Vous êtes sur la page 1sur 38

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa kami dapat
menyelesaikan makalah tentang penyakit Tuberkulosis (TB) Paru.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan tugas ini, atas semua bantuan bimbingan dan kemudahan yang telah diberikan
kepada kami dalam menyelesaikan makalah ini. Meskipun telah berusaha, namun ini masih
belum sempurna, sehingga kritik, koreksi dan saran dari semua pihak untuk menyempurnakan
makalah kami selanjutnya senantiasa akan kami terima.
Dalam menyelesaikan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada
pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini khususnya kepada :
1. Ns. Achmad Rifat, S.Kep, selaku Kepala Ruangan Jamrud (Paru) RSUD. Dr. H. Moch Ansari
Saleh Banjarmasin.
2.

Ns. Winda Ayu Fazraningtyas S.Kep dan Ns. Onieqie Ayu Dhea Manto, S.Kep selaku
pembimbing (CT).

3. Rekan-rekan kelompok IV yang bekerjasama mengerjakan makalah ini.


4. Dan kepada keluarga kami yang memberi dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar
kepada kami, selama mengikuti dinas maupun menyelesaikan makalah ini. Juga kepada pihak
yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah memberi bantuan dalam penyelesaian
makalah ini.
Akhirnya kami berharap semoga Allah memberikan imbalan atas bantuan yang mereka
berikan dan semoga makalah yang kami susun dapat bermanfaat.

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu penyakit menular yang ada adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri
mycrobacterium tuberculosis (TB), sebagian TB umumnya menyerang paru-paru namun juga
dapat menyerang organ lainnya. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam, sehingga
dikenal dengan Basil Tahan Asam (BTA). Penyakit ini dapat menyerang pada semua orang, baik
anak-anak maupun orang dewasa. Penyakit ini sangat mudah ditularkan pada orang lain, bakteri
mycrobacterium tuberculosis masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara pernafasan kedalam
paru, kemudian bakteri tersebut dapat menyebar dari paru-paru ke bagian tubuh lainnya melalui
peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas (bronkus) atau menyerang langsung ke
bagian tubuh lainnya.
TB paru merupakan bentuk yang paling sering dijumpai yaitu sekitar 80% dari semua
penderita TB yang menyerang jaringan paru ini merupakan satu-satunya bentuk dari TB yang
dapat menular. Secara global, angka kejadian kasus TBC 128 per 100.000 penduduk.
TB merupakan salah satu masalah kesehatan penting di indonesia. Selain itu, Indonesia
menduduki ke-3 negara dengan jumlah penderita TB terbanyak di dunia setelah India dan China.
Jumlah pasien TB di Indonesia adalah sekitar 5,8% dari total jumlah pasien TB dunia. Di
Indonesia, diperkirakan setiap tahun terdapat 528.000 kasus TB paru dengan kematian sekitar
91.000 orang. Angka prevalensi TB di Indonesia pada tahun 2009 adalah 100 per 100.000
penduduk dan TB terjadi pada lebih dari 70% usia produktif. Laporan WHO tentang angka
terjadinya TBC, evaluasi selama 3 tahun dari 2008, 2009, 2010 menujunjukkan bahwa kejadian
TBC Indonesia mencapai 189 per 100.000 perduduk.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana asuhan keperawatan dengan TB paru ?
C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan TB Paru ?
D. Manfaat
Manfaat yang diperoleh dalam penyusunan makalah ini adalah:
1. Mahasiswa dapat menambah pengetahuan tentang TB Paru .
2. Mendapatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan TB paru

BAB II
LANDASAN TEORI
A. PENGERTIAN
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang penyakit
parenkim paru (Brunner & Suddarth, 2002).
Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksius yang menyerang paru-paru yang secara khas
ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. Penyakit ini bersifat
menahun dan dapat menular dari penderita kepada orang lain (Santa, dkk, 2009).
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Myobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga
mengenai organ tubuh lainnya. (Depkes RI, 2007).
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium Tubercolosis. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan
bagian lain dari tubuh manusia, sehingga selama ini kasus tuberkulosis yang sering terjadi di
Indonesia adalah kasus tuberkulosis paru/TB Paru (Indriani et al., 2005). Penyakit tuberculosis
biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mycobacterium Tubercolosis yang
dilepaskan pada saat penderita batuk. Selain manusia, satwa juga dapat terinfeksi dan
menularkan penyakit tuberkulosis kepada manusia melalui kotorannya (Wiwid, 2005).
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru
Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termasuk meningens, ginjal, tulang,
dan nodus limfe. (Suzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare, 2002 ).

B.

KLASIFIKASI PENYAKIT DAN TIPE PASIEN


Menurut Depkes (2006), klasifikasi penyakit TB dan tipe pasien digolongkan:

1.
a.

Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:


Tuberkulosi paru. Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan (parenkim)
paru. tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.

b.

Tuberkulosis ekstra paru. Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya
pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit,

2.
a.

usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.


Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu pada TB Paru:
Tuberkulosis paru BTA positif.
Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan gambaran

tuberkulosis.
1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif.
1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan
sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non

b.

OAT.
Tuberkulosis paru BTA negatif
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif.
Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi :

Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif


Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis.
Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.

3.

Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit


TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu
bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto toraks memperlihatkan gambaran
kerusakan paru yang luas (misalnya proses far advanced), dan atau keadaan umum pasien

buruk.
TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu:
TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang

(kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.


TB ekstra-paru berat, misalnya: meningitis, milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa
bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kemih dan alat kelamin.

4.

Tipe Pasien
Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe pasien
yaitu:

Kasus baru

Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang
dari satu bulan (4 minggu).
Kasus kambuh (Relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberculosis dan telah
dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan
atau kultur).
Kasus setelah putus berobat (Default )
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.
Kasus setelah gagal (failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada
bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
Kasus Pindahan (Transfer In)
Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk melanjutkan
pengobatannya.
Kasus lain :
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam kelompok ini termasuk
Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai
pengobatan ulangan.
C. ETIOLOGI
Penyebab tuberkulosis adalah Myobacterium tuberculosae, sejenis kuman berbentuk
batang dengan ukuran panjang 1-4/Um dan tebal 0,3-0,6/Um. Tergolong dalam kuman
Myobacterium tuberculosae complex adalah :
1.
2.
3.
4.
5.

M. Tuberculosae
Varian Asian
Varian African I
Varian African II
M. bovis.
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat kuman

lebih tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA) dan ia juga
lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis. Kuman dapat tahan hidup pada udara kering
maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi

karena kuman bersifat dormant, tertidur lama selama bertahun-tahun dan dapat bangkit kembali
menjadikan tuberkulosis aktif lagi. Di dalam jaringan, kuman hidup sebagai parasit intraselular
yakni dalam sitoplasma makrofag. Makrofag yang semula memfagositasi malah kemudian
disenanginya karena banyak mengandung lipid (Asril Bahar,2001).
Cara penularan TB (Depkes, 2006)

Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.


Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan

dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.
Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang
lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat
membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan

lembab.
Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari
parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien

tersebut.
Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan
dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

D. PATOFISIOLOGI
Tempat masuk kuman M.tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran pencernaan, dan
luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberkulosis terjadi melalui udara (airborne), yaitu
melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang
yang terinfeksi. Saluran pencernaan merupakan tempat masuk utama jenis bovin, yang
penyebarannya melalui susu yang terkontaminasi.
Tuberkulosis adalh penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel. Sel
efektornya adalah makrofag, sedangkan limfosit (biasanya sel T) adalah sel imunoresponsifnya.
Tipe imunitas seperti ini biasanya lokal, melibatkan makrofag yang diaktifkan di tempat infeksi
oleh limfosit dan limfokinnya. Respon ini disebut sebagai reaksi hipersensitivitas (lambat)
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju,
lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan
granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast, menimbulkan respon

berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan
membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer paru-paru dinamakan fokus
Gohn dan gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan
kompleks Gohn respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana
bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang dilepaskan
dari dinding kavitas akan masuk ke dalam percabangan trakeobronkhial. Proses ini dapat akan
terulang kembali ke bagian lain dari paru-paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga
tengah atau usus. Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan
meninggalkan jaringan parut bila peradangan mereda lumen bronkus dapat menyempit dan
tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan rongga bronkus. Bahan perkejuan
dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung sehingga kavitas
penuh dengan bahan perkejuan dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas keadaan
ini dapat menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus
dan menjadi tempat peradangan aktif. Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau
pembuluh darah. Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah
dalam jumlah kecil dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini
dikenal sebagai penyebaran limfohematogen, yang biasanya sembuh sendiri. Penyebaran
hematogen merupakan suatu fenomena akut yang biasanya menyebabkan tuberkulosis milier.
Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme
masuk kedalam sistem vaskular dan tersebar ke organ-organ tubuh.
E. PATHWAY

F. MANIFESTASI KLINIS
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk
dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas,
badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari
tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan (Depkes, 2006).

Keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah banyak
pasien ditemikan Tb paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan. Gejala
tambahan yang sering dijumpai (Asril Bahar. 2001):
1. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang dapat mencapai 4041C. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat timbul kembali.
Begitulah seterusnya sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari demam influenza ini.
2. Batuk/Batuk Darah
Terjadi karena iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk
radang keluar. Keterlibatan bronkus pada tiap penyakit tidaklah sama, maka mungkin saja batuk
baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau
berbulan-bulan peradangan bermula. Keadaan yang adalah berupa batuk darah karena terdapat
pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberkulosis terjadi pada kavitas,
tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.
3. Sesak Napas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak napas akan
ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian
paru-paru.
4. Nyeri Dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke
pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien
menarik/melepaskan napasnya.
5. Malaise
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan berupa
anoreksia (tidak ada nafsu makan), badan makin kurus (berat badan turun), sakit kepala,
meriang, nyeri otot, dan keringat pada malam hari tanpa aktivitas. Gejala malaise ini makin lama
makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
G. KOMPLIKASI
Komplikasi pada penderita tuberkulosis stadium lanjut (Depkes RI, 2005) :
1.
2.

Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian
karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.

3.

Bronkiektasis ( pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada

4.

proses pemulihan atau reaktif) pada paru.


Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan karena kerusakan

5.
6.

jaringan paru.
Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan sebagainya.
insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency)

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Diagnosis TB menurut Depkes (2006):
1.

Diagnosis TB paru
Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu - pagi -

sewaktu (SPS).
Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB (BTA).
Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan
diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan

sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya.


Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks
tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering terjadi

overdiagnosis.
Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan aktifitas penyakit.
Untuk lebih jelasnya lihat alur prosedur diagnostik untuk suspek TB paru.

2.

Diagnosis TB ekstra paru.


Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk pada Meningitis TB,
nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis), pembesaran kelenjar limfe superfisialis pada limfadenitis

TB dan deformitas tulang belakang (gibbus) pada spondilitis TB dan lainlainnya.


Diagnosis pasti sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis kerja dapat ditegakkan berdasarkan
gejala klinis TB yang kuat (presumtif) dengan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain.
Ketepatan diagnosis tergantung pada metode pengambilan bahan pemeriksaan dan ketersediaan
alat-alat diagnostik, misalnya uji mikrobiologi, patologi anatomi, serologi, foto toraks dan lainlain.

Diagnosis TB menurut Asril Bahar (2001):


1. Pemeriksaan Radiologis
Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis untuk menemukan lesi
tuberkulosis. Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru (segmen apikal lobus atas
atau segmen apikal lobus bawah), tetapi dapat juga mengenai lobus bawah (bagian inferior) atau
di daerah hilus menyerupai tumor paru.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Darah
Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian, karena hasilnya kadang-kadang meragukan,
hasilnya tidak sensitif dan juga tidak spesifik. Pada saat tuberkulosis baru mulai sedikit meninggi
dengan hitung jenis pergeseran ke kiri. Jumlah limfosit masih di bawah normal. Laju endap
darah mulai meningkat. Bila penyakit mulai sembuh, jumlah leukosit kembali normal dan jumlah

limfosit masih tinggi. Laju endap darah mulai turun ke arah normal lagi.
Sputum
Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukannya kuman BTA, diagnosis
tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Disamping itu pemeriksaan sputum juga dapat memberikan

evaluasi terhadap pengobatan yang sudah diberikan.


Tes Tuberkulin
Tes tuberkulin hanya menyatakan apakah seseorang individu sedang atau pernah mengalami
infeksi M. Tuberculosae, M. Bovis, vaksinasi BCG dan Myobacteria patogen lainnya.

I. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Tujuan Pengobatan
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah
kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap
OAT.
2.

Prinsip pengobatan
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut:

OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan
dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi) .
Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT KDT) lebih menguntungkan dan sangat
dianjurkan.

Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung (DOT =

Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).


Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.
1. Tahap awal (intensif)
Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung

untuk mencegah terjadinya resistensi obat.


Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi

tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.


Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan.
2. Tahap Lanjutan
Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang

lebih lama
Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya

kekambuhan
3. Jenis, sifat dan dosis OAT
4. Paduan OAT yang digunakan di Indonesia
Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan Tuberkulosis di
Indonesia:
- Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.
- Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.
Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket berupa obat kombinasi
dosis tetap (OAT-KDT), sedangkan kategori anak sementara ini disediakan dalam bentuk OAT
kombipak.
Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya
disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien.
Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE)
Kategori Anak: 2HRZ/4HR
Paket Kombipak : Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket, yaitu Isoniasid,
Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol. Paduan OAT ini disediakan program untuk mengatasi
pasien yang mengalami efek samping OAT KDT.
Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket, dengan tujuan untuk memudahkan pemberian
obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan sampai selesai. Satu (1) paket untuk
satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan.
KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB :

Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas obat dan

mengurangi efek samping.


Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya resistensi obat ganda

dan mengurangi kesalahan penulisan resep


Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi sederhana dan
meningkatkan kepatuhan pasien

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
Hari/Tanggal pengkajian : Kamis, 21 Agustus 2014
A. IDENTITAS
1. IDENTITAS KLIEN
Nama
: Ny. A
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 76 tahun
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
:Alamat
: Jl. Kuin Utara
Status Perkawinan
: Menikah
Agama
: Islam
Suku/bangsa
: Banjar/ Indonesia
Tanggal masuk RS
: 6 Agustus 2014
Diagnosa Medis
: TB Paru
Nomer Rekam Medik
: 14.76.38
2. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama
: Tn. A
Jenis Kelamin
: Laki - Laki
Umur
: 22 tahun
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
: Jl. Kuin Utara
Hubungan dengan klien : Anak

B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Pada saat pengkajian pada tanggal 21Agustus 2014, klien mengatakan batuk batuk, nyeri pada
dada, sesak nafas dan sulit tidur.
2. Riwayat Kesehatan/Penyakit Sekarang
Dari hasil pengkajian, klien mengatakan pada tanggal 3 Agustus 2014. Klien ada berobat di
puskesmas dengan keluhan merasa sesak, batuk, tetapi dari tenaga kesehatan puskesmas
menganjurkan klien untuk rawat di Rumah Sakit. Lalu keluarga membawa klien untuk berobat
ke Rumah Sakit Ansari Saleh dan Rawat Inap.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Dari hasil pengkajian, klien mengatakan sebelumnya, klien tidak pernah mengalami penyakit
seperti yang di alami klien saat ini.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan, anak klien dulunya pernah mengalami penyakit seperti yang di alami klien
saat ini (TB).
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Tanggal Pengkajian 21 Agustus 2014
a. Tanda tanda vital :
TD
: 140/90 MmHg
N
: 96 x/menit
R
: 27 x/menit
T
: 36,4 0 C
b. Tingkat kesadaran : Compos Mentis
c. Antropometri : TB : 139 cm
BB : 40 kg
d. GCS : 15 (E4,V5,M6)
Ket : E4 : Membuka mata secara spontan
V5 : Respon verbal berorientasi penuh
M6 : Respon motorik berorientasi sesuai perintah
2. Kulit
Pada saat pengkajian, keadaan umum kulit klien normal, tidak terlihat adanya luka ataupun
kotor, warna kulit klien sawo matang, kelembaban kulit normal, turgor kulit kembali dalam
waktu <2 detik dan tidak ada bentuk kelainan lain dari kulit seperti kemerahan dan meradang.

Inspeksi

3. Kepala dan Leher


Daerah kepala klien tidak terdapat adanya benjolan ataupun luka pada kepala, distribusi rambut
normal, rambut klien tampak bersih dan lurus, warna rambut klien putih, keadaan kepala simetris
antara kanan dan kiri, depan dan belakang, dan tidak terdapat adanya kelainan dari segi bentuk
kepala.
Daerah leher tidak terdapat adanya pelebaran vena jugularis dan tidak terdapat pembesaran
kelenjar tiroid, serta pembesaran kelenjar limfe dan tidak ada keterbatasan gerak pada leher.
4. Penglihatan dan Mata
Dari hasil pengkajian daerah mata dan penglihatan. Keadaan secara umum normal, tidak ada
kelainan bentuk mata, mata bersih tidak ada kotoran yang melekat, tidak ada peradangan pada
mata, pupil dengan ukuran simetris, klien tidak menggunakan alat bantu seperti kecamata, sclera
tidak tampak ikterik dan dalam system penglihatan, penglihatan klien berkurang, klien tidak
terlau jelas dalam melihat (kabur).
5. Penciuman dan Hidung
Dari hasil pengkajian, daerah hidung dan fungsi system penciuman keadaan secara umum
normal, struktur hidung simetris antara kanan dan kiri, kebersihan hidung tampak bersih, tidak
terdapat adanya polip atau peradangan pada hidung. Dalam system penciuman klien bisa
membedakan bau minyak kayu putih dan alcohol.
6. Pendengaran dan Telinga
Struktur telinga kanan dan kiri simetris, kebersihan telinga baik. Fungsi pendengaran klien
menurun. Klien tidak terlalu mendengar.
7. Mulut dan Gigi
Keadaan mulut dan fungsi organ pencernaan bagian atas, keadaan umum mulut dan gigi normal,
mukosa bibir terlihat sedikit kering, tidak terdapat adanya gangguan menelan dan tidak terdapat
adanya peradangan pada mulut seperti pada gusi dan paring serta tidak terdapat adanya kelainan
bentuk dari mulut. Gigi klien tidak lengkap, klien tidak menggunakan gigi palsu.
8. Dada, Pernafasan dan Sirkulasi
: keadaan dada normal, dan simetris antara kanan dan kiri, terdapat bengkak pada payudara, R =

Palpasi

27 x/menit.
: taktil premitus teraba,ekspansi dada antara kanan dan kiri normal, kulit sekitar payudara

Perkusi

kencang karena edema.


: bunyi perkusi paru vesikuler.

Auskultasi
Sirkulasi

: terdengar ronchi pada bagian apeks paru, S1-S2 tunggal.


: Perfusi darah keperifer sedikit terganggu, di tandai dengan warna ujungujung sedikit pucat,
dan mukosa bibir kering. Turgor kulit kembali lambat (>2 detik), CRT (Capiler Refil Time)
kembali > 2 detik.

Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi

9. Abdomen
: struktur abdomen simetris, tidak ada pembesaran hati dan limfe, kulit dalam keadaan bersih.
: peristaltic usus normal (14 x/menit ).
: tidak terdapat masa pada abdomen,, tidak terdapat nyeri tekan pada abdomen.
: abdomen dengan bunyi timpani (normal).
10. Genetalia dan Reproduksi
Klien berjenis kelamin perempuan, klien mengatakan tidak memiliki keluhan pada genetalia dan
kelainan bentuk pada anatomi fisiologi, pada system reproduksi, dan klien tidak menggunakan
kateter.
11. Ekstrimitas Atas dan Bawah
Rentang gerak terbatas, kekuatan otot menurun, klien kurang mampu melakukan mobilisasi.
Terdapat kaki bengkak pada bagian sebelah kanan dan terpasang venflon pada tangan sebelah
kanan. Tidak terdapat adanya gangguan lain. Skala ekstrimitas yaitu 4 (mampu menahan tahanan
ringan).

D.
rumah
RS

KEBUTUHAN FISIK, PSIKOLOGI, SOSIAL DAN SPRITUAL


1. AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT
: dari hasil pengkajian, klien mengatakan pola istirahat disiang hari 2-3 jam, namun pada malam
hari dapat tidur 6-7 jam.
: klien mengatakan di rumah sakit, klien tidak dapat tidur sama sekali, baik siang maupun
malam, dibuktikan dengan klien gelisah dan meminta obat tidur pada perawat. Aktifitas klien
terbatas, klien melakukan aktifitas dengan bantuan keluarga, seperti ke kamar mandi klien
dituntun oleh keluarga.

rumah

2. PERSONAL HYGIENE
: klien mengatakan, klien mandi 2x sehari dan keramas 1x sehari dan gosok gigi 2x sehari,
potong kuku apabila sudah panjang ( 1x/minggu) , klien tidak memiliki hambatan untuk
\melakukan personal hygiene.

RS

: klien mengatakan selama di rumah sakit, klien hanya mandi 1 kali sehari, dan di bantu keluarga
klien.

rumah
RS

rumah
RS

Di rumah

Di RS

3. NUTRISI
: klien mengatakan, klien makan dalam sehari 1-2 kali sehari, menu yang di sajikan bervariasi,
klien tidak ada memiliki pantangan dan alergi dalam makanan.
: klien mengatakan, tidak ada perbedaan selama di rumah dan di rumah sakit.

4. ELIMINASI
: klien mengatakan, klien di rumah BAB 1 kali sehari dan tidak ada gangguan.
: klien mengatakan tidak ada perubahan BAB di rumah maupun di rumah sakit.
5. SEKSUALITAS
Klien memiliki 5 orang anak perempuan, suami klien telah meninggal dunia. Klien telah
mengalami menopause selama 20 tahun terakhir.
6. PSIKOSOSIAL
: klien mengatakan, hubungan klien dengan keluarga baik dan harmonis. Sering keluar rumah
untuk bercengkerama dengan tetangga khususnya pada sore hari.
: klien mampu berhubungan dengan baik antar pasien satu ruangan, saling bertegur sapa dengan
keluarga pasien lain. Klien juga sangat kooperatif dengan tindakan dokter dan perawat yang
diberikan pada klien, selain itu klien sering bercerita dengan perawat mengenai keluhan yang
dirasakan.
7. SPRITUAL
Klien beragama Islam, keluarga klien selalu mendoakan untuk kesembuhan klien, klien
melakukan shalat dan dzikir sesuai dengan perintah agama yang dipercayainya.

E. DATA FOKUS
1. Inspeksi :
- Klien tampak berbaring
- Klien tampak lemah
- Klien tampak gelisah
- Muka klien tampak meyeringai/ kesakitan
- Klien tampak bernafas tersengal sengal cepat, pendek (sesak khususnya setelah beraktivitas)
- RR 27 x/menit
- Klien terlihat batuk - batuk

2.
3.
4.
-

F.

Palpasi :
Nadi 93 x/menit
Suhu 36,4 0C
Tidak terdapat nyeri tekan pada abdomen
Perkusi :
Pada abdomen tidak terdapat hipertimpani (bunyi timpani)
Auskultasi
Suara nafas ronchi terdengar dibagian apeks paru.
S1-S2 tunggal
Bising usus 14 x/menit

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium tanggal 8 agustus 2014
Para
WBC
Lymph #
Mid #
Gran #
Lymph %
Mid %
Gran %
HGB
RBC
HCT
MCV
MCH
MCHC
RDW-CV
RDW-SD
PLT
MPV
PDW
PCT

H
L
H
L
L

H
H

Hasil
9,3 x 10 ^ 3/uL
1,0 x 10 ^ 3/uL
0,5 x 10 ^ 3/uL
7,8 x 10 ^ 3/uL
11,0 %
5,3 %
83,7 %
11,8 g/dl
3,90 x 10 ^ 6/uL
36,0 %
92,5 fL
30,2 pg
32,7 g/dl
15,7 %
59,2 fL
275 x 10 ^ 3/uL
8,8 fL
15,3
0,242 %

Ref. Range
4,0 10,0
0,8 4,0
0,1 0,9
2,0 7,0
20,0 40,0
3,0 9,0
50,0 70,0
12,0 16,0
3,50 5,50
37,0 50,0
82,0 95,0
27,0 31,0
32,0 36,0
11,5 14,5
35,0 56,0
150 450
7,0 11,0
15,0 17,0
0,108 0,282

Hasil laboratorium 6 Agustus 2014


No.
1

Parameter
Blood

Metode
Glucose GOD-PAP Test

Hasil
178

Random
Aspartat

0
Transaminase (GOT)
C
Alanin Transaminase IFCC. Opt. 37 151 u/L

(GPT)
Bilirubin Total

mg/dl
IFCC. Opt. 37 231 u/L

Nilai Rujukan
Dws. 76-120/Newbon 5598
Lk. 10-37/Pr. 17,8-31 u/L
Lk. 12-40/Pr. 10-32 u/L

C
Jendrassik Graff

2,2

Up to 0,25 mg/dl
Up to 0,75 mg/dl
Up to 0,75 mg/dl

Bilirubin Direct

Schellong

mg/dl
1,7

Bilirubin Indirect

Wende
Jend-Schellong

mg/dl
0,5
mg/dl

Tanggal 14 Agustus 2014


No.
1

Parameter
Aspartat

Metode
Hasil
IFCC. Opt. 37 114 u/L

Transaminase (GOT)

Nilai Rujukan
Lk. 10-37/Pr. 17,8-31 u/L

Alanin Transaminase IFCC. Opt. 37 272 u/L

(GPT)
Bilirubin Total

4
5

Lk. 12-40/Pr. 10-32 u/L

C
Jendrassik Graff

0,80

Up to 0,25 mg/dl

Bilirubin Direct

Schellong

mg/dl
0,50

Up to 0,75 mg/dl

Bilirubin Indirect

Wende
Jend-Schellong

mg/dl
0,22

Up to 0,75 mg/dl

mg/dl
Hasil Pemeriksaan X-Ray
Cardiomegali
G. TERAPI FARMAKOLOGI
1.
2.

Inf. Venflon
Injeksi Lasix, Lasix merupakan obat yang mengandung furosemid. Furosemid adalah

obat golongan diuretic.


3.
4.

Injeksi Ceftriaxone 2 x 1 gr sebagai antibiotik


Nebulizer Combivent 3 x 1 hari berfungsi untuk mengencerkan dahak dan melonggarkan

saluran pernapasan
5. PO Ambroxol 3 x 1 berfungsi sebagai terapi sekretolitik (sekresi lender yang abnormal)
6. PO Hepa Q 3 x 1 berfungsi sebagai suplement untuk membantu fungsi hati
7. PO Biocuvlive 2 x 1 sebagai suplement untuk mempertahankan fungsi hati.
8. PO Curvit 3 x 1 c berfungsi untuk menambah nafsu makan, multivitamin, dan menambah
stamina
9. PO Ethambutol 1 x 1 berfungsi sebagai obat OAT
10. PO Forbiti 1 x 1 berfungsi untuk menstimulasi sistem imun, sebagai terapi penunjang TB
11. PO Spironolactone 25 mg 2 x 1 sebagai terapi pada pasien dengan hiperaldosteron
12. PO Salbutamol 2 mg 3 x 1 berfungsi untuk pengobatan reversible obstruksi jalan nafas
13.

PO Curcuma 3 x 1 Membantu memelihara kesehatan fungsi hati, memperbaiki nafsu

makan dan melancarkan buang air besar.


14.

VIP albumin (diawal terapi) berfungsi sebagai meningkatkan kadar albumin dalam tubuh

klien yang dibawah batas normal (3,5-5,5)

II.

ANALISA DATA

No DATA

MASALAH

ETIOLOGI

Ketidakefektifan

Mukus dan atau secret

DS:

Klien mengeluh batuk, sesak dan pembersihan


nyeri dada.

napas

jalan yang

berlebihan,

ketidakmampuan
mengeluarkan secret.

DO:
Klien tampak sesak nafas (+),
Sesak setelah beraktivitas (+),
Batuk berdahak (+),
Tidak dapat mengeluarkan dahak (+),
Memegang bagian dada saat batuk
karena rasa nyeri ,
Bunyi nafas : Ronki terdengar di
seluruh lapang paru,
CRT > 2 detik,
Tanda Vital :
TD : 140/90 mmHg
R

: 27x/menit

N : 96x/menit
2.

T : 36,40C
DS:
Klien

mengeluh

Kelebihan
bengkak

pada Cairan

beberapa bagian tubuh seperti kaki


tangan dan payudara.
DO:
Edem ekstrimitas bawah (+),
Edema pada tangan sinistra (+),
dekstra (-)
Edema pada payudara (+)

Volume Kelebihan
cairan

asupan

Keadaan kulit tampak menegang dan


mengkilat sekitar edem,
Turgor kulit kembali lambat ( >2
detik)
Pitting edema kembali lambat (> 5
detik)

3.

DS:

Gangguan Pola Tidur Ansietas,

Klien mengeluh tidak dapat tidur pada (Insomnia)

Ketidaknyamanan fisik

malam hari.

(sesak, batuk)

DO:
Klien tampak gelisah,
Terdapat bayangan hitam pada daerah
mata,
Klien tampak lemah.
Prioritas masalah :
1.

Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus dan atau secret yang

2.
3.

berlebihan, ketidakmampuan mengeluarkan secret


Kelebihan Volume cairan berhubungan dengan kelebihan intake cairan
Gangguan pola tidur (insomnia) berhubungan dengan ansietas dan ketidaknyamanan fisik (sesak,
batuk)

III.

INTERVENSI
Penjelasan

Data

Ilmiah
Inspirasi atau

DS:
Klien

mengeluh

batuk, ekspirasi

Tujuan (NOC)
Respiratory

Intervensi (NIC)

status: Airway Management

1.
Ventilation
Respiratory status :
sesak dan sakit dada saat yang
tidak
2.
Airway Patency
batuk.
mencukupi
3.
Vital signs status
ventilasi.
KriteriaHasil :
DO:
4.
1. Tanda vital dalam batas
5.
Klien tampak sesak nafas
6.
normal
(+),
2. Tidak menggunakan
Sesak setelah beraktivitas
(+),
Batuk berdahak (+),
Tidak dapat mengeluarkan
dahak (+),
Memegang

bagian

dada

saat batuk karena rasa nyeri


,
Bunyi

nafas

Ronki

terdengar di seluruh lapang


paru,
CRT > 2 detik,
Tanda Vital :
TD : 140/90 mmHg
R

: 27x/menit

: 96x/menit

: 36,40C

Diagnosa Keperawatan :
Ketidakefektifan

Buka jalan nafas, gunakan teknik chin

atau jaw thrust bila perlu.


Posisikan untuk memaksimalkan ventil
Identifikasi pasien untuk perlu

pemasangan alat jalan nafas buatan.


Pasang nasoparingeal/ mayo bila perlu.
Lakukan fisioterapi dada jikaperlu.
Keluarkan secret dengan batuk

suction.
7. Auskultasi suaranafas,catat adanya s
alat bantu napas
3.
Sekret
berkurang
tambahan.
8.
ditandai dengan batuk Instruksikan cara batuk efektif.
9. Membantu dengan spirometerinsentif
berkurang
10. lakukan suction pada mayo.
4. Dapat mengeluarkan
11. Berikan Bonkodilator bila perlu.
12. Ajarkan klien cara penggunan inh
secret secara aktif

bila perlu
13. Berikan pengobatan aerosol bila per
14. Berikan nebulizer bilaperlu.
15.
Berikan
pelembab
u
kassabasahNaCllembab.
16.
Atur
intake

cairan

mengoptimalkan keseimbangan.
17. Posisi untuk mengurangi dyspnea.
18. Monitor respirasidan status O2.
Oxygen Therapy :
19. Bersihkan mulut,hidung,dan secret.
20. Membatasi merokok.
21. Pertahankan jalan nafas yang paten.
22. Atur peralatan oksigenasi.
23. Monitor aliran oksigen
24.
Pertahankan posisi pasien un

mendapatkan aliran oksigen.


25. Monitor keefektifan terapi oksigen.
26.
Observasi adanya tanda ta
hipoventilasi.

pembersihan

jalan

napas

berhubungan dengan mukus


dan

atau

secret

berlebihan,
ketidakmampuan
mengeluarkan secret

yang

27.

Monitor tanda dan gejala keracu

oksigen dan ateletaksis.


28.
Monitor adanya kecemasan pa

terhadap oksigenasi.
29.
anjurkan pasien untuk mendapa

resepoksigen tambahan sebelum perjala

udara atau perjalanan kedataran tinggi

perlu.
30. berkonsultasi dengan tenaga keseh
lain

mengenai

penggunaan

oks

tambahan selama kegiatan


31.
anjurkan pasiendan keluarga ten
penggunaan oksigen di rumah
Vital sign Status :
32.
monitor tekanan darah,

temperature, dan respirasi.


33. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
34. Monitor Vitl sign saat pasien sed

berbaring,duduk,atau berdiri.
35.
Monitor Vital sign setelah pa
mendapatkan pengobatan jika perlu
36.
Monitor VS
sebelum,selama

sesudah beraktivitas.
37. Monitor tanda dan gejala Hipoter
dan Hipertermia.
38. Monitor kualitas dari Nadi
39.
Monitor frekuensi dan

ir

pernafasan.
40. Monitor suara nafas
41. Monitor pola pernafasan abnormal
42. Monitor suhu, warna, dan kelemba

kulit.
43. Monitor sianosis perifer.
44. Monitor adanya cushing triad (teka
nadi

yang

melebar,

brakikardi,

peningkatan sistolik)
45.
Identifikasi penyebab dan peruba

Vital Sign
46.
Secara berkala memeriksa ketep

instrumen yang digunakan untuk aku


Peningkatan Electrolit

DS:

Klien mengeluh bengkak RetensiCaira


pada beberapa bagian tubuh nIsotonik.
seperti kaki tangan dan
payudara.
DO:
Edem

1.
2.
3.
4.
Kriteria Hasil :
5.
1. Turgor kulit kembali
balance
Fluid balance

2.
ekstrimitas

bawah

(+),
Edema pada tangan sinistra
(-xk), dekstra (+)
Edema pada payudara (+)
Keadaan

kulit

tampak

menegang dan mengkilat


sekitar edem,
Turgor kulit kembali lambat
( >2 detik)
Pitting edema

kembali

lambat (> 5 detik)

Monitor beratbadan normal.


Timbang popok atau pembalut,jikaperl
Pertahankan catatan intake dan otput.
Pasang kateterurin, jikaperlu
Monitor status hidrasi (membrane mu
kepatenannadi, dan tekanan darah

cepat (< 2 detik)


perlu)
Edema berkurang
6. Monitor hasil Hb yang sesuai den
bahkan hilang
retensi cairan (BUN,Hmt,osmolaritasur
7. Monitor status hemodinamik terma

CVP, MAP, PAP, PCWP)


8. Monitor vital sign.
9. Montor indikasi retensi /kelebihan cair

crales CVP, edema, distensi vena le

asites)
10. Mengelola terapi IV
11. Monitor status nutrisi
12.
Kolaborasi pemberian diuritik se

intruksi
13. Batasi masukan cairan pada kead
hiponatremi dilusi dengan serum Na<

Meq/i
14.
Kolaborasi dokter jika tanda ca

Diagnosa Keperawatan :
Kelebihan Volume cairan
berhubungan

and

data pasien.
acid Fluid management :

dengan

kelebihan intake cairan

berlebih muncul memburuk.


Electrolyte managemet :
15. Monitor adanya serum electrolit y
abnormal
16.
Monitor

tanda

dan

ketidakseimbangan elektrolit
17. Menjaga patensi cairan IV
18. Kelola keseimbangan cairan
19.
Pertahankankeakuratan intake
output.

ge

20.

berkonsultasi dengan dokter ten

pemberian

obat

sparing

elekt

(spironolactone)
21. memantau respon pasien terhadap te
elektrolit.
Gangguankua Anxiety reduction
Sleep: extent and patern
Klien mengeluh tidak dapat litasdankuant
1.

Anxiety Reduction :

tidur pada malam hari.

meyakinkan ketenangan pasien.


Menjelaskan segalaprosedur ,terma

DS:

itaswaktutidu
rakibat factor
1.
eksternal.

DO:
cemas

Cemas

dalam

menghadapi penyakit,
Terdapat bayangan hitam
pada daerah mata,

2.

berkurang perasaan

mempromosikan

Diagnosa Keperawatan :
pola

(insomnia)
dengan

ansietas

ketidaknyamanan
(sesak, batuk)

dan

peraw

keselamatan

6.

mengurangi rasa takut


Mendorong keluarga untuk tetap bes

7.

pasien.
Menciptakan keadaan saling perc

8.

dengan pasien.
Identifikasi jika level ansietas beru

9.

Sleep enhancement
Determinasi efekefekmedikasi terha

10.
11.
12.
13.

pola tidur.
Atur waktu tidur pasien .
Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
Monitor waktu tidur pasien.
Instruksikan pasien memonitor pola t

tidur

berhubungan

prosedur

klien

Klien tampak lemah.

Gangguan

selama

dapat dilakukan.
3. Berusaha memahami perspective pa
mengungkapkan rasa
selama situasi stress.
cemas yang berkurang
4.
memberikan informasi aktual ten
2.
Klien dapat tidur
diagnosis, pengobatan, danprognosis.
malam 6-8 jam.
5.
Tetap
bersama
pasien
u
dengan

Klien tampak gelisah,


Klien

Kriteria Hasil :

Menggunkan teknik pendekatan u

fisik

sendiri.
14. memantau partisipasi klien dalam kegi

kelelahan selama terjaga untuk mence

overtiredness
15. fasilitas untuk memperthankan aktiv
sebelum tidur.(membaca)

16. ciptakan lingkungan yang nyaman


17. kolaborasi pemberian obat tidur
18. diskusikan dengan pasien dan kelu

tentang teknik tidur patient.


19. Monitor waktu makan dan minum den

waktu tidur
20. Monitor waktu kebuthan tidur pa
setiap hari.

Sleep enchanment;
21. Determinasi efek-efek medikasi terha

pola tidur
22. Pastikan pasien tidur teratur
23. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
24. Fasilitas untuk mempertahankan aktiv

sebelum tidur
25. Ciptakan lingkungan yang nyaman
26. Kolaborasi pemberian obat tidur
27. Diskusikan dengan pasien dan kelu

tentang teknik tidur pasien


28. Instruksikan untuk memonitor tidur pas
29. Monitor waktu makan dan minum den

waktu tidur
30. Monitor waktu / kebutuhan tidur pa
setiap hari
31. Menentukan efek obat pasien pada
32.

tidur
Monitor catatan pengobatan pada t

33.

dan jumlah jam tidur


Memantau pola tidur

pasien,

perhatikan fisik (sleep apnea, obstr

jalan napas, nyeri, dan frekuensi kencin


34. Membantu untuk menghilangkan sit
stres sebelum tidur

IV. IMPLEMENTASI
No

Hari/

Pukul

Tanggal

Nomor

Implementasi

Diagnosa

1.
2.
3.

Memonitor tanda vital.


Monitor irama permafasan.
Memposisikan klien untuk

4.
5.
6.
7.
8.

(semifowler/fowler)
Melakukan fisioterapi dada.
Mengauskultasi suara nafas,mencatat adanya suara tambaha
Memonitor keefektifan terapi oksigen.
Mengobservasi adanya tanda hipoventilasi.
Memberikan terapi nebulizer ( Combivent 2,5 ml 3x1 )

1.

Memonitor status hidrasi (membrane mucus, kepatenan n

2.
3.

dan tekanan darah jika perlu)


Memonitor vital sign.
Memonitor indikasi retensi /kelebihan cairan (edema, dist

2.

pasien.
Menjelaskan segala prosedur, termasuk perasaan sel

prosedur perawatan dilakukan.


3. Memberikan informasi aktual tentang diagnosis, pengoba

dan prognosis.
Mendorong keluarga untuk tetap bersama klien.
Mengatur waktu tidur klien
Menciptakan lingkungan yang nyaman.
Fasilitas untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur
diskusikan dengan pasien dan keluarga tentang teknik t
patient.

V. EVALUASI
Hari/
Tanggal

Pukul

Nomor
Diagnosa

vent

vena leher, asites)


4. Mengelola terapi IV
5. Memonitor status nutrisi
6. Berkolaborasi pemberian diuretic,( Lasix 2 ml )
1. Menggunakan teknik pendekatan untuk meyakinkan ketenan

4.
5.
6.
7.
8.

No

memaksimalkan

Evaluasi

Kamis,

12:03

21/08/14

WITA

S : Klien mengatakan sesak, batuk dan sakit dada saat batuk.

O :
Klien tampak sesak nafas (+),
Pemberian oksigen 3 lpm (+),
Sesak setelah beraktivitas (+),
Penggunaan otot bantu napas (-),
Batuk berdahak (+),
Tidak dapat mengeluarkan dahak (+),
Memegang bagian dada saat batuk karena rasa nyeri ,
Bunyi nafas : Ronki terdengar di bagian apeks paru.
CRT > 2 detik (kembali lambat),
Tanda Vital :
TD : 110/80 mmHg
N : 98 x/menit
R : 38 x/menit
T : 36,50C
A : Masalah belum teratasi
P

: Melanjutkan intervensi airway management, oksigen terapi

dan vital sign status.


S : Klien mengeluh bengkak pada beberapa bagian tubuh seperti
kaki tangan dan

payudara.

O :
Edem ekstrimitas bawah (+),
Edema pada tangan sinistra (-), dekstra (+)
Edema pada payudara (+)
Keadaan kulit tampak menegang dan mengkilat sekitar edem,
Turgor kulit kembali lambat ( >2 detik)
Pitting edema kembali lambat (> 5 detik)
A : Masalah belum teratasi

P : Melanjutkan intervensi fluid management


S : Klien mengeluh tidak dapat tidur pada malam hari.
O :
Klien tampak gelisah,
Klien mengungkapkan rasa cemas dalam menghadapi
penyakit,
Terdapat bayangan hitam pada daerah mata,
Klien tampak lemah,
Klien tidur hanya 2-3 jam pada malam hari.
A : Masalah belum teratasi

P
4

Jumat,

17:45

22/08/14

WITA

: Melanjutkan intervensi anxiety reduction and sleep

enchanment
S : Klien mengatakan masih sesak, dan batuk.

O :
Klien tampak sesak nafas (+),
Pemberian oksigen 2 lpm (+),
Sesak setelah beraktivitas (+),
Penggunaan otot bantu napas (-),
Batuk berdahak (+),
Tidak dapat mengeluarkan dahak (+),
Memegang bagian dada saat batuk karena rasa nyeri ,
Bunyi nafas : Ronki terdengar di seluruh lapang paru,
CRT > 2 detik (kembali lambat),
Tanda Vital :
TD : 120/80 mmHg
N : 78 x/menit
R : 22 x/menit
T : 36,50C
A : Masalah belum teratasi
P

: Melanjutkan intervensi airway management, oksigen terapi

dan vital sign status.


S : Klien mengeluh bengkak pada beberapa bagian tubuh seperti
kaki tangan dan

payudara.

O :
Edem ekstrimitas bawah (+),
Edema pada tangan sinistra (-), dekstra (+)
Edema pada payudara (+)
Keadaan kulit tampak menegang dan mengkilat sekitar edem,
Turgor kulit kembali lambat ( >2 detik)
Pitting edema kembali lambat (> 5 detik)
A : Masalah belum teratasi

P : Melanjutkan intervensi fluid management


S : Klien mengeluh tidak dapat tidur pada malam hari.
O :
Klien tampak gelisah,
Klien mengungkapkan rasa cemas dalam menghadapi
penyakit,
Terdapat bayangan hitam pada daerah mata,

Klien tampak lemah,


Klien tidur hanya 2-3 jam pada malam hari.
A : Masalah belum teratasi
P
7

Sabtu,

20:00

23/08/14

WITA

: Melanjutkan intervensi anxiety reduction and sleep

enchanment
S : Klien mengatakan sesak setelah beraktivitas (setelah dari

toilet).
O :
Klien tampak sesak nafas (+),
Pemberian oksigen 2 lpm (+),
Sesak setelah beraktivitas (+),
Penggunaan otot bantu napas (-),
Batuk berdahak (+),
Tidak dapat mengeluarkan dahak (+),
Memegang bagian dada saat batuk karena rasa nyeri ,
Bunyi nafas : Ronki terdengar di seluruh lapang paru,
CRT > 2 detik (kembali lambat),
Tanda Vital :
TD : 130/80 mmHg
N : 85 x/menit
R : 30 x/menit
T : 36,50C
A : Masalah belum teratasi
P

: Melanjutkan intervensi airway management, oksigen terapi


dan vital sign status.
S
: Klien mengatakan bengkak pada

bagian tangan

berkurang.
O :
Edem ekstrimitas bawah (+),
Edema pada tangan sinistra (-), dekstra (-)
Edema pada payudara (<)
Keadaan kulit tampak menegang dan mengkilat sekitar edem
(<),
Turgor kulit kembali cepat ( <2 detik)
Pitting edema kembali lambat (> 5 detik)
A : Masalah teratasi sebagian
P : Melanjutkan intervensi fluid management

S : Klien mengeluh tidak dapat tidur pada malam hari.


O :
Klien tampak gelisah,
Klien mengungkapkan rasa cemas dalam menghadapi
penyakit,
Terdapat bayangan hitam pada daerah mata,
Klien tampak lemah,
Klien tidur hanya 2-3 jam pada malam hari.
A : Masalah belum teratasi
P

: Melanjutkan intervensi anxiety reduction and sleep

enchanment.

BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Ny.A dengan gangguan system pernapasan TB
Paru di Rumah Sakit Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. Maka pada BAB ini akan dibahas
tentang kesenjangan antara teori dan kasus yang ditemukan di lahan praktek.
Pada BAB ini dibahas tentang kesenjangan teori yang ditemukan dilahan praktek;
A. Pengkajian
Tahap pengkajian adalah tahap awal dari pelaksanaan asuhan keperawatan, kami tidak
menemukan kesulitan dalam

mengkaji klien karena klien mengalami penurunan fungsi

pendengaran sehingga pengkajian data didapat dari keluarga klien, dari hasil pengkajian klien
mengeluh batuk berdahak sejak 2 bulan yang lalu,klien mengalami penurunan nafsu
makan,sehingga berat badan turun,dan berkeringat di malam hari,sedangkan di teori disebutkan
bahwa tanda dan gejala pada pasien dengan tuberculosis paru yaitu batuk berdarah atau ada
dahak di sputum,berat badan turun & letih batuk lebih dari 3 minggu dan nyeri dada,keringat di
malam hari dan nafsu makan hilang. Pada hasil foto rontgen ditemukan Cardiomegali pada
klien,cardiomegaly disebabkan oleh keadaan dimana terjadi perubahan pada struktur jaringan
paru sehingga darah menjadi lebih sulit untuk melewati paru paru /Hipertensi Pulmonal karena
itu bilik jantung kanan yang memompa darah ke paru paru perlu kerja ekstra keras sehingga
tidak seperti bilik kiri yang membesar tapi bilik kanan,tapi jika sudah berat bahkan bilik kiri pun
akan ikut membesar,kardiomegali sering kali menunjukan bahwa jantung telah lama mengalami
kegagalan fungsi yang sudah berlangsung cukup lama dan berat.selain itu kardiomegali
cenderung membuat jantung mudah terkena penyakit jantung coroner karena jantung yang besar
perlu pasokan darah dan oksigen yang besar sedangkan pasokan darah belum tentu
lancar.Sedangkan edema yang muncul pada klien di sebabkan oleh penumpukan cairan
interesteitial,dan pada saat pengkajian klien mengatakan tidak pernah mengalami serangan
jantung.data-data pasien seperti hasil laboratorium sebagai data penunjang dan obat-obatan yang
dikonsumsi selama dirawat inap didapatkan dari status pasien yang diambil dari rekam medis.
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian kami dapat menegakan 3 (tiga) diagnosa keperawatan yang telah
diproiritaskan yaitu:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2. Kelebihan volume cairan

3. Gangguan pola tidur (insomnia).


Sedangkan yang tidak terdapat atau tidak diangkat pada kasus, yaitu :
2. Gangguan pertukaran gas (resiko)
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4. Kurangnya pengetahuan (kondisi, aturan, tindakan, dan pencegahan)
C. Intervensi dan Implementasi
Adapun perencanaan yang kami lakukan adalah sesuai dengan masalah yang timbul atau sedang
dihadapi pasien sehingga kami tidak menemukan kesenjangan antara teori dengan kondisi klien
atau masalah klien.Dalam pelaksanaan tindakan yang kami lakukan sesuai dengan yang telah
ditetapkan. Kami tidak mendapatkan hambatan dalam melaksanakan tindakan tersebut karena
klien dan keluarga sangat kooperatif dalam melakukan tindakan.

D.

Evaluasi
Pada tahap ini kami melakukan asuhan keperawatan pada Ny.A selama 3 hari, asuhan
keperawatan tersebut ada yang teratasi sebagian dan ada pula yang masih belum teratasi.
Masalah yang belum teratasi terdapat pada diagnose I dan III yaitu ketidakefektifan bersihan
jalan nafas dan gangguan pola tidur (insomnia). Sedangkan yang telah teratasi sebagian yaitu
diagnose II yaitu kelebihan volume cairan.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.

TB merupakan salah satu masalah kesehatan penting di indonesia. Selain itu, Indonesia
menduduki ke-3 negara dengan jumlah penderita TB terbanyak di dunia setelah India dan China.
Jumlah pasien TB di Indonesia adalah sekitar 5,8% dari total jumlah pasien TB dunia. Di
Indonesia, diperkirakan setiap tahun terdapat 528.000 kasus TB paru dengan kematian sekitar
91.000 orang. Angka prevalensi TB di Indonesia pada tahun 2009 adalah 100 per 100.000
penduduk dan TB terjadi pada lebih dari 70% usia produktif. Laporan WHO tentang angka
terjadinya TBC, evaluasi selama 3 tahun dari 2008, 2009, 2010 menujunjukkan bahwa kejadian

2.

TBC Indonesia mencapai 189 per 100.000 perduduk.


Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Myobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga

3.

mengenai organ tubuh lainnya. (Depkes RI, 2007).


Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru
Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termasuk meningens, ginjal, tulang,

4.

dan nodus limfe. (Suzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare, 2002 ).


Pada kasus Ny. A diduga klien tertular kuman TB (Myobacterium tuberculosis) karena kontak

5.

langsung dengan penderita TB yaitu anak klien.


Pada kasus Ny. A didapatkan diagnosa keperawatan
Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus dan atau secret yang

berlebihan, ketidakmampuan mengeluarkan secret


Kelebihan Volume cairan berhubungan dengan kelebihan intake cairan
Gangguan pola tidur (insomnia) berhubungan dengan ansietas dan ketidaknyamanan fisik
(sesak, batuk)

B. Saran
1. Hindari atau jauhi segala faktor-faktor yang dapat menyebabkan seseorang terinfeksi TB paru
2.

seperti alkohol, kontak langsung dengan penderita TB


Apabila seorang yang telah didiagnosa menjalani pemeriksaan fisik, uji tuberkin, mantoux,

radiografi dada dan pemeriksaan bakteriologi atau kistologi


3. Lakukan 3 prinsip pengobatan yaitu:

Reginen harus terdiri dari banyak obat-obatan yang sesuai untuk organisme tersebut

Obat-obatan tersebut harus digunakan secara teratur

Obat harus dilakukan dalam waktu yang cukup untuk memberikan terapi yang efektif dan paling
aman dalam waktu jangka pendek.

DAFTAR PUSTAKA
Huda Nurarif, Amin dan Kusuma, Hardhi jilid 2. 2013. Aplikasi ASKEP berdasarkan
Diagnosa Medis NANDA NIC NOC. Jakarta : Mediaction publishing.
Debora, Oda. 2012. Proses Keperawatan Dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Salemba
Medika.
Potter, PA & Perry, AG. 2005. Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Arthur C. Guyton & John E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Mansjoer, Arif 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Media Aesculapis, Jakarta.
Rahmad Juwono, 1996, Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3, FKUI, Jakarta.
Muttaqin Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Banjarmasin : Salemba Medika

Vous aimerez peut-être aussi