Vous êtes sur la page 1sur 9

ANGGARAN DASAR

BAB 1
NAMA, STATUS, WAKTU DAN KEDUDUKAN
Pasal 1
Organisasi ini bernama Asosiasi Kesehatan Haji Indonesia yang selanjutnya disebut AKHI
atau (Indonesia Pilgrims Health Association).
Pasal 2
AKHI didirikan di Jakarta pada tanggal 22 April 2002 M, bertepatan dengan tanggal 9 sapar
1423H, untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.
Pasal 3
(1) AKHI meliputi seluruh wilayah baik di Reoublik Indonesia maupun di Luar Negeri
(2) Pengurus AKHI tingkat Nasional berkedudukan di Jakarta.

BAB II
ASAS, VISI, MISSI, TUJUAN DAN USAHA
Pasal 4
AKHI berasaskan Ilmu, Taqwa dan Pancasila.
Pasal 5
Visi AKHI adalah calon Jemaah haji/Jemaah haji mandiri dalam pemeliharaan, peningkatan
kesehatan dan bebas dari penular penyakit agar istithaan dalam melaksanakan ibadah haji,
termasuk umrah.
Pasal 6
Missi AKHI adalaha menyelenggarakan upaya-upaya untuk mencapai kemandirian Jemaah haji
dalam pemeliharaan kesehatan secara ilmiah, mengembangkan ilmu kesehatan haji,
memanfaatkan teknologi dan akselerasi informasi kesehatan haji serta menciptakan tenaga
kesehatan haji profesional.
Pasal 7
AKHI bertujuan untuk (1) ikut serta dalam meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan serta
peningkatan pelayanan kesehatan haji Indonesia; (2) meningkatkan profesionalisme para
anggotanya.
Pasal 8
Untuk mewujudkan tujuan di atas, AKHI berusaha :
(1) Sebagai mitra startegis pemerintah dalam bidang kesehatan haji Indonesia.
(2) Membantu pemerintah dan berbagai pihak terkait dalam menyusun dan melaksanakan
program kesehatan haji Indonesia.
(3) Membantu masyarakat yang berusaha dibidang kesehatan haji dalam meningkatkan mutu
pelayanan kepada calon/jemaahhaji, khususnya dalam pemeliharaan dan pelayanan
kesehatan.
(4) Menyediakan pelayanan informasi yang tepat tentang berbagai aspek kesehatan haji di
Indonesia.
(5) Mengadakan hubungan dan kerjasama dengan organisasi-organisasi yang berusaha
dibidang yang sama dan terbaik didalam maupun diluar negeri.

(6) Melakukan pengkajian, penilitian dan pengembangan keilmuan dalam bidang kesehatan
haji.
(7) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan

BAB III
KEANGGOTAAN DAN ORGANISASI
Pasal 9
(1) Anggota AKHI terdiri dari :
a. Anggota biasa
b. Anggota luar biasa
c. Anggota kehormatan
(2) Anggota AKHI berasal dari berbagai multidisiplin keilmuan
(3) Ketentuan tentang keanggota , tatacara penerimaan dan pemerintahan, serta hak dan
kewajiban diatur lebih lanjut dalam Anggran Rumah Tangga.

Pasal 10
(1) Organisasi AKHI terdiri dari :
a. Pengurusan Nasional
b. Pengurusan Daerah
c. Pengurusan Cabang
d. Badan-badan kelengkapan Organisasi
(2) Kedaulatan tertinggi AKHI berada ditangan anggota yangdilaksanakan sepenuhnya
melalui musyawarah nasional, musyawarah daerah, dan musyawarah cabang.
(3) Ketentuan tentang kepengurusan, termasuk susunan organisasi, hak da kewajiban,
tatacara pembentukan, pemilihan dan masa jabatan pengurus, musyawarah Nasional,
Musyawarah Daerah dan Musyawarah Cabang serta rapat-rapat diatur lebih lanjut dalam
Anggaran Tumah Tangga.
BAB IV
KEUANGAN
Pasal 11
(1) Sumber keuangan AKHI diperoleh dari :
a. Iuran anggota
b. Sumbangan yang tidak meningkat
c. Usaha-usaha lain yang sesuai dengan hokum syariah.
(2) Ketentuan tentang pengolahan keuangan, termasuk pengembangan usaha, diatur lebih
lanjut dalam Anggran Rumah Tangga.

