Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Di susun Oleh :
I MADE DEDY ARIAWAN 1620313312
NURIS RANDA MAPPADANG 1620313348
RIZKA WILDA YANTI
1620313364
RAHMA SARI CAMALIA
1620313411
HALAMAN PENGESAHAN
Di susun Oleh :
I MADE DEDY ARIAWAN 1620313312
NURIS RANDA MAPPADANG 1620313348
RIZKA WILDA YANTI
1620313364
RAHMA SARI CAMALIA
1620313411
Disetujui oleh :
Pembimbing PKPA Fakultas Farmasi
ApotekSurakarta Farma
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat rahmat dan kasih karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan Praktek
Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Surakarta Farma dan penyusunan
laporan PKPA di Apotek Surakarta Farma yang dilaksanakan pada 01-30 Agustus
2016. Penyusunan laporan hasil Praktek Kerja Profesi Apoteker ini merupakan
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker di Fakultas Farmasi
Universitas Setia Budi.
Selama melaksanakan PKPA, kami banyak mendapatkan pengetahuan,
pengalaman, keterampilan, dan bimbingan dari berbagai pihak yang berada dalam
Apotek Surakarta Farma di Surakarta.
Penulis menyadari pelaksanaan PKPA dan penyusunan laporan ini tidak
akan selesai tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah terlibat.
Oleh karena itu dengan kerendahan hati dan hormat penulis penyampaikan terima
kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Ibu Dwi
Ningsih, M.Farm., Apt., selaku dosen pembimbing PKPA di Fakultas Farmasi
Universitas Setia Budi atas bimbingan dan ilmu, masukan, dan saran yang telah
diberikan, dan Ibu Dra. Pudiastuti RSP, MM., Apt., selaku dosen pembimbing
PKPA di di Apotek Surakarta Farma yang telah membimbing dan mengajarkan
kami banyak hal. Selain itu penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1. Bapak Dr. Djoni Tarigan, MBA, selaku Rektor Universitas Setia Budi.
2. Ibu Prof. Dr. RA. Oetari, SU., MM., M.Sc., Apt, selaku Dekan Fakultas
Farmasi Universitas Setia Budi.
3. Ibu Dewi Ekowati, M.Sc., Apt., selaku Ketua Jurusan Program Profesi
ApotekerUniversitasSetiaBudiSurakarta.
4. Segenap dosen dan staf Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi Universitas Setia Budi atas bimbingan, motivasi, nasehat, dan ilmu
yang telah disampaikan.
5. Segenap karyawan Apotek Surakarta Farma atas bimbingan, motivasi,
nasehat, dan ilmu yang telah disampaikan.
6. Orang tua kami yang tercinta dan saudara kami telah memberikan dorongan
dan nasehat sehingga kami dapat menjalankan PKPA dengan lancar.
7. Teman-teman seperjuangan Apoteker angkatan XXXI yang
saling
memberikan semangat.
8. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis
sehingga dapat terselesainya PKPA ini.
Akhirnya penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan
selama melaksanakan PKPA Di Apotek Surakarta Farma dan menyusun laporan.
Kiranya laporan ini dapat bermanfaat bagi yang membaca terutama bagi penulis
sebagai pedoman dalam mengabdikan profesi.
Surakarta, 31 Agustus 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................vii
BAB I
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam
Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang harus
diwujudkan dengan upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi
masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan
ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi
masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu
dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggitingginya.
Kesehatan merupakan Hak Asasi Manusia (HAM) dan salah satu
unsurkesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa
Indonesia. Oleh karena itu setiap kegiatan dan upaya untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan prinnsip nondiskriminatif, partisipatif, perlindungan, dan berkelanjutan yang sangat penting
artinya bagi pembentukan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia, peningkatan
ketahanan dan daya saing bangsa dan pembangunan nasioal.
Menurut Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 Upaya kesehatan adalah
setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu,
terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan. Derajat kesehatan sangat menentukan dalam pengembangan dan
peningkatan
penyembuhan
yang
kesehatan
penyakit
dilaksanakan
(promotion),
(kuratif),
secara
dan
pencegahan
penyakit
pemulihan
kesehatan
menyeluruh,
terpadu
dan
Seorang Apoteker
tersebut
akan
melaksanakan
tugas
dan
di
Apotek
yang
tercantum
dalam
Kepmenkes
RI
Pengelola Apotek
(APA)
dalam
menjalankan
pekerjaan
obatan. Kondisi tersebut menuntut kemampuan dan penguasaan yang lebih baik
tentang terapi obat (farmakoterapi) dari seorang Apoteker untuk bisa memberikan
pelayanan yang bermutu kepada pasien. Saat ini pelayanan kefarmasian telah
bergeser orientasinya dari obat ke pasien yang mengacu kepada pelayanan
kefarmasian (pharmaceutical care).
