Vous êtes sur la page 1sur 14

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN TB PARU

PADA ANAK

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK II
1. BAYI B. KUSTINA
2. CLARA MAYASARI
3. DEDE MUHLIS
4. DHARMA ABDI R. M

PRODI KEPERAWATAN ANESTESI


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES DEPKES JAKARTA III
2009

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunianya
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN TB PARU PADA ANAK.
Dalam menyusun makalah ini tidak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu memberikan pengarahan, masukan serta dukungan kepada
penulis. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
Ibu Ratna Ningsih, SKp, M. Kes, selaku dosen MA keperawatan Anak
Harapan penulis semoga bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis
mendapatkan imbalan yang setimpal dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa makalah ini dibuat dengan segala keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan, penulis menyadari sepenuhnya makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu
pada kesempatan ini penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, terutama profesi perawat sebagai sumbangan
pikiran dalam rangka meningkatkan mutu asuhan keperawatan.

Jakarta, 21 april 2009

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .....................................................................................
DAFTAR ISI

..............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

..............................................................

B. Tujuan Penulisan

..............................................................

C. Ruang Lingkup.

..............................................................

D. Metode Penulisan

..............................................................

E. Sistematika Penulisan

..............................................................

BAB II TINJAUAN TEORI TB. PARU PADA ANAK


A. Konsep Dasar ...............................................................................
1.

Anatomi Fisiologi Sisitem Pernapasan ................................

2.

Pengertian ............................................................................

3.

Etiologi ................................................................................

4.

Patofisiologi .........................................................................

5.

Tanda dan Gejala .................................................................

6.

Komplikasi ..........................................................................

7.

Pemeriksaan Diagnostik ......................................................

8.

Penatalaksanaan ...................................................................

B. Asuhan Keperawatan Pasien Ablasio Retina ...............................


1.

Pengkajian ...........................................................................

2.

Diagnosa Keperawatan Pada Anak dengan TB. Paru ..........

3.

Perencanaan..........................................................................

4.

Implementasi........................................................................

5.

Evaluasi ...............................................................................

6.

Discarge Planning ................................................................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .................................................................................
B. Saran ...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit tuberkulosis

adalah penyakit

yang sangat epidemik karena kuman

mikrobakterium tuberkulosa telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia. Program


penaggulangan secara terpadu baru dilakkan pada tahun 1995 melalui strategi DOTS
(directly observed treatment shortcourse chemoterapy), meskipun sejak tahun 1993 telah
dicanangkan kedaruratan global penyakit tuberkulosis. Kegelisahan global ini didasarkan
pada fakta bahwa pada sebagian besar negara di dunia, penyakit tuberkulosis tidak terkendali,
hal ini disebabkan banyak penderita yang tidak berhasil disembuhkan, terutama penderita
menular (BTA positif).
Pada tahun 1995, diperkirakan setiap tahun terjadi sekitar sembilan juta penderita dengan
kematian tiga juta orang (WHO, 1997). Di negara-negara berkembang kematian karena
penyakit ini merupakan 25 % dari seluruh kematian, yang sebenarnya dapat dicegah.
Diperkirakan 95 % penyakit tuberkulosis berada di negara berkembang, 75 % adalah
kelompok usia produktif (15-50 tahun). Tuberkulosis juga telah menyebabkan kematian lebih
banyak terhadap wanita dibandingkan dengan kasus kematian karena kehamilan, persalinan
dan nifas.
Di indonesia pada tahun yang sama, hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT)
menunjukkan bahwa penyakit tuberkulosis merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah
penyakit jantung dan penyakit infeksi saluran pernapasan pada semua kelompok usia, dan
nomor satu dari golongan penyakit infeksi. WHO memperkirakan setiap tahun menjadi
583.000 kasus baru tuberkulosis dengan kematian sekitar 140.000. secara kasar diperkirakan
setiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 130 penderita baru tuberkulosis dengan BTA
positif.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk memahami asuhan keperawatan dengan TB paru pada anak dengan
menggunakan proses keperawatan
2. Tujuan khusus
a.

Menjelaskan pengertian TB paru

b.

Menggambarkan anatomi fisiologi yang berhubungan dengan TB paru

c.

Menjelaskan etiologi penyakit TB paru

d.

Menjelaskan patofisiologi TB paru

e.

