Vous êtes sur la page 1sur 11

BAHAN DISKUSI

MODUL BEDAH MINOR

ALVEOLEKTOMI

Nama

: Lisa Desriani

BP

: 1110343018

Pembimbing

: drg. Harfindo, Sp.BM

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ANDALAS
2016

BAB I
PENDAHULUAN
Dengan meningkatnya penduduk berusia lanjut, bedah preprostetik menjadi bidang
yang semakin penting dalam praktek kedokteran gigi. Bedah preprostetik tersebut bisa berupa
prosedur yang sederhana misalnya kompresi dan molding digital dari alveolus sesudah
pencabutan gigi, atau prosedur pembedahan rehabilitatif yang relatif luas seperti penambahan
linggir (ridge), dan pemasangan implan. Bedah preprostetik adalah bidang yang secara nyata
memanfaatkan perkembangan teknologi. Secara pesat semakin berkembang didukung oleh
perkembangan bahan, peralatan, teknik, serta meningkatnya permintaan masyarakat
(Pedersen GW, 1996).
Istilah alveolektomi telah lama dikenal untuk menguragi tulang alveolar dengan porsi
yang tepat sehingga dapat diperoleh akses ke periapikal serta untuk mempetersiapkan linggir
alveolar pada pembuatan protesa. konsep ini telah mengubah pemikiran kita bahwa walaupun
retensi protesa diperoleh dari hubungannya dengan mukosa jaringan lunak untuk protesis,
kestabilan suatu protesa merupakan hasil dari pondasi tulang di bawahnya (Doku H.C, 1985).
Alveolektomi merupakan salah satu jenis bedah preprostetik untuk jaringan keras.
Alveolektomi adalah pengurangan tulang soket dengan cara mengurangi plate labial atau
bukal dari prosessus alveolaris dengan pengambilan septum interdental dan interadikuler.
Alveolektomi juga dapat diartikan sebagai tindakan bedah radikal untuk mereduksi atau
mengambil prosessus alveolaris disertai dengan pengambilan septum interdental dan
interadikuler sehingga bisa dilaksanakan aposisi mukosa. Alveolektomi bertujuan untuk
mempersiapkan alveolar ridge sehingga dapat menerima gigi itruan. Tindakan ini meliputi
pembuangan undercut atau cortical plate yang tajam; mengurangi ketidakteraturan puncak
ridge atau elongasi; dan menghilangkan eksostosis (Anonim).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Alveolektomi
Alveolektomi adalah suatu tindakan bedah yang radikal untuk mereduksi
ataumengambil processus alveolaris sehingga bisa dilakukan aposisi mukosa yaitu
prosedur yang dilakukan untuk mempersiapkan lingir sebelum dilakukan terapi radiasi.
(Pederson,1996). Alveolektomi adalah bedah eksisi dari processus alveolaris yang dilakukan di
dalamrahang yang akan terkena radiasi selama proses perawatan neoplasma maligna
(Archer,1997). Sedangkan definisi alveolektomi menurut Sandira (2009), adalah
pengurangantulang soket dengan cara mengurangi plate labial/bukal dari prosessus alveolar
dengan pengambilan septum interdental dan interadikuler. Atau tindakan bedah radikal
untuk mereduksi atau mengambil procesus alveolus disertai dengan pengambilan
septuminterdental dan inter radikuler sehingga bisa di laksanakan aposisi mukosa.
2.

Etiologi Alveolektomi

Prinsip

di

dalam

alveolektomi

yaitu

mengurangi

sebagian

tulang

alveolar

untuk mempercepat proses penyembuhan dan untuk stabilitas. Alveolektomi


menjadi suatu langkah perawatan dalam bedah minor karena adanya undercut ,
ketidakteraturan, dan ketajaman tulang alveolar (Fragiskos, 2007).
3.

Indikasi dan Kontraindikasi Alveolektomi

Berikut ini merupakan indikasi alveolektomi:


1.

Kasus proyeksi anterior yang berlebih pada alveolar ridge di maxilla (Wray
etal,2003) atau untuk pengurangan prosesus alveolaris yang mengalami

2.

elongasi(Thoma, 1969)
Gigi dengan abses yang perlu dihilangkan pus nya.

3.

R a h a n g ya n g p e r l u d i p r e p a r a s i u n t u k t u j u a n p r o s t e t i k ya i t u

4.

u n t u k m e m p e r k u a t stabilitas dan retensi gigi tiruan


Alveolar ridge yang runcing yang dapat menyebabkan neuralgia, protesa

5.

tidak stabil, protesa sakit pada waktu dipakai.


Tuberositas yang perlu dihilangkan untuk mendapatkan protesa yang

6.
7.
8.
9.
10.

stabil danenak dipakai


E k s i s i e k s o s t o s i s (Thoma, 1969).
Penghilangan interseptalbone disease.
Perlunya menghilangkan undercut
Perlunya space inter maksilaris yang diharap.
Keperluan perawatan ortodontik, bila pemakaian alat ortho tidak maksimal

11.

makadilakukan alveolektomi.
Penyakit periodontal yang parah yang mengakibatkan kehilangan sebagian

12.

keciltulang alveolarnya.
Ekstraksi gigi yang traumatik maupun karena trauma eksternal.

