Vous êtes sur la page 1sur 33

Antibiotik dan Obat Antikanker

Pengertian antibiotik
Antibiotika adalah zat-zat kimia oleh yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri,
yang memiliki khasiat mematikan ataumenghambat pertumbuhan kuman, sedangkan
toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Turunan zat-zat ini, yang dibuat secara semisintesis, juga termasuk kelompok ini, begitu pula senyawa sintesis dengan khasiat
antibakteri Antibiotik adalah zat biokimia yang diproduksi oleh mikroorganisme, yang
dalam jumlah kecik dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh pertumbuhan
mikroorganisme lain.

Penggolongan Antibiotik
Penggolongan antibiotik secara umum dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
1. Berdasarkan struktur kimia antibiotik
a. Golongan Beta-Laktam, antara lain golongan sefalosporin (sefaleksin,
sefazolin, sefuroksim, sefadroksil, seftazidim), golongan monosiklik, dan golongan
penisilin (penisilin, amoksisilin). Penisilin adalah suatu agen antibakterial alami yang
dihasilkan dari jamur jenis Penicillium chrysognum.
b. Antibiotik golongan aminoglikosida, aminoglikosida dihasilkan oleh jenis-jenis fungi

Streptomyces dan Micromonospora. Semua senyawa dan turunan semi-sintesisnya


mengandung dua atau tiga gula-amino di dalam molekulnya, yang saling terikat secara
glukosidis. Spektrum kerjanya luas dan meliputi terutama banyak

bacilli

gram-

negatif. Obat ini juga aktif terhadap gonococci dan sejumlah kuman gram-positif.

Aktifitasnya adalah bakterisid, berdasarkan dayanya untuk menembus dinding bakteri


dan mengikat diri pada ribosom di dalam sel. Contohnya streptomisin, gentamisin,
amikasin, neomisin, dan paranomisin.

c. Antibiotik golongan tetrasiklin, khasiatnya bersifat bakteriostatis, hanya melalui


injeksi intravena dapat dicapai kadar plasma yang bakterisid lemah. Mekanisme
kerjanya berdasarkan diganggunya sintesa protein kuman. Spektrum antibakterinya
luas dan meliputi banyak cocci gram positif dan gram negatif serta kebanyakan bacilli.
Tidak efektif Pseudomonas dan Proteus, tetapi aktif terhadap mikroba khusus

Chlamydia trachomatis (penyebab penyakit mata trachoma dan penyakit kelamin), dan
beberapa protozoa (amuba) lainnya. Contohnya tetrasiklin, doksisiklin, dan monosiklin.

d. Antibiotik golongan makrolida, bekerja bakteriostatis terhadap terutama bakteri


gram-positif dan spectrum kerjanya mirip Penisilin-G. Mekanisme kerjanya melalui
pengikatan reversibel pada ribosom kuman, sehingga sintesa proteinnya dirintangi. Bila
digunakan terlalu lama atau sering dapat menyebabkan resistensi. Absorbinya tidak
teratur, agak sering menimbulkan efek samping lambung-usus, dan waktu paruhnya
singkat, maka perlu ditakarkan sampai 4x sehari.

e. Antibiotik golongan linkomisin, dihasilkan oleh streptomyces lincolnensis (AS 1960).


Khasiatnya bakteriostatis dengan spektrum kerja lebih sempit daripada makrolida,
dan terutama terhadap kuman gram positif dan anaerob. Berhubung efek sampingnya
hebat kini hanya digunakan bila terdapat resistensi terhadap antibiotika lain.
Contohnya linkomisin.

f. Antibiotik golongan kuinolon, senyawa-senyawa kuinolon berkhasiat bakterisid pada


fase pertumbuhan kuman, berdasarkan inhibisi terhadap enzim DNA-gyrase kuman,
sehingga sintesis DNAnya dihindarkan. Golongan ini hanya dapat digunakan pada infeksi
saluran kemih (ISK) tanpa komplikasi.

g. Antibiotik golongan kloramfenikol, kloramfenikol mempunyai spektrum luas.


Berkhasiat bakteriostatis terhadap hampir semua kuman gram positif dan sejumlah
kuman gram negatif. Mekanisme kerjanya berdasarkan perintangan sintesa polipeptida
kuman. Contohnya kloramfenikol.

2. Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antibiotik yang bersifat bakteriostatik


dan ada yang bersifat bakterisid). Agen bakteriostatik menghambat pertumbuhan
bakteri. Sedangkan agen bakterisida membunuh bakteri. Perbedaan ini biasanya tidak
penting secara klinis selama mekanisme pertahanan pejamu terlibat dalam eliminasi
akhir

patogen

bakteri.

Pengecualiannya

adalah

terapi

infeksi

pada

pasien

immunocompromised dimana menggunakan agen-agen bakterisida. Kadar minimal yang


diperlukan untuk menghambat pertumbuhan mikroba atau membunuhnya, masingmasing dikenal sebagai kadar hambat minimal (KHM) dan kadar bunuh minimal (KBM).
Antibiotik tertentu aktivitasnya dapat meningkat dari bakteriostatik menjadi
bakterisid bila kadar antimikrobanya ditingkatkan melebihi KHM.

3. Berdasarkan mekanisme kerjanya terhadap bakteri, antibiotik dikelompokkan


sebagai berikut:

a. Inhibitor sintesis dinding sel bakteri memiliki efek bakterisidal dengan cara
memecah enzim dinding sel dan menghambat enzim dalam sintesis dinding sel.
Contohnya antara lain golongan -Laktam seperti penisilin, sefalosporin, karbapenem,
monobaktam, dan inhibitor sintesis dinding sel lainnya seperti vancomysin, basitrasin,
fosfomysin, dan daptomysin.

b. Inhibitor sintesis protein bakteri memiliki efek bakterisidal atau bakteriostatik


dengan cara menganggu sintesis protein tanpa mengganggu sel-sel normal dan
menghambat tahap-tahap sintesis protein. Obat- obat yang aktivitasnya menginhibitor
sintesis protein bakteri seperti aminoglikosida, makrolida, tetrasiklin, streptogamin,
klindamisin, oksazolidinon, kloramfenikol.

c.

Mengubah

permeabilitas

membran

sel

memiliki

efek

bakteriostatik

dan

bakteriostatik dengan menghilangkan permeabilitas membran dan oleh karena


hilangnya substansi seluler menyebabkan sel menjadi lisis. Obat- obat yang memiliki
aktivitas ini antara lain polimiksin, amfoterisin B, gramisidin, nistatin, kolistin.

d. Menghambat sintesa folat mekanisme kerja ini terdapat pada obat-obat seperti
sulfonamida dan trimetoprim. Bakteri tidak dapat mengabsorbsi asam folat, tetapi
harus membuat asam folat dari PABA (asam para aminobenzoat), dan glutamat.
Sedangkan pada manusia, asam folat merupakan vitamin dan kita tidak dapat
menyintesis asam folat. Hal ini menjadi suatu target yang baik dan selektif untuk
senyawa-senyawa antimikroba.

e. Mengganggu sintesis DNA mekanisme kerja ini terdapat pada obat-obat seperti
metronidasol, kinolon, novobiosin. Obat-obat ini menghambat asam deoksiribonukleat
(DNA) girase sehingga mengahambat sintesis DNA. DNA girase adalah enzim yang
terdapat pada bakteri yang menyebabkan terbukanya dan terbentuknya superheliks
pada DNA sehingga menghambat replikasi DNA.

4. Berdasarkan aktivitasnya, antibiotik dikelompokkan sebagai berikut :


a. Antibiotika spektrum luas (broad spectrum) contohnya seperti tetrasiklin dan
sefalosporin efektif terhadap organism baik gram positif maupun gram negatif.
Antibiotik berspektrum luas sering kali dipakai untuk mengobati penyakit infeksi yang
menyerang belum diidentifikasi dengan pembiakan dan sensitifitas.

b. Antibiotika spektrum sempit (narrow spectrum) golongan ini terutama efektif untuk
melawan satu jenis organisme. Contohnya penisilin dan eritromisin dipakai untuk
mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif. Karena antibiotik
berspektrum sempit bersifat selektif, maka obat-obat ini lebih aktif dalam melawan
organisme tunggal tersebut daripada antibiotik berspektrum luas.