Mengidentifikasi tanda dan gejala TB paru

f.

Menjelaskan komplikasi yang terjadi pada TB paru

g.

Menjelaskan cara pemerikasaan diagnostik dan penatalaksanaan dari penyakit TB


paru

h.

Menjelaskan

proses

keperawatan:

pengkajian,

diagnose

keperawatan,

perencanaan, implementasi, evaluasi dan discarge planning.


C. Ruang Lingkup

Makalah ini dibuat berdasarkan tinjauan literatur text book


D. Metode Penulisan

Makalah ini menggunakan metode penulisan dengan studi literatur yang bersumber dari
text book dan browsing internet.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari tiga bab yang tersusun berdasarkan
sistematika sebagai berikut:
BAB I

Pendahuluan yang menguaraikan tentang latar belakang, ruang lingkup,


tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II

Tinjauan teoritis yang terdiri dari Konsep Dasar : Definisi TB pada anak,
Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan, Penyebab TB pada anak,
Patofisiologi, Tanda dan Gejala, Pemeriksaan Diagnostik, Penatalaksanaan
Medis, Komplikasi. Asuhan Keperawatan pada pasien dengan TB pada
anak.

BAB III

Penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosis, yaitu suatu bakteri tahan asam.
2. Anatomi fisiologi
Paru-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan. Dilapisi oleh
pleura yaitu parietal pleura dan visceral pleura. Di dalam rongga pleura terdapat cairan
surfaktan yang berfungsi untuk lubrikai. Paru kanan dibagi atas tiga lobus yaitu lobus
superior, medius dan inferior sedangkan paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus superior
dan inferior. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung pembuluh
limfe, arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar, sakkus alveolar dan alveoli.
Diperkirakan bahwa stiap paru-paru mengandung 150 juta alveoli, sehingga mempunyai
permukaan yang cukup luas untuk tempat permukaan/pertukaran gas.
Proses fisiologi pernafasan dimana 02 dipindahkan dari udara ke dalam jaringan
jaringan, dan C02 dikeluarkan keudara ekspirasi dapat dibagi menjadi tiga stadium.
Stadium pertama adalah ventilasi yaitu masuknya campuran gas-gas ke dalam dan keluar
paru-paru. Karena ada selisih tekanan yang terdapat antara atmosfer dan alveolus akibat
kerja mekanik dari otot-otot. Stadium kedua, transportasi yang terdiri dan beberapa aspek
yaitu : (1) Difusi gas antara alveolus dan kapiler paru-paru (respirasi eksternal) dan antara
darah sistemik dan sel.-sel jaringan (2) Distribusi darah dalam sirkulasi pulmonal dan
penyesuaiannya dengan distribusi udara dalam alveolus. (3) Reaksi kimia dan fisik dari
02 dan C02 dengan darah respimi atau respirasi interna merupakan stadium akhir dari
respirasi, yaitu sel dimana metabolik dioksida untuk mendapatkan energi, dan C02
terbentuk sebagai sampah proses metabolisme sel dan dikeluarkan oleh paru-paru (4)
Transportasi, yaitu. tahap kedua dari proses pernapasan mencakup proses difusi gas-gas
melintasi membran alveolus kapiler yang tipis (tebalnya kurang dari 0,5 urn). Kekuatan
mendorong untuk pemindahan ini adalah selisih tekanan parsial antara darah dan fase
gas. (5) Perfusi, yaitu pemindahan gas secara efektif antara. alveolus dan kapiler paru-

paru membutuhkan distribusi merata dari udara dalam paru-paru dan perfusi (aliran
darah) dalam kapiler dengan perkataan lain ventilasi dan perfusi. dari unit pulmonary
harus sesuai pada orang normal dengan posisi tegak dan keadaan istirahat maka ventilasi
dan perfusi hampir seimbang kecuali pada apeks paru-paru.
Secara garis besar bahwa Paru-paru memiliki fungsi sebagai berikut:
(1) Terdapat permukaan gas-gas yaitu mengalirkan Oksigen dari udara atmosfer kedarah
vena dan mengeluarkan gas carbondioksida dari alveoli keudara atmosfer.
(2) menyaring bahan beracun dari sirkulasi
(3) reservoir darah
(4) fungsi utamanya adalah pertukaran gas-gas
3. Etiologi
a. Mycobacterium tuberculosa
b. Mycobacterium bovis
c. Factor-faktor yang menyebabkan

