Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Oleh:
PENDAHULUAN
KAJIAN TEORI
1. Pengertian Activity Based Budgeting
Activity-based budgeting merupakan pendekatan baru dalam proses penyusunan
proses
pada improvementterhadap
sistem
penyusunan
yang
digunakan
anggaran
oleh
yang
organisasi
berfokus
agar
dapat
menghasilkan value bagi pelanggan (Brimson dan Antos, 1999) dan berfokus pada proses
secara integral terhadap suatu organisasi (McClenahen, 1995), serta merupakan proses
1
budgeting berbeda
secara
signifikan
jika
dibandingkan
dengan traditional budgeting. Secara ringkas perbedaan traditional budgeting dan activitybased budgeting dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Perbedaan
Fokus
Penyusun
Anggaran
(Budgetees
Traditional Budgeting
Fungsi
Manajer Fungsional
Activity-Based Budgeting
Sistem
Manajer system, Ketua
tim, Manajer fungsi
utama, Manajer fungsi pendukung
Tujuan
system, Memuaskan
fungsi,Melaksanakan
kebutuhancustomers, Meraih
Penganggaran Tradisional
Diekspresikan sebagai biaya
Fokus
pengeluaran
Sumber daya yang dibutuhkan
Orientasi
Peran pemasok dan
Historis
Tidak secara normal
yang dilakukan
Countinuous improvement
Melakukan koordinasi
pelanggan
mempertimbangkan pemasok
mempertimbangkan
penganggaran
kebutuhan pelanggan
dalam proses
penganggaran
2
Tujuan pengendalian
Dasar anggaran
Memaksimalakan kinerja
Menyelaraskan aktivitas
manajer
perusahaan secara
keseluruhan
Berdasarkan kemanfaatan
kapasitas
dapat
memenuhi;
persyaratan
pelanggan,
tujuan
dan
strategi
organisasi/departemen, jasa dan bauran jasa (service mix) yang baru atau yang diubah,
perubahan dalam proses usaha, perbaikan dalam efesiensi dan efektifitas, perubahan
dalam tingkat layanan (service level), mutu, fleksibilitas dan tujuan siklus waktu.
c. Anggaran akhir harus menggambarkan perubahan dalam biaya sumber daya (resource
cost).
d. Sebagai bagian dari proses pengganggaran, perusahaan perlu memberi perhatian pada
usaha perbaikan yang berkesinambungan. Setiap departemen harus mengidentifikasi
aktivitas atau proses usaha untuk melakukan perbaikan, jumlah perbaikan, dan
bagaimana merencanakan mencapai target perbaikan.
Menurut Gunawan Adisaputro dan Yunita Anggarini (2007:375), ada tiga prinsip
dasar Activity Based Budgeting (ABB) sebagai berikut:
a. Activity based budgeting berfokus pada pemahaman tentang aktivitas dan hubungannya
untuk mencapai tujuan strategik.
aktivitas
yang
meberikan
dukungan
secara
langsung
kepada result producting activities dalam penyediaan produk dan jasa bagicostumer,
pusat jasa yang menyediakan layanan bagi result producing activities dan result
contributing activities, dan pusat jasa yang menyediakan layanan kebersihan dan
kerumahtanggaan bagi ketiga aktivitas lainnya.
3. MINDSET YANG MELANDASI ACTIVITY-BASED BUDGETING
Activity-based budgeting dilandisi oleh lima buah mindset antara lain :
a. Customer Value Mindset
Dalam penyusunan anggaran, penyusun anggaran (budgetees) yang terdiri dari manajer
sistem, ketua tim, manajer fungsi utama, dan manajer fungsi pendukung, merencanakan
aktivitas selama tahun anggaran dengan dilandasi semangat untuk memuaskan
kebutuhan customer.
