Vous êtes sur la page 1sur 115

Audit Intern Bank Syariah

Agung Nugroho
Email : agung.reds@gmail.com
HP: 08129689917

Produk Himpunan Dana Bank Syariah


I.

SYARIAH COMPLIANCE

II. AUDIT PENGHIMPUNAN DANA BANK SYARIAH


III. AUDIT JASA BERBASIS IMBALAN

IV. AUDIT INVESTASI TIDAK TERIKAT DAN SURAT


BERHARGA

Compliance Syariah

Perbankan Syariah
TUJUAN KEUANGAN SYARIAH:

Bisnis keuangan yang menempatkan moral, etika, kejujuran, keadilan dan


maslahat lebih utama daripada keuntungan finansial

Menghapuskan riba, maysir dan gharar diganti sistem bagi hasil

Pemberian kesempatan golongan ekonomi lemah untuk mengakses sumber


daya ekonomi

Sistem keuangan yang lebih stabil dan mengutamakan sektor riil

BUKAN TUJUAN KEUANGAN SYARIAH:


Pertumbuhan ekonomi untuk mencetak lebih banyak konglomerat
Pengembangan bisnis penuh risiko yang menghasilkan keuntungan finansial besar
Financial engineering yang mengutamakan keuntungan finansial daripada prudent
banking practices

Perbankan Syariah

PRINSIP SYARIAH
adalah prinsip
Hukum Islam dalam
kegiatan perbankan
berdasarkan fatwa
yang dikeluarkan
oleh lembaga yang
memiliki
kewenangan dalam
penetapan fatwa di
bidang syariah

TIDAK BOLEH
RIBA
penambahan pendapatan secara tidak sah
MAYSIR
tidak pasti dan untung-untungan
GHARAR
yang objeknya tidak jelas, tidak dimiliki, tidak diketahui
keberadaannya, atau tidak dapat diserahkan pada saat
transaksi dilakukan

HARAM
objeknya dilarang dalam syaria
ZALIM
yang menimbulkan ketidakadilan bagi pihak lainnya
5

Landasan Operasional Bank Syariah


1. Menghindari riba, karena mengandung ketidakadilan & dapat
merusak prinsip kemitraan.
2. Memperlakukan uang hanya sebagai alat tukar dan bukan sebagai
komoditi yang diperdagangkan.
3. Melarang transaksi spekulatif (maysir), jual beli atas suatu barang
yang belum dimiliki (gharar), haram, riba dan bathil.
4. Dalam berinteraksi dengan nasabah, bank syariah memposisikan
diri sebagai mitra investor dan pedagang bukan dalam hubungan
lender & borrower.
5. Akad transaksi yang sudah disepakati nasabah tidak akan
mengalami perubahan sampai dengan berakhirnya.
6

Fatwa Keharaman Riba


1. Fatwa MUI Nomor 1 tahun 2004, tanggal 24 Januari 2004.

2. Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Nomor 08 tahun


2006, tanggal 27 Juni 2006.
3. Majmaul Buhuts al-Islamiyyah di al-Azhar Mesir pada Mei 1965.

4. Majma al-Fiqih al-Islamy Negara-negara OKI yang diselenggarakan


di Jeddah tanggal 10-16 Rabiul Awal 1406H/22-28 Desember 1985.
5. Keputusan Munas Alim Ulama dan Konbes NU tahun 1992 di
Bandar Lampung yang mengamanatkan berdirinya Bank Islam
dengan sistem tanpa bunga.
6. Keputusan Dar al-Itfa, Kerajaan Saudi Arabia, 1979

Hukum Riba
Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan
tinggalkan Sisa Riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang
yang beriman.
(QS. Al Baqarah (2):278)
Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan Sisa Riba)
maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu.
Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan Riba) , maka bagimu
pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.
(QS. Al Baqarah (2):279)

Hukum Riba
1. Dari Abu Hurairah r.a., (diriwayatkan) bahwa Rasulullah SAW bersabda :
Hindarilah tujuh dosa besar yang mencelakakan ! Kepada Rosulullah
ditanyakan : Apa dosa besar dimaksud wahai Rosulullah ? Beliau menjawab :
Menyekutukan Allah, melakukan sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah
membunuhnya secara tanpa hak, makan harta anak yatim, makan riba, lari dari
medan pertempuran, dan mencemarkan nama baik wanita mukmin yang suci
(HR. Bukhari dan Muslim).
2.

Dari Jabir r.a., ia berkata : Rasulullah SAW melaknat orang yang memakan
(mengambil) riba, memberikan, menuliskan, dan dua orang yang
menyaksikannya. Ia berkata : Mereka berstatus hukum sama. (HR. Muslim)

3. Dari Abdullah bin Masud : Rasulullah SAW melaknat orang yang memakan
(mengambil) riba, memberikan, dua orang yang menyaksikan, dan orang yang
menuliskannya. (HR. Ibn Majah)
9

Hukum Riba
Kitab Ulangan (Perjanjian Lama)
Janganlah engkau membungakan kepada saudaramu, baik uang maupun
bahan makanan, atau apapun yang dapat dibungakan (Pasal 23 ayat 19)

Injil Lukas (Perjanjian Baru)


Dan jikalau kamu meminjamkan sesuatu kepada orang yang kamu
berharap akan menerima sesuatu daripadanya, apakah jasamu? (Pasal 6
ayat 3-4)
Tetapi berbuat baiklah, kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak
mengharapkan balasan, maka upahmu ini akan besar. (Pasal 35)

10

SUMBER & PENGGUNAAN DANA

(Pool of Funds Approach)

Sumber
Dana

Wadiah

Mudharabah
Mutlaqah

Musyaraqah

Mudharabah
Muqayadah

DANA
POOL
Primary Reserve
Secondary Reserve

Murabahah

Penggunaan Qard

Salam

Dana

Ijarah

Special
Project

Musyarakah
Mudharabah

aktiva tetap

11

Produk Bank Syariah

Wadiah
Penghimpunan
Dana

Giro
Tabungan

Mudharabah
Deposito

Operasional
Bank
Syariah
di Indonesia

Equity Financing
Penyaluran Dana
(Financing)
Debt Financing

Wakalah
Kafalah
Jasa
Layanan
Perbankan

Hawalah
Joalah
Rahn
12

Barang - Barang

Barter
Jual Beli (Bai)

Barang - Uang
Debt
Financing

Murabahah
Bai Bithaman Ajil

Sewa Menyewa (Ujroh)


Ijarah
Ijarah Wa Iqtina

Uang - Barang

Salam
Istisna

Uang - Uang

Sharf

13

Mutlaqah
Mudharabah
(Trust Financing)

Muqayyadah

Equity
Financing
Mufawadha
Al-Inan
Musyarakah
(Share Financing)

Amaal

Wujuh

14

Bunga VS Bagi Hasil

15

Tabungan

16

Tabungan
Prinsip Tabungan Secara Syariah
Tabungan yang tidak dibenarkan secara syariah, yaitu

tabungan yang berdasarkan perhitungan bunga.

