Vous êtes sur la page 1sur 8

Etiologi

Trauma mata merupakan kasus yang gawat darurat mata. Perlukaan yang di timbulkan dapat
ringan sampai berat atau bahkan menilbulkan kebutuhan bahkan kehilangan mata. Trauma mata di bagi
menjadi beberapa macam yaitu:
1. Trauma mekanik
a. Trauma tumpul(contusion oculi)
Trauma pada mata yang di akibatkan oleh benda yang keras atau benda tidak keras dengan
ujung tumpul, dimana benda tersebut dapat mengenai mata dengankencang atau lambat
sehingga terjadi kerusakan pada jaringan bola mata atau daerah sekitarnya.
b. Trauma tajam (perforasi trauma)
Di akibatkan oleh benda tajam atau benda asing lainya yang mengakibatkan terjadinya
robekan jaringan-jaringan mata secara berurutan, misalnya mulai dari palpebra, kornea, uvea
sampai mengenai lensa.
2. Trauma fisika
a. Trauma radiasi sinar inframerah
b. Trauma radiasi ultraviolet
c. Trauma radiasi sinar X dan sinar terionisasi
3. Trauma kimia
a. Trauma asam
b. Trauma basa
Trauma kimia dapat terjadi pada kecelakaan yang terjadi di laboratorium,industry, pekerjaan
yang memakai bahan kimia, pekerjaan pertanian dan peperangan yang memakai bahan kimia.
Trauma kimia pada mata memerlukan tindakan segera, irigasi pada daerah mata yang terkena
bahan kimia harus segera di lakukan untuk mencegah terjadinya penyulit yang berat.
Pembilasan dapat di lakukan dengan garam fisiologik atau air bersih lainya selam 15-30
menit.
Manifestasi klinis
1. Trauma mekanik
a. Trauma tumpul
- Hematoma kelopak
Hematoma kelopak merupakan kelainan yang sering terlihat pada trauma tumpul
kelopak. Bila perdarahan terletak di dalam dan memgenai kedua kelopak dan
berbentuk seperti kacamata hitam yang sedang di pakai, maka keadaan ini di
sebut hematoma kacamata. Hematoma kacamata terjadi akibat pecahnya arteri
oftalmika yang merupakan tanda fraktur basis kranii. Pada pecahnya arteri
oftalmika maka darah masuk kedalam kedua rongga orbita melalui fisura orbita.
- Edema konjungtiva
Edema konjungtiva yang berat dapat mengakibatkan palpebra tidak menutup
sehingga bertanbah rangsangan terhadap konjungtivanya.
- Hematoma subkonjungtiva
Bila perdarahan ini dapat terjadi akibat trauma tumpul maka perlu di pastikan
tidak terdapat robekan di bawah jaringan konjungtiva atau sclera. Pemeriksaan
fundoskopi perlu di lakukan pada setiap penderita dengan perdarahan
subkonjungtiva akibat trauma tumpul.
- Edema kornea

