Vous êtes sur la page 1sur 29

Keperawatan

Jumat, 28 Februari 2014


Hernia Bedah

BAB I
PENDAHULUAN

Hernia abdominalis adalah penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui suatu defek pada fasia dan muskulopaneurotik dinding perut, baik
secara congenital atau didapat yang memberi jalan keluar pada setiap alat tubuh selain yang bisa melalui dinding tersebut. Lubang itu dapattimbul karena
lubang embrional yang tidak menutup atau melebar, akibat tekanan rongga perut yang meninggi
Penyebab hernia dapat terjadi karena ada sebagian dinding rongga lemah, lemahnya dinding ini mungkin merupakan cacat bawaan atau keadaan yang
didapat setelah lahir. Hernia dapat diawasi pada anggota keluarga misalnya bila ayah menderita hernia bawaan sering terjadi pula pada anaknya. Pada orang
umur lanjut jaringan penyangga melemah sehingga cenderung menderita hernia inguinalis direkta. Pekerjaan angkat berat yang dilakuakan dalam jangka
panjang juga dapat melemahkan dinding perut.
Hernia femoralis lebih umum pada wanita dari pada pria . sedangkan hernia embilikalis pada orang dwwasa lebih umum pada wanita dank arena
peningkatan tekanan abdominal dan ini biasanya terjadi pada klien gemuk dan wanita multipara.

BAB II
TINJAUAN PUTAKA
HERNIA

A. PENGERTIAN
Hernia abdominalis adalah penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui suatu defek pada fasia dan muskulopaneurotik dinding perut, baik
secara congenital atau didapat yang memberi jalan keluar pada setiap alat tubuh selain yang bisa melalui dinding tersebut. Lubang itu dapattimbul karena
lubang embrional yang tidak menutup atau melebar, akibat tekanan rongga perut yang meninggi
Hernia adalah penonjolan isi suatu organ melalui defek pada bagian lemah ( locus minoris) dari dinding rongga tersebut. Hernia adalah penonjolan
peritonium parientale yang berisi viskus melalui bagian yang lemah pada dinding abdomen.
Hernia mengandung unsure yaitu cincin ,kantong, isi hernia. Hernia berdasarkan isinya dibagi menjadi hernia bawaan (congenital) dan hernia didapat
(akuista)
Hernia menurut sifatnya yaitu hernia reponibel yaitu isi bisa keluar masuk dan hernia ireponibel yaitu isi tidak bisa keluar masuk. Hernia ingualis adalah
heria isi perut yang tampak didaerah sela paha ( region ingualis)

B. ETIOLOGI
1. Penyebab hernia dapat terjadi karena ada sebagian didigrongga lemah. Lemahnya dinding ini mungkin merupakan cacat bawaan atau keadaan yang didapa
sesudah lahir, contoh hernia bawaan adalah hernia ompalokel yang terjadi karena sewaktu bayi lahir tali pusatnya tidak segara berobliteral ( menutup) dan
masih terbuka

2. Hernia diafragma, hernia ini dapat diawasi pada anggota keluarga yang menderita hernia bawaan
3. Pada manusia yan berumur lanjut jaringan penyangga makin melemah, manusia umur lanjut lebih cenderung menderita hernia inguinal direkta.
4. Pekerjaan angkat berat yang dilakukan dalam jangka lama juga didapat melemahkan dinding perut
5.

Hernia ingualis adalah congenital dan akuista, pada setiap usia, pria atau wanita, penyebabnya lemahnya daerah annulus inguinalis internus dan daerah
trigonum Hasselbach. Peninggian tekanan intra abdomen otot-otot dinding perut.

C. MANIFESTASI KLINIS
1. Tampak benjolan dilipat paha
2. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit ditempat itu disertai perasaan mual
3. Bila terjadi hernia inguinalis stragulata perasaan sakit akan berambah hebat serta kulit diatasnya menjadi merah dan panas.
4.

Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kadug kencig sehiggga menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria disamping benjolan
dibawah sela paha

5. Hernia diafraga menimblkan persan ski didaerah perut disertai sesak nafas
6. Bila pasien mengejan dan batuk maa benjolan hernia aka bertaba esar
7. Hernia inuials lateralis (indirek) = tonjolan dilipat paha saat mengedan, batuk, bersi, mengangkat berat. Bayi saat menangis, geliasah, perut kembung.

