Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
Hernia abdominalis adalah penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui suatu defek pada fasia dan muskulopaneurotik dinding perut, baik
secara congenital atau didapat yang memberi jalan keluar pada setiap alat tubuh selain yang bisa melalui dinding tersebut. Lubang itu dapattimbul karena
lubang embrional yang tidak menutup atau melebar, akibat tekanan rongga perut yang meninggi
Penyebab hernia dapat terjadi karena ada sebagian dinding rongga lemah, lemahnya dinding ini mungkin merupakan cacat bawaan atau keadaan yang
didapat setelah lahir. Hernia dapat diawasi pada anggota keluarga misalnya bila ayah menderita hernia bawaan sering terjadi pula pada anaknya. Pada orang
umur lanjut jaringan penyangga melemah sehingga cenderung menderita hernia inguinalis direkta. Pekerjaan angkat berat yang dilakuakan dalam jangka
panjang juga dapat melemahkan dinding perut.
Hernia femoralis lebih umum pada wanita dari pada pria . sedangkan hernia embilikalis pada orang dwwasa lebih umum pada wanita dank arena
peningkatan tekanan abdominal dan ini biasanya terjadi pada klien gemuk dan wanita multipara.
BAB II
TINJAUAN PUTAKA
HERNIA
A. PENGERTIAN
Hernia abdominalis adalah penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui suatu defek pada fasia dan muskulopaneurotik dinding perut, baik
secara congenital atau didapat yang memberi jalan keluar pada setiap alat tubuh selain yang bisa melalui dinding tersebut. Lubang itu dapattimbul karena
lubang embrional yang tidak menutup atau melebar, akibat tekanan rongga perut yang meninggi
Hernia adalah penonjolan isi suatu organ melalui defek pada bagian lemah ( locus minoris) dari dinding rongga tersebut. Hernia adalah penonjolan
peritonium parientale yang berisi viskus melalui bagian yang lemah pada dinding abdomen.
Hernia mengandung unsure yaitu cincin ,kantong, isi hernia. Hernia berdasarkan isinya dibagi menjadi hernia bawaan (congenital) dan hernia didapat
(akuista)
Hernia menurut sifatnya yaitu hernia reponibel yaitu isi bisa keluar masuk dan hernia ireponibel yaitu isi tidak bisa keluar masuk. Hernia ingualis adalah
heria isi perut yang tampak didaerah sela paha ( region ingualis)
B. ETIOLOGI
1. Penyebab hernia dapat terjadi karena ada sebagian didigrongga lemah. Lemahnya dinding ini mungkin merupakan cacat bawaan atau keadaan yang didapa
sesudah lahir, contoh hernia bawaan adalah hernia ompalokel yang terjadi karena sewaktu bayi lahir tali pusatnya tidak segara berobliteral ( menutup) dan
masih terbuka
2. Hernia diafragma, hernia ini dapat diawasi pada anggota keluarga yang menderita hernia bawaan
3. Pada manusia yan berumur lanjut jaringan penyangga makin melemah, manusia umur lanjut lebih cenderung menderita hernia inguinal direkta.
4. Pekerjaan angkat berat yang dilakukan dalam jangka lama juga didapat melemahkan dinding perut
5.
Hernia ingualis adalah congenital dan akuista, pada setiap usia, pria atau wanita, penyebabnya lemahnya daerah annulus inguinalis internus dan daerah
trigonum Hasselbach. Peninggian tekanan intra abdomen otot-otot dinding perut.
C. MANIFESTASI KLINIS
1. Tampak benjolan dilipat paha
2. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit ditempat itu disertai perasaan mual
3. Bila terjadi hernia inguinalis stragulata perasaan sakit akan berambah hebat serta kulit diatasnya menjadi merah dan panas.
4.
Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kadug kencig sehiggga menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria disamping benjolan
dibawah sela paha
5. Hernia diafraga menimblkan persan ski didaerah perut disertai sesak nafas
6. Bila pasien mengejan dan batuk maa benjolan hernia aka bertaba esar
7. Hernia inuials lateralis (indirek) = tonjolan dilipat paha saat mengedan, batuk, bersi, mengangkat berat. Bayi saat menangis, geliasah, perut kembung.
