Vous êtes sur la page 1sur 13

PENDEKATAN SEMANTIK THOSIHIKO IZUTSU

Oleh: Farid Isnan

A. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berbagai disipilin ilmu baru dalam pendekatan Al-Quran mulai
bermunculan

seiring

dengan

perkembangan

ilmu

pengetahuan,

zaman, dan agama Islam itu sendiri. Selain hermeneutik dan semiotik,
semantik yang concern pada aspek linguistik tampaknya mulai akrab
ditelingan para mahasiswa Tafsir Hadist, yang kesehariannya bergelut
dengan kajian Al-Quran. Dengan semantik, disiplin ilmu yang relative
baru dan asing tersebut, mereka berusaha mengurai arti makna kata
dalam Al-Quran yang merupakan salah satu objek kajianya.
Semantik pertama kali dipopulerkan oleh ilmuan jepang Toshihiko
Izutsu, seorang dosen tamu di Institute of Islamic Studies, McGill
University, Montreal, Kanada.

Dia adalah seorang professor pada

lembaga studi kebudayaan dan

linguistik Keio University Tokyo.

Analisis semantik dia gunakan untuk menelaah kosa kata Al-Quran


yang terkait dengan masalah konkrit manusia, kemudian menemukan
welthancauung Al-Quran terhadap masalah tersebut.
Dengan munculnya beberapa model pembacaan (baca: tafsir)
baru pada Al-Quran seperti semantik, berkonsekuensi logis terhadap
munculnya pro-kontra. Terlebih dengan menggunakan istilah yang
terkesan kafir. Meskipun sebenarnya pengkajian Al-Quran dari sisi
kebahasaan bukanlah sesuatu yang aneh dalam dunia keilmuan
Islam. Sebut saja Tafsir Al-Kasyaf karya Az-Zamakhsari (1144 M).
Sebagian ulama, rata-rata dari kalangan akademisi, ada yang setuju

dan bahkan menggunakan metode penafsiran baru tersebut. Tetapi


sebagian ulama konvensioanal cenderung menolaknya.
Terlepas dari pro dan kontra tersebut, makalah ini akan mencoba
meyajikan tentang semantik dan prosedural operasinalnya. Disamping
sudah

barang

tentu

menjelaskan

siapa

itu

Thoshihiko

Izutsu,

backround pendidikannya, dan track record hidupnya. Agar kita


sebagai mahasiswa Tafsir Hadits sedikit banyak mengenal apa itu ilmu
semantik. Semua itu diupayakan semaksimal mungkin, meski kami
yakin akan jauh dari sempurna. Semoga bermanfaat.
Rumusan Masalah
Untuk memudahkan pembahasan, maka kami akan merumuskan
beberapa masalah yang kami anggap penting untuk dikaji dalam
makalah ini. Yaitu:
Biografi Toshihiko Izutsu
Pembahasan, yang akan memuat :
Pengertian dan metode semantik Toshihiko Izutsu
Relevansi pendekatan semantic Al-Quran
Kesimpulan dan penutup
Dengan demikian, disamping memudahkan, pembahasanpun
akan lebih fokus pada hal-hal yang urgen dalam semantik Al-Quran.

B. Biografi Toshihiko Isutzu


Toshihiko Izutsu lahir di Jepang pada tanggal 4 Mei 1914 dan
wafat pada 1 Juli 1993. Ia dilahirkan dan dibesarkan dalam suasana
agama Zen yang sangat kental. Ayahnya seorang pemimpin agama
Zen yang sangat militan dan ketat dalam mendidik dan menanamkan
penghayatan terhadap agam Zen, sehingga Toshihiko pun mulai jenuh
dan bosan dalam menghayati agama tersebut. Kejenuhannya ini

dilampiaskannya dengan mempelajari berbagai bahasa, termasuk


bahasa arab, yang merupakan bahasa kitab suci umat Islam, Al-Quran
Izutsu belajar di Fakultas Ekonomi di Universitas Keio, Jepang.
Kemudian dengan alasan ingin diajar oleh professor favoritnya,

