Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
(DEEP FRYING)
A. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum acara XX Deep Frying adalah :
1
B. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Teori
Deep-frying, adalah metode menggoreng dengan minyak berjumlah
banyak sehingga semua bagian makanan yang digoreng terendam di dalam
minyak panas. Deep frying diklasifikasikan ke dalam metode memasak
kering sebab tidak ada air yang digunakan dalam proses memasak tersebut.
Deep-frying banyak digunakan untuk mendapatkan hasil penggorengan
yang optimal. Deep frying secara meluas telah banyak digunakan oleh
industri pangan dengan menggunakan alat yang lebih canggih yaitu
pressure fryer atau vacuum fryer (Mulyatiningsih, 2007).
Waktu penggorengan tergantung pada proses pindah panas dari
minyak goreng ke produk. Pindah panas dari minyak ke produk tergantung
pada suhu minyak disekitar produk. Suhu minyak di sekitar produk di
pengaruhi oleh desain penggoreng yaitu tinggi minyak dalam penggoreng
dan desain elemen pemanas. Penempatan sebagian elemen pemanas di
bagian atas penggoreng akan mempengaruhi pergerakan minyak dalam
penggoreng (Tandilittin, 2008).
Bila penggorengan terus dilakukan panas akan mencapai bagian
dalam dari bahan pangan tersebut, maka air pada bagian dalam bahan
benar terendam oleh minyak atau lemak. Teknik ini dapat digunakan oleh
berbagai bahan makanan termasuk daging dan unggas, ikan, sayur
sayuran dan buah. Bahan makanan yang dalam keadaan beku dapat
langsung dimasak dengan metode ini (Leszczyski, 2004).
Makanan yang dimasak dengan teknik ini memiliki karakteristik
yang berbeda dengan memasak dengan teknik basah. Pada metode kering
ini karena dipanaskan dalam suhu tinggi maka akan terjadi perubahan
tekstur, warna serta rasanya. Pada proses pengolahan pada metode deep
frying ini beberapa kandungan gizi akan rusak, tetapi kandungan energinya
akan tinggi karena mengandung lemak. Proses deep frying juga biasanya
lebih sedikit kehilangan kandungan vitamin yang larut dalam air, karena
dalam proses ini tidak terdapat air yang melarutkan. Sebagai contoh,
keripik kentang lebih banyak mengandung vitamin C dibandingkan
kentang rebus (Eduardo, 2013).
Pada umumnya deep frying memiliki 2 cara. Cara pertama, bahan
makanan dimasak langsung. Dan cara kedua yaitu bahan makanan
dimasak 2 cara, langkah pertama biasa disebut dengan (blanching) yaitu
makanan di masak dengan suhu rendah untuk menyakinkan bahwa bagian
tengah makanan telah matang sehingga pada saat dimatangkan warna dan
kematangannya seimbang. Contohnya : dalam pembuatan chip potato,
dimana kentang digoreng dalam minyak dengan api kecil hingga setengah
matang, lalu dikeluarkan dan dikeringkan dengan tise atau lap dan
kemudian digoreng kembali hingga kering. Biasanya proses blanching ini
digunakan untuk memasak chiken drumstick, maupun ikan goreng
(Akpa and Dagde, 2012).
Proses pemasukan berlangsung oleh penetrasi panas dari minyak
yang masuk kedalam bahan pangan. Proses pemasakan ini dapat
mengubah atau tidak merubah karakter bahan pangan, tergantung dari
bahan pangan yang diperoleh. Hasil gorengan yang berukuran tipis seperti
kripik merupakan pengecualian. Permukaan lapisan luar (outer zone
surface) akan berwarna coklat keemasan akibat penggorengan atau yang
dan
waktu
penggorengan,
bila
terlalu
tinggi
suhu
penggorengannya
dan
sebaliknya.
Perlakuan
sebelum
DAFTAR PUSTAKA
Akpa and Dagde. 2012. Modification Of Cassava Starch For Industrial Uses.
Journal Of Engineering and Technology. Vol. 2 No. 6 : 913-914.
Ani, Nurma. 2004. Pengaruh Konsentrasi Paclobutrazol Dan Urea Pada Stek
Kentang Terhadap Produksi Tuberlet Varietas Granola. Jurnal Penelitian
Bidang Ilmu Pertanian. Vol. 2, No. 1: 29-31.
Aniedu and Omodamiro. 2012. Use Of Newly Bred -Carotene In Production Of
Value-Added Products: Implication For Food Security In Nigeria. Global
Journal Of Science Frontier Research Agriculture And Veterinary Science.
Vol. 12 No.10.
Eduardo. 2013. Effect Of Cassava Flour Characteristics On Porperties OF
Cassava-Wheat-Maize Composite Bread Types. International Journal Of
Food Science. Vol. 2013 : 1-2.
Endang Mulyatiningsih. 2007. Teknik-teknik Dasar Memasak. Yogyakarta.
Herawati, Heny. 2010. Potensi Pengembangan Produk Pati Tahan Cerna Sebagai
Pangan Fungsional. Jurnal Litbang Pertanian : 31-32.
Kadarisman. 2011. Peningkatan Laju Pertumbuhan Dan Produktivitas Tanaman
Kentang (Solanum Tuberosum L.) Melalui Spesifikasi Variabel Fisis
Gelombang Akustik Pada Pemupukan Daun ( Melalui Perlakuan Variasi
Peak Frekuensi). Jurnal Fisika. Vol. 1, No.2: 1-3.
Ketaren. S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. UI Press. Jakarta.
Leszczyski, Wactaw. 2004. Resistant Starch Classification, Sturcture,
Production. Polish Journal Of Food And Nutrtion Sciences. Vol. 13 No. 54 :
37-39.
Ngili, Yohanis. 2013. Biokimia Dasar. Rekayasa Sains. Bandung.
Richana dan Sunarti. 2004. Karakterisasi Sifat Fisikokimia Tepung Umbi Dan
Tepung Pati Dari Umbi Ganyong, Suweg, Ubi kelapa dan Gembili. Jurnal
Pascapanen. Vol. 1 No.1 : 29-30.
Sadiyah SE, Chalimatus dan Herliana STP, Ersi. 2009. Membuat Kripik Tempe
Aneka Rasa. Penerbit Swadaya. Bogor.
Sakidja. 1989. Kimia Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Sartika. R.A.D. 2009. Pengaruh Suhu dan Lama Proses Menggoreng (Deep
Frying) Terhadap Pembentukan Asam Lemak Trans. Makassar, Sains. Vol.
13, no. 1, April 2009 : 23-28. CV Yasaguna. Jakarta.
Suhardjo dan Kusharto. 1992. Prinsip Prinsip Ilmu Gizi. Kanisius. Yogyakarta.
Tandililitan. H. 2008. Desain dan Uji Penggoreng Open Deep Frying dengan
Perubahan Posisi Elemen Pemanas. Tesis IPB. Bandung.
Therdthai, Nantawan and Jangchud, Anuvat. 2007. Optimization of Vacuum
Frying Condition for Shallot. Kasetsart J. (Nat. Sci). Vol 41 (338-342).
Winarno, 1980. Pengantar Teknologi Pangan. Gramedia. 1980. Jakarta.
Yusrin dan Mukaromah. 2010. Proses Hidrolisis Onggok Dengan Variasi Asam
Pada Pembuatan Ethanol. Jurnal Unimus : 20-22.