D. PATOFISIOLOGI
Defek pada dinding otot munkin kgenital karena melemahnya jarigan atau ruang luas pada ugamen inguinal atau dapat disebabka oleh tarauma. Tekanan
intra abdominal paling umum meningkat sebagai akaiat dari kehamilan atau kegemukan.Mengangkat berat juga mengakibatkan peningkatan tekanan, seperti
pada batuk dan cedera traumatic karena tekanan timbul. Bila dua faktor ini ada bersama dengan kelemahan otot, individu akan mengalami hernia. Hernia
ngualis indirek terjadi melalui cincin inguinal dan melewati korda spermatikus melelui kanalis inguinalis. Hernia ini dapat menjadi sangat besar dan sering turu
ke skrotum. Hernia inguinalis direk ini melewati didigabdomen diarea kelemahan otot, tidak melalui kanal seperti hernia ingualis dan femoralis indirek. Hernia
ini secara bertahap terjadi pada area yang lemah ini karena defisiensi congenital. Hernia femoralis teraji melalui cincin femoral ini mulai sebagai
penyumbatlemah di kanalis femoralis yang membesar dan secara bertahap menarik peritonim dan hamir tidak dapat dihindari kandung kemih masuk kedalam
kantong. Hernia embilikalis, hernia embilikalis pada orang dewasalebih umum pada wanita dan peningkatan tekanan abdominal. Hernia umbilikalis terjadi
karena kegagalan orifisium umbikal untuk menutup. Bila tekanan dari cincin hernia (cincin dari jaringan otot yang dilalui oleh ferfusi usus) memotong suplai
darah kesegmen hernia dari usus, usus menjadi terstrangulasi. Situasi ini adalah kedaruratan bedah karena kecuali usus terlepas, usus ini dapat menjadi
gangrene karena kekurangan suplai darah.
E. KOMPLIKASI
Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukan kembali. Keadaan ini disebut hernia
ingualis ireponibilis. Pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus. Isi hernia yang tersering menyebabkan keadaan ireponobilitasadalah omentum,
karena sudah meekat pada dinding hernia dan isinya dapat menjadi lebi besar karena infiltrasi lemak. Usus besar lebih sering menyebabkan irenponibilis dari
pada usus halus.
Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus yang masuk. Keadaan ini menyebabkan gangguan isi usus diikuti dengan
gangguan vascular (proses strangulasi) .Keadaan ini disebut hernia stranggulata.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Sinar X abdomen menunjukan abnormalnya kadar gas dalam usus/ obtrusi usus.
2. Hitung darah lengkap dan serum elektroloit dapat menunjukan hemokonstrasi (peningkatan hematrokit), peningkatkan sel darah putih dan ketidakseimbangan
elektrolit
G. PENATALAKSANAAN
Pada hernia inguinalis repobilis dan ireponibilis dilakukan tindakan bedah efektif karena dilakukan terjadinya komplikasi, sebaliknya bila telah terjadi
proses strangulasi tindakan bedah harus dilakukan secepat mungkin sebelum terjadinya nekrosis usus.
Prinsip terapi operatif pada hernia inguinalis
Untuk memperoleh keberhasilan maka faktor-faktor yang menimbulkan terjadinya hernia harus dicari dan diperbaikai (batuk kronik, prostate, tumor.
Asites) dan defek yang ada direkonstruksi dan diaproksimasi tanpa tegangan
Sakus hernia indirek harus diisolasi, dipisahkan dari peritonium dan diligasii. Pada bayi dan anak-anak yang mempunyai anatomi inguinal normal repair
hanya terbatas pada ligasi tinggi, memisahkan sakus, dan mengecilkan cincin keukuran yang semestinya. Pada kebanyakan hernia orang dewasa dasar
inguinal juga harus direkonstrusi. Cincin inguinal juga dikecilkan. Pada wanita, cincin inguinal dapat ditutyp total untuk mencegah rekurenasi dari
tempat yang sama.
