lain.
4) Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan
pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan
kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan Obat dan
menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien. Untuk mengawali konseling,
Apoteker menggunakan three prime questions.Apabila tingkat kepatuhan
pasien dinilai rendah, perlu dilanjutkan dengan metode Health Belief
Model.Apoteker harus melakukan verifikasi bahwa pasien atau keluarga pasien
sudah memahami Obat yang digunakan.
5) Pelayanan Kefarmasian di rumah
Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat melakukan
Pelayanan Kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk
kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya.
6) Pemantauan Terapi Obat
Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan
terapi obat yang efektif dan terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan
meminimalkan efek samping.
7) Monitoring Efek Samping Obat
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang
merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang
digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau
memodifikasi fungsi fisiologis.
6. Administrasi
a. Administrasi Untuk Pengadaan Barang
1) Buku defecta
Buku defecta digunakan untuk mencatat persediaan obat atau
barang

yang

habis atau menipis, dengan buku defecta ini persediaan

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


35

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

barang dapat terkontrol. Buku defecta ini menjadi dasar untuk membuat
surat pesanan ke PBF.
2) Surat pemesanan
Surat pesanan tersusun rangkap dua, surat pesanan ditandatangani
oleh Apoteker Penanggungjawab Apotek. Rincian perlembarnya yaitu
lembar pertama asli diberikan ke Pedagang Besar Farmasi, lembar kedua
sebagai arsip Apotek yang digunakan untuk kroscek ketika penerimaan
barang.
3) Buku pembelian
Buku pembelian

ini

berfungsi

sebagai

buku

penerimaan

barang. Pencatatan dalam buku ini dilakukaan setiap hari berdasarkan


faktur. Dalam buku ini tercantum tanggal, nomor urut, nama PBF,
nomor faktur, nomor batch, tanggal kadaluwarsa, nama barang, jumlah,
harga satuan, diskon yang diperoleh, total harga atau total pembayaran.
Buku ini dapat berguna juga sebagai buku hutang, yaitu digunakan untuk
mencatat hutang dagang. Kartu hutang dagang dibuat per PBF. Dalam
kartu hutangtercantum tanggal faktur, nomor faktur dan angka nominal
faktur. Apabila sudah terjadi pembayaran hutang, pada kartu diberi tanda
L (Lunas) dan diberi tanggal pelunasan.
b. Administrasi Untuk Penyimpanan Barang
Untuk mengetahui jumlah barang yang masuk, keluar, maupun sisa stok
biasanya berupa kartu, terdiri dari kartu stok dan kartu stelling. Kartu stelling
biasanya diletakkan di dekat barang, kartu ini bisa mengontrol keluar masuknya
barang.
Obat-obatan narkotika dan psikotropika menggunakan buku khusus dalam
pencatatannya. Buku ini mencatat pemasukan dan pengeluaran obat-obat

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


36

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

narkotika dan psikotropika, dengan keterangan identitas pasien meliputi nama,


alamat, dan umur.
c. Administrasi untuk penjualan barang
1) Daftar harga
Daftar harga obat tercantum dalam program komputer atau dalam
bentuk buku baik berupa harga-harga obat dengan merek dagang,
generik maupun bahan baku. Penyusunan nama berdasarkan urutan abjad
dan bentuk sediaan. Harga yang dicantumkan yaitu HNA (Harga Netto
Apotek) + PPn dan HJA (Harga Jual Apotek).
2) Laporan harian yang merupakan laporan pemasukan hasil penjualan obat
bebas, penjualan resep setiap hari.
3) Laporan penggunaan Narkotika dan Psikotropika di Apotek
Laporan ini dibuat tiap bulan dan di dalam laporan Narkotika
danPsikotropika

tersebut

tercantum

nama

obat,

persediaan

awal,

penambahan/pemasukan yang meliputi tanggal pembelian, jumlah, nama


PBF, pengurangan atau penggunaan, persediaan akhir dan keterangan.
7. Perpajakan Apotek
Pajak merupakan kewajiban setiap warga negara untuk menyerahkan
sebagian dan kekayaan atau hasilnya kepada negara menurut peraturan
undang-undang yang ditetapkan oleh Pemerintah dan dipergunakan untuk
kepentingan masyarakat atau iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan
undang-undang dengan tidak mendapatkan jasa timbal yang ditujukan, yang
digunakan untuk membayar kepentingan umum.
Macam-macam pajak antara lain :
a. Pajak Pertambahan Nilai
PPn adalah pajak yang harus dibayar apotek pada setiap pembelian obat
dari PBF, besarnya PPn adalah 10 %.
b. Pajak Reklame atau Iklan (Papan Nama Apotek)

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


37

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

Pajak ini dikenakan terhadap pemasangan papan nama Apotek,


lokasi dan lingkungan apotek.
c. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Pajak ini dikenakan setiap tahun dan besarnya tergantung pada luas
tanah, bangunan serta lokasi apotek.
d. Pajak Penghasilan Pribadi (PPh 21)
Besarnya pajak ditentukan berdasarkan laba atau penghasilan netto
dikurangi PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak).
e. Pajak penghasilan perusahaan dan badan hukum (PPh 25)
Apotek dikenakan pajak berdasarkan PPh 25 (badan hukum). Besarnya
pajak ditentukan berdasarkan keuntungan bersih yang diperoleh Apotek tiap
tahun, adapun ketentuannya adalah sebagai berikut:
- Penghasilan kurang dari Rp.50 juta dikenakan pajak 5 %
- Penghasilan Rp.50 juta Rp.250 juta dikenakan pajak 15 %
- Penghasilan Rp.250 juta Rp.500 juta dikenakan pajak 25 %
- Penghasilan lebih dari Rp.500 juta dikenakan pajak 30 %
Untuk tahun pertama operasional apotek karena belum memiliki
laba bersih sehingga SSP (Surat Setoran Pajak) nihil dan untuk SPT
(Surat Pajak Tahunan) baru dibayar setelah memiliki laba bersih operasional
dalam satu tahun.
7. Penggolongan Obat
Berdasarkan ketentuan peraturan yang berlaku di atas, maka obat dapat
dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu :
a. Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang tidak dinyatakan sebagai obat Narkotika
atau Psikotropika atau obat keras atau obat bebas terbatas yang dapat diberikan
tanpa resep dokter. Dalam surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No.2380/A/SK/VI/83 Pasal 3 menetapkan tanda khusus untuk obat
bebas yaitu lingkaran berwarna hijau dengan garis tepi berwarna hitam, tanda

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


38

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

khusus dimaksud harus diletakkan sedemikian rupa sehingga jelas telihat dan
mudah dikenali.

Gambar 2. Tanda obat bebas pada kemasan

b. Obat Bebas Terbatas


Obat bebas terbatas adalah obat keras yang dapat diserahkan kepada
pasien tanpa resep dokter dalam jumlah terbatas. Pada Surat Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 2380/A/SK/VI/83 pasal 3
menetapkan tanda khusus untuk obat bebas terbatas adalah lingkaran biru
dengan garis tepi berwarna hitam, dan tanda khusus dimaksud harus diletakkan
sedemikian rupa sehingga jelas terlihat dan mudah dikenali.

Gambar 3. Tanda obat bebas terbatas pada kemasan

Selain itu merupakan pelengkap dari keharusan mencantumkan tanda


peringatan

yang

ditetapkan

dalam

SK.

Menteri

Kesehatan

No.

6355/Dir.Jend./SK/1969 tanggal 28 Oktober 1969. Tanda peringatan tersebut


adalah sebagai berikut :

Gambar 4. Tanda Peringatan Obat Bebas Terbatas

c. Obat Keras

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


39

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

Undang-Undang Obat Keras No. 541 tahun 1937 dalam pasal 1


menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan :
- Obat-obat keras, yaitu obat-obatan yang tidak digunakan untuk keperluan
teknik, yang mempunyai khasiat mengobati, menguatkan, membaguskan,
mendesinfeksi dan lain-lain tubuh manusia, baik dalam bungkusan
-

maupun tidak.
Obat-obatan G : obat-obat keras yang oleh Sec. V. St. didaftar pada daftar

obat-obatan berbahaya (gevaarlijk : daftar G).