5. Berdasarkan daya hambat antibiotik, terdapat 2 pola hambat antibiotik terhadap


kuman yaitu :
a. Time dependent killing. Pada pola ini antibiotik akan menghasilkan daya bunuh
maksimal jika kadarnya dipertahankan cukup lama di atas Kadar Hambat Minimal
kuman. Contohnya pada antibiotik penisilin, sefalosporin, linezoid, dan eritromisin.

b. Concentration dependent killing. Pada pola ini antibiotik akan menghasilkan daya
bunuh maksimal jika kadarnya relatif tinggi atau dalam dosis besar, tapi tidak perlu
mempertahankan kadar tinggi ini dalam waktu lama. Contohnya pada antibiotik
aminoglikosida, fluorokuinolon, dan ketolid.

Mekanisme kerja
Antimikroba diklasifikasikan berdasarkan struktur kimia dan mekanisme
kerjanya, sebagai berikut:
1. Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel bakteri, termasuk golongan -

laktam misalnya, penisilin, sefalosporin, dan carbapenem dan bahan lainnya


seperti cycloserine, vankomisin, dan bacitracin.
2. Antibiotik
yang
bekerja
langsung
mikroorganisme,meningkatkan
senyawaintraseluler,

termasuk

pada

membran

permeabilitas

dan

menyebabkan

deterjen

seperti

polimiksin,

sel

kebocoran
anti

jamur

polienamisalnya, nistatin dan amfoterisin B yang mengikat sterol dinding sel, dan
daptomycin lipopeptide.
3. Antibiotik yang mengganggu fungsi subunit ribosom 30S atau 50S untuk
menghambat sintesis protein secara reversibel, yang pada umumnyamerupakan
bakteriostatik

misalnya,

kloramfenikol,

tetrasiklin,eritromisin,

klindamisin,

streptogramin, dan linezolid.


4. Antibiotik berikatan pada subunit ribosom 30S dan mengganggu sintesis protein,
yang pada umumnya adalah bakterisida Misalnya, aminoglikosida.
5. Antibiotik yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri, seperti
rifamycin misalnya, rifampisin dan rifabutin yang menghambat enzim RNA
polimerase dan kuinolon yang menghambat enzim topoisomerase.

6. Antimetabolit, seperti trimetoprim dan sulfonamid, yang menahan enzim-enzim


penting dari metabolisme folat.
Struktur kimia antibiotik
1. Penicillin
Penisilin merupakan kelompok antibiotika Beta Laktam yang telah lama dikenal.
Pada tahun 1928 di London, Alexander Fleming menemukan antibiotika pertama yaitu
Penisilin yang satu dekade kemudian dikembangkan oleh Florey dari biakan Penicillium
notatum untuk penggunaan sistemik. Kemudian digunakan P. chrysogenum yang
menghasilkan Penisilin lebih banyak.Penisilin yang digunakan dalam pengobatan terbagi
dalam Penisilin alam dan Penisilin semisintetik.
Penisilin semisintetik diperoleh dengan cara mengubah struktur kimia Penisilin
alam atau dengan cara sintesis dari inti Penisilin. Beberapa Penisilin akan berkurang
aktivitas mikrobanya dalam suasana asam sehingga Penisilin kelompok ini harus
diberikan secara parenteral. Penisilin lain hilang aktivitasnya bila dipengaruhi enzim
Betalaktamase (Penisilinase) yang memecah cincin Betalaktam.

Struktur kimia

Sifat obat
i.

Pemerian : serbuk hablur renik, putih ,tidak berbau atau hampir tidak berbau

ii.

,rasa pahit .
Kelarutan : larut dalam 170 bagian air praktis tidak larut dalam etanol ,dalam

iii.

klorofrom ,dalam eter ,dalam aseton dan dalam minyak jamak .


Keasaman kabasaan pH larutan 0,25 % b/v 3,5

iv.

sampai 5,5 .
Kadar air tidak lebih dari 1,5 %.

2. Sefalosporin
Sefalosporin termasuk golongan antibiotika Betalaktam. Seperti antibiotik
Betalaktam lain, mekanisme kerja antimikroba Sefalosporin ialah dengan menghambat
sintesis dinding sel mikroba. Yang dihambat adalah reaksi transpeptidase tahap
ketiga dalam rangkaian reaksi pembentukan dinding sel. Sefalosporin aktif terhadap
kuman gram positif maupun garam negatif, tetapi spektrum masing-masing derivate
bervariasi.