Hernia rekuren yang terjadi dalam beberapa bulan atau setahun biasanya menunjukkan adanya repair yang tidak adekuat. Sedangkan rekuren yang
terjadi setelah dua tahun atau lebih cenderun g disebabkan oleh timbulnya kelemahan yang progresif pada vasia pasien. Rekurensi berulang setelah
repair berhati-hati yang dilakukan oleh seorang ahli menunjukkan adanya defek dalam sintesis kolagen.
Tindakan bedah pada hernia adalah herniotomi dan herniorafi. Pada bedah elektif, kanalis dibuka, isi hernia dimasukkan, kantong diikat, dan dilakukan
basiniplasty atau teknik yang lain untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
Pada bedah darurat, prinsipnya hampir sama dengan bedah elektif. Cincin hernia langsung dicari dan dipitong. Usus halus dilihat vital atau tidak. Bila
vital dikembalikan kerongga perut, sedangkan bila tidak, dilakukan reseksi dan anastomosis end to end. Untuk fasilitas dan keahlian terbatas, setelah cincin
hernia dipotong dan usus dinyatakan vital langsung tutyp kulit dan dirujuk kerumah sakit dengan fasilitas lebih lengkap.
BAB III
PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Riwayat kesehatan mencakup suatu pengkajian tentang reaksi pasien terhadap diagnosa dan kemampuannya untuk mengatasi situasi tersebut. Pertanyaan
yang berhubungan dengan pengkajian mencakup:
1. Bagaimana pasien berespon terhadap diagnosa?
2. Mekanisme koping apa yang pasien temikan paling membantu?
3. Dukungan psikologis atau emosional apa yang ia gunakan?
4. Apakah ada pasangan, anggota keluarga atau teman untuk membantu pemilihan pengobatan?
5. Informasi penting yang pasien butuhkan?
6. Apakah pasien mengalami ketidaknyamanan?
B. Pemeriksaan fisik
Adanya:
Pemerksaan penunjang
C. Pemeriksaan diagnostic
Sinar X abdomen menunjukan abnormalnya kadar gas dalam usus/ obtrusi usus.
Hitung darah lengkap dan serum elektroloit dapat menunjukan hemokonstrasi (peningkatan hematrokit), peningkatkan sel darah putih dan ketidakseimbangan
elektrolit
D. Masalah Keperawatan
1. Nyeri
2. Resiko kekurangan volume cairan
3. Resiko infeksi
4. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
5. Ansietas
6. Pola nafas tidak efektif
7. Intoleran aktifitas
E. Diagnosa Keperawatan
F. Intervensi Keperawatan
1. Dx 1 : Nyeri akut berhubungan dengan insisi pembedahan
- Selidiki keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0-10) dan faktor pemberat atau penghilang
- Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri segera saat memulai
- Pantau TTV
- Kaji insisi bedah, perhatikan edema, perubahan konter luka (pembentukan hematoma) atau inflamasi mengeringnya tepi luka.
- Berikan tindakan kenyamanan, missal gosokan punggung, pembebatan insisi selama perubahan posisi dan latihan batuk atau bernafas, ligkungan tenang.
- Berikan analgetik sesuai terapi
2.
Pantau TTV
Observasi terhadap tanda dan gejala peritonotas misal : demam, peningkatan nyeri
Dx4 : Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan mencerna makanan
-
Tinjau faktor-faktor individual yang mempengaruhi kemampuan untuk mencerna atau makan makaanan misal status puasa, mual
Identifikasi kesukaana atau ketidaksukaan diet dari pasien. Anjurkan pilih makanan tingi protein dan vitamin c
Awasi respon fisiologis, misal takipnea, palpitasi, pusing, sakit kepala, sensasi kesemutan.
