Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
FARADILAH F. KARIM
H31111269
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
Oleh:
FARADILAH F. KARIM
H31111269
MAKASSAR
2015
SKRIPSI
The Lord has inspired the Bees, to build their hives in hills, on trees and in mans
habitations, from within their bodies comes a drink of varying colors, wherein is
healing for mankind, verily in this is a Sign, for those who give thought .
(Quran, Surah An-Nahl: 6869)
untuk Ayahanda dan Ibunda tercinta yang juara satu seluruh dunia
terimakasih telah menjadi anugerah terindah dalam hidupku
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Mineral
Esensial (Vanadium, Kobalt, Dan Nikel) dan Uji Bio-Fisika Kimia pada Madu
Asal Desa Terasa Sinjai. Penyelesaian tugas ini sebagai syarat guna memperoleh
gelar Sarjana Sains Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Hasanuddin. Penulis menyadari bahwa betapa banyaknya hambatan dan
beratnya menyelesaikan tugas ini. Tugas ini tidak akan selesai tanpa dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan penghargaan dan
ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada:
1. Ayahanda dan Ibunda, Farid Hasbullah Karim dan Sumarni Ania atas segala
perhatian, kasih sayang, pengorbanan dan motivasi yang tiada henti kepada
penulis. Keluargaku yang selalu mendukung dalam doa dan menjadi semangatku.
2. Bapak Prof. Dr. H. Alfian Noor, M.Sc selaku pembimbing utama serta Ibu Dr.
Hj. Hasnah Natsir, M.Si selaku pembimbing pertama, yang telah meluangkan
waktu, tenaga, dan pikiran, serta masukannya dalam mengarahkan penulis mulai
dari penyusunan proposal hingga tersusunnya skripsi ini.
3. Tim Penguji Sarjana, Bapak Dr. Firdaus Zenta (ketua), Ibu Dr. Paulina Taba,
M.Phill (sekretaris), Bapak Dr. Maming, M.Si (anggota). Terimakasih atas saran
dan masukannya.
4. Ketua dan sekretaris jurusan kimia, serta seluruh dosen yang telah membagi
ilmunya kepada penulis selama 4 tahun menempuh pendidikan, terkhusus Ibu
Dr. Hj. Hasnah Natsir, M.Si selaku pembimbing akademik penulis dari semester
awal sampai selesai.
5. Para Staf dan seluruh analis jurusan kimia fakultas MIPA Universitas Hasanuddin,
terima kasih atas bantuan dan kerja samanya.
6. Tim Peneliti Laboratorium Kimia Radiasi (Kak Rahma, Kak Asma, Pak Ajuk,
Pak Ismail, Mala, Nunu, Sarah, Met, Carol), terkhusus Tim Peneliti Madu
(Kak Sukma, Kak Ida, Kak Syamsul, Kak Aulia). Partner penelitian
honeybeegenks (Rahmi, Hikma dan Ela).
7. Sahabat juara satu seluruh dunia, Nindy Wulandari S.T. Friends like sisters
Nurul Hikmah, Rahmi, Nur Asmi, Muz, Feni, Kio, Qobel. Organic Crew
(Agustan, Alam, Kak Ikal), Sahabat seperantauan Deryawan, My BBF (Dhinda,
Nana, Thamy), My Moodbooster Akhmad Berryl Widyartha. Terimakasih atas
semangat dan kehadirannya di masa-masa sulit penulis. Kalian yang terbaik.
8. Teman-teman seangkatan Kimia 2011, terkhusus saudara-saudariku Konformasi
2011, Kulit Kacang 2011, serta Pengurus BEM FMIPA UNHAS Periode 20142015, terimakasih untuk pengalaman yang tak terlupakan. Kalian yang terhebat.
9. Teman-teman seperjuangan Kuliah Kerja Nyata (KKN Gelombang 87) Desa
Tibojong Kab. Bone, Ainun, Echy, Rara, Anita, Kak Didot, Kak Taufik, Kak
Ardhan, terimakasih untuk kenangan terindah kita.
Penulis hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan sehingga
penulis menyadari bahwa apa yang penulis sajikan ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritikan dan
saran yang bersifat membangun dari semua pihak.
Penulis,
2015
ABSTRAK
ABSTRACT
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA............................................................................................
ABSTRAK ................................................................................................
vii
ABSTRACT..............................................................................................
viii
DAFTAR ISI.............................................................................................
ix
DAFTAR TABEL.....................................................................................
xi
xii
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................
xiii
xiv
10
12
14
15
17
18
20
20
20
20
21
21
21
21
22
22
22
23
23
23
23
24
24
24
29
37
5.1 Kesimpulan..............................................................................
37
5.2 Saran........................................................................................
37
38
LAMPIRAN..............................................................................................
43
DAFTAR TABEL
Tabel
halaman
11
13
27
29
33
DAFTAR GAMBAR
Gambar
halaman
15
25
31
32
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
halaman
43
2. Perhitungan ....................................................................................
47
56
57
= mikrogram
= derajat Celsius
% b/b
= gram
= liter
mg/L
mg/g
mL
= milliliter
mS/cm
meq/kg
pH
= derajat keasaman
ha
= hektar
EC
= electrical conductivity
BPPH
GFAAS
ICP-OES
IHC
SNI
BAB I
PENDAHULUAN
sebagai
negara dengan
luas
hutan
yang
mencapai
mineral, baik pada manusia maupun hewan, dapat menyebabkan penyakit. Sebaliknya
pemberian mineral esensial yang berlebihan dapat menimbulkan gejala keracunan
(Arifin, 2008). Mineral-mineral mikro yang telah diketahui terkandung dalam madu
adalah Al, Ba, Sr, Bi, Cd, Sn, Te, Tl, Sb, Cr, Ni, Ti, V, Co, dan Mo (Conti 2000;
Stocker et al., 2005).
Penelitian yang dilakukan oleh Conti et al., (2014) tentang kandungan mineral
dalam 17 sampel madu asal Argentina, menunjukkan bahwa madu asal Argentina
mengandung mineral kalium terbesar (92,5%) dari total sampel dengan konsentrasi
rata-rata 832,0 dan 816,2 mg/g masing-masing untuk madu unifloral dan multifloral.
Natrium adalah mineral yang paling banyak kedua dalam sampel dengan nilai rata-rata
32,16 dan 33,19 mg/g masing-masing untuk madu unifloral dan multifloral. Beberapa
mineral seperti Mg, Ca, Fe, Mn, Zn dan Cu terdapat pada konsentrasi rendahmenengah. Selain itu juga ditemukan beberapa mineral lain dalam penelitian ini yaitu
Be, Cd, Co, Cr, Ni, Se, Tl dan V, dengan konsentrasi rata-rata yang sangat rendah.
Khaliqurahman et al., (2014) dalam penelitiannya tentang analisis kontaminan
dalam madu asal Pakistan, menemukan bahwa madu Pakistan mengandung mineral Ni
dan Co, dengan konsentrasi masing-masing 0,49 g/kg dan 0,15 g/kg. Selain itu, pada
tahun yang sama, Moniruzzaman et al., meneliti tentang kandungan mineral, trace
element, dan level pestisida dalam sampel madu asal Malaysia menggunakan
instrument GFAAS. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa madu tersebut
mengandung beberapa mineral mikro seperti Cu, Cd, Co dan As.
