Vous êtes sur la page 1sur 12

Analisis trend

Pelaporan biaya kualitas dapat memberikan gambaran mengenai distribusi biaya


kualitas dalam kelompok-kelompok aktivitas kualitas. Namun dalam pelaporan tersebut tidak
dapat memberikan gambaran sejauh mana perkembangan program perbaikan kualitas yang
dilakukan. Agar dapat gambaran keberhasilan diperlukan perbandingan antarperiode dengan
menggunakan periode dasar sebagai pembanding perkembangan program perbaikan kualitas.
Perbandingan dilakukan untuk semua komponen biaya kualitas, baik secara total maupun
secara per komponen. Dengan menggunakan grafik trend akan diketahui perkembangan total
dan per komponen dari periode ke periode. Kemudian, dengan melakukan perbandingan antar
komponen kualitas akan diketahui hubungan dan pengaruh antar komponen kualitas akan
diketahui hubungan dan pengaruh antarkomponen. Misalnya, sebuah perusahaan memiliki
data kualitas biaya sebagai berikut.

Berdasarkan grafik yang tersaji pada peraga 8.9 dapat disimpulkan bahwa program perbaikan
kualitas telah berhasil menurunkan proporsi biaya kualitas terhadap total penjualan. Hal ini
berarti program perbaikan telah menunjukan hasil yang diinginkan. Namun, penggambaran
trend secara total biaya kualitas tidak dapat digunakan untuk mengetahui secara detail
komponen manakah yang menyebabkan penurunan biaya kualitas. Oleh karena itu, perlu
dilakukan analisis terhadap setiap komponen biaya kualitas.
PERAGA 8.9
Grafik biaya kualitas total`

PERAGA 8.10
Grafik Biaya Kualitas Per Komponen

Gambaran yang lebih mendalam dapat diperoleh melalui analisis trend untuk setiap
komponen biaya kualitas. Misalnya masih diperusahaan yang sama dengan data per
komponen biaya kualitas adalah sebagai berikut.
Tahun

Pencegahan

Penilaian

Kegagalan
Kegagalan
internal
eksternal
2007
2%
2%
5%
11%
2008
2,5%
3%
4%
8,5%
2009
3,5%
3,2%
3,3%
5%
2010
3,75%
3,25%
2,5%
2,5%
2011
4%
3%
1,5%
1,5%
2012
5%
2%
0,5%
0,5%
Pada peraga 8.10 dapat dilihat keterkaitan anatara satu komponen biaya kualitas dengan
komponen biaya kualitas yang lain. Pada peraga 8.10 terlihat bahwa kenaikan biaya
pencegahan akan menyebabkan komponen biaya kegagalan mengalami penurunan, tetapi
kenaikan tersebut tidak berdampak pada biaya penilaian. Demikian juga perubahan biaya
penilaian yang tidak berdampak terhadap biaya kegagalan.
PENGIDENTIFIKASIAN PERMASALAHAN PENGENDALIAN KUALITAS
Program manajemen kualitas yang efektif termasuk didalamnya adalah identfikasi
permasalahan permasalahan pengendalian kualitas. Salah satu metode yang dapat
digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan tersebut adalah metode diagram sebab
akibat atau fishbone diagram (karena bentuknya mirip tulang iakn). Metode diagram ini

dikemukakan oleh ishikawa sehingga sering disebut juga ishikawa. Diagram ini merupakan
sebuah diagram kausal (causal diagram) yang penyebab atau alasan adanya
ketidaksempurnaan adalah sumber dari penyimpangan. Penyimpangan kualitas biasanya
dikelompokkan sebagai berikut :
1. Manusia adalah semua manusia yang terlibat dalam proses
2. Metode adalah cara bagaimana proses dilakukan dan setiap permintaan spesifik untuk
dapat melakukannya, seperti kebijakan, aturan aturan , dan hukum.
3. Mesin adalah semua peralatan , komputer atau perlengkapan lain yang dibutuhkan
untuk melaksanakan pekerjaan.
4. Bahan adalah bahan baku ataupun bahan penolong untuk menghasilkan produk akhir.
5. Pengkuruan adalah data yang diperoleh dari proses yang digunakan untuk mengukur
kualitas.
6. Lingkungan merupakan suatu kondisi, seperti waktu di lokasi , suhu, cuaca , budaya,
dan lainnya.
Dalam mencari penyebab terjadinya cacat dengan metode ishikawa dilakukan dengan
mengidentifikasi semua masalah yang ada pada setiap komponen penyebab satu per satu.
Identifikasi dilakukan dengan mengajukan pertanyaan pada setiap item permasalahn.
Hasilnya kemudian digambarkan dalam satu kerangka diagram (8.11)

PERAGA 8.12
Contoh-contoh pertanyaan untuk setiap item penyebab kualitas
Item
Manusia

Pertanyaan
-

Apakah tersedia panduan kerja?

