Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
I.
sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan sehingga terjadi infark otak,
edema, dan mungkin herniasi otak.
Penyebab perdarahan otak yang paling umum terjadi:
(2005), yaitu:
hemofilia.
Perdarahan primer atau sekunder dari tumor otak.
Septik embolisme, myotik aneurisma
Penyakit inflamasi pada arteri dan vena
Amiloidosis arteri
Obat vasopressor, kokain, herpes simpleks ensefalitis, diseksi arteri vertebral,
dan acute necrotizing haemorrhagic encephalitis.
Menurut (Israr, 2008) Faktor risiko stroke dibagi atas 2 jenis, faktor risiko
n.
o.
narkoba
obesitas
Faktor resiko yang tak dapat diubah:
a. Umur
Kemunduran sistem pembuluh darah meningkat seiring dengan
bertambahnya usia hingga makin bertambah usia makin tinggi
kemungkinan mendapat stroke. Dalam statistic factor ini menjadi 2x
lipat setelah usia 55 tahun.
b. Jenis
Stroke diketahui lebih banyak laki-laki dibanding perempuan. Kecuali
umur 35-44 tahun dan diatas 85 tahun, lebih banyak diderita
perempuan.
Hal
inidiperkirakan
karena
pemakaian
obat-obat
Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh
gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan menimbulkan
gejala dan tanda yangsesuai dengan daerah otak yang terganggu. Kejadian serangan
penyakit ini bervariasi antar tempat, waktu dan keadaan penduduk.
Stroke ditemukan pada semua golongan usia namun sebagian besar akan
dijumpai pada usia di atas 55 tahun. Ditemukan kesan bahwa insiden stroke
meningkat secara eksponensial dengan bertambahnya usia, dimana akan terjadi
peningkatan 100 kali lipat pada mereka yang berusia 80-90 tahun. Insiden usia 80-90
adalah 300/10.000 dibandingkan dengan 3/10.000 pada golongan usia 30-40 tahun.
Stroke banyak ditemukan pada pria dibandingkan pada wanita. Variasi gender ini
bertahan tanpa pengaruh umur.
Pada tanggal 29 Oktober diperingati sebagai hari stroke dunia, saat ini
diingatkan bahwa 1 dari 6 orang menderita stroke dan hampir setiap 6 detik seseorang
meninggal karena stroke. Organisasi Stroke Dunia mencatat hampir 85% orang yang
mempunyai faktor resiko dapat terhindar dari stroke bila menyadari dan mengatasi
faktor resiko tersebut sejak dini.
Badan kesehatan dunia memprediksi bahwa kematian akibat stroke akan
meningkat seiring dengan kematian akibat penyakit jantung dan kanker kurang lebih 6
juta pada tahun 2010 menjadi 8 juta di tahun 2030.
Menurut WHO (2011), Indonesia telah menempati peringkat ke-97
dunia untuk jumlah penderita stroke terbanyak dengan jumlah angka kematian
mencapai 138.268 orang atau 9,70% dari total kematian yang terjadi pada tahun 2011.
Setelah tahun 2000 kasus stroke yang terdeteksi terus melonjak. Pada tahun 2004,
b e b e r a p a penelitian di sejumlah rumah sakit menemukan pasien rawat inap yang
disebabkan stroke berjumlah 23.636 orang. Sedangkan yang rawat jalan atau yang
tidak dibawa ke rumah sakit tidak diketahui jumlahnya (Kompas, 2008)
Kasus stroke meningkat di negara maju seperti Amerika dimana kegemukan
dan junk food telah mewabah. Berdasarkan data statistik di Amerika,setiap tahun
terjadi 750.000 kasus stroke baru di Amerika. Berdasarkan datatersebut menunjukkan
bahwa setiap 45 menit, ada satu orang di Amerika yangterkena serangan stroke dan 4
dari 5 keluarga di Amerika terkena stroke.