D. PATOFISIOLOGI
Defek pada dinding otot munkin kgenital karena melemahnya jarigan atau ruang luas pada ugamen inguinal atau dapat disebabka oleh tarauma. Tekanan
intra abdominal paling umum meningkat sebagai akaiat dari kehamilan atau kegemukan.Mengangkat berat juga mengakibatkan peningkatan tekanan, seperti

pada batuk dan cedera traumatic karena tekanan timbul. Bila dua faktor ini ada bersama dengan kelemahan otot, individu akan mengalami hernia. Hernia
ngualis indirek terjadi melalui cincin inguinal dan melewati korda spermatikus melelui kanalis inguinalis. Hernia ini dapat menjadi sangat besar dan sering turu
ke skrotum. Hernia inguinalis direk ini melewati didigabdomen diarea kelemahan otot, tidak melalui kanal seperti hernia ingualis dan femoralis indirek. Hernia
ini secara bertahap terjadi pada area yang lemah ini karena defisiensi congenital. Hernia femoralis teraji melalui cincin femoral ini mulai sebagai
penyumbatlemah di kanalis femoralis yang membesar dan secara bertahap menarik peritonim dan hamir tidak dapat dihindari kandung kemih masuk kedalam
kantong. Hernia embilikalis, hernia embilikalis pada orang dewasalebih umum pada wanita dan peningkatan tekanan abdominal. Hernia umbilikalis terjadi
karena kegagalan orifisium umbikal untuk menutup. Bila tekanan dari cincin hernia (cincin dari jaringan otot yang dilalui oleh ferfusi usus) memotong suplai
darah kesegmen hernia dari usus, usus menjadi terstrangulasi. Situasi ini adalah kedaruratan bedah karena kecuali usus terlepas, usus ini dapat menjadi
gangrene karena kekurangan suplai darah.

E. KOMPLIKASI
Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukan kembali. Keadaan ini disebut hernia
ingualis ireponibilis. Pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus. Isi hernia yang tersering menyebabkan keadaan ireponobilitasadalah omentum,
karena sudah meekat pada dinding hernia dan isinya dapat menjadi lebi besar karena infiltrasi lemak. Usus besar lebih sering menyebabkan irenponibilis dari
pada usus halus.
Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus yang masuk. Keadaan ini menyebabkan gangguan isi usus diikuti dengan
gangguan vascular (proses strangulasi) .Keadaan ini disebut hernia stranggulata.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Sinar X abdomen menunjukan abnormalnya kadar gas dalam usus/ obtrusi usus.

2. Hitung darah lengkap dan serum elektroloit dapat menunjukan hemokonstrasi (peningkatan hematrokit), peningkatkan sel darah putih dan ketidakseimbangan
elektrolit

G. PENATALAKSANAAN
Pada hernia inguinalis repobilis dan ireponibilis dilakukan tindakan bedah efektif karena dilakukan terjadinya komplikasi, sebaliknya bila telah terjadi
proses strangulasi tindakan bedah harus dilakukan secepat mungkin sebelum terjadinya nekrosis usus.
Prinsip terapi operatif pada hernia inguinalis

Untuk memperoleh keberhasilan maka faktor-faktor yang menimbulkan terjadinya hernia harus dicari dan diperbaikai (batuk kronik, prostate, tumor.
Asites) dan defek yang ada direkonstruksi dan diaproksimasi tanpa tegangan

Sakus hernia indirek harus diisolasi, dipisahkan dari peritonium dan diligasii. Pada bayi dan anak-anak yang mempunyai anatomi inguinal normal repair
hanya terbatas pada ligasi tinggi, memisahkan sakus, dan mengecilkan cincin keukuran yang semestinya. Pada kebanyakan hernia orang dewasa dasar
inguinal juga harus direkonstrusi. Cincin inguinal juga dikecilkan. Pada wanita, cincin inguinal dapat ditutyp total untuk mencegah rekurenasi dari
tempat yang sama.

Hernia rekuren yang terjadi dalam beberapa bulan atau setahun biasanya menunjukkan adanya repair yang tidak adekuat. Sedangkan rekuren yang
terjadi setelah dua tahun atau lebih cenderun g disebabkan oleh timbulnya kelemahan yang progresif pada vasia pasien. Rekurensi berulang setelah
repair berhati-hati yang dilakukan oleh seorang ahli menunjukkan adanya defek dalam sintesis kolagen.

Tindakan bedah pada hernia adalah herniotomi dan herniorafi. Pada bedah elektif, kanalis dibuka, isi hernia dimasukkan, kantong diikat, dan dilakukan
basiniplasty atau teknik yang lain untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
Pada bedah darurat, prinsipnya hampir sama dengan bedah elektif. Cincin hernia langsung dicari dan dipitong. Usus halus dilihat vital atau tidak. Bila
vital dikembalikan kerongga perut, sedangkan bila tidak, dilakukan reseksi dan anastomosis end to end. Untuk fasilitas dan keahlian terbatas, setelah cincin
hernia dipotong dan usus dinyatakan vital langsung tutyp kulit dan dirujuk kerumah sakit dengan fasilitas lebih lengkap.