Adakah yang menganggu konsentrasi ditempat kerja?


Berapa lama pengalaman yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas
ini?
Apakah pekerjaan sudah dilakukan secara efisien?
Apakah dipelukan terlalu banyak judgement untuk melakukan
pekerjaan ini?

Metode

Mesin

Bahan

Pengukuran

Lingkungan

Sudahkah kotak penyimpanan diberi label yang sesuai?

Apakah pekerja di pelatihan yang memadai untuk melakukan metode


ini?
Sudahkah dilakukan pengujian kapabilitas pada prosedur ini?
Apakah tersedia intruksi pelaksanaan yang jelas
Adakah pengawasan dan pengendalian yang memadai?

Apakah peralatan yang sesuai digunakan?

Apakah mesin sesuai dengan kebutuhan produksi?


Sudahkah mesin dipelihara dengan baik?
Apakah mesin dijaga dengan memadai?
Apakah mesin diiaplikasikan untuk pekerjaan yang tepat?

Apakah semua bahan yang dibutuhkan tersedia?

Apakah semua bahan yang sudah diuji secara layak?


Apakah ada material yang tercemar?
Apakah bahan disimpan ditempat yang layak?
Apakah pemasok sudah di evaluasi?

Sudahkah alat ukur di tera?

Adakah variasi pengukuran dari operator ke operator?


Sudahkah alat ukur yang digunakan sesuai standar?
Apakah lingkungan memengaruhi hasil pengukuran?
Apakah alat ukur disimpan dengan layak?

Apakah Hasil proses dipengaruhi oleh perubahan suhu lingkungan?

Apakah proses dilakukan pada lingkungan yang terkendali?

Apabila penyebab rendahnya kualitas atau tingginya biaya kualitas telah diketahui
maka selanjutnya dapat dibuat strategi untuk mengurangi biaya kualitas. Umumnya,
strategi pengurangan biaya kualitas dibuat berdasarkan premis berikut ini.
1. Setiap biaya kualitas ada penyebabnya

2. Penyebab dapat dicegah.


PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI
Efisiensi proses adalah kemampuan untuk mengubah input menjadi output antara
(throughput) pada biaya terendah. Efisiensi proses sangat ditentukan oleh apakah karyawan
telah bekerja ke arah tujuan yang sama. Output antara merupakan jumlah barang atau jasa
yang dihasilkan dan disampaikan pada konsumen pada suatu periode waktu pengukuran.
PERAGA 8.13
Hubungan antara ukuran-ukuran efisiensi proses
Kualita
s

Produktivitas
tinggi

Waktu
siklus
produksi
rendah
Keluaran
tinggi

Yang diukur dalam ukuran kekurangan atau ukuran fisik. Manajer membutuhkannya untuk
mengetahui seberapa baik mereka mengelola proses dan aktivitas dalam organisasi. Pkerja
dapat membantu mengidentifikasi ketidakefisienan atau pemerosesan proses dan aktivitas
untuk menciptakan perbaikan agar dapat memenuhi kebutuhan konsumen pada biaya
terendah.
Organisasi mengelola dua tipe proses, yaitu proses produksi dan proses bisnis. Proses
produksi secara langsung menghasilkan produk perusahaan roti membuat roti tawar untuk
konsumen, dan perusahaan hard disk memproduksi hard disk mini untuk memutar MP3.
Proses bisnis mendukung atau memungkinkan dilaksanakannya proses produksi. Sebagai
contoh, proses pemesanan tepung di perusahaan roti dan proses pengelolaan persediaan bahan
baku hard disk di perusahaan hard disk.
Ukuran- ukuran yang biasa digunakan untuk efisiensi proses produksi dan bisnis
diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Produktivitas.
2. Waktu siklus (cycle time).
3. Rasio waktu output.
Peraga 8.13 menunjukkan bahwa efisiensi dipengaruhi oleh waktu siklus produksi dan
keluaran dan dipengaruhi oleh kualitas dan produktivitas. Sebuah waktu siklus yang
rendah mulai dari menerima order dari produk atau jasa yang telah ada sampai
dikemas dan dikirimkan kepada konsumen- dan keluaran tinggi hanya mungkin
terjadi apabila proses berjalan produktif dan proses akan produktif apabilaproses itu
berkualitas tinggi.