17

Tabungan Mudharabah
Ketentuan Umum Tabungan berdasarkan Mudharabah:
1.

Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul mal atau pemilik

dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.


2.

Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai


macam usaha yang tidak betentangan

dengan prinsip syariah dan

mengembangkannya, termasuk di dalamnya mudharabah dengan pihak


lain.
3.

Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya dalam bentuk tunai dan bukan

piutang.

18

Tabungan Mudharabah
4. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk
nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening.

5. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan


dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi
haknya.
6. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan
nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan.

19

Tabungan Wadiah
Ketentuan Umum Tabungan berdasarkan Wadiah:

1. Bersifat simpanan.
2. Simpanan bisa diambil kapan saja (on call) atau
berdasarkan kesepatakan.
3. Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam
bentuk pemberian (athaya) yang bersifat sukarela dari
pihak bank

20

Deposito
FATWA DSN MUI NO. 03/DSN-MUI/IV/2000
1. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul
maal atau pemilik dana, dan bank bertindak sebagai
mudharib atau pengelola dana.
2. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat
melakukan berbagai macam usaha yang tidak
bertentangan
dengan
prinsip
syariah
dan
mengembangkannya,
termasuk
didalamnya
mudharabah dengan pihak lain.

21

Deposito
3. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk
tunai dan bukan piutang.

4. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk


nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening.
5. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional deposito
dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi
haknya.
6. Bank tidak diperkenankan untuk mengurangi nisbah
keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan

22

Giro

FATWA DSN MUI NO. 01/DSN-MUI/IV/2000


Giro ada 2 (dua) jenis :
1.Berdasarkan prinsip mudharabah
2.Berdasarkan prinsip wadiah

23

G i r o Mudharabah
Ketentuan Umum Giro berdasarkan Mudharabah:
1. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul mal atau
pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola
dana.
2. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan
berbagai macam usaha yang tidak betentangan dengan prinsip
syariah dan mengembangkannya, termasuk di dalamnya
mudharabah dengan pihak lain.
3. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya dalam bentuk tunai dan
bukan piutang.

24

G i r o Mudharabah
4. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan
dituangkan dalam akad pembukaan rekening.
5. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan
dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
6. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah
tanpa persetujuan yang bersangkutan.

25

G i r o Wadiah
Ketentuan Umum Giro berdasarkan Wadiah:
1. Bersifat simpanan.
2. Simpanan bisa diambil kapan saja (on call) atau
berdasarkan kesepatakan.

3. Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam


bentuk pemberian (athaya) yang bersifat sukarela dari
pihak bank

26

SKEMA AKAD DALAM PEMBIAYAAN

WAAD
AKAD TABARRU

QARDH

AKAD TIJARAH
MEMILIKI KEPASTIAN
KEUNTUNGAN

TIDAK
TIDAKMEMILIKI
MEMILIKI
KEPASTIAN
KEPASTIAN
KEUNTUNGAN
KEUNTUNGAN

MURABAHAH
IJARAH

MUSYARAKAH
MUDHARABAH

MARGIN

BAGI HASIL

FATWA DSN MUI NO. 04/DSN-MUI/IV/2000


Murabahah
Adalah transaksi Akad jual beli antara bank dan nasabah , dimana bank syariah
membeli barang yang diperlukan oleh nasabah dan kemudian menjualnya
kepada nasabah yang bersangkutan sebesar harga perolehan ditambah dengan
margin / keuntungan yang disepakati antara bank syariah dan nasabah.

FATWA DSN MUI NO. 09/DSN-MUI/IV/2000


Ijarah
Adalah perjanjian antara Bank dengan Nasabah sebagai penyewa suatu barang
milik Bank, dan Bank mendapatkan imbalan jasa atas barang yang
disewakannya. Nasabah (penyewa) pada akhir periode sewa menyewa memiliki
opsi untuk membeli barang yang disewanya pada masa berakhirnya sewa
menyewa, disebut dengan istilah Ijarah Muntahia Bittamlik (IMBT). Ditujukan
untuk pembelian kend bermotor, Rumah, alat berat dll.

28

FATWA DSN MUI NO. 08/DSN-MUI/IV/2000


Musyarakah
Adalah perkongsian yang dilakukan antara nasabah dan Bank dalam suatu
usaha dimana masing-masing pihak berdasarkan kesepakatan memberikan
kontribusi sesuai dengan kesepakatan bersama berdasarkan porsi dana yang
ditanamkan.

FATWA DSN MUI NO. 07/DSN-MUI/IV/2000


Mudharabah
Adalah Pembiayaan dalam bentuk modal/dana yang diberikan oleh Bank untuk
dikelola oleh nasabah dalam usaha yang telah disepakati bersama. Selanjutnya
dalam pembiayaan ini nasabah dan Bank sepakat untuk berbagi hasil atas
pendapatan usaha tersebut.

29

FATWA DSN MUI NO. 08/DSN-MUI/IV/2000


Salam
Adalah akad jual beli, di mana pembeli membayar uang (sebesar harga) atas
barang yang telah disebutkan spesifikasinya, sedangkan barang yang
diperjualbelikan itu akan diserahkan kemudian, yaitu pada tanggal yang
disepakati. Bai as-Salam biasanya dilakukan untuk produk-produk pertanian
jangka pendek.

FATWA DSN MUI NO. 07/DSN-MUI/IV/2000


Istishna
Adalah Pembiayaan dalam bentuk modal/dana yang diberikan oleh Bank untuk
dikelola oleh nasabah dalam usaha yang telah disepakati bersama. Selanjutnya
dalam pembiayaan ini nasabah dan Bank sepakat untuk berbagi hasil atas
pendapatan usaha tersebut.

