Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa kami dapat
menyelesaikan makalah tentang penyakit Tuberkulosis (TB) Paru.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan tugas ini, atas semua bantuan bimbingan dan kemudahan yang telah diberikan
kepada kami dalam menyelesaikan makalah ini. Meskipun telah berusaha, namun ini masih
belum sempurna, sehingga kritik, koreksi dan saran dari semua pihak untuk menyempurnakan
makalah kami selanjutnya senantiasa akan kami terima.
Dalam menyelesaikan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada
pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini khususnya kepada :
1. Ns. Achmad Rifat, S.Kep, selaku Kepala Ruangan Jamrud (Paru) RSUD. Dr. H. Moch Ansari
Saleh Banjarmasin.
2.
Ns. Winda Ayu Fazraningtyas S.Kep dan Ns. Onieqie Ayu Dhea Manto, S.Kep selaku
pembimbing (CT).
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu penyakit menular yang ada adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri
mycrobacterium tuberculosis (TB), sebagian TB umumnya menyerang paru-paru namun juga
dapat menyerang organ lainnya. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam, sehingga
dikenal dengan Basil Tahan Asam (BTA). Penyakit ini dapat menyerang pada semua orang, baik
anak-anak maupun orang dewasa. Penyakit ini sangat mudah ditularkan pada orang lain, bakteri
mycrobacterium tuberculosis masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara pernafasan kedalam
paru, kemudian bakteri tersebut dapat menyebar dari paru-paru ke bagian tubuh lainnya melalui
peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas (bronkus) atau menyerang langsung ke
bagian tubuh lainnya.
TB paru merupakan bentuk yang paling sering dijumpai yaitu sekitar 80% dari semua
penderita TB yang menyerang jaringan paru ini merupakan satu-satunya bentuk dari TB yang
dapat menular. Secara global, angka kejadian kasus TBC 128 per 100.000 penduduk.
TB merupakan salah satu masalah kesehatan penting di indonesia. Selain itu, Indonesia
menduduki ke-3 negara dengan jumlah penderita TB terbanyak di dunia setelah India dan China.
Jumlah pasien TB di Indonesia adalah sekitar 5,8% dari total jumlah pasien TB dunia. Di
Indonesia, diperkirakan setiap tahun terdapat 528.000 kasus TB paru dengan kematian sekitar
91.000 orang. Angka prevalensi TB di Indonesia pada tahun 2009 adalah 100 per 100.000
penduduk dan TB terjadi pada lebih dari 70% usia produktif. Laporan WHO tentang angka
terjadinya TBC, evaluasi selama 3 tahun dari 2008, 2009, 2010 menujunjukkan bahwa kejadian
TBC Indonesia mencapai 189 per 100.000 perduduk.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana asuhan keperawatan dengan TB paru ?
C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan TB Paru ?
D. Manfaat
Manfaat yang diperoleh dalam penyusunan makalah ini adalah:
1. Mahasiswa dapat menambah pengetahuan tentang TB Paru .
2. Mendapatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan TB paru
BAB II
LANDASAN TEORI
A. PENGERTIAN
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang penyakit
parenkim paru (Brunner & Suddarth, 2002).
Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksius yang menyerang paru-paru yang secara khas
ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. Penyakit ini bersifat
menahun dan dapat menular dari penderita kepada orang lain (Santa, dkk, 2009).
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Myobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga
mengenai organ tubuh lainnya. (Depkes RI, 2007).
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium Tubercolosis. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan
bagian lain dari tubuh manusia, sehingga selama ini kasus tuberkulosis yang sering terjadi di
Indonesia adalah kasus tuberkulosis paru/TB Paru (Indriani et al., 2005). Penyakit tuberculosis
biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mycobacterium Tubercolosis yang
dilepaskan pada saat penderita batuk. Selain manusia, satwa juga dapat terinfeksi dan
menularkan penyakit tuberkulosis kepada manusia melalui kotorannya (Wiwid, 2005).
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru
Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termasuk meningens, ginjal, tulang,
dan nodus limfe. (Suzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare, 2002 ).
B.
1.
a.
b.
Tuberkulosis ekstra paru. Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya
pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit,
2.
a.
tuberkulosis.
1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif.
1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan
sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non
b.
OAT.
Tuberkulosis paru BTA negatif
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif.
Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi :
3.
buruk.
TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu:
TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang
4.
Tipe Pasien
Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe pasien
yaitu:
Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang
dari satu bulan (4 minggu).
Kasus kambuh (Relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberculosis dan telah
dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan
atau kultur).
Kasus setelah putus berobat (Default )
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.
Kasus setelah gagal (failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada
bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
Kasus Pindahan (Transfer In)
Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk melanjutkan
pengobatannya.