Perbedaan konsentrasi trace elements dan mineral dalam madu dipengaruhi
oleh faktor botani dan letak geografis asal madu tersebut (Bengsch, 1992). Sedangkan
menurut Vanhanen (2011), penyerapan mineral dipengaruhi oleh komposisi tanah
dimana sumber nektar berada.
Menganalisis dan menentukan konsentrasi mineral esensial (V, Co, dan Ni)
dalam sampel madu asal Desa Terasa
2)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sejak ribuan tahun yang lalu sampai sekarang ini, madu telah dikenal sebagai
salah satu bahan makanan atau minuman alami yang mempunyai peranan penting
dalam kehidupan. Madu memiliki manfaat dalam berbagai aspek, antara lain dari segi
pangan, kesehatan dan kecantikan. Madu sering digunakan sebagai bahan pemanis,
penyedap makanan dan campuran saat mengonsumsi minuman. Selain itu, madu
sering pula digunakan untuk obat-obatan. Madu merupakan salah satu obat tradisional
tertua yang dianggap penting untuk pengobatan penyakit pernafasan, infeksi saluran
pencernaan dan bermacam macam penyakit lainnya. Madu juga dapat digunakan
secara rutin untuk membalut luka, serta mengurangi rasa sakit dan bau dengan cepat
(Mulu et al., 2004).
tumbuhan obat yang banyak tumbuh di dalam hutan hujan tropis di Indonesia. Madu
hutan juga sangat baik untuk kesehatan karena mengandung antibiotik alami yang
diproduksi oleh lebah-lebah liar (Suranto, 2007).
Selain madu monoflora dan poliflora, terdapat jenis madu yang ketiga yang
disebut madu ekstraflora. Madu ekstraflora atau madu embun adalah madu yang
dihasilkan dari nektar di luar bunga, seperti daun, cabang, dan batang tanaman. Madu
embun dihasilkan dari cairan hasil sekresi serangga, yang kemudian eksudatnya
diletakkan dibagian tanaman. Selanjutnya cairan itu dihisap dan dikumpulkan oleh
lebah madu. Madu ini berwarna gelap dengan aroma merangsang (Sarwono, 2001)
Tabel 1. Kualitas madu berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI nomor 35452013)
No
1
2
3
4
5
6
7
Jenis Uji
Air
Gula pereduksi
Sukrosa
Keasaman
Padatan yang tak larut air
Abu
Cemaran Logam
7.1 Timbal (Pb)
7.2 Cadmium (Cd)
7.3 Merkuri (Hg)
Cemaran Arsen (As)
Satuan
Syarat
% b/b
% b/b
% b/b
mL NaOH/kg
% b/b
% b/b
maks 22
min 65
maks 5
maks 50
maks 0,5
maks 0,5
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
maks 2,0
maks 0,2
maks 0,03
maks 1,0
Syarat
Kadar Air
Kadar Abu
Keasaman
pH
Konduktivitas elektrik
Aktivitas Diastase
5-Hidroksimetil-2-Furfural (HMF)
25 g/100g
1,2 g/100g
50 meq/kg
3,6-5,6
0,8 mS/cm
8
60 mg/kg
Menurut Hamad (2007), di dalam madu terdapat berbagai jenis enzim, antara
lain enzim glukosa oksidase dan enzim invertase yang dapat membantu proses
pengolahan sukrosa untuk diubah menjadi glukosa dan fruktosa yang keduanya mudah
diserap dan dicerna. Begitu pula enzim amilase, enzim lipase dan minyak volatil,
seperti hidroksimetilfurfural.
Tabel berikut menunjukkan komposisi rata-rata dari madu untuk masingmasing komponen pada madu Amerika.
Komponen
Kandungan air
Fruktosa
Glukosa
Sukrosa
Disakarida lainnya
Melezitose
Erlose
Oligosakarida lainnya
Gula total
Mineral
Asam amino, protein
Asam
pH
Madu Hutan
Nilai rata-rata (g/100g)
Rentang nilai (g/100g)
16,3
15-20
31,8
28-40
26,1
19-32
0,5
0,1-4,7
4,0
1-6
4,0
0,3-22,0
1,0
0,1-6
3,0
0,1-6
80,5
0,9
0,6-2,0
0,6
0,4-0,7
1,1
0,8-1,5
5,2
4,5-6,5
Asam amino, karbohidrat, protein, beberapa jenis vitamin serta mineral adalah
zat gizi dalam madu yang mudah diserap oleh sel-sel tubuh. Sejumlah mineral yang
terdapat dalam madu seperti magnesium, kalium, kalsium, natrium, klor, sulfur, besi
dan fosfat. Madu juga mengandung vitamin, seperti vitamin E dan vitamin C serta
vitamin B1, B2 dan B6 (Winarno, 1982). Selain itu madu juga mengandung zat
antibiotik yang berguna untuk melawan bakteri patogen penyebab penyakit infeksi
(Molan, 1992).
Bogdanov et al., (2008) madu mengandung sejumlah mineral yang berbeda mulai dari
0,02 - 1,03 gram, dengan kalium yang paling melimpah dan terdiri dari sekitar
sepertiga dari total kandungan mineral.
Berikut adalah tabel yang berisi total kandungan mineral-mineral trace dalam
madu menurut beberapa sumber.
Tabel 4. Trace Elements dalam Madu (Bogdanov et al., 2008)
Mineral
mg/100 g
Mineral
mg/100 g
Aluminium (Al)
0,01-2,4
Timbal (Pb)*
0,001-0,03
Arsen (As)
0,014-0,026
Litium (Li)
0,225-1,56
Barium (Ba)
0,01-0,08
Molibdenum (Mo)
0-0,004
Boron (B)
0,05-0,3
Nikel (Ni)
0-0,051
Bromin (Br)
0,4-1,3
Rubidium (Rb)
0,04-35
Cadmium (Cd)*
0-0,001
Silikon (Si)
0,05-24
Klorin (Cl)
0,4-56
Stronsium (Sr)
0,04-0,35
Kobalt (Co)
0,1-0,35
Sulfur (S)
0,7-26
Fluor (F)
0,4-1,34
Vanadium (V)
0-0,013
Iod (I)
10-100
Zirkonium
0,05-0,08
*-elemen yang dianggap beracun, dapat berasal dari perbuatan manusia
Kobalt dikenal sebagai perangsang pembentukan sel darah merah yang baik.
Ion Co+2 dalam CoCl2 diketahui dapat meningkatkan produksi sel darah merah. Kobalt
dalam bentuk vitamin B12 juga mendukung proses metabolisme dan pembentukan sel
darah merah (Perez-Espinosa, 2004).
akan mempengaruhi peningkatan produksi tiroid, darah lebih kental, dan peningkatan
aktivitas pada sumsum tulang (Haas, 2015).
Studi ilmiah terkait dengan pengaruh nikel pada kesehatan saat jumlahnya
dalam tubuh sangat kurang belum ditemukan. Menurut US Department of Health and
Human Services (2005), apabila kandungan nikel yang diserap dalam tubuh berlebih
akan menyebabkan gangguan pernafasan, asma, sakit perut, kanker, dan gangguan
kehamilan.
Bontosunggu, Dusun Rumbia, Dusun Laha-Laha, Dusun Cenre, dan Dusun Tonrong.
Jarak dusun terdekat yaitu Kasimpuran sejauh 2 km dan dusun terjauh adalah Cenre
dan Tonrong sekitar 8 km dari dusun Kalelembang (Anonim, 2011).