seseorang

terinfeksi

oleh

mycobacterium

tuberculosis:
1) Herediter: resistensi seseorang terhadap infeksi kemungkinan diturunkan secara
genetic
2) Jenis kelamin: pada akhir masa kanak-kanak dan remaja, angka kematian dan
kesakitan lebih banyak terjadi pada anak perempuan
3) Usia: pada masa bayi kemungkinan terinfeksi sangat tinggi
4) Pada masa puber dan remaja dimana terjadi masa pertumbuhan yang cepat,
kemungkinan infeksi cukup tinggi karena diit yang tidak adekuat
5) Keadaan stress: situasi yang penuh stress (injury atau penyakit, kurang nutrisi,
stress emosional, kelelahan yang kronik)
6) Meningkatnya sekresi steroid adrenal yang menekan reaksi inflamasi dan
memudahkan untuk penyebarluasan infeksi
7) Anak yang mendapatkan terapi kortikosteroid keungkinan terinfeksi lebih mudah
8) Nutrisi: status nutrisi yang kurang
9) Infeksi berulang: HIV, measles, pertusis
10) Tidak mematuhi aturan pengobatan
4. Patofisiologi
a. Masuknya kuman tuberculosis ke dalam tubuh tidak selalu menimbulkan penyakit.
Infeksi dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya basil tuberculosis serta daya tahan
tubuh manusia.
b. Segera setelah menghirup basil tuberculosis hidup ke dalam paru-paru, maka terjadi
eksudasi dan konsolidasi yang terbatas disebut focus primer. Basil tuberculosis akan

menyebar, histosit mulai mengangkut organisme tersebut ke kelenjar limpe regional


melalui saluran getah bening menuju kelenjar regional sehingga terbentuk komplek
primer dan mengadakan reaksi eksudasi terjadi sekitar 2-10 minggu (6-8 minggu)
pasca infeksi.
c. Bersamaan dengan terbentuknya kompleks primer terjadi pula hypersensitivitas
terhadap tuberkuloprotein yang dapat diketahui melalui uji tuberculin. Masa
terjadinya infeksi sampai terbentuknya kompleks primer disebut masa inkubasi.
d. Pada anak yang lesi, dalam paru dapat terjadi dimanapun terutama di perifer dekat
pleura, tetapi lebih banyak terjadi di lapangan bawah paru disbanding dengan
lapangan atas. Juga terdapat pembesaran kelenjar regionl serta penyembuhannya
mengarah ke klasifikasi dan penyebarannya lebih banyak terjadi melalui hematogen.
e. Pada reaksi radang dimana leukosit polimorfonuklear tampak pada alveolidan
memfagosit bakteri namun tidak membunuhnya. Kemudian basil menyebar ke limfe
dan sirkulasi. Dalam beberapa minggu limposit T menjadi sensitive terhadap
organisme TBC dan membebaskan limfokim yang merubah makrofag dan
mengaktifkan makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan
timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan
sendirinya, sehingga tidak ada sisia nekrosisi yang tertinggal atau proses dapat
berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak dalam sel. Makrofag
yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga
membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit. Nekrosis pada bagian
sentral lesi memberikan gambaran yang relative padat seperti keju, yang disebut
nekrosis kaseosa.
f. Terdapat tiga macam penyebaran secara pathogen pada tuberculosis anak; Penyebaran
hematogen tersembunyi yang kemudian mungkin timbul gejala atau tanpa gejala
klinis, penyebaran hematogen umum, penyebab milier, biasanya terjadi sekaligus dan
menimbulkan gejala akut, kadang-kadang kronis, penyebaran hematogen berulang
M. tuberculosis terhirup dari udara
M. bovis masuk ke paru-paru
Menempel pada bronchiole atau alveolus
Memperbanyak setiap 18-24 jam