30

Musyarakah dan Mudharabah

NASABAH

BANK

Modal &
Tenaga Kerja /
Keahlian

Modal

Proyek / Usaha

Keuntungan
Bagi Hasil
sesuai porsi kontribusi modal
(nisbah)
31

MUSYARAKAH
Rukun
1. Pihak yang berkontrak.
2. Obyek kesepakatan :
Modal / dana & kerja.
3. Sigot (ucapan) :
Ijab & qabul (penawaran & penerimaan)

Syarat
1. Tidak ada bentuk khusus dari kontrak.
Berakad dianggap sah jika diucapkan secara verbal atau ditulis.
Mitra harus kompeten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan perwalian.
2. Modal harus uang tunai, emas, perak atau yang nilainya sama.
Partisipasi para mitra dalam pekerjaan, adalah sebuah hukum dasar, dan tidak
dibolehkan bagi salah satu dari mereka untuk mencantumkan tidak ikut sertanya
mitra lainnya. Namun porsi melaksanakan pekerjaan tidak perlu harus sama,
demikian pula dengan bagian keuntungan yang diterima.
32

MUDHARABAH

Rukun
1. Pihak yang berakad
Pemilik modal (shahibul maal) dan pengelola dana (mudharib)
2. Obyek yang diakadkan
Modal (maal), kerja, keuntungan
3. Akad (sighot)
Serah (ijab) dan Terima (qabul)
Syarat
1. Pihak yang berakad
Shahibul maal & mudharib, kedua-duanya harus memiliki kemampuan untuk
diwakili dan mewakilkan.
2. Obyek yang diakadkan adalah modal, kerja & nisbah
Modal yang disetorkan kepada mudharib, harus jelas jumlah dan mata
uangnya.
Jangka waktu pengelolaan modal.
Jenis pekerjaan yang di mudharabah-kan.
Proporsi pembagian keuntungan (nisbah).
33

MURABAHAH
1

Akad Jual Beli

BANK

NASABAH

Bayar

Beli Barang

Kirim Barang & Dokumen

Suplier
34

Murabahah
Rukun
1. Pihak yang berakad
Penjual dan Pembeli
2. Obyek yang diakadkan
Barang yang diperjualbelikan dan harga
3. Akad
Serah (ijab) dan terima (qabul)

Syarat
1.

Pihak yang berakad


Cakap hukum dan sukarela
2. Obyek yang diperjualbelikan
Tidak termasuk yang dilarang / diharamkan
Spesifikasi sesuai antara yang diserahkan penjual & yang diterima pembeli
3. Akad
Ijab-kabul selaras, baik dalam spesifikasi barang maupun harga yang disepakati
Tidak membatasi waktu
Harus jelas & disebutkan sec. spesifikasi dgn siapa berakad.
35

AL-IJARAH
1

Pesan Obyek Sewa

BANK

NASABAH

Sewa Beli
3

A. Milik

B. Milik

Beli Obyek Sewa

Obyek
Sewa
Penjual
Supplier
36

IJARAH
Rukun
1. Penyewa
2. Pemilik barang
3. Obyek yang disewakan
4. Harga sewa yang disepakati
5. Perjanjian
Syarat
1. Kesepakatan kedua pihak untuk melakukan penyewaan.
2. Barang yang disewa tidak termasuk kategori haram.
3. Harga sewa harus terukur.
4. Pada akhir penyewaan barang akan dibeli oleh penyewa.

37

Skema BAI AS-SALAM


1

BANK

Negosiasi Pesanan
dengan Kriteria

NASABAH
Bayar
5

Pesan Barang & Bayar Tunai

Kirim Dokumen

Kirim Pesanan

Produsen
Penjual
38

SALAM
Rukun
Pihak yang berakad:
1. pembeli (muslam)
2. penjual (muslam ilaih
SYARAT
Pihak yang berakad:
1. Harus cakap hokum
2. Sukarela (ridha)
Obyek yang diakadkan:
Barang / komoditi yang di-salam-kan yaitu :
1. tidak termasuk yang dilarang / haram
2. jelas spesifikasinya (jenis, warna, sifat, dll.)
3. jelas ukurannya (timbangan, takaran, berat, panjang kualitas, dll)
4. harus berwujud sehingga dapat diakui sebagai hutang.
5. jelas waktu & tempat delivery
39

Audit Penghimpunan Dana


Bank Syariah

40

Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional


Perbedaan Bank Syariah Sepintas bila dilihat secara
teknis, menabung di bank syariah dengan yang berlaku
di bank konvensional hampir tidak ada perbedaan. Hal
ini karena, baik di bank syariah maupun bank
konvensional diharuskan mengikuti aturan teknis
perbankan secara umum. Akan tetapi bila diamati lebih
dalam terdapat beberapa perbedaan mendasar di
antara keduanya.

41

Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional

Akad

Imbalan Yang Diberikan

Sasaran kredit (konvensional)


atau Pembiayaan (Syariah).
42

Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional


Akad
Pada bank syariah, semua transaksi harus berdasarkan akad yang
dibenarkan oleh syariah. Dengan demikian, semua transaksi itu harus
mengikuti kaidah dan aturan yang berlaku pada akad-akad muamalah
syariah.
Pada bank konvensional, transaksi pembukaan rekening, baik giro,
tabungan maupun deposito, berdasarkan perjanjian titipan, namun
prinsip titipan ini tidak sesuai dengan aturan syariah, misalnya wadiah,
karena dalam produk giro, tabungan maupun deposito, menjanjikan
imbalan dengan tingkat bunga tetap terhadap uang yang disetor.

43

Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional


Imbalan Yang diberikan
Bank konvensional menggunakan konsep biaya (cost concept) untuk
menghitung keuntungan. Artinya, bunga yang dijanjikan di muka
kepada nasabah penabung merupakan ongkos atau biaya yang harus
dibayar oleh bank. Oleh karena itu bank harus menjual kepada
nasabah lain (peminjam) dengan biaya bunga yang lebih tinggi.
Sedangkan bank syariah menggunakan pendekatan profit sharing,
artinya dana yang diterima bank disalurkan kepada pembiayaan.
Keuntungan yang didapat dari pembiayaan tersebut dibagi dua, untuk
bank dan untuk nasabah, berdasarkan perjanjian pembagian
keuntungan di muka.

44

Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional


Sasaran kredit (konvensional) atau Pembiayaan
(Syariah).
Para penabung di bank konvensional tidak sadar uang yang ditabung
dipinjamkan untuk berbagai bisnis, tanpa memandang halal-haram
bisnis tersebut.
Sedangkan di bank syariah, penyaluran dan simpanan dari masyarakat
dibatasi oleh prinsip dasar, yaitu prinsip syariah Artinya bahwa
pemberian pinjaman tidak boleh ke bisnis yang haram seperti,
perjudian, minuman yang diharamkan, pornografi dan bisnis lain yang
tidak sesuai dengan syariah.

45

Produk Himpunan Dana Bank Syariah

46

Wadiah Yad adh-Dhamanah


Akad titipan di mana penerima titipan (custodian) adalah trustee yang
sekaligus penjamin (guarantor) keamanan aset yang dititipkan.
Penerima titipan bertanggung jawab penuh atas segala kehilangan atau

kerusakan yang terjadi pada aset titipan tersebut.