Obat-obatan W : obat-obat keras yang oleh Sec. V. St. didaftar pada daftar
peringatan (Warschurwing : daftar W).
Menurut SK Menkes No. 2396/A/SK/VII/86 tentang Tanda Khusus Obat

Keras Daftar G, pada kemasan obat diberi tanda lingkaran berdiameter minimal
1cm dengan warna merah dan garis tepi lingkaran berwarna hitam dengan
huruf K berwarna hitam di tengah lingkaran yang menyentuh tepi lingkaran.
Tanda khusus tersebut melengkapi tanda sesuai dengan Kepmenkes
197/A/SK/77 : HARUS DENGAN RESEP DOKTER.
Berdasarkan KepMenKes No. 347/Menkes/SK/VII/1990 tentang Obat
Wajib Apotek memutuskan dan menetapkan bahwa OWA yaitu obat keras yang
dapat diserahkan oleh Apoteker kepada pasien di apotek tanpa resep dokter.
Obat yang termasuk dalam OWA ditetapkan Menteri Kesehatan. APA dalam
melayani pasien yang memerlukan obat tersebut diwajibkan :
- Memenuhi kewajiban ketentuan dan batasan tiap jenis obat untuk setiap
-

pasien yang disebutkan dalam OWA yang bersangkutan.


Memberikan informasi meliputi dosis dan aturan pakainya, kontra indikasi,

efek samping dan lain-lain yang perlu diperhatikan oleh pasien.


Membuat catatan pasien serta obat yang diserahkan.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


40

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

Gambar 5. Tanda obat keras pada kemasan

b. Narkotika
Pengertian Narkotika menurut UU No. 35 tahun 2009 adalah zat atau
obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi
sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan. Menteri Kesehatan memberikan izin kepada
Apotek untuk membeli, meracik, menyediakan, memiliki dan menyimpan
persediaan, menguasai, menjual, menyalurkan, menyerahkan, membawa, dan
mengangkut Narkotika untuk kepentingan pengobatan.Pengelolaan Narkotika
meliputi

pemesanan,

penyimpanan,

pelaporan,

pelayanan

resep

dan

pemusnahan Narkotika.

Gambar 6. Tanda obat narkotika pada kemasan

1) Pemesanan Narkotika
Pemesanan obat narkotika dari Pedagang Besar Farmasi (PBF) Kimia
Farma dengan cara menulis dan mengirimkan Surat Pesanan (SP) yang dibuat
4 rangkap. Satu untuk arsip Apotek dan sisanya untuk PBF, selanjutnya PBF
mengirimkannya kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota atau Kabupaten,
tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dan Kepala Balai Besar
Pemeriksaan Obat dan Makanan Propinsi. Pemesanan narkotik dalam satu
lembar surat pesan hanya untuk satu item (satu jenis obat).

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


41

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

2) Penyimpanan Narkotika
Narkotika yang berada dalam penguasaan importir, eksportir, pabrik
obat, Pedagang Besar Farmasi sarana penyimpanan sediaan farmasi, Apotek,
rumah sakit, puskesmas, dokter, dan lembaga ilmu pengetahuan wajib
disimpan secara khusus. Pemasukan dan pengeluaran dikontrol dengan kartu
stok dan stelling.
Narkotika di Apotek wajib disimpan secara khusus sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dalam Peraturan Menteri
Kesehatan No. 3 Tahun 2015 Tentang tata cara penyimpanan narkotik,
dinyatakan bahwa :
a. Apotek harus menyimpan narkotika dalam lemari khusus sebagaimana
yang dimaksud dalam pasal 25 Peraturan Menteri Kesehatan No. 3 Tahun
2015
b. Lemari khusus tidak boleh dipergunakan untuk menyimpan barang selain
narkotika, kecuali di tentukan oleh Menteri Kesehatan.
c. Anak kunci lemari khusus di kuasai Penanggung jawab atau pegawai lain
yang dikuasakan.
d. Lemari khusus harus ditaruh di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh
umum.
Tempat khusus tersebut harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat dengan
ukuran 40 x 80 x 100 cm.
b. Harus mempunyai kunci yang kuat.
c. Dibagi dua masingmasing dengan kunci yang berlainan bagian pertama
di pergunakan untuk menyimpan morfin, petidine dan garamgaramnya
serta persediaan narkotika. Bagian kedua di pergunakan untuk

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


42

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

menyimpan narkotika lainnya yang dipakai seharihari.


d. Lemari tersebut harus menempel pada tembok atau lantai.
3) Pelaporan Narkotika
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 3 Tahun 2015, Apotek
berkewajiban untuk membuat, menyampaikan laporan berkala mengenai
pemasukan dan pengeluaran Narkotika yang ada dalam penguasaan. Untuk
laporan narkotika melalui aplikasi SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika
dan Psikotropika) yang dikembangkan dan dikelola oleh Direktorat Bina
Produksi dan Distribusi Kefarmasian, Ditjen Binfar dan Alkes, Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Aplikasi ini diperuntukkan bagi seluruh Unit
Pelayanan (Apotek, Klinik dan Rumah Sakit), Instalasi Farmasi Kabupaten /
Kota, Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota dan Dinas Kesehatan Provinsi
Seluruh Indonesia. Proses pelaporan narkotik dengan aplikasi SIPNAP dapat
dilihat pada lampiran 8.
4) Pelayanan Resep yang Mengandung Narkotika
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 3 Tahun 2015 disebutkan
bahwa Narkotika hanya digunakan untuk kepentingan pengobatan dan
tujuan ilmu pengetahuan.Narkotika boleh digunakan untuk pengobatan
penyakit hanya berdasarkan resep dokter.Resep yang diberi tanda merah
berarti resep narkotik.Resep tersebut harus dipisahkan dengan resep lainnya
dan dicatat di buku khusus dengan catatan narkotika. Pencatatan meliputi
tanggal, atau nomor resep, tanggal pengeluaran, jumlah obat, nama dan
alamat pasien, nama dan alamat dokter. Penulisan resep narkotika tidak
boleh ada pengulangan (iter) dan tidak boleh diberikan salinan resepnya jika

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


43

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

sudah habis (diambil semua).


5) Pemusnahan Narkotika
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 3 Tahun 2015,
Apoteker Pengelola Apotek (APA) dan dokter dapat memusnahkan
narkotika yang rusak dan tidak memenuhi syarat lagi. Pemusnahan
narkotika yang rusak dibuat berita acara disaksikan oleh perwakilan dari
Petugas Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan untuk importir,
pabrik farmasi dan untuk pergudangan obat. Petugas kantor Dinas
Kesehatan sebagai saksi untuk Pedagang Besar Farmasi penyalur narkotika,
lembaga dan unit pergudangan propinsi. Petugas kesehatan daerah tingkat II
sebagai

saksi

untuk

apotek,

rumah

sakit,

puskesmas,

dan

dokter.Pemusnahan narkotika harus disertai berita acara pemusnahan paling


sedikit rangkap tiga.Berita acara dikirim kepada Direktorat Jendral
Pengawasan Obat dan Makanan, Kantor Dinas Kesehatan setempat, Badan
Pengawasan Obat dan Makanan setempat.
e. Pengelolaan Psikotropika
Berdasarkan UU No. 5 tahun 1997, Psikotropika adalah zat atau obat, baik
alamiah maupun sitesis bukan Narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas
mental dan perilaku.
1) Pemesanan Psikotropika
Pemesanan Psikotropika menurut UU No. 5 tahun 1997 menggunakan
surat pesanan khusus yang dapat dipesan oleh Apotek kepada PBF atau dicetak

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


44

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

sendiri sesuai format. Surat pesanan ditandatangani oleh Apoteker kemudian


dikirim ke PBF.
2) Penyimpanan Psikotropika
Obat-obat golongan Psikotropika dalam penyimpanannya diletakkan
tersendiri dalam suatu rak atau lemari khusus, terpisah dari obat-obat yang lain.
Pemasukan dan pengeluaran dikontrol dengan menggunakan kartu stock dan
kartu stelling.
3) Pelaporan Psikotropika
Laporan Psikotropika dimonitor dengan mencatat resep-resep yang berisi
obat Psikotropika secara tersendiri. Buku catatan harian berisi nomor, tanggal,
nama sediaan, persediaan awal, jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran, sisa
akhir, bulan, nama dan alamat pasien, dokter penulis resep dan keterangan.
Berdasarkan UU No. 5 tahun 1997, Apotek wajib membuat dan menyimpan
catatan mengenai kegiatan yang dilakukan berhubungan dengan Psikotropika
kemudian dilaporkan kepada Menteri Kesehatan secara berkala setiap tahun
sekali dengan menggunakan aplikasi SIPNAP seperti pada pelaporan narkotika.
4) Pemusnahan Psikotropika
Berdasarkan UU No. 5 tahun 1997 menyebutkan bahwa pemusnahan
Psikotropika dilakukan bila berhubungan dengan tindak pidana, diproduksi
tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku, sudah kadaluarsa dan
tidak memenuhi syarat-syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan atau
kepentingan ilmu pengetahuan. Pemusnahan psikotropika wajib dibuat berita

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


45

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

acara dan disaksikan oleh pejabat yang ditunjuk dalam waktu tujuh hari setelah
mendapat kepastian.