Struktur kimia

Sifat Fisika Kimia


Sifat-sifat Fisik kebanyakan sefalosporin berupa padatan yang berwarna putih,
coklat, atau

kuning

kadang-kadang

muda,

yang

biasanya

tidak

berbentuk

(amorf),

tetapi

bisa berbentuk kristal. Sefalosporin umumnya tidak memiliki titik

leleh yang tinggi.. Nilai keasamannya, pKa, tergantung kondisi lingkungannya. Salah
satu sifat fisik yang mencolok dari sefalosporin adalah frekuensi dalam spektrum
inframerah.

Absorpsi

terjadi

pada

frekuensi tinggi

(1770-1815

cm-1)

yang

berasal dari karbonil -laktamnya. Dibandingkan dengan frekuensi gugus karbonil


pada senyawa lain, misal karbonil ester (1720-1780 cm-1) dan amida (1504-1695 cm1), bisa dibilang cukup tinggi.

3. KLORAMFENIKOL
Kloramfenikol adalah antibiotik berspektrum luas yang mempunyai aktifitas
bakteriostatik, dan pada dosis tinggi bersifat bakterisid. Kloramfenikol memiliki nama
kimia

1-

(pnitrofenil)-

dikloroasetamido-1,3

C11H12Cl2N2O5dan memiliki struktur:

propandiol,

rumus

molekul

Hubungan Struktur dengan Aktivitas


Kloramfenikol

merupakan

senyawa

fenil

propan

tersubstitusi

yang

mempunyai dua unsur struktur tidak lazim untuk bahan alam yaitu suatu gugus nitro
aromatik dan residu diklor asetil. Gugus R pada turunan kloramfenikol berpengaruh
pada aktivitasnya sebagai anti bakteri Staphylococcus aureus. Kloramfenikol
(R=NO2) mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Staphyllococcus aureus yang
optimal.
Untuk mendapatkan senyawa turunan kloramfenikol baru dengan aktivitas
optimal, harus diperhatikan agar gugus R bersifat penarik elektron kuat dan
mempunya sifat lipofilik lemah. Turunan kloramfenikol yang mempunyai gugus
trifluoro lebih aktif daripada kloramfenikol terhadap E. coli. Turunan yang gugus
hidroksilnya pada C3 terdapat sebagai ester juga digunakan dalam terapi.
Sifat Kloramfenikol
Pemerian : Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang, putih hingga
putih kelabu atau putih kekuningan.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etenol, dalam propilena glikol.
Titik Lebur : Antara 1490 dan 1530 C.

pH

: Antara 4,5 dan 7,5.

4. TETRASIKLIN
Tetrasiklin pertama kali ditemukan oleh Lloyd Conover. Berita tentang
Tetrasiklin yang dipatenkan pertama kali tahun 1955. Tetrasiklin merupakan
antibiotika yang memberi harapan dan sudah terbukti menjadi salah satu penemuan
antibiotika penting. Antibiotik golongan tetrasiklin yang pertama ditemukan adalah
klortetrasiklin yang dihasilkan oleh Streptomyces aureofaciens. Kemudian ditemukan
oksitetrasiklin dari Streptomyces rimosus. Tetrasiklin sendiri dibuat secara
semisintetik

dari

klortetrasiklin,

tetapi

juga

dapat

diperoleh

dari

spesies

Streptomyces lain.
Tetrasiklin merupakan agen antimikrobial hasil biosintesis yang memiliki
spektrum aktivitas luas. Mekanisme kerjanya yaitu blokade terikatnya asam amino ke
ribosom bakteri (sub unit 30S). Aksi yang ditimbulkannya adalah bakteriostatik yang
luas terhadap gram positif, gram negatif, chlamydia, mycoplasma, bahkan rickettsia.
Generasi

pertama meliputi

tetrasiklin,

oksitetrasiklin,

klortetrasiklin. Generasi

kedua merupakan penyempurnaan dari sebelumnya yaitu terdiri dari doksisiklin,


minosiklin. Generasi kedua memilki karakteristik farmakokinetik yang lebih baik yaitu
antara lain memiliki volume distribusi yang lebih luas karena profil lipofiliknya.
Selain itu bioavailabilitas lebih besar, demikian pula waktu paruh eliminasi lebih
panjang (> 15 jam). Doksisiklin dan minosiklin tetap aktif terhadap stafilokokus yang
resisten