Growing Potential dari desa ini sangat banyak, dengan suhu udara antara 15 25 C dan tanah yang gembur, banyak jenis buah-buahan dan tumbuh-tumbuhan yang
sesuai untuk tumbuh dengan suhu seperti ini. Akan tetapi faktor penghalang utama
adalah buruknya akses jalan yang berdampak pada mahalnya biaya distribusi hasil
tanam dan menyebabkan turunnya harga produksi. Oleh karena itu, masyarakat Desa
Terasa lebih memilih untuk menanam padi, coklat dan bertani madu sebagai sumber
penghasilan utama. Program budidaya madu mulai dilakukan sejak tahun 2000.
Produksi madu masyarakat Terasa yang meningkat setiap tahunnya antara 2.000 3.500 liter (Yunus, 2014).
Warga Terasa pergi kehutan mencari lebah madu secara perorangan, dilakukan
pada musim kemarau yaitu pada bulan Agustus sampai Desember, mereka bebas tidak
ditentukan tempat dan lokasinya, mereka menggunakan kebiasaan sebelumnya,
menyusuri hutan-hutan tersebut sambil memperhatikan satu persatu pohon di hutan itu
yang biasa ditempati lebah bersarang. Pencarian tersebut memakan waktu sekitar satu
sampai dua hari pencairan, apabila sedang beruntung, mereka akan mendapatkan hasil
yang banyak tapi terkadang tidak mendapatkan sedikitpun (Darampa, 2011).
BAB III
METODE PENELITIAN
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Vanadium
Kobalt
Nikel
0.06
Konsentrasi (mg/L)
0.051
0.05
0.04
0.037
0.032
0.028
0.03
0.02
0.01
0.026
0.017
0.017
0.012
0.01
0.011
0.01
0.007
0.011
0.012
0.005
EM 1
EM 2
EM 3
CM 1
CM 2
Sampel Madu
Data hasil analisis kandungan mineral esensial (V, Co dan Ni) pada madu asal
Desa Terasa menunjukkan bahwa mineral kobalt paling besar konsentrasinya dalam
kelima sampel dengan nilai konsentrasi rata-rata mencapai 0,0348 mg/L, kemudian
vanadium sebagai terbesar kedua yaitu 0,0118 mg/L, tidak berbeda jauh dengan nikel
yaitu 0,0106 mg/L.
Berdasarkan gambar 3, diketahui bahwa konsentrasi mineral vanadium
terbesar ditemukan pada sampel EM 2, yaitu mencapai 0,017 mg/L, sedangkan
konsentrasi paling kecil ditemukan pada sampel EM 1 dan EM 3, dimana keduanya
memiliki nilai yang sama untuk konsentrasi mineral vanadium yaitu 0,01 mg/L.
Berdasarkan penelitian analisis mineral pada tanah asal Desa Terasa yang dilakukan
oleh Qadar (2015), diketahui bahwa tanah yang bersumber dari Ere Mantang memiliki
kandungan vanadium yang cukup tinggi dibanding lokasi Camming Dola, yaitu
berkisar antara 1,-078 - 1,312 mg/L. Kemudian untuk mineral kobalt, konsentrasi
paling besar terdapat pada sampel EM 2, yaitu mencapai 0,051 mg/L, sedangkan untuk
konsentrasi mineral kobalt terkecil ditemukan pada sampel CM 2 yaitu 0,026 mg/L.
Mineral nikel paling banyak ditemukan pada sampel CM 1 yaitu 0,017 mg/L dan
paling sedikit terdapat pada sampel EM 3 yaitu 0,005 mg/L.
Perbedaan konsentrasi mineral dalam madu dipengaruhi oleh banyak faktor,
antara lain: udara, air, tanah dan nektar bunga yang dikonsumsi oleh lebah. Kandungan
mineral yang ada dalam madu alam akan tergantung dari sari bunga yang dikonsumsi
lebah dan lahan tanam sumber sari bunga tersebut. Kondisi geografis juga memiliki
pengaruh terhadap kandungan mineral dalam madu (Saputra, 2012).
Desa Terasa merupakan bagian dari Kecamatan Sinjai Barat, Manipi. Menurut
Jusri (2014), Manipi merupakan daerah yang menarik, dimana terdapat pertemuan tiga
formasi batuan gunungapi yaitu formasi vulkanik Camba (Tmcv), formasi vulkanik
Baturape-Cindako (Tpbv) dan formasi Lompobattang (Qlv). Batuan vulkanik dapat
memberikan banyak manfaat, seperti pembawa mineral-mineral, logam, dan
kesuburan tanah.
Hasil analisis mineral dalam madu diperoleh kandungan kobalt dengan
konsentrasi yang lebih besar dibanding mineral vanadium dan nikel. Hal ini dapat
dikaitkan dengan kondisi tanah yang kaya akan mineral kobalt. Menurut Surtipantri,
et al., (1995), kandungan Co dalam tanah biasanya berkisar antara 1 40 g/g tanah
kering. Hal ini menunjukkan bahwa secara alamiah tanah yang tidak dipupuk sudah
mengandung Co. Mineral kobalt juga diperlukan oleh tanaman, maka Co dalam tanah
sebagian diserap oleh tanaman dan sebagian lagi tercuci oleh air tanah (leaching).
Hasil yang didapatkan cukup menarik karena jika dibandingkan dengan madu
lain yang telah diteliti, madu asal Desa Terasa memiliki kelebihan bila dilihat dari
kandungan mineral vanadium-nya. Bogdanov et al., (2007) melakukan penelitian
tentang kandungan trace minerals pada madu asal Swiss dan didapatkan hasil
beberapa mineral seperti Mn, Fe, Ni, Cu dan Zn tetapi tidak ditemukan mineral
vanadium. Berbeda halnya dengan madu spanyol yang terbukti mengandung
vanadium, kobalt dan nikel dan beberapa trace minerals lainnya (Bogdanov, et al.,
2007).
Jika dibandingkan dengan trayek kandungan mineral madu menurut Bogdanov
(2008) pada Tabel 5, dapat disimpulkan bahwa kandungan ketiga mineral dalam
sampel madu asal Desa Terasa masih dalam batas ambang yang wajar, karena berada
diantara trayek tersebut.
Tabel 5. Hasil Analisis Kandungan Mineral (V, Co dan Ni) dalam Madu Asal Desa
Terasa
Sampel (mg/L)
Mineral
Rata-rata
(mg/L)
Trayek mineral
madu (Bogdanov,
2008)
EM 1
EM 2
EM 3
CM 1
CM 2
Vanadium (V)
0,01
0,017
0,01
0,011
0,011
0,0118
0 - 0,13
Kobalt (Co)
0,032
0,051
0,028
0,037
0,026
0,0348
0,1 - 0,35
Nikel (Ni)
0,007
0,012
0,005
0,017
0,012
0,0106
0 - 0,051
Keterangan: EM 1 (Ere Mantang 1); EM 2 (Ere Mantang 2); EM 3 (Ere Mantang 3); CM
1 (Camming Dola 1); CM 2 (Camming Dola 2)
Desa Terasa yang telah dianalisis menunjukkan jumlah mineral esensial yang
tergolong aman untuk dikonsumsi dan baik untuk kesehatan tubuh.