Proliferasi sel epitel di sekeliling basil dan membentuk dinding antara


Basil dan organ yang terinfeksi (tuberkel)
Basil menyebar melalui kelenjar getah bening meneuju kelenjar regional
Dan menimbulkan reaksi eksudasi
Lesi primer menyebabkan kerusakan jaringan
Meluas ke eluruh paru-paru (bronchi atau pleura)
Erosi pembuluh darah
Basil menyebar ke daerah yang dekat dan jauh (TB milier)
Tulang

ginjal

otak

5. Tanda dan Gejala


Tuberculosis pada anak-anak seringkali tidak menimbulkan gejala khusus. Gejala
utama TB pada orang dewasa adalah batuk berdahak yang terus menerus selama 3
minggu atau lebih. Sayangnya, pada anak-anak, umumnya batuk lama bukan gejala
utama TB. Batuk lama, juga bisa manifestasi dari alergi.
Menurut Pedoman Nasional Tuberkulosis (2002), gejala umum TB pada anak-anak
adalah sebagai berikut :
a. Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas dan tidak naik
dalam 1 bulan meskipun sudah dengan penanganan gizi yang baik.
b. Nafsu makan tidak ada (anorexia) dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik
(failure to thrive) dengan adekuat.
c. Demam lama/berulang tanpa sebab yang jelas, setelah disingkirkan kemungkinan
penyebab lainnya (bukan tifus, malaria atau infeksi saluran nafas akut). Dapat juga
disertai keringat malam.
d. Pembesaran kelenjar getah bening yang tidak sakit, di leher, ketiak dan lipatan paha.
e. Gejala dari saluran nafas, misalnya batuk lama lebih dari 30 hari (setelah disingkirkan sebab
lain dari batuk), nyeri dada ketika bernafas atau batuk.

f. Diare persisten

6. Komplikasi
a. Meningitis
b. Spondilitis
c. Pleuritis
d. Bronkopneumoni
e. Atelektasis
7. Pemeriksaan Diagnostic
a. Pemeriksaan fisik
b. Riwayat penyakit: riwayat kontak dengan individu yang terinfeksi penyakit
c. Reaksi terhadap tes tuberculin: reaksi tes positif (diameter = 5 mm) menunjukkan
adanya infeksi primer
d. Radiologi: terdapat kompleks primer dengan atau tanpa perkapuran, pembesaran
kelenjar paratrakeal, penyebaran milier, penyebaran bronkogen, atelektasis, pleuritis
dengan efusi, cairan asites
e. Kultur sputum: kultur bilasan lambung atau sputum, cairan pleura, urin, cairan
serebrospinal, cairan nodus limfe ditemukan basil tuberculosis.
f. Patologi anatomi: dilakukan pada kelenjar getah bening, hepar pleura, peritoneum,
kulit ditemukan tuberkel dan basil tahan asam
g. Uji BCG: reaksi positif jika setelah mendapat suntikan BCG langsung terdapat reaksi
local yang besar dalam waktu kurang dari 7 hari setelah penyuntikan
h. Infeksi TB: hanya diperlihatkan oleh skin tes tuberculin positif
i. Penyakit TB: gambar radiologi positif, kultur sputum positif dan adanya gejala-gejala
penyakit.
8. Penatalaksanaan
a. Nutrisi adekuat
b. Kemoterapi: pemberian terapi pada tuberculosis didasarkan pada 3 karakteristik basil,
yaitu basil yang berkembang cepat di tempat yang kaya akan oksigen, basil yang
hidup dalam lingkungan yang kurang oksigen berkembang lambat dan dorman hingga
beberapa tahun, basil yang mengalami mutasi sehingga resisten terhadap obat.
Isonized (INH) bekerja sebagai bakterisidal terhadap basil yang tumbuh aktif,
diberikan selama 18-24 bulan, dosis 10-20 mg/kgbb/hari melalui oral. Selanjutnya
kombinasi antara INH, rimfapizin, dan pyrazinamid (PZA) diberikan selama 6 bulan.
Selama dua bulan pertama obat diberikan setiap hari, selanjutnya obat diberikan dua
kali dalam satu minggu. Obat tambahan antara lain streptomycin (diberikan
intramuscular) dan enthambutol. Terapi kortikosteroid diberikan bersamaan dengan