Di Indonesia, stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah
jantung dan kanker. Bahkan, menurut survei tahun 2004, stroke merupakan pembunuh
4
(Dewanto, 2009)
E. Komplikasi
Peningkatan tekanan intrakranial dan herniasi adalah komplikasi yang paling
ditakutkan pada perdarahan intraserebral. Perburukan edema serebri sering
mengakibatkan deteoriasi pada 24-48 jam pertama. Perdarahan awal juga
berhubungan dengan deteorisasi neurologis, dan perluasan dari hematoma tersebut
adalah penyebab paling sering deteorisasi neurologis dalam 3 jam pertama. Pada
pasien yang dalam keadaan waspada, 25% akan mengalami penurunan kesadaran
dalam 24 jam pertama. Kejang setelah stroke dapat muncul. Selain dari hal-hal yang
telah disebutkan diatas, stroke sendiri adalah penyebab utama dari disabilitas
permanen (Denise, 2010).
Prognosis bervariasi bergantung pada tingkap keparahan stroke dan lokasi
serta ukuran dari perdarahan. Skor dari Skala Koma Glasgow yang rendah
berhubungan dengan prognosis yang lebih buruk dan mortalitas yang lebih tinggi.
Apabila terdapat volume darah yang besar dan pertumbuhan dari volume hematoma,
prognosis biasanya buruk dan outcome fungsionalnya juga sangat buruk dengan
tingkat mortalitas yang tinggi. Adanya darah dalam ventrikel bisa meningkatkan
resiko kematian dua kali lipat. Pasien yang menggunakan antikoagulasi oral yang
berhubungan dengan perdarahan intraserebral juga memiliki outcome fungsional yang
buruk dan tingkat mortilitas yang tinggi (Denise, 2010).
F. Patofisiologi
Penghentian total aliran darah ke otak menyebabkan hilangnya kesadaran
dalam waktu 15-20 detik dan kerusakan otak yang irreversibel terjadi setelah tujuh
hingga sepuluh menit. Penyumbatan pada satu arteri menyebabkan gangguan di area
otak yang terbatas (stroke). Mekanisme dasar kerusakan ini adalah selalu defisiensi
energi yang disebabkan oleh iskemia. Perdarahan juga menyebabkan iskemia dengan
menekan pembuluh darah di sekitarnya (Silbernagl, 2007).
Dengan
menambah
Na+/K+-ATPase,
defisiensi
energi
menyebabkan
penimbunan Na+ dan Ca2+ di dalam sel, serta meningkatkan konsentrasi K+ ekstrasel
sehingga menimbulkan depolarisasi. Depolarisasi menyebabkan penimbunan Cl - di
dalam sel, pembengkakan sel, dan kematian sel. Depolarisasi juga meningkatkan
pelepasan glutamat, yang mempercepat kematian sel melalui masuknya Na + dan Ca2+
(Silbernagl, 2007).
Pembengkakan sel, pelepasan mediator vasokonstriktor, dan penyumbatan
lumen pembuluh darah oleh granulosit kadang-kadang mencegah reperfusi, meskipun
pada
kenyataannya
penyebab
primernya
telah
dihilangkan.
Kematian
sel
menyebabkan inflamasi, yang juga merusak sel di tepi area iskemik (penumbra).
Gejala ditentukan oleh tempat perfusi yang terganggu, yakni daerah yang disuplai
oleh pembuluh darah tersebut (Silbernagl, 2007).
Penyumbatan pada arteri serebri media yang sering terjadi menyebabkan
kelemahan otot dan spastisitas kontralateral, serta defisit sensorik (hemianestesia)
akibat kerusakan girus lateral presentralis dan postsentralis. Akibat selanjutnya adalah
deviasi okular, hemianopsia, gangguan bicara motorik dan sensorik, gangguan
persepsi spasial, apraksia, dan hemineglect (Silbernagl, 2007).
Penyumbatan arteri serebri anterior menyebabkan hemiparesis dan defisit
sensorik kontralateral, kesulitan berbicara serta apraksia pada lengan kiri jika korpus
kalosum anterior dan hubungan dari hemisfer dominan ke korteks motorik kanan
terganggu. Penyumbatan bilateral pada arteri serebri anterior menyebabkan apatis
karena kerusakan dari sistem limbic (Silbernagl, 2007).
Penyumbatan arteri serebri posterior menyebabkan hemianopsia kontralateral
parsial dan kebutaan pada penyumbatan bilateral. Selain itu, akan terjadi kehilangan
memori (Silbernagl, 2007).
Penyumbatan arteri karotis atau basilaris dapat menyebabkan defisit di daerah
yang disuplai oleh arteri serebri media dan anterior. Jika arteri koroid anterior
7
G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang disgnostik yang dapat dilakukan adalah :
1. laboratorium: mengarah pada pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, kolesterol,
dan bila perlu analisa gas darah, gula darah dsb.