PENGUKURAN PRODUKTIVITAS

Produktivitas (productivity) menekankan pada bagaimana menghasilkan output secara


efisien, dan secara khusus ditujukan pada hubungan antara output dan input untuk
menghasilkan output. Beberapa kombinasi tingkat input dapat digunakan untuk menghasilkan
suatu tingkat output yang ditentukan untuk menghasilkan suatu tingkat output yang
ditentukan. Efisiensi produktivitas total terjadi saat dua kondisi terpenuhi, yaitu : (1) untuk
semua perpaduan input yang akan menghasilkan output pada tingkat ditentukan, tidak ada
satu komponen input-pun yang digunakan melebihi yang ditentukan untuk menghasilkan
output tertentu, (2) pada berbagai perpaduan.

Untuk memenuhi kondisi pertama yang dipilih adalah perpaduan dengan tingkat biaya
terendah. Kondisi pertama disebut efisiensi teknis (tecnical efficiency) karena dipicu oleh
hubungan teknis , sedangkan kondisi kedua disebut efisiensi pertukaran (trade-off efficiency).
Kondisi kedua dipicu oleh hubungan harga input secara relatif. Pada kondisi kedua, harga
input ditentukan oleh proporsi relatif dari setiap komponen input yang digunakan untuk
menghasilkan output.
Efisiensi Teknis
Jika aktivitas dipandang sebagai input maka kondisi pertama akan menghilangkan
aktivitas tidak bernilai tambah hanya melakukan aktivitas bernilai tambah dalam
menghasilkan output. Hal tersebut merupakan tindakan efisiensi. Upaya peningkatan
produktivitas dapat dicapai melalui tiga cara berikut ini (peraga 8.14)
1. Menghasilkan output yang sama dengan input lebih sedikit.
2. Menghasilkan output yang lebih banyak dengan input yang sama.
3. Menghasilkan output lebih banyak dengan input yang lebih sedikit.
Pada peraga 8.14 digambarkan output adalah jumlah unit mainan pesawat sedangkan
input adalah jumlah tenaga kerja langsung dan modal (jumlah rupiah yang diinvestasikan

untuk peralatan). Perhatikan bahwa perbandingan antara input tenaga kerja dan input modal
selalu sama, sehingga semua produktivitas merupakan hasil dari peningkatan efisiensi teknis.
PERAGA 8.15
Efisiensi pertukaran

Efisiensi pertukaran
Peningkatan efisien juga dapat dicapai dengan melakukan pertukaran antara input
yang lebih mahal dengan input yang lebih murah. Sebagai contoh, diasumsikan bahwa input
tenaga kerja langsung lebih mahal daripada input peralatan (modal) sehingga mengurangi
input tenaga kerja dan menambah input peralatan untuk menghasilkan output yang sama
dapat meningkatkan efisiensi (peraga 8.15)
Pada pendekatan kedua yang diperhatikan adalah pemilihan kombinasi input yang
optimal. Adanya pendekatan kedua ini akan memberikan peluang peningkatan produktivitas
yang lebih luas.
Pengukuran produktivitas parsial
Pengukuran produktivitas berarti mengkuantitatifkan perubahan produktvitas. Tujuannya
adalah untuk memudahkan manajemen dalam memonitor naik turunnya produktivitas.
Pengukuran sebaiknya dilakukan secara aktual maupun prospektif. Pengukuran aktual
digunakan dipergunakan oleh manajer untuk mengetahui perkembangan program
peningkatan produktivitas , menetukan perbaikan yang diperlukan , mengendalikan
perubahan. Sedangkan pengukuran prospektif bertujuan untuk mengetahui kombinasi
kombinasi perpaduan input yang memberikan manfaat paling besar bagi organisasi.
Pengukuran produktivitas input demi input satu per satu disebut dengan produktivitas
parsial (partial productivity measurement). Pengukuran dilakukan dengan membandingkan