Fokus
perhatian
penyusun
anggaran
harus
diletakan
pada
pengelolaan aktivitas yang terdiri dari: (1) activity elimination, penghilangan aktivitas yang
tidak menambah nilai bagi customer, (2) activity reduction, pengurangan aktivitas yang tidak
menambah nilai bagi customer, (3) activity sharing, pemanfaatan aktivitas penambah nilai
yang belum secara optimum digunakan, dan (4) activity selection, pemilihan aktivitas
penambah nilai yang paling efisien.
b. Continuous Improvement Mindset
Dalam penyusunan anggaran, manajer sistem memimpin anggota timnya dalam
melakukan continuous
improvement terhadap
sistem
yang
digunakan
untuk
melayani customer. Manajer fungsi utama dan manajer fungsi pendukung memimpin
karyawan fungsinya dalam melakukan improvement kualitas sumber daya manusia dan
sumber daya lain (prasarana, sarana, informasi, dan teknologi) yang dimanfaatkan oleh
manajer sistem. Continuous improvement mindset juga digunakan untuk memerangi rasa
puas personel atas kinerja sumber daya manusia dan kinerja sistem yang sekarang dicapai.
c. Cross-functional Mindset
Organisasi difokuskan untuk memuaskan kebutuhan customer, melalui pembentukan
tiga sistem permanen, yaitu: sistem inovasi, sistem operasi, dan sistem layanan purna jual.
Setiap sistem dijalankan oleh suatu tim lintas fungsional, yang anggotanya berasal dari
berbagai fungsi utama organisasi. Penyusunan anggaran dilandasi oleh cross-fungctional
mindset. Mindset ini mampu menghasilkan perencanaan aktivitas yang kompleks, cepat,
terintegrasi, dan andal untuk mengasilkan value bagi customer.
5
karyawan
untuk
merencanakan
aktivitas
yang
digunakan
untuk
suatu
hasil
Unggul
(distinct)
jika
hasil
ber value dibandingkan dengan hasil yang diproduksi oleh organisasi lain, memiliki
keunggulan atau leadership (berani tampil beda). Suatu hasil yang mediocre tidak akan
mempunyaivalue bagi customer sehingga akan diabaikan oleh pelanggannya.
4. KEUNGGULAN ACTIVITY-BASED BUDGETING
Dibandingkan
dengan traditional
budgeting,
activity-based
budgeting memiliki
keunggulan sebagai berikut ini (disarikan dari Connally dan Ashworth, 1994; Lukens, 1995;
dan Cooper dan Kaplan, 1998) :
a. Orientasi personel diarahkan ke pemenuhan kebutuhan customers
Proses penyusunan anggaran mengarahkan perhatian seluruh personel organisasi ke
pencarian berbagai peluang untuk melakukan improvement (process way of thinking)
terhadap sistem yang digunakan untuk menghasilkan value bagi customers. Keadaan
seperti ini menjanjikan tercapainya efektivitas kegiatan bisnis perusahaan yang pada
gilirannya
diharapkan
akan
menghasilkan financial
return yang
aktivitas,
memadai
digunakan
bagi
untuk
pengurangan
biaya
(cost
reduction)
melalui
perencanaan
menghilangkan
penyusunan
merencanakan
aktivitas yang digunakan untuk mendapatkan value bagi customer. Untuk mengarahkan nilai
(driving value) ini, diawali dengan tahap pendefinisian tujuan dan perumusan strategi
organisasi oleh manajemen senior. Kemudian melalui beberapa tahap, strategi ini
diterjemahkan ke dalam proses bisnis, aktivitas, dan kondisi (feature) yang sesuai.
Target costing merupakan suatu metode penentuan biaya (cost) produk/jasa yang
didasarkan pada (target price) yang diperkirakan customer bakal bersedia untuk
menerimanya. Target ini kemudian diterjemahkan kedalam target-target tingkat
aktivitas untuk setiap aktivitas yang akan dilakukan. Biaya yang ditanggung customer
inilah yang dijadikan sebagai target cost dan dijadikan sebagai dasar untuk
merancang
berbagai
aktivitas
yang
diperlukan
untuk
mencapai target
cost tersebut. Target cost dapat dihitung dengan formula sebagai berikut:
Harga yang dapt diterima pasar (Price-market driven)
Rp xxx
Laba yang diharapkan (Profits target)
Rp xxx
Target cost/Allowable cost
Rp xxx
Sasaran strategik yang telah ditetapkan harus dapat diterjemahkan ke dalam
tindakan
berujud
(tangible)
dan
terukur
(measurable)
yang
mampu
hasil
finansial.