Berdasarkan hal di atas maka Program Studi Apoteker Universitas Setia
Budi mengadakan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA). Kegiatan ini
diharapkan dapat menerapkan konsep-konsep dan teori yang diperoleh di bangku
kuliah pada situasi yang nyata, melalui interaksi dengan lingkungan yang dihadapi
dalam praktek kerja profesi Apoteker, di samping itu mahasiswa diharapkan
memiliki gambaran nyata tentang teori yang selama ini didapatkan di bangku
kuliah dan kemudian dapat melakukan analisis terhadap perbedaan antara teori
dan praktek di lapangan serta mampu mencari solusi permasalahan pada praktek
farmasi di lapangan. Pengalaman yang diperoleh melalui praktek kerja lapangan
ini akan sangat membantu calon Apoteker untuk menambah wawasan dan wacana
bila suatu hari nanti akan mengelola sebuah Apotek.
Salah satu Apotek yang tempat pelaksanaan PKPA tersebut ialah Apotek
Surakarta Farma. PKPA di Apotek Surakarta dilaksanakan pada tanggal 1 hingga
30 Agustus 2016. Harapan pelaksanaan PKPA tersebut yaitu agar calon Apoteker
menambah wawasan, keterampilan dan wacana bila suatu hari nanti akan
mengelola sebuah Apotek.
Pagi Siang
Siang Sore
Sore Malam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Apotek
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 35 tahun 2014 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, definisi apotek adalah sarana
pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker.
Apotek merupakan salah satu sarana kesehatan dalam membantu mewujudkan
tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, selain itu juga
sebagai salah satu tempat pengabdian dan praktek profesi Apoteker dalam
melakukan pekerjaan farmasi.
Berdasarkan PP No.51 Tahun 2009, Pekerjaan Kefarmasian meliputi
pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan
obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.
Definisi sediaan farmasi yang disalurkan apotek adalah obat, bahan obat,
obat tradisional dan kosmetik. Sedangkan perbekalan kesehatan adalah semua
bahan selain obat dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan.
B. Pekerjaan Kefarmasian
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan
farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau
penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan
informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.
Sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan No. 35 tahun 2014
yaitu apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai
apoteker, sedangkan SIPA adalah surat ijin yang diberikan oleh Menteri kepada
apoteker untuk menyelenggarakan apotek di suatu tempat tertentu. Apoteker
dalam melakukan pekerjaan kefarmasian harus menetapkan Standar Prosedur
Operasional secara tertulis dan diperbarui secara terus-menerus sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang farmasi dan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ketentuan yang sesuai dengan Pekerjaan kefarmasian di Apotek menurut PP
No. 51 tahun 2009 dapat berupa :
a. Melayani resep dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter hewan untuk
menyerahkan obat bagi pasien sesuai perundangan yang berlaku. Apoteker
wajib melayani resep sesuai tanggungjawab dan keahlian profesinya dan
dilandasi pada kepentingan masyarakat.
b. Pengadaan sediaan farmasi dengan menjamin keamanan, mutu, manfaat dan
khasiat sediaan farmasi.
c. Penyerahan dan pelayanan obat berdasarkan resep dokter.
d. Penggantian obat merek dagang dengan obat generik yang sama komponen
aktifnya atau obat merek dagang lainnya atas persetujuan dokter dan atau
pasien.
e. Melakukan konseling yaitu proses komunikasi dua arah yang sistematis antara
apoteker dan pasien untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah
berkaitan dengan obat dan pengobatan (Home care).
yang
melaksanakan
peracikan,
pengubahan
bentuk,
j. Keputusan Menteri
Keputusan
No.1332/Menkes/SK/X/2002,
Menteri
Kesehatan
disebutkan
permohonan
Republik
izin
Indonesia
Apotek
harus
dilampirkan :
a.
b.
c.
d.
e.
akte
hak
milik/sewa/kontrak.
f. Daftar Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) dengan mencantumkan nama,
alamat, tanggal lulus dan nomor Surat Izin Kerja
g. Surat pernyataan Apoteker Pengelola Apotek (APA) tidak bekerja pada
perusahaan farmasi lain.
h. Akte perjanjian kerjasama APA dengan Pemilik Sarana Apotek (PSA)
i. Surat pernyataan PSA tidak terlibat pelanggaran perundang-undangan di
bidang obat.
Selain itu juga disebutkan :
1. Lokasi Apotek
Program Profesi Apoteker Angkatan XXXI Universitas Setia Budi
16
Lokasi, tempat dan jarak antara apotek tidak lagi dipersyaratkan, namun
sebaiknya tetap mempertimbangkan segi penyebaran dan pemerataan pelayanan
kesehatan, jumlah penduduk, dan kemampuan daya beli penduduk di sekitar
lokasi apotek, kesehatan lingkungan, keamanan dan mudah dijangkau masyarakat
dengan kendaraan. Sarana dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan
pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi. Tempat untuk mendisplai
informasi bagi pasien, termasuk penempatan brosur/materi informasi dan ruangan
tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan meja dan kursi serta
lemari untuk menyimpan catatan pengobatan pasien. Selain itu tempat parkir juga
berperan penting karena adanya tempat parkir yang cukup luas maka konsumen
akan lebih nyaman datang ke Apotek.
2. Memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)
Syarat memiliki NPWP sekarang mudah, yaitu hanya dengan Kartu Tanda
Penduduk (KTP) dari wajib pajak.
3. Bangunan Apotek
Apotek harus mempunyai luas bangunan yang cukup dan memenuhi
persyaratan teknis.Luas bangunan untuk standar apotek adalah minimal 4x15 m 2
(60 m2) selebihnya dapat diperuntukan bagi ruang praktek dokter sehingga dapat
menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsinya.
