Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
1.
Biodata
2.
Riwayat Kesehatan
a.
Keluhan Utama yang sering timbul pada klien pneumonia adalah adanya awitan
yang ditandai dengan keluhan menggigil, demam 40C, nyeri pleuritik, batuk,
sputum berwarna seperti karat, takipnea terutama setelah adanya konsolidasi paru
b.
Pneumonia sering kali timbul setelah infeksi saluran napas atas (infeksi pada hidung
dan tenggorokan). Risiko tinggi timbul pada klien dengan riwayat alkoholik, postoperasi, infeksi pernapasan, dan klien dengan imunosupresi (kelemahan dalam
system imun). Hmapir 60% dari klien kritis di ICU dapat menderita pneumonia dan
50% (separuhnya akan meninggal (Somantri ,2009, hlm.78-79)
3.
Pemeriksaan Fisik
a.
Keadaan Umum
Keadaan umum pada klien dengan pneumonia dapat dilakukan secara selintas
pandang dengan menilai keadaan fisik tiap bagian tubuh
b.
B1 (Breathing)
B2 (Blood)
Palpasi
Perkusi
B3 (Brain)
B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urin berhubungan dengan intake cairan. Oleh karena itu,
perawat perlu memonitor adanya oliguria karena hal tersebut merupakan tanda
awal dari syok.
f.
B5 (Bowel)
Klien biasanya mengalami mual , muntah , penurunan nafsu makan, dan penurun
berat badan
g.
B6 ( Bone)
4.
Pemeriksaan Diagnostik
a.
Foto rontgen dada (chest x-ray) : teridentifikasi penyebaran, misalnya lobus,
bronchial ; dapat juga menunjukkan multipel abses/infiltrat, empiema
(Staphylococcus); penyebaran atau lokasi infiltrasi (bacterial); atau penyebaran
ekstensif nodul infiltrat (sering kali viral); pada pneumonia mycoplasma, gambaran
chest x-ray mungkin bersih.
b.
ABGs/Pulse Oximetry : abnormalitas mungkin timbul bergantung pada luasnya
kerusakan paru .
c.
Kultur sputum dan darah/gram stain: di dapatkan dengan needle biopsy,
transtracheal aspiration, fiberoptic bronchoscopy atau biopsy paru terbuka untuk
mengeluarkan organisme penyebab. Akan di dapatkan lebih dari satu jenis kuman,
seperti Diplococcus, pneumonia, Staphilococcus aureus, A Hemolytic streptococcus,
dan Haemophilus influenza.
d.
Hitung darah lengkap / complete blood count (CBC): leukositosis, biasanya
timbul, meskipun nilai SDP rendah pada infeksi virus.
e.
Tes serologic : membantu membedakan diagnosis pada organisme secara
spesifik.
f.
g.
Pemeriksaan fungsi Paru : volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps
alveolar), tekanan saluran udara meningkat, compliance menurun, dan akhirnya
dapat terjadi hipoksemia.
h.
i.
5.
Penalataksanaan Medis
Kien dengan posisi dalam keadaan fowler dengan sudut 40. Kematian sering kali
berhubungan dengan hipotensi, hipoksia, aritmia kordis, dan penekanan susunan
saraf pusat, maka penting untuk dilakukan pengaturan keseimbangan cairan
elektrolit dan asam basa dengan baik, pemberian oksigen yang edekuat untuk
menurunkan perbedaan oksigen di alveoli-arteri, dan mencegah hipoksia seluler.
Pemberian oksigen sebaiknya dalam konsentrasi yang tidak beracun (PO240) untuk
mempertahankan PO2 arteri sekitar 60-70 mmHg dan juga penting mengawasi
pemeriksaan analisa gas darah.
Pemberian cairan intravena untuk IV line dan pemenuhan hidrasi tubuh untuk
mencegah penurunan dan volume cairan tubuh secara umum. Bronkodilator seperti
Aminofilin dapat diberikan untuk memperbaiki drainase secret dan distribusi
ventilasi. Kadang-kadang mungkin timbul dilatasi lambung mendadak, terutama jika
pneumonia mengenai lobus bawah yang dapat menyebabkan hipotensi. Jika
hipotensi terjadi, segera atasi hipoksemia arteri dengan cara memperbaiki volume
intravascular dan melakukan dekompresi lambung. Kalau hipotensi tidak dapat
diatasi, dapat di pasang kateter Swan-Gans dan infuse Dopamin (2-5/kg/menit).bila
perlu dapat di berikan analgetik untuk mengatasi nyeri pleura.
Pemberian antiobiotik terpilih seperti penicillin di berikan secara intramuscular
2x600.000 unit/hari.diberikan selama sekurang-kurnagnya seminggu sampai klien
tudak mengalami sesak napas lagi selama 3 hari dan tidak ada komplikasi lain.klien
dengan abses paru dan empiema memerlukan antiobiotik lebih lama.untuk klien
yang alergi terhadap penicillin dapat diberikan ertromisin.tetracikin jarang
digunakan untuk pneumonia karena bnayak yang resisten.
Pemberian sefalosporin harus hati-hati untuk klien yang alergi terghadap penicillin
karena dapat menyebabkan reaksi hipersensitif silang terutama dari tipe
anafilaksis.dalam 12-36 jam, sete;ah pemberian penicillin, suhu , denyut nadi,
frekuensi pernapasan menurun serta nyeri pleura menghilang . pada 20% klien,
demam berlanjut sampai lebih dari 48 jam setelah obat dikonsumsi.
(Muttaqin ,2008, hlm.105)