BAB III
TINJAUAN TENTANG TEMPAT PKPA
A. Sejarah Apotek Surakarta Farma
Apotek surakarta pertama kali didirikan pada tahun 1951 yang dulunya
terletak di Jln. Urip Sumoharjo dengan nama Apotek Surakarta. Kemudian pada
tanggal 1 Agustus 1993 pindah tempat yang ber alamat di Jl. Kapten Mulyadi 31
(Balong) telp: 085100400060 Solo dan berganti nama menjadi Apotek Surakarta
Farma. Modal Apotek Surakarta Farma berasal dari Pemilik Sarana Apotek yang
berjumlah 3 orang, yaitu Ny. Ninik Hendryati, Prof. Dr. Dr. Didik Tamtomo.,
PAK., MM., Nya. Tan Boen Tik yang berjalan sampai tahun 2013. Setelah itu
pada bulan juni tahun 2013 terjadi lagi penggantian Pemilik Sarana Apotek yaitu
Erita Sosiana., S.Farm., Apt. Beliau menjadi Pemilik Sarana Apotek sekaligus
menjadi Apoteker Pendamping (APING).

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


46

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

Apoteker Penanggungjawab Apotek (APA) di Apotek Surakarta mengalami


pergantian sebanyak tiga kali sejak tahun 1993 hingga sekarang. APA pertama kali
sejak tahun 1993 hingga 2006 yaitu Dra. Theresia Woro Supeni., Apt. Kemudian
pergantian yang kedua sejak tahun 2006 hingga 2009 yaitu Silvia Arum., S.Farm.,
Apt. Pergantian yang terahir pada tahun 2009 hingga sekarang yaitu Dra.
Pudiastuti, RSP, MM., Apt., dengan SIPA: 19530419/SIPA.33.72/2013/2063. APA
dalam melaksanakan praktek kefarmasian di bantu oleh 3 orang Tenaga Teknis
Kefarmasian (TTK), 1 orang Administrasi/ Kasir, dan 2 orang Pembantu Umum.
Apotek Surakarta Farma didirikan dengan tujuan untuk memberikan
pelayanan kefarmasian kepada masyarakat yang meliputi pelayanan obat
berdasarkan resep dokter, pelayanan obat tanpa resep dokter kepada masyarakat
(Swamedikasi), dan menyediakan perbekalan farmasi lainnya. Selain itu fungsi
lain dari Apotek Surakarta Farma yaitu sebagai Pelayanan Kesehatan (Non
Profit Oriented) dan sebagai Institusi Bisnis (Profit Oriented).
B. Personalia
Pelaksanaan pelayanan kefarmasian di Apotek Surakarta Farma menjadi
tanggung jawab dari Apoteker dan dibantu oleh personalia yang mempunyai tugas
dan tangung jawab masing-masing sehingga dapat memberikan pelayanan
kesehatan secara optimal kepada masyarakat.
Adapun Struktur Organisasi di Apotek Surakarta Farma yaitu :

PSA dan APING

APA

Program Profesi Apoteker


Angkatan XXXI
Universitas Setia
Budi
Administrasi
TTK
Pembantu
Umum
47

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

Gambar. StrukturOrganisasiApotek Surakarta Farma

Gambaran struktur organisasi diatas yaitu bahwa APA yang bertindak


sebagai pemimpin Apotek dalam melaksanakan seluruh kegiatan pelayanan
kefarmasiannya di Apotek yang dibantu oleh TTK, Administrasi, dan Pembantu
Umum yang mempunyai tugas dan tanggung jawab masing-masing. Inilah yang
dapat mendukung kelancaran pengelolahan Apotek dalam melaksanakan
pelayanan obat kepada masyarakat yang dapat membuat Apotek semakin lebih
maju dan berkembang.
Susunan personalia Apotek Surakarta Farma yaitu sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.

Apoteker Penanggungjawab Apotek (APA)


: 1 orang
Apoteker Pendamping (APING)
: 1 orang
Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK)
: 3 orang
Bagian Administrasi
: 1 orang
Pembantu Umum
: 2 orang
Adapun tugas dan tanggung jawab masing-masing karyawan di Apotek

Surakarta Farma yaitu :


1. Apoteker Penanggung Jawab Apotek (APA)
a) Memimpin

dan

mengawasi

seluruh

kegiatan

Apotek

termasuk

mengkoordinir kerja TTK dan seluruh karyawan serta membagi tugas


sesuai dengan tanggung jawabnya masing-masing.
b) Mengatur dan mengawasi penyimpanan obat serta kelengkapan obat di
Apotek serta mengawasi hasil penjualan obat tunai setiap hari.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


48

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

c) Mempertimbangkan usulan atau masukan dari para karyawan untuk


perbaikan dan pengembangan Apotek.
d) Membuat dan memberikan laporan berkala tentang keseluruhan kegiatan
Apotek.
e) Meningkatkan

dan

mengembangkan

hasil

usaha

Apotek

serta

bertanggungjawab terhadap kelangsungan Apotek yang dipimpinnya


kepada pemilik modal.
f) Memberikan informasi kepada pasien mengenai pemakaian obat dan halhal yang harus diperhatikan selama pengobatan sehingga penggunaannya
tepat, aman, rasional.
g) Melakukan kerjasama dengan instansi yang menjadi pelanggan tetap dan
bertanggungjawab segala urusan Apotek dengan pihak luar.
h) Meningkatkan dan mengembangkan hasil usaha Apotek.
i) Memberikan informasi obat terutama kepada pasien.
j) APA bertanggung jawab terhadap kelangsungan Apotek yang dipimpinnya.
2. Apoteker Pendamping (APING)
a) Menggantikan kedudukan Apoteker Pengelola Apotek pada jam-jam
tertentu pada hari buka Apotek.
b) Mengatur dan mengawasi pelayanan obat dan barang setiap hari.
c) Melakukan pelayanan informasi obat baik kepada konsumen, maupun
kepada tenaga kesehatan lainnya.
d) Melaksanakan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) terjadwal
terutama pada konsumen.
e) Bertanggung jawab kepada APA.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


49

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

3. Tenaga Teknik Kefarmasian


a) Melakukan pekerjaan kefarmasian di Apotek dengan profesinya sebagai
tenaga teknis kefarmasian dibawah pengawasan APA yaitu dalam
pelayanan resep dan obat bebas.
b) Menyusun buku harian untuk resep termasuk narkotika, psikotropika dan
resep asli tanpa tanda khusus.
c) Menyusun resep-resep sesuai nomor urut dan tanggal kemudian di bendel
dan disimpan.
d) Menyusun resep-resep khusus narkotika yang penyimpanannya dipisahkan
dari resep biasa dan disimpan tersendiri untuk dilaporkan setiap bulan
sekali, juga menyusun resep-resep khusus psikotropik untuk dilaporkan
setiap satu tahun sekali.
e) Mencatat keluar masuknya barang, menyusun daftar kebutuhan obat,
mengatur serta mengawasi penyimpanan dan kelengkapan obat.
f) Menerima obat yang telah dipesan, mencocokkan jumlah obat, nomor
batch, dan tanggal ED yang ditulis di faktur sesuai dengan kenyataannya.
g) Meretur obat yang ED atau tidak sesuai dengan pesanan.
h) Mengecek harga obat setiap ada perubahan harga dari PBF.
i) Membantu apoteker untuk mengelola obat ED atau rusak.
4. Bagian Administrasi
a) Membuat laporan harian termasuk pengarsipan data personalia, cuti,
pencatatan pembelian dicocokkan dengan buku penerimaan barang,