terhadap

tetrasiklin,

bahkan

terhadap

bakteri

anaerob

seperti

Acinetobacter spp, Enterococcus yang resisten terhadap Vankomisin sekalipun tetap


efektif.
Struktur Kimia

Sejarah makrolida diawali pada awal 1970-an, ketika perusahaan Sankyo dan
Merck berhasil mengisolasi milbemisin dan avermektin yang memiliki struktur mirip,
dan ternyata efektif digunakan sebagai insektisida. Keduanya merupakan hasil
fermentasi yang memanfaatkan Streptomyces yang berbeda. Makrolida adalah salah
satu kelas poliketida. Makrolida merupakan sekelompok obat (khususnya antibiotik)
yang aktivitasnya disebabkan karena keberadaan cincin makrolida, cincin lakton besar
yang berikatan dengan satu atau lebih gula deoksi, biasanya cladinose dan desosamine.
Cincin laktonnya biasanya tersusun dari 14-, 15-, atau 16- atom.

Antibiotik makrolida digunakan untuk menyembuhkan infeksi yang disebabkan


oleh bakteri- bakteri Gram positif seperti Streptococcus Pnemoniae dan Haemophilus
influenzae. Penggunaannya merupakan pilihan pertama pada infeksi paru-paru.
Digunakan untuk mengobati infeksi saluran nafas bagian atas seperti infeksi
tenggorokan dan infeksi telinga, infeksi saluran nafas bagian bawah seperti
pneumonia, untuk infeksi kulit dan jaringan lunak, untuk sifilis, dan efektif untuk
penyakit legionnaire (penyakit yang ditularkan oleh serdadu sewaan). Sering pula
digunakan

untuk

pasien

yang

alergi terhadap penisilin. Spektrum antimicrobial

makrolida sedikit lebih luas dibandingkan penisilin. Sekarang ini antibiotika Makrolida
yang beredar di pasaran obat Indonesia adalah Eritomisin, Spiramisin, Roksitromisin,
Klaritromisin dan Azithromisin.

Struktur kimia

Karakteristik makrolida :
1. Cinicin lakton sangat besar, biasanya mengandung 12 17 atom
2. Gugus keton
3. Satu atau dua gula amin seperti glikosida yang berhubungan dengan cincin lakton
4. Gula netral yang berhubungan dengan gula amino atau pada cincin lakton
5. Gugus dimetilamino pada residu gula, yang menyebabkan sifat basis dari
senyawa dan kemungkinan untuk dibuat dalam bentuk garamnya.

6. AMINOGLIKOSIDA
Aminoglikosida adalah antibiotika dengan struktur kimia yang bervariasi,
mengandung basa deoksistreptamin atau streptidin dan gula amino 3-aminoglukosa, 6aminoglukosa, 2,6 diaminoglukosa, garosamin, D-glukosamin,L-N-metilglukosamin,
neosamin dan purpurosamin. Pada umumnya merupakan

senyawa

bakterisiddapat

menghambat pertumbuhan bakteriGram-positif dan Gram negative serta efektif

terhadap mikobakterri.
Dalam bentuk garam sulfat untuk hidroklorida bersifat mudah larut dalam air.
Tidak diabsorbsi oleh saluran cerna sehingga untuk pemakaian sistematik tidak dapat
diberikan secara oral dan harus diberikan secara parenterl. Biasanya melalui njeksi
intramuscular.Turunan aminoglikosida yang sering digunakan antara lain adalah
streptomisin, kanamisin, gentamisin, neomisin, tobramisin, amikasin, netilmisin,
dibekasin dan spektinomisin.
HUBUNGAN STRUKTUR DAN AKTIVITAS
Pada