2. CT scan kepala untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan atau infark
3. MRI untuk mengetahui adanya edema, infark, hematom dan bergesernya struktur
otak
4. Angiografi untuk mengetahui penyebab dan gambaran yang jelas mengenai
pembuluh darah yang terganggu.
5. Fungsi Lumbal : Menunjukan adanya tekanan normal dan biasanya ada
trombosis, emboli serabral dan TIA, sedangkan tekanan meningkat dan cairan
yang mengandung darah menujukan adanya hemoragi suaraknoid intrakranial.
Kadar protein meningkat pada kasus trombosis sehubungan dengan adanya
proses imflamasi.
6. Mengidentifikasi maslah didasarkan pada gelombang otak dan mungkin adanya
daerah lesi yang spesifik.
7. Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang berlawanan
dari masa yang meluas; klasifikasi karptis interna terdapat pada trombosis
serebral.
8. Ultrasonografi Doppler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah system
arteri karotis), aliran darah / muncul plak (arteriosklerotik).
H. Penatalaksanaan Medis
a. Secepatnya pada terapeutik window (waktu dari serangan hingga mendapatkan
pengobatan maksimal). Therapeutik window ini ada 3 konsensus:
a) Konsensus amerika : 6 jam
9
10
Pada percobaan vasodilator mampu meningkatkan aliran darah otak (ADO), tetapi
belum terbukti demikian pada tubuh manusia. Dilator yang efektif untuk pembuluh di
tempat lain ternyata sedikit sekali efeknya bahkan tidak ada efek sama sekali pada
pembuluh darah serebral, terutama bila diberikan secara oral (asam nikotinat,
tolazolin, papaverin dan sebagainya), berdasarkan uji klinis ternyata pengobatan
berikut ini masih berguna : histamin, aminofilin, asetazolamid, papaverin intraarteri.
e. Pembedahan
Endarterektomi karotis dilakukan untuk memeperbaiki peredaran darah otak.
Penderita yang menjalani tindakan ini seringkali juga menderita beberapa penyulit
seperti hipertensi, diabetes dan penyakit kardiovaskular yang luas. Tindakan ini
dilakukan dengan anestesi umum sehingga saluran pernafasan dan kontrol ventilasi
yang baik dapat dipertahankan.
I. Perawatan Pasca Stroke
Sekali terkena serangan stroke, tidak membuat seseorang terbebas dari stroke.
Di samping dampak menimbulkan kecacatan, masih ada kemungkinan dapat terserang
kembali di kemudian hari.
Penanganan pasca stroke yang biasa dilakukan adalah:
1. Rehabilitasi. Penderita memerlukan rehabilitasi serta terapi psikis seperti
terapi fisik, terapi okupasi, terapi wicara, dan penyediaan alat bantu di
unitortotik prostetik. Juga penanganan psikologis pasien, seperti berbagi
rasa,terapi wisata, dan sebagainya. Selain itu, juga dilakukan Community
based rehabilitation (rehabilitasi bersumberdaya masyarakat) dengan
melakukan penyuluhan dan pelatihan masyarakat di lingkungan pasien agar
mampumenolong, setidaknya bersikap tepat terhadap penderita. Hal ini akan
meningkatkan pemulihan dan integrasi dengan masyarakat.
2. Penerapan gaya hidup sehat. Bahaya yang menghantui penderita stroke
adalah serangan stroke berulang yang dapat fatal atau kualitas hidup yang
lebih buruk dari serangan pertama. Bahkan ada pasien yang mengalami
serangan stroke sebanyak 6-7 kali. Hal ini disebabkan pasien tersebut tidak
mengendalikan faktor risiko stroke. Penerapan gaya hidup sehat sangat
penting bagi mereka yang sudah pernah terkena serangan stroke, agar
tidakkembali diserang stroke seperti berhenti merokok, diet rendah lemak
atau kolesterol dan tinggi serat, berolahraga teratur 3 kali seminggu (3045menit),
makan
secukupnya,
dengan
memenuhi
kebutuhan
gizi
11
kopi dan sebagainya. Bandingkan dengan hidung bagian kiri dan kanan.