Bangunan Apotek sekurang-kurangnya terdiri dari ruang peracikan, dan
penyerahan resep, ruang administrasi dan ruang kerja apoteker, ruang tunggu,
ruang penyimpanan obat, ruang pencucian alat dan WC. Secara teknis ventilasi
serta sistem sanitasi harus memenuhi peraturan higiene serta penerangan cukup
serta papan nama berukuran minimal panjang 60 cm, lebar 40 cm dengan tulisan
hitam diatas dasar putih.
4. Perlengkapan Apotek
Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI.
Nomor
atas
Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
ternyata tidak memenuhi persyaratan dimaksud pasal 5 dan atau pasal 6, atau
lokasi apotek tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten atau Kota setempat dalam jangka waktu selambat-lambatnya 12 (dua
belas) hari kerja wajib mengeluarkan Surat Penolakan disertai dengan alasanalasannya.
Skema proses perijinan Apotek:
Apoteker ber-SIK
Permohonan ijin
dengan form APT-1
Belum memenuhi
persyaratan (12 hari kerja)
Memenuhi persyaratan
( 12 hari kerja )
Diberi kesempatan
melengkapi (1 bulan)
Belum memenuhi
persyaratan (12 hari kerja)
Surat penolakan Form
model APT-7
Melaksanakan
pembukaan
c. Wajib
mengikuti
pendidikan
berkelanjutan/Continuing
Profesional
melalui
pendidikan
berkelanjutan
(Continuing
Professional
Development/CPD)
g. Peneliti
Apoteker harus selalu menerapkan prinsip/kaidah ilmiah dalam
mengumpulkan informasi sediaan farmasi dan pelayanan kefarmasian dan
memanfaatkannya.
3. Sarana dan prasarana
Apotek harus mudah diakses oleh masyarakat.Sarana dan prasarana Apotek
dapat menjamin mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai serta kelancaran praktik pelayanan kefarmasian.Sarana dan prasarana yang
diperlukan untuk menunjang pelayanan kefarmasian di apotek meliputi sarana
yang memiliki fungsi:
a. Ruang penerimaan resep
Ruang penerimaan resep sekurang-kurangnya terdiri dari tempat
penerimaan resep, 1 (satu) set meja dan kursi, serta 1 (satu) set komputer.
Ruang penerimaan resep ditempatkan pada bagian paling depan dan mudah
terlihat oleh pasien.
b. Ruang pelayanan resep dan peracikan (produksi sediaan secara terbatas)
Ruang pelayanan resep dan peracikan atau produksi sediaan secara
terbatas meliputi rak obat sesuai kebutuhan dan meja peracikan. Di ruang
peracikan sekurang-kurangnya disediakan peralatan peracikan, timbangan obat,
air mineral untuk pengencer, sendok obat, bahan pengemas obat, lemari
pendingin, termometer ruangan, blanko salinan resep, etiket dan label obat.
Ruang ini diatur agar mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara yang cukup,
dapat dilengkapi dengan pendingin ruangan (air conditioner).
c. Ruang penyerahan obat
tanggung
jawab
dan
sumber
yang
dibutuhkan
untuk
mencapai
terakhir masuk
pembeli obat, antara lain dengan ruang tunggu yang diatur dengan baik,
menyenangkan, penerangan yang cukup pada malam hari, pelayanan yang ramah,
baik dan cepat. Obat-obat bebas membutuhkan penataan di lemari etalase secara
farmakologis atau berdasarkan khasiat obat.
a. Pelayanan non resep
Pelayanan non resep meliputi penjualan obat bebas dan obat wajib
Apotek. Hal-hal penting yang harus diperhatikan adalah harga harus bersaing
dengan Apotek dan toko-toko obat di sekitarnya, kurang lebih 10%-15% dari
harga pembelian.
Obat yang dapat diserahkan tanpa resep adalah obat bebas, bebas terbatas
dan
Obat Wajib
Apotek.
Obat
yang
dapat
diserahkan
tanpa
resepharusmemenuhikriteriasesuaidenganPermenkes
No.919/Menkes/Per/X/1993 yaitu:
- Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di
-
khasiat
keamanan
yang
yaitu obat keras yang dapat diserahkan oleh Apoteker kepada pasien di
apotek
tanpa
indikasi, efek samping dan lain-lain yang perlu diperhatikan oleh pasien.
b. Pelayanan resep
Resep obat adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan
kepada Apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.Apotek wajib melayani resep dokter,
dokter gigi dan dokter hewan.Pelayanan resep sepenuhnya atas tanggung jawab
apoteker pengelola apotek. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang
ditulis dalam resep, Apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan
obat alternative.
Apotek dapat pula melayani salinan resep atau copy resep. Copy resep yang
diterima juga harus memenuhi kelengkapan antara lain:
-
klinis lain)
kontra indikasi
interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia dari Obat dan
lain-lain.
4) Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan
pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan
kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan Obat dan
menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien. Untuk mengawali konseling,
Apoteker menggunakan three prime questions.Apabila tingkat kepatuhan
pasien dinilai rendah, perlu dilanjutkan dengan metode Health Belief
Model.Apoteker harus melakukan verifikasi bahwa pasien atau keluarga pasien
sudah memahami Obat yang digunakan.