Penerima titipan (custodian) memperoleh izin dari pemilik aset titipan /

barang / harta, untuk menggunakannya dalam perniagaan / perdagangan,


selama aset tersebut berada di tangannya. Serta berhak atas pendapatan
yang diperoleh dari pemanfaatan aset tersebut.

47

Wadiah Yad adh-Dhamanah


Penitip / penyimpan mempunyai kebebasan mutlak untuk sewaktu-waktu
menarik kembali sebagian atau seluruh asetnya.

Semua keuntungan yang dihasilkan dari penggunaan / pengelolaan harta


tersebut (selama dalam status simpanan) menjadi hak custodian.

Custodian boleh memberikan bonus kepada pemilik aset atas kehendaknya


sendiri, tanpa diikat oleh perjanjian.

48

Skema Wadiah Yad adh-Dhamanah


1

BANK
(Penyimpan /
Mustawda atau
Penerima
titipan /wadi)

Titip Dana

NASABAH
(penitip /
muwadi)

Beri Bonus

Bagi Hasil

3
2

Pemanfaatan Dana

Pengguna Dana
(Dunia Usaha)

49

Skema Mudharabah

Menyerahkan Dana

Pengelola Modal
(Mudharib)

Pemilik Modal
(Shahibul Maal)
Menerima Bagi Hasil

50

Ketentuan & Syarat Tabungan


1. Menggunakan akad mudharabah mutlaqah

2. Setoran Awal sesuai ketentuan


3. Mengisi aplikasi pembukaan rekening
4. Bagi hasil dibagikan setiap awal bulan (net)
5. Menandatangani akad/nisbah bagi hasil

6. Biaya pembuatan kartu ATM baru


7. Biaya pengelolaan rekening
8. Biaya pemeliharaan kartu ATM

51

Ketentuan dan Syarat Deposito


Menggunakan akad mudharabah mutlaqah

Setoran Awal minimal sesuai ketentuan


Mengisi aplikasi pembukaan rekening
Bagi hasil dibagikan setiap tgl jatuh tempo

52

Ketentuan dan Syarat Deposito


Menandatangani akad/nisbah bagi hasil

Jangka waktu 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan


Pencairan Deposito :
Sesuai dengan akad, tidak diperkenankan ditarik sewaktu-waktu.

Karena keterpaksaan dan atas kebijakan bank, deposito dapat saja


dicairkan.
Deposan tetap mendapatkan keuntungan bagi hasil dan tidak
dikenakan penalti

53

GIRO
Menggunakan akad wadiah
Mengisi formulir aplikasi pembukaan rekening giro
Menyerahkan fotocopy identitas diri (KTP/Paspor) pemilik atau
mengurus untuk rek. Giro perusahaan
Meyerahkan fotocopy akta pendirian/anggaran dasar perusahaan
secara notariil (bagi rek. Giro perusahaan)

Menyerahkan Surat Ijin Usaha Perdagangan (rek.giro perusahaan)

54

GIRO
Menyerahkan foto copy NPWP
Menyerahkan surat referensi dari :
- Pejabat Bank Syariah
- Bank Syariah lainnya bahwa ybs telah mempunyai rekening
Setoran pertama sebesar :
- Untuk rekening giro perusahaan sesuai ketentuan
- Untuk rekening giro perorangan sesuai ketentuan

55

Prosedur Audit Pembukaan Rekening


1.

Pastikan dokumen pembukaan rekening telah dilengkapi yaitu Foto copy identitas diri yang masih berlaku
a.l WNI berupa KTP/SIM dan WNA berupa paspor yang dilengkapi dengan Kitas dan Kitap.

2.

Persyaratan yang berkaitan dengan domisili calon nasabah yakni surat keterangan domisili dari RT/RW

yang diketahui oleh kelurahan setempat dan asli surat keterangan dari instansi/perusahaan tempat calon
nasabah bekerja jika alamat tinggal tetap.
3.

Aplikasi pembukaan rekening yang telah diisi dan ditandatangani nasabah.

1.

56

Prosedur Audit Pembukaan Rekening


4. Formulir prinsip mengenal nasabah (P2MN/KYC) yang telah diisi dan
ditandatangani nasabah.
5. Akad mudharabah yang telah ditandatangani nasabah dan pihak
bank.
6. Perjanjian penggunaan bank gold telah ditandatangani nasabah

57

Audit Jasa
Berbasis Imbalan

58

Produk Jasa Bank Syariah


No.
1
2
3
4
5
6

Akad Syariah
Wakalah
Sharf
Rahn
Kafalah
Qardh
Hawalah

Produk
LC, Transfer, Kliring
Jual Beli Valas
Gadai
Bank garansi
Dana Talangan
Anjak Piutang

59

Wakalah
FATWA DSN MUI NO. 10/DSN-MUI/IV/2000

Wakalah atau wikalah berarti penyerahan, pendelegasian, atau


pemberian mandat.
Al-Wakalah adalah akad perwakilan antara dua pihak, dimana
pihak pertama mewakili suatu urusan kepada pihak kedua untuk
bertindak atas nama pihak pertama.
Aplikasinya dalam perbankan, wakalah digunakan untuk Kliring,
transfer, Inkaso.

60

Wakalah
Wakalah al-Mutlaqah
Mewakilkan secara mutlak, tanpa batas waktu & untuk segala urusan
Wakalah al-Muqayyadah
yaitu penunjukan wakil untukbertindak atas namanya dalam urusanurusan tertentu
Wakalah al-amamah
Perwakilan yang lebih luas dari al-muqayyadah tetapi lebih sederhana
daripada al-mutlaqah

61

Skema Wakalah
NASABAH
Muwalil

Contract + Fee

BANK
Wakil

Agency
Administration
Collection
Payment
Co Arranger
etc.

Investor
Muwakil

Contract + Fee

62

Wakalah
RUKUN
1.

Pihak yang mewakilkan (Muwakkil)


a. Pemilik sah yang dapat bertindak terhadap sesuatu yang diwakilkan.
b. Orang mukallaf atau anak mumayyiz dalam batas-batas tertentu, yakni
dalam hal-hal yang bermanfaat baginya seperti mewakilkan untuk

menerima hibah, menerima sedekah dan sebagainya.


2.

Pihak yang mewakili (wakil)


a. Cakap hukum,

b. Dapat mengerjakan tugas yang diwakilkan kepadanya,


c. Wakil adalah orang yang diberi amanat.

63

Wakalah
3. Hal-hal yang diwakilkan
a. Diketahui dengan jelas oleh orang yang mewakili,
b. Tidak bertentangan dengan syariah Islam,
c. Dapat diwakilkan menurut syariah Islam.
Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika
terjadi perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya

dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syariah setelah tidak tercapai


kesepakatan melalui musyawarah.