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


50

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

pencatatan hasil penjualan, tagihan dan pengaluaran setiap hari, membuat


laporan bulanan serta realisasi data untuk pimpinan Apotek.
b) Membuat laporan tahunan tutup buku (neraca akhir tahun dan perhitungan
laba-rugi).
c) Surat menyurat dan pengarsipannya.
d) Membuat laporan harian hasil penjualan kontan dan pengeluaran serta
menyetorkan ke bank.
e) Membuat catatan piutang dan pelunasannya.
f) Melaporkan pengeluaran uang yang berasal dari biaya operasional Apotek,
seperti gaji, biaya listrik, biaya pengadaan air PDAM, biaya asuransi,
pajak, telepon, biaya pemeliharaan dan lain-lain.
5. Pembantu Umum
a) Membersihkan lingkungan Apotek untuk kenyamanan kerja dan
konsumen.
b) Mengangkat keluar masuknya barang.
c) Membantu bagian pembelian dalam penyediaan stok obat jika terjadi
kekosongan.
d) Melaksanakan pengiriman barang, antar jemput resep, obat, surat-surat dan
sebagainya.
e) Membantu semua kegiatan yang ada di apotek dan membersihkan
lingkungan di sekitar Apotek.
C. Lokasi dan Bangunan
Letak lokasi Apotek Surakarta Farma yaitu di Jln. Kapten Mulyadi 31
(Balong) telp. 085100400060 Solo, lokasi yang startegis dan mudah di jangkau
oleh masyarakat. Apotek Surakarta Farma memiliki papan Apotek yang besar dan
papan nama-nama dokter praktek. Halaman parkiran Apotek juga cukup luas
untuk lokasi parkiran kendaraan karyawan dan pasien.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


51

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

Bangunan Apotek Surakarta Farma sudah memenuhi syarat yang telah


ditetapkan antara lain atap dari genteng dan tidak bocor, dinding kuat dengan
permukaan rata dan mudah dibersihkan, penerangan cukup, tidak lembab, ruangan
mempunyai ventilasi dan sistem sanitasi yang baik.
Bangunan Apotek Surakarta Farma terdiri dari :
a) Ruang tunggu, yaitu tempat yang disediakan untuk pasien menunggu
antrian. Untuk menambah kenyamanan pasien, di ruang tunggu telah
disediakan TV.
b) Etalase luar, yang berisi obat bebas, bebas terbatas, obat tradisional,
perbekalan kesehatan rumah tangga, dan peralatan bayi yang ditata dengan
rapi sesuai efek farmakologi dan alfabetis. Brosur maupun leaflet tentang
berbagai produk yang dijual di Apotek sebagai bagian promosi kepada
pelanggan ditaruh dipojok atas etalase.
c) Etalase dalam berisi obat-obat generik dan paten, serta obatobat lainnya
yang disimpan berdasarkan alfabetis. Bentuk sediaan sirup, salep/krim,
tetes mata dan tetes telinga disimpan tersendiri berdasarkan alfabetis. Obat
narkotik dan psikotropik disimpan dalam lemari khusus yang dikunci.
d) Ruang untuk tempat praktek dokter. Praktek dokter ada 4, yaitu dokter
Spesialis THT-KL, dokter Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan,
dokter Spesialis Penyakit Dalam, dan dokter.
e) Ruang peracikan obat, tempat untuk meracik obat.
f) Ruang pelayanan obat, tempat untuk penerimaan resep dan penyerahan
obat yang sekaligus tempat pembayaran/kasir serta tempat penerimaan
barang dari PBF.
g) Ruang parkir, tempat untuk parkir kendaraan karyawan maupun pelanggan
Apotek dan dokter.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


52

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

D. Waktu Kerja Apotek Surakarta Farma


Harikerja Apotek Surakarta Farma yaitu pada hari senin sampai dengan hari
sabtu dengan pembagian waktu 3 shift. Shift yang pertama yaitu shift pagi jam
07.00- 14.00 WIB, shift kedua yaitu shift siang jam 14.00-21.00 WIB, dan shift
ketiga yaitu jam 17.00-24.00 WIB.
E. Seragam Kerja Apotek Surakarta Farma
Pakaian seragam wajib digunakan setiap hari pada jam kerja, untuk
meningkatkan kerapian, keseragaman bagi para karyawannya.Seragam atasan
yang digunakan pada hari Senin adalah putih, hari Selasa adalah batik ungu, hari
Rabu adalah biru mudah, hari Kamis adalah batik warna hijau, hari Jumat adalah
batik warna coklat dan hari Sabtu adalah kaos bewarna putih. Bawahan yang
digunakan setiap hari berwarna gelap.
F. Gaji Dan Kesejahteraan Karyawan
Gaji

karyawan

meliputi: gaji pokok, kesejahteraan dan tuslah yang

besarnya tergantung dari jumlah resep yang masuk. Besarnya gaji pokok
berpedoman pada Upah Minimum Regional (UMR) wilayah Surakarta yang telah
ditentukan dengan Surat Keputusan Gabungan Pengusaha Farmasi Surakarta
sesuai dengan jabatan dan lama kerja.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


53

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

BAB IV
KEGIATAN PRAKTEK PROFESI APOTEKER DI
APOTEK SURAKARTA
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Surakarta Farma
dilakukan pada tanggal 1-30 Agustus 2016. Kegiatan mahasiswa Praktek Kerja
Profesi Apoteker (PKPA) ini dibagi menjadi tiga shift. Shift pagi dimulai dari jam
08.00-12.00 WIB, shift siang dimulai dari jam 13.00-17.00 WIB, dan shift malam
dimulai pada jam 17.00-21.00 WIB. Mahasiswa tidak hanya mendapat
pengetahuan tentang apotek secara langsung melalui praktek tetapi juga berbagai
materi tentang pelayanan kefarmasian dan manajemen apotek.
A. Kegiatan PKPA
Tahap pertama yang dilakukan mahasiswa saat pertama kalinya masuk di
Apotek yaitu mahasiswa di berikan pembekalan dan pre test oleh pembimbing
Apotek yaitu Ibu Dra. Pudiastuti, RSP., MM., Apt selaku Apoteker
Penanggungjawab Apotek. Pembekalan yang diberikan yaitu dikenalkan tentang
sejarah dari Apotek Surakarta, pelayanan kefarmasian yang dilakukan, startegi
pembangunan dan pengembangan Apotek hingga Apotek dapat terus berkembang.
Selain pembekalan yang dilakukan oleh pembimbing Apotek, juga dilakukan
setiap hari sabtu diskusi untuk membahas beberapa materi yang diberikan seperti
aspek-aspek yang mengatur tentang Apoteker seperti aspek perundang-undangan,
aspek manajerial, aspek pelayanan, dan aspek bisnis. Aspek perundang-undangan

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


54

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

mengatur tentang undang-undang yang berhubungan dengan apoteker seperti


syarat izin Apotek telah tercantum dalam undang-undang. Aspek manajerial yang
meliputi pengelolaan obat-obatan, pengelolaan sediaan farmasi dan sumber daya
manusia. Aspek pelayanan meliputi pelayanan resep dan non resep, pelayanan
swamedikasi, dan pemusnahan limbah. Aspek bisnis meliputi keuntungan harga
jual obat dan menggaji karyawan Apotek. Selain aspek tentang apoteker, di bahas
pula tentang perpakajakan pribadi dan badan, dan persamaan dasar akutansi, serta
di akhiri dengan post test.
Mahasiswa bukan hanya diberikan materi tetapi juga mahasiswa diberi
kebebasan untuk ikut serta dalam pelayanan kefarmasian. Pelayanan kefarmasian
yang dilakukan yaitu penerimaan resep, menghargai resep, meracik, membuat
etiket, copy resep, kwitansi, menyerahkan obat ke pasien dengan melakukan
Pelayanan Informasi Obat (PIO), melayani pembelian obat bebas, melayani
swamedikasi, menulis pengeluaran dan pemasukan obat di kartu stok, menerima
barang dari PBF, menghitung harga obat dari faktur, menyusun obat sesuai dengan
etalasenya dan sesuai penyimpanan obat alfabetis, dan membuat laporan PKPA
Apotek. Mahasiswa diberikan informasi, pengetahuan, dan keterampilan selama
berada di Apotek oleh Apoteker, Tenaga Tehnik Kefarmasian dan Staf lainnya.
Sistem pengelolaan obat yang terdapat di Apotek Surakarta Farma meliputi :
1. Perencanaan
Perencanaan yang dilakukan di Apotek Surakarta Farma bertujuan untuk
tetap memenuhi kebutuhan dari Apotek. Perencanaan barang yang dilakukan di
Apotek Pertimbangan yaitu berdasarkan jenis barangnya fast atau slow moving,