BAB III
PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Riwayat kesehatan mencakup suatu pengkajian tentang reaksi pasien terhadap diagnosa dan kemampuannya untuk mengatasi situasi tersebut. Pertanyaan
yang berhubungan dengan pengkajian mencakup:
1. Bagaimana pasien berespon terhadap diagnosa?
2. Mekanisme koping apa yang pasien temikan paling membantu?
3. Dukungan psikologis atau emosional apa yang ia gunakan?
4. Apakah ada pasangan, anggota keluarga atau teman untuk membantu pemilihan pengobatan?
5. Informasi penting yang pasien butuhkan?
6. Apakah pasien mengalami ketidaknyamanan?

B. Pemeriksaan fisik
Adanya:

Benjolan disertai nyeri di daerah lipat paha kanan

Pemerksaan penunjang

C. Pemeriksaan diagnostic

Sinar X abdomen menunjukan abnormalnya kadar gas dalam usus/ obtrusi usus.

Hitung darah lengkap dan serum elektroloit dapat menunjukan hemokonstrasi (peningkatan hematrokit), peningkatkan sel darah putih dan ketidakseimbangan
elektrolit

D. Masalah Keperawatan
1. Nyeri
2. Resiko kekurangan volume cairan
3. Resiko infeksi
4. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
5. Ansietas
6. Pola nafas tidak efektif
7. Intoleran aktifitas

E. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan insisi pembedahan


2. Resiko kekurangan volume cairan b/d hemoragi
3. Resiko infeksi b/d ketidakadekuatan terhadap pertahanan primer
4. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan mencerna makanan
5. Ansietas b/d status kesehatan
6. Pola nafas tidak efektif b/d ekspansi paru
7. Intoleran aktifitas b/d kelemahan umum

F. Intervensi Keperawatan
1. Dx 1 : Nyeri akut berhubungan dengan insisi pembedahan
- Selidiki keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0-10) dan faktor pemberat atau penghilang
- Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri segera saat memulai
- Pantau TTV

- Kaji insisi bedah, perhatikan edema, perubahan konter luka (pembentukan hematoma) atau inflamasi mengeringnya tepi luka.
- Berikan tindakan kenyamanan, missal gosokan punggung, pembebatan insisi selama perubahan posisi dan latihan batuk atau bernafas, ligkungan tenang.
- Berikan analgetik sesuai terapi
2.

Dx 2 : Resiko kekurangan volume cairan b/d hemoragi


- Pantau TTV dengan sering perhatikan peningkatan nadi, perubahan tekanan darah, ketakutan atau periksa balutan dan luka dengan sering selama 24 jam
terhadap tanda-tanda darah merah terang atua bengkak insisi berlebihan
- Palpasi nadi perifer evaluasi turgor kulit, status membrane mukosa
- Perhatikan adanya edema
- Pantau masukan dan haluran (mencakup semua sumber : missal selang, diare ), haluran urin.
- Pantau suhu
- Pantau ulang penyebab pembedahan dan kemungkinan efek samping pada keseimbangan cairan
- Berikan cairan, darah, albumin, elektrolit sesuai indikasi.

3. Dx3 : Resiko infeksi b/d ketidakadekuatan terhadap pertahanan primer


-

Pantau TTV

Perhatikan peningkatan sushu

Observasi penyatuan luka, karakter drainase, adanya inflamasi,

Observasi terhadap tanda dan gejala peritonotas misal : demam, peningkatan nyeri

Pertahannkan perawatan luka aseptic, pertahankan baklutan kering

Berikan obat-obat sesuai indikasi

Dx4 : Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan mencerna makanan
-

Tinjau faktor-faktor individual yang mempengaruhi kemampuan untuk mencerna atau makan makaanan misal status puasa, mual

Auskultasi bising usus, palpasi abdomen

Identifikasi kesukaana atau ketidaksukaan diet dari pasien. Anjurkan pilih makanan tingi protein dan vitamin c

Berikan vcairan IU, misal albumin, lipid, elektrolit.

5. Dx5 : Ansietas b/d status kesehatan


-

Awasi respon fisiologis, misal takipnea, palpitasi, pusing, sakit kepala, sensasi kesemutan.

Dorong pernyataan takut dan ansietas, beri umpan balik.