Doronhg orang terdekat tinggal dengan pasien berespon tanda panggilan dangan cepat, gunakan sentuhan dan kontak mata dengan cepat
Kaji frekuensi kedalaman pernapasan dan ekspansi dada catat upaya pernapasan, termasuk penggunaan otot
Auskultasi bunyi napas dan catat adanya bunyi napas adventisiut seperti krekels, mengi, gesekan plurtal
Tingkatkan kepala dan Bantu mengubah posisi, bangunkan pasien turun tempat tidur dan ambuasi sesegera mungkit
Tingkatkan tirah baring atau duduk. Berikan lingkungan tenang batasi pengunjung sesuai keperluan
Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, Bantu melakukan latihan rentan, gerak sendi pasif atau aktif
Dorong penggunaan tekni manajemen stress contoh bimbingan imajinasi. Berikan aktivitas hiburan yang tepat contoh menonton TV, radio, membaca
BAB IV
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan di Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, Jawa Tengah.
Hari/Tanggal Pengkajian
1. Identitas/Biodata
a.
Identitas Pasien
Nama
: Tn S
Umur
: 50 Tahun
: Swasta
: Kristen
Pendidikan
: SMP
Alamat
: Karangnongko, Klaten
Status
: Kawin
Kewarganegaraan
: Indonesia
Diagnosa Medis
Tanggal Operasi
: 13 Agustus 2008
: Ny S
Umur
: 45 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Kristen
Alamat
: Karangnongko, Klaten
Status
: Kawin
Kewarganegaraan
: Indonesia
: Istri
2. Riwayat kesehatan
a.
Keluhan utama
Pasien mengatakan di lipat paha sebelah kanan ada benjolan dan terasa nyeri.
Genogram
Sebelum sakit : Pasien mengatakan dalam kesehariannya merokok dalam sehari kurang lebih 5 batang, pasien tidak alergi terhadap jenis obat-obatan dan makanan
ataupun minuman. Pasien memeriksakan ke Puskesmas terdekat jika salah satu anggota keluarganya ada yang sakit.
Selama sakit : Pasien tidak merokok.
b. Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit : Pasien mengatakan dalam kesehariannya ia mampu melaksanakan perawatan diri sehari-hari (ADLs) seperti mandi, berpakaian, makan dan minum,
eliminasi, mobilisasi, pindah, dengan mandiri tanpa bantuan orang lain.
Selama sakit : Dalam melaksanakan aktivitas atau perawatan diri (ADLs) pasien tidak ada masalah (mampu sendiri).
c.
Sebelum sakit : Pasien tidur setiap hari dengan frekuensi 8 jam setiap harinya, tidak mengalami gangguan tidur seperti insomnia, terkadang tidur siang.
Selama sakit : Pola tidur dan istirahat selama sakit tidak ada masalah.
Pola eliminasi
Sebelum sakit : Pasien BAB 2 x sehari, dengan konsistensi lunak dan warna kuning, BAK dengan frekuensi 4 5 x sehari warna jernih.
Selama sakit : BAB dan BAK lancer, tidak mengalami masalah.
f.
Sebelum sakit : Pasien mengatakan dalam kesehariannya pasien mudah bergaul dengan masyarakat sekitar dengan menggunakan bahasa jawa, tidak mengalami
gangguan pendengaran maupun penglihatan.
Selama sakit : Selama proses anamnesis pasien dapat menjawab pertanyaan dengan baik dengan bahasa indonesia, konjungtiva tidak anemis, mukosa bibir kering,
tidak ikterik, , pasien dapat mengidentifikasikan bau dengan baik.
g. Pola konsep diri
Sebelum sakit : Pasien berperan sebagai kepala rumah tangga dan menjalankan perannya dengan baik.
Selama sakit : Selama menjalani rawat inap pasien tidak dapat menjalankan tugas dan perannya dengan maksimal.
h. Pola koping
Sebelum sakit : Pasien berperan sebagai kepala rumah tangga dan menjalankan perannya dengan baik
Selama sakit : Pasien mengatakan bahwa ia dapat menerima kenyataan ini, pasien sedikit cemas dan gelisah serta tidak nyaman karena harus tinggal di Rumah
Sakit.
i.
Sebelum sakit : Pasien berperan dalam keluarganya sebagai kepala rumah tangga yang baik.
Selama sakit : Pasien terpaksa tidak dapat menjalankan perannya dikarenakan sedang sakit.