Penelitian mengenai khasiat mineral-mineral mikro esensial seperti vanadium
dan nikel dalam tubuh manusia masih jarang dilakukan. Meskipun terdapat dalam
konsentrasi yang kecil, namun vanadium dan nikel cukup berpengaruh terhadap kerja
enzim dalam tubuh. Salah satu manfaat vanadium yang dikemukakan oleh Haas (2015)
yaitu vanadium dapat menurunkan produksi lemak kolesterol dalam tubuh. Selain itu
diketahui bahwa kobalt berperan dalam metabolisme vitamin B12 juga dalam
pembentukan sel darah merah. Artinya dapat disimpulkan bahwa madu asal Desa
Terasa berpotensi untuk mengobati penyakit anemia, dan berbagai fungsi kesehatan
lainnya.
Ditinjau dari fungsinya unsur runutan esensial pada umumnya merupakan
bagian dari sistem enzim, yaitu berupa metaloenzim dan kompleks logam-enzim. Pada
metaloenzim unsur logam terdapat dalam jumlah tertentu dan merupakan bagian
integral dari molekul enzim. Kompleks logam-enzim merupakan golongan yang relatif
luas. Berbeda dengan metaloenzim, dalam kompleks logam-enzim ikatan antara enzim
dengan unsur logam lebih renggang. Dalam hal ini logam bertindak sebagai
pembentuk ikatan sementara antara enzim dengan substrat selama reaksi berlangsung.
Selain bertindak sebagai penstabil kompleks enzim-substrat, logam juga dapat
menstabilkan produk reaksi, jadi memfasilitasi reaksi yaitu sebagai kofaktor enzim.
Kobalt dan nikel termasuk unsur runutan yang telah teridentifikasi sebagai kofaktor
enzim. Walaupun demikian semua unsur runutan baik yang esensial maupun yang
non-esensial apabila limit keamanannya dilampaui dapat menjadi toksik (Sofyan,
2007).
Standar
EM 1
EM 2
EM 3
CM 1
CM 2
21,05
21,40
21,64
28,34
21,01
25
0,49
0,48
0,47
0,99
0,53
1,2
Keasaman
38,57
35,46
31,87
20,64
13,59
50
pH
4,72
4,76
4,78
4,79
5,23
3,6-5,6
Konduktivitas
0,58
0,56
0,57
0,63
0,49
0,8
Kadar Air
IHC (2002)
(%)
(meq/kg)
(mS/cm)
Keterangan: EM 1 (Ere Mantang 1); EM 2 (Ere Mantang 2); EM 3 (Ere Mantang 3);
CM 1 (Camming Dola 1); CM 2 (Camming Dola 2)
Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang
dinyatakan dalam persen. Banyaknya air dalam madu menentukan keawetan madu.
Madu yang kadarnya airnya tinggi, gampang berfermentasi. Menurut International
Honey Comission, kadar air normal madu berkisar antara 14 - 25%, sedangkan
menurut Standar Nasional Indonesia kandungan air pada madu adalah maksimal 22%.
Jika dibandingkan dari kelima sampel madu yang berasal dari Desa Terasa, diketahui
bahwa Sampel CM 1 memiliki kandungan air paling besar dan melewati standar yang
ditetapkan oleh IHC dan SNI, yaitu 28,34%. Sedangkan kadar air pada sampel lainnya
dapat dikategorikan normal menurut standar SNI dan IHC. Sampel EM 1 dan CM 2
memiliki kadar air yang lebih rendah dibanding sampel lainnya, yaitu 21,05% dan
21,01%. Kadar air dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti iklim, suhu dan lama
penyimpanan. Selain itu kadar air yang terkandung dalam madu juga sangat
berpengaruh terhadap kualitas madu. Menurut Sihombing (1997), madu yang baik
adalah yang mengandung kadar air sekitar 17 21%. Kandungan air dibawah 17%
akan menyebabkan madu mudah berfermentasi sehingga akan sangat menurunkan
kualitas madu itu sendiri.
Hasil analisis kadar abu pada madu asal Desa Terasa berkisar antara 0,4
0,9%. Kadar abu tertinggi adalah 0,99% merupakan sampel madu yang berasal dari
CM 1 dan sangat signifikan perbedaannya dengan sampel EM 3 yang memiliki kadar
abu terendah yaitu 0,47%. Tetapi tidak ada perbedaan signifikan antara EM 3 dengan
sampel lainnya (Tabel 6). Menurut SNI, kadar maksimal untuk abu madu adalah
0,57% yang berarti bahwa sampel madu CM 1 telah melampaui batas maksimal SNI.
Tetapi menurut IHC, kadar abu madu 1,2 g/100g, yang artinya kelima sampel madu
asal Desa Terasa memiliki kadar abu yang memenuhi standar internasional. Kadar abu
merepresentasikan total residu anorganik pada proses karbonisasi madu. Perbedaan
kandungan abu dalam madu dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya
adalah kondisi geografis dari nektar madu.
Hasil analisis keasaman pada madu asal Desa Terasa menunjukkan perbedaan
yang signifikan antara satu dan lainnya. Sampel dengan keasaman paling tinggi adalah
EM 1 yaitu 38,57 meq/kg dan terendah adalah CM 2 yaitu 13,59 meq/kg. Menurut SNI
dan IHC, keasaman maksimal madu adalah 50 meq/kg, artinya keseluruhan sampel
masih memenuhi standar yang ditetapkan. Keasaman berbanding terbalik dengan pH,
artinya semakin besar keasaman maka semakin kecil pH madu. Berikut adalah gambar
50
5.5
45
40
4.5
35
30
3.5
25
20
2.5
15
10
pH
Keasaman meq/kg)
1.5
EM 1
EM 2
EM 3
CM 1
CM 2
pH
1.2
1
0.8
0.8
0.6
0.6
0.4
0.4
0.2
0.2
Konduktivitas (mS/cm)
0
EM 1
EM 2
EM 3
CM 1
CM 2
Konduktivitas (mS/cm)
Menurut IHC kisaran normal konduktivitas pada madu adalah antara 0,1 0,8
mS/cm yang berarti bahwa sampel madu Terasa tidak melampaui batas maksimal yang
telah ditetapkan. Sementara menurut Talpay (1985), madu hutan memiliki nilai
konduktivitas yang sama atau lebih besar dari 0,8 mS/cm, sedangkan madu bunga
memiliki nilai konduktivitas lebih rendah yaitu 0,5 mS/cm. Konduktivitas listrik (EC)
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu lingkungan, geografis dan botani. Selain itu
konduktivitas listrik (EC) berkorelasi dengan kandungan mineral dalam madu dan
sering digunakan untuk karakterisasi asal botani madu (Bogdanov et al., 2004).
Analisis kandungan zat gizi menyeluruh tidak hanya meliputi kadar air,
kadar abu, dan pH, tetapi juga kadar protein, kadar lipida, dan kadar karbohidrat.
Karbohidrat biasanya dianalisis secara by difference. Analisis ini penting untuk
mengetahui komposisi gizi suatu makanan yang nantinya dapat digunakan untuk
menyusun nutrition fact yang dicantumkan dalam label kemasan makanan (Lestari
et al., 2013). Berikut adalah tabel hasil analisis beberapa uji biokimia (proksimat)
pada madu asal Desa Terasa.
Tabel 7. Hasil Analisis Biokimia Madu Desa Terasa
Parameter
EM 1
EM 2
EM 3
CM 1
CM 2
Protein (%)
0,59
0,67
0,47
0,58
0,41
Bogdanov
(2008)
0,4-0,7
Lemak (%)
0,05
0,01
0,02
0,03
0,01
KH (%)
77,82
77,44
77,39
70,07
78,05
70-80,5
Kalori (kal.)