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


55

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

stok dari barang, penyakit disekitaran Apotek, dan permintaan dari dokter praktek
yang praktek di dalam Apotek Surakarta. Dalam perencanaan barangnya adalah
jenis barangnya termasuk fast atau slow moving , stok barang, pola penyakit
disekitar Apotek serta permintaan dokter praktek di Apotek Surakarta Farma.
Jika barang habis atau persediaan menipis, dicatat di buku barang habis.
Tujuannya yaitu untuk mengetahui persediaan barang yang akan dipesan ke PBF.
2. Pemesanan
Pemesanan yang dilakukan Apotek Surakarta yaitu berdasarkan pengecekan
barang habis, setelah dilakukan pengecekan dibuat Surat Pesanan (SP) ke PBF
untuk memesan barang-barang yang habis. SP ditanda tangani APA dan dibuat
rangkap dua. Satu lembar pertama untuk PBF, dan satu lembar terakhir untuk
arsip Apotek.
Untuk SP Obat golongan narkotika dipesan dengan SP khusus diberi nomor
urut yang dibeli dari Kimia Farma. SP narkotika dibuat empat rangkap (putih,
hijau, kuning, biru). Tiga lembar pertama (putih, hijau, kuning) untuk PBF, dan
satu lembar terakhir (biru) untuk arsip Apotek. Satu SP narkotika hanya untuk
satu item obat. Dalam SP narkotika disebutkan:
-

Rayon dan nomor SP narkotika


Nama, jabatan, dan alamat rumah APA
Nama distributor, alamat, dan nomor telepon PBF Kimia Farma
Nama obat, kadar, bentuk sediaan, jumlah
Untuk keperluan
Apotek/lembaga
Tempat dan tanggal SP
Tanda tangan, nama lengkap dan No. STRA/SIPA Apoteker

Obat golongan psikotropika dipesan dengan SP khusus yang diberi nomor


urut. SP khusus, dapat dibeli dari PBF atau distributor lainnya atau dicetak sendiri

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


56

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

sesuai format yang baku. SP psikotropika dibuat rangkap empat (putih, merah
muda, kuning, hijau). Tiga lembar pertama (putih, merah muda, kuning) untuk
PBF, satu lembar terakhir (hijau) untuk arsip Apotek. Satu SP psikotropika, dapat
digunakan untuk 1-3 item obat. Dalam SP psikotropika terdiri dari :
- Nomor SP
- Nama, alamat dan jabatan APA
- Nama perusahaan dan alamat
- Jenis psikotropika, nama obat, kadar, bentuk sediaan dan jumlah
- Untuk keperluan
- Nama dan alamat Apotek
- Tempat dan tanggal pemesanan
- Nama dan tanda tangan APA, serta No. STRA/SIPA Apoteker
Surat Pesanan untuk obat golongan prekusor dibuat rangkap dua. Surat
Pesanan antar Apotek berfungsi untuk membeli obat ke Apotek lain jika barang
tidak tersedia di Apotek Surakarta.
3. Pembelian
Pembelian obat di Apotek biasanya sebelumnnya dilakukan perjanjian
kepada PBF mengenai batas waktu pengembalian obat yang hampir Expire
Date/ED yang batasnya biasanya 2 bulan sebelum ED. Dimana tanggal ED semua
obat dicatat dalam buku daftar penerimaan barang untuk mempermudah
pemantauan obat kadaluwarsa. Untuk mencegah ED adalah dengan metode FIFO
(First in First Out) artinya barang yang masuk lebih dahulu harus dipergunakan
terlebih dahulu, dan metode FEFO/First Expire Date First Out artinya barang
yang Expire Date pendek atau lebih cepat harus dipergunakan terlebih dahulu.
Tetapi sampai sekarang di Apotek Surakarta tidak pernah terdapat obat yang
ED/kadaluwarsa.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


57

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

Selain pembelian obat di Apotek, barang yang terdapat di Apotek


merupakan konsinyasi/consignatie. Konsinyasi merupakan barang titipan dari
distributor yang dimana pembayarannya sesuai dengan barang yang telah
laku.Uang hasil dari barang yang telah laku dipisahkan dengan hasil penjualan
dan faktur konsiyasi diletakkan pada barang titipan. Barang titipan yang terdapat
di Apotek juga telah terdaftar di BPOM.
4. Penerimaan
Penerimaan barang atau obat di Apotek Surakarta dilakukan oleh APA atau
TTK yang mempunyai SIPA atau SIKTTK. Saat barang datang dari PBF
dilakukan pengecekan barang dengan mencocokkan barang yang datang dengan
faktur mengenai jumlah barang, nama obat, harga/diskon nomor batch, waktu
kadaluwarsa dan surat pesanan mengenai jumlah obat. Setelah itu faktur asli dan
copy faktur ditanda tangani oleh APA atau TTK yang ber-SIPA/SIKTTK disertai
dengan nama terang, nomor SIPA/SIKTTK, cap Apotek, tanggal barang datang.
Barang yang tidak sesuai dengan surat pesanan maka barang tersebut
dikembalikan atau direturn. Faktur asli diserahkan kepada distributor untuk
penagihan, sedang copy faktur untuk administrasi Apotek. Copy faktur akan
ditukar dengan faktur asli, jika sudah dilunasi.
5. Penyimpanan
Penyimpanan barang dilakukan dengan tujuan penyimpanan barang supaya
barang aman, mudah diawasi, menjaga stabilitas obat dan menjamin kelancaran
pelayanan. Ruang penyimpanan obat jangan terkena sinar matahari langsung,
sejuk, kering, tidak bocor dan suhunya harus sesuai dengan suhu stabilitas

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


58

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

obatnya. Barang datang, segera diberi harga jual Apotek, tanggal penerimaan dan
nama PBF pada kemasan obat dengan menggunakan kertas labeling. Faktur obat
disimpan perbulan dan dibukukan kedalam buku penerimaan obat atau buku
datang.
Sistem penyimpanan barang di Apotek Surakarta Farma sebagai berikut:
- Obat paten disusun secara alfabetis dan berdasarkan bentuk sediaan
-

yang terdapat pada etalase luar


Obat-obat generik dikelompokkan tersendiri pada etalase dalam.
Obat-obat (salep, tetes, atau sirup) dikelompokkan tersendiri pada

etalase dalam.
Obat-obat golongan narkotika disimpan dilemari khusus narkotika.
Obat-obat golongan psikotropika disimpan dilemari khusus

psikotropika.
Obat-obat dalam kemasan los/tidak ber-strip dikelompokkan tersendiri.
Obat-obat yang dipersyaratkan disimpan pada suhu dingin disimpan di

dalam lemari es, misalnya suppositoria.


Penyimpanan barang di ruang peracikan biasanya dalam jumlah kecil
untuk keperluan peracikan dan pelayanan resep supaya dapat
mempermudah pengambilan obat. Biasanya obat yang disimpan di

ruang peracikan adalah obat yang sering keluar (fast moving).


Obat bebas dan bebas terbatas disusun berdasarkan bentuk sediaan dan

secara alfabetis.
Alat-alat kesehatan disimpan dan ditata dietalase luar.
Penyimpanan barang di Gudang baik obat bebas, bebas terbatas, dan
obat keras dilakukan penyimpanan berdasarkan alfabetis.

Pemasukan

dan

pengeluaran

barang/obatdicatat

dalam kartu

stok.

Tujuannyauntuk mengetahui barang masuk dan keluar, serta sisa akhir. Setiap tiga
bulan sekali dilakukan stok opname yaitu untuk mengetahui fisik barang apakah

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


59

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

sesuai dengan sisa akhir pada kartu stok. Obat narkotika dan psikotropika
dilakukan stok opname tiap akir bulan.
B. Perhitungan Harga Penjualan Obat Apotek
Harga penjualan Apotek ditetapkan berdasarkan pada Surat Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor: 280/ MenKes/SK/V/1981 pasal 24 bahwa harga obat
dan perbekalan kesehatan di bidang farmasi lainnya serta jasa di Apotek
ditetapkan serendah mungkin berdasarkan struktur harga yang ditetapkan Menteri
Kesehatan atas usul panitia yang terdiri dari wakil-wakil Dirjen POM, pabrik obat
dan Apotek. Struktur harga yang ditetapkan oleh Gabungan Pengusaha Farmasi
(GPF) dan disetujui pemerintah yaitu Harga Jual Apotek (HJA) tidak boleh
melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET). Penjualan obat di Apotek Surakarta
Farmameliputi penjualan obat dengan resep dokter, obat bebas, obat bebas
terbatas, dan obat wajib Apotek (OWA).
HJA/Harga Jual Apotek pada obat baik obat narkotika, psikotropika, obat
keras, obat bebas, obat bebas terbatas sebagai berikut:
-