banyaknya output tunggal yang dihasilkan dengan input yang digunakan. Formulasi
pengukuran produktivitas parsial sebagai berikut.
Rasio produktivitas = output input
Ukuran output ataupun input yang dipergunakan dalam pengukuran dapat dinyatakan dalam
satu rupiah ataupun dalam satuan fisik. Apabila pengukuran dilakukan dalam satuan rupiah
maka ukuran yang dihasilkan disebut produktivitas finansial. Apabila dilakukan dalam
satuan fisik disebut produktivitas operasional.
Sebagai contoh,perusahaan enola menghasilkan 10.000 televisi LCD membutuhkan
5.000 jam tenaga kerja. Jika setiap televisi LCD dapat dijual seharga Rp2.500.000 dan tarif
setiap jam tenaga kerja adalah Rp100.000 maka produktivitas operasional di perusahaan
enola adalah 2 (10.000 unit televisi dibagi 5.000 jam tenaga kerja. Artinya , setiap jam kerja
akan menghasilkan dua buah televisi LCD apabila diukur dalam produktivitas finansial maka
hasilnya adalah 50 (dihitung dari nilai jual televisi LCD sebesar Rp25.000.000.000 (10.000
unit x Rp2.500.000) dibagi Rp500.000.000 (5.000 jam tenaga kerja x Rp100.000). Jadi, setiap
perusahaan mengeluarkan Rp1 untuk tenaga kerja akan menghasilkan Rp50 penjualan.
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih baik mengenai produktivitas maka
pengukuran produktivitas tidak dapat dilakukan pada satu periode waktu saja. Sebaiknya
pengukuran produktivitas dilakukan dalam beberapa periode. Kemudian dengan
membandingkan hasil pengukuran antarperiode akan dapt dilihat perubahan tingkat
produktivitas yang ada.
Kelebihan pengukuran produktivitas parsial. Pengukuran produktivitas parsial akan
mengarahkan manajemen lebih fokus pada input tertentu. Selain itu, hasil pengukuran lebih
mudah dipahami dan interprestasi sehingga tingkat kinerja produktivitas personel operasional
cepat diketahui. Contohnya , tenaga kerja langsung dapat dikaitkan dengan berapa banyak
unit yang dihasilkan untuk setiap jam yang dipergunakan atau berapa banyak unit yang
dihasilkan untuk setiap satu uniit bahan digunakan.
Hasil pengukuran yang mudah dipahami menjadikan personel operasi dapat melihat
dan memahami keterkaitan antara input yang mereka kendalikan dengan output yang mereka
hasilkan. Dengan begitu, mereka dapat memahami dan termotivasi untuk meningkatkan
produktivitasnya. Apabila menggunakan suatu standar produktivitas tertentu maka trend
produktivitas akan dapat direkam perkembangannya. Pada tingkat operasional standar,
kinerja ditentukan untuk jangka pendek.
Kelemahan pengukuran produktivitas parsial. Pengukuran parsial yang dilakukan dengan
cara satu persatu input diukur secara terpisah dapat memberikan suatu gambaran yang salah
tentang produktivitas. Hal tersebut disebabkan karena input dalam menghasilkan output tidak
semuanya independen terhadap input lain. Sebagai contoh, mengubah spesifikasi bahan baku
yang digunakan untuk menghasilkan output yang sama bisa jadi akan mengakibatkan
peningkatan limbah dan bahan sisa, sedangkan jam tenaga kerja tetap berkurang. Akibatnya
kinerja produktivitas tenaga kerja meningkat sedangkan kinerja produktivitas bahan baku