umumnya

turunan

aminoglikosida

mengandung

tiga

cincin

dhubungakan melalui jembatan eter .Sebagai contoh adalah strutur kanamisin

Struktur amnioglikosida

yang

7. POLIPEPTIDA
Antibiotik polipeptida mempunyai struktur sangat kompleks, mengandung
polipeptida yang biasa membentuk suatu siklik. Sumber utama turunan antibiotika
ini adalah Bacillus sp. dan Strptomyces sp.Polipeptida berasal dari Bacillus polymixa.
Bersifat bakterisid berdasarkan kemampuannya melekatkan diri pada membran sel
bakteri sehingga permeabilitas meningkat dan akhirnya sel meletus. Meliputi:
polimiksin B dan polimiksin E (colistin), basitrasin dan gramisidin. Spektrumnya sempit
polimiksin hanya aktif terhadap bakteri gram negatif. Sebaliknya basitrasin dan
gramisidin aktif terhadap kuman gram positif. Penggunaan: karena sangat toksis pada
ginjal dan organ pendengaran, maka penggunaan secara sistemik sudah digantikan

lebih banyak digunakan sebagai sediaan topikal (sebagai tetes telinga yang berisi
polimiksin sulfat, neomisin sulfat, salep mata, tetes mata yang berisi basitrasin,
neomisin.

Struktur kimia

Turunan ni mempunyai karateristik tertentu yang unik bila dibandingkan dengan


peptide hewan atau tanaman alam, yaitu :
1.

Sebagian

besar

mikroorganisme

yang

mensintesis

antibiotika

polipeptia

menghasilakan banyak senyawa yang gugus-gugus kimianya saling berhubungan,


daripada substansi tunggal
2. Antibiotika peptide yang sama dapat dihasilakan oleh mikroorganisme dengan
taksonomi yang berbeda
3. Banyak dari antibiotic polpeptida mengandung lemak selain asam

amino, yang

tidak terdapat pada peptide hewan atau tanaman alam.


4.

Aktivitas antibakteri antibiotika polipeptida secara langsung berhubungan


dengan

struktur kimianaya. Sedikit modifikasi kimia menghasilkan perubahan

yang nyata dasi sifat biologis.


5.

Antibotika peptide yang strukturnya bervariasi kemungkinan menghambat


pertumbuahan bakteri melalui mekanisme kerja yang sama.

Obat antikanker
Dua atau lebih obat sering digunakan sebagai suatu kombinasi. Alasan
dilakukannya terapi kombinasi adalah untuk menggunakan obat yang bekerja pada
bagian yang berbeda dari proses metabolisme sel, sehingga akan meningkatkan
kemungkinan dihancurkannya jumlah sel-sel
kanker. Selain itu, efek samping yang berbahaya dari kemoterapi dapat dikurangi jika
obat dengan efek beracun yang berbeda digabungkan, masing-masing dalam dosis yang
lebih rendah dari pada dosis yang diperlukan jika obat itu digunakan tersendiri
(Iskandar, 2007 ). Obat-obat dengan sifat yang berbeda digabungkan, misalnya obat
yang membunuh sel-sel tumor dikombinasikan dengan obat yang merangsang system
kekebalan terhadap kanker.

Mekanisme kerja obat antikanker

Macam-macam Obat antikanker:

1. Obat antimetabolit
Antimetabolit adalah golongan obat yang menghambat pertumbuhan DNA dan
RNA dengan memblok pembentukan DNA dan RNA. Golongan obat ini merusak sel-sel
selama fase S siklus sel. Pada umumnya golongan obat ini digunakan untuk pengobatan
leukemia, kanker payudara, ovarium, dan saluran usus, serta jenis kanker lainnya.
Antimetabolit merupakan zat spesifik siklus sel yang mencegah

sintesis nukleotida

atau menghambat enzim dg menyerupai nukleotida. Kelompok antimetabolit bekerja


dengan cara masuk ke dalam materi pembentuk inti sel baru atau berikatan secara
tetap dengan berbagai enzim vital di dalam sel sehingga mencegah proses normal
pembelahan sel.
Berdasarkan mekanisme kerjanya (spesifik fase S), dapat dibagi dalam 3 kelompok:
a. Antagonis asam folat
Antagonis asam folat bekerja secara tidak khas, dengan menghambat secara
bersaing dihidrofolat reduktase, suatu enzim yang mengkatalisis reduksi asam
dihidrofolat menjadi asam tetrahidrofolat.