Berikan informasi akurat nyata tentang apa yang dilakukan

Doronhg orang terdekat tinggal dengan pasien berespon tanda panggilan dangan cepat, gunakan sentuhan dan kontak mata dengan cepat

Tunjukan teknik relaksasi contoh latihan nafas dalam bimbingan imajinasi

6. Dx6 : Pola nafas tidak efektif b/d ekspansi paru


-

Kaji frekuensi kedalaman pernapasan dan ekspansi dada catat upaya pernapasan, termasuk penggunaan otot

Auskultasi bunyi napas dan catat adanya bunyi napas adventisiut seperti krekels, mengi, gesekan plurtal

Tingkatkan kepala dan Bantu mengubah posisi, bangunkan pasien turun tempat tidur dan ambuasi sesegera mungkit

Bantupasien mengatasi takut atau ansietas

Berikan oksigenasi tambahan

7. Dx7 : Intoleran aktifitas b/d kelemahan umum


-

Tingkatkan tirah baring atau duduk. Berikan lingkungan tenang batasi pengunjung sesuai keperluan

Ubah posisi dengan sering. Berikan perawatan kulit yang baik

Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, Bantu melakukan latihan rentan, gerak sendi pasif atau aktif

Dorong penggunaan tekni manajemen stress contoh bimbingan imajinasi. Berikan aktivitas hiburan yang tepat contoh menonton TV, radio, membaca

Berikan obat sesuai indikasi

BAB IV

TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan di Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, Jawa Tengah.
Hari/Tanggal Pengkajian

: Rabu, 13 Agustus 2008, Pukul 10.00 WIB

1. Identitas/Biodata
a.

Identitas Pasien
Nama

: Tn S

Umur

: 50 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki


Pekerjaan
Agama

: Swasta
: Kristen

Pendidikan

: SMP

Alamat

: Karangnongko, Klaten

Status

: Kawin

Kewarganegaraan

: Indonesia

Diagnosa Medis

: Hernia Inguinalis Lateral Dextra

Tanggal Operasi

: 13 Agustus 2008

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama

: Ny S

Umur

: 45 Tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Kristen

Alamat

: Karangnongko, Klaten

Status

: Kawin

Kewarganegaraan

: Indonesia

Hubungan dengan pasien

: Istri

2. Riwayat kesehatan
a.

Keluhan utama
Pasien mengatakan di lipat paha sebelah kanan ada benjolan dan terasa nyeri.

b. Riwayat kesehatan sekarang


Pasien mengatakan terdapat benjolan di lipat paha kanan kurang lebih 5 bulan yang lalu dan teras nyeri kaki kanan 1 minggu yang lalu.
c.

Riwayat kesehatan dahulu


Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah mempunyai penyakit yang serius dan belum pernah menjalani operasi.

d. Riwayat kesehatan keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit menular. Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama dengan pasien.
e.

Genogram

3. Pola fungsi kesehatan menurut Gordon


a.

Persepsi terhadap kesehatan manajemen kesehatan

Sebelum sakit : Pasien mengatakan dalam kesehariannya merokok dalam sehari kurang lebih 5 batang, pasien tidak alergi terhadap jenis obat-obatan dan makanan
ataupun minuman. Pasien memeriksakan ke Puskesmas terdekat jika salah satu anggota keluarganya ada yang sakit.
Selama sakit : Pasien tidak merokok.
b. Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit : Pasien mengatakan dalam kesehariannya ia mampu melaksanakan perawatan diri sehari-hari (ADLs) seperti mandi, berpakaian, makan dan minum,
eliminasi, mobilisasi, pindah, dengan mandiri tanpa bantuan orang lain.
Selama sakit : Dalam melaksanakan aktivitas atau perawatan diri (ADLs) pasien tidak ada masalah (mampu sendiri).
c.

Pola istirahat tidur

Sebelum sakit : Pasien tidur setiap hari dengan frekuensi 8 jam setiap harinya, tidak mengalami gangguan tidur seperti insomnia, terkadang tidur siang.
Selama sakit : Pola tidur dan istirahat selama sakit tidak ada masalah.

d. Pola nutrisi metabolik


Sebelum sakit : Pasien makan 3 x sehari dengan menu makanan nasi, lauk pauk, sayur, dan buah. Minum 6-8 gelas per hari. Tidak alergi terhadap jenis makanan
atau minuman tertentu.
Selama sakit : Nafsu makan pasien tidak ada masalah
e.

Pola eliminasi

Sebelum sakit : Pasien BAB 2 x sehari, dengan konsistensi lunak dan warna kuning, BAK dengan frekuensi 4 5 x sehari warna jernih.
Selama sakit : BAB dan BAK lancer, tidak mengalami masalah.
f.