Edema kornea dapat memberikan keluhan berupa penglihatan kabur dan


terlihatnya pelangi sekitar bola lampu atau sumber cahaya yang di lihat. Kornea
akan terlihat keruh dengan uji plasedo yang positif.
Erosi kornea
Pada erosi pasien akan merasa sakit sekali akibat erosi merusak kornea yang
mempunya serat sensible yang banyak, mata berair, fotofobia dan penglihatan
akan terganggu oleh media yang keruh. Pada kornea akan terlihat adanya defek
efitel kornea yang bola di beri fuoresoin akan berwarna hijau.
Erosi kornea rekuren
Erosi rekuren biasanya terjadi akibat cedera yang merusak membrane basal atau
tukak metaherpatik. Epitel akn sukar menutup di karenakan terjadinya pelepasan
membrane basal epitel kornea sebagai tempat duduknya sel basal epitel kornea.
Iridoplegia
Pasien akan sukar melihat dekat karena gangguan akomodasi dan merasakan
silau karena gangguan pengaturan masuknya cahaya ke pupil. Pupil terlihat tidak
sama besar atau anisokor atau bentuk pupil dapat menjadi ireguler, pupil
biasanya tidak dapat bereaksi terhadap sinar.
Himefa
Pasien akan mengeluh sakit disertai dengan epifora dan blefarospasme.
Penglihatan pasien akan sangat menurun dan bila pasien duduk hifema akan
terlihat terkumpul dibagian bawah bilik mata depan dan dapat memenuhi seluruh
bilik mata depan. Zat besi di dalam bola mata dapat menimbulkan sidererosis
bilbi yang bila di diamkan ftisis bulbi dan kebutaan.
Iridosiklitis
Pada mata akan terlihat mata merah, akibat adanya darah yang berada di dalam
bilik mata depan maka akan terdapat suar dan pupil mata yang mengecil yang
mengakibatkan virus menurun. Sebaiknya pada mata di ukur tekana bola mata
untuk memeriksa vundus dengan midriatika.
Sublubsansi lensa
Pasien pasca trauma akan mengeluh penglihatan berkurang. Gambaran pada iris
berupa iridodonesis. Akibat pegangan lensa pada zonula tidak ada, maka lensa
akan menjadi ce,bung dan mata akan menjadi lebih miopi. Lensa yang cembung
akan membuat iris terdorong ke depan sehingga bisa mengakibatkan terjadinya
glaukoma sekunder.
Luksasi lensa anterior
Pasien akan mengeluh penglihatan menurun mendadak. Muncul gejala-gejala
glaukoma kongestif akut yang di sebabkan karena lensa terletak di bilik mata
depan yang mengakibatkan terjadinya gangguan pengaliran keluar cairan bilik
mata. Terdapat infeksi siliar yang berat, edema kornea, lensa di dalam bilik mata
depan. Iris terdorong ke belakang dengan pupil yang lebar.
Luksasi lensa posterior
Pasien akan mengeluh adanya skotoma pada lapang pandangnya karena lensa
menganggu kampus. Mata menunjukkan gejala afakia, bilik mata depan dalam
dan iris tremulans.
Edema retina
Edema retina akan memberikan warna retina lebih abu-abu kaibat sukarnya
melihat jaringan koloid melalui retina yang sembab. Pada edema retina akibat

trauma tumpul mengakibatkan edema akula sehingga tidak terdapat cherry red
spot. Penglihatan pasien akan menurun.
- Ablasi retina
Pada pasien akan terdapat keluhan ketajaman penglihatan menurun, terlihat
adanya selaput yang seperti tabir pada pandangannya. Pada pemeriksaan
funduskopi akan terlihat retina berwarna abu-abu dengan pembuluh darah yang
terangkat dan berkelok-kelok.
- Ruptur koroid
Ruptur biasnya terletak pada polus posterior bola mata dan melingkar konsentris
disekitar papil saraf optik, biasanya terjadi perdarahan subretina akibat dari
ruptur koroid. Bila ruptur koroid terletak atau mengenai daerah makula lutea
maka kan terjadi penurunan ketajaman pengkihatan.
- Avulsi saraf optik
Penderita akan mengalami penurunan tajam penglihatan yang sangat derastis dan
dapat terjadi kebutaan.
b. Trauma tajam/tembus
- Bila trauma yang disebabkan benda tajam atau benda asing lainya masuk
kedalam bola mata maka akan mengakibatkan tanda-tanda bola mata tembus
seperti:
Tajam penglihatan yang menurun
Tekana bola mata yang rendah
Bilik mata dangkal
Bentuk dan letak pupil yang berubah
Terlihat adanya ruptur pada kornea atau sclera
Terdapt jaringan prolaps, seperti cairan mata, iris, lensa,badan kaca atau
retina
Konjungtivis kemotis
2. Trauma fisika
a. Trauma sinar inframerah
Seseorang yang sering terpejan dengan sinar ini dapat terkena keratitis superfisial,
katarak kortikal anterior posterior dan koagulasi pada koroid. Biasnya terjadi
penurunan ketajaman penglihatan, penglihatan kabur dan mata terasa panas.
b. Trauma sinar ultraviolet
Biasanya pasien akan memberikan keluhan 4-6 jam post trauma, pasien akan
merasakan mata sangat sakit, terasa seperti ada pasir, fotofobia, blefarospasme dan
konjungtiva kemotik. Kornea akan menunjukkan adanya infiltrat pada permukaanya
yang kadang-kadang disertai dengan kornea yang keruh. Pupila akan terlihat miosis.
c. Truma sinar ionisasi dan sinar X
Sinar ionisasi dan sinar x dapat mengakibatkan kerusakan pada kornea yang dapatr
bersifat permanen. Katarak akibat pemecahan sel apitel yang tidak normal dan
rusaknya retina dengan gambaran dilatasi kapiler, perdarahan, mikroaneuris mata dan
eksudat. Atrofi sel globet pada konjungtiva juga dapat terjadi dan menganggu fungsi
air mata.
3. Trauma kimiawi
a. Trauma asam
Pasien akan merasakan mata terasa pedih, seperti kering, seperti ada pasir dan
ketajaman mata biasanya menurun.

b. Trauma basa
Pasien akan merasakan mata terasa pedih, seperti kering, sepertia ada pasir dan
ketajaman mata biasanya menurun. Pengujian dengan kertas lakmus saat pertama kali
datang akan menunjukkan suasana alkalis.