Struktur asam folat

Contoh:
1. Metotreksat (MTX, Farmitrexat, Ledertrexat)
Menghambat

secara

kompetitif

enzim

dihidrofolat

reduktase,

yang

mengkatalisis reduksi dihidrofolat menjadi asam tetrahidrofolat. Ini memblokade


regenerasi asam tetrahidrofolat sehingga mencegah sintesis purin dan pirimidin.
Dengan demikian, MTX adalah antagonis folat dan spesifik untuk sel dalam siklus sel
fase S.
Metotreksat yang masuk kedalam tubuh, kemudian akan diserap ke dalam sel.
Methotreksat yang terserap kemudian akan dipecah menjadi adenosine. Dengan adanya
penambahan

jumlah

adenisin

melalui

pemecahan

methotreksat

akan

terjadi

peningkatan jumalah adenosine didalam sel. Adenosine merupakan senyawa endogen


yang diproduksi oleh sel dan jaringan yang bertanggung jawab terhadap stress fisik
ataupun yang diakibatkan oleh metabolit, sehingga adenosine merupakan senyawa
endogen yang berperan sebagai agen anti-inflamasi. Kemampuan methotreksat sebagai
anti-inflamasi ditunjukkan dengan adanya gugusan adenine yang dilepaskan dari
metotreksat.

Struktur methotreksat

2. Aminopterin
Aminopterin adalah anti tumor pertama yang diketahui bersifat teratogenik.
Kelainan bawaan yang dappat terjadi akibat pemakaian obat anti-tumor adalah cacat
anggota, cacat pada system saraf pusat. Antineoplasma Antagonis folat (aminopterin)
pernah dicoba untuk obat menggugurkan pada wanita, tetapi bila gagal akan timbul
kelainan

bawaan

pada

bayi

yang

lahir.

Antagonis

folat

demi-

kian atau sitotoksik lainnya harus dihindari selama kehamilan karena bersifat racun
terhadap embrio dan fetus yang sedang tumbuh.

Struktur aminopterin

b. Antagonis purin
Antagonis purin adalah pra obat dan menjadi aktif setelah mengalami
anabolisme menjadi nukleotida dan kadang-kadang menjadi difosfat atau trifosfat.

Struktur purin

Contoh:
6-merkaptopurin
Mercaptopurine umum digunakan dengan obat lain untuk mengobati jenis kanker
tertentu, seperti leukemia limfositik akut. Mercaptopurine tergolong kelas obat
kanker yang dikenal sebagai obat kemoterapi sitotoksik, khususnya purin antagonis.
Obat ini akan memperlambat atau menghentikan pertumbuhan sel-sel kanker.
Merkaptopurin merupakan derivat thiol dari purin:
- antagonis purin dg daya sitostatis yg berdasarkan penghambatan sintesa purin dan
DNA di sel-sel yang tumbuh pesat.
- efektif untuk; leukemia akut pada anak-anak
- dosis; 2.5 mg/kg sehari.

Struktur 6-merkaptopurin

Azatioprin
Azathioprine termasuk golongan obat yang dikenal sebagai agen imunosupresif.

Obat ini digunakan untuk mengurangi kekebalan alami tubuh pada pasien yang
menerima transplantasi organ.

Tioguanin

Tioguanin

(sebagai

terapi

acute

myeloblastic

leukemia

[AML]),

Prinsip

mekanisme sitotoksik agen ini adalah penyatuan nukleotida tioguanin (TGN) ke dalam
DNA.
Struktur tioguanin

c. Antagonis pirimidin
Antagonis pirimidin pada umumnya berupa pra-obat, secara in vivo mengalami
anabolisme menjadi senyawa aktif, yang dapat mempengaruhi sintesis DNA pada fase
awal dengan kekosongan asam timidilat sehingga sel mengalami kematian.
Struktur uracil