Data Umum
Kesadaran
: Composmentis
Keadaan Umum
: Sedang
Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah
: 140/80mmHg
Tekanan Nadi
88 x/menit
Respirasi
: 20 x/menit
peksi
: Simetris, retraksi dinding dadatidak ada, penggunaan alat bantu pernafasan tidak ada
pasi
ultasi : Vesikuler
kusi
: Sonor.
4) Abdomen
peksi
skultasi : -.
kusi
: Tympani
pasi
: Tidak ada pembesaran organ-organ intra abdomen, tidak ada nyeri tekan.
5) Ekstremitas atas/bawah
tas
: Simetris, kuku merah jambu, pendek, bersih, tidak ada keterbatasan gerak
awah : Simetris, kuku merah jambu, pendek, bersih, tidak ada keterbatasan gerak
6) Genitalia
Genitala normal, tidak ada masalah.
yektif : Pasien mengatakan nyeri pada lipat paha sebelah kanan dan terdapat benjolan, pasien mengatakan sangat gugup dan selalu menanyakan bagaimana rasanya
yektif
: Composmentis
= 140/90 mmHg
N = 88 x/menit
R
= 20 x/menit
Berat badan 65 kg
Problem
Nyeri akut
(prosedur
pembedahan)
= C
= 20 x/menit
N = 88 x/menit
Ekstremitas teraba dingin
Ekspresi wajah tegang, gelisah,
sering bangun dan tidur lagi
2. Intra Operasi
No
1DS : -
Etiologi
Prosedur invasif
Problem
Resiko
DO :
(prosedur
infeksi
Regional Anestesi
pembedahan)
Kesadaran : Komposmentis
Area operasi on steril
Panjang luka insisi 4 cm
Kedalaman 4 lapis
2DS : -
Perdarahan
Resiko
DO :
kurang
Terpasang infus
volume
cairan
3. Post Operasi
No
Sign and Symptom
Etiologi
1DS : Pasien mengatakan nyeri pada Agen cidera fisik
area luka operasi dan kakinya (pembedahan)
terasa berat atau kesemutan
Problem
Nyeri akut
DO : KU = lemah
Kesadaran = composmentis
Luka operasi terbalut
Pasien terlihat meringis kesakitan
2DS : Pasien mengatakan nyeri pada Prosedur
area luka operasi
pembedahan
Kerusakan
integritas
DO : KU = lemah
kulit
Kesadaran = composmentis
akibat
pembedah
an
Ekstremitas lembab
Prioritas Masalah
1. Pre Operasi
a.
C. Diagnosa keperawatan
e Operasi
a.
Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi ditandai dengan pasien mengatakan di lipat paha bagian kanan terdapat benjolan dan terasa nyeri.
b.
Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan (prosedur pembedahan) ditandai dengan pasien mengatakan sangat gugup dan selalu menanyakan
bagaimana rasanya dioperasi. Dengan data obyektif:
Kesadaran composmentis
KU = Baik
TD = 140/90 mmHg
S
= C
= 20 x/menit
N = 88 x/menit
Ekstremitas teraba dingin
Ekspresi wajah tegang, gelisah, sering bangun dan tidur lagi
Intra Operasi
a.
st Operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (pembedahan)
b. Kerusakan integritas kulit akibat pembedahan berhubungan dengan prosedur pembedahan
D. Intervensi
Pre Operasi
No. Dx
1
NOC
NIC
Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri :
keperawatan selama 1x30 a. Lakukan pengkajian nyeri
Paraf
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Intra Operasi
No. Dx
1
NOC
NIC
Setelah dilakukan tindakan Manajemen cairan :
keperawatan selama 1x60 a. Pertahankan catatan output
menit diharapkan mampu
dan intake yang akurat
mengurangi/menghindari b. Pasang urin kateter
resiko terjadinya
c. Monitor status hidrasi
perdarahan dan kekurangand. Monitor hasil laboratorium
volume cairan dengan
yang sesuai dengan retensi urin
kriteria hasil:
e. Monitor status hemodinamik
Tidak terjadi perdarahan
f. Monitor vital sign
Tidak terjadi hipoksia
g. Lakukan terapi IV
h. Monitor status nutrisi
i. Monitor respon klien terhadap
terapi elektrolit
j. Kolaborasi dengan dokter jika
tanda cairan memburuk
Paraf
Post Operasi
No. Dx
1
NOC
NIC
Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri :
keperawatan selama 1x30 a. Monitor TTV
menit diharapkan pasien b. Monitor kesadaran
mampu mengontrol nyeri c. Lakukan penilaian aldrate skor
dan meningkatkan
d. Hitung tetesan infuse
kenyamanan dengan
e. Lakukan pengkajian nyeri
kriteria hasil:
secara komprehensif termasuk
Melaporkan frekuensi dan lokasi,
karakter,
durasi,
Paraf
lamanya nyeri
Mengenal faktor penyebab
Nyeri terkontrol
f.