Berikut ini merupakan kontra indikasi alveolektomi:


1. P a s i e n d e n g a n p e n ya k i t s i s t e m i k .
2. Periostitis
3. Periodontitis
Kunci penting guna berhasilnya suatu rehabilitatif prostetik tergantung pada
konstruksi basis edentulous, adapun kondisi basis edentulous yang ideal adalah (Pederson
GW, 1996):
1. Linggir pada mandibular dan maksila cembung dan luas
2. Jaringan lunak pada daerah yang akan mendukung protesa misalnya, linggir alveolar
sisa, tidak bergerak.
3. Vestibulum fasial dan lingual cukup dalam sehingga memberi tempat yang cukup
untuk menempatkan perluasan sayap protesa
4. Hubungan antar linggir yang baik
5. Bentuk palatum melengkung
6. Hamular notch cukup luas
7. Dukungan tulang yang memadai
8. Tidak ada jaringan lunak yang mempunyai ketebalan berlebihan.
9. Tidak ada jaringa parut pada linggir.
10. Tidak ada undercut/ tonjolan permukaan yang ekstrim
11. Perlekatan otot tidak terlalu tinggi
12. Linggir berbentuk U dan tidak berbentuk V atau berlinggir tajam seperti pisau

BAB III
LAPORAN KASUS

3.1

Data Pasien
Tanggal

: 24 Agustus 2016

Nama

: Fardy

Agama

: Islam

Telp

:-

Sex

: Laki-laki

Usia

: 63 tahun

Alamat

: Padang Pasir 9 no. 34A

Pekerjaan : Pensiunan PNS


Status

3.2

: Menikah

Data Umum Pasien


Riwayat Penyakit Sistemik
Penyakit jantung

: YA /TIDAK

Hipertensi

: YA/ TIDAK

Diabetes Melitus

: YA/TIDAK

Asma/Alergi

: YA/ TIDAK

PenyakitHepar

: YA/TIDAK

Kelainan GIT

: YA/TIDAK

Penyakit Ginjal

: YA/TIDAK

Kelainan Darah

: YA/TIDAK

Lain-lain

: YA/TIDAK : Maag

Riwayat Penyakit Terdahulu


Tidak Ada
Kondisi Umum
Keadaan umum

: baik

Kesadaran

: compos mentis

Suhu

: tidak dilakukan

Tensi

: 130/90 mmHg

Pernapasan

: tidak dilakukan

Nadi

: tidak dilakukan

3.3 Pemeriksaan Subjektif


1. Chief Complaint :
Pasien ingin dibuatkan gigi tiruan dan mengeluhkan gusi bengkak seperti tulang
menonjol pada gigi depan bawah
2. Present Illness :

Pasien mengeluhkan terdapat tulang yang menonjol di gigi depan bawah sejak 3
tahun yang lalu, pasien baru saja melakukan pencabutan gigi sekitar 3 bulan yang
lalu, dirasakan pada daerah bekas pencabutan yang terasa seperti ada tulang menonjol
dan tajam sehingga mengganggu pasien saat makan. pasien belum pernah mengobati
keluhannya.
3. Past Dental History :
Pasien pernah melakukan pencabutan dan penambalan gigi ke dokter gigi
4. Past Medical History :
Pasien pernah dirawat di rumah sakit dan dioperasi karena mengalami masalah
pada kelenjar prostat, pasien adalah penderita asma selama 18 tahun.
5. Family History :
Keluarga pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik
6. Social History :
Pasien seorang pensiunan PNS
3.4

Pemeriksaan Objektif
1. Pemeriksaan Ekstra Oral
a. Profil
: Cekung
b. Kelenjar Limfe
Submandibula

: Kiri

: tidak teraba, tidak sakit

: Kanan : tidak teraba, tidak sakit


Submental

: Kiri

: tidak teraba, tidak sakit

: Kanan : tidak teraba, tidak sakit


Sublingual

: Kiri

: tidak teraba, tidak sakit

: Kanan : tidak teraba, tidak sakit


c. Bibir : tidak ada kelainan
d. Wajah : simetris
e. Lain- lain
: tidak ada kelainan
2. Pemeriksaan Intra Oral
a. Kebersihan mulut : baik, kalkulus - , Plak +, Stain b. Gingiva
: tidak ada kelainan
c. Mukosa
: tidak ada kelainan
d. Palatum
: tidak ada kelainan
e. Frenulum
: tidak ada kelainan

f. Lidah

:terdapat selaput berwana putih kekuningan pada

g. Dasar mulut

dorsum
lidah
: tidak ada kelainan

3. Status Gigi Geligi


18
13 X
12 11
22 X
23 X
24 X25 X
26 X
27 X
28
X 17
X 16 15 14
X X
X 21
X X
48
X 47
X 46 X45 X44 X43 X42 X41 X
31 X32 X33 X34X35 X36 X37 X38

3.5

Diagnosa
Diagnosa untuk kasus ini adalah eksostosis pada regio anterior mandibula

3.6

Rencana Perawatan
Rencana perawatan untuk kasus eksostosis ini adalah alveolektomi.

