Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
A. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berbagai disipilin ilmu baru dalam pendekatan Al-Quran mulai
bermunculan
seiring
dengan
perkembangan
ilmu
pengetahuan,
zaman, dan agama Islam itu sendiri. Selain hermeneutik dan semiotik,
semantik yang concern pada aspek linguistik tampaknya mulai akrab
ditelingan para mahasiswa Tafsir Hadist, yang kesehariannya bergelut
dengan kajian Al-Quran. Dengan semantik, disiplin ilmu yang relative
baru dan asing tersebut, mereka berusaha mengurai arti makna kata
dalam Al-Quran yang merupakan salah satu objek kajianya.
Semantik pertama kali dipopulerkan oleh ilmuan jepang Toshihiko
Izutsu, seorang dosen tamu di Institute of Islamic Studies, McGill
University, Montreal, Kanada.
barang
tentu
menjelaskan
siapa
itu
Thoshihiko
Izutsu,
ia
mungkin
dalam
bentuk
yang
berbeda,
dalam
metafisika
yang
adalah:
1. Concept of Belief in Islamic Theology,
2. Sufism and Taoism: a Comparative Study of the Key
Philosophical Concepts,
3. Creation and the Timeless Order of Things: Essay in Islamic
Mystical Philosophy, Toward a Philosophy of Zen Buddhism,
Language and Magic: Studies in the Magical Function of
Speech,
4. Ethico- Religious Concepts in the Quran,
5. God and Man in the Koran: Semantiks of the Koranic
Weltanschauung.
Untuk
karyanya
yang
telah
disebutkan
tersebut,
Profesor
C. Pembahasan
Pengertian dan Metode Semantik Toshihiko Isutzu
Istilah Semantik berasal dari Bahasa Yunani: semantikos, yang
berarti memberikan tanda. Berasal dari akar kata sema yang berarti
tanda. Semantik adalah salah satu cabang linguistic yang mempelajari
makna
yang
terkandung
pada
suatu
bahasa,
kode
atau
jenis
Menurut
Toshihiko
Izutsu
adalah
kajian
analitik
lagi
adalah
pengkonsepan
dan
penafsiran
dunia
yang
diterjemahkan
sebagai
penjahat,
kesamaan
Kata
antara
jauh
sebelum
Izutsu
mengembangkan
metode
semantiknya untuk memahami makna al-quran, ia memposisikan alquran sebagai sebagai sebuah teks atau catatan otentik berbahasa
Arab, dan mengesampingkannya sebagai wahyu Illahi. Ini bertujuan
agar pemaknaan terhadap kosa-kata tersebut dapat dijauhkan dari
bias idiologi atau persepsi apapun yang dapat mempengaruhi proses
pemaknaan secara murni terhadap istilah yang berasal dari al-Quran
sendiri, disamping itu juga supaya kitab al-Quran dapat dipahami dan
dikaji secara ilmiah oleh siapapun.4
Selanjutnya Izutsu mulai menganalisa struktur kata atau kalimat
yang sedang dikaji. Pertama, ia mencari makna dasar dan makna
relasional dari suatu kata. Menurut Izutsu kategori semantik dalam
sebuah kata biasanya cenderung sangat kuat dipengaruhi oleh katakata yang berdekatan yang termasuk dalam daerah pengertian yang
4 . Toshihiko Izutsu, op.cit hal. 11
sama.
Dan
jika
frekuensi
penggunaan
kata
tersebut
dengan
semantik.
Dalam
langkah
ini
Izutsu
mengajak
kita
Akan tetapi Meskipun diturunkan dalam bahasa Arab, konsepkonsep yang terkandung dalam al Quran bermuara pada pandangan
dunia yang berbeda dengan pandangan dunia Arab Jahiliyah. Dengan
analisis semantik, saling hubungan antara kosa kata dengan konsepkonsep yang terkandung dalam ayat-ayatnya, seringkali memunculkan
makna baru yang berbeda dengan pemaknaan orang Arab Jahiliyah.
Dalam metode analisa semantiknya ini Izutsu berusaha membuat alQuran menginterpretasikan konsep-konsepnya sendiri dan bicara
untuk dirinya sendiri, dengan mengeksplorasi data-data yang berasal
dari al-Qur;an itu sendiri.
saatnya
untuk
menunjukkan
relevansinya.
Dalam
satu
6 . ibid hal, 8
7 . ibid hal, 3
kata
kunci
dalam
Al-Quran.