Sebagaimana
diterapkan
dalam Harvard
Business
Review tentang profil perusahaan Sears. Perusahaan ini yang secara statistik dapat
menunjukkan keterkaitan bagaiman peningkatan kepuasan karyawan mampu
menghasilkan
tinggi,
yang
pada
akhirnya
mampu
dicapai.
b. Menetapkan Panduan Perencanaan (Planning Guidelines)
Untuk menerjemahkan sasaran dan tujuan strategik ke dalam proses anggaran
diperlukan panduan perencanaan anggaran. Pembuatan panduan perencanaan dilakukan
oleh manajemen puncak. Panduan perencanaan kemudian disampaikan kemudian masingmasing manajer untuk ditetapkan target-target tingkat aktivitasnya secara spesifik dalam
konteks proses bisnis.
Dalam panduan perencanaan ini para manajer kemudian menyusun usulan anggaran
dan melaluiactivity-based-budgeting, panduan ini dapat diaplikasikan kepada pengertian
yang lebih rinci yakni tingkat aktivitas organisasi bukan sekedar tingkat sumber daya.
Elemen Panduan Perencanaan
Panduan perencanaan anggaran umumnya mencakup elemen berikut:
Elemen Finansial:
Perubahan ukuran pasar yang diharapkan
Pertumbuhan penjualan dan asumsi market share
Asumsi pada market pricing
8
Mandaroty (diperintahkan)
Discretionary (dengan kebebasan/pilihan)
Available if the customer is willing to pay for it (jika konsumen bersedia membayar)
proyek
menyeleksi
perbaikan
proyek-proyek
(improvement) dan
yang
dapat
memanfaatkan
memenuhi
tujuan
komite
organisasi
untuk
dan
Analisis Aktivitas
target
tersebut,
penyusun
anggaran
dapat
mengestimasi
total
pengurangan biaya yang menjadi target (total target cost reduction) yang dapat dihasilkan
dalam tahun anggaran.
e. Menetapkan Target Performance
10
Sebagai contoh, sistem penjualan terpadu terdiri dari empat proses sebagai berikut:
(seperti: gaji, bahan, energi) untuk setiap aktivitas. Kemudian hasil estimasi biaya aktivitas
direkap dan disajikan dalam formulir rekapitulasi biaya proses. Pada tahap ini penyusun
anggaran mengevaluasi berapa kegiatan yang menambah nilai dan yang tidak menambah
nilai, taksiran keluaran, perhitungan efisiensi, dan pemacu biaya setiap aktivitas. Hasil
rekapitulasi biaya proses ini kemudian diringkas kedalan rekapitulasi biaya sistem.
f.
jasa (harga jual dan volume penjualan) untuk memproyeksikan beban kerja. Beban kerja
didefinisikan sebagai jumlah volume output dimana aktivitas atau proses diperlukan untuk
menghasilkannya. Banyak organisasi memilih cara praktis dengan menghitung ramalan
volume penjualan dibanding mengukur permintaan costumer. Ramalan tersebut digunakan
untuk menyusun anggaran pengahasilan. Ada tiga tahap utama untuk menentukan beban
kerja suatu aktivitas dan proses, yaitu:
11
Tahap
kerja
organisasi
total
yaitu
dengan
mem-
forecast permintaan cost object(produk, jasa atau channel) dan menentukan beban
kerja untuk aktivitas produk/jasa langsung yang mencakup seluruh aktivitas yang
diperlukan untuk mendefinisikan, mendesain, mengembangkan, menguji, merelease, menghasilkan, mendistribusikan, meng-install dan mempertahankan suatu
produk atau jasa.