ia

kemudian pindah ke Departemen Sastra Inggris. Ia menjadi asisten


peneliti sejak tahun 1937 setelah lulus dengan gelar B.A. Pada tahun
1958 ia telah berhasil menyelesaikan terjemahan pertamanya, AlQuran dari bahasa Arab

ke bahasa Jepang yang terkenal dengan

keakuratan linguistiknya dan banyak digunakan sebagai referensi


karya- karya ilmiah dan tugas-tugas akademik. Atas saran dari Shumei
Okawa, Izutsu belajar mengenai Islam di East Asiatic Economic
Investigation Bureau di tahun yang sama. Kemudian Rocke Fellen
Foundation, the human division memberikan dana bantuan kepadanya
untuk mendapat tambahan dua tahun study tour di dunia muslim,
yaitu pada tahun 1959- 1961.
Toshihiko Izutsu adalah seorang professor yang sangat berbakat
di bidang bahasa asing, Ia menguasai lebih dari 30 bahasa, termasuk
bahasa Persia, Sankskerta, Pali, Cina, Rusia, dan Yunani. Penelitian
yang dilakukan Toshihiko Izutsu bergerak di tempat- tempat seperti
Timur Tengah (khususnya Iran), India, Eropa, Amerika Utara dan Asia,
dengan penekanan pendekatan filosofis berdasarkan perbandingan
agama dalam studi linguistic teks-teks metafisik tradisional. Jadi tidak
heran jika beliau mampu mengkhatamkan Al-Quran dalam durasi
waktu 1 bulan setelah mempelajari bahasa Arab.
Izutsu memiliki keyakinan bahwa harmoni bisa dipupuk antara
masyarakat dengan menunjukkan bahwa banyak kepercayaan yang
diidentifikasi masyarakat itu

sendiri dapat ditemukan meskipun

mungkin

dalam

bentuk

yang

berbeda,

dalam

metafisika

yang

masyarakatnya sangat berbeda.1


Adapun karya tulis beliau yang

pernah dihasilkan diantaranya

adalah:
1. Concept of Belief in Islamic Theology,
2. Sufism and Taoism: a Comparative Study of the Key
Philosophical Concepts,
3. Creation and the Timeless Order of Things: Essay in Islamic
Mystical Philosophy, Toward a Philosophy of Zen Buddhism,
Language and Magic: Studies in the Magical Function of
Speech,
4. Ethico- Religious Concepts in the Quran,
5. God and Man in the Koran: Semantiks of the Koranic
Weltanschauung.
Untuk

karyanya

yang

telah

disebutkan

tersebut,

Profesor

Nobuhiro Matsumoto, Direktur Institut Kebudayaan dan Studi Bahasa


Universitas Keio telah membimbing dan tak henti-hentinya menaruh
perhatian pada karya beliau tersebut. Selain itu sahabat karib beliau,
Takao Suzuki, juga membantu beliau dalam membacakan bukti- bukti
yang berkaitan dengan hasil kajian beliau. Atas karya beliau ini jugalah
sehingga beliau mendapatkan beasiswa sumbangan Fukozawa untuk
pengajaran dan studi lanjut dari Rektor Universitas Keio, Shohei
Takamura. Sehingga pada akhirnya buku- buku hasil kajian beliaiu ini
dapat dipublikasikan, Kebanyakan hasil kajian beliau ini adalah materimateri kuliah yang beliau sampaikan ketika beliau berada di Institut
Studi Islam, Universitas McGill, Montreal, Kanada pada musim semi