5) Pelayanan Kefarmasian di rumah
Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat melakukan
Pelayanan Kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk
kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya.
6) Pemantauan Terapi Obat
Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan
terapi obat yang efektif dan terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan
meminimalkan efek samping.
7) Monitoring Efek Samping Obat
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang
merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang
digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau
memodifikasi fungsi fisiologis.
6. Administrasi
a. Administrasi Untuk Pengadaan Barang
1) Buku defecta
Buku defecta digunakan untuk mencatat persediaan obat atau
barang
yang
barang dapat terkontrol. Buku defecta ini menjadi dasar untuk membuat
surat pesanan ke PBF.
2) Surat pemesanan
Surat pesanan tersusun rangkap dua, surat pesanan ditandatangani
oleh Apoteker Penanggungjawab Apotek. Rincian perlembarnya yaitu
lembar pertama asli diberikan ke Pedagang Besar Farmasi, lembar kedua
sebagai arsip Apotek yang digunakan untuk kroscek ketika penerimaan
barang.
3) Buku pembelian
Buku pembelian
ini
berfungsi
sebagai
buku
penerimaan
tersebut
tercantum
nama
obat,
persediaan
awal,
khusus dimaksud harus diletakkan sedemikian rupa sehingga jelas telihat dan
mudah dikenali.
yang
ditetapkan
dalam
SK.
Menteri
Kesehatan
No.
c. Obat Keras
maupun tidak.
Obat-obatan G : obat-obat keras yang oleh Sec. V. St. didaftar pada daftar
Keras Daftar G, pada kemasan obat diberi tanda lingkaran berdiameter minimal
1cm dengan warna merah dan garis tepi lingkaran berwarna hitam dengan
huruf K berwarna hitam di tengah lingkaran yang menyentuh tepi lingkaran.
Tanda khusus tersebut melengkapi tanda sesuai dengan Kepmenkes
197/A/SK/77 : HARUS DENGAN RESEP DOKTER.
Berdasarkan KepMenKes No. 347/Menkes/SK/VII/1990 tentang Obat
Wajib Apotek memutuskan dan menetapkan bahwa OWA yaitu obat keras yang
dapat diserahkan oleh Apoteker kepada pasien di apotek tanpa resep dokter.
Obat yang termasuk dalam OWA ditetapkan Menteri Kesehatan. APA dalam
melayani pasien yang memerlukan obat tersebut diwajibkan :
- Memenuhi kewajiban ketentuan dan batasan tiap jenis obat untuk setiap
-
b. Narkotika
Pengertian Narkotika menurut UU No. 35 tahun 2009 adalah zat atau
obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi
sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan. Menteri Kesehatan memberikan izin kepada
Apotek untuk membeli, meracik, menyediakan, memiliki dan menyimpan
persediaan, menguasai, menjual, menyalurkan, menyerahkan, membawa, dan
mengangkut Narkotika untuk kepentingan pengobatan.Pengelolaan Narkotika
meliputi
pemesanan,
penyimpanan,
pelaporan,
pelayanan
resep
dan
pemusnahan Narkotika.
1) Pemesanan Narkotika
Pemesanan obat narkotika dari Pedagang Besar Farmasi (PBF) Kimia
Farma dengan cara menulis dan mengirimkan Surat Pesanan (SP) yang dibuat
4 rangkap. Satu untuk arsip Apotek dan sisanya untuk PBF, selanjutnya PBF
mengirimkannya kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota atau Kabupaten,
tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dan Kepala Balai Besar
Pemeriksaan Obat dan Makanan Propinsi. Pemesanan narkotik dalam satu
lembar surat pesan hanya untuk satu item (satu jenis obat).
2) Penyimpanan Narkotika
Narkotika yang berada dalam penguasaan importir, eksportir, pabrik
obat, Pedagang Besar Farmasi sarana penyimpanan sediaan farmasi, Apotek,
rumah sakit, puskesmas, dokter, dan lembaga ilmu pengetahuan wajib
disimpan secara khusus. Pemasukan dan pengeluaran dikontrol dengan kartu
stok dan stelling.
Narkotika di Apotek wajib disimpan secara khusus sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dalam Peraturan Menteri
Kesehatan No. 3 Tahun 2015 Tentang tata cara penyimpanan narkotik,
dinyatakan bahwa :
a. Apotek harus menyimpan narkotika dalam lemari khusus sebagaimana
yang dimaksud dalam pasal 25 Peraturan Menteri Kesehatan No. 3 Tahun
2015
b. Lemari khusus tidak boleh dipergunakan untuk menyimpan barang selain
narkotika, kecuali di tentukan oleh Menteri Kesehatan.
c. Anak kunci lemari khusus di kuasai Penanggung jawab atau pegawai lain
yang dikuasakan.
d. Lemari khusus harus ditaruh di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh
umum.
