Vous êtes sur la page 1sur 9

Efek Minyak Atsiri Daun Sirsak (Annona Muricata Linn.

) Terhadap Kadar Bilirubin Total, Bilirubin


Direct, dan Bilirubin Indirect Serum Tikus Wistar yang Diinduksi Rifampisin
Avif Irkhamil Sativa*, Rima Zakiyah**, Dini Sri Damayanti**
*Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang
**Staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang
E-mail: avif15egga@gmail.com
ABSTRAK
Pendahuluan :Rifampisin merupakan salah satu Obat Anti Tuberkulosis(OAT) yang memiliki efek hepatotoksik
dan berpotensi meningkatkan ROS(Reactive Oxygen Species) yang bisa menyebabkan nekrosis sel hepar dan
dapat mengganggu fungsi konjugasi bilirubin serum.Pemberian minyak atsiri daun sirsak yang menunjukkan
adanya seskuiterpen dengan senyawa utama -caryophyllene.Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan
efek minyak atsiri daun sirsak (Annona muricata Linn.) terhadap kadar bilirubin total, bilirubin direct, dan
bilirubin indirect serum tikus wistar jantan yang diinduksi rifampisin dan minyak jagung.
Metode : Penelitian true ekspreimental dengan control group test only secara invivo menggunakan 25 tikus
wistar jantan yang dibagi menjadi 5 kelompok, yakni kelompok kontrol negatif(KN), kelompok kontrol positif
(KP) yang diinduksi rifampisin, kelompok perlakuan (P1, P2, P3) diinduksi rifampisindan minyak atsiri 1,5%,
3%, 6% selama 6 minggu dan dilanjutkan dengan pemeriksaan kadar bilirubin total, bilirubin direct, dan bilirubin
indirect serum. Data dianalisa menggunakan uji Kruskal Wallis dilanjutkan dengan post hoc test menggunakan
Least Significant Difference (LSD).Hasil dikatakan bermakna bila p<0,05.
Hasil :Induksi rifampisin pada KP dapat menurunkan kadar bilirubin total, dan bilirubin direct (p>0.05)
dibandingkan dengan KN. Dan induksi rifampisin pada KP mampu menurunkan kadar bilirubin indirect serum
sebesar 80 % (p<0.05) dibandingkan dengan KN. Pemberian minyak atsiri daun sirsak dapat meningkatkan kadar
bilirubin total dan bilirubin (p>0.05) dibandingkan dengan KN. Sedangkan pemberian minyak atsiri daun sirsak
P2 mampu meningkatkan kadar bilirubin indirect di banding KP (p<0.05).
Kesimpulan :Minyak atsiri daun sirsak (Annona muricata Linn.) mampu meningkatkan kadar bilirubin indirect
serum, tetapi tidak dapat meningkatkan kadar bilirubin total dan bilirubin direct serum meskipun masih dalam
kadar normal.
Kata kunci : rifampisin, minyak atsiri daun sirsak, AnnonamuricataLinn., bilirubin total, bilirubin direct,
bilirubin indirect.

Effects of Essential Oils of Annona muricata Linn. on Total Bilirubin, Bilirubin Direct
and Indirect Bilirubin Serum in Male Rats Induced by Rifampicin
Abstract
Introduction: Rifampicin is one of the Anti-Tuberculosis Drugs (OAT) which have hepatotoxic effects and
potentially increased ROS (Reactive Oxygen Species) that can cause necrosis of liver cells and can disrupt the
function of bilirubin conjugation serum. Essential oil of Annona muricata Linn showed sesquiterpene compounds
-caryophyllene. Tujuan main research is to prove the effect of essential oils of Annona muricata Linn. on levels
of total bilirubin, direct bilirubin and indirect bilirubin serum male wistar rats were induced rifampin and corn oil.
Methods: This was an true expreimental with control group test only in vivo and used 25 male rats were divided
into five groups. The negative control group (KN), the positive control group (KP) induced rifampicin, the
treatment group (P1, P2, P3) induced rifampisin and essential oil 1.5%, 3%, 6% for 6 weeks and then the data
collected to check levels of total bilirubin, direct bilirubin and indirect bilirubin serum. Data were analyzed using
Kruskal Wallis test followed by post hoc test using the Least Significant Difference (LSD) The results said to be
significant if p <0.05.
Results: Group KP can decrease total bilirubin, direct bilirubin serum than group KN (p>0.05) and can decrease
80% indirect bilirubin serum than group KN (p<0.05). Treatment essential oils of Annona muricata Linn.group
P2 can increase bilirubin indirect serum than group KP (p<0.05).
Conclusion: Essential oils leaves of Annona muricata Linn. were able to increase serum indirect bilirubin levels,
but can not increase the levels of total bilirubin and direct bilirubin serum although still within normal levels.
Keywords: rifampicin, essential oil, Annona muricata Linn., Total bilirubin, direct bilirubin, indirect bilirubin
PENDAHULUAN
Rifampisin
dapat
digunakan
untuk
menghambat
pertumbuhan
Mycobacteria

tuberculosis dan Mycobacteria leprae. WHO telah


merekomendasikan rifampisin sebagai salah satu
obat yang digunakan sebagai pengobatan jangka
pendek pasien penderita TB selama 6-8 bulan atau
yang disebut sebagai strategi DOTS (Direct
Observed Treatment, Short-Course Chemotherapy).
Rifampisin sebagai obat utama TB mempunyai efek
hepatotoksik yang paling ringan .Sebanyak 16 dari
500.000 pasien dilaporkan meninggal berkaitan
dengan hepatotoksisitas rifampisin13.
Rifampisin
bersifat
bakterisid,
dapat
membunuh kuman semi-dormant (persisten) yang
tidak dapat dibunuh oleh isoniazid.Rifampisin
biasanya dikonsumsi bersama dengan INH dalam
jangka panjang pada penderita TB.Rifampisin dapat
menyebabkan hepatotoksik dengan menginduksi
sistem CYP-450 pada hepar dan usus, yang dapat
meningkatkan metabolisme dari senyawa lain15.
Meningkatnya
CYP-450akan
berpotensi
meningkatkan produksi dari radikal bebas, sehingga
terjadi peningkatan peroksidasi lipid danstress
oksidatif yang menyebabkan nekrosis sel hepar1
Kerusakan sel-sel hepar atau hepatotoksik
dapat
mengganggu
fungsi
hepar
dalam
melaksanakan berbagai proses penting. Salah
satunya adalah proses konjugasi dan distribusi
Bilirubin. Bilirubin merupakan hasil perombakan
dari hemoglobin yang ikut aliran empedu melewati
hepar dan mengalami konjugasi di dalam
hepar17.Kerusakan
sel
hepar
menyebabkan
peningkatan kadar bilirubin di dalam darah
(hiperbilirubinemia).
Penyebab
umum
hiperbilirubinemia adalah terjadinya sumbatan pada
saluran dukrus biliaris atau kerusakan sel hepar
sehingga terjadi penurunan ambilan bilirubin tak
terkonjugasi yang disebabkan karena menurunnya
aktivitas enzim UDP-glukoroniltransferase(UDPGT) atau bisa karena menurunnya sintesis substrat
untuk enzim itu, yaitu UDP-asam glukoronat
(Robert, 2003). Dua tipe dari ikterus ini disebut
sebagai ikterus hemolitik dan ikterus obstruktif5.
Untuk mengatasi efek hepatotoksik dari
Rifampisin,
dibutuhkan
hepatoprotektor.
Hepatoprotektor adalah senyawa atau zat yang
berfungsi untuk melindungi dan memperbaiki
jaringan hepar yang rusak akibat toksik3 .Adanya
trend back to nature di masyarakat dalam
memelihara kesehatan dan kebugaran tubuh,
mendorong pencarian sumber antioksidan yang
berasal dari alam9. Bahan alami dari herbal
merupakan salah satu pilihan adalah tanaman
Sirsak (Annona muricata Linn).Tanaman sirsak
diduga memiliki efek hepatoprotektor karena
memiliki kandungan antioksidan yang dapat
menangkal radikal bebas6. Khasiat tanaman Sirsak
yang lain (Annona muricata linn.) sebagai anti-

arthritic, antikanker, antikonvulsan, antidiabetik,


anti-inflamasi,
antihipertensi,
antiparasit,
insektisida, dan wound healing12.
Daun Sirsak (Annona muricata linn.) kaya
akan beberapa senyawa penting termasuk
didalamnya protein, kalsium, fruktosa, lemak,
vitamin A dan vitamin B, dan minyak atsiri
sehingga daun sirsak biasa digunakan pada
beberapa produk kesehatan herbal sebagai obat
kanker, asam urat, diabetes dan eczema 16. Analisis
GC-MS pada minyak atsiri daun sirsak (Annona
muricata linn.)menghasilkan 19 komponen yang
teridentifikasi. Dalam minyak atsiri komponen
terbesar adalah sesquiterpene hydrocarbons yang
terdiri
caryophyllene
(38.9%);
-cadinene
(6.0%);-humulene (4.3%), serta phenylpropanoid
eugenol
(30.2%)
dan
sesquiterpenoid
caryophyllene oxide (5.0%)10.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti
bertujuan
untuk
membuktikan
efek
hepatoprotektor
minyak atsiri daun Sirsak
(Annona muricata Linn) terhadap kadar bilirubin
direct, bilirubin indirect, dan bilirubin total dalam
percobaan tikus putih wistar jantan yang diinduksi
rifampisin.
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian
dilaksanakan
secara
true
eksperimental
laboratorium
dengan
desain
penelitian control group post test only design secara
in vivo menggunakan hewan coba tikus strain
wistar yang diberi perlakuan dengan induksi
Rifampisin 10 mg/KgBB selama 6 minggu sesuai
dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Nahdhiyah (2012). Semenara dosis minyak atsiri
merupakan
dosis
eksplorasi.Penelitian
ini
dilaksanakan di Laboratorium Faal, Patologi
Anatomi dan Patologi Klinik Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya,
Laboratorium
Putra
Indonesia dan Laboratorium Kimia Fakultas
Kedokteran Unisma.
Prosedur Penelitian
Penelitian menggunakan hewan coba tikus
wistar putih (Rattus novergicus) dengan kriteria
inklusi berjenis kelamin jantan, berusia sekitar 12
minggu, dengan kisaran berat badan 150-200 gram,
dengan kriteria kondisi sehat. Tikus yang sehat
memiliki ciri bulu bersih dan mengkilat, mata jernih
bersinar, nafsu makan baik dan berat badan
bertambah setiap hari.
Tikus
wistar
jantan
dipilih karena tidak dipengaruhi siklus hormonal
estrogen yang dapat menyebabkan efek bias dari
hasil penelitian.

Penelitian menggunakan 25 tikus wistar


jantan yang dibagi menjadi 5 kelompok dan dalam
satu kandang terdiri dari maksimal 2 ekor tikus,
yakni kelompok kontrol negatif (KN), kelompok
kontrol positif (KP) yang diinduksi rifampisin,
kelompok perlakuan (P1, P2, P3) diinduksi
rifampisin dan minyak atsiri 1,5%, 3%, 6% selama
6 minggu. Sebelum dilakukan penelitian,
dilakukan adaptasi tikus selama 7 hari terlebih
dahulu.
Pembuatan Dan Induksi Rifampisin
Rifampisin yang diberikan sebesar 600mg/hari
(10 mg/kgBB/hari). Rifampisin ditimbang pada
timbangan digital sesuai dengan dosis, kemudian
dilarutkan dengan minyak jagung sampai 1 ml
dalam botol sentrifuge. Induksi Rifampisin
dilakukan dengan bantuan alat sonde setiap hari
selama 6 minggu11. Induksi rifampisin ini diberikan
pada kelompok perlakuan Kontrol Positif (KP),
kelompok perlakuan dengan pemberian larutan
minyak atsiri daun sirsak 1,5% (P1) , kelompok
perlakuan dengan pemberian larutan minyak atsiri
daun sirsak 3% (P2) dan kelompok perlakuan
dengan pemberian larutan minyak atsiri daun sirsak
6% (P3).
Pembuatan dan pemberian larutan minyak atsiri
daun sirsak (Annona muricata Linn.)
Pembuatan minyak atsiri daun sirsak
menggunakan metode destilasi uap air.Simplisia
daun sirsak yang sudah diiris-iris dimasukkan
kedalam ketel alat destilasi sebanyak 15 kg secara
bertahap.Penyulingan minyak atsiri dilakukan
dengan metode destilasi uap air.Simplisia Daun
sirsak yang sudah diiris-iris dimasukkan kedalam
ketel alat destilasi uap sebanyak 15 kg secara
bertahap.Ketel suling dirangkai dengan pendingin
(kondensor).Ketel uap kemudian dipanaskan hingga
tekanan 1, atm. Uap yang dihasilkan disalurkan
melalui selang yang sedah terhubung dengan ketel
suling.Air dialirkan pada kondensor dan dijaga agar
air terus mengalir, sehingga minyak yang menguap
semuanya terembunkan dan tidak lepas ke
udara.Hasil destilasi adalah minyak atsiri yang
belum murni.Destilat yang diperoleh merupakan
campuran minyak dengan air yang selanjutnya
dipisahkan dalam corong pisah.Pemisahan yang
sempurna, destilat di tambahkan N-heksana sebagai
pengikat minyak. Setelah bagian (fase) air dan fase
minyak terpisah, masing-masing ditampung ke
dalam tabung Erlenmeyer. Kemudian fase minyak
diuapkan (evaporasi) dengan evaporator pada suhu
45C untuk menguapkan N-heksana sehingga
tersisa minyak atsiri murni.
Minyak atsiri dengan konsentrasi 1,5%, 3%
dan 6% dilarutkan dalam minyak jagung sampai

mencapai 1ml. Perhitungan dosis minyak atsiri


menggunakn rumus V1M1 = V2M2. setelah itu miyak
atsiri diberkan 2 secara personde setelah 2 jam
pemberian rifampisin pada kelompok P1, P2, dan
P3.
Pemeriksaan Kadar Bilirubin Total, Bilirubin
Direct Dan Bilirubin Indirect Serum
Pemeriksaan kadar bilirubin menggunakan
metode Jendrassik-grof. Tahapan pemeriksaan
kadar bilirubin total dan direk adalah sebagai
berikut, darah diambil sebanyak 3 cc pada masingmasing tikus kemudian disentrifugasi dengan
kecepatan 3000 rpm dalam waktu 15 menit.
Pemeriksaan kadar bilirubin menggunakan
metode Jendrassik-grof. Tahapan pemeriksaan
kadar bilirubin total dan direk adalah sebagai
berikut, Darah diambil sebanyak 3 cc pada masingmasing tikus kemudian disentrifugasi dengan
kecepatan 3000 rpm dalam waktu 15 menit.
Pada pemeriksaan bilirubin total dengan
memasukan reagen 1 yang terdiri dari sulfanic acid
dan HCL sebanyak 200 l, reagen 3 yang terdiri
dari (Caffein dan Sodium benzoate sebanyak 1,0 ml
,dan sampel serum 200 l kedalam tabung 1 dan
tabung 2. Pada tabung 1 (sample blank) tidak diberi
tambahan apapun sedangkan pada tabung 2
(sample) diberi tambahan reagen 2 yang terdiri dari
Sodium nitrite sebanyak 1 tetes. kedua tabung di
kocok dan di inkubasi selama 10 menit pada suhu
20-25 C. Setelah itu, kedua tabung ditambahkan
Reagen 4 yang terdiri dari Tartarate dan sodium
hydroxide sebanyak 1,0 ml. Kemudian kedua
tabung di kocok dan di inkubasi selama 5 menit
pada suhu 20-25C. Selanjutnya dilakukan
pengukuran absorbansi sampel blanko dan sampel
dengan menggunakan spektrofotometri pada
panjang gelombang 578 nm.
Pada pemeriksaan bilirubin direct dengan
memasukan reagen 1 yang terdiri dari sulfanic acid
dan HCL sebanyak 200 l, Saline 0,9% NaCl
sebanyak 2,0 ml dan sampel serum 200 l ke dalam
tabung 1 dan tabung 2. Pada tabung 1 (sample
blank) tidak diberi tambahan apapun sedangkan
pada tabung 2 (sample) diberi tambahan reagen 2
yang terdiri dari Sodium nitrite sebanyak 1 tetes.
Kedua tabung di kocok dan di inkubasi selama 5
menit pada suhu 20-25 C. Selanjutnya dilakukan
pengukuran absorbansi sampel blanko dan sampel
dengan menggunakan spektrofotometri pada
panjang gelombang 546 nm. Hasil yang diperoleh
dihitung dengan cara :
Total bilirubin (mg/dL)=ASample x 10,8
Direct bilirubin (mg/dL)=ASample x 14,4
Indirect bilirubin =Total bilirubin-Bilirubin direct

Teknik Analisa Data


Data yang diperoleh dianalisis secara statistik
menggunakan uji Kruskal-Wallis untuk mengetahui
adanya perbedaan antar perlakuan.Hasil dikatakan
bermakna apabila p<0.05.

perbedaan secara
Bilirubin total.

signifikan

terhadap

kadar

Efek Pemberian Minyak Atsiri Daun Sirsak


(Annona Muricata Linn.) Terhadap Kadar Bilirubin
Direct Serum Pada Tikus Wistar Yang Diinduksi
Rifampisin
0.25
0.2
0.2

0.2
0.15
0.1

0.1 0.1

0.05
0

Efek Pemberian Minyak Atsiri Daun Sirsak


Terhadap Kadar Bilirubin Total Pada Tikus Wistar
Jantan Yang Diinduksi Rifampisin
0.6

0.4
0.3

0.5
0.4
0.4
0.3

0.2
0.1
0

KN

KP

P1

P2

KP

P1

P2

P3

Gambar 2 Rerata Kadar Bilirubin Direct Serum


pada Tikus Wistar Setelah Diinduksi Rifampisin
Minyak Atsiri Daun Sirsak (Annona muricata
Linn.) (g/dL)

HASIL PENELITIAN

0.5

KN

P3

Berdasarkan data diatas, diketahui bahwa kadar


Bilirubin direct tidak berbeda secara signifikan (p >
0.05) antara kelompok kontrol negatif dibandingkan
dengan kelompok kontrol positif. Pemberian
minyak atsiri daun sirsak (Annona muricata Linn.)
dosis 1,5%, 3% dan 6% juga tidak berbeda secara
signifikan (p > 0.05) dibandingkan dengan
kelompok kontrol positif. Antar perlakuan juga
tidak terdapat perbedaan terhadap kadar Bilirubin
direct.
Efek Pemberian Minyak Atsiri Daun Sirsak
(Annona Muricata Linn.) 1,5 % Terhadap Kadar
Bilirubin Indirect Serum Pada Tikus Wistar Yang
Diinduksi Rifampisin

Gambar 1 Rerata Kadar Kadar Bilirubin Total


Serum Tikus Wistar yang diinduksi minyak atsiri
daun sirsak (Annona muricata Linn.)(g/dL)

0.6

Berdasarkan data diatas tampak tidak ada perbedaan


kadar Bilirubin total yang signifikan (p > 0.05)
antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok
kontrol positif. Pemberian minyak atsiri daun sirsak
(Annona muricata Linn.) pada kelompok kelompok
perlakuan dengan dosis 1.5%, 3%, dan 6% terhadap
kadar Bilirubin total tidak berbeda secara signifikan
(p > 0.05) dibandingkan dengan kelompok kontrol
positif. Antar perlakuan juga tidak terdapat

0.3

0.5
0.4

0.3
0.3
0.3

0.2
0.1
0

0.1

KN

KP

P1

P2

P3

Gambar 3 Rerata Kadar Bilirubin Indirect Serum


pada Tikus Wistar Setelah Diinduksi Rifampisindan
Minyak Atsiri Daun Sirsak (Annona muricata
Linn.) (g/dL)
Berdasarkan data diatas tampak bahwa kadar
Bilirubin indirect pada kelompok kontrol positif
secara signifikan (p < 0.05) menurun sebesar 80%
dibandingkan dengan kontrol negatif. Pemberian
minyak atsiri daun sirsak (Annona muricata Linn.)
dosis 1.5% dan 6% tidak menyebabkan perbedaan
yang signifikan (p > 0.05) dengan kelompok kontrol
positif terhadap
kadar Bilirubin indirect.
Sedangkan pemberian minyak atsiri daun sirsak
dengan dosis 3% dapat menaikkan kadar Bilirubin
indirect secara signifikan (p < 0.05) sebesar 200%
dibandingkan dengan kontrol positif . Namun antar
perlakuan pemberian minyak atsiri daun sirsak dosis
1,5%, 3% dan 6% tidak berbeda secara signifikan
terhadap kadar Bilirubin indirect tikus wistar jantan
yang diinduksi Rifampisin.
PEMBAHASAN
Efek Pemberian Minyak Atsiri Daun Sirsak
(Annona muricata Linn.) dan Rebusan Daun Sirsak
(Annona muricata Linn.)Terhadap Kadar Bilirubin
Total Tikus Wistar Yang Dinduksi Rifampisin
Pemberian Rifampisin terhadap kadar
Bilirubin total tidak berbeda secara signifikan
dibandingkan dengan kontrol negatif.
Kadar
bilirubin total pada kelompok kontrol positif dalam
batas normal. Hal ini menunjukkan bahwa secara
normal memang terjadi pembentukan dan
peningkatan kadar bilirubin. Bilirubin total
merupakan penjumlahan dari hasil pengukuran
bilirubin direct dan indirect dengan kisaran normal
kurang dari 1,0 mg/dL.
Rifampisin
merupakan
suatu
obat
antituberkulosa, memiliki efek hepatotoksik yang
mudah di absorbsi usus karena bersifat lipofilik dan
kemudian di metabolisme di dalam hepar. Di hepar,
rifampisin berikatan dengan reseptor PXR
(pregnane X receptor) yang mengakibatkan
pengaktifan activator PXR meningkat, sehingga
memicu proses induksi enzim sitokrom P450.
Kelompok sitokrom P450 (CYP450) merupakan
enzim yang berperan untuk memetabolisme obat
fase 1 di hepar (terletak dalam retikulum
endoplasma halus) dengan menggunakan oksigen

dan sebagai kofaktor, NADH, sehingga akan terjadi


peningkatan substrat hasil metabolisme oksidatif.
Peningkatan radikal superoksida (O2-) akan
dinetralisir oleh SOD menjadi hydrogen
peroksida(H2O2), hydrogen peroksida(H2O2) akan
diubah menjadi H2O oleh bantuan katalase dan
GSH dan apabila terjadi reaksi fenton, maka
hydrogen peroksida(H2O2) akan diubah menjadi
radikal hidroksil(OH-) yang sangat tidak stabil.
Apabila peningkatan radikal bebas ini terus
berlanjut dan semakin meningkat, maka akan
menyebabkan peroksidasi lipid, fragmentasi DNA
dan fragmentasi protein sel (Szkudelski, 2001;
Lenzen, 2007). Stress oksidatif akan menyebabkan
kerusakan membrane sel, mitokondria dan
retikulum endoplasmic sehingga akan menyebabkan
gangguan homeostasis kalsium ( Ca2+ di sitosol).
Peningkatan kalsium akan mengaktivasi ATPase
(mempercepat
deplesi
ATP),
fosfolipase
(mencetuskan kerusakan membran), protease
(mengatabolisasi protein membran dan struktural),
dan
endonuklease
(memecah
material
genetik/kerusakan
DNA)
yang
akhirnya
menyebabkan kematian sel hepatosit(Kumar, dkk.,
2007; Chen, et.al., 2006).
Pada penelitian ini Rifampisin dosis 10
mg/KgBB tidak mampu meningkatkan kadar
Bilirubin total, sehingga diduga bahwa Rifampisin
dosis 10 mg/KgBB masih terlalu rendah untuk
dapat merusak fungsi hepar dalam untuk konjugasi
bilirubin, sebab hepar hanya membutuhkan 10-20%
jaringan yang berfungsi untuk tetap bertahan
(Lindseth, 2006). Hal ini dibuktikan dari penelitian
yang dilakukan oleh Jannah (2016) yang
menyebutkan bahwa terjadi peningkatan jumlah
nekrosis sel hepatosit tikus wistar jantan sekitar
27% pada zona I, 29% pada zona II, dan 52% pada
zona 3. Sehingga sel hepar masih mampu mentolerir
fungsi hepar dalam proses konjugasi bilirubin.
Penurunan produksi bilirubin total dibandingkan
kelompok kontrol negatif pada kelompok kontrol
positif walaupun tidak signifikan diduga juga
disebabkan penggunaan minyak jagung sebagai
pelarut yg menyebabkan penghambatan stress
oksidatif yg ditimbulkan oleh rifampisin. Diketahui
bahwa minyak jagung mengandung lebih banyak
asam lemak tak jenuh dan Vitamin E >40%
(Dwiputra, dkk., 2015). Pada uji aktivitas

antioksidan minyak jagung menggunakan metode


2,2 diphenyl-1-picrylhydrazil (DPPH) menunjukkan
nilai penghambatan radikal 50% (IC 50) sebesar
183,85 ppm. Hal ini menunjukkan adanya potensi
antioksidan yang terkandung dalam minyak jagung
yang mampu meredam kerusakan hepar yang timbul
oleh rifampisin.
Pemberian minyak atsiri daun sirsak (Annona
muricata Linn.) pada kelompok kelompok
perlakuan dengan dosis 1.5%, 3%, dan 6% terhadap
kadar Bilirubin total tidak berbeda secara signifikan
(p > 0.05) dibandingkan dengan kelompok kontrol
positif. Diduga karena bahan aktif dari minyak atsiri
daun sirsak bersifat anti radikal bebas dan bekerja
sinergis dengan minyak jagung. Minyak atsiri daun
sirsak memiliki efek antioksidan dan antiinflamasi
yang dapat mencegah kerusakan hepar akibat
Radikal bebas akibat pemberian Rifampisin.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Damayanti
(2016) menunjukkan hasil bahwa aktifitas
antioksidan minyak atsiri daun sirsak yang diukur
menggunakan metode 2,2 diphenyl-1-picrylhdrazil
(DPPH) dapat menghambat radikal 50% (IC 50)
adalah 318,45 ppm walaupun lebih rendah
dibandingkan dengan vitamin C. Pada penelitian
lainnya oleh Sholihah (2016) menyebutkan bahwa
pemberian minyak atsiri daun sirsak (Annona
muricata Linn.) dapat menurunkan faktor inflamasi
TNF- secara signifikan. Menurut Jannah (2016)
Minyak atsiri daun sirsak (Annona muricata Linn.)
mampu memperbaiki nekrosis sel hepar akibat
pemberian
rifampisin
tetapi
tidak
dapat
menginduksi terjadinya proliferasi sel hepatosit.
Antar perlakuan juga tidak terdapat perbedaan
secara signifikan terhadap kadar Bilirubin total
tetapi
terjadi
kecenderungan
peningkatan
dibandingkan kontrol positif. Diduga pada dosis
minimal efek yang dicapai sudah maksimum. Selain
itu tampak bahwa semakin tinggi dosis minyak
atsiri, maka aktivitas antioksidan berubah menjadi
prooksidan
yang
cenderung
meningkatkan
kerusakan, sehingga perlu dilakukan penelitian
lanjutan untuk mengetahui toksisitas terhadap hepar
pada kondisi normal.
Efek Pemberian Minyak Atsiri Daun Sirsak
(Annona muricata Linn.) dan Rebusan Daun Sirsak
(Annona muricata Linn.)Terhadap Kadar Bilirubin
Direct Tikus Wistar Yang Dinduksi Rifampisin
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa
kadar Bilirubin direct tidak berbeda secara
signifikan antara kelompok kontrol negatif dengan
kelompok kontrol positif. Pengukuran terhadap
bilirubin direct menggambarkan kemampuan hepar

dalam
mensekresi
bilirubin
yang
sudah
terkonjugasi. Peningkatan bilirubin direct secara
klinis menggambarkan adanya obstruksi dari ductus
biliaris di hepar atau ductus cysticus dan ductus
coleductus. Hasil pengukuran pada semua
kelompok kontrol dan perlakuan dalam batas
normal. Pada penelitian ini Rifampisin dosis 10
mg/KgBB tidak mampu meningkatkan kadar
bilirubin direct, sehingga diduga bahwa Rifampisin
dosis 10 mg/KgBB masih terlalu rendah untuk
dapat merusak fungsi hepar dalam untuk konjugasi
bilirubin, sebab hepar hanya membutuhkan 10-20%
jaringan yang berfungssi untuk tetap bertahan
(Lindseth, 2006). Tidak adanya perbedaan antara
kontrol positif dan negatif diduga juga disebabkan
lamanya pemberian rifampisin dan efek pemberian
minyak jagung sebagai pelarut rufampisin yg
bersifat antioksidan.
Pemberian minyak atsiri daun sirsak (Annona
muricata Linn.) dosis 1,5%, 3% dan 6% juga tidak
berbeda secara signifikan dibandingkan dengan
kelompok kontrol positif. Walaupun terdapat
kecenderungan peningkatan bilirubin direct pada
dosis 1.5% dan 3% dan penurunan pada dosis 6%.
Hal ini diduga disebabkan karena bahan aktif dari
minyak atsiri mempunyai kecenderungan efek
meningkatkan kerusakan hepar pada dosis kecil.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Nindi (2016)
yg menyebutkan bahwa pada pada dosis 1.5%
cenderung meningkatkan kadar SGOT dan SGPT
tikus yang diinduksi rifampisin. Penelitian lain yg
mendukung dugaan tersebut menyebutkan bahwa
dosis 1.5% dan dosis 3% mempunyai kemampuan
menurunkan jumlah sel nekrosis lebih rendah
dibandingkan dosis 6% (Jannah 2016).
Antar perlakuan juga tidak terdapat
perbedaan terhadap kadar Bilirubin direct walaupun
terjadi kecenderungan pada dosis besar (6%)
mampu menurunkan kadar bilirubin total . Hal ini
diduga disebabkan bahan aktif dari minyak atsiri
mampu bertindak sebagai antioksidan dan
antiiflamasi. Minyak atsiri daun sirsak memiliki
efek antioksidan dan antiinflamasi yang dapat
mencegah kerusakan hepar akibat radikal bebas
akibat pemberian Rifampisin. Dengan demikian
dampak dari pencegahan kerusakan sel hepar akan
mencegah terjadinya obstruksi sistem biliaris.
Efek Pemberian Minyak Atsiri Daun Sirsak (Annona
muricata Linn.) dan Rebusan Daun Sirsak (Annona
muricata Linn.)Terhadap Kadar Bilirubin Indirect
Tikus Wistar Yang Dinduksi Rifampisin
Berdasarkan data diatas tampak bahwa kadar
Bilirubin indirect pada kelompok kontrol positif
secara signifikan (p < 0.05) menurun dibandingkan

dengan kontrol negatif. Bilirubin indirect


menggambarkan jumlah bilirubin yg belum
terkonjugasi. Bilirubin indirect meningkat pada
kondisi terjadi pemecahan eritrosit secara
berlebihan seperti anemia hemolitik. Bilirubin
indirect tidak dapat diukur secara langsung.
sehingga pengukuran bilirubin indirect merupakan
hasil pengurangan dari bilirubin total dikurangi
bilirubin direct. Pada penelitian ini semua kelompok
normal dan perlakuan mempunyai kadar bilirubin
indirect dalam batas normal. Adanya penurunan
kadar bilirubin indirect pada kontrol positif
dibandingkan normal diduga akibat dosis yg terlalu
kecil dari rifampisin, lama pemberian rifampisin
seta penggunaan minyak jagung sebagai pelarut
rifampisin diduga menjadi penyebab tidak
terjadinya kerusakan hepar secara masif sehingga
menurunkan kadar bilirubin indirect .
Pemberian minyak atsiri daun sirsak (Annona
muricata Linn.) dosis 1.5% dan 6% tidak
menyebabkan perbedaan yang signifikan dengan
kelompok kontrol positif terhadap kadar Bilirubin
indirect. Diduga bahwa minyak atsiri bekerja secara
sinergis dengan minyak jagung yang bersifat
antioksidan. Selain efek terhadap jaringan hepar,
bahan aktif minyak atsiri diduga juga mempunyai
efek antioksidan terhadap eritrosit.
Sedangkan pemberian minyak atsiri daun
sirsak dengan dosis 3% dapat menaikkan kadar
Bilirubin indirect secara signifikan (p < 0.05)
sebesar 200% dibandingkan dengan kontrol positif.
Dari hasil tersebut, diduga terdapat bahan aktif dari
minyak atsiri pada menyebabkan terjadinya
peningkatan pemecahan dari eritrosit, terutama pada
dosis 3%. Dari penelitian yang di lakukan Chih
(2001) terdapat aktivitas biologis utama dari
Annonaceous Acetogenins(AGEs) yang memiliki
toksisitas terhadap sel kanker. Hal tersebut diduga
juga berdampak pada stabilitas sel eritrosit,
sehingga menyebabkan terjadinya kecenderungan
peningkatan produksi bilirubin indirect akibat
pemecahan sel eritrosit. Hal ini tentunya perlu
dilakukan
penelitian
lebih
lanjut
untuk
membuktikannya.
Antar perlakuan pemberian minyak atsiri
daun sirsak dosis 1,5%, 3% dan 6% tidak berbeda
secara signifikan terhadap kadar Bilirubin indirect
tikus wistar jantan yang diinduksi Rifampisin.
Diduga karena terdapat efek maksimal yang dicapai
pada dosis kecil. Sehingga penambahan dosis tidak
berpengaruh terhadap hasil penelitian.

KESIMPULAN

1.

2.

3.

Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan


pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :
Pemberian rifampisin dosis 10 mg/KgBB dan
minyak
jagung
tidak
berbeda
signifikan
dibandingkan dengan pemberian minyak jagung
dalam menurunkan kadar bilirubin total dan
bilirubin direct. Tetapi berbeda signfikan dalam
penurunan kadar bilirubin indirect.
Pemberian minyak atsiri daun sirsak dengan dosis
1,5%, 3%, dan 6 % tidak berbeda signifikan
terhadap kelompok kontrol dalam meningkatkan
kadar bilirubin total dan bilirubin direct.
Pemberian minyak atsiri daun sirsak dengan dosis
1,5% dan 6 % tidak berbeda signifikan dalam
menurunkan kadar bilirubin indirect terhadap
kelompok kontrol positif. Tetapi dalam dosis 3%
didapatkan hasil yang signifikan terhadap kelompok
kontrol positif.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,
guna pengembangan lebih lanjut, maka penelitian
menyarankan :
1. Perlu dilakukan lebih lanjut tentang dosis
efektif rifampisin yang dapat menyebabkan
gangguan konjugasi bilirubin.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang
kandungan kadar bahan aktif yang terkandung
dalam minyak atsiri daun sirsak (Annona
muricata Linn.)
3. Perlu dilakukan penelitian mengenai variasi
dosis yang berbeda untuk mengetahui dosis
minimal, dosis efektif dan dosis maksimal
minyak atsiri daun sirsak (Annona muricata
Linn.) sebagai hepatoprotektor.
4. Perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh
minyak atsiri daun sirsak (Annona muricata
Linn.) dengan perlakuan atau pemicu stress
oksidatif yang lain.
5. Perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh
minyak atsiri daun sirsak (Annona muricata
Linn.) dengan pelarut yang berbeda selain
minyak jagung pada spesies yang lain.
1.

DAFTAR PUSTAKA
Chen, Jiezhong., dan Raymond, Kenneth.,
2006, Roles of Rifampicin in Drug. Drug
Interactions:
Underlying
Molecular
Mechanisms Involving The Nuclear
Pregnane X Receptor, Annals of Clinical
Microbiology and Antimicrobial, 5:3 p111.

2.

Chih HW, Chiu HF, Tang KS, Chang FR,


Wu
YC.
Bullatacin,
a
potent
antitumorannonaceous acetogenin, inhibits
proliferation of human hepatocarcinoma
cell line 2.2.15 by apoptosis induction.
Life Sci. 2001 Aug 3; 69(11):1321-31
3. Dalimartha, S. 2005. Ramuan Tradisional
untuk Pengobatan Hepatitis, Jakarta
:Penebar Swadaya
4. Damayanti, D.S., Athiroh, N., and Aini, N.
2007.PengaruhEkstrakPuerarialobatavark
angeanTerhadap Kadar MDA, Reseptor
Alfa-1 Adrenergik, Profil Lipid dan
Remodeling
SelOtotPolos
Aorta
TikusHipoestrogen.Publikasi.PPD
UNISMA.Malang.
5. Ekawati, melisa. 2016. Efek minyak atsiri
daun sirsak terhadap kadar albumin,
globulin dan protein total tikus wistar yang
diinduksi rifampisin. Fakultas kedokteran.
Universitas islam malang
6. Elvandasari. Nindy. 2016. Efek minyak
atsiri daun sirsak terhadap kadar SGOT
SGPT tikus wistar yang diinduksi
rifampisin.
Fakultas
kedokteran.
Universitas islam malang
7. Guyton, Artur C. Buku ajar fisiologi
kedokteran. Alih bahasa, irawati, et
all.,editor edisi bahasa indonesia, Luqman
yanuar, et all., ed 11. Jakarta : EGC, 2007.
8. Hasnawati, Eka. 2012. Keajaiban Sirsak
Menumpas
7
Penyakit:
Kanker,
Tumor,Jantung, Diabetes, Kolesterol,
Asam Urat, dan Hipertensi. Easymedia.
Yogyakarta.
9. Jannah, Laila. 2016. Efek minyak atsiri
daun
sirsak
terhadap
Gambaran
Makroskopis dan Jumlah Nekrosis Sel
Hepar tikus wistarr yang diinduksi
rifampisin.
Fakultas
kedokteran
Universitas islam malang
10. Kumar, Vinay., Cotran, R. S., Robbins, S.
L.
2007.
Buku
Ajar
Patologi
Robbins,Volume 2, Ed. 7. EGC. Jakarta.
11. Lenzen, S. 2007. The Mechanisme of
Alloxan
and
StreptozotocininducerDiabetes.
Clinical
and
Experimental Diabetes and Metabolism.
12. Marjuki,Adhe.2009.UjiAktivitasPenangka
pRadikalIsolatdariFraksiEkstrakEtanolDau
nDewandaru
(Eugenia
unifloral.)
denganMetode

13.

14.

15.

16.

17.
18.

19.

20.

21.

DPPH.FakultasFarmasiUniversitas
Surakarta. Surakarta.
Moses S.Owolabi et al. 2013. The
cytotoxic activity of Annona muricata leaf
oilfrom Badagary, Nigeria. American
ournal of Essential Oils and Natural
Products. 1(1):1-3
Nahdhiyah, Ulfa. 2012. Efek Perasan Buah
Dan
Rebusan
Daunsirsak
(Annonamuricatalinn.)Terhadap
Kadarsodjaringanhepar Tikus Wistar Yang
Diinduksi Rifampisin. Program Studi
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Malang.
Sholihah, shofiyyatunnisa. 2016. Efek
minyak atsiri daun sirsak tehadap kadar
TNF tikus wistar yang diinduksi miyk
atsiri daun sirsak. Fakultas kedokteran.
Universitas islam malang.
Soheil, Zorofchian Moghadamtousi et al.
2015. Annona muricata (Annonaceae) :A
Review of Its Traditional Uses, Isolated
Acetogenins and Biological Activities.
International Journal of
Molecular
Sciences ISSN 1422-0067
Syarif, Amir, et all. Farmakologi dan terapi
Universitas Indonesia. Ed 5. Jakarta.Badan
penerbit FKUI, 2012
Szkudelski, T. 2001. The Mechanism of
Alloxn and Streptozocin Action in B Cellof
The Rat Pancreas. Physiological research
50: 536-546
Tostmann, Alma., Boeree, Martin J.,
Aarnoutse, Rob E., Lange, Wiel C M
de.,Ven, Andre J A M van der., dan
Dekhuijzen,
Richard.,
2007,
Antituberculosis
drug-induced
hepatotoxicity: Concise up-to-date review,
Journal
of
Gastroenterology
and
Hepatology, 23:192-202.
Trupti, P.Sawant ; Rajendra S.Dongre.
2014.
BIOCHEMICALCOMPOSITIONAL
ANALYSIS OF ANNONA MURICATA:
A MIRACLE FRUITS REVIEW.
Internasional Journal Of Universal
Pharmacy and Bio Sciences ISSN:23198141
Widijanti, Anik. Pemeriksaan laboratorium
penyakit hati dan saluran empedu.Medika
Vol. XXX, September 2004, hal 601
( kolom 1-2 )

22.

Vous aimerez peut-être aussi

  • Jojo
    Jojo
    Document1 page
    Jojo
    Avif Irkhamil Sativa
    Pas encore d'évaluation
  • Bab II PDF Gea
    Bab II PDF Gea
    Document14 pages
    Bab II PDF Gea
    Avif Irkhamil Sativa
    Pas encore d'évaluation
  • Baton Pratekan
    Baton Pratekan
    Document22 pages
    Baton Pratekan
    Avif Irkhamil Sativa
    Pas encore d'évaluation
  • Blepharitis
    Blepharitis
    Document18 pages
    Blepharitis
    Avif Irkhamil Sativa
    Pas encore d'évaluation