Produk/jasa
Costumer
Non product related (seperti jumlah dan tipe pernyataan finansial)
Forecast proyek spesial
Tahap ketiga dalam ramalan beban kerja adlah menentukan beban kerja untuk
berbagai proyek spesial terbaru yang akan datang. Contoh proyek spesial
mencakup:
ISO 9000
Implementasi ABM/ABB
Inisiatif kualitas
Meng-install sistem komputer, sistem telepon terbaru, dan yang serupa
Memperluas ruang kantor
Organisasi
seharusnya
menggunakan
pendekatan
berpikir
kreatif
untuk
manajer
menyusun
anggaran,
menyusun
rancangan
aktivitas
dan
mengestimasi pendapatan dan atau penghematan biaya, biaya, dan arus kasnya masingmasing, maka data yang dihasilkan tersebut kemudian diserahkan kepada departemen
anggaran untuk dikompilasi menjadi rancangan anggaran final.Panel review anggaran
seharusnya mencakup tim lintas fungsi untuk mencapai perspektif organisasi. Activity-based
budgeting
secara sederhana
merangking
aktivitas dan
proses
bisnis disbanding
Membuat rencana dan anggaran untuk seluruh proses bisnis dan setiap aktivitas
dalam proses bisnis dan aktivitas setiap departemen.
Setelah anggran berbasis aktivitas disusun, maka dilakukan review dan perlu
diujicobakan pada sebuah departemen.
Memfinalkan biaya dari aktivitas dan proses bisnis dengan sasaran performance.
Organisasi harus mengawali anggaran dengan aktivitas. Organisasi memiliki dua
pilihan untuk menganggarkan aktivitas:
III.
PEMBAHASAN ARTIKEL
13
1.
Hubungan Antara Activity Based Costing, Activity Based Management, Activity Based
Budgeting
Bangun, P.
Jurnal Akuntansi, Vol. 6 No. 3. September 2006. Hal 245 256
ABC System membebankan biaya ke produk atau jasa berdasarkan konsumsi
terhadap aktivitas. Sistem ini menggunakan dasar pikiran bahwa produk atau jasa
perusahaan diperoleh melalui pelaksanaan aktivitas dan aktivitas tersebut membutuhkan
biaya. Setelah sumber daya dibebankan keaktivitas, aktivitas kemudian dibebankan ke
obyek biaya sesuai dengan penggunaannya.
ABM berfokus pada perbaikan effisiensi dan efektifitas bisnis, dan meningkatkan
tidak hanya nilai (value) yang diterima oleh pelanggan, tetapi juga laba perusahaan.
ABB merupakan proses perencanaan pengerahan dan pengarahan seluruh aktivitas
perusahaan ke penciptaan nilai yang tujuan utamanya bagaimana menghasilkan laba
memadai dalam periode anggaran, yang biasanya mencakup jangka waktu satu tahun atau
kurang.
ABC, ABM mengidentifikasi aktivitas-aktivitas kunci, cost driver dan cara- cara untuk
memperbaiki proses sehingga dapat menurunkan biaya, menyediakan customer
value yang unggul untuk meningkatkan keunggulan kompetitif, membantu manajer dalam
mengidentifikasi peluang- peluang untuk memperbaiki nilai (value).
ABC, ABM, ABB dapat membantu manajer dalam mengembangkan strategi
pelanggan, mendukung strategi keunggulan teknologi atau menyusun strategi penentuan
harga jual dengan cara mengidentifikasi dan menganalisis aktivitas kunci, proses, cost driver
dan pengembangan metode.
2.
semua
orang
baik
dalam
masalah
perlu didukung dengan sepenuh hati. Sebegitu mudahkah mengubah sistem pusat-daerah ke
daerah-daerah seperti
mengubah
jalur
bis
kota?
dibayangkan banyak orang dalam mengubah sistem yang ada. Dibalik semua regulasi
yang mendukung terjadinya otonomi pemerintah daerah dan desentralisasi fiskal ada hal
yang amat penting yang perlu diresapi terlebih dahulu, yaitu mengubah mindset dan
paradigma.