1 Wikipedia Toshihiku Izutsu, di akses dari


http//en.wikipedia.org/wiki/Toshihiku-izutsu, diakses pada tanggal 22
Nopember, Pukul 16.27

tahun 1962-1963 atas permintaan Dr. Wilferd Cantwell Smith, selaku


direktur.2

C. Pembahasan
Pengertian dan Metode Semantik Toshihiko Isutzu
Istilah Semantik berasal dari Bahasa Yunani: semantikos, yang
berarti memberikan tanda. Berasal dari akar kata sema yang berarti
tanda. Semantik adalah salah satu cabang linguistic yang mempelajari
makna

yang

terkandung

pada

suatu

bahasa,

kode

atau

jenis

representasi lain. Semantik biasanya dikontraskan dengan dua aspek


lain dari ekspresi makna (Sintaksis), pembentukan symbol kompleks
dari symbol yang lebih sederhana, serta pragmatic, penggunaan
praktis symbol oleh seseorang atau komunitas pada suatu kondisi atau
konteks tertentu.3
Semantik

Menurut

Toshihiko

Izutsu

adalah

kajian

analitik

terhadap istilah-istilah kunci suatu bahasa dengan suatu pandangan


yang akhirnya sampai pada pengertian konseptual weltanschauung
(pandangan dunia) masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut,
tidak hanya sebagai alat bicara dan berfikir, akan tetapi yang lebih
penting

lagi

adalah

pengkonsepan

dan

penafsiran

dunia

yang

melingkupinya. Penerapan metode semantik terhadap al-Quran berarti


berusaha menyingkap pandangan dunia al-Quran melalui analisis
semantik atau konseptual terhadap bahan-bahan dalam al-Quran
sendiri, yakni kosa-kata atau istilah-istilah penting yang banyak dipakai
oleh al-Quran.
2 Toshihiku Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia: Pendekatan Semantik
terhadap AlQuran, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 2003), hal xvii.
3 . http://id.wikipedia.org/wiki/Semantik diakses pada tanggal 22 Nopember
pada pukul 19.23 WIB

Ada banyak hal yang bisa dilakukan dalam upaya mengetahui


arti dari sebuah kata asing, salah satu yang paling sederhana adalah
dengan mengartikan dengan kata yang sama dalam bahasa itu sendiri.
Akan tetapi upaya seperti ini sangat tidak dapat diandalkan, karena
tergolong dalam kategori penarikan kesimpulan secara tergesa-gesa
yang jauh lebih sering menyesatkan daripada mencerahkan.
Dzalim

diterjemahkan

sebagai

penjahat,

kesamaan

Kata
antara

Dzalim=penjahat jika diberikan kepada pendengar dan pembaca yang


hanya mengetahui arti penjahat, tidak ada cara lain bagi mereka untuk
mempelajari arti Dzalim selain meletakkannya kedalam kategori
semantik dari penjahat. Mereka tidak memahami secara langsung
melainkan melalui analogi dengan konotasi penjahat. Dengan melalui
kategori semantik dari kata lain yang dibentuk dalam kultur yang
terasing seperti ini, pengertian kata berada dalam bahaya distorsi.
Lebih

jauh

sebelum

Izutsu

mengembangkan

metode

semantiknya untuk memahami makna al-quran, ia memposisikan alquran sebagai sebagai sebuah teks atau catatan otentik berbahasa
Arab, dan mengesampingkannya sebagai wahyu Illahi. Ini bertujuan
agar pemaknaan terhadap kosa-kata tersebut dapat dijauhkan dari
bias idiologi atau persepsi apapun yang dapat mempengaruhi proses
pemaknaan secara murni terhadap istilah yang berasal dari al-Quran
sendiri, disamping itu juga supaya kitab al-Quran dapat dipahami dan
dikaji secara ilmiah oleh siapapun.4
Selanjutnya Izutsu mulai menganalisa struktur kata atau kalimat
yang sedang dikaji. Pertama, ia mencari makna dasar dan makna
relasional dari suatu kata. Menurut Izutsu kategori semantik dalam
sebuah kata biasanya cenderung sangat kuat dipengaruhi oleh katakata yang berdekatan yang termasuk dalam daerah pengertian yang
4 . Toshihiko Izutsu, op.cit hal. 11

sama.