Kasus lain :
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam kelompok ini termasuk
Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai
pengobatan ulangan.
C. ETIOLOGI
Penyebab tuberkulosis adalah Myobacterium tuberculosae, sejenis kuman berbentuk
batang dengan ukuran panjang 1-4/Um dan tebal 0,3-0,6/Um. Tergolong dalam kuman
Myobacterium tuberculosae complex adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
M. Tuberculosae
Varian Asian
Varian African I
Varian African II
M. bovis.
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat kuman
lebih tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA) dan ia juga
lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis. Kuman dapat tahan hidup pada udara kering
maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi
karena kuman bersifat dormant, tertidur lama selama bertahun-tahun dan dapat bangkit kembali
menjadikan tuberkulosis aktif lagi. Di dalam jaringan, kuman hidup sebagai parasit intraselular
yakni dalam sitoplasma makrofag. Makrofag yang semula memfagositasi malah kemudian
disenanginya karena banyak mengandung lipid (Asril Bahar,2001).
Cara penularan TB (Depkes, 2006)
dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.
Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang
lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat
membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan
lembab.
Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari
parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien
tersebut.
Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan
dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
D. PATOFISIOLOGI
Tempat masuk kuman M.tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran pencernaan, dan
luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberkulosis terjadi melalui udara (airborne), yaitu
melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang
yang terinfeksi. Saluran pencernaan merupakan tempat masuk utama jenis bovin, yang
penyebarannya melalui susu yang terkontaminasi.
Tuberkulosis adalh penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel. Sel
efektornya adalah makrofag, sedangkan limfosit (biasanya sel T) adalah sel imunoresponsifnya.
Tipe imunitas seperti ini biasanya lokal, melibatkan makrofag yang diaktifkan di tempat infeksi
oleh limfosit dan limfokinnya. Respon ini disebut sebagai reaksi hipersensitivitas (lambat)
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju,
lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan
granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast, menimbulkan respon
berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan
membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer paru-paru dinamakan fokus
Gohn dan gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan
kompleks Gohn respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana
bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang dilepaskan
dari dinding kavitas akan masuk ke dalam percabangan trakeobronkhial. Proses ini dapat akan
terulang kembali ke bagian lain dari paru-paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga
tengah atau usus. Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan
meninggalkan jaringan parut bila peradangan mereda lumen bronkus dapat menyempit dan
tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan rongga bronkus. Bahan perkejuan
dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung sehingga kavitas
penuh dengan bahan perkejuan dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas keadaan
ini dapat menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus
dan menjadi tempat peradangan aktif. Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau
pembuluh darah. Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah
dalam jumlah kecil dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini
dikenal sebagai penyebaran limfohematogen, yang biasanya sembuh sendiri. Penyebaran
hematogen merupakan suatu fenomena akut yang biasanya menyebabkan tuberkulosis milier.
Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme
masuk kedalam sistem vaskular dan tersebar ke organ-organ tubuh.
E. PATHWAY
F. MANIFESTASI KLINIS
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk
dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas,
badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari
tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan (Depkes, 2006).
Keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah banyak
pasien ditemikan Tb paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan. Gejala
tambahan yang sering dijumpai (Asril Bahar. 2001):
1. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang dapat mencapai 4041C. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat timbul kembali.
Begitulah seterusnya sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari demam influenza ini.
2. Batuk/Batuk Darah
Terjadi karena iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk
radang keluar. Keterlibatan bronkus pada tiap penyakit tidaklah sama, maka mungkin saja batuk
baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau
berbulan-bulan peradangan bermula. Keadaan yang adalah berupa batuk darah karena terdapat
pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberkulosis terjadi pada kavitas,
tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.
3. Sesak Napas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak napas akan
ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian
paru-paru.
4. Nyeri Dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke
pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien
menarik/melepaskan napasnya.
5. Malaise
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan berupa
anoreksia (tidak ada nafsu makan), badan makin kurus (berat badan turun), sakit kepala,
meriang, nyeri otot, dan keringat pada malam hari tanpa aktivitas. Gejala malaise ini makin lama
makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
G. KOMPLIKASI
Komplikasi pada penderita tuberkulosis stadium lanjut (Depkes RI, 2005) :
1.
2.
Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian
karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.
3.
Bronkiektasis ( pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada
4.
5.
6.
jaringan paru.
Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan sebagainya.
insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency)
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Diagnosis TB menurut Depkes (2006):
1.
Diagnosis TB paru
Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu - pagi -
sewaktu (SPS).
Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB (BTA).
Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan
diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan
overdiagnosis.
Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan aktifitas penyakit.