BAB V
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR/ANGGRAAN RUMAH TANGGA
DAN PEMBUBARAN ORGANISASI
Pasal 12
(1) Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga hanya dapat dilakukan dan/
atau disyahkan melalui Musyawarah Luar Biasa.
(2) Ketentuan tentang cara perubahan seperti yang dimaksud ayat 1, diatur lebih lanjut dalam
Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 13

(1) Pembubaran AKHI hanya dapat dilakukan dalam musyawarah nasional yang khusus
diadakan untuk itu.
(2) Ketentuan tentang tata cara pembubaran seperti yang dimasud dalam ayat 2, diatur lebih
lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.
BAB VI
PERATURAN PERALIHAN
Pasal 14
(1) Anggaran Dasar ini untuk pertama kalinya ditetapkan oleh pendiri AKHI.
(2) Pengurus Nasional AKHI untuk pertama kalinya ditunjuk oleh para pendiri AKHI,
sampai diadakannya Musyawarah Nasional yang pertama.

BAB VII
PENUTUP
PASAL 15
(1) Hal-hal lain yang belum ditetapkan dalam Anggaran Dasar ini akan diatur lebih lanjut
dalam Anggaran Rumah Tangga.
(2) Anggaran Dasar ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Oiloto, Jawa Barat
Pada Tanggal : 28 Agustus 2010
(18 Rmadhan 1431 H)

PIMPINAN SIDANG
MUSYAWARAH NASIONAL I ASOSIASI KESEHATAN HAJI INDONESIA

Sekertaris,

H. Suyuti, SKM, M.Epid.

Ketua,

D. Anwar Musadad, SKM, M.Sc.

ANGGARAN RUMAH TANGGA


ASOSIASI KESEHATAN HAJI INDONESIA

BAB 1
KEANGGOTAAN

(1)
(2)

(3)
(4)

Pasal 1
Ketentuan
Anggota biasa adalah warga Negara RI yang mengembangkan dan atau mengamalkan
pengetahuannya dibidang kesehatan haji.
Anggota luar biasa adalah warga Negara asing yang megembangkan dan atau
mengamalkan pengetahuannya di bidang kesehatan haji, baik di Indonesia maupun di luar
negeri.
Anggota kehormatan adalah perorangan yang dianggap telah berjasa dalam
mengembangkan dan atau mengamalkan pengetahuannya di bidang kesehatan haji.
Setiap mantan petugas kesehatan haji (TKHI atau PPIH) otomatis menjadi anggota
AKHI, kecuali bila yang bersangkutan menolak secara tertulis.

Pasal 2
Tata Cara Penerimaan Anggota
(1) Anggota biasa dan anggota luar biasa diterima oleh pengurus setempat melalui
pendaftaran tertulis dan persetujuan terhadap AD/ART AKHI.
(2) Mantan petugas kesehatan haji diterima secara otomatis, pendaftaran dilakukan melalui
pengurus Cabang terdekat.
(3) Anggota kehormatan diusulkan oleh pengurus atau Pengurus Nasional dan disyahkan
oleh Musyawarah Nasional.
Pasal 3
Hak Anggota
(1) Anggota biasa berhak untuk :
a. Mengeluarkan pendapat, menyampaikan usul atau pernyataan dengan tulisan atau
tertulis kepada pengurus.
b. Memilih dan dipilih menjadi pengurus .
c. Mengikuti semua kegiatan organisasi.
d. Mendapat perlindungan dan pembelaan dari AKHI dalam melaksanakan tugas serta
kegiatan di AKHI.
(2) Anggota luar biasa dan anggota kehormatan mempunyai hak yang sama dengan anggota
biasa kecuali hak untuk memilih dan dipilih menjadi pengurus AKHI.
Pasal 4
Kewajiban Anggota
Semua anggota berkewajiban untuk :
(1) Menjunjung tinggi nama baik AKHI.
(2) Mentaati AD, ART dan peraturan AKHI lainnya.