Patway
Benda tumpul &
tajam , bahan
kimia (asam
&basa) bahan
fisika (sinar
inframerah,ultravi
olet,sinar X &
sinar terionisasi)

Prolab jaringan
Penurunan
Scler
bola mata
luka
Nyeri
teknan
a bola

Trauma
mata

Gangguan
penglihat
Resiko
an

Ruptur
Resik
pembulu
Konjungtiv
o
Pembedah
ah

Nursing Care Plan


N
o

Diagnosa
Keperawatan
1. Resiko jatuh
b/d gangguan
penglihatan

Tujuan dan criteria hasil


NOC

Intervensi
NIC

1. Trauma risk for


2. Injury risk for

Kriteria Hasil :
1. Keseimbangan :

Fall prevention
-

Sarankan adaptasi rumah untuk

meningkatkan keslamatan
Mengidentifiksi defisit kognitif atau

kemampuan otot

fisik pasien yang dapat meningkatkan

mempertahankan
ekulibrium
2. Gerakan terkoordinasi :

potensi jatuh dalam lingkungan tertentu


Mengidentifikai perilaku dan factor

kemampuan otot untuk

yang mempengaruhi resiko jatuh


Mendorong pasien untuk menggunakan
tongkat atau alat bantu untuk berjalan

bekerja sama secara

Ajarkan pasien untuk meminimalkan

cedera
Memberikan pencahayaan yang

volunteer untuk
melakukan gerakan
yang bertujuan
3. Tidak ada kejadian jatuh
4. Gerakan terkoordinasi
5. Mengasuh keselamatan
fisik
6. Pengendalian resiko
7. Lingkungan rumah
aman
8. Deteksi resiko

memadai untuk meningkatkan


-

vesibilitas
Menyediakan pegangan tangan atau
tiang yang terlihat dan mudah di

jangkau pasien
Sarankan alas kaki yang aman
Beri tahu keuarga untum memberikan
pengawasan dengan ketat dan perangkat
penahan

2.

Nyeri b/d

NOC

NIC

1. Pain level
2. Pain control
3. Comfort level

Pain management
-

konperhensif termasuk

Kriteria Hasil:
-

lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kua

Mampu mengontrol
nyeri (tahu penyebab

litas dan factor presipitasi


Kaji kultur yang mempengaruhi respon

nyeri
Evaluasi pengalaman nyeri masa

lampau
control lingkungan yang dapat

nyeri,mampu
menggunakan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi
-

manajemen nyeri
Mampu mengenali nyeri
(skala,intensitas,frekuen

mempengaruhi nyeri seperti suhu

nyeri,mencari bantuan)
Melaporkan bahwa
nyeri berkurang dengan

si dan tanda nyeri)


merasakan rasa nyaman

Lakukan pengkajian nyeri secara

ruangan, pencahayaan dan kebisingan


Kurangi factor persiptasi nyeri
Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi,nonfarmakologi dan

interpersonal)
Kaji tipe dan sumber nyeri
Ajarkan tentang teknik nonfarmkologi
Berikan analgetik untuk mengurangi

nyeri
Tingkatkan istirahat
Monitor penerimaan pasien tentang

setelah nyeri berkurang

manajemeny nyeri
Kolaborasikan dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil

3.

Risiko infeksi
Factor-faktor
resiko
-penyakit
kronis
-pengetahuan
yang tidak

NOC

NIC

-Immune status
Knowledge:infection

control
-risk control

klien bebas dari tanda

dan gejala infeksi


mendeskripsikan proses
penularan

menghindari

penyakit,factor yang

pemanjanan

mempengaruhi

pathogen

penularan serta

-pertahanan
-

penatalaksanaanya
menunjukkan

yang tidak

kemampuan untuk

adekuat :

mencegah timbulnya

kerusakan
integritas kulit
- trauma
jaringan

Bersihkan lingkungn setelah di pakai

pasien lain
Cuci tangan sebelum dan sesudah

tindakan keperawatan
Gunakan sabun antimiriba yntuk cuci

tangan
Monitor tanda dan gejala infeksi

sistemik dan lokal


Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan

gejala infeksi
Ajarkan cara menghindari infeksi

Kriteria hasil :

cukup untuk

tbuh primer

Infection control (control infeksi)

infeksi
- menunjukkan perilaku
hidup sehat

Vous aimerez peut-être aussi