Untuk lebih jelasnya lihat alur prosedur diagnostik untuk suspek TB paru.
2.
limfosit masih tinggi. Laju endap darah mulai turun ke arah normal lagi.
Sputum
Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukannya kuman BTA, diagnosis
tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Disamping itu pemeriksaan sputum juga dapat memberikan
I. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Tujuan Pengobatan
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah
kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap
OAT.
2.
Prinsip pengobatan
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut:
OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan
dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi) .
Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT KDT) lebih menguntungkan dan sangat
dianjurkan.
Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung (DOT =
lebih lama
Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya
kekambuhan
3. Jenis, sifat dan dosis OAT
4. Paduan OAT yang digunakan di Indonesia
Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan Tuberkulosis di
Indonesia:
- Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.
- Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.
Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket berupa obat kombinasi
dosis tetap (OAT-KDT), sedangkan kategori anak sementara ini disediakan dalam bentuk OAT
kombipak.
Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya
disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien.
Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE)
Kategori Anak: 2HRZ/4HR
Paket Kombipak : Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket, yaitu Isoniasid,
Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol. Paduan OAT ini disediakan program untuk mengatasi
pasien yang mengalami efek samping OAT KDT.
Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket, dengan tujuan untuk memudahkan pemberian
obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan sampai selesai. Satu (1) paket untuk
satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan.
KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB :
Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas obat dan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
Hari/Tanggal pengkajian : Kamis, 21 Agustus 2014
A. IDENTITAS
1. IDENTITAS KLIEN
Nama
: Ny. A
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 76 tahun
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
:Alamat
: Jl. Kuin Utara
Status Perkawinan
: Menikah
Agama
: Islam
Suku/bangsa
: Banjar/ Indonesia
Tanggal masuk RS
: 6 Agustus 2014
Diagnosa Medis
: TB Paru
Nomer Rekam Medik
: 14.76.38
2. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama
: Tn. A
Jenis Kelamin
: Laki - Laki
Umur
: 22 tahun
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
: Jl. Kuin Utara
Hubungan dengan klien : Anak
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Pada saat pengkajian pada tanggal 21Agustus 2014, klien mengatakan batuk batuk, nyeri pada
dada, sesak nafas dan sulit tidur.
2. Riwayat Kesehatan/Penyakit Sekarang
Dari hasil pengkajian, klien mengatakan pada tanggal 3 Agustus 2014. Klien ada berobat di
puskesmas dengan keluhan merasa sesak, batuk, tetapi dari tenaga kesehatan puskesmas
menganjurkan klien untuk rawat di Rumah Sakit. Lalu keluarga membawa klien untuk berobat
ke Rumah Sakit Ansari Saleh dan Rawat Inap.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Dari hasil pengkajian, klien mengatakan sebelumnya, klien tidak pernah mengalami penyakit
seperti yang di alami klien saat ini.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan, anak klien dulunya pernah mengalami penyakit seperti yang di alami klien
saat ini (TB).
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Tanggal Pengkajian 21 Agustus 2014
a. Tanda tanda vital :
TD
: 140/90 MmHg
N
: 96 x/menit
R
: 27 x/menit
T
: 36,4 0 C
b. Tingkat kesadaran : Compos Mentis
c. Antropometri : TB : 139 cm
BB : 40 kg
d. GCS : 15 (E4,V5,M6)
Ket : E4 : Membuka mata secara spontan
V5 : Respon verbal berorientasi penuh
M6 : Respon motorik berorientasi sesuai perintah
2. Kulit
Pada saat pengkajian, keadaan umum kulit klien normal, tidak terlihat adanya luka ataupun
kotor, warna kulit klien sawo matang, kelembaban kulit normal, turgor kulit kembali dalam
waktu <2 detik dan tidak ada bentuk kelainan lain dari kulit seperti kemerahan dan meradang.
Inspeksi
Palpasi
27 x/menit.
: taktil premitus teraba,ekspansi dada antara kanan dan kiri normal, kulit sekitar payudara
Perkusi
Auskultasi
Sirkulasi
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
9. Abdomen
: struktur abdomen simetris, tidak ada pembesaran hati dan limfe, kulit dalam keadaan bersih.
: peristaltic usus normal (14 x/menit ).
: tidak terdapat masa pada abdomen,, tidak terdapat nyeri tekan pada abdomen.
: abdomen dengan bunyi timpani (normal).
10. Genetalia dan Reproduksi
Klien berjenis kelamin perempuan, klien mengatakan tidak memiliki keluhan pada genetalia dan
kelainan bentuk pada anatomi fisiologi, pada system reproduksi, dan klien tidak menggunakan
kateter.