(1)
(2)

(3)
(4)
(5)
(6)

Pasal 5
Kehilangan Status Keanggotaan
Kehilangan status anggota dapat terjadi karena meninggal dunia, mengundurkan diri atas
permintaan sendiri atau diberhentikan.
Anggota dapat diberhentikan karena bertindak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan
yang telah ditetapkan oleh organisasi serta bertindak merugikan atau mencemarkan nama
baik AKHI.
Seorang anggota dapat dikenakan pemberhentian sementara oleh pengurus, sesudah
didahului dengan peringatan.
Paling lama 6 bulan sesudah pemberhentian sementara, pengurus dapat merehabilitasi
atau pengusulkan pemberhentian kepada Pengurus Nasional dikukhkan.
Anggota yang diberhentikan dberi kesempatan membela diri dalam forum rapat
pengurus.
Pemberhentian anggota atas permintaan sendiri hanya dapat dilakukan dengan
pemberitahuan tertulis kepada pengurus sekurang-kurangnya satu bulan sebelumnya.
Pasal 6

Kartu Anggota
(1) Untuk masing-masing anggota diberikan kartu anggota yang ditandatangani oleh Ketua
Umum dan Sekretaris Umum Pengurus Nasional AKHI.
(2) Kartu anggota diatur secara seragam dan membuat :
a. Nama lengkap.
b. Alamat rumah/telepon.
c. Mulai masuk menjadi anggota
d. Pas Photo.
e. Nomor Anggota
BAB II
MUSYAWARAH NASIONAL, MUSYAWARAH DAERAH
DAN MUSYAWARAH CABANG

(1)
(2)
(3)
(4)

(5)

Pasal 7
Musyawarah Nasional
Musyawarah Nasional (Munas) merupakan kekuasaan tertinggi AKHI di tingkat pusat
(nasional), dan merupakan musyawarah utusan dari Pengurus Daerah AKHI.
Munas/Munaslub diadakan minimal sekali dalam 3 tahun.
Dalam keadaan luar biasa, musyawarah dapat diadakan sewaktu-waktu atas persetujuan
minimal setengah dari jumlah Pengurus Daerah yang ada.
Munas berwenang:
a. Menetapkan dan mengubah AD/ART.
b. Memilih dan menetapkan ketua umum AKHI, pelindung, penasehat, lembaga
pendukung dan anggota kehormatan.
c. Menetapkan program umum organisasi.
d. Menilai pertanggung jawaban Pengurus Nasional.
e. Menetapkan keptusan-keputusan lainnya.
Tata tertib Munas :
a. Munas diselenggarakan oleh Pengurus Nasional bersama panitia pelaksana Munas
yang di bentuk oleh Pengurus Nasional.
b. Panitia pelaksana Munas bertanggung jawab atas segi teknis Penyelenggaraan Munas.
c. Munas dihadiri oleh utusan Pengurus Daerah, Pengurus Nasional, pelindung
penasehat, peninjau dan undangan lainnya.
d. Munas syah bila setengah jumlah Pengurus Daerah pengirim utusannya dan hadir
pada saat perhitungan kuorum.
e. Bila persyaratan diatas tidak dipenuhi, maka munas diundur paling lama dalam 124
jam dan setelah itu Munas dianggap syah dengan utusan pengurus Daerah dan yang
hadir.
f. Hak suara dimiliki oleh pengurus pusat dan utusan Pengurus Daerah.
g. Perhitungan banyaknya suara Pengurus Daerah adalah 1 suara.
h. Pengambilan keputusan pada dasarnya dilakukan secara musyawarah untuk mufakat,
bila tidak tercapai maka keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.
i. Hal-hal lain yang belum tercantum dalam tata-tertib ini akan diatur dalam suatu
peraturan tersendiri, sepanjang tidak bertentangan dengan tata tertib ini.