64

Wakalah
Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak

untuk menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan


kontrak (akad).
Wakalah dengan imbalan bersifat mengikat dan tidak boleh
dibatalkan secara sepihak.

65

Prosedur Audit Wakalah


1. Syarat Pembayaran di dalam SKBDN telah jelas.

2. Pelaksanaan cover atau setoran marginal deposit telah sesuai


ketentuan.
- Nasabah pemohon harus menyediakan dana sebagai

jaminan sebesar 100% dari nilai L/C.


- Jika nasabah tidak dapat menyediakan dana sebesar 100%,
dikategorikan sebagai pemberian fasilitas pembiayaan

disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan pembiayaan bank


ybs.

66

Prosedur Audit Wakalah


3. Pastikan tanggal berakhirnya masa berlaku SKBDN tidak boleh
melebihi (harus lebih pendek) dari pada tanggal berakhirnya
(tanggal jatuh tempo) masa berlaku L/C ekspor jika L/C
tersebut dibuka atas dasar master L/C (back to back L/C)
4. Jaminan untuk pembukaan SKBDN belum sesuai ketentuan
5. Cabang pembuka telah meneliti permohonan L/C

67

Kafalah
FATWA DSN MUI NO. 11/DSN-MUI/IV/2000

Al-Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil)


kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang
ditanggung.
Dalam pengertian ini, al-Kafalah juga berarti mengalihkan tanggung
jawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung
jawab orang lain sebagai penjamin.

68

Kafalah
Kafalah bin-Nafs
(mis: Personal Guarantee)

Kafalah bil-Maal
(mis.:Advanced Payment Bond, Payment Bond)

Kafalah Muallaqah / Kafalah al-Munjazah


(mis.: Performance Bond, Bid Bond)

Kafalah bit-Taslim
(untuk menjamin pengembalian atas barang yang disewa, pada waktu
masa sewa berakhir)

69

Kafalah

BANK
Penanggung
Kafil

Jaminan

NASABAH
Ditanggung
Jasa / Obyek
Tertanggung

Kewajiban yang ditanggung


(makfulanhu)
70

Kafalah
Rukun

1. Kontrak perjanjian
2. Batas waktu yang jelas
3. Pihak Penjamin (kafil)
a. Baligh (dewasa) dan berakal sehat.
b. Berhak penuh untuk melakukan tindakan hukum dalam

urusan hartanya dan rela (ridha) dengan tanggungan kafalah


tersebut.

71

Kafalah
4. Pihak Orang yang berutang (Ashiil, Makfuul anhu)

a. Sanggup menyerahkan tanggungannya (piutang) kepada penjamin.


b. Dikenal oleh penjamin.

5. Pihak Orang yang Berpiutang (Makfuul Lahu)


a. Diketahui identitasnya.
b. Dapat hadir pada waktu akad atau memberikan kuasa.
c. Berakal sehat.

72

Kafalah
6. Obyek Penjaminan (Makful Bihi)

a. Merupakan tanggungan pihak/orang yang berutang, baik berupa


uang, benda, maupun pekerjaan.
b. Bisa dilaksanakan oleh penjamin.

c. Harus merupakan piutang mengikat (lazim), yang tidak mungkin


hapus kecuali setelah dibayar atau dibebaskan.
d. Harus jelas nilai, jumlah dan spesifikasinya.
e. Tidak bertentangan dengan syariah (diharamkan).

73

Kafalah
Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak

untuk menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan


kontrak (akad).
Dalam akad kafalah, penjamin dapat menerima imbalan (fee)
sepanjang tidak memberatkan.
Kafalah dengan imbalan bersifat mengikat dan tidak boleh

dibatalkan secara sepihak.

74

Prosedur Audit Kafalah


1. Pastikan bahwa syarat-syarat kontra garansi telah dilengkapi :

a. Surat Kuasa untuk mencairkan dan untuk deposito milik


pihak ketiga selain surat kuasa untuk mencairkan juga
harus ada surat pernyataan untuk menjaminkan dari
pemilik deposito.
b. Khusus untuk kontra garansi di Bank lain harus dilengkapi
dengan konfirmasi kebenaran dari Bank Penerbit dan
permintaan pemblokiran.

75

Prosedur Audit Kafalah


2. Pastikan telah dilakukan analisa pembiayaan secara lengkap dan
benar antara lain :

a. Penelitian mengenai bonafiditas dan reputasi pihak yang


dijamin (calon nasabah/nasabah).
b. Penelitian apakah sifat dan nilai transaksi/kewajiban nasabah
kepada pihak ketiga (yang akan memegang/memerlukan GB)
wajar/sesuai.
c. Penilaian kemampuan nasabah untuk membayar kembali
kepada Bank dalam hal GB tsb.

d. Penilaian terhadap kemampuan nasabah dalam memenuhi


kontra garansi sesuai dengan kemungkinan terjadi resiko.

76

Prosedur Audit Kafalah


3. Garansi Bank Full Cover, pengusulannya menggunakan
formulir permohonan penerbitan Garansi Bank Full Cover
yang sekaligus sebagai PPGB dengan kewenangan memutus
pada Pemimpin Cabang/Pgs Pemimpin Cabang tanpa batas
maksimum.

4. Garansi Bank Tidak Full Cover dengan plafond, pengusulannya


menggunakan prosedur pembiayaan lengkap.

77

Rahn
FATWA DSN MUI NO. 25/DSN-MUI/III/2002

Ar-Rahn berarti menahan sesuatu dengan baik


(menggadaikan), yang memungkinkan untuk ditarik kembali.

Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomi,


sehingga pihak yang menahan memperoleh jaminan
untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian

piutangnya.

78

Rahn
RUKUN

Yang menggadaikan (Rahn)

Yang menerima gadai (Murtahin / bank)

Barang yang digadaikan (Marhun / Rahn)

Hutang (marhun bih)

SYARAT
Nasabah memenuhi syarat cakap hukum
Nasabah mampu mengembalikan pinjaman
Barang yang digadaikan bebas dari ikatan / syarat tertentu
Barang yang digadaikan jelas milik nasabah

79

Rahn
1. Murtahin (penerima barang) mempunyai hak untuk menahan
Marhun (barang) sampai semua utang Rahin (yang menyerahkan
barang) dilunasi.
2. Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik Rahin.
Pada prinsipnya, Marhun tidak boleh dimanfaatkan oleh

Murtahin kecuali seizin Rahin, dengan tidak mengurangi nilai


Marhun dan pemanfaatannya itu sekedar pengganti biaya
pemeliharaan dan perawatannya.