g.
h.
i.
j.
k.
2
E. Implementasi
Pre Operasi
No. Dx
Implementasi
Evaluasi
1
a. Melakukan pengkajian
S : Pasien mengatakan masih
nyeri secara komprehensif merasakan nyeri pada lipat
termasuk lokasi, karakter,
paha sebelah kanan sifat nyeri
durasi, frekuensi, kualitas
seperti ditusuk-tusuk dan
Paraf
a. Menggunakan pendekatan
yang menenangkan
b. Menjelaskan semua
prosedur dan apa yang
dirasakan selama prosedur
c. Memberikan informasi
yang factual tentang
diagnosis dan tindakan
prognosis
d. Mendengarkan dengan
penuh perhatian
e. Mengidentifikasi tingkat
kecemasan
f. Memberikan posisi yang
nyaman
g. Memotivasi klien
h. Memonitor TTV
i. Menginstruksikan pasien
Paraf
Post Operasi
No. Dx
Implementasi
Evaluasi
Paraf
2
3
a. Memonitor TTV
S : Pasien mengatakan luka
b. Memonitor kesadaran
operasinya masih terasa nyeri
c. Melakukan penilaian
dan kakinya susah di
aldrate skor
angkat/kesemutan.
d. Menghitung tetesan infuseO : General anestesi
e. Melakukan pengkajian
Kesadaran = CM
nyeri secara komprehensif KU = lemah
termasuk lokasi, karakter,
Tampak balutan diarea operasi
durasi, frekuensi, kualitasA : Masalah teratasi sebagian
dan faktor presipitasi
P : Lanjutkan intervensi
f. Mengobservasi reaksi
nonverbal
g. Mengevaluasi pengalaman
nyeri masa lampau
h. Memberi informasi yang
akurat untuk mengurangi
rasa nyeri
i. Mengajarkan tehnik
distraksi relaksasi
j. Mengecek riwayat alergi
k. Mengevaluasi efek, tanda
dan gejala aktivitas
analgesic
a. Menganjurkan pasien
S : Pasien mengatakan luka
untuk menggunakan
operasinya masih terasa nyeri
pakaian longgar
dan kakinya susah di
b. Menghindari kerutan pada angkat/kesemutan.
tempat tidur
O : - Adanya luka operasi
c. Menjaga kebersihan kulir
-Tampak balutan diarea
agar tetap bersih dan
operasi dan heacting pada area
kering
operasi
d. Memonitor kulit akan A : Masalah teratasi sebagian
adanya kemerahan
P : Lanjutkan intervensi
e. Memonitor aktivitas
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Jual, 2000. Diagnosa Keperawatan. EGC : Jakarta
Diagnosa Keperawatan NANDA NIC NOC
Doenges, E. Marilynn et.al, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. . Edisi 3, Katalog
Dalam Terbitan (KTD). EGC : Jakarta
Jhonsen Marrion, (2000). Nursing Outcomes Classification, Philadelpia.
Karlina, Ina, 2004. Hand Out Medical Bedah. SSG : Yogyakarta
Manjoer Arif, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ketiga, jilid I. Media Aesculapius FKUI, Jakarta.
Mc Closkey, Joanne C, (1996). Nursing Intervention Classification, Second Edition, Philadelpia
Santoso, Budi, 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Prima Medika
Smeltzer C, Suzanne et.al, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah: Brunner & Suddart Vol 1, Edisi 8. EGC : Jakarta