(1)
(2)
(3)
(4)

Pasal 8
Musyawarah Daerah
Musyawarah Daerah (Musda) merupakan kekuasaan tertinggi AKHI di tingkat
Provinsi, dan merupakan musyawarah utusan dari Pengurus Cabang AKHI.
Musda/Musdalub diadakan minimal sekali dalam 3 tahun.
Dalam keadaan luar biasa, musyawarah dapat diadakan sewaktu-waktu atas
persetujuan minimal setengah dari jumlah cabang yang ada.
Musda berwenang :
a. Menilai pertanggung jawaban Pengurus Daerah.
b. Memeilih dan menetapkan formatur Pengurusan Daerah.

c. Menetapkan pokok-pokok program kerja daerah yang menunjang serta tidak


bertentangan dengan program kerja Pengurus Nasional.
d. Memilih memberi mandate utusan daerah untuk menghadiri musyawarah
nasional.
(5) Tata tertib Musda :
a. Musda diselenggarakan oleh Pengurus Daerah bersama Panitia pelaksana Musda
yang dibentuk oleh Pengurus Daerah.
b. Panitia pelaksana Musda bertanggung jawab atas segi teknis penyelenggaraan
Musda.
c. Musda dihadiri oleh utusan cabang, Pengurus Daerah, pelindung, penasehat,
peninjau dan undangan lainnya.
d. Musda syah bila setengah jumlah cabang pengirim utusannya dan hadir pada saat
perhitungan kourum.
e. Bila persyaratan diatas tidak dipenuhi, maka musda diundur paling lama dalam
124 jam dan setelah itu Musda dianggap syah dengan utusan cabang dan yang
hadir.
f. Hak suara dimiliki oleh Pengurus Daerah dan utusan cabang.
g. Perhitungan banyaknya suara masing-masing cabang adala 1 suara.
h. Pengambilan keputusan pada dasarnya dilakukan secara musyawarah untuk
mufakat, bila tidak tercapai maka keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.
i. Hal- hal lain yang belum tercantum dalam tata-tertib ini akan diatur dalam suatu
peraturan tersendiri, sepanjang tiak bertentangan dengan tata tertib ini.

(1)
(2)
(3)
(4)

(5)

Pasal 9
Musyawarah Cabang
Musyawarah cabang (Muscab) merupakan pemegang kukuasaan tertinggi pada
tingkat kabupaten/kota dan merupakan musyawarah para anggota.
Muscab/Muscablub diadakan minimal sekali dalam 3 tahun.
Dalam keadaan luar biasa, muscab dapat diadakan sewaktu-waktu atas
persetujuan minimal setengah dari jumlah anggota biasa yang ada.
Muscab berwenang :
a. Menilai Pertanggung jawaban Pengurus Cabang.
b. Memilih dan menetapkan Formatur Pengurus Cabang.
c. Menetapkan pokok-pokok program kerja cabang yang menunjang serta tidak
bertentangan dengan program kerja Pengurus Nasional atau Pengurus Daerah.
d. Memeilih dan memberi mandat utusan cabang untuk menghadiri musyawarah
daerah.
Tata tertib rapat anggota :
a. Muscab diselenggarakan oleh Pengurus Cabang berasama panitia pelaksana
Muscab yang dibentuk oleh Pengurus Cabang.
b. Panitia Pelaksanaan Muscab bertanggung jawab terhadap segi teknis
penyelenggaraan Muscab.
c. Muscab syah bila diahadiri oleh setengah jumlah anggota.
d. Bila Persayaratan diatas tidak dipenuhi, maka Muscab diundur selamabatlambatnya 124 jam, setelah itu Muscab dianggap syah dengan jumlah
anggota yang hadir.
e. Anggota biasa mempunyai hak bicara dan hak suara, sedangkan peninjau
hanya mempunyai hak bicara.
f. Hal-hal lain yang belum tercantum dalam tata-tertib ini akan diatur dalam
suatu peraturan tersendiri, sepanjang tidak bertentangan dengan tatatertib ini.