menurun. Jika penghematan dari peningkatan kinerja tenaga kerja lebih rendah daripada
biaya akibat meningkatnya bahan sisa dan limbah maka hal ini akan merugikan perusahaan.
Pengukuran Produktivitas Total.
Produktivitas total didapatkan dengan cara mengukur produktivitas semua input yang
digunakan untuk menghasilkan output. Praktiknya; pengukuran semua input dapat menjadi
sangat sulit dan mahal. Oleh karena itu yang diukur hanyalah faktor- faktor yang relevan
untuk menjadi indikator kinerja dan keberhasilan organisasi saja. Jadi , hanya input tertentu
saja yang diukur kinerjanya. Terdapat dua pendekatan pengukuran yang dapat dipergunakan,
yaitu pengukuran profil dan pengukuran profit-linked productivity.
Pengukuran profil. Pengukuran profil dilakukan d engan cara mengukur beberapa input
utama yang dipergunakan untuk menghasilkan output yang hasilnya berupa ukuran
operasional. Hasilnya berupa profil produktivitas yang dapat diperbandingkan antarwaktu
sebagai sumber informasi perubahan produktivitas. Sebagai contoh, perusahaan enola
menerapkan proses produksi baru tahun 2012. Diasumsikan proses baru hanya memengaruhi
dua input yaitu tenaga kerja dan bahan baku. Berikut ini disajikan data produksi tahun 2011
dan 2012.
2011
2012
Jumlah televisi LCD Dihasilkan
10.000
12.000
Tenaga kerja dipergunakan
5.000
4.000
Bahan baku dipergunakan
100.000
150.000
Pada peraga 8.16 disajikan produktivitas profil tahun 2011 dan 2012 di perusahaan
enola. Berdasarkan peraga 8.16 , diketahui di perusahaan emola terjadi peningkatan
produktivitas tenaga kerja (dari 2 menjadi 3), tetapi terdapat penurunan produktivitas
penurunan bahan dari (0,1 menjadi 0,08). Perbandingan profil tahun 2011 dengan tahun 2012
tidaklah banyak memberikan informasi apakah perubahan proses telah menaikkan
produktivits secara total atau tidak. Nilai perbaikan tidak terungkap melalui rasio ini.
Walaupun begitu , perbandingan profil produktivitas antar tahun setidaknya mampu
memberikan pandangan bagi manager untuk mengetahui sifat perubahan produktivitas.
Namun dalam beberapa kasus, sulit untuk mengetahui apakah perubahan tersebut baik atau
buruk.

PERAGA 8.16
Rasio Produktivitas Profil Perusahaan Enola

Keterangan

Rasio Produktivitas
Parsial
Profil 2011
Profil 2012

Rasio produktivitas tenaga kerja


Rasio produktivitas bahan baku
a
Tenaga kerja = 10.000 5.000;bahan baku = 10.000 100.000
b
Tenaga kerja = 12.000 4.000;bahan baku = 12.000 150.000

2
0,1

3
0,08

Pengukuran profit-linked productivity. Profit-linked productivity mengukur jumlah


perubahan laba yang diakibatkan oleh perubahan produktivitas. Penentuan pengaruh
perubahan produktivitas. Pememtuan pengaruh perubahan produktivitas terhadap laba
merupakan salah satu cara untuk melihat nilai perubahan produktivitas. Dengan
membandingkan laba tahun dasar dan tahun yang diamati akan diketahui perubahan laba
yang terjadi. Sebagian perubahan laba tersebut merupakan hasil perubahan produktivitas.
Dengan mengetahui dampak perubahan laba yang diakibatkan perubahan produktivitas ,
manajer akan terbantu dalam memahami arti penting perubahan produktivitas secara
ekonomis. Dampak profit linked productivity dapat dihitung dengan rumus berikut.
Dampak profit linked = Biaya PQ total biaya periode amatan total
Keterangan :
PQ adalah jumlah input yang dibutuhkan untuk menghasilkan output pada waktu yang
diamati jika produktivitas sama dengan tahun dasar yang dihitung dengan cara berikut.
PQ = Output Periode amatan Rasio produktivitas tahun dasar
Biaya PQ total didapatkan melalui PQ dikalikan dengan biaya per unit input dengan
harga input pada periode amatan dan dijumlahkan untuk semua input. Biaya periode amatan
total dihitung dengan cara mengalikan input pada periode amatan dengan harga input pada
periode amatan dan dijumlahkkan untuk semua input. Sebagai contoh, data pada perusahaan
Enola memeiliki data sebagai berikut.
Jumlah televisi LCD dihasilkan
Tenaga kerja dipergunakan
Bahan baku dipergunakan (unit)
Harga jual televisi LCD
Upah per jam tenaga kerja
Biaya per unit bahan baku

2011
10.000
5.000
100.000
Rp2.500.000
Rp500.000
Rp100.000

Berdasarkan data tersebut dan data pada Peraga 8.16, maka :


PQ Tenaga kerja = 12.000 2 = 6.000 jam tenaga kerja
PQ Bahan baku = 12.000 0.1 = 120.000 unit bahan baku
Jadi , biaya PQ Total adalah sebagai berikut.