Test nervus II ( Optikus)
Fungsi aktifitas visual dan lapang pandang Test aktifitas visual, tutup
satu mata klien kemudian suruh baca dua baris di koran, ulangi untuk
satunya. Test lapang pandang, klien tutup mata kiri, pemeriksa di kanan,
klien memandang hidung pemeriksa yang memegang pena warna cerah,
gerakkan perlahan obyek tersebut, informasikan agar klien langsung
iii.
13
v.
vi.
vii.
ix.
Reflek Fisiologis
Reflek Tendon
o Reflek patella
15
jari
kaki
dan
kemudian
Diagnosa
Kerusakan
Tujuan/Kh
NOC
mobilitas
Ambulasi/ROM
fisik
Intervensi
: NIC :
b.d normal
Rasional
1.Terapi latihan
Pergerakan aktif/pasif
Mobilitas sendi
penurunan
dipertahankan.
kekuatan
Setelah
klien&kelg
otot
dilakukan
latihan
tindakan
sendi.
keperawatan
bertujuan
o Jelaskan
pada mempertahankan
tujuan fleksibilitas sendi
pergerakan
5x24 jam
ketidaknyamanan
KH:
selama latihan
o Sendi tidak
kaku
untuk
o Gunakan
pakaian
yang longgar
o Tidak
o Kaji
kemampuan
terjadi
klien
terhadap
atropi otot
pergerakan
o Encourage ROM aktif
o Ajarkan
aktif/pasif
ROM
pada
klien/keluarga.
o Ubah posisi klien tiap
2 jam.
18
o Kaji
perkembangan/kemaj
uan latihan
Ketidakmampuan
klien
dapat
dalam
makan,mandi,
toileting.
o Ajarkan
dalam
agar
keluarga bantuan
pemenuhan kebersihan diri klien
Perfusi
o NOC: perfusi
jaringan
jaringan
Peningkatan
cerebral
cerebral.
jaringan otak
tidak efektif
Setelah
b.d
dilakukan
Aktifitas :
perdarahan
tindakan
1. Monitor
otak, oedem
keperawatan
dengan
perfusi
dapat terjaga
1. mengetahui
kecenderungan
kesadaran
dan
potensial
peningkatan
status
neurologik
TIK
dan
mengetahui
lokasi.
Luas
dan
selama 5 x 24
kemajuan
jam
kerusakan SSP
perfusi
jaringan
adekuat
pernapasan
dengan
memberikan
indikator :
o Perfusi
jaringan yang
adekuat
tk
dapat
gambaran
kerusakan/peningka
indikasi
lokasi
tan TIK
3. Bradikardi
dapat
didasarkan
terjadi
sebagai
pada tekanan
akibat
adanya
nadi
kerusakan otak.
perifer,
kehangatan
4. Menurunkan
19
kulit,
urine
tekanan
arteri
output
yang
dengan
adekuat
dan
meningkatkan
tidak
ada
drainase
&
gangguan
meningkatkan
pada respirasi
sirkulasi
5. Pencegahan/pengob
atan penurunan TIK
6. Menurunkan
hipoksia
3.
Resiko
infeksi
infeksi
&
system
penurunan
dilakukan
melaporkan
pertahan
tindakan
primer
keperawatan
kemerahan,
tanda
selama 3 x 24
suhu badan
mengalami
2. mengkaji
tanda
& 1. Onset
hangat,
dengan
infeksi
muncul
2. Klien
suhu
klien
dengan
netropeni
tidak
infeksi
memproduksi
KH:
melaporkan
cukup
o Klien
dari
jika
respon
bebas
tanda-
380C
panas
&
sering
thermometer elektronik
merupakan
satu-
menjelaskan
atau
satunya tanda
tanda&gejala
mengkaji suhu
tanda infeksi
o Klien mampu
infeksi
3. Menggunakan
merkuri
tanda
biasanya
untuk
warna
kelembaban
tekstur
lakukan
dan
konsekuensi
penting
yang
terhadap
kulit,
pengobatan
kulit,
tepat
yang
turgor 4. Nilai
dokumentasi
lab
berkorelasi
dgn
riwayat
klien
perubahan
pemeriksaan
20
&
fisik
seimbang,
utk
memberikan
pandangan
menyeluruh
pembentukan 5. Dapat
system imun
mencegah
kerusakan
kulit,
kulit
utuh
yang
merupakan
pertahanan pertama
terhadap
mikroorganisme
6. Fungsi
imun
dipengaruhi
oleh
intake protein
4.