Dan

jika

frekuensi

penggunaan

kata

tersebut

dengan

dihadapkan pada kata yang berlawanan sering ditemukan, maka


secara semantik kata tersebut perlu memperoleh nilai semantik yang
nyata dari kombinasi spesifik ini. seperti kata kafir yang mempunyai
dua makna ketika dihadapkan dengan kata yang berbeda. Ketika
berhadapan dengan kata syakir, seseorang yang berterima kasih,
maka kafir tersebut bermakna ingkar terhadap nikmat Tuhan. Akan
tetapi jika kafir dalam suatu kalimat berlawanan dengan kata
mumin, makna yang diperoleh mengarah pada kafir teologis atau
mengarah pada mengingkari keesaan Tuhan.5
Oleh karena itu untuk mengetahui perubahan seperti ini, Izutsu
menekankan perlunya mencari makna dasar dan makna relasional
untuk memahami sebuah arti kata. makna dasar menurut Izutsu,
adalah sesuatu yang melekat pada arti kata itu sendiri dan selalu
terbawa dimanapun kata itu diletakkan. Sementara dan makna
rasional makna relasional adalah makna konotatif yang diberikan dan
ditambahkan pada makna yang sudah ada dengan meletakkan sesuatu
itu pada posisi khusus, berada pada relasi yang berbeda dengan
semua kata-kata penting lainnya dalam sistem tersebut. Makna
relasional ini terjadi ketika sebuah kata dikaitkan dengan kata yang
lain.
Kedua, Izutsu menjelaskan pandangan keduniaan yang dimiliki
Al-Quran. Dan ini adalah langkah terakhir dan paling utama dalam
kajian

semantik.

Dalam

langkah

ini

Izutsu

mengajak

kita

mempertanyakan tentang bagaimana al-Quran memakai kata itu dan


bagaimana hubungan kata itu dengan kata-kata yang lain, di manakah
posisinya, fungsinya, pengaruhnya dan sebagainya. Izutsu cenderung
5 . Toshihiko Izutsu,Etika Beragama dalam Al-Quran, (Jakarta: Pustaka
firdaus, 1993) hal, 41

menyetujui teori pluralistic yang menyatakan bahwa pandangan suatu


bangsa mengenai apa yang baik dan buruk atau benar dan salah,
berbeda dari satu tempat ke tempat lain dan dari waktu ke waktu. Juga
berbeda secara fundamental bukan dalam tingkatan suatu skala
kesatuan perkembangan kultural yang dapat dijelaskan sejauhnya
mengenai rincian hal yang remeh temeh, akan tetapi berbeda dalam
divergensi-divergensi kultural yang lebih mendasar yang akar-akarnya
tertanam dalam kebiasaan-kebiasaan bahasa dari masing-masing
komunitas individual.

Akan tetapi Meskipun diturunkan dalam bahasa Arab, konsepkonsep yang terkandung dalam al Quran bermuara pada pandangan
dunia yang berbeda dengan pandangan dunia Arab Jahiliyah. Dengan
analisis semantik, saling hubungan antara kosa kata dengan konsepkonsep yang terkandung dalam ayat-ayatnya, seringkali memunculkan
makna baru yang berbeda dengan pemaknaan orang Arab Jahiliyah.
Dalam metode analisa semantiknya ini Izutsu berusaha membuat alQuran menginterpretasikan konsep-konsepnya sendiri dan bicara
untuk dirinya sendiri, dengan mengeksplorasi data-data yang berasal
dari al-Qur;an itu sendiri.

Relevansi Pendekatan Semantik Al-Quran


Setelah kita mengetahui tahapan operasional dalam semantik,
sekarang

saatnya

untuk

menunjukkan

relevansinya.