obat antituberkulosis, untuk mengurangi respon peradangan, misalnya pada


meningitis.
c. Pembedahan: dilakukan jika kemoterapi tidak berhasil. Dilakukan dengan
mengangkat jaringan paru yang rusak, tindakan ortopedi untuk memperbaiki kelainan
tulang, bronkoskopi untuk mengangkat polip granulomatosa tuberculosis atau untuk
reseksi bagian paru yang rusak.
d. Pencegahan: menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi basil tuberculosis,
mempertahankan status kesehatan dengan intake nutrisi yang adekuat, meminum susu
yang sudah dilakukan pasteurisasi, isolasi jika pada analisa sputum terdapat bakteri
hingga dilakukan kemoterapi, pemberian imunisasi BCG untuk meningkatkan daya
tahan tubuh terhadap infeksi oleh basil tuberculosis virulen.
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengkajian keperawatan: riwayat kontak dengan individu yang terinfeksi, penyakit
yang pernah di derita sebelumnya.
b. Kaji adanya gejala-gejala panas yang naik turun dan dalam jangka waktu lama, batuk
yang hilang timbul, anoreksia, lesu, kurang napsu makan, hemoptysis.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko penyebarluasan infeksi berhubungan dengan organisme virulen
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan jaringan paru
c. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan adanya batuk, nyeri dada
d. Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya secret
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anorexia
f. Gangguan aktivitas diversional berhubungan dengan isolasi dari kelompok sebaya
3. Perencanaan
a. Perluasan infeksi tidak terjadi
b. Anak menunjukkan tanda-tanda pertukaran gas yang adekuat
c. Anak menunjukkan tanda-tanda pola nafas efektif
d. Anak akan menunjukkan jalan nafas yang efektif
e. Anak menunjukkan tanda-tanda terpenuhinya kebutuhan nutrisi
f. Anak dapat melakukan aktivitas sesuai dengan usia dan tugas perkembangan selama
menjalani isolasi dari teman sebaya atau anggota keluarga

4. Implementasi
a. Mencegah perluasan infeksi tidak terjadi
1) Tempatkan anak pada ruang khusus
2) Pertahankan isolasi yang ketat di rumah sakit pada anak dengan TB aktif
3) Gunakan prosedur perlindungan infeksi jika melakukan kontak dengan anak

4) Melakukan uji tuberculin dan memberikan penilaian hasil uji tersebut, mengambil
bahan untuk pemeriksaan bakteri (analisa bilasan lambung pada anak yang masih
sangat muda)
5) Berikan antituberkulosis sesuai order
b. Meningkatkan pertukaran gas yang adekuat
1) Memonitor tanda-tanda vital
2) Mengobservasi adanya sianosis pada mulut
3) Mengjkaji irama, kedalaman, dan ekspansi pernafasan
4) Melakukan auskultasi suara nafas dan mendokumentasikan adanya suara
abnormal (ronki, wheezing)
5) Mengajarkan cara bernafas efektif
6) Memberikan oksigen sesuai indikasi
7) Memonitoring hasil analisa gas darah
c. Dan d. meningkatkan pola nafas yang efektif dan kepatenan jalan nafas
1) Mengkaji ulang status pernafasan (irama, kedalaman, suara nafas, penggunaan
otot bantu pernafasan, bernafas melalui mulut)
2) Mengkaji ulang tanda-tanda vital (denyut nadi; irama dan frekuensi)\
3) Memberikan posisi tidur semi fowler/ fowler
4) Membantu klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari sesuai

dengan

kemampuannya
5) Menganjurkan anak untuk banyak minum
6) Memberikan oksigen sesuai indikasi
7) Memberikan obat-obat yang dapat meningkatkan efektifnya jalan nafas (seperti
bronkodilator, antikoligernik, dan anti peradangan)
e. Memenuhi kebutuhan nutrisi
1) Kaji ketidakmampuan anak untuk makan
2) Ijinkan anak untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi anak, rencanakan
untuk memperbaiki
f. Membantu memenuhi kebutuhan aktivitas

sesuai dengan usia dan tugas

perkembangan
5. Evaluasi
a. Mencegah perluasan infeksi tidak terjadi
b. Meningkatkan pertukaran gas yang adekuat
c. Dan d. meningkatkan pola nafas yang efektif dan kepatenan jalan nafas
e. Memenuhi kebutuhan nutrisi
f. Membantu memenuhi kebutuhan aktivitas sesuai dengan usia dan tugas
perkembangan
6. Discarge Planning
a. Memberi penyuluhan tatacara memberi obat
b. Memberi penyuluhan agar meminum obat secara teratur dan samapi jangka waktu
yang telah ditentukan

c. Batasi aktifitas
d. Menganjurkan memakan makanan yang bergizi

BAB III
PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

Vous aimerez peut-être aussi