Defisit
perawatan
diri
b.d di,
berpakaian,
kelemahan
makan, toileting.
fisik
Setelah
klien
kemampuan
untuk
mandi,
1. Dengan
menggunakan
intervensi
langsung
dapat
dilakukan
menentukan
tindakan
intervensi
keperawatan
selama 5 x 24
makan
yang
2. Posisi
kelelahan
duduk
membantu proses
memenuhi
menelan
kebutuhan
dan berpakaian
mencegah aspirasi
perawatan diri
KH:
dan
3. Konservasi energi
-Klien terbebas
meningkatkan
toleransi aktivitas
makan
dan
sendiri,
peningkatan
dan berpakaian
kemampuan
sendiri
perawatan diri
4. Untuk
meningkatkan
21
nafsu makan
5.
Resiko
NOC:
kerusakan
mempertahanka
tekanan
intagritas
n integritas kulit
1. Lakukan
kulit
b.d Setelah
1. Meningkatkan
gatal-gatal
dan
mekanik
perawatan 5 x
yang sesuai
tetap
adekuat dengan
indikator :
Tidak
dan
mengurangi resiko
dilakukan
kulit
kenyamanan
faktor
24 jam integritas
penggantian
tempatkan
kasur
2. Menandakan
area
yang
tertekan
gejala
awal
lajutan kerusakan
integritas kulit
3. Area yang tertekan
terjadi
kerusakan kulit
punggung/daerah yang
sirkulasinya
ditandai dengan
kurang
optimal
tidak
shg
menjadi
pecah2
pencetus lecet
adanya
kemerahan, luka
dekubitus
biasanya
4. Memperlancar
sirkulasi
5. Status nutrisi baik
dapat
membantu
mencegah
keruakan integritas
6
Kerusakan
NOC
komunikasi
Kemampuan
kulit.
1. Memudahkan dalam
memberikan asuhan
kemampuan 2.Memberikan kejelasan
verbal b.d komunikasi.
berkomunikasi
sehingga
pasien
kerusakan
Setelah
2. Jelaskan tujuan interaksi
kooperatif
otak
dilakukan
verbal
3.
Perhatikan
tanda 3.Gangguan
askepx
24
dapat meningkatkan
nonverbal klien
jam,
penggunaan
kemamapuan
komunikasi
komunitas
nonverbal
4.
Hindari
barrier/
verbal
4.Memudahkan pasien
halangan komunikasi
meningkat, KH:
berkomunikasi
1. Kaji
22
Penggunaan
isyarat
Nonverbal
Penggunaan
bahasa
tulisan,
dengan lancar
Peningkatan
komunikasi:
Defisit bicara
1. Bantuan
gambar
Peningkatan
orang
terdekat
memudahkan klien
berkomunikasi
dengan
bahasa lisan
lingkungannya
2. Perhatian
2.
menandakan
kepedulian terhadap
kebutuhan klien
3. Memudahkan klien
memahami dengan
4.
bicara,
gunakan
isyarat tangan.
5. Dorong keluarga
selalu
utk
mengajak
cepat
4. Membantu
komunikasi
agar
semakin jelas
5. Melatih
klien
sehingga
komunikasi
dapat
berlangsung
terus
menerus.
23
DAFTAR PUSTAKA
Batticaca, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem
Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2. Jakarta: EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 10. Jakarta: EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2009.Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Dewanto, et al. 2009. Panduan Praktis Diagnosis & Tata Laksana Penyakit Saraf.
Jakarta:EGC.
Doenges, Marilynn E. dkk. 2000. Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa
Keperawatan. Jakarta : EGC.
Muttaqin, Arif. 2008. BukuAjar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Nasissi, Denise. 2010. Hemorrhagic Stroke Emedicine. Medscape,. [diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/793821-overview]
NANDA, 2014. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2012-2014. Jakarta : EGC.
Silbernagl, S., Florian Lang. 2007.Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Smeltzer and Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 3. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Wlkinson, Judith M .2002. Diagnosa Keperawatan dengan NIC dan NOC. Alih bahasa:
Widyawati dkk. Jakarta:EGC.
24