Dalam

pembahasan kali ini akan dicoba menerapkan teori semantik pada


salah

satu

6 . ibid hal, 8
7 . ibid hal, 3

kata

kunci

dalam

Al-Quran.

Dan

dengan begbagai

pertimbangan, kami memilih kata nisaa sebagai obyek terapan dari


teori tersebut.8
Kata

nisaa

dalam

berbagai

bentuknya,

niswah,

nisa_ukum,

nisa_ikum, nisa_uhum, nisa_ihim, nisa_ihim, nisa_ihinna, dan


nisa_ana, terulang sebanyak 56 kali dalam Al-Quran, dan kesemuanya
mewakili objek perempuan, yang meski disebutkan dalam konteks
yang berbeda-beda. Seperti:
1. Tentang wanita haidh dan keadaanya.
Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah : Haidh itu
adalah kotoran. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari
wanita di waktu haidh.(QS.Al-Baqarah: 222)
2. Tentang wanita sebagai perhiasan.
Dijadikannya indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepaada
apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang
banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak
dan sawah ladang. (QS. Ali-Imran: 14).
3. Perempuan sebagai bagian dari proses regenerasi.
Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah
menciptakan kamu dari nafs yang satu (sama), dan darinya Allah
menciptakan

pasangannya,

dan

dari

keduanya

Allah

memperkembangbiakan laki-laki dan perempuan yang banyak. (AnNisa: 1).


4. Tentang hak perempuan dalam pewarisan.

8 Diambil dari firman-nigroho.blogspot.com/2010/07/pendahuluan-al-quransecara-khusus-, diakses pada tanggal 23 Nopember pada pukul 20.00 WIB,
dengan revisi.

Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu- bapak
dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari
harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya. (QS. An-Nisaa: 7)
5. Perempuan dapat berkarir atau berkarya.
Karena) bagi laki-laki dianugerahkan hak (bagian) dari apa yang
diusahakan, dan bagi perempuan dianugerahkan hak (bagian) dari apa
yang diusahakannya (QS.An Nisa: 32)
6. Tentang posisinya dalam bidang keluarga.
Kaum laki-laki adalah pemimpin bagikaum wanita, oleh karena Allah
telah melebihkan sebagian mereka(laki-laki) atas sebagian yang
lain(wanita). (QS. An-Nisaa: 34)
7. Tentang potensi wanita dalam syahwat (libido).
Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu
(kepada mereka), bukan kepada wanita. (QS. Al-Araf : 81)
Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu(mu),
bukan(mendatangi) wanita? (QS.An-Naml:55)
8. Nisaa dalam pengertian sebagai perempuan yang memiliki
potensi untuk taqwa.
Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain jika
kamu bertaqwa (QS. Al Ahzab: 32).
Dilihat dari komponennya, nisaa berarti perempuan secara
umum, tak peduli dia kaya atau miskin, cantik atau tidak, baik bariman
maupun kafir. Nisaa yang memiliki makna dasar perempuan secara
umum tersebut jika diterapkan pada sebuah ayat akan menampakkan
beberapa fungsi darinya, sebagai makna relasional. Seperti jika dilihat
kombinasi pada ayat-ayat di atas, akan menunjukkan adakalanya

nisaa menunjukkan pada sosok mahkluk yang memiliki potensi nafsu.


Atau adakalanya dia adalah makluk sebagai oposisi biner dari kaum
laki-laki yang memiliki fungsi yang sama penting dalam proses
regenerasi.
Maka,

jika

ditelaah

secara

komprehensif,

akan

diperoleh

welthancauung Al-Quran tentang kata nisaa dari segi semantis, yaitu


kata yang digunakan dalam konteks sebagai oposisi biner kaum lakilaki yang memiliki hak-hak dan kewajiban yang setara meski tak sama.
Begitupun dia, perempuan, memiliki signifikansinya sendiri dalam laju
kehidupan