11. Ekstrimitas Atas dan Bawah
Rentang gerak terbatas, kekuatan otot menurun, klien kurang mampu melakukan mobilisasi.
Terdapat kaki bengkak pada bagian sebelah kanan dan terpasang venflon pada tangan sebelah
kanan. Tidak terdapat adanya gangguan lain. Skala ekstrimitas yaitu 4 (mampu menahan tahanan
ringan).
D.
rumah
RS
rumah
2. PERSONAL HYGIENE
: klien mengatakan, klien mandi 2x sehari dan keramas 1x sehari dan gosok gigi 2x sehari,
potong kuku apabila sudah panjang ( 1x/minggu) , klien tidak memiliki hambatan untuk
\melakukan personal hygiene.
RS
: klien mengatakan selama di rumah sakit, klien hanya mandi 1 kali sehari, dan di bantu keluarga
klien.
rumah
RS
rumah
RS
Di rumah
Di RS
3. NUTRISI
: klien mengatakan, klien makan dalam sehari 1-2 kali sehari, menu yang di sajikan bervariasi,
klien tidak ada memiliki pantangan dan alergi dalam makanan.
: klien mengatakan, tidak ada perbedaan selama di rumah dan di rumah sakit.
4. ELIMINASI
: klien mengatakan, klien di rumah BAB 1 kali sehari dan tidak ada gangguan.
: klien mengatakan tidak ada perubahan BAB di rumah maupun di rumah sakit.
5. SEKSUALITAS
Klien memiliki 5 orang anak perempuan, suami klien telah meninggal dunia. Klien telah
mengalami menopause selama 20 tahun terakhir.
6. PSIKOSOSIAL
: klien mengatakan, hubungan klien dengan keluarga baik dan harmonis. Sering keluar rumah
untuk bercengkerama dengan tetangga khususnya pada sore hari.
: klien mampu berhubungan dengan baik antar pasien satu ruangan, saling bertegur sapa dengan
keluarga pasien lain. Klien juga sangat kooperatif dengan tindakan dokter dan perawat yang
diberikan pada klien, selain itu klien sering bercerita dengan perawat mengenai keluhan yang
dirasakan.
7. SPRITUAL
Klien beragama Islam, keluarga klien selalu mendoakan untuk kesembuhan klien, klien
melakukan shalat dan dzikir sesuai dengan perintah agama yang dipercayainya.
E. DATA FOKUS
1. Inspeksi :
- Klien tampak berbaring
- Klien tampak lemah
- Klien tampak gelisah
- Muka klien tampak meyeringai/ kesakitan
- Klien tampak bernafas tersengal sengal cepat, pendek (sesak khususnya setelah beraktivitas)
- RR 27 x/menit
- Klien terlihat batuk - batuk
2.
3.
4.
-
F.
Palpasi :
Nadi 93 x/menit
Suhu 36,4 0C
Tidak terdapat nyeri tekan pada abdomen
Perkusi :
Pada abdomen tidak terdapat hipertimpani (bunyi timpani)
Auskultasi
Suara nafas ronchi terdengar dibagian apeks paru.
S1-S2 tunggal
Bising usus 14 x/menit
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium tanggal 8 agustus 2014
Para
WBC
Lymph #
Mid #
Gran #
Lymph %
Mid %
Gran %
HGB
RBC
HCT
MCV
MCH
MCHC
RDW-CV
RDW-SD
PLT
MPV
PDW
PCT
H
L
H
L
L
H
H
Hasil
9,3 x 10 ^ 3/uL
1,0 x 10 ^ 3/uL
0,5 x 10 ^ 3/uL
7,8 x 10 ^ 3/uL
11,0 %
5,3 %
83,7 %
11,8 g/dl
3,90 x 10 ^ 6/uL
36,0 %
92,5 fL
30,2 pg
32,7 g/dl
15,7 %
59,2 fL
275 x 10 ^ 3/uL
8,8 fL
15,3
0,242 %
Ref. Range
4,0 10,0
0,8 4,0
0,1 0,9
2,0 7,0
20,0 40,0
3,0 9,0
50,0 70,0
12,0 16,0
3,50 5,50
37,0 50,0
82,0 95,0
27,0 31,0
32,0 36,0
11,5 14,5
35,0 56,0
150 450
7,0 11,0
15,0 17,0
0,108 0,282
Parameter
Blood
Metode
Glucose GOD-PAP Test
Hasil
178
Random
Aspartat
0
Transaminase (GOT)
C
Alanin Transaminase IFCC. Opt. 37 151 u/L
(GPT)
Bilirubin Total
mg/dl
IFCC. Opt. 37 231 u/L
Nilai Rujukan
Dws. 76-120/Newbon 5598
Lk. 10-37/Pr. 17,8-31 u/L
Lk. 12-40/Pr. 10-32 u/L
C
Jendrassik Graff
2,2
Up to 0,25 mg/dl
Up to 0,75 mg/dl
Up to 0,75 mg/dl
Bilirubin Direct
Schellong
mg/dl
1,7
Bilirubin Indirect
Wende
Jend-Schellong
mg/dl
0,5
mg/dl
Parameter
Aspartat
Metode
Hasil
IFCC. Opt. 37 114 u/L
Transaminase (GOT)
Nilai Rujukan
Lk. 10-37/Pr. 17,8-31 u/L
(GPT)
Bilirubin Total
4
5
C
Jendrassik Graff
0,80
Up to 0,25 mg/dl
Bilirubin Direct
Schellong
mg/dl
0,50
Up to 0,75 mg/dl
Bilirubin Indirect
Wende
Jend-Schellong
mg/dl
0,22
Up to 0,75 mg/dl
mg/dl
Hasil Pemeriksaan X-Ray
Cardiomegali
G. TERAPI FARMAKOLOGI
1.