80

Rahn
3. Pemeliharaan dan penyimpanan Marhun pada dasarnya
menjadi kewajiban Rahin, namun dapat dilakukan juga oleh
Murtahin, sedangkan biaya dan pemeliharaan penyimpanan
tetap menjadi kewajiban Rahin.
4. Besar biaya pemeliharaan dan penyimpanan Marhun tidak boleh

ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman.

81

Rahn
Dalam teknis perbankan, akad ini dapat digunakan sebagai tambahan pada
pembiayaan yang beresiko & memerlukan jaminan tambahan.

Akad ini juga dapat menjadi produk tersendiri untuk melayani kebutuhan
nasabah guna keperluan yang bersifat jasa & konsumtif, seperti
pendidikan, kesehatan dan sebagainya.

Bank atau lembaga keuangan tidak menarik manfaat apapun kecuali biaya
pemeliharaan atau keamanan barang yang digadaikan tersebut

82

Qardh
FATWA DSN MUI NO. 19/DSN-MUI/IV/2001
Pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta
kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharap
imbalan.

Dalam literatur fikih klasik, al-Qard dikategorikan dalamaqd tatawwuI


atau akad saling bantu-membantu & bukan transaksi komersial.
Dalam teknis perbankan, Qard merupakan produk untuk nasabah yang
memerlukan dana untuk keperluan mendesak dengan kriteria tertentu
& bukan untuk tujuan konsumtif

83

Skema Qardh
Perjanjian Qard

BANK
Modal
100 %

NASABAH
Tenaga/
Keahlian

Kebutuhan/
Usaha
Dikembalikan
100 %

100 %
Modal
100 %

Keuntungan
84

Qardh
Nasabah al-Qardh wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterima pada

waktu yang telah disepakati bersama.


Biaya administrasi dibebankan kepada nasabah.
LKS dapat meminta jaminan kepada nasabah bilamana dipandang perlu.
Nasabah al-Qardh dapat memberikan tambahan (sumbangan) dengan

sukarela kepada LKS selama tidak diperjanjikan dalam akad.


Jika nasabah tidak dapat mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya
pada saat yang telah disepakati dan LKS telah memastikan tidakmampuannya,

LKS dapat:
a. memperpanjang jangka waktu pengembalian, atau
b. menghapus (write off) sebagian atau seluruh kewajibannya.

85

Qardh
Dalam hal nasabah tidak menunjukkan keinginan mengembalikan sebagian
atau seluruh kewajibannya dan bukan karena ketidak-mampuannya, LKS dapat
menjatuhkan sanksi kepada nasabah.
Sanksi yang dijatuhkan kepada nasabah sebagaimana dimaksud butir 1 dapat
berupa --dan tidak terbatas pada-- penjualan barang jaminan.
Jika barang jaminan tidak mencukupi, nasabah tetap harus
memenuhi kewajibannya secara penuh.

86

Hawalah
FATWA DSN MUI NO. 12/DSN-MUI/IV/2000
Adalah akad perpindahan yang berhubungan dengan hutang piutang antara
pihak satu dengan pihak yang lain.
Dalam perbankan: Hawalah adalah perpindahan piutang nasabah (muhal) ke
bank (muhal alaih). Nasabah meminta bank membayarkan terlebih dahulu
piutang yang timbul baik dari jual beli maupun transaksi lainnya yang halal.
Atas bantuan bank untuk melunaskan piutang nasabah terlebih dahulu, bank
dapat meminta jasa pada nasabah, yang besarnya dengan
mempertimbangkan faktor risiko bila piutang tersebut tidak tertagih.

87

Hawalah
Rukun
1. Ada yang memindahkan piutang (muhil)
2. Ada nasabah yang berpiutang (muhal)
3. Ada yang menerima perpindahan piutang / bank (muhal alaih)

4. Ada bukti-bukti hutang piutang antara muhil dan muhal


5. Ada perjanjian antara bank dan nasabah

88

Hawalah
Syarat :
1. Jumlah piutang yang akan dipindahkan jelas jumlahnya.
2. Perpindahan piutang diketahui & disepakati oleh muhil dan
bank.
3. Jangka waktu penagihan piutang disepakati antara muhil &
bank.

89

Hawalah
4

Tagih

BANK
/ FACTOR
Muhalalaih

NASABAH
/ PEMBELI
Muhal

Bayar
5

Bayar

Kirim Barang
2

Invoice

Supplier
Muhil
90

Sharf
FATWA DSN MUI NO. 28/DSN-MUI/III/2002
Sharf adalah transaksi pertukaran valuta asing, di mana mata uang asing
dipertukarkan dengan mata uang domestik atau dengan mata uang asing
lainnya.
Bank Islam sebagai lembaga keuangan dapat menerapkan prinsip ini, dengan
catatan harus memenuhi syarat-syarat yang disebutkan dalam beberapa
hadits, antara lain:
1. Harus tunai
2. Serah terima harus dilaksanakan dalam majelis kontak
3. Bila dipertukarkan mata uang yang sama harus dalam jumlah / kualitas
yang sama.

91

Sharf
Transaksi jual beli mata uang pada prinsipnya boleh dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Tidak untuk spekulasi (untung-untungan)
b. Ada kebutuhan transaksi atau untuk berjaga-jaga (simpanan)

c. Apabila transaksi dilakukan terhadap mata uang sejenis maka nilainya harus
sama dan secara tunai (attaqabudh).
d. Apabila berlainan jenis maka harus dilakukan dengan nilai tukar (kurs) yang

berlaku pada saat transaksi dilakukan dan secara tunai.

92

Sharf
Jenis-jenis Transaksi Valuta Asing :
1. Spot (boleh)

pembelian dan penjualan valuta asing (valas) untuk penyerahan


pada saat itu (over the counter) atau penyelesaiannya paling
lambat dalam jangka waktu dua hari. Hukumnya adalah boleh,

karena dianggap tunai.


2. Forward (Haram)
3. Swap (Haram)

4. Option (Haram)

93

Audit Investasi Tidak Terikat


Dan Surat Berharga

94

Investasi Tidak Terikat


Dalam ekonomi syariah disebut dengan Mudharabah Muthlaqah (Unrestricted
Invesment)
Mudharib diberi kuasa penuh oleh shahibul maal untuk menjalankan proyek
tanpa larangan/batasan yang berkaitan dengan proyek itu dan tidak terkait
dengan waktu, tempat, jenis perusahaan dan pelanggan (tidak memiliki ikatan
tertentu)

Pada sisi penghimpunan dana awalnya diterapkan pada Tabungan dan


Deposito, namun sekarang untuk Giro sudah menggunakan mudharabah
mutlaqah.
Sedangkan pada penyaluran dana diterapkan pada pembiayaan Murabahah
dan Ijarah.