Pola kognitif perceptual

Sebelum sakit : Pasien mengatakan dalam kesehariannya pasien mudah bergaul dengan masyarakat sekitar dengan menggunakan bahasa jawa, tidak mengalami
gangguan pendengaran maupun penglihatan.
Selama sakit : Selama proses anamnesis pasien dapat menjawab pertanyaan dengan baik dengan bahasa indonesia, konjungtiva tidak anemis, mukosa bibir kering,
tidak ikterik, , pasien dapat mengidentifikasikan bau dengan baik.
g. Pola konsep diri
Sebelum sakit : Pasien berperan sebagai kepala rumah tangga dan menjalankan perannya dengan baik.
Selama sakit : Selama menjalani rawat inap pasien tidak dapat menjalankan tugas dan perannya dengan maksimal.
h. Pola koping
Sebelum sakit : Pasien berperan sebagai kepala rumah tangga dan menjalankan perannya dengan baik
Selama sakit : Pasien mengatakan bahwa ia dapat menerima kenyataan ini, pasien sedikit cemas dan gelisah serta tidak nyaman karena harus tinggal di Rumah
Sakit.
i.

Pola seksual reproduksi

Sebelum sakit : Pasien berjenis kelamin laki-laki.


Selama sakit : Selama sakit frekuensi berhubungan seksual berkurang.
j.

Pola peran berhubungan

Sebelum sakit : Pasien berperan dalam keluarganya sebagai kepala rumah tangga yang baik.
Selama sakit : Pasien terpaksa tidak dapat menjalankan perannya dikarenakan sedang sakit.

k. Pola nilai dan kepercayaan


Sebelum sakit : Pasien beragama Kristen dan pergi ke gereja setiap hari minggu.
Selama sakit : Pasien dan keluarganya menganut agama kristen dan menganggap bahwa penyakitnya merupakan cobaan dari Tuhan. Intensitas ke gereja untuk
beribadah berkurang

sik (head to toe)


a.

Data Umum
Kesadaran

: Composmentis

Keadaan Umum

: Sedang

Tanda-tanda Vital

Tekanan Darah

: 140/80mmHg

Tekanan Nadi

88 x/menit

Respirasi

: 20 x/menit

b. Pemeriksaan head to toe


Kepala
Inspeksi : Mesocephal, rambut hitam, lurus, bersih
Mata : Simetris, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
Telinga : Simetris, bersih, serumen tidak ada, pendengaran baik.
Hidung : Simetris, penciuman baik
Mulut : Bibir kering, lidah agak kotor,
Palpasi : Tidak terdapat benjolan disekitar daerah kepala

nspeksi : Pembesaran kelenjar tiroidtidak ada, keterbatasan gerak tidak ada

alpasi : Tidak terdapat benjolan disekitar daerah leher.


3) Toraks/Dada

peksi

: Simetris, retraksi dinding dadatidak ada, penggunaan alat bantu pernafasan tidak ada

pasi

: nyeri tekan tidak ada

ultasi : Vesikuler

kusi

: Sonor.
4) Abdomen

peksi

: Pembesaran abdomen (-), tidak ada luka/bekas luka.

skultasi : -.

kusi

: Tympani

pasi

: Tidak ada pembesaran organ-organ intra abdomen, tidak ada nyeri tekan.
5) Ekstremitas atas/bawah

tas

: Simetris, kuku merah jambu, pendek, bersih, tidak ada keterbatasan gerak

awah : Simetris, kuku merah jambu, pendek, bersih, tidak ada keterbatasan gerak
6) Genitalia
Genitala normal, tidak ada masalah.

yektif : Pasien mengatakan nyeri pada lipat paha sebelah kanan dan terdapat benjolan, pasien mengatakan sangat gugup dan selalu menanyakan bagaimana rasanya

yektif

dioperasi sakit atau tidak?


:
Kesadaran

: Composmentis

Keadaan Umum : Baik


Ekstremitas atas teraba dingin
Ekspresi wajah tegang dan gelisah, sering bangun dan tidur lagi.
Tanda-tanda Vital : TD
S = 36 C

= 140/90 mmHg

N = 88 x/menit
R

= 20 x/menit
Berat badan 65 kg

B. Analisa Data dan Prioritas Masalah


1. Pre Operasi
No
Sign and Symptom
Etiologi
1DS : Pasien mengatakan di lipat paha Agen cidera

Problem
Nyeri akut

sebelah kanan terdapat benjolan biologi


dan terasa nyeri.
DO : Terdapat benjolan pada lipat paha
sebelah kanan.
2DS : Pasien mengatakan sangat gugup Perubahan status Cemas
dan selalu menanyakan bagaimana kesehatan
rasanya dioperasi?
DO : Kesadaran composmentis
KU = Baik
TD = 140/90 mmHg

(prosedur
pembedahan)