2.
Inf. Venflon
Injeksi Lasix, Lasix merupakan obat yang mengandung furosemid. Furosemid adalah
saluran pernapasan
5. PO Ambroxol 3 x 1 berfungsi sebagai terapi sekretolitik (sekresi lender yang abnormal)
6. PO Hepa Q 3 x 1 berfungsi sebagai suplement untuk membantu fungsi hati
7. PO Biocuvlive 2 x 1 sebagai suplement untuk mempertahankan fungsi hati.
8. PO Curvit 3 x 1 c berfungsi untuk menambah nafsu makan, multivitamin, dan menambah
stamina
9. PO Ethambutol 1 x 1 berfungsi sebagai obat OAT
10. PO Forbiti 1 x 1 berfungsi untuk menstimulasi sistem imun, sebagai terapi penunjang TB
11. PO Spironolactone 25 mg 2 x 1 sebagai terapi pada pasien dengan hiperaldosteron
12. PO Salbutamol 2 mg 3 x 1 berfungsi untuk pengobatan reversible obstruksi jalan nafas
13.
VIP albumin (diawal terapi) berfungsi sebagai meningkatkan kadar albumin dalam tubuh
II.
ANALISA DATA
No DATA
MASALAH
ETIOLOGI
Ketidakefektifan
DS:
napas
jalan yang
berlebihan,
ketidakmampuan
mengeluarkan secret.
DO:
Klien tampak sesak nafas (+),
Sesak setelah beraktivitas (+),
Batuk berdahak (+),
Tidak dapat mengeluarkan dahak (+),
Memegang bagian dada saat batuk
karena rasa nyeri ,
Bunyi nafas : Ronki terdengar di
seluruh lapang paru,
CRT > 2 detik,
Tanda Vital :
TD : 140/90 mmHg
R
: 27x/menit
N : 96x/menit
2.
T : 36,40C
DS:
Klien
mengeluh
Kelebihan
bengkak
pada Cairan
Volume Kelebihan
cairan
asupan
3.
DS:
Ketidaknyamanan fisik
malam hari.
(sesak, batuk)
DO:
Klien tampak gelisah,
Terdapat bayangan hitam pada daerah
mata,
Klien tampak lemah.
Prioritas masalah :
1.
Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus dan atau secret yang
2.
3.
III.
INTERVENSI
Penjelasan
Data
Ilmiah
Inspirasi atau
DS:
Klien
mengeluh
batuk, ekspirasi
Tujuan (NOC)
Respiratory
Intervensi (NIC)
1.
Ventilation
Respiratory status :
sesak dan sakit dada saat yang
tidak
2.
Airway Patency
batuk.
mencukupi
3.
Vital signs status
ventilasi.
KriteriaHasil :
DO:
4.
1. Tanda vital dalam batas
5.
Klien tampak sesak nafas
6.
normal
(+),
2. Tidak menggunakan
Sesak setelah beraktivitas
(+),
Batuk berdahak (+),
Tidak dapat mengeluarkan
dahak (+),
Memegang
bagian
dada
nafas
Ronki
: 27x/menit
: 96x/menit
: 36,40C
Diagnosa Keperawatan :
Ketidakefektifan
suction.
7. Auskultasi suaranafas,catat adanya s
alat bantu napas
3.
Sekret
berkurang
tambahan.
8.
ditandai dengan batuk Instruksikan cara batuk efektif.
9. Membantu dengan spirometerinsentif
berkurang
10. lakukan suction pada mayo.
4. Dapat mengeluarkan
11. Berikan Bonkodilator bila perlu.
12. Ajarkan klien cara penggunan inh
secret secara aktif
bila perlu
13. Berikan pengobatan aerosol bila per
14. Berikan nebulizer bilaperlu.
15.