Tempat khusus tersebut harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat dengan
ukuran 40 x 80 x 100 cm.
b. Harus mempunyai kunci yang kuat.
c. Dibagi dua masingmasing dengan kunci yang berlainan bagian pertama
di pergunakan untuk menyimpan morfin, petidine dan garamgaramnya
serta persediaan narkotika. Bagian kedua di pergunakan untuk
saksi
untuk
apotek,
rumah
sakit,
puskesmas,
dan
acara dan disaksikan oleh pejabat yang ditunjuk dalam waktu tujuh hari setelah
mendapat kepastian.
BAB III
TINJAUAN TENTANG TEMPAT PKPA
A. Sejarah Apotek Surakarta Farma
Apotek surakarta pertama kali didirikan pada tahun 1951 yang dulunya
terletak di Jln. Urip Sumoharjo dengan nama Apotek Surakarta. Kemudian pada
tanggal 1 Agustus 1993 pindah tempat yang ber alamat di Jl. Kapten Mulyadi 31
(Balong) telp: 085100400060 Solo dan berganti nama menjadi Apotek Surakarta
Farma. Modal Apotek Surakarta Farma berasal dari Pemilik Sarana Apotek yang
berjumlah 3 orang, yaitu Ny. Ninik Hendryati, Prof. Dr. Dr. Didik Tamtomo.,
PAK., MM., Nya. Tan Boen Tik yang berjalan sampai tahun 2013. Setelah itu
pada bulan juni tahun 2013 terjadi lagi penggantian Pemilik Sarana Apotek yaitu
Erita Sosiana., S.Farm., Apt. Beliau menjadi Pemilik Sarana Apotek sekaligus
menjadi Apoteker Pendamping (APING).
APA
dan
mengawasi
seluruh
kegiatan
Apotek
termasuk
dan
mengembangkan
hasil
usaha
Apotek
serta
karyawan
besarnya tergantung dari jumlah resep yang masuk. Besarnya gaji pokok
berpedoman pada Upah Minimum Regional (UMR) wilayah Surakarta yang telah
ditentukan dengan Surat Keputusan Gabungan Pengusaha Farmasi Surakarta
sesuai dengan jabatan dan lama kerja.
BAB IV
KEGIATAN PRAKTEK PROFESI APOTEKER DI
APOTEK SURAKARTA
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Surakarta Farma
dilakukan pada tanggal 1-30 Agustus 2016. Kegiatan mahasiswa Praktek Kerja
Profesi Apoteker (PKPA) ini dibagi menjadi tiga shift. Shift pagi dimulai dari jam
08.00-12.00 WIB, shift siang dimulai dari jam 13.00-17.00 WIB, dan shift malam
dimulai pada jam 17.00-21.00 WIB. Mahasiswa tidak hanya mendapat
pengetahuan tentang apotek secara langsung melalui praktek tetapi juga berbagai
materi tentang pelayanan kefarmasian dan manajemen apotek.
A. Kegiatan PKPA
Tahap pertama yang dilakukan mahasiswa saat pertama kalinya masuk di
Apotek yaitu mahasiswa di berikan pembekalan dan pre test oleh pembimbing
Apotek yaitu Ibu Dra. Pudiastuti, RSP., MM., Apt selaku Apoteker
Penanggungjawab Apotek. Pembekalan yang diberikan yaitu dikenalkan tentang
sejarah dari Apotek Surakarta, pelayanan kefarmasian yang dilakukan, startegi
pembangunan dan pengembangan Apotek hingga Apotek dapat terus berkembang.
Selain pembekalan yang dilakukan oleh pembimbing Apotek, juga dilakukan
setiap hari sabtu diskusi untuk membahas beberapa materi yang diberikan seperti
aspek-aspek yang mengatur tentang Apoteker seperti aspek perundang-undangan,
aspek manajerial, aspek pelayanan, dan aspek bisnis. Aspek perundang-undangan
stok dari barang, penyakit disekitaran Apotek, dan permintaan dari dokter praktek
yang praktek di dalam Apotek Surakarta. Dalam perencanaan barangnya adalah
jenis barangnya termasuk fast atau slow moving , stok barang, pola penyakit
disekitar Apotek serta permintaan dokter praktek di Apotek Surakarta Farma.
Jika barang habis atau persediaan menipis, dicatat di buku barang habis.
Tujuannya yaitu untuk mengetahui persediaan barang yang akan dipesan ke PBF.
2. Pemesanan
Pemesanan yang dilakukan Apotek Surakarta yaitu berdasarkan pengecekan
barang habis, setelah dilakukan pengecekan dibuat Surat Pesanan (SP) ke PBF
untuk memesan barang-barang yang habis. SP ditanda tangani APA dan dibuat
rangkap dua. Satu lembar pertama untuk PBF, dan satu lembar terakhir untuk
arsip Apotek.