BAB II
ORGANISASI
Pasal 10
Pengurusan Nasional
(1) Susunan Organisasi Pengurusan Nasional
a. Susunan Organisasi Pengurus Nasional sekurang-kurangnya terdiri atas seorang ketua
umum, seorang wakil ketua umum,seorang sekretaris umum, seorang wakil sekretaris

umum, seorang bendahara umum, seorang wakil bendahara umum, dan beberapa
ketua bidang yang secara bersama-sama melaksanakan kegiatan organisasi secara
kolektif.
b. AKHI tingkat nasional mempunyai sejumlah Pelindung yang berasal dari para
pejabat Negara yang karena jabatannya terkaitdengan kesehatan haji, termasuk
menteri kesehatan, menteri agama, menteri dalam negeri, menteri perhubungan dan
menteri kehakiman.
c. AKHI tingkat nasional mempunyai sejumlah Pembina yang berasal dari para
pejabat Kementerian Kesehatan serta para tokoh masyaraka dn swasta terkemuka
yang berkecimpung dalam bidang kesehatan dan atau kesehatan perhajian.
d. AKHI tingkat nasional mempunyai sejumlah Lembaga Pendukung yang berasal
dari organisasi-organisasi masyarakat tingkat nasional lainnya yang berkecimpung
dengan kegiatan kesehatan dan atau kesehatan perhajian.
(2) Masa Jabatan :
Masa jabatan Pengurus Nasional AKHI adalah 4 (empat) tahun.
(3) Tugas dan kewajiban :
Pengurus Nasional AKHI mempunyai tugas dan kewajiban untuk:
a. Melaksanakan segala ketentuan yang terdapat dalam AD/ART dan keputusankeputusan yang telah ditetapkan dalam musyawarah nasional.
b. Mengesyahkan komposisi dan personalia Pengurus Daerah.

Pasal 11
Pengurus Daerah
(1) Kedudukan
Pengurus Daerah berkedudukan di ibukota provinsi.
(2) Susunan Pengurus Daerah :
Susunan Pengurus Daerah sedapat mungkin menyesuaikan diri dengan susunan Pengurus
Nasional.
(3) Masa Jabatan
Masa Jabatan Pengurus Daerah adalah 4 (empat) tahun.
(4) Tugas dan Kewajiban :
a. Melaksanakan keputusan Munas dan Musda
b. Memberi laporan kepada Pengurus Nasional tentang hasil kerja yang dilakukan,
minimal 6 (enam) bulan sekali.
c. Bertanggung jawab kepada Musda.
(5) Hak dan Wewenang :
Pengurus Daerah berwenang menentukan kebijakan, langkah-langkah dan rencana kerja
di tingkat daerah, sesuai dengan AD/ART dan keputusan musyawaraj daerah.

Pasal 12
Pengurus Cabang
(6) Kedudukan
Pengurus Cabang berkedudukan di ibukota kabupaten/kota dan dapat dibentuk bila
mempunyai minimal 30 orang anggota biasa.
(7) Susunan Pengurus Cabang :
Susunan Pengurus Cabang sedapat mungkin menyesuaikan diri dengan susunan Pengurus
Nasional.
(8) Masa Jabatan
Masa Jabatan Pengurus Cabang adalah 4 (empat) tahun.
(9) Tugas dan Kewajiban :
d. Melaksanakan keputusan Muas dan Musda
e. Memberi laporan kepada Pengurus Daerah tentang hasil kerja yang dilakukan,
minimal 6 (enam) bulan sekali.
f. Bertanggung jawab kepada Musyawarah Cabang.
(10)
Hak dan Wewenang :
Pengurus Cabang berwewenang menentukan kebijakan, langkah-langkah dan rencana
kerja di tingkat cabang, sesuai dengan AD/ART dan keputusan Muscab.