Berikan
pelembab
u
kassabasahNaCllembab.
16.
Atur
intake
cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
17. Posisi untuk mengurangi dyspnea.
18. Monitor respirasidan status O2.
Oxygen Therapy :
19. Bersihkan mulut,hidung,dan secret.
20. Membatasi merokok.
21. Pertahankan jalan nafas yang paten.
22. Atur peralatan oksigenasi.
23. Monitor aliran oksigen
24.
Pertahankan posisi pasien un
pembersihan
jalan
napas
atau
secret
berlebihan,
ketidakmampuan
mengeluarkan secret
yang
27.
terhadap oksigenasi.
29.
anjurkan pasien untuk mendapa
perlu.
30. berkonsultasi dengan tenaga keseh
lain
mengenai
penggunaan
oks
berbaring,duduk,atau berdiri.
35.
Monitor Vital sign setelah pa
mendapatkan pengobatan jika perlu
36.
Monitor VS
sebelum,selama
sesudah beraktivitas.
37. Monitor tanda dan gejala Hipoter
dan Hipertermia.
38. Monitor kualitas dari Nadi
39.
Monitor frekuensi dan
ir
pernafasan.
40. Monitor suara nafas
41. Monitor pola pernafasan abnormal
42. Monitor suhu, warna, dan kelemba
kulit.
43. Monitor sianosis perifer.
44. Monitor adanya cushing triad (teka
nadi
yang
melebar,
brakikardi,
peningkatan sistolik)
45.
Identifikasi penyebab dan peruba
Vital Sign
46.
Secara berkala memeriksa ketep
DS:
1.
2.
3.
4.
Kriteria Hasil :
5.
1. Turgor kulit kembali
balance
Fluid balance
2.
ekstrimitas
bawah
(+),
Edema pada tangan sinistra
(-xk), dekstra (+)
Edema pada payudara (+)
Keadaan
kulit
tampak
kembali
asites)
10. Mengelola terapi IV
11. Monitor status nutrisi
12.
Kolaborasi pemberian diuritik se
intruksi
13. Batasi masukan cairan pada kead
hiponatremi dilusi dengan serum Na<
Meq/i
14.
Kolaborasi dokter jika tanda ca
Diagnosa Keperawatan :
Kelebihan Volume cairan
berhubungan
and
data pasien.
acid Fluid management :
dengan
tanda
dan
ketidakseimbangan elektrolit
17. Menjaga patensi cairan IV
18. Kelola keseimbangan cairan
19.
Pertahankankeakuratan intake
output.
ge
20.
pemberian
obat
sparing
elekt
(spironolactone)
21. memantau respon pasien terhadap te
elektrolit.
Gangguankua Anxiety reduction
Sleep: extent and patern
Klien mengeluh tidak dapat litasdankuant
1.
Anxiety Reduction :
DS:
itaswaktutidu
rakibat factor
1.
eksternal.
DO:
cemas
Cemas
dalam
menghadapi penyakit,
Terdapat bayangan hitam
pada daerah mata,
2.
berkurang perasaan
mempromosikan
Diagnosa Keperawatan :
pola
(insomnia)
dengan
ansietas
ketidaknyamanan
(sesak, batuk)
dan
peraw
keselamatan
6.
7.
pasien.
Menciptakan keadaan saling perc
8.
dengan pasien.
Identifikasi jika level ansietas beru
9.
Sleep enhancement
Determinasi efekefekmedikasi terha
10.
11.
12.
13.
pola tidur.
Atur waktu tidur pasien .
Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
Monitor waktu tidur pasien.
Instruksikan pasien memonitor pola t
tidur
berhubungan
prosedur
klien
Gangguan
selama
dapat dilakukan.
3. Berusaha memahami perspective pa
mengungkapkan rasa
selama situasi stress.
cemas yang berkurang
4.
memberikan informasi aktual ten
2.
Klien dapat tidur
diagnosis, pengobatan, danprognosis.
malam 6-8 jam.
5.
Tetap
bersama
pasien
u
dengan
Kriteria Hasil :
fisik
sendiri.
14. memantau partisipasi klien dalam kegi
overtiredness
15. fasilitas untuk memperthankan aktiv
sebelum tidur.(membaca)
waktu tidur
20. Monitor waktu kebuthan tidur pa
setiap hari.
Sleep enchanment;
21. Determinasi efek-efek medikasi terha
pola tidur
22. Pastikan pasien tidur teratur
23. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
24. Fasilitas untuk mempertahankan aktiv
sebelum tidur
25. Ciptakan lingkungan yang nyaman
26. Kolaborasi pemberian obat tidur
27. Diskusikan dengan pasien dan kelu
waktu tidur
30. Monitor waktu / kebutuhan tidur pa
setiap hari
31. Menentukan efek obat pasien pada
32.
tidur
Monitor catatan pengobatan pada t
33.
pasien,
IV. IMPLEMENTASI
No
Hari/
Pukul
Tanggal
Nomor
Implementasi
Diagnosa
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
(semifowler/fowler)
Melakukan fisioterapi dada.
Mengauskultasi suara nafas,mencatat adanya suara tambaha
Memonitor keefektifan terapi oksigen.
Mengobservasi adanya tanda hipoventilasi.
Memberikan terapi nebulizer ( Combivent 2,5 ml 3x1 )
1.
2.
3.
2.
pasien.
Menjelaskan segala prosedur, termasuk perasaan sel
dan prognosis.
Mendorong keluarga untuk tetap bersama klien.
Mengatur waktu tidur klien
Menciptakan lingkungan yang nyaman.
Fasilitas untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur
diskusikan dengan pasien dan keluarga tentang teknik t
patient.
V. EVALUASI
Hari/
Tanggal
Pukul
Nomor
Diagnosa
vent
4.
5.
6.
7.
8.
No
memaksimalkan
Evaluasi
Kamis,
12:03
21/08/14
WITA
O :
Klien tampak sesak nafas (+),
Pemberian oksigen 3 lpm (+),
Sesak setelah beraktivitas (+),
Penggunaan otot bantu napas (-),
Batuk berdahak (+),
Tidak dapat mengeluarkan dahak (+),
Memegang bagian dada saat batuk karena rasa nyeri ,
Bunyi nafas : Ronki terdengar di bagian apeks paru.
CRT > 2 detik (kembali lambat),
Tanda Vital :
TD : 110/80 mmHg
N : 98 x/menit
R : 38 x/menit
T : 36,50C
A : Masalah belum teratasi
P
payudara.
O :
Edem ekstrimitas bawah (+),
Edema pada tangan sinistra (-), dekstra (+)
Edema pada payudara (+)
Keadaan kulit tampak menegang dan mengkilat sekitar edem,
Turgor kulit kembali lambat ( >2 detik)
Pitting edema kembali lambat (> 5 detik)
A : Masalah belum teratasi
P
4
Jumat,
17:45
22/08/14
WITA
enchanment
S : Klien mengatakan masih sesak, dan batuk.
O :
Klien tampak sesak nafas (+),
Pemberian oksigen 2 lpm (+),
Sesak setelah beraktivitas (+),
Penggunaan otot bantu napas (-),
Batuk berdahak (+),
Tidak dapat mengeluarkan dahak (+),
Memegang bagian dada saat batuk karena rasa nyeri ,
Bunyi nafas : Ronki terdengar di seluruh lapang paru,
CRT > 2 detik (kembali lambat),
Tanda Vital :
TD : 120/80 mmHg
N : 78 x/menit
R : 22 x/menit
T : 36,50C
A : Masalah belum teratasi
P
payudara.
O :
Edem ekstrimitas bawah (+),
Edema pada tangan sinistra (-), dekstra (+)
Edema pada payudara (+)
Keadaan kulit tampak menegang dan mengkilat sekitar edem,
Turgor kulit kembali lambat ( >2 detik)
Pitting edema kembali lambat (> 5 detik)
A : Masalah belum teratasi
Sabtu,
20:00
23/08/14
WITA
enchanment
S : Klien mengatakan sesak setelah beraktivitas (setelah dari
toilet).
O :
Klien tampak sesak nafas (+),
Pemberian oksigen 2 lpm (+),
Sesak setelah beraktivitas (+),
Penggunaan otot bantu napas (-),
Batuk berdahak (+),
Tidak dapat mengeluarkan dahak (+),
Memegang bagian dada saat batuk karena rasa nyeri ,
Bunyi nafas : Ronki terdengar di seluruh lapang paru,
CRT > 2 detik (kembali lambat),
Tanda Vital :
TD : 130/80 mmHg
N : 85 x/menit
R : 30 x/menit
T : 36,50C
A : Masalah belum teratasi
P
bagian tangan
berkurang.
O :
Edem ekstrimitas bawah (+),
Edema pada tangan sinistra (-), dekstra (-)
Edema pada payudara (<)
Keadaan kulit tampak menegang dan mengkilat sekitar edem
(<),
Turgor kulit kembali cepat ( <2 detik)
Pitting edema kembali lambat (> 5 detik)
A : Masalah teratasi sebagian
P : Melanjutkan intervensi fluid management
enchanment.
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Ny.A dengan gangguan system pernapasan TB
Paru di Rumah Sakit Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. Maka pada BAB ini akan dibahas
tentang kesenjangan antara teori dan kasus yang ditemukan di lahan praktek.
Pada BAB ini dibahas tentang kesenjangan teori yang ditemukan dilahan praktek;
A. Pengkajian
Tahap pengkajian adalah tahap awal dari pelaksanaan asuhan keperawatan, kami tidak
menemukan kesulitan dalam
pendengaran sehingga pengkajian data didapat dari keluarga klien, dari hasil pengkajian klien
mengeluh batuk berdahak sejak 2 bulan yang lalu,klien mengalami penurunan nafsu
makan,sehingga berat badan turun,dan berkeringat di malam hari,sedangkan di teori disebutkan
bahwa tanda dan gejala pada pasien dengan tuberculosis paru yaitu batuk berdarah atau ada
dahak di sputum,berat badan turun & letih batuk lebih dari 3 minggu dan nyeri dada,keringat di
malam hari dan nafsu makan hilang. Pada hasil foto rontgen ditemukan Cardiomegali pada
klien,cardiomegaly disebabkan oleh keadaan dimana terjadi perubahan pada struktur jaringan
paru sehingga darah menjadi lebih sulit untuk melewati paru paru /Hipertensi Pulmonal karena
itu bilik jantung kanan yang memompa darah ke paru paru perlu kerja ekstra keras sehingga
tidak seperti bilik kiri yang membesar tapi bilik kanan,tapi jika sudah berat bahkan bilik kiri pun
akan ikut membesar,kardiomegali sering kali menunjukan bahwa jantung telah lama mengalami
kegagalan fungsi yang sudah berlangsung cukup lama dan berat.selain itu kardiomegali
cenderung membuat jantung mudah terkena penyakit jantung coroner karena jantung yang besar
perlu pasokan darah dan oksigen yang besar sedangkan pasokan darah belum tentu
lancar.Sedangkan edema yang muncul pada klien di sebabkan oleh penumpukan cairan
interesteitial,dan pada saat pengkajian klien mengatakan tidak pernah mengalami serangan
jantung.data-data pasien seperti hasil laboratorium sebagai data penunjang dan obat-obatan yang
dikonsumsi selama dirawat inap didapatkan dari status pasien yang diambil dari rekam medis.
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian kami dapat menegakan 3 (tiga) diagnosa keperawatan yang telah
diproiritaskan yaitu:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2. Kelebihan volume cairan
D.
Evaluasi
Pada tahap ini kami melakukan asuhan keperawatan pada Ny.A selama 3 hari, asuhan
keperawatan tersebut ada yang teratasi sebagian dan ada pula yang masih belum teratasi.
Masalah yang belum teratasi terdapat pada diagnose I dan III yaitu ketidakefektifan bersihan
jalan nafas dan gangguan pola tidur (insomnia). Sedangkan yang telah teratasi sebagian yaitu
diagnose II yaitu kelebihan volume cairan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
TB merupakan salah satu masalah kesehatan penting di indonesia. Selain itu, Indonesia
menduduki ke-3 negara dengan jumlah penderita TB terbanyak di dunia setelah India dan China.
Jumlah pasien TB di Indonesia adalah sekitar 5,8% dari total jumlah pasien TB dunia. Di
Indonesia, diperkirakan setiap tahun terdapat 528.000 kasus TB paru dengan kematian sekitar
91.000 orang. Angka prevalensi TB di Indonesia pada tahun 2009 adalah 100 per 100.000
penduduk dan TB terjadi pada lebih dari 70% usia produktif. Laporan WHO tentang angka
terjadinya TBC, evaluasi selama 3 tahun dari 2008, 2009, 2010 menujunjukkan bahwa kejadian
2.
3.
4.
5.
B. Saran
1. Hindari atau jauhi segala faktor-faktor yang dapat menyebabkan seseorang terinfeksi TB paru
2.
Reginen harus terdiri dari banyak obat-obatan yang sesuai untuk organisme tersebut
Obat harus dilakukan dalam waktu yang cukup untuk memberikan terapi yang efektif dan paling
aman dalam waktu jangka pendek.
DAFTAR PUSTAKA
Huda Nurarif, Amin dan Kusuma, Hardhi jilid 2. 2013. Aplikasi ASKEP berdasarkan
Diagnosa Medis NANDA NIC NOC. Jakarta : Mediaction publishing.
Debora, Oda. 2012. Proses Keperawatan Dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Salemba
Medika.
Potter, PA & Perry, AG. 2005. Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Arthur C. Guyton & John E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Mansjoer, Arif 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Media Aesculapis, Jakarta.
Rahmad Juwono, 1996, Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3, FKUI, Jakarta.
Muttaqin Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Banjarmasin : Salemba Medika