Perubahan paradigma aliran komunikasi top-down menjadi bottom-up harus
dimengerti philosophinya terlebih dahulu. Pada pendekatan top-down semua diatur dari
pusat, sentralisasi, dan budaya dawuh menjadi intinya. Sebaliknya, pendekatan bottom-up
menuntut adanya desentralisasi dan otonomi dalam kreativitas dan sumbang saran
(suggestion system).
Perusahaan-perusahaan di harus menghadapi dinamika perubahan-perubahan
lingkungan. Dengan open-market mechanism dan diterapkannya kesepakatan APEC (Asia
Pacific Economy Conference) pada tahun 2003, persaingan antarperusahaan
semakin
ketat.
Persaingan
menjadi
membantu SBU yang lemah tanpa harus menghambat laju perkembangan dari SBU yang
kuat itu sendiri. Kebersamaan tetap dapat dilakukan dan we are all a family tetap dapat
diterapkan tanpa harus mengkebiri daya laju SBU mapan. Konsep ini dapat memacu SBU
belum mapan untuk melakukan efisiensi dan menghilangkan pemborosan-pemborasan serta
pada akhirnya akan maju bersama dengan SBU mapan.
Berlandaskan atas mindset dan paradigma baru serta trust building tujuan bersama
akan dapat dicapai oleh sebuah perusahaan. Tantangan yang tercerminkan pada perubahan
lingkungan justru akan menjadi derive kesuksesan.
IV.
PENUTUP
Ada umumnya dalam melakukan kegiatan operasionalnya, suatu perusahaan akan
menghadapi dua permasalahan utama yang mempunyai timbal balik sangat erat. Yaitu
permasalahan yang berhubungan dengan penjualan dan permasalahan yang berhubungan
dengan produksi.
15
syarat-syarat
dinamika
perubahan
dan
mengahadapi
permasalahn-
permasalahan adalah activity-based budgeting (lihat misalnya, Brimson dan Fraser, 1991;
Bunce dan Fraser, 1997; Antos, 1997; Anonymous, 1998; dan Brimson dan Antos,
1999). Activity-based budgeting dikenal sebagai pendekatan baru yang menghasilkan
proses manajemen yang berkelanjutan secara efektif. Pendekatan ini dikembangkan oleh
konsultan Coopers and Lybrand Deloitte yang mengkombinasikan praktek-praktek
manajemen terkenal, diturunkan dari priority base budgeting dan total quality, bersamasama denganactivity-based cost management concept (Brimson dan Fraser, 1991).
16
DAFTAR PUSTAKA
Antkinson, Anthony A. Et al. 2009. Akuntansi Manajemen. Edisi 5. Jilid 1. Jakarta : PT
Indeks.
Bangun, P. 2006. Hubungan Antara Activity Based Costing, Activity Based Management,
Activity Based Budgeting. Jurnal Akuntansi, Vol. 6 No. 3. September 2006. Hal 245
256.
(http://ejournal.ukrida.ac.id/ojs/index.php/Akun/article/download/660/642)
Diakses Pada Tanggal 13 September 2016.
Garrison, R. H., Noreen, E.W., & Brewer, P.C. 2010. Managerial Accounting Thirteenth
Edition. New York: Mcgraw-Hill/Irwin.
Hansen, D.R. & Mowen, M.M. 2007.Managerial Accounting 8e. Ohio: Thomson-South
Western.
Mulyadi, 2007. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen, Edisi Ketiga. Salemba
Empat. Jakarta.
Sukmawati, S. 2002. Paradigma Total Quality Management Dalam Activity Based Budgeting
Jurnal Teknologi Industri. Vol. VI No. 2. April 2002. Hal 67-68.
(https://mbegedut.files.wordpress.com/2013/03/total-quality-management-dalamactivity-based-budgeting-paradigma.pdf) Diakses Pada Tanggal 13 September 2016.
17