Untuk SP Obat golongan narkotika dipesan dengan SP khusus diberi nomor
urut yang dibeli dari Kimia Farma. SP narkotika dibuat empat rangkap (putih,
hijau, kuning, biru). Tiga lembar pertama (putih, hijau, kuning) untuk PBF, dan
satu lembar terakhir (biru) untuk arsip Apotek. Satu SP narkotika hanya untuk
satu item obat. Dalam SP narkotika disebutkan:
-
sesuai format yang baku. SP psikotropika dibuat rangkap empat (putih, merah
muda, kuning, hijau). Tiga lembar pertama (putih, merah muda, kuning) untuk
PBF, satu lembar terakhir (hijau) untuk arsip Apotek. Satu SP psikotropika, dapat
digunakan untuk 1-3 item obat. Dalam SP psikotropika terdiri dari :
- Nomor SP
- Nama, alamat dan jabatan APA
- Nama perusahaan dan alamat
- Jenis psikotropika, nama obat, kadar, bentuk sediaan dan jumlah
- Untuk keperluan
- Nama dan alamat Apotek
- Tempat dan tanggal pemesanan
- Nama dan tanda tangan APA, serta No. STRA/SIPA Apoteker
Surat Pesanan untuk obat golongan prekusor dibuat rangkap dua. Surat
Pesanan antar Apotek berfungsi untuk membeli obat ke Apotek lain jika barang
tidak tersedia di Apotek Surakarta.
3. Pembelian
Pembelian obat di Apotek biasanya sebelumnnya dilakukan perjanjian
kepada PBF mengenai batas waktu pengembalian obat yang hampir Expire
Date/ED yang batasnya biasanya 2 bulan sebelum ED. Dimana tanggal ED semua
obat dicatat dalam buku daftar penerimaan barang untuk mempermudah
pemantauan obat kadaluwarsa. Untuk mencegah ED adalah dengan metode FIFO
(First in First Out) artinya barang yang masuk lebih dahulu harus dipergunakan
terlebih dahulu, dan metode FEFO/First Expire Date First Out artinya barang
yang Expire Date pendek atau lebih cepat harus dipergunakan terlebih dahulu.
Tetapi sampai sekarang di Apotek Surakarta tidak pernah terdapat obat yang
ED/kadaluwarsa.
obatnya. Barang datang, segera diberi harga jual Apotek, tanggal penerimaan dan
nama PBF pada kemasan obat dengan menggunakan kertas labeling. Faktur obat
disimpan perbulan dan dibukukan kedalam buku penerimaan obat atau buku
datang.
Sistem penyimpanan barang di Apotek Surakarta Farma sebagai berikut:
- Obat paten disusun secara alfabetis dan berdasarkan bentuk sediaan
-
etalase dalam.
Obat-obat golongan narkotika disimpan dilemari khusus narkotika.
Obat-obat golongan psikotropika disimpan dilemari khusus
psikotropika.
Obat-obat dalam kemasan los/tidak ber-strip dikelompokkan tersendiri.
Obat-obat yang dipersyaratkan disimpan pada suhu dingin disimpan di
secara alfabetis.
Alat-alat kesehatan disimpan dan ditata dietalase luar.
Penyimpanan barang di Gudang baik obat bebas, bebas terbatas, dan
obat keras dilakukan penyimpanan berdasarkan alfabetis.
Pemasukan
dan
pengeluaran
barang/obatdicatat
dalam kartu
stok.
Tujuannyauntuk mengetahui barang masuk dan keluar, serta sisa akhir. Setiap tiga
bulan sekali dilakukan stok opname yaitu untuk mengetahui fisik barang apakah
sesuai dengan sisa akhir pada kartu stok. Obat narkotika dan psikotropika
dilakukan stok opname tiap akir bulan.
B. Perhitungan Harga Penjualan Obat Apotek
Harga penjualan Apotek ditetapkan berdasarkan pada Surat Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor: 280/ MenKes/SK/V/1981 pasal 24 bahwa harga obat
dan perbekalan kesehatan di bidang farmasi lainnya serta jasa di Apotek
ditetapkan serendah mungkin berdasarkan struktur harga yang ditetapkan Menteri
Kesehatan atas usul panitia yang terdiri dari wakil-wakil Dirjen POM, pabrik obat
dan Apotek. Struktur harga yang ditetapkan oleh Gabungan Pengusaha Farmasi
(GPF) dan disetujui pemerintah yaitu Harga Jual Apotek (HJA) tidak boleh
melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET). Penjualan obat di Apotek Surakarta
Farmameliputi penjualan obat dengan resep dokter, obat bebas, obat bebas
terbatas, dan obat wajib Apotek (OWA).
HJA/Harga Jual Apotek pada obat baik obat narkotika, psikotropika, obat
keras, obat bebas, obat bebas terbatas sebagai berikut:
-
keuntungan 1,25
Harga obat paten yang dijual bebas (HV) = (HNA+PPN10%) + 10% yaitu
keuntungan 1,2
Harga Per salep mata/kulit, krim, tetes mata/hidung, suppositoria, sirup yang
termaksud
kertas
puyer)
(Rp500,-)
Kapsul kosong
b) Nama obat dengan kadarnya, dosis, jumlah, dan aturan pakai atau
tanda signa pada resep. Nama pasien, umur, alamat, dan nomor
telepon jika ada.
2. Penetapan harga obat
a) Pengambilan obat semua atau sebagian.
3. Ada/tidak penggantian obat atas persetujuan dokter/pasien.
4. Pembayaran resep.
5. Pemberian nomor tiap lembar resep.
6. Pembuatan kwitansi dan salinan resep jika diperlukan.
b. Peracikan
1. Pembuatan etiket/penandaan obat dan kemasan.
2. Peracikan obat (menghitung dosis, menimbang, mencampur, dikemas).
3. Penyajian hasil akhir.
c. Pemeriksaan Akhir
1. Kesesuaian hasil peracikan dengan resep : tanggal, nomor resep, nama
obat, bentuk dan jenis sediaan, dosis, jumlah dan aturan pakai, nama
pasien, umur, dan alamat.
