Vous êtes sur la page 1sur 7

PENGKAJIAN & ANALISA DATA

MANAJEMEN KEPERAWATAN
RUANG RAWAT INAP ANTASENA RSMM BOGOR

I.

Analisis Ruangan
Ruangan Antasena merupakan ruang perawatan umum Kelas II dan III. Kelas III, terdiri
dari 2 gedung yang mempunyai kapasitas 35 tempat tidur yang terdiri dari 7 kamar, Kelas
II masing-masing berisi 2 tempat tidur dan kelas III masing-masing berisi 6-9 tempat
tidur di tiap kamar. Ruang Antasena merupakan ruang rawat untuk klien laki-laki dan
perempuan. Ruang Antasena mempunyai 1 ruang isolasi sehingga klien yang mempunyai
masalah keperawatan dengan penyakit menular dapat ditempatkan di ruangan tersebut.
Sumber daya manusia yang ada di ruang Antasena terdiri dari 32 orang yang terdiri dari 1
kepala ruangan dengan pendidikan S1, 2 ketua tim dengan pendidikan D3, 22 perawat
pelaksana dengan pendidikan D3 dan S1, 2 orang pramu husada, 1 orang tenaga
administrasi dan 3 orang tenaga cleaning service dengan pendidikan SLTA. Penggunaan
metode penugasan asuhan keperawatan di ruang Antasena menggunakan metode tim
primer, yang terdiri dari 2 tim, masing-masing tim mempunyai perawat primer atau
sering disebut dengan Perawat Penanggung Jawab Pasien (PPJP) dalam memberikan
asuhan keperawatan secara komprehensif sejak pasien masuk hingga pulang. Pola
pemberian asuhan keperawatan dibagi menjadi tiga shift, pagi, sore, dan malam.
Tahap pengkajian dilakukan melalui metode observasi, wawancara dan kuesioner
mengenai pelaksanaan fungsi manajemen di ruang Antasena. Observasi dilakukan pada
tanggal 11-23 Mei 2014 yang meliputi observasi manajemen ruangan antasena.
Wawancara dilakukan kepada kepala ruangan, ketua tim, beberapa perawat pelaksana dan
pekarya yang ada di ruangan antasena. Pengkajian dengan kuesioner dilakukan melalui
pembagian kuesioner evaluasi diri (self evaluation) pada kepala ruangan, ketua tim dan
perawat pelaksana. Pengkajian secara keseluruhan akan dijabarkan melalui 4 pilar
manajemen sebagai berikut

1. Pilar I
a. Perencanaan
Ruangan Antasena tidak memiliki visi dan misi ruangan setelah akreditasi tahun
2011. Visi dan misi ruangan Antasena mengikuti Visi RSMM yaitu Rehabilitasi
Psikososial. Kepala ruangan berusaha menyusun rencana kerja sesuai dengan visi
dan

misi

rumah

sakit,

memberikan

pelayanan

komprehensif

pelayanan

biopsikososialspiritual di ruangan Antasena. Tujuan jangka pendek dibuat setiap 3


bulan yaitu mengenai aktualisasi asuhan keperawatan. Selain itu, rencana jangka
pendek lainnya dalam waktu 3-6 bulan mengenai alokasi pasien, komunikasi,
teknik

aseptik.

Rencana

jangka

panjang

yang

disusun

adalah

untuk

mengoptimalisasikan asuhan keperawatan. Kepala ruangan selalu melibatkan ketua


tim dalam penyusunan rencana ruangan, baik jangka pendek maupun jangka
panjang. Ruang Antasena juga sudah memiliki Standar Asuhan Keperawatan dan
SOP, memiliki format pengkajian yang baku, namun belum terdapat format
pengkajian yang terfokus pada diagnosa keperawatan. Kepala ruangan, ketua ti,
serta perawat pelaksana telah membuat rencana harian walaupun ada beberapa
yang belum sesuai dengan standar perencanaan keperawatan. Untuk rencana
bulanan katim, terlihat belum terdokumentasi dengan optimal. Sementara
perencanaan bulanan dan tahunan karu tidak terdokumentasi

b. Pengorganisasian
Struktur organisasi, sudah tampak jelas dengan adanya organogram di ruangan
perawat Antasena. Struktur organisasi telah menggambarkan kedudukan kepala
ruangan, yaitu berada di tingkat paling tinggi di ruangan tersebut. Organogram juga
menggambarkan kedudukan masing-masing tim (Tim I dan Tim II) beserta ketua
timnya yang posisinya berada di bawah garis komando kepala ruangan. Gambaran
jumlah perawat pelaksana di ruangan antasena juga dicantumkan, yaitu sebanyak 22
orang. Uraian tugas kepala ruangan, ketua tim, serta perawat pelaksana sudah
terlampir pada blanko yang dibuat pada tahun 2011 untuk akreditasi. Kepala