314,086
312,543
311,676
282,878
313,94
Energi (KJ)
1314,77
1308,31
1304,68
1184,13
1314,15
Keterangan: EM 1 (Ere Mantang 1); EM 2 (Ere Mantang 2); EM 3 (Ere Mantang 3);
CM 1 (Camming Dola 1); CM 2 (Camming Dola 2)
Protein merupakan komponen utama dalam semua sel hidup, yang fungsi
primernya adalah sebagai pembentuk struktur sel seperti membran sel, jaringan
penghubung, kolagen, rambut dan sebagainya (Patong, 2013). Hasil analisis kadar
protein pada sampel madu menunjukkan bahwa sampel EM 2 memiliki kadar protein
yang paling besar (0,67%) dibanding sampel lainnya. Jika dibandingkan dengan
kisaran kandungan protein dari beberapa madu mancanegara yang diteliti oleh
Bogdanov (2008), dapat disimpulkan bahwa madu asal Desa Terasa memiliki
kandungan protein yang hampir sama dengan madu asal mancanegara. Perbedaan
kandungan protein dalam madu dapat disebabkan oleh perbedaan asal nektar yang
dikonsumsi oleh lebah.
Menurut Patong (2013), kebutuhan tubuh akan protein ditentukan oleh tingkat
pertumbuhan dan ukuran tubuh. Pada masa pertumbuhan diperlukan protein dalam
jumlah yang lebih banyak per satuan berat badan dibandingkan dengan masa dewasa.
Anak-anak usia 1-5 tahun membutuhkan sekitar 3-3,5 gram protein/kg berat badan.
Sedangkan untuk usia dewasa 17-21 tahun membutuhkan kurang lebih 1-1,5 gram
protein/kg berat badan.
Hasil analisis kadar lemak madu asal Desa Terasa berkisar antara 0,01 0,05%.
Nilai ini lebih kecil apabila dibandingkan dengan hasil penelitian Astuti (2014) yang
menganalisis kadar lemak madu trigona asal Sulawesi Selatan, dan mendapatkan kadar
lemak sebesar 0,06%. Beberapa bahan makanan di Indonesia dapat mengandung 10%
atau lebih ekstrak eter (lemak), pengaruh penyimpanan akan menyebabkan ketengikan
dan dapat mengurangi nilai dari bahan tersebut. Madu memiliki kandungan lemak
yang rendah. Oleh karena itu jarang ditemui sumber dan referensi yang menyatakan
kisaran kadar lemak pada madu
Kandungan karbohidrat madu asal Desa Terasa memiliki kisaran yang sesuai
dengan madu asal mancanegara yaitu antara 70 - 80%. Total karbohidrat paling tinggi
ditemukan pada sampel CM 2 (78,05%) dan paling rendah CM 1 (70,07%).
Karbohidrat merupakan komposisi terbanyak dalam madu. Monosakarida (fruktosa
dan glukosa) mencapai 85 - 90% dari karbohidrat yang terdapat dalam madu,
sedangkan disakarida, oligosakarida dan polisakarida hanya sebagian kecil
(Sihombing, 2005). Fruktosa dan glukosa selama proses pencernaan, dapat dengan
cepat ditransportasikan ke dalam darah sehingga cepat pula dimanfaatkan tubuh
sebagai sumber energi (Bogdanov, 2011). Fungsi utama karbohidrat adalah sebagai
penghasil energi dalam tubuh. Hal ini mengindikasikan madu dapat dijadikan sebagai
makanan penyuplai energi karena kandungan karbohidratnya yang cukup besar.
Energi dalam bahan makanan berasal dari oksidasi karbohidrat, lemak dan
protein, dan dinyatakan dengan suatu panas yang disebut kalori. Total energi dan kalori
yang terkandung dalam madu masing-masing berkisar antara 289,8401 - 321,601 KJ
dan 284,6469 - 314,1114 kal. Madu memiliki kandungan energi yang tinggi dan gula
dalam madu sangat mudah dicerna dalam tubuh seperti yang biasa ditemukan dalam
buah-buahan. Alasan inilah yang menyebabkan madu sebagai makanan yang
disarankan untuk bayi dan remaja. Blasa (2006) menyebutkan bahwa kandungan kalori
dalam madu adalah sekitar 303kkal/100 g.
Kebutuhan akan kalori sehari-hari oleh manusia sangat bergantung pada
kegiatannya, yang dapat berkisar antara 2000 dan 3500 kkal per hari. Selain itu
kebutuhan akan kalori juga dipengaruhi oleh usia. Untuk seorang laki-laki atau
perempuan usia 15 tahun keatas, tinggal di daerah iklim sedang dan tidak melakukan
kerja kasar, jumlah kalori yang dianjurkan sebanyak 2400 per hari (Patong, 2013). Jika
dibandingkan dengan kalori madu asal Desa Terasa yang berkisar antara 200-300 kkal
per 100 gram madu, artinya konsumsi kurang lebih 6 sendok madu hampir dapat
memenuhi kebutuhan kalori orang dewasa dalam satu hari.
Beberapa analisis bio-fisika kimia yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui
kandungan zat gizi mayor dalam sampel madu asal Desa Terasa. Data kandungan
karbohidrat, lipida, dan protein secara bersama-sama dapat digunakan untuk
mengkalkulasi nilai kalori suatu bahan pangan. Selain itu juga bermanfaat dalam
membandingkan kualitas komoditas sejenis yang berpotensi digunakan sebagai
bahan makanan sumber kalori, sumber protein, sumber mineral, dan sebagainya
(Lestari et al., 2013).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
konsentrasi rata-rata ketiga mineral esensial (V, Co, dan Ni) dalam madu adalah
0,0118 mg/L; 0,0348 mg/L; dan 0,0106 mg/L. Sampel EM 2 mengandung mineral
paling banyak dibanding sampel lainnya, dengan konsentrasi rata-rata 0,0266%.
Madu yang berasal dari Ere Mantang (EM 1, EM 2 dan EM 3) dan Camming
Dola 2 (CM 2) memenuhi standar kualitas madu yang ditetapkan oleh SNI dan
International Honey Comission.
5.2 Saran
Perlu dilakukan studi penelitian lebih lanjut mengenai kondisi geografi, faktor
botani dan lingkungan tempat pengambilan sampel agar bisa dikorelasikan dengan
kandungan mineral yang dianalisis. Selain itu juga dibutuhkan variasi metode analisis
dan instrument analisis unsur runut selain ICP-OES agar berfungsi sebagai
pembanding hasil yang didapatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Adriani, R., 2011, Identifikasi dan Karakterisasi Sifat Kimia dan Sifat Fisik dari Madu
Asli dengan Madu yang Dijual di Pasaran Medan, Skripsi, Departemen Kimia,
FMIPA Universitas Sumatera Utara, Medan.
Alqarni, A.S., Hannan, M.A., Owayss, A.A., and Engelm, S., 2011, The Indigenous
Honey Bees of Saudi Arabia (Hymenoptera, Apidae, Apis mellifera jemenitica
Ruttner): Their natural history and role in beekeeping.- Zookeys, 134; 83-98.
Anklam, E., 1998, A review of the Analytical Methods to Determine the Geographical
and Botanical Origin of Honey, Food Chem., 63; 549562.
Anonim, 2011, Desa Terasa, (online), (http://www.desaterasa.blogspot.com / 2011_
08_ 01_ archive.html, diakses 10 Februari 2015).
AOAC International, 1990, Official Methods of Analysis Volume 1, The Executive
Director Office of the Federal Register, Washington.