Harga obat Generik = (HNA+PPN10%) + 10% yaitu keuntungan 1,2


Harga obat paten yang diresepkan (R/) = (HNA+PPN10%)+15% yaitu

keuntungan 1,25
Harga obat paten yang dijual bebas (HV) = (HNA+PPN10%) + 10% yaitu

keuntungan 1,2
Harga Per salep mata/kulit, krim, tetes mata/hidung, suppositoria, sirup yang

diresepkan = (HNA+PPN 10%) + 10% yaitu keuntungan 1,2


Harga obat-obat bebas yang banyak di pasarkan dan berada pada etalase luar

= = (HNA+PPN10%) + 40% yaitu keuntungan 1,5


Harga penjualan obat dengan resep dokter

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


60

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

a) Resep tunggal : (jumlah obat X HJA) + Tuslah (Rp 3000) + Embalase


(Rp500,-)
b) Resep racikan = (jumlah obat x HJA) + Tuslah (Rp 6000) + Embalase
(sudah

termaksud

kertas

puyer)

(Rp500,-)

Kapsul kosong

(Rp150/kapsul)/ pot salep/botol (Rp1000,-/biji).


c) Penjualan obat tanpa resep dan OWA
Harga obat tanpa resep dan OWA harganya sama dengan harga jual Apotek.
C. Administrasi
Kegiatan administrasi yang dilakukan meliputi:
1. Buku Barang Habis
Buku ini digunakan untuk mencatat nama obat atau barang yang hampir
habis atau yang habis. Buku ini dapat membantu petugas mengecek barang dan
stock barang, menghindari kelupaan pemesanan kembali suatu barang.
2. Buku Defecta
Buku defecta digunakan untuk mencatat persediaan obat atau barang yang
habis atau menipis, dengan buku defekta ini persediaan barang yang menipis atau
kosong dapat dikontrol. Buku defekta ini menjadi dasar untuk membuat surat
pesanan ke PBF.
3. Blanko SP (Surat Pesanan)
Buku yang berisi lembaran-lembaran surat pesanan yang ditandatangani
oleh Apoteker penanggung jawab. Surat pesanan dibuat rangkap dua, dengan
rincian 1lembar diserahkan ke PBF, tembusannya sebagai arsip. Surat pesanan
mencatumkan tanggal pemesanan, nama PBF yang dituju, nomor/nama barang
atau obat, kemasan dan sediaan yang dimaksud, jumlah dari harga, tanda tangan

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


61

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

pemesan, dan stempel Apotek. Obat-obat golongan narkotika dipesan dengan


menggunakan surat pesanan tersendiri yang ditujukan kepada PBF Kimia Farma
dengan menyerahkan lembar asli dari surat pesanan.
4. Buku Penerimaan Barang
Buku ini digunakan untuk mencatat penerimaan barang yang dilakukan
setiap ada barang datang berdasarkan faktur dan tanda terima barang. Dalam buku
ini tercantum tanggal penerimaan, nama PBF, nama barang, jumlah barang, nomor
batch, ED, nomor faktur, HNA + PPN, diskon.
5. Kartu Stock
Kartu stock merupakan kartu yang berfungsi untuk mengetahui jumlah
barang yang masuk dan keluar, baik berupa obat maupun komoditi lainnya. Dalam
kartu stock tersebut tercantum macam barang, ukuran, tanggal, nomor bon, ED,
no. batch, uraian, penerimaan, pengeluaran, sisa, harga.
6. Kartu Stelling
Fungsi kartu ini hampir sama dengan kartu stock yaitu untuk mengetahui
jumlah barang yang ada di ruang racik, kartu ini diletakkan di dalam dos obat
yang tersedia di ruang racik, dan setiap kali menambah atau mengurangi jumlah
barang harus mencatat tanggal, jumlah masuk, jumlah keluar, dan sisa stock.
Selain itu, dalam kartu stelling juga tercantum nama dan ukuran obat. Dari kartu
stelling dapat dibaca kecepatan jual barang termasuk fast moving atau slow
moving.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


62

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

7. Buku Penjualan Obat dengan Resep


Buku ini digunakan untuk mencatat tanggal resep, nomor urut resep, nama
pasien, nama dokter, harga, discount, jumlah tuslah, harga tuslah, total harga.
Buku ini berfungsi untuk memudahkan administrasi penanganan resep dan
sekaligus menghitung jumlah pendapatan Apotek dari penjualan resep.
8. Buku Penjualan Obat Bebas (HV)
Buku ini digunakan untuk mencatat tanggal, nama obat, jumlah dan harga
penjualan obat bebas serta alat kesehatan, jumlah total penjualan dicatat setiap
hari oleh petugas yang bertanggungjawab terhadap penjualan obat bebas.
9. Laporan Penggunaan Narkotika
Laporan ini dibuat setiap bulan ditanda tangani APA, dilengkapi surat
pengantar dan dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Surakarta dengan
tembusan Kepala Balai Besar POM Jawa Tengah di Semarang, dan untuk arsip
Apotek. Laporan Narkotika ada 2 macam :
a) Laporan bahan baku Narkotika (contoh : pulv. Doveri, TOC) dan sediaan jadi
Narkotika (contoh : Codein tablet, Doveri tablet). Laporan ini memuat nomor,
kodefikasi, nama sediaan, satuan, persediaan awal bulan, pemasukan (tanggal,
dari, jumlah), jumlah keseluruhan, pengeluaran(untuk : resep, lain-lain),
jumlah dan persediaan akhir bulan.
b) Laporan Narkotika khusus penggunaan morphin, pethidin. Laporan ini
memuat nomor, kodefikasi, nama Narkotika, satuan, resep penggunaan obat
tersebut, jumlah, nama pasien dan alamatnya serta dokter pembuat resep.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


63

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

10. Laporan Penggunaan Psikotropika


Laporan ini dibuat satu bulan sekali ditanda tangani APA, dilengkapi surat
pengantar dan dilaporkan ke Kepala Dinas Kesehatan Kota Surakarta dengan
tembusan kepada Kepala Balai Besar POM Jawa Tengah di Semarang dan arsip
Apotek.
11. Laporan Obat Generik Berlogo
Laporan khusus pengadaan dan pelayanan resep OGB dikirm kepada Kepala
Dinas Kesehatan Kota Surakarta dan Provinsi Jawa Tengah.
12. Laporan Daftar Tenaga Apotek
Laporan ini memuat tentang daftar tenaga yang ada di Apotek yang dibuat
setiap tiga bulan sekali, dilengkapi surat pengantar, ditujukan kepada Kepala
Dinas Kesehatan Kota Surakarta dan ditanda tangani oleh APA.
13. Buku Inkaso
Buku ini digunakan untuk mencatat faktur yang telah dibayar pihak Apotek
kepada PBF. Apotek menerima faktur asli yang disertai faktur pajak setelah
pembayaran faktur.
14. Laporan Daftar Tenaga Kerja
Laporan ini memuat daftar semua tenaga kerja di Apotek (Apoteker, TTK,
dan tenaga lain), dibuat setiap tiga bulan sekali, dilengkapi surat pengantar,
ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Surakarta dan ditanda tangani
oleh APA.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


64

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

15. Buku-Buku Penunjang Lainnya


a) Buku kas kecil, buku ini mencantumkan tanggal, nama, keterangan
yang berisi modal, keperluan dapur, bensin, dan lain-lain.
b) Buku pengeluaran kas kecil, buku ini merupakan pelengkap dari buku
kas kecil, sehingga setiap pengeluaran dapat tercatat dengan lebih
terperinci.
c) Neraca Laba Rugi, neraca laba rugi berisi penjualan bruto, harga pokok
penjualan, laba bruto serta biaya perhitungan, dilakukan satu kali
dalam setahun untuk mengetahui keuntungan/kerugian Apotek.
d) Neraca Akhir Tahun, neraca akhir tahun berisi kas, piutang lancar,
inventaris, hutang barang, hutang modal dan modal akhir untuk
mengetahui keadaan keuangan Apotek.
D. Pelayanan Kefarmasian Di Apotek
Pelayanan kefarmasian yang dilakukan di Apotek Surakarta yaitu seperti
pelayanan resep, penjualan obat bebas, penjualan obat bebas terbatas, penjualan
Obat Wajib Apotek (OWA), penjualan obat tradisional,penjualan alat kesehatan,
pelayanan swamedikasi, dan KIE.
1. Pelayanan Resep
Prosedur pelayanan resep adalah sebagai berikut :
a. Penerimaan Resep
1. Pemeriksaan keabsahan dan kelengkapan resep :
a) Nama, alamat, nomor SIP dan tanda tangan / paraf dokter penulis
resep, tanggal penulisan resep.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


65

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

b) Nama obat dengan kadarnya, dosis, jumlah, dan aturan pakai atau
tanda signa pada resep. Nama pasien, umur, alamat, dan nomor
telepon jika ada.
2. Penetapan harga obat
a) Pengambilan obat semua atau sebagian.
3. Ada/tidak penggantian obat atas persetujuan dokter/pasien.
4. Pembayaran resep.
5. Pemberian nomor tiap lembar resep.
6. Pembuatan kwitansi dan salinan resep jika diperlukan.