= C

= 20 x/menit

N = 88 x/menit
Ekstremitas teraba dingin
Ekspresi wajah tegang, gelisah,
sering bangun dan tidur lagi
2. Intra Operasi
No
1DS : -

Sign and Symptom

Etiologi
Prosedur invasif

Problem
Resiko

DO :

(prosedur

infeksi

Regional Anestesi

pembedahan)

Kesadaran : Komposmentis
Area operasi on steril
Panjang luka insisi 4 cm
Kedalaman 4 lapis
2DS : -

Perdarahan

Resiko

DO :

kurang

Terpasang infus

volume

Ada darah pada alat tenun

cairan

3. Post Operasi
No
Sign and Symptom
Etiologi
1DS : Pasien mengatakan nyeri pada Agen cidera fisik
area luka operasi dan kakinya (pembedahan)
terasa berat atau kesemutan

Problem
Nyeri akut

DO : KU = lemah
Kesadaran = composmentis
Luka operasi terbalut
Pasien terlihat meringis kesakitan
2DS : Pasien mengatakan nyeri pada Prosedur
area luka operasi

pembedahan

Kerusakan
integritas

DO : KU = lemah

kulit

Kesadaran = composmentis

akibat

Terdapat heacting area luka operasi

pembedah

Luka operasi terbalut

an

Ekstremitas lembab
Prioritas Masalah
1. Pre Operasi
a.

Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi

b. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan (prosedur pembedahan)


2. Intra Operasi
a.

Resiko kurang volume cairan berhubungan dengan perdarahan

b. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (prosedur pembedahan)


3. Post Operasi
a.

Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (pembedahan)

b. Kerusakan integritas kulit akibat pembedahan berhubungan dengan prosedur pembedahan

C. Diagnosa keperawatan

e Operasi
a.

Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi ditandai dengan pasien mengatakan di lipat paha bagian kanan terdapat benjolan dan terasa nyeri.

b.

Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan (prosedur pembedahan) ditandai dengan pasien mengatakan sangat gugup dan selalu menanyakan
bagaimana rasanya dioperasi. Dengan data obyektif:

Kesadaran composmentis
KU = Baik
TD = 140/90 mmHg
S

= C

= 20 x/menit

N = 88 x/menit
Ekstremitas teraba dingin
Ekspresi wajah tegang, gelisah, sering bangun dan tidur lagi
Intra Operasi
a.

Resiko kurang volume cairan berhubungan dengan perdarahan

b. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (prosedur pembedahan)

st Operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (pembedahan)
b. Kerusakan integritas kulit akibat pembedahan berhubungan dengan prosedur pembedahan
D. Intervensi
Pre Operasi
No. Dx
1

NOC
NIC
Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri :
keperawatan selama 1x30 a. Lakukan pengkajian nyeri

Paraf

menit diharapkan mampu


mengurangi nyeri, dengan
kriteria hasil :
Menggunakan skala nyeri
untuk mengidentifikasi
tingkat nyeri
Melaporkan bahwa nyeri
berkurang
Melaporkan kebutuhan tidur
dan istirahat cukup
Mampu menggunakan
metode non farmakologi
untuk mengurangi nyeri.

b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

secara komprehensif termasuk


lokasi,
karakter,
durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi
Observasi reaksi nonverbal
Gunakan tehnik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
Evaluasi pengalaman nyeri
masa lampau
Beri informasi yang akurat
untuk mengurangi rasa nyeri
Ajarkan tehnik distraksi
relaksasi
Cek riwayat alergi
Evaluasi efek, tanda dan gejala
aktivitas analgesic

Setelah dilakukan tindakan Pengurangan Cemas:


keperawatan selama 1x30 a. Gunakan pendekatan yang
menit diharapkan pasien
menenangkan
mampu mengontrol tingkat b. Jelaskan semua prosedur dan
kecemasan dengan kriteria apa yang dirasakan selama
hasil:
prosedur
Menunjukkan tehnik untuk c. Berikan informasi yang faktual
mengontrol cemas
tentang diagnosis dan tindakan
TTV dalam batas normal
prognosis
Ekspresi wajah tenang
d. Dengarkan dengan penuh
perhatian
e. Identifikasi tingkat kecemasan
f. Beri posisi yang nyaman
g. Motivasi klien
h. Monitor TTV
i. Instruksikan pasien untuk
menggunakan tehnik relaksasi
j. Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan

Intra Operasi
No. Dx
1

NOC
NIC
Setelah dilakukan tindakan Manajemen cairan :
keperawatan selama 1x60 a. Pertahankan catatan output
menit diharapkan mampu
dan intake yang akurat
mengurangi/menghindari b. Pasang urin kateter
resiko terjadinya
c. Monitor status hidrasi
perdarahan dan kekurangand. Monitor hasil laboratorium
volume cairan dengan
yang sesuai dengan retensi urin
kriteria hasil:
e. Monitor status hemodinamik
Tidak terjadi perdarahan
f. Monitor vital sign
Tidak terjadi hipoksia
g. Lakukan terapi IV
h. Monitor status nutrisi
i. Monitor respon klien terhadap
terapi elektrolit
j. Kolaborasi dengan dokter jika
tanda cairan memburuk

Setelah dilakukan tindakan Perlindungan terhadap infeksi:


keperawatan selama 1x60 a. Monitor tanda dan gejala
menit diharapkan pasien
infeksi
mampu mencegah
b. Monitor kerentanan terhadap
terjadinya infeksi dengan
infeksi
kriteria hasil:
c. Pertahankan tehnik asepsis
Bebas dari tanda-tanda dan
pada pasien yang beresiko
gejala infeksi
d. Cuci tangan sebelum dan
sesudah tindakan
e. Gunakan gaun steril dan
sarung tangan steril
f. Siapkan alat dan instrument:
Set operasi herniotomi
Mesin anestesi
Elektrosurgikel

Paraf

Lampu dinding dan operasi


Bed side monitor
Alat tenun
Alat dari karet
Alat habis pakai
g. Pindahkan pasien ke meja
operasi
h. Posisikan supinasi dan
desinfeksi area operasi
i. Tutup sekitar area operasi
dengan linen steril
j. Lakukan pembedahan
k. Ekspose insisi
l. Hentikan perdarahan
m. Monitor TTV
n. Desinfeksi area pembedahan
o. Balut area pembedahan
p. Pindahkan ke RR

Post Operasi
No. Dx
1

NOC
NIC
Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri :
keperawatan selama 1x30 a. Monitor TTV
menit diharapkan pasien b. Monitor kesadaran
mampu mengontrol nyeri c. Lakukan penilaian aldrate skor
dan meningkatkan
d. Hitung tetesan infuse
kenyamanan dengan
e. Lakukan pengkajian nyeri
kriteria hasil:
secara komprehensif termasuk
Melaporkan frekuensi dan lokasi,
karakter,
durasi,

Paraf

lamanya nyeri
Mengenal faktor penyebab
Nyeri terkontrol
f.
g.
h.
i.
j.
k.
2

frekuensi, kualitas dan faktor


presipitasi
Observasi reaksi nonverbal
Evaluasi pengalaman nyeri
masa lampau
Beri informasi yang akurat
untuk mengurangi rasa nyeri
Ajarkan tehnik distraksi
relaksasi
Cek riwayat alergi
Evaluasi efek, tanda dan gejala
aktivitas analgesic

Setelah dilakukan tindakan Manajemen daerah penekanan:


keperawatan selama 1x30 a.
Anjurkan pasien untuk
menit diharapkan integritas menggunakan pakaian longgar
kulit normal dengan
b. Hindari kerutan pada tempat
kriteria hasil:
tidur
Integritas yang baik
c. Jaga kebersihan kulit agar
dipertahankan
tetap bersih dan kering
Melaporkan nyeri pada aread. Mobilisasi pasien setiap 2 jam
kulit yang sakit
e. Monitor kulit akan adanya
Mencegah terjadinya cidera
kemerahan
Mempertahankan
f. Oleskan lotion pada daerah
kelembaban kulit
yang tertekan
g.
Monitor
aktivitas
dan
mobilisasi pasien
h. Monitor status nutrisi.

E. Implementasi
Pre Operasi
No. Dx
Implementasi
Evaluasi
1
a. Melakukan pengkajian
S : Pasien mengatakan masih
nyeri secara komprehensif merasakan nyeri pada lipat
termasuk lokasi, karakter,
paha sebelah kanan sifat nyeri
durasi, frekuensi, kualitas
seperti ditusuk-tusuk dan

Paraf

dan faktor presipitasi


kualitas nyeri sedang
b. Mengobservasi reaksi O : Terlihat adanya benjolan
nonverbal
Pasien terlihat meringis
c. Menggunakan tehnik
kesakitan
komunikasi terapeutik A : Masalah belum teratasi
untuk mengetahui
P : Lanjutkan intervensi di ruang
pengalaman nyeri pasien
operasi
d. Mengevaluasi pengalaman
nyeri masa lampau
e. Memerikan informasi yang
akurat untuk mengurangi
rasa nyeri
f. Mengajarkan tehnik
distraksi relaksasi
g. Mengecek riwayat alergi
h. Mengevaluasi efek, tanda
dan gejala aktivitas
analgesic
2

a. Menggunakan pendekatan
yang menenangkan
b. Menjelaskan semua
prosedur dan apa yang
dirasakan selama prosedur
c. Memberikan informasi
yang factual tentang
diagnosis dan tindakan
prognosis
d. Mendengarkan dengan
penuh perhatian
e. Mengidentifikasi tingkat
kecemasan
f. Memberikan posisi yang
nyaman
g. Memotivasi klien
h. Memonitor TTV
i. Menginstruksikan pasien