Arifin, Zainal., 2008, Beberapa Unsur Mineral Esensial Mikro Dalam Sistem Biologi
dan Metode Analisisnya, Jurnal Litbang Pertanian, 27 (3); 99-104.
Arinola, O.G., 2008, Essential Trace Elements and Metal Binding Proteins in Nigerian
Consumers of Alcohol Beverages, Pakistan J. Nutr., 7 (6); 763-765.
Astuti, N., 2014, Kajian Senyawa Volatil Madu Trigona Sulawesi Selatan sebagai
Antimikroba, Skripsi, Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Makassar.
Badan Penelitian dan Pengembangan Hutan, 2012, Roadmap Penelitian Perlebahan,
Kementrian Kehutanan, Riau.
Badan Standarisasi Nasional Indonesia, 2013, SNI-3545-2013 : Madu, Badan
Standarisasi Nasional Indonesia, Jakarta.
Bengsch, E., 1992, Connaissance du miel Des oligo-lments pour la sant, Review of
France Apiculture, 569; 383386.
Blasa, M., Candiracci, M., Accorsi, A., Piacentini, M., Albertini, M., and Piatti E.,
2006, Millefiori honey is packed full of antioxidants, Food Chem J., 97; 217222,
Bogdanov, S., 2009, Harmonised Methods of the International Honey Comissions,
World Network of Honey Science, Switzerland.
Bogdanov, S., 2011, Functional and Biological Properties of the Bee Products: a
Review, www.bee-hexagon.net.
Bogdanov, S., Haldimann, M., Luginbuhl, W., and Gallmann, P., 2007, Minerals in
Honey: Environmental, Geographical, and Botanical Aspect, J. of Apicultural
Research and Bee World, 46 (4); 269-275.
Bogdanov, S., Jurendic, T., Sieber, R., and Gallmann, P., 2008, Honey for Nutrition
and Health: a review, J. Am. Coll. Nutr., 27; 677-689.
Bogdanov, S., Martin, P., and Lullman, C., 1997, Harmonised Method of the European
Honey Comission, Apidologie (extra issue), 1-59.
Bogdanov, S., Ruoff, K., and Persano, O., 2004, Physico-chemical Methods for the
Characterisation of Unifloral Honeys: a review, Apidologie35 (Specialissue); 417.
Boukraa, L., 2014, Honey in Traditional and Modern Medicine, CRC Press, United
States.
Codex Alimentarius Commission, 1998, Draft Revised Standard for Honey at Step 6
of the Codex Procedure, CX 5/10.2, CL 1998/12-S.
Conti, M.E., 2000, Lazio region (central Italy) honeys: A survey of mineral content
and typical quality parameters, J. Food Contr., 11; 459463.
Conti, M.E., Finoia, M.G., Fontana, L., Mele, G., Botre, F., and Iavicoli, I., 2014,
Characterization of Argentine Honeys on the Basis of Their Mineral Content and
Some Typical Quality Parameters, Chem.Central. J, 8 (44); 1-10.
Darampa, S., 2011, Menelusuri Hutan, Memetik Madu, (online),
(http://sulawesichannel.blogspot.com/2011/04/menelusuri-hutan-memetikmadu.html, diakses 10 Februari 2015).
Davis, G.K. and Mertz, W., 1987, Trace Elements in Human and Animal Nutrition,
Academic Press, 301-364.
Doner, L.W., 2003, Honey, Elsevier Science Ltd, 3125-3130
Eleazu, C.O., Iroaganachi, M., and Okoronkwo, J., 2013, Determination of the
Physico-chemical Composition, Microbial Quality and Free Radical Scavenging
Activities of Some Commercially Sold Honey Samples in Aba, Nigeria: The
Effect of Varying Colors J. Nutr. Food Sci., 3 (2); 189.
Gmez-Daza, D., Navazaa, J.M., and Quintns-Riveiro, L.C. 2009, Effect of
Temperature on the Viscosity of Honey, Int. J. Food Prop., 12 (2); 396404.
Gonzalez-Miret, M.L., Terrab, A., Hernanz, D., Fernandez-Recamales, M.A., and
Heredia, F.J., 2005, Multivariate Correlation Between Color and Mineral
Composition of Honey and Their Botanical Origin, J. Agric. Food Chem., 53;
25742580.
Haas,
E.M.,
2015,
Staying
Healthy
with
Nutrition,
(Online),
(http://www.healthy.net/Health/Article/Vanadium/1812, diakses 17 Maret
2013).
Hafidiana. R., 2006, Inhibisi Aktivitas Invertase Pada Sukrosa dengan Menggunakan
Tembaga Sulfat (CuSO4), Skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Teknologi
Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Hamad, S., 2007, Terapi Madu, Pustaka Iman, Jakarta.
Hariyati, L.F., 2010, Aktivitas Antibakteri Berbagai Jenis Madu Terhadap Mikroba
Pembusuk (Pseudomonas Fluorescens Fncc 0071 dan Pseudomonas Putida
Fncc 0070), Skripsi, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Hurley, L.S., 1976, Manganese and other Trace Elements. In: Present Knowledge
in Nutrition (Nutrition Reviews), Fourth Edition, The Nutrition Foundation,
Inc., New York, Washington.
Inoue, Y., Osawa, T., Matsui, A., Asai, Y., Murakami, Y., Matsui, T., and Yano, H.,
2002, Changes of Serum Mineral Concentration in Horses During Exercise,
Asian Aust. J. Anim. Sci, 15 (4); 531536.
Joshi, S.R., Pechhacker, H., Willam, A., and Von der Ohe, W., 2000, Physicochemical
Characteristics of Apis dorsata, A. cerana and A. mellifera Honey from Chitwan
District, Central Nepal, Apidologie, 31; 367 375.
Jusri, 2014, Karakteristik Batuan Gunungapi Daerah Manipi Kecamatan Sinjai Barat
Kabupaten Sinjai, Prosiding Seminar Nasional Geofisika, Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Kaim, W., and Schwederski, B., 1951, Bioinorganic Chemistry: Inorganic Elements
in the Chemistry of Life, John Wiley & Sons Ltd, New York.
Karaman, T., Buyukunal, S.K., Vurali, A., and Altunatmaz, S.S., 2010,
Physicochemical Properties in Honey from Different Regions of Turkey, Food
Chem., 123; 4144.
Kaya, A., and Belibal, K.B., 2002, Rheology of Solid Gaziantep Pekmez, J. Food
Eng., 54; 221226.
Kementrian Kehutanan, 2013, Statistik Kementrian Kehutanan, Kementrian
Kehutanan RI, Jakarta.
KhaliqurRahman, Muhammadzai, I., Hussain, A., HalimurRahman, and Ali, H., 2014,
Contaminants Analysis of Different Branded and Unbranded Honey of khyber
pukhtounkhwa Pakistan, Life Sci. J., 11 (3); 227-231.
Kk, M., Kolayli, S., Karaoglu, ., Ulusoy, E., Baltac, C., and Candan, F., 2007,
Biological Activities and Chemical Composition of Three Honeys of Different
Types from Anatolia, Food Chem., 100; 526534.
Lestari, L.A., Nisa, F.Z., dan Sudarmanto, S., 2013, Modul Tutorial Analisis Zat Gizi,
Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Mahmud, A., 2008. Pengembangan Lebah Madu Dalam Rangka Gerakan
Pembangunan Masyarakat Di Provinsi Sulawesi Selatan Dinas Kehutanan
Provinsi Sulawesi Selatan, Jurnal Hutan Dan Masyarakat, 3 (1); 1-11.