95

Investasi Tidak Terikat


AL-MUDHARABAH /Trust Financing / Trust Investment / Trustee Profit Sharing

MUDHARABAH MUTHLAQAH
Kontrak Mudharabah
yang cakupannya sangat luas &
tidak dibatasi oleh ketentuan khusus
(tidak memiliki ikatan tertentu).
Ada ungkapan ttg. hal ini:
ifal ma syita
(lakukanlah sesukamu)
dari shahibul maal
kepada
mudharib

MUDHARABAH MUQAYYADAH
(Restricted Mudharabah /
Specified Mudharabah)
Adalah kebalikan dari Mudharabah
Muthlaqah.
Mudharib dibatasi dengan ketentuanketentuan khusus seperti:
jenis usaha, waktu,
tempat usaha, dst.
(Adalah kontrak Mudharabah
yang tidak memiliki
ikatan tertentu)

96

Prosedur Audit Tabungan


1. Pastikan rukun dan syarat mudharabah telah terpenuhi
2. Pembukaan rekening :
Telah memenuhi syarat-syarat pembukaan.

Penyerahan PIN dan Kartu ATM telah dilengkapi dengan tanda terima.
3.

Pastikan tabungan yang ditutup sebelum akhir bulan tetap mendapat bagi
hasil s.d tanggal penutupan.

4.

Pastikan pengambilan oleh orang lain telah disertai surat kuasa, identitas
diri pengambil dan penerima kuasa, dilakukan di cabang pembuka
rekening serta saat sistem dalam keadaan on.

5.

Pastikan pengambilan di atas wewenang Teller telah mendapat


persetujuan dari pejabat yang berwenang.

97

Prosedur Audit Tabungan


6.

Pastikan tabungan yang bersaldo di bawah minimum tetap diberikan bagi


hasil.

7.

Penggantian buku tabungan yang hilang, dilakukan dengan cara menutup


rekening lama dan membuka rekening baru, dilengkapi dengan surat
laporan/pernyataan kehilangan di atas materai serta buku baru telah
dibubuhi stempel Pengganti Yang Hilang.

8.

Pastikan persediaan kecil buku tabungan telah diadministrasikan dengan

tertib dan up to date, serta disimpan ditempat yang aman di bawah


pengawasan atasannya.
98

Prosedur Audit Tabungan


9.

Mutasi kartu ATM dan PIN (penerimaan dari PBK/TEK dan penyerahan ke
nasabah) telah diregister dengan tertib.

10. Secara berkala telah dilakukan pencocokan antara fisik kartu/PIN dengan
registernya.
11. Kartu ATM dan PIN yang belum diambil nasabah telah disimpan di tempat
yang aman (di brandkast) secara terpisah.
12. Lakukan stock opname kas (Rupiah dan Valas) dan pastikan jumlah fisik

uang kas cocok dengan catatan/register kas dan saldo rekening kas.

99

Prosedur Audit Tabungan


13. Teliti rekening selisih lebih/kurang kas jika terdapat selisih
lebih/kurang kas pastikan telah dibuatkan berita acaranya.
14. Selama jam kerja kluis harus dalam keadaan terkunci dan
penguasaan kunci brankast dan kluis oleh pejabat yang berbeda.
15. Setelah tutup kas penguasaan kunci/cyferslot dikuasai oleh minimal
2 pejabat yang berbeda.

16. Terdapat alarm system yang berfungsi dengan baik.


17. Uang kas telah ditutup asuransi
18. Pastikan pelaksanaan cash in transit dilakukan oleh petugas kasir
atau pegawai aktif lainnya, supir, dikawal oleh satpam yang memiliki
senjata api.
100

Prosedur Audit Deposito


1. Pastikan rukun dan syarat mudharabah telah terpenuhi.
2. Pastikan pembukaan deposito telah telah memenuhi persyaratan dan
mengisi aplikasi pembukaan deposito
3. Persediaan besar bilyet deposito telah diregister, disimpan di kluis (tempat
aman), cocok dengan fisiknya
4. Pencairan deposito pastikan telah diberi tanda/stempel lunas pada bilyet
aslinya.
5. Pencairan deposito yang diblokir telah ada surat izin pencairan dari instansi
yang berwenang.
6. Pencairan deposito bukan oleh deposan yang dilakukan kuasanya dengan
Surat Kuasa atau Akte Notaris dengan catatan khusus pada bilyet, dan
pencairan oleh wali deposan yang tidak cakap hukum

101

Prosedur Audit Deposito


7.

Pencairan deposito deposan yang telah meninggal dunia telah


mempergunakan Surat Penunjukan, Surat Pernyataan Ahli Waris, Surat
Keterangan kematian, Pernyataan Pembebasan Tuntutan dari Ahli Waris dan
copy bukti diri Ahli Waris.

8. Pencairan sebelum jatuh tempo, pastikan bagi hasil yang belum dibayarkan s.d
tanggal pencairan tetap dibayarkan
9. Pastikan deposito wajib tidak menjadi jaminan piutang/pembiayaan.
10. Pastikan deposito yang menjadi jaminan piutang/pembiayaan telah sesuai
dengan ketentuan.

102

Prosedur Audit Deposito


11. Special Rate Deposito, lakukan pemeriksaan secara sampling bahwa
pemberian spesial rate tersebut telah dilengkapi dengan data pendukung

12. Pastikan deposito yang hilang telah ditatausahakan sesuai ketentuan dan
diterbitkan bilyet baru dengan tetap mempergunakan rekening lama.
13. Pastikan pemindahan deposito ke/dari cabang lain telah disertai Surat

Pengantar, dan pemindahan dana deposito diperlakukan sebagai KU tanpa


biaya.

103

Prosedur Audit Giro


1.

Pastikan rukun dan syarat pembukaan rekening giro telah terpenuhi.

2.

Formulir pembukaan rekening telah diisi secara lengkap (termasuk form

P2N) dan diinput pada sistem dengan benar sesuai dengan P2N (Prinsip
Pengenalan Nasabah).
3.

Pemilik/pejabat yang berhak menarik dana telah mencantumkan tanda

tangannya pada Kartu Contoh Tanda Tangan.


4.

Aplikasi pembukaan giro, master pembukaan rekening giro dan KCT telah
disahkan oleh pejabat yang berwenang

104

Prosedur Audit Giro


5. Telah dicatat pada register pembukaan rekening giro dengan tertib
dan lengkap.
6. Tanda tangan nasabah pada formulir permohonan pembelian buku
cek/bilyet giro telah diverifikasi oleh petugas yang berwenang
7. Persediaan kecil buku cek/bilyet giro cocok dengan registernya/
disimpan ditempat yang aman(branskast/kluis) dan
diadministrasikan dengan tertib/dibawah pengawasan Pemimpin
Unitnya.
8. Teliti kemungkinan adanya Rekening Giro tutup masih ada cek/BG
9. Pastikan bahwa total saldo list giro telah cocok dengan Neraca.