ruangan tidak membuat uraian tugas sendiri akan tetapi berdasarkan aturan dari
rumah sakit.
Staf perawat di Antasena sudah bekerja sesuai dengan tugas yang seharusnya secara
struktural. Metode penugasan tim ialah dengan metode perawat primer, terdiri dari
dua tim dengan dua kepala tim. Sistem pembagian jadwal dinas disusun per bulan,
berdasarkan jumlah ketenagakerjaan dan alokasi pasien. Kepala ruangan membuka
lembar permintaan dinas sebelumnya bagi perawat untuk dipertimbangkan dalam
pembuatan jadwal. Jadwal dinas sudah tersusun selama setiap bulan dengan baik,
akan tetapi ada beberapa perubahan jadwal yang terjadi sesuai dengan kebutuhan
perawat, dan terkadang perubahan jadwal yang ada tidak didokumentasikan
kembali. Menurut kepala ruangan, saat ini ketenagaan tidak mencukupi, sedang
mengusahakan pengajuan penambahan jumlah perawat. Rekrutmen staf perawat
dilakukan oleh pihak rumah sakit. Ruang Antasena hanya melakukan orientasi
perawat baru dengan memberikan jadwal dinas pagi hingga 3 bulan pertama untuk
mengawasi kinerja perawat tersebut. Sementara itu secara umum, penghitungan
jumlah ketenagaan perawat menggunakan rumus Douglas dan Gillies, akan tetapi
kepala ruangan melakukan perhitungan jumlah ketenagakerjaan di Ruang Antasena
dengan kombinasi rumus perhitungan untuk mencukupi jumlah tenaga kerja dengan
beban kerja agar kondisi ruangan dan perawat tetap seimbang. Rapat staf
keperawatan rutin dan terjadwal seharusnya berjalan setiap sebulan sekali, akan
tetapi kondisinya dan pelaksanannya belum optimal. Ruang Antasena belum
memiliki ronde keperawatan. Sementara mengenai supervisi, terlaksana secara
insidentil karena belum ada supervisi yang terjadwal.
c. Pengarahan
Iklim motivasi diruangan berjalan baik, pemberian reinforcement positive,
mengadakan pemilihan perawat favorit tiap bulan, memberikan kemudahan dalam
kecukupan tenaga kerja telah dilakukan. Metode menyelesaikan konflik dilakukan
secara struktural dimana masalah internal dalam tim dilakukan oleh ketua tim
terlebih dahulu, jika masalah belum selesai maka kepala ruangan yang turun
menyelesaikan. Kepala ruangan bersikap terbuka untuk menerima laopran ataupun

keluhan dari para staf ruangan. Kesempatan untuk pelatihan atau peningkatan
pendidikan bagi staf perawat di ruangan ada. Ruangan merasa terbantu jika ada
staff yang mengikuti pelatihan atau pendidikan terkait dengan timbal balik yang
diberikan yaitu update ilmu yang dapat diberikan di ruangan. Sistem komunikasi di
ruangan tidak memiliki buku komunikasi khusus. Hal ini disiasati dengan adanya
grup di social media untuk saling berkomunikasi dan menyampaikan keluh kesah,
untuk kemudian disampaikan pada kepala ruangan. Ruangan telah memiliki SAK
fisik dan psikososial akan tetapi belum lengkap dan belum update. Saat ini sedang
dilakukan revisi. Menurut kepala ruangan, di dalam pelaksanaan SAK dan SOP
oleh seharusnya dilakukan sosialisasi dan penyegaran, melakukan update dengan
jurnal medis harapannya untuk dilakukan secara rutin kedepannya. Teknis operan
dilakukan setiap shift dengan jadwal yang jelas dan tepat waktu. Operan dipimpin
oleh kepala ruangan/ katim/PJ. Pre conference dilakukan pada setiap shift setelah
operan selesai, lebih sering aktif dilakukan pada pagi hari, sedangkan pada shift
siang dan malam, masih dilakukan dengan frekuensi waktu yang jarang. Post
conference tidak terlihat dilakukan, sedangkan untuk pendelegasian, tidak terlihat
metode pendelegasian terstruktur serta dokumentasi pendelegasian yang belum
optimal.
d. Pengendalian
Kepala ruangan sudah menyusun indikator mutu secara umum, setiap bulan (BOR,
ALOS, TOI, angka infeksi nosokomial, angka cidera) sudah tersusun namun
pendokumentasiannya belum terlalu rapi. Audit dokumentasi asuhan keperawatan
dilakukan juga oleh kepala ruangan, namun pendokumentasiannya belum rapi.
Sedangkan format evaluasi kepuasan pasien dan keluarga tidak dilakukan secara
rutin setiap kali pasien pulang/meninggal. Belum terdapat format evaluasi kepuasan
tenaga kesehatan sehingga belum pernah dilakukan. Terdapat dokumentasi hasil
evaluasi kinerja, namun pendokumentasiannya belum rapi dan terstruktur. Survei
masalah kesehatan pasien dilakukan dengan cara setiap masalah keperawatan pasien
baru dicatat.