McDonald, P., Edwards, R.A., and Greenhalgh, J.F.D., 1988, Animal Nutrition, John
Willey and Sons Inc., New York.
Molan, P.C., 1992, The Antibacterial Activity of Honey, Bee World.
Moniruzzaman, M., Chowdhury, M.A.Z., Rahman, M.A., Sulaiman, S.A., and Gan,
S.H., 2014, Determination of Mineral, Trace Element, and Pesticide Levels in
Honey Samples Originating from Different Regions of Malaysia Compared to
Manuka Honey, Biomed Res. Int., 1-9.
Muarip, 2012, Kompleks Kobalt (Co) dan Nikel dalam Tubuh, (online), (http://alchemi.blogspot.com/2012/06/kompleks-kobalt-co-dan-nikel-ni-dalam.html,
diakses 27 Maret 2015).
Mulu, A., Tessema, B., and Derby, F., 2004, In vitro Assesment of The Antimicrobial
Potential of Honey on Common Human Pathogens, Ethiop.J. Health Dev, 18 (2).
Murray, R.K., Granner, D.K., Mayes, P.A., and Rodwell, V.W., 2000, Harpers
Biochemistry, 25 th Edition, McGraw-Hill, Health Profession Division, USA.
Naman, M.F., and El-Adlouni, C., 2005, Microbiological and Physico-chemical
Properties of Moroccan Honey, Int. J.of Agric and Bio, 5; 773-776.
Novandra A., dan Widnyana, I.M., 2013, Peluang pasar produk perlebahan Indonesia,
Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu, Jakarta.
Okochi, V.I., and Okpuzor, J., 2005, Micronutrients as Therapeutic Tools in the
Management of Sickle Cell Disease, Malaria and Diabetes, African J.
Biotechnol., 4 (13); 1568-1579.
Olaitan, P.B., Adeleke, O.E., and Ola, I.O., 2007, Honey: A reservoir for
microorganisms and an inhibitory agent for microbes, African Health Sci., 7;
159165.
Patong, R., 2013, Analisis Kimia Pangan, Dua Satu Press, Makassar.
Qadar, S., 2015, Karakterisasi Madu Mallawa Berdasarkan Parameter Fisika-Kimia
dan Kandungan Mineralnya, Thesis, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Saputra, A.A., 2012, Pembuatan Madu Kering dari Kristal Madu dengan Kasein
Sebagai Bahan Anti Caking, Skripsi, Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Indonesia, Depok.
Sarwono, B., 2001, Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis Lebah Madu, Cetakan
Pertama, Agro Media Pustaka, Jakarta.
Sihombing, D., 1997, Ilmu Ternak Lebah Madu, Gadjah Mada Press, Yogyakarta.
Sihombing, L., 2005, Food Security : Analisis Ketersediaan dan Akses (Studi Kasus
Propinsi Sumatera Utara), Prosiding Seminar Sehari Strategi Penguatan
Ketahanan Pangan, Medan.
Siswandono, dan Soekardjo, 1995, Kimia Medisinal, Airlangga University Press,
Surabaya.
Sofyan, R., 2007, Pengaruh Variabilitas Biologi pada Penentuan Unsur Runutan dalam
Sains Biomedik, Maj. Kedokt. Indon., 57 (1); 16-24.
Spears, J.W., 1999, Revalution of the Metabolic Essensiality of Minerals, Asian Aust.
J. Anim.Sci, 12 (6); 1.0021.008.
Suranto, A., 2007, Terapi Madu, Penebar Plus, Jakarta.
Sutripantri, S., Rasyid, H., Mellawati, J., Yumiarti, S., dan Suwirma, S., 1995, Studi
Tentang Kandungan Logam Berat di Tanah Sawah, Prosiding Pertemuan dan
Presentasi Ilmiah, BATAN, Yogyakarta.
Talpay, B., 1985, Spezifikationen fr Trachthonige. Deutsche Lebensmittel
Rundschau, 81 (5); 148152.
United States Department of Health and Human, 2005, Dietary Guidelines for
Americans, Government Printing Office, Washington DC.
Vanhanen, L.P., Emmertz, A., and Savage, G.P., 2011, Savage Mineral Analysis of
Mono-floral New Zealand Honey, Food Chem., 128; 236240.
Walker, M.J., 1996, What Doctors Dont Tell You, The Wallace Press, London.
White, J.W., 1978, Honey, J. Apicultural Sci., 17; 234238.
Winarno, F.G., 1982, Madu, Teknologi, Khasiat dan Analisis, Ghalia Indonesia,
Jakarta.
Yunus, 2014, Geografis Desa Terasa, (online), (http://id.wikipedia.org/wiki/ Desa _
Terasa,_Sinjai_Barat, diakses 10 Februari 2015).
4. pH dan Keasaman
5 g Sampel
diukur pH madu menggunakan pH-meter
dilarutkan dengan 35 mL akuades dalam erlenmeyer 250 mL
ditambahkan 4-5 tetes indikator PP.
elektroda pH direndam dalam larutan
dititar dengan larutan NaOH 0,1 N sampai titik akhir yang tetap selama 10
detik dan pH-meter menunjukkan pembacaan 8,3
Dicatat volume NaOH
Hasil
Larutan Standar
Blanko
Larutan sampel
- dipipet masing-masing 5 mL
- dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi.
- ditambahkan dengan 6,87 mL larutan Lowry B.
- didiamkan selama 15 menit.
- ditambahkan dengan 0,63 mL larutan Lowry A.
- didiamkan selama 30 menit.
- diukur
absorbannya
spektrofotometer
Data
dengan
menggunakan
Hasil
Lampiran 2. Perhitungan
1. Kadar Air
Berdasarkan Tabel hubungan indeks bias dan kadar air yang terdapat pada SNI
01-3545-2013, maka dibuat grafik regresi untuk menentukan kadar air yang indeks
biasnya tidak tercantum di dalam Tabel.
Kadar Air
25.0000
20.0000
15.0000
Series1
y = -396.1370x + 608.8740
R = 0.9999
10.0000
Linear (Series1)
5.0000
-
1.47
1.48
1.49
1.5
1.51
Indeks Bias
y =-396.1370 x + 608.8740
y = kadar air
x = indeks bias
Sampel EM 1
y = (-396.137 x 1,4839) + 608.874
= 21,0463
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Sampel
EM 1
EM 2
EM 3
CM 1
CM 2
Indeks Bias
1,4839
1,4830
1,4824
1,4655
1,4840
Kadar Air
21,0463
21,4028
21,6405
28,3352
21,0067
Tabel Hubungan Indeks Bias dengan Kadar Air pada Madu (SNI 01-3545-2013)
No.
Indeks bias
1.
2.
3.
4.
5.
1.5044
1.5038
1.5033
1.5028
1.5023
Kadar air
(20 C)
13.0
13.2
13.4
13.6
13.8
No.
Indeks bias
31.
32.
33.
34.
35.
1.4890
1.4885
1.4880
1.4875
1.4870
6.
7.
8.
9.
10
1.5018
1.5012
1.5007
1.5002
1.4997
14.0
14.2
14.4
14.6
14.8
36.
37.
38.
39.
40.
1.4865
1.4860
1.4855
1.4850
1.4845
11.
12.
13.
14.
15.
1.4992
1.4987
1.4982
1.4976
1.4971
15.0
15.2
15.4
15.6
15.8
41.
42.
43.
44.
45.