105

Pembiayaan Murabahah sesuai dengan prinsip Syariah :


Tujuan pembiayaan berupa Obyek Murabahah berbentuk BARANG
disebutkan dengan jelas rinciannya
Obyek Murabahah bukan barang yang diharamkan.
Harga barang dijelaskan harga perolehan dan keuntungan (margin)

bank.
Nasabah menyerahkan uang muka (jika disyaratkan oleh Bank) atau
Nasabah menyerahkan uang muka dalam bentuk bukti pembelian

sebagai bukti obyek kebutuhannya


Pencairan menggunakan akad murabahah namun bank tidak
mentransfer pembiayaan ke nasabah melainkan ke rek. Penjual/pihak
ketiga.
106

Shighat (Ijab dan Qabul) akad tertulis dan ditandatangani oleh bank
dan Nasabah
Bank

memberikan

wakalah/kuasa

pembelian

dan

wakalah

pembayaran kepada nasabah

Pembelian obyek murabahah sebelum akad murabahah, melalui:*

Murabahah tanpa Wakalah :


Bank akan membeli obyek murabahah sebelum akad murabahah
Murabahah dengan Wakalah:
Bank meminta Nasabah untuk membeli/memesan obyek murabahah
kepada supplier sebelum akad murabahah
107

Tidak diperkenankan refinancing, obyek dimiliki oleh nasabah


sebelum akad murabahah, atau Objek murabahah sudah dikuasai
bank pada saat akad murabahah
Pembiayaan murabahah dilengkapi dengan bukti pembeliannya.
Jadwal angsuran (lampiran akad murabahah) tidak menampilkan

jumlah angsuran pokok dan margin secara terpisah.


RAB mencantumkan jenis barang dan harganya, dan komponen
Upah dan pekerjaan lain-lain tidak masuk dalam RAB.
Take over pembiayaan murabahah dari Bank Syariah lain tidak
diperkenankan.

Pembiayaan yang realisasinya sesuai dengan tujuan pembiayaan


yang tercantum di akad (tidak side streaming)
108

Pelaksanaan

waktu

wakalah

dilakukan

sebelum

akad

murabahah

Terdapat surat kuasa (wakalah) atas pembelian obyek/barang.


Penetapan biaya administrasi pembiayaan masih menggunakan
persentase.
Belum dipenuhinya bukti murabahah berupa invoice/kuitansi
pembelian barang atas realisasi pembiayaan.

Jaminan yang insurable telah ditutup pertanggungannya pada


perusahaan asuransi syariah dengan Bankers Clause Bank
Syariah.

109

Pembiayaan Mudharabah sesuai dengan prinsip Syariah :


Kegiatan Usaha bersifat produktif dan bukan usaha yang
diharamkan.
Modal usaha, setiap mitra menyerahkan sharing modal usaha dalam
bentuk tunai dan bukan piutang. Jika berbentuk barang harus
terlebih dahulu dinilai dan disepakati oleh para mitra.
Khusus Mudharabah modal usaha sepenuhnya (100%) disediakan
oleh bank.
Jangka waktu disepakati bersama berdasarkan kebutuhan usaha
yang dijalankan
Mencantumkan share modal bank dan nasabah serta tidak
mencantumkan nisbah bagi hasil
Nisbah bagi hasil disepakati kedua belah pihak berikut
perubahannya.
Pastikan nisbah bagi hasil diperhitungkan berdasarkan projected
cash flow usaha/proyek dengan return yang diinginkan
110

Pembagian keuntungan berdasarkan nisbah sesuai kesepakatan yang dihitung


dari hasil usaha berdasarkan laporan usaha nasabah
Sistem pembagian keuntungan harus tertuang jelas dalam akad.

Shighat (Ijab dan Qabul) akad tertulis dan ditandatangani oleh bank dan Nasabah
Proyeksi Bagi Hasil (PBH)
Proyeksi bagi hasil dicantumkan dalam Akad Pembiayaan

dalam bentuk

lampiran.
Pola perhitungan nisbah bagi hasil untuk pembiayaan mudharabah dan
musyarakah

dengan

membedakan

antara

usaha

berbasis

proyek

dan

perdagangan/industri.
Pembayaran bagi hasil dan Decleare bagi hasil harus berdasarkan laporan hasil
usaha nasabah, tidak boleh berdasarkan proyeksi profit di awal.
Tidak menyampaikan Lap.Keu setiap bulan sbg dasar pembagian hasil
Pada akad terdapat estimasi keuntungan hasil usaha musyarakah/mudharabah
secara bulanan maupun total.
111

Pada akad disebutkan kebutuhan (total) usaha mudharabah, kecuali hanya


dicatat sharing bank dan nasabah.
Pada awal pembiayaan dilakukan input projected profit bagi hasil nasabah.
Pembiayaan mudharabah, akad pembiayaan antara nasabah dengan end
user tidak boleh dilakukan sebelum pencairan pembiayaan dari Bank.
Mudharabah, akad dari koperasi kepada anggotanya tidak memenuhi
prinsip

syariah

karena

menggunakan

perjanjian

kredit

dengan

mencantumkan bunga.

Pembayaran bagi hasil nasabah kepada bank bukan berasal dari


keuntungan proyek yang dibiayai, tidak diperkenankan dari proyek lainnya

112

Surat Berharga (Sukuk)


FATWA DSN MUI NO. 69/DSN-MUI/VI/2008
sertifikat bernilai sama yang merupakan bukti atas bagian

kepemilikan yang tak terbagi terhadap suatu aset, hak manfaat,


dan jasa-jasa, atau atas kepemilikan suatu proyek atau kegiatan
investasi tertentu.
Surat Berharga Negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip
syariah, sebagai bukti atas bagian kepemilikan aset SBSN, baik

dalam mata uang rupiah maupun valuta asing.

113

Surat Berharga (Sukuk)


Sukuk memiliki beberapa karakteristik, antara lain:
1. merupakan bukti kepemilikan suatu aset, hak manfaat, jasa atau
kegiatan

2. investasi tertentu;
3. pendapatan yang diberikan berupa imbalan, margin, bagi hasil, sesuai
dengan jenis akad yang digunakan dalam penerbitan;
4. terbebas dari unsur riba, gharar dan maysir;
5. memerlukan adanya underlying asset penerbitan;
6. penggunaan proceeds harus sesuai dengan prinsip syariah.

114

Alhamdulillah.... Selesai
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Terima kasih

115

Vous aimerez peut-être aussi