b. Peracikan
1. Pembuatan etiket/penandaan obat dan kemasan.
2. Peracikan obat (menghitung dosis, menimbang, mencampur, dikemas).
3. Penyajian hasil akhir.
c. Pemeriksaan Akhir
1. Kesesuaian hasil peracikan dengan resep : tanggal, nomor resep, nama
obat, bentuk dan jenis sediaan, dosis, jumlah dan aturan pakai, nama
pasien, umur, dan alamat.
2. Kesesuaian salinan resep dengan resep asli
3. Keberadaan Etiket
4. Kebenaran kuitansi
5. Keberadaan copy resep
6. Dicek oleh dua TTK/Apoteker

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


66

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

d. Penyerahan Obat Dan Pemberian Informasi


Penyerahan obat harus disertai dengan penjelasan tentang : nama obat,
bentuk dan jenis sediaan, dosis, jumlah dan aturan pakai, cara penyimpanan, efek
samping yang mungkin timbul dan cara mengatasinya. Di Apotek Surakarta
Farma obat yang telah diracik/disiapkan langsung dimasukkan dalam wadah
plastik dan distaples.
2. Penjualan Obat Bebas, Obat Bebas Terbatas, Obat Wajib Apotek, dan
Obat Tradisional
Penjualan obat bebas, obat bebas terbatas menggunakan nota rangkap dua,
satu untuk kasir, dan satu lagi untuk pasien.Penjualan obat wajib Apotek dicatat
dalam nota khusus.Penyerahan obat wajib Apotekperlu informasi kepada pasien
dan dicatat jenis serta jumlahnya.
3. Penjualan Alat Kesehatan
Penjualan alat kesehatan di Apotek Surakarta Farma meliputialat
kontrasepsi, handschoon, kasa steril, perban elastis, kapas pembalut, plester,
masker,dan lain-lain.
4. Pelayanan Swamedikasi
Pelayanan swamedikasi di Apotek Surakarta Farma dilakukan untuk pasien
yang datang ke Apotek dengan berbagai keluhan seperti batuk dan flu, luka
bakar,sakit kepala, diare, konstipasi. Banyak pilihan obat-obat untuk swamedikasi
yang ditawarkan kepada pasien.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


67

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

5. KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi)


Pelayanan konsultasi obat di Apotek Surakarta Farmasecara khusus
dilakukan tetapi sebatas dalam memberikan informasi yang dibutuhkan pasien
seperti nama, indikasi, dosis, cara penggunaan, kontraindikasi, efek samping, dan
anjuran khusus.

BAB V
PEMBAHASAN
Pelayanan kefarmasian atau pharmaceutical care merupakan suatu bentuk
pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi apoteker terhadap pekerjaan
kefarmasian dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Pelayanan
kefarmasian saat ini telah bergeser orientasinya yaitu dahulunya hanya berfokus
pada pengelolaan obat sebagai komoditi, sekarang berfokus ke pasien dalam
bentuk pelayanan yang komprehensif. Oleh karena itu, pekerjaan kefarmasian dan
pelayanan kefarmasian harus dijalankan secara bersamaan di seluruh fasilitas
pelayanan kefarmasian.Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No.51 tahun 2009,
fasilitas

pelayanan

kefarmasian

adalah

sarana

yang

digunakan

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


68

untuk

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

menyelenggarakan pelayanan kefarmasian yaitu apotek, instalasi farmasi rumah


sakit (IFRS), puskesmas, klinik, toko obat, atau praktek bersama. Salah satu
fasilitas pelayanan kefarmasian yang menunjang pelayanan kefarmasian yang
komprehensif adalah apotek.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 35 tahun 2014 dan
PERMENKES RI NO.1322/MENKES/PER/X/2002 Apotek adalah suatu tempat
tertentu dimana dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan
farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Pelayanan kefarmasian
menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI adalah bentuk pelayanan dan
tanggungjawab dan profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien.
Apotek Surakarta Farma terletak di Jalan Kapten Mulyadi 31 (balong),
Sukarakarta, dimana lokasi Apotek cukup startegis karena berada di pinggir jalan
besar, terdapat beberapa ruko, dan dekat dengan pasar Gede yang cukup ramai.
Startegi pengembangan Apotek Surakarta Farma yaitu dengan mengadakan kerja
sama dengan beberapa dokter dan sistemnya yaitu praktek dalam Apotek atau In
House. Dokter praktek yang berada di dalam Apotek (In House) seperti dokter
ahli penyakit dalam, dokter kandungan, dokter spesialis THT, dan dokter bedah
umum, dekat dengan praktek dokter lainnya, serta dekat dengan tempat pelayanan
kesehatan lainnya seperti RSUD Dr Moewardi dan RS dr. Oen. Dimana dokterdokter praktek tersebut melakukan praktek setiap hari pada malam hari.
Apotek Surakarta Farma buka tiap hari senin- sabtu, yang dibagi menjadi 3
shift yaitu shift pagi, shift siang, dan shift malam. Shift pagi yaitu dari jam 07.00-

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


69

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

14.00 WIB, shift siang dari jam 14.00-21.00 WIB, dan shift malam dari jam
17.00-24.00 WIB. Apotek Surakarta Farma memiliki 1 Apoteker Penanggungjwab
Apotek, 1 Apoteker Pendamping, 3 Tenaga Teknik Kefarmasian, 1 Tenaga
Administrasi, dan 2 Tenaga Pembantu Umum.
Pelayanan resep di Apotek Surakarta Farma selalu berorientasi pada
kepuasan pasien/konsumen dengan mengutamakan obat yang diperlukan serta
pelayanan yang cepat tanpa mengabaikan ketetapan dan ketelitian pemilihan obat.
Apotek Surakarta Farma melayani obat dengan resep dokter dan obat tanpa resep
dokter. Pelayanan yang dilakukan oleh karyawan Apotek dijalankan sesuai dengan
SOP yang telah dibuat oleh Apotek. Pada saat penerimaan resep, terlebih dahulu
di skrining resep, setelah itu dilanjutkan dengan menghargai resep, jika pasien
telah selesai membayar maka dilanjutkan dengan peracikan. Sebelum oabat
diserahkan kepada pasien dilakukan terlebih dahulu pemeriksaan akhir terhadap
kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat kepada pasien disertai
dengan pelayanan informasi mengenai obat yang akan diberikan ke pasien.
Setelah selesai melakukan pelayanan informasi obat, resep tersebut di simpan di
tempat resep masuk yang telah disiapkan.
Selain pelayanan obat dengan resep dokter, dilakukan pula pelayanan obat
tanpa resep dokter. Seperti pelayanan obat bebas, obat bebast terbatas, obat wajib
Apotek, obat tradisional, dan alat kesehatan lainnya, serta Apotek juga
menyediakan barang-barang lainnya yang berhubungan dengan kesehatan seperti
minuman, makanan, susu, dan lain-lain. Setelah melakukan pelayanan obat tanpa
resep tersebut dicatat di kartu stok barang yang keluar dan barang yang masuk

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


70

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

serta di tuli di buku harian penjulan obat beserta dengan harganya. Tujuannya
yaitu untuk mengetahui barang/obat yang keluar tiap harinya dan juga berguna
untuk mengetahui apakah barang tersebut akan habis. Selain pelayanan obat tanpa
resep Apotek juga melayani pasien Swamedikasi yang datang ke Apotek. Pasien
swamedikasi yang datang dengan keluhan sakit kepala, batuk, flu, luka bakar,
gatal-gatal, diare, konstipasi. Apotek telah mempunyai obat-obat yang biasanya
digunakan untuk pasien swamedikasi dan banyak pilihan obat untuk di tawarkan
ke pasien.
Pengadaan obat atau barang di Apotek Surakarta Farma sepenuhnya
merupakan tanggungjawab APA dan pelaksanaannya yang dibantu oleh TTK.
Apotek Surakarta Farma dalam pengadaan barang dikenal beberapa sistem
pengadaan barang yaitu pengadaan barang ke PBF dengan menggunakan Surat
Pesanan, pembelian ke Apotek lain (ngempil), dan Konsinyasi ataubarang titipan
terutama untuk barang atau obat yang baru beredar baik untuk obat bebas atau
obat ethical. Barang tersebut akan dibayar setelah barang laku terjual dan akan
dikembalikan bila dalam jangka waktu tertentu tidak laku. Pengadaan barang di
Apotek Surakarta Farma menggunakan metode Just In Time yaitu metode
pengadaan barang tiap harinya jika terdapat barang yang habis akn dipesan
sedikit-sedikit. Sistem pengadaan dan pembelian barang atau obat di Apotek
Surakarta Farma berdasarkan pada data jenis obat yang laku keras (fast moving)
dengan mempertimbangkan persedian barang yang menipis dan kebiasaan
peresepan obat oleh dokter. Setiap perbekalan farmasi yang menipis atau habis,
maka petugas akan mengisi di buku defecta, kemudian buku defecta akan dicek

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


71

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

setiap pagi dan dilakukan pemesanan. Barang yang dikirim PBF akan diperiksa
oleh petugas penerima barang atau SDM yang ada di Apotek Surakarta Farma.
Pemeriksaan meliputi kesesuaian dengan surat pemesanan baik nama obat,
bentuk, jumlah, nomor batch, harga dan tanggal kadaluwarsa. Apabila pengiriman
tidak sesuai dengan surat pemesanan maka faktur akan diberi tanda, Apabila
sudah sesuai maka faktur akan diberi stampel dan diparaf oleh petugas
penerimaan barang. Satu salinan faktur akan diambil dan faktur asli dan dua
salinan lainnya akan diserahkan ke petugas pengiriman barang yang akan
digunakan untuk penagihan. Salinan yang diambil oleh petugas penerima barang
akan dijadikan arsip. Barang yang dipesan setelah diperiksa dan diterima,
selanjutnya di beri harga, tanggal, nama PBF dan disimpan di tempatnya masingmasing, dan selanjutnya dilakukan perhitungn harga obat dari faktur dan
melakukan stok barang pada kartu stok yang dilanjutkan dengan penyimpanan
barang.Apotek Surakarta Farma telah menentukan keuntungan setiap obat seperti
untuk obat generik memiliki keuntungan obat generik 10%, obat paten 15%, obat
paten yang dijual bebas yaitu 10%, dan obat-obat seperti salep, krim, tetes
mata/hidung, suppositoria, dan sirup yaitu 10%, dan obat-obat bebas yang banyak
dipasarkan dan berada pada etalase luar yaitu 40%.
Sistem penyimpanan obat yang diterapkan di Apotek Surakarta Farma
yaitu sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expire First Out). Hal ini
untuk memudahkan pengawasan dan pengambilan. Sistem penyimpanan obat
didasarkan pada bentuk sediaan (larutan, salep, obat tetes dan tablet ditempat
terpisah) dan huruf alphabet A-Z serta obat yang biasa diresepkan oleh dokter

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


72

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

diletakan ditempat yang mudah dijangkau. Obat-obat yang harus disimpan dalam
suhu rendah diletakkan dalam almari es khusus. Penyimpanan narkotika dan
psikotropika juga dipisahkan tersendiri dalam almari khusus. Obat yang rusak
atau kadaluwarsa diusahakan dapat ditukar pada supplier sesuai dengan
kesepakatan yang telah disetujui.
PKPA mahasiswa yang dilakukan di Apotek Surakarta Farma yaitu dari
tangal 1-30 agustus 2016 dengan pembagian 3 shift. Banyak manfaat yang
didapatkan selama melakukan PKPA karena mahasiswa di beri kesempatan untuk
langsung melakukan praktek kefarmasian serta diberikan wawasan, pengetahuan,
dan keterampilan oleh APA dan TTK. Kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa
yaitu seperti terlibat langsung dalam penerimaan resep, melakukan skirirning,
menghargai resep, menyerahkan resep dan meracik sediaan kapsul dan serbuk,
serta mahasiswa diberikan kesempatan untuk melakukan praktek pelayanan
informasi langsung kepada pasien. Pengajarang yang didapatkan oleh mahasiswa
PKPA sangat-sangat bermanfaat karena mahasiswa bisa mendapatkan banyak
pengalaman dalam pelayanan kefarmasian. Selain melakukan pelayanan resep,
mahasiswa juga diberi kesempatan dalam melayani obat bebas, bebas terbatas,
obat wajib Apotek, obat tradisional, dan kesehatan lainnya, serta mahsiswa juga
diberikan kesempatan untuk dapat melayani pasien yang datang dengan berbagai
keluhan atau swamedikasi. Selain melakukan pelayanan obat, mahasiswa juga
diberi kesempatan untuk menerima telpon dari pasien yang hendak menanyakan
sesuatu atau melakukan pendaftaran pemeriksaan oleh Dokter Djoko, spesialis

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


73

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

kandungan. Serta mahasiswa juga diberikan kesempatan untuk menerima barang


yang datang dari PBF dan melakukan pnghitungan Harga Jual Apotek.
Dalam melakukan kegiatan di Apotek banyak kelemahan yang mahasiswa
dapatkan karena mahasiswa masih dalam proses pengenalan tentang pelayanan
kefarmasian di Apotek, tetapi APA dan TTK selalu mengajari dan mendidik
mahasiswa hingga dapat mengerti dan mengetahui bahwa dapat mempraktekkan
pelayanan kefarmasian di Apotek Surakarta. Berkat kesabaran dari Pihak Apotek
baik dari APA, TTK, Tenaga Administrasi, dan Tenaga Pembantu Umum yang
memberikan pengetahuan, pengajaran, wawasan dan keterampilan mahasiswa bisa
melakukan praktek kerja kefarmasian di Apotek Surakarta Farma

BAB VI
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika User Manual Untuk
Apotek. Jakarta.
Anonim. 1990. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
347/Menkes/SK/VII/1990. Tentang Obat Wajib Apotik, Departemen
Kesehatan RI. Jakarta.
Anonim. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1332/MENKES/SK/X/2002 Tentang Perubahan atas PerMenKes RI No.
922/MENKES/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian
Izin Apotik. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Anonim. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 889 Tahun
2011 Tentang Registrasi, Izin praktek dan kerja Tenaga Farmasi.
Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


74

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

Anonim. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 35. Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotik. Departemen Kesehatan RI.
Jakarta.
Anonim. 2015. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 3. Tentang
Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, Pelaporan Narkotika, Psikotropika
Dan Prekursor Farmasi. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Anonim. 1996. Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga
Kefarmasian. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Anonim. 2009. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan
Kefarmasian. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Anonim. 1997. Undang-undang No.5. Tentang Psikotropika. Departemen
Kesehatan RI. Jakarta.
Anonim. 2009. Undang-undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi


75

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

LAMPIRAN

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi

76

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

Lampiran 1. Papan Nama Apotek

Lampiran 2. Apotek Surakarta


Tampak luar

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi

77

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

Tampak dalam

Lampiran 3. Etalase Obat Generik dan Sediaan Sirup

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi

78

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

Lampiran 4. Etalase Stok Obat Generik, Paten dan Sediaan Topikal

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi

79

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

Lampiran 5. Etalase Obat Paten

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi

80

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

Lampiran 6. Rak penyimpanan obat yang akan dipesan

Lampiran 7. Tempat meracik Obat

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi

81

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

Lampiran 8. Lemari Narkotik & Psikotropik dan Kulkas

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi

82

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

Lampiran 9. Ruang Administrasi dan Pelayanan Pasien

Lampiran 10. Praktek Dokter

Papan nama praktek

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi

83

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

Ruang praktek Dokter

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi

84

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

Lampiran 11. Resep

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi

85

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

Lampiran 12. Copy Resep

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi

86

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

Lampiran 13. Etiket

Lampiran 14. Kwitansi

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi

87

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

Lampiran 15. Stampel, Kalkulator, Alat penomeran Resep dan Barang

Lampiran 16. Kartu Stok dan Form Pemesanan Obat

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi

88

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

Lampiran 17. Timbangan


Pendingin

Lampiran 18. Lemari

Lampira 19. Faktur

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi

89

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi

90

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

Lampira 20.
Form Surat
Pesanan
Narkotika dan
Psikotropik

Narkotik

Psikotropik

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi

91

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

Obat mengandung Prekursor

Lampira 21. Form pembelian antar Apotek

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi

92

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi

93

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

Lampiran
22. Laporan
Narkotika

Lampiran 23. Laporan Narkotika

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi

94

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi

95

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

Lampiran 24. Buku Penerimaan Barang Datang

Lampiran 25. Laporan Pelayanan Obat Generik Berlogo

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi

96

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

Lampiran 26. Buku Catatan Pendapatan

Harian

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi

97

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

Lampiran 27. Laporan


Tenaga Kerja di Apotek

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi

98

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotik Surakarta Farma


Periode 1 - 30 Agustus 2016

Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi

99

Vous aimerez peut-être aussi