1.4840
1.4835
1.4830
1.4825
1.4820
16.
17.
18.
19.
20.
1.4966
1.4961
1.4956
1.4951
1.4946
16.0
16.2
16.4
16.6
16.8
46.
47.
48.
49.
50.
1.4815
1.4810
1.4805
1.4800
1.4795
21.
22.
23.
24.
25.
1.4940
1.4935
1.4930
1.4925
1.4920
17.0
17.2
17.4
17.6
17.8
51.
52.
53.
54.
55.
1.4790
1.4785
1.4780
1.4775
1.4770
26.
27.
28.
29.
30.
1.4915
1.4910
1.4905
1.4900
1.4895
18.0
18.2
18.4
18.6
18.8
56.
57.
58.
59.
60.
1.4765
1.4760
1.4755
1.4750
1.4745
61.
1.4740
Kadar air
(20 C)
19.0
19.2
19.4
19.6
19.8
20.0
20.2
20.4
20.6
20.8
21.0
21.2
21.4
21.6
21.8
22.0
22.2
22.4
22.6
22.8
23.0
23.2
23.4
23.6
23.8
24.0
24.2
24.4
24.6
24.8
25.0
a) Nilai untuk 20 C merupakan nilai perhitungan Wedmoris (Bee World 36,197 (1955). Nilai
Sumber
: Badan SNI
Madu
22 % diperoleh
dari 01-3545-2013
FAO/WHO Codex
Committee on Methods of Analysis and Sampling
(1968).
b) Jika nilai indeks bias diukur pada suhu dibawah 20 C tambahkan 0,000023 C pada angka
tabel, bila pengukuran dilakukan pada suhu diatas 20 C, kurangkan 0,00023/ C dari angka
tabel.
2. Kadar Abu
Rumus :
% Kadar Abu =
x 100%
1) Sampel EM 1
% Kadar Abu =
29,3072 - 29,2733
5,0153
x 100%
= 0,6759 %
% Kadar Abu =
34,5873 - 34,5713
5,0026
x 100%
= 0,3198%
Rata-rata
Sampel
0,6759 %+0,3198%
2
= 0,4979 %
b. cawan
kosong
29.2733
34.5713
b. setelah b. sampel
diabukan
29.3072 5.0153
34.5873 5.0026
EM 2
33.9237
44.1183
33.952
44.138
EM 3
44.1275
44.1291
CM 1
CM 2
EM 1
Abu
0.0339
0.016
Kadar
Abu (%)
0.6759
0.3198
Rata-Rata
(%)
0.4979
5.0499
5.0010
0.0283
0.0197
0.5604
0.3939
0.4772
44.1574
44.147
5.0530
5.0669
0.0299
0.0179
0.5917
0.3533
0.4725
33.924
34.5753
33.9651
34.633
5.0160
5.0001
0.0411
0.0577
0.8194
1.1540
0.9867
34.5752
34.5766
34.5993
34.606
5.1069
5.0701
0.0241
0.0294
0.4719
0.5799
0.52589
3. Keasaman
Rumus :
Keasaman =
V NaOH - N NaOH
gram sampel
x 1000
1) Sampel EM 1
Keasaman
1,3 mL x 0,1242
5,1259 g
x 1000
1,9 mL x 0,126
5,2464 g
x 1000
= 45,6313 meq/kg
Rata-rata
Sampel
31,4988 + 45,6313
2
= 38,5651 mEq/kg
Volume
N.
NaOH (mL)
NaOH
1,3
0,1242
1,9
0,126
b. sampel
(gram)
5,1259
5.2464
Keasaman
(meq/kg)
31,4988
45,6313
Rata-Rata
(meq/kg)
38,5651
EM 2
1,8
1,1
0,1242
0,126
5.0422
5.0010
44,3202
26,5945
35,4574
EM 3
1,1
1,5
0,1242
0,1242
5.0299
5.0937
27,1616
36,5746
31,8681
CM 1
0,8
0,9
0,1242
0,1242
5.0611
5.1629
19,6321
21,6506
20,6414
CM 2
0,6
0,5
0,1242
0,1242
5.0115
5.1102
14,8698
13,3283
13,5991
EM 1
4. Kadar Protein
Tabel Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Panjang Gelombang ()
610
620
630
640
Absorbansi
0,165
0,167
0,170
0,168
ABSORBANSI
600
610
620
630
640
650
PANJANG GELOMBANG
Absorbansi
0,016
0,089
0,197
0,268
0,354
0,376
ABSORBANSI
0.45
0.4
0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
y = 3.8086x - 0.0499
R = 0.9779
Series1
Linear (Series1)
0
0.05
0.1
KONSENTRASI
0.15
5. Kadar Lemak
Rumus :
Kadar Lemak =
P x (b - a)
gram sampel
x 100%
Keterangan :
P = pengenceran (10/5) = 2
b = bobot sampel setelah diovenkan
a = bobot kosong
1) Sampel EM 1
Kadar Lemak =
2 x (11,3706 - 11,3698)
3,0403
x 100%
= 0,0526%
Sampel
b. cawan
kosong (gram)
EM 1
11,3698
b. setelah
diovenkan
(gram)
11,3706
b. sampel
(gram)
Kadar
Lemak (%)
3,0403
0,0526
EM 2
11,1957
11,1958
1,5904
0,0126
EM 3
10,0037
10,0039
1,5584
0,0257
CM 1
12,3486
12,3489
1,8128
0,0331
CM 2
11,6786
11,6788
2,8294
0,0141
6. Kadar Karbohidrat
Rumus :
Kadar Karbohidrat
1) Sampel EM 1
Kadar Karbohidrat
Sampel
% Protein
% Lemak
% Abu
% Air
% Karbohidrat
EM 1
0,5877
0,05
0,4979
21,0463
77,8155
EM 2
0,6676
0,01
0,4772
21,4028
77,4398
EM 3
0,4654
0,0257
0,4725
21,6405
77,3959
CM 1
0,5760
0,0331
0,9867
28,3352
70,0690
CM 2
0,4075
0,0141
0,5259
21,0067
78,0458
7. Kalori
Rumus :
Kalori = (9 x %Lemak) + (4 x %Protein) + (4 x %Karbohidrat)
1) Sampel EM 1
Kalori = (9 x 0,05%) + (4 x 0,5877%) + (4 x 77,8155%)
= 314,086 kal.
Sampel
9 x % Protein
4 x % Lemak
4 x % KH
Kalori (kal.)
EM 1
5,2893
0,2
311,262
314,086
EM 2
6,0084
0,04
309,7592
312,543
EM 3
4,1886
0,1028
309,5836
311,676
CM 1
5,184
0,1324
280,276
282,878
CM 2
3,6675
0,0564
312,1832
313,94
8. Energi
Rumus :
Energi = 4,186 x [(9 x %Lemak) + (4 x %Protein) + (4 x %Karbohidrat)]
1) Sampel EM 1
Energi = 4,186 x [(9 x 0,05%) + (4 x 0,5877%) + (4 x 77,8155%)]
= 1314,765 KJ
Sampel
9 x % Protein
4 x % Lemak
4 x % KH
Energi (KJ)
EM 1
5,2893
0,2
311,262
1314,765
EM 2
6,0084
0,04
309,7592
1308,305
EM 3
4,1886
0,1028
309,5836
1304,678
CD 1
5,184
0,1324
280,276
1184,127
CD 2
3,6675
0,0564
312,1832
1314,154
2. Analisis ICP-OES
7. Analisis Protein