2012
12.000
4.000
150.000
Rp2.750.000
Rp750.000
Rp110.000

Biaya PQ Total tenaga kerja = 6.000 x Rp750.000

= Rp4.500.000

Biaya PQ Total bahan baku = 120.000 x Rp110.000=

13.200.000

Biaya PQ Total

Rp17.700.000

Biaya input total sesungguhnya adalah sebagai berikut.


Biaya tenaga kerja = 4.000 x Rp750.000
Biaya bahan baku = 150.000 x Rp110.000 =
Biaya sesungguhnya total

= Rp3.000.000
16.100.000
Rp19.100.000

Berdasarkan perhitungan dampak perubahan total produktivitas pada laba (profit linked
effect) adalah sebagai berikut.
Dampak profit linked = biaya PQ Total biaya periode amatan total
= Rp17.700.000 Rp19.100.000
= Rp1.400.000.000 penurunan laba
Hasil perhitungan (ringkasan dapat dilihat di peraga 8.17 menunjukkan bahwa perubahan
produktivitas mengakibatkan penurunan laba sebesar Rp1.400.000.000. kenaikan
produktivitas tenaga kerja memberikan kontribusi kenaikan laba sebesar Rp1.500.000.000,
tetapi penurunan produktivitas bahan baku mengakibatkan laba menurun sebesar
Rp2.900.000.000. penurunan produktivitas bahan kemungkinan disebabkan peningkatan
penggunaan bahan baku kemungkinan disebabkan peningkatan penggunaan bahan baku yang
berakibat pada banyaknya bahan sisa dan limbah pada proses produksi ditahun 2012.
Komponen Pemulihan Harga.komponen pemulihan harga adalah kemampuan perubahan
pendapatan dalam mengimbangi pengaruh perubahan harga input. Pengukuran pemulihan
harga dilakukan dengan cara perubahan pendapatan dikurangi perubahan biaya input dengan
asumsi tidak ada perubahan produktivitas. Untuk mengetahui besaran pemulihan harga harus
dihitung terlebih dahulu perubahan laba setiap periodenya. Contoh berikut masih
menggunakan data perusahaan Enola.
Keterangan
Pendapatan
Biaya
Tenaga kerja
Bahan baku
Laba

2011
Rp25.000.000.000

2012
Rp33.000.000.000

Perubahan
Rp8.000.000.0000

2.500.000.000
10.000.000.000
Rp12.500.000.000

3.000.000.000
16.100.000.000
Rp13.900.000.000

500.000.000
6.100.000.000
Rp1.400.000.000

PERAGA 8.17
Ringkasan perhitungan dampak Profit linked

Input

PQ

PQ x H*

KS**

KS x H

(PQ x H)-(KS x H)

Tenaga kerja
Bahan baku
Total

6.000
120.000

Rp4.500.000.000
13.200.000

4000
150.000

Rp3.000.000.000
16.100.000.000

Rp 1.500.000.000
(Rp2.900.000)
(Rp1.400.000.000

*Harga input
**Kuantitas input sesungguhnya
Pemulihan harga = perubahan laba dampak profit linked
= Rp1.400.000.000 (-Rp1.400.000.000)
= Rp2.800.000.000
Perusahaan Enola mengalami kenaikan laba sebesar Rp1.400.000.000. apabila tidak
ada perubahan produktivitas semestinya perusahaan akan dapat mengalami kenaikan laba
sebesar Rp2.800.000. berdasarkan hal tersebut , perubahan produktivitas mengakibatkan laba
turun sebesar Rp1.400.000.000
Pengukuran Waktu Siklus
Waktu siklus adalah waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu produk atau
Jasa. Pada jasa waktu siklus dihitung sejak konsumen mengajukan permintaan layanan
sampai selesai. Waktu siklus rata rata setara dengan totgal waktu proses untuk semua unit
dengan ujnit yang dihasilkan. Agara lebih bermanfaat , waktu siklus rata - rata harus
dimasukkan rata rata waktu yang dibutuhkan untuk mengirim semua unit produk dan
pengerjaan ulang atau waktu pembuangan jika terdapat produk cacat atau sisa bahan dan
limbah (yang merupakan aktivitas tidak bernilai tambah)
Dalam ukuran waktu kinerja akan semakin baik jika waktu proses yang dibutuhkan
semakin sedikit. Dengan waktu proses yang lebih cepat maka konsumsi sumber daya juga
dapat dihemat. Pengukuran kinerja dalam waktu akan dibahas lebih terperinci pada bab 15.

Vous aimerez peut-être aussi