2. Pilar II (Compensatory and Reward)


Tidak ada reward secara fisik. Reward dilakukan dengan cara memberikan kemudahan
dalam penyusunan jadwal dinas, izin-izin yang tidak menyulitkan dan berusaha untuk
memenuhi kecukupan jumlah tenaga kerja agar beban kerja tiap perawat dirasakan
tidak terlalu berat.
Kegiatan yang dilakukan untuk peningkatan mutu pelayanan ruangan seharusnya ada
journal review, namun belum berjalan. Saat ini update ilmu dari teman-teman yang
mengikuti pelatihan agar dibagi ke ruangan. Sistem penilaian dan standar penilaian
kinerja dilakukan dengan adanya rapor kerja tiap perawat. Penilaian kinerja perawat
telah dilakukan oleh karu/katim secara incidental dan tidak terdokumentasi.
Pengembangan terhadap perawat dilakukan dengan memberikan pelatihan secara
berkala dan bergantian

3. Pilar III (Professional Relationship)


Pelaksanaan koordinasi dengan tim kesehatan lain diadakan berdasarkan kebutuhan di
ruangan. Hubungan professional denga tenaga kesehatan lain berjalan dengan baik.
Setiap kali dokter melakukan visite, ketua tim mendampingi dokter untuk saling
bertukar informasi tentang kondisi pasien. Setelah itu katim mendokumentasi hasil
visite dokter yang didampinginya. Jadwal visit dokter belum tersusun dengna baik,
terkadang masih bersifat incidental.

4. Pilar IV (Patient Care Delivery)


Secara manajemen kepala ruangan melakukan 30% asuhan keperawatan dan 70%
manajemen. Akan tetapi kepala ruangan biasanya juga ikut untuk memantau kondisi
pasien. Kepala ruangan harus mengetahui setidaknya kondisi setiap pasiennya, untuk
kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain seperti dokter untuk visit dan konsultasi
dengan kepala ruangan untuk mengetahui kondisi pasiennya. Terapi aktivitas

kelompok (TAK) belum pernah dilakukan di ruangan Antasena. Edukasi kesehatan dan
discharge planning kepada keluarga pasien juga dirasakan belum optimal.
Menurut kepala ruangan, pelaksanaan patient safety di ruangan masih jauh dari
sempurna, terkait dengan sarana dan pra-sarana dari rumah sakit. Sarana seperti side
rail, linen, pencucian, lantai yang masih licin, dan banyak hal masih perlu untuk
dirapihkan.

No
1.

Data
Data observasi dan wawancara:

Masalah
Potensial peningkatan

Teknis operan dilakukan setiap shift dengan jadwal pelaksanaan fungsi


yang jelas akan tetapi terkadang kurang tepat waktu.

pengarahan di ruang

Operan dipimpin oleh kepala ruangan/ katim/PJ.

Antasena (Pilar I:

Konten

dalam Manajemen Approach;


Pengarahan)
penyebutan identitas pasien minimal 2 identitas, usia
pasien

operan

tidak

belum

maksimal,

disebutkan,

diagnosa

kurang

medis

tidak

disebutkan, lama hari rawat tidak disebutkan, dan tidak


ada tingkat mobilitas pasien

Pre conference dilakukan pada setiap shift setelah


operan selesai, lebih sering aktif dilakukan pada pagi
hari, sedangkan pada shift siang dan malam, masih
dilakukan dengan frekuensi waktu yang jarang.

Post conference tidak terlihat dilakukan

Tidak terlihat metode pendelegasian terstruktur serta


dokumentasi pendelegasian yang belum optimal.

Data survey:
Sebanyak 100 % katim selalu mengadakan pre conference di
pagi hari
Sebanyak 100% perawat pelaksana jarang mengadakan pre
conference di shift siang dan malam

2.

Data observasi

Potensial peningkatan

Hampir semua perawat jarang memperkenalkan dirinya

pelaksanaan komunikasi

ketika menerima pasien


PPJP sudah terbentuk dan sudah didokumentasikan, akan
tetapi seringkali pengaplikasiannya masih kurang
Pendelegasian PPJP dengan perawat pelaksana lainnya tidak

efektif (SBAR dan TBAK)


di ruang Antasena (Pilar
III: Professional
Relationship)

berjalan optimal
Proses penerimaan pasien baru sudah berjalan, akan tetapi
belum optimal
Komunikasi antara perawat dan tenaga kesehatan lainnya
(dokter dan ahli gizi sudah berjalan) akan tetapi perlu
ditingkatkan, berhubungan dengan proses pendelegasian
pasien yang belum optimal
3.

Data observasi

Potensial peningkatan

Perawat kurang optimal melakukan pengkajian terhadap

pelaksanaan asuhan

kecemasan atau ansietas pasien, terutama pasien bedah


Perawat jarang menegakkan diagnosis psikososial ansietas,
sementara pada planning dan rencana tindak lanjut, selalu
mengupayakan pasien mampu tarik napas dalam
Data survey
Sebanyak 58,3% perawat sering memberikan asuhan
keperawatan ansietas
sebanyak 41,7% perawat jarang menggunakan strategi
pelaksanaan tindakan keperawatan psikososial
Sebanyak 33,3% perawat sering mengevaluasi kemampuan
pasien dalam mengontrol cemasnya

keperawatan psikososial
(Pilar IV: Patient Care
Delivery)

Vous aimerez peut-être aussi