3.7

Prognosa
Prognosa kasus ini baik, dikarenakan kondisi umum pasien baik, pasien kooperatif,

dan tulang yang direduksi tidak banyak.


3.9

Alat dan Bahan


Alat :
Diagnostic set
Spuit
Scalpel
Blade no. 15
Rasparatorium
Handpiece dan bur tulang
Bone file
Pinset jaringan
Needle holder
Needle
Gunting jaringan
Gunting benang
Suction
Duk lobang steril
Bahan :

Betadine
Betadine obat kumur
Pehacain
Kain kassa
Tampon
Cotton pelet
Cotton roll
Benang 3-0 silk
Aquadest/saline
Surgical handscoen
Masker
3.10

Prosedur Bedah

1.
2.

Penandatanganan informed consent.


Sterilisasi daerah kerja dengan menggunakan cotton pelet dan cotton roll yang

3.

diolesi povido iodine.


Anestesi infiltrasi 0,5 cc pada bagian labial yaitu di sekitar fornix kaninus kanan dan
insisivus sentral kanan. Bagian lingual dilakukan anestesi blok mandibular pada
nervus alveolaris inferior 0,5-1 cc dan ditambah dengan infiltrasi 0,5 cc di sekitar

4.
5.

daerah kerja
Tunggu +1 menit sampai anstesi berjalan sebelum dilakukan tindakan.
Insisi untuk membuat flap mukoperiosteum dengan menggunakan scalpel dan blade
nomor 15. Insisi yang digunakan pada kasus ini adalah insisi horizintal. Insisi dibuat
agak sedikit ke arah labial, tidak di puncak linggir karena tulang yang akan
dikurangi terdapat pada bagian labial.

6.
7.

Gambar 1. Insisi dengan Menggunakan Blade No. 15


Flap dibuka dengan rasparatorium sampai tonjolan tulang yang akan dibuang terlihat.
Lakukan pengambilan tulang dengan menggunakan bone file dan bur tulang

8.

Selama prosedur pengambilan tulang daerah kerja harus diirigasi dengan menggunakan

9.

aquadest.
Setelah pengambilan tulang cukup, tulang dihaluskan dengan menggunakan bone file.

Cek kembali dengan menggunakan jari telunjuk apakah masih ada bagian yang tajam.
10. Sebelum dilakukan penjahitan, flap dibersihkan dengan menggunakan kembali dengan
menggunakan aquadest agar sisa tulang terbuang dan diirigasi juga dengan povidon
iodine.
11. Reposisi flap, jika ada kelebihan jaringan (overlap) dapat dikurangi dengan
menggunakan gunting jaringan atau blade no. 15, setelah itu ratakan jaringan lunak
tersebut kembali ke tempatnya dengan jari telunjuk.
12. Lakukan penjahitan dengan menggunakan teknik interrupted suture. Pada kasus ini, flap
dijahit dengan menggunakan 3 simpul.

Gambar 2. Penjahitan dengan Teknik Interrupted Suture


13. Pasien diinstruksikan untuk menggigit tampon.
14. Pasien diberi intruksi pasca bedah dan kontrol pada hari ke tujuh, jika tidak ada masalah
jahitan dapat dibuka.

3.11

Pasca Bedah
1. Medikasi
a. Antibiotik
R/ Tab Cefadroxil 500 mg No. XV
S2dd tab 1 pc
b. Analgetik
R/ Tab Neuralgin 500 mg No. X
S3dd tab 1 pc

2. Instruksi Pasca Bedah


a. Gigit tampon selama setengah jam, jika tampon basah dapat diganti dengan
tampon baru.
b. Jangan berkumur-kumur dan makan minum panas.
c. Jangan merokok dulu ataupun menghisap-hisap daerah yang dilakukan
alveoktomi.
d. Jangan menggunakan bagian yang dilakukan prosedur alveolektomi untuk
mengunyah.
e. Jika terjadi pembengkakan, bagian wajah dekat daerah pembedahan dapat
dikompres dengan air es.

DAFTAR PUSTAKA
1. Archer H, 1997, Oral Maxillofacial Surgery Volume One, 5th Edition, Jakarta: EGC
2. Doku H.C., Alveoplasties and Soft Tissue Surgery In Edentulous Patiens: Clinical
3.
4.
5.
6.

Dentistry. Vol. 3. Philadelphia 1985


Pedersen, G.W. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut (terj.). Jakarta, EGC
Fragiskos, FD. 2007. Oral Surgery. Berlin: Springer.
Thoma, KH, 1969, Oral Surgery, Saint Louis: Mosby.
Wray D, Stenhouse D, Lee D, Clark AJE. 2003. Textbook of General and Oral
Surgery. NewYork: Churchill Livingstone

Vous aimerez peut-être aussi