Contoh:
Flourourasil (5-FU, Efudix)
5-Fluorouracil (5-FU) merupakan agen kemoterapi utama yang digunakan untuk
terapi kanker kolon. 5-FU adalah antimetabolit yang bekerja secara antagonis dengan
timin terhadap aktivitas enzim timidilat sintetase (TS). 5-FU merupakan prodrug,
metabolisme 5-FU menghasilkan fluoridin-5-trifosfat (FUTP) yang bergabung ke

dalam RNA dan mempengaruhi fungsinya, dan fluorodeoksiuridilat (FdUMP) yang


menghambat replikasi DNA.
Merupakan derivat pirimidin (1962) merintangi sintesa DNA melaui saingan
dengan pirimidin banyak digunakan sebagai antagonis pirimidin untuk tumor yang sudah
menyebar dari buah dada, usus besar, lambung, hati dan pancreas efektivitasnya
diperbesar (20-30%) dengan terapi kombinasi, misalnya dengan siklofosfamida dan
adriamisin (kur CAF) atau dengan adriamisin dan mitomisin (kur FAM) secara dermal
digunakan sebagai krim 5% pada kanker kulit efek sampingnya; sama dengan MTX dan
merkaptopurin dosis; 10-15 mg/kg i.v selama 4-6 hari.

Struktur 5-flourourasil

Cytarabin
Cytarabin = cytosin arabinoside merupakan sitostatika dgn jalan mengganggu
perpanjangan rantai DNA. Digunakan pada leukemia akut tertentu, dengan kerja yang
sangat singkat, 20 menit. Dosis; infus intravena 100-200 mg setiap 8-12 jam selama

5 hari, biasanya dikombinasi dengan antagonis pyrimidin lainnya, misal; thioguanin


(lanvis). Efek samping; mual, mielosupresi berat, alopesia.

Struktur cytarabin

Gemcitabine
Dosis; infus intravena 100-200 mg setiap 8-12 jam selama 5 hari, biasanya
dikombinasi dengan antagonis pyrimidin lainnya, misal; thioguanin (lanvis). efek
samping; mual, mielosupresi berat, alopesia. Dosis; infus intravena 100-200 mg setiap
8-12 jam selama 5 hari,

biasanya dikombinasi dengan antagonis pyrimidin lainnya,

misal; thioguanin (lanvis). Efek samping; mual, mielosupresi berat, alopesia.

Struktur gemcitabine

2. Alkylating agents
Alkylating memengaruhi molekul DNA, yaitu mengubah struktur atau fungsinya
sehingga tidak dapat berkembang biak. Contoh lain obat
golongan ini adalah busolvon dan cisplatin. Obat ini biasanya digunakan dengan kasus
leukemia, limfoma non-Hodgkin, myeloma multiple dan melanoma malignan. Efek
sampingnya adalah mual; muntah; rambut rontok; iritasi kandung kemih (sistitis)
disertai terdapatnya darah dalam air kemih; jumlah sel darah putih, sel darah merah,
dan trombosit
menurun; jumlah sperma berkurang (pada pria mungkin terjadi kemandulan yang
menetap)

Alkylating agen dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, antara lain:


Nitrogen mustard: Mechlorethamine, Chlorambucil, Cyclophosphamide
(Cytoxan), Ifosfamide, dan Melphalan
Nitrosoureas: Streptozocin, Carmustine (BCNU), dan Lomustine

Alkil sulfonat: Busulfan

Triazin: Dacarbazine (DTIC) dan Temozolomide (Temodar )

Ethylenimine: Thiotepa dan Altretamine (hexamethylmelamine)

3. Antibiotik antitumor
Obat ini juga memengaruhi DNA dan mencegah tumor berkembang biak dan
dengan cara kimiawi mencegah produksi enzim-enzim serta mengubah membran sel.
Contohnya adalah Pleomycin dan Idarubicin yang digunakan untuk berbagai macam jenis
kanker.
Efek sampingnya sama dengan alkylating agents. Kepada penderita leukimia
limfoblastik

akut

dapat

diberikan

asparagin

diperlukan

oleh

leukimia

untuk

melangsungkan pertumbuhanny. Efek sampingnya berupa reaksi alergi yang bisa


berakibat fatal, hilangnya nafsu makan, mual, muntah, demam, kadar gula darah tinggi.

Struktur bleomycin

Struktur idarubicin

4. Analog Platinum
Analog platinum adalah senyawa-senyawa yang mengandung unsur logam
platinum. Senyawa-senyawa ini bekerja dengan cara membentuk rantai silang antara
DNA dengan platinum sehingga sel kanker tidak dapat melakukan pembelahan dengan
benar dan proses perkembangbiakannya menjadi terhambat. Contohnya adalah
carboplatin, cisplatin dan oxaliplatin.

Struktur carboplatin, cisplatin dan oxaliplatin

Vous aimerez peut-être aussi