S : Pasien mengatakan siap


menjalani operasi namun
masih gelisah
O : Pasien tampak gelisah
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi di ruang
operasi untuk pemberian
anestesi

untuk menggunakan tehnik


relaksasi
j. Memberikan obat untuk
mengurangi kecemasan
Intra Operasi
No. Dx
Implementasi
Evaluasi
1
a. Mempertahankan catatan S : output dan intake yang O : Terlihat terpasang infuse,
akurat
kateter
b. Memasang urin kateter A : Masalah teratasi sebagian
c. Memonitor status hidrasi P : Lanjutkan intervensi di ruang
d. Memonitor hasil
pemulihan (Recovery Room)
laboratorium yang sesuai
dengan retensi urin
e. Memonitor status
hemodinamik
f. Memonitor vital sign
g. Melakukan terapi IV
h. Memonitor status nutrisi
i. Memonitor respon klien
terhadap terapi elektrolit
j. Kolaborasi dengan dokter
jika tanda cairan
memburuk
2

a. Memonitor tanda dan


S:gejala infeksi
O : Terlihat insisi
b. Memonitor kerentanan
pembedahan.area luka on steril
terhadap infeksi
dengan panjang luka 4 cm
c. Mempertahankan tehnik
dan kedalaman 4 lapis (kutis,
asepsis pada pasien yang
subkutis, fasia dan muskulus)
beresiko
A : Masalah teratasi sebagian
d. Mencuci tangan sebelum P : Lanjutkan intervensi di ruang
dan sesudah tindakan
pemulihan (Recovery Room)
e. Menggunakan gaun steril

Paraf

dan sarung tangan steril


f. Menyiapkan alat dan
instrument:
Set operasi mastektomi
Mesin anestesi
Elektrosurbikel
Lampu dinding damn
operasi
Bed side monitor
Alat tenun
Alat dari karet
Alat habis pakai
dll
g. Memindahkan pasien ke
meja operasi
h. Memposisikan
supinasitoilet dan
desinfeksi area operasi
i. Menutup sekitar area
operasi dengan linen steril
j. Melakukan pembedahan
k. Mengekspose insisi
l. Menghentikan perdarahan
m. Memonitor TTV
n. Mendesinfeksi area
pembedahan
o. Membalut area
pembedahan
p. Memindahkan ke RR

Post Operasi
No. Dx

Implementasi

Evaluasi

Paraf

2
3

a. Memonitor TTV
S : Pasien mengatakan luka
b. Memonitor kesadaran
operasinya masih terasa nyeri
c. Melakukan penilaian
dan kakinya susah di
aldrate skor
angkat/kesemutan.
d. Menghitung tetesan infuseO : General anestesi
e. Melakukan pengkajian
Kesadaran = CM
nyeri secara komprehensif KU = lemah
termasuk lokasi, karakter,
Tampak balutan diarea operasi
durasi, frekuensi, kualitasA : Masalah teratasi sebagian
dan faktor presipitasi
P : Lanjutkan intervensi
f. Mengobservasi reaksi
nonverbal
g. Mengevaluasi pengalaman
nyeri masa lampau
h. Memberi informasi yang
akurat untuk mengurangi
rasa nyeri
i. Mengajarkan tehnik
distraksi relaksasi
j. Mengecek riwayat alergi
k. Mengevaluasi efek, tanda
dan gejala aktivitas
analgesic
a. Menganjurkan pasien
S : Pasien mengatakan luka
untuk menggunakan
operasinya masih terasa nyeri
pakaian longgar
dan kakinya susah di
b. Menghindari kerutan pada angkat/kesemutan.
tempat tidur
O : - Adanya luka operasi
c. Menjaga kebersihan kulir
-Tampak balutan diarea
agar tetap bersih dan
operasi dan heacting pada area
kering
operasi
d. Memonitor kulit akan A : Masalah teratasi sebagian
adanya kemerahan
P : Lanjutkan intervensi
e. Memonitor aktivitas

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Jual, 2000. Diagnosa Keperawatan. EGC : Jakarta
Diagnosa Keperawatan NANDA NIC NOC
Doenges, E. Marilynn et.al, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. . Edisi 3