dan

memiliki

beberapa

potensi-potensi,

dan

lain

sebagainya.
Dari analisa semantik pada ayat-ayat di atas, dapat disimpulkan
bahwa penggunaan kata nisaa menunjukkan objek perempuan secara
umum, dengan segala peran dan kedudukannya. Antara lain:
Dalam ranah sosial. Yaitu perempuan memiliki kesempatan yang
sama untuk berkarir dan mendapatkan reward atas apa yang
telah dikerjakan, dan juga hak untuk mendapatkan harta pusaka.
Dalam aspek alamiah. Yaitu sebagai penyempurna laki-laki dalam
melaksanakan
operasionalnya

peran

reproduksi

dibatasi

dengan

dan
siklus

regenerasi
haidl.

yang

Disamping

perempuan sebagai objek yang memiliki potensi seks dan


sesuatu yang indah yang berpotensi untuk sangat disayangi dan
dibanggakan.
Dalam ranah sepiritual. Yaitu, perempuan miliki potensi untuk
menjadi hamba yang unggul dengan sebuah ketakwaan.

D. Kesimpulan dan penutup

Metode pembacaan Al-Quran dengan menggunakan pendekatan


bahasa sebetulnya bukanlah hal baru. Tetapi lantas dikemas dengan
nama semantik adalah berkat jasa Toshihiko Izutsu. Beliau adalah
professor kenamaan asal Jepang yang mahir dalam berbahasa asing,
bahkan konon kabarnya beliau menguasai 30 bahasa asing, termasuk
bahasa Arab, Yunani, Sankskerta, Persia, dan Cina. Beliau adalah orang
pertama yang berhasil menerjemahkan Al-Quran kedalam bahasa
Jepang.
Semantik berasal dari Bahasa Yunani: semantikos, yang berarti
memberikan tanda. Berasal dari akar kata sema yang berarti tanda.
Semantik Menurut Toshihiko Izutsu adalah kajian analitik terhadap
istilah-istilah kunci suatu bahasa dengan suatu pandangan yang
akhirnya

sampai

pada

pengertian

konseptual

weltanschauung

(pandangan dunia) masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut,


tidak hanya sebagai alat bicara dan berfikir, akan tetapi yang lebih
penting

lagi

adalah

pengkonsepan

dan

penafsiran

dunia

yang

melingkupinya.
Dalam metode semantik, izutsu menggunakan dua tahapan
dalam mengkaji dan menganalis struktur suatu kata. Tetapi, sebelum
kedua hal tersebut dioperasionalkan dalam Al-Quran, terlebih dahulu
izutsu menempatkan Al-Quran hanya sebagai teks otentik yang
berbahasa arab, mengesampingkan wahyu ilahi. Pertama,

di cari

makna dasar dan makna relasional dari suatu kata. Menurut Izutsu
kategori semantik dalam sebuah kata biasanya cenderung sangat kuat
dipengaruhi oleh kata-kata yang berdekatan yang termasuk dalam
daerah pengertian yang sama. Dan jika frekuensi penggunaan kata
tersebut dengan dihadapkan pada kata yang berlawanan sering
ditemukan, maka secara semantik kata tersebut perlu memperoleh
nilai semantik yang nyata dari kombinasi spesifik ini.

Kedua, menjelaskan pandangan keduniaan yang dimiliki AlQuran. Dan ini adalah langkah terakhir dan paling utama dalam kajian
semantik. Dalam langkah ini Izutsu mengajak kita mempertanyakan
tentang bagaimana al-Quran memakai kata itu dan bagaimana
hubungan kata itu dengan kata-kata yang lain, di manakah posisinya,
fungsinya, pengaruhnya dan sebagainya.
Demikian makalah ini disampaikan, yang pasti masih sangat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, saya memohon kerelaan teman-teman
untuk memberikan saran dan kritiak untuk menjadikannya semakin
lebih baik. Tetapi, terlepas dari itu semua saya berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Amin.

Vous aimerez peut-être aussi