Dan
dengan begbagai
nisaa
dalam
berbagai
bentuknya,
niswah,
nisa_ukum,
pasangannya,
dan
dari
keduanya
Allah
8 Diambil dari firman-nigroho.blogspot.com/2010/07/pendahuluan-al-quransecara-khusus-, diakses pada tanggal 23 Nopember pada pukul 20.00 WIB,
dengan revisi.
Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu- bapak
dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari
harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya. (QS. An-Nisaa: 7)
5. Perempuan dapat berkarir atau berkarya.
Karena) bagi laki-laki dianugerahkan hak (bagian) dari apa yang
diusahakan, dan bagi perempuan dianugerahkan hak (bagian) dari apa
yang diusahakannya (QS.An Nisa: 32)
6. Tentang posisinya dalam bidang keluarga.
Kaum laki-laki adalah pemimpin bagikaum wanita, oleh karena Allah
telah melebihkan sebagian mereka(laki-laki) atas sebagian yang
lain(wanita). (QS. An-Nisaa: 34)
7. Tentang potensi wanita dalam syahwat (libido).
Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu
(kepada mereka), bukan kepada wanita. (QS. Al-Araf : 81)
Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu(mu),
bukan(mendatangi) wanita? (QS.An-Naml:55)
8. Nisaa dalam pengertian sebagai perempuan yang memiliki
potensi untuk taqwa.
Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain jika
kamu bertaqwa (QS. Al Ahzab: 32).
Dilihat dari komponennya, nisaa berarti perempuan secara
umum, tak peduli dia kaya atau miskin, cantik atau tidak, baik bariman
maupun kafir. Nisaa yang memiliki makna dasar perempuan secara
umum tersebut jika diterapkan pada sebuah ayat akan menampakkan
beberapa fungsi darinya, sebagai makna relasional. Seperti jika dilihat
kombinasi pada ayat-ayat di atas, akan menunjukkan adakalanya
jika
ditelaah
secara
komprehensif,
akan
diperoleh
dan
memiliki
beberapa
potensi-potensi,
dan
lain
sebagainya.
Dari analisa semantik pada ayat-ayat di atas, dapat disimpulkan
bahwa penggunaan kata nisaa menunjukkan objek perempuan secara
umum, dengan segala peran dan kedudukannya. Antara lain:
Dalam ranah sosial. Yaitu perempuan memiliki kesempatan yang
sama untuk berkarir dan mendapatkan reward atas apa yang
telah dikerjakan, dan juga hak untuk mendapatkan harta pusaka.
Dalam aspek alamiah. Yaitu sebagai penyempurna laki-laki dalam
melaksanakan
operasionalnya
peran
reproduksi
dibatasi
dengan
dan
siklus
regenerasi
haidl.
yang
Disamping
sampai
pada
pengertian
konseptual
weltanschauung
lagi
adalah
pengkonsepan
dan
penafsiran
dunia
yang
melingkupinya.
Dalam metode semantik, izutsu menggunakan dua tahapan
dalam mengkaji dan menganalis struktur suatu kata. Tetapi, sebelum
kedua hal tersebut dioperasionalkan dalam Al-Quran, terlebih dahulu
izutsu menempatkan Al-Quran hanya sebagai teks otentik yang
berbahasa arab, mengesampingkan wahyu ilahi. Pertama,
di cari
makna dasar dan makna relasional dari suatu kata. Menurut Izutsu
kategori semantik dalam sebuah kata biasanya cenderung sangat kuat
dipengaruhi oleh kata-kata yang berdekatan yang termasuk dalam
daerah pengertian yang sama. Dan jika frekuensi penggunaan kata
tersebut dengan dihadapkan pada kata yang berlawanan sering
ditemukan, maka secara semantik kata tersebut perlu memperoleh
nilai semantik yang nyata dari kombinasi spesifik ini.
Kedua, menjelaskan pandangan keduniaan yang dimiliki AlQuran. Dan ini adalah langkah terakhir dan paling utama dalam kajian
semantik. Dalam langkah ini Izutsu mengajak kita mempertanyakan
tentang bagaimana al-Quran memakai kata itu dan bagaimana
hubungan kata itu dengan kata-kata yang lain, di manakah posisinya,
fungsinya, pengaruhnya dan sebagainya.
Demikian makalah ini disampaikan, yang pasti masih sangat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, saya memohon kerelaan teman-teman
untuk memberikan saran dan kritiak untuk menjadikannya semakin
lebih baik. Tetapi, terlepas dari itu semua saya berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Amin.