2. Kesesuaian salinan resep dengan resep asli
3. Keberadaan Etiket
4. Kebenaran kuitansi
5. Keberadaan copy resep
6. Dicek oleh dua TTK/Apoteker
BAB V
PEMBAHASAN
Pelayanan kefarmasian atau pharmaceutical care merupakan suatu bentuk
pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi apoteker terhadap pekerjaan
kefarmasian dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Pelayanan
kefarmasian saat ini telah bergeser orientasinya yaitu dahulunya hanya berfokus
pada pengelolaan obat sebagai komoditi, sekarang berfokus ke pasien dalam
bentuk pelayanan yang komprehensif. Oleh karena itu, pekerjaan kefarmasian dan
pelayanan kefarmasian harus dijalankan secara bersamaan di seluruh fasilitas
pelayanan kefarmasian.Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No.51 tahun 2009,
fasilitas
pelayanan
kefarmasian
adalah
sarana
yang
digunakan
untuk
14.00 WIB, shift siang dari jam 14.00-21.00 WIB, dan shift malam dari jam
17.00-24.00 WIB. Apotek Surakarta Farma memiliki 1 Apoteker Penanggungjwab
Apotek, 1 Apoteker Pendamping, 3 Tenaga Teknik Kefarmasian, 1 Tenaga
Administrasi, dan 2 Tenaga Pembantu Umum.
Pelayanan resep di Apotek Surakarta Farma selalu berorientasi pada
kepuasan pasien/konsumen dengan mengutamakan obat yang diperlukan serta
pelayanan yang cepat tanpa mengabaikan ketetapan dan ketelitian pemilihan obat.
Apotek Surakarta Farma melayani obat dengan resep dokter dan obat tanpa resep
dokter. Pelayanan yang dilakukan oleh karyawan Apotek dijalankan sesuai dengan
SOP yang telah dibuat oleh Apotek. Pada saat penerimaan resep, terlebih dahulu
di skrining resep, setelah itu dilanjutkan dengan menghargai resep, jika pasien
telah selesai membayar maka dilanjutkan dengan peracikan. Sebelum oabat
diserahkan kepada pasien dilakukan terlebih dahulu pemeriksaan akhir terhadap
kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat kepada pasien disertai
dengan pelayanan informasi mengenai obat yang akan diberikan ke pasien.
Setelah selesai melakukan pelayanan informasi obat, resep tersebut di simpan di
tempat resep masuk yang telah disiapkan.
Selain pelayanan obat dengan resep dokter, dilakukan pula pelayanan obat
tanpa resep dokter. Seperti pelayanan obat bebas, obat bebast terbatas, obat wajib
Apotek, obat tradisional, dan alat kesehatan lainnya, serta Apotek juga
menyediakan barang-barang lainnya yang berhubungan dengan kesehatan seperti
minuman, makanan, susu, dan lain-lain. Setelah melakukan pelayanan obat tanpa
resep tersebut dicatat di kartu stok barang yang keluar dan barang yang masuk
serta di tuli di buku harian penjulan obat beserta dengan harganya. Tujuannya
yaitu untuk mengetahui barang/obat yang keluar tiap harinya dan juga berguna
untuk mengetahui apakah barang tersebut akan habis. Selain pelayanan obat tanpa
resep Apotek juga melayani pasien Swamedikasi yang datang ke Apotek. Pasien
swamedikasi yang datang dengan keluhan sakit kepala, batuk, flu, luka bakar,
gatal-gatal, diare, konstipasi. Apotek telah mempunyai obat-obat yang biasanya
digunakan untuk pasien swamedikasi dan banyak pilihan obat untuk di tawarkan
ke pasien.
Pengadaan obat atau barang di Apotek Surakarta Farma sepenuhnya
merupakan tanggungjawab APA dan pelaksanaannya yang dibantu oleh TTK.
Apotek Surakarta Farma dalam pengadaan barang dikenal beberapa sistem
pengadaan barang yaitu pengadaan barang ke PBF dengan menggunakan Surat
Pesanan, pembelian ke Apotek lain (ngempil), dan Konsinyasi ataubarang titipan
terutama untuk barang atau obat yang baru beredar baik untuk obat bebas atau
obat ethical. Barang tersebut akan dibayar setelah barang laku terjual dan akan
dikembalikan bila dalam jangka waktu tertentu tidak laku. Pengadaan barang di
Apotek Surakarta Farma menggunakan metode Just In Time yaitu metode
pengadaan barang tiap harinya jika terdapat barang yang habis akn dipesan
sedikit-sedikit. Sistem pengadaan dan pembelian barang atau obat di Apotek
Surakarta Farma berdasarkan pada data jenis obat yang laku keras (fast moving)
dengan mempertimbangkan persedian barang yang menipis dan kebiasaan
peresepan obat oleh dokter. Setiap perbekalan farmasi yang menipis atau habis,
maka petugas akan mengisi di buku defecta, kemudian buku defecta akan dicek
setiap pagi dan dilakukan pemesanan. Barang yang dikirim PBF akan diperiksa
oleh petugas penerima barang atau SDM yang ada di Apotek Surakarta Farma.
Pemeriksaan meliputi kesesuaian dengan surat pemesanan baik nama obat,
bentuk, jumlah, nomor batch, harga dan tanggal kadaluwarsa. Apabila pengiriman
tidak sesuai dengan surat pemesanan maka faktur akan diberi tanda, Apabila
sudah sesuai maka faktur akan diberi stampel dan diparaf oleh petugas
penerimaan barang. Satu salinan faktur akan diambil dan faktur asli dan dua
salinan lainnya akan diserahkan ke petugas pengiriman barang yang akan
digunakan untuk penagihan. Salinan yang diambil oleh petugas penerima barang
akan dijadikan arsip. Barang yang dipesan setelah diperiksa dan diterima,
selanjutnya di beri harga, tanggal, nama PBF dan disimpan di tempatnya masingmasing, dan selanjutnya dilakukan perhitungn harga obat dari faktur dan
melakukan stok barang pada kartu stok yang dilanjutkan dengan penyimpanan
barang.Apotek Surakarta Farma telah menentukan keuntungan setiap obat seperti
untuk obat generik memiliki keuntungan obat generik 10%, obat paten 15%, obat
paten yang dijual bebas yaitu 10%, dan obat-obat seperti salep, krim, tetes
mata/hidung, suppositoria, dan sirup yaitu 10%, dan obat-obat bebas yang banyak
dipasarkan dan berada pada etalase luar yaitu 40%.
Sistem penyimpanan obat yang diterapkan di Apotek Surakarta Farma
yaitu sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expire First Out). Hal ini
untuk memudahkan pengawasan dan pengambilan. Sistem penyimpanan obat
didasarkan pada bentuk sediaan (larutan, salep, obat tetes dan tablet ditempat
terpisah) dan huruf alphabet A-Z serta obat yang biasa diresepkan oleh dokter
diletakan ditempat yang mudah dijangkau. Obat-obat yang harus disimpan dalam
suhu rendah diletakkan dalam almari es khusus. Penyimpanan narkotika dan
psikotropika juga dipisahkan tersendiri dalam almari khusus. Obat yang rusak
atau kadaluwarsa diusahakan dapat ditukar pada supplier sesuai dengan
kesepakatan yang telah disetujui.
PKPA mahasiswa yang dilakukan di Apotek Surakarta Farma yaitu dari
tangal 1-30 agustus 2016 dengan pembagian 3 shift. Banyak manfaat yang
didapatkan selama melakukan PKPA karena mahasiswa di beri kesempatan untuk
langsung melakukan praktek kefarmasian serta diberikan wawasan, pengetahuan,
dan keterampilan oleh APA dan TTK. Kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa
yaitu seperti terlibat langsung dalam penerimaan resep, melakukan skirirning,
menghargai resep, menyerahkan resep dan meracik sediaan kapsul dan serbuk,
serta mahasiswa diberikan kesempatan untuk melakukan praktek pelayanan
informasi langsung kepada pasien. Pengajarang yang didapatkan oleh mahasiswa
PKPA sangat-sangat bermanfaat karena mahasiswa bisa mendapatkan banyak
pengalaman dalam pelayanan kefarmasian. Selain melakukan pelayanan resep,
mahasiswa juga diberi kesempatan dalam melayani obat bebas, bebas terbatas,
obat wajib Apotek, obat tradisional, dan kesehatan lainnya, serta mahsiswa juga
diberikan kesempatan untuk dapat melayani pasien yang datang dengan berbagai
keluhan atau swamedikasi. Selain melakukan pelayanan obat, mahasiswa juga
diberi kesempatan untuk menerima telpon dari pasien yang hendak menanyakan
sesuatu atau melakukan pendaftaran pemeriksaan oleh Dokter Djoko, spesialis
BAB VI
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika User Manual Untuk
Apotek. Jakarta.
Anonim. 1990. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
347/Menkes/SK/VII/1990. Tentang Obat Wajib Apotik, Departemen
Kesehatan RI. Jakarta.
Anonim. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1332/MENKES/SK/X/2002 Tentang Perubahan atas PerMenKes RI No.
922/MENKES/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian
Izin Apotik. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Anonim. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 889 Tahun
2011 Tentang Registrasi, Izin praktek dan kerja Tenaga Farmasi.
Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Anonim. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 35. Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotik. Departemen Kesehatan RI.
Jakarta.
Anonim. 2015. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 3. Tentang
Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, Pelaporan Narkotika, Psikotropika
Dan Prekursor Farmasi. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Anonim. 1996. Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga
Kefarmasian. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Anonim. 2009. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan
Kefarmasian. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Anonim. 1997. Undang-undang No.5. Tentang Psikotropika. Departemen
Kesehatan RI. Jakarta.
Anonim. 2009. Undang-undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
LAMPIRAN
76
77
Tampak dalam
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
Lampira 20.
Form Surat
Pesanan
Narkotika dan
Psikotropik
Narkotik
Psikotropik
91
92
93
Lampiran
22. Laporan
Narkotika
94
95
96
Harian
97
98
99