Pasal 13
Badan Kelengkapan
(1) Badan kelengkapan adalah badan-badan usaha yang dibentuk khusu oleh pengurus
Nasioanal sesuai keperluan untuk melaksanakan amanat Munas/Musda/Muscab.
(2) Tugas dan kewajiban serta hak dan wewenang badan kelengkapan diatur oleh Pengurus
Nasional.
(3) Sebelum ada aturan pada ayat 1 dan 2 di atas, dapat dilaksanakan sesuai mufakat
Pengurus Nasional.
Pasal IV
K E UAN G AN
Pasal 14
Iuran Anggota
Sumabangan dan bantuan yang tidak mengikat dapat diusahakan oleh Pengurus Nasional,
Pengurus Daerah dan Pengurus Cabang di daerahnya masing-masing.
Pasal 16
Usaha-usaha
Pengurus Nasional, Pengurus Daerah dan Pengurus Cabang dapat mengadakan berbagai macam
usaha yang syah untuk memperoleh dana yang diperlukan.
Pasal 17
Pengelolaan dan Pertanggung-Jawaban
(1) Pengelolaan keuangan dilakukan oleh Bendahara Umum di tingkat Pengurus Nasional
dan oleh bendahara di tingkat Pengurus Daerah dan Pengurus Cabang.
(2) Pengelola keuangan wajib membukukan setiap penerimaan dan pengeluaran uangm serta
secara periodik membuat laporan pertanggung jawaban kepada ketua dan dewan
pengurus yang bersangkutan.

BAB V
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR/ANGGARAN RUMAH TANGGA
DAN PEMBUBARAN ORGANISASI
Pasal 18
Perubahan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga
(1) Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga AKHI hanya dilakukan dalam
Munas/Munas Luar Biasa.
(2) Rencana Perubahan tersebut diajukan oleh Pengurus Nasional, Pengurus Daerah atau
Pengurus Cabang.
(3) Rencana Perubahan telah disampaikan kepada Pengurus Nasional selambat-lambatnya
dalam waktu tiga bulan sebelum Musyawarah Nasional, dan tembusannya kepada seluruh
Pengurus Daerah.
Pasal 19
Pembubaran
(1) Pembubaran AKHI hanya dapat dilakukan oleh Musyawarah Nasional/Munas Luar biasa
yang diselenggarakan khusus untuk itu, yang dihadiri minimal dua pertiga dari jumlah
suara yang ada.

(2) Keputusan pembubaran AKHI harus disetujui minimal oleh dua pertiga dari suara yang
hadir dalam musyawarah tersebut.
(3) Sesudah Pembubaran, segala hak milik AKHI diserahkan kepada badan-badan sosial atau
perkumpulan-perkumpulan yang ditetapkan oleh musyawarah nasional.
BAB VI
ATURAN PERALIHAN
Pasal 20
(1) ART ini untuk pertama kalinya ditetapkan oleh para pendiri bersama-sama dengan
Pengurus Nasional AKHI.
(2) Musyawarah anggota untuk pertama kalinya diadakan selambat-lambatnya tiga bulan
setelah ART ini ditetapkan.
BAB VII
PENUTUP
Pasal 21
(1) Setiap Anggota AKHI dianggap telah mengetahui isi dari Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga AKHI.
(2) Perselisihan dalam penafsiran Anggaran dasar dan Anggran Rumah Tangga ini akan
diputuskan oleh Pengurus Nasional.
(3) Hal-hal ini belum di atur dalam Anggaran Rumah Tangga ini akan ditetapkan dalam
peraturan tersendiri oelh pengurus nasional, sepanjang tidak bertentangan dengan
Anggran Dasar adan Anggaran Rumah Tangga ini.
(4) Anggaran Rumah Tangga ini berlaku terhitung sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Ciloto, Jawa Barat
Pada Tanggal : 28 Agustus 2010
(18 Ramadhan 1431 H)
PIMPINAN SIDANG
MUSYAWARAH NASIONAL I ASOSIASI KESEHATAN HAJI INDONESIA

Sekertaris,

Ketua,

H. Sayuti, SKM, M.Epid.

D. Anwar Musadad, SKM, M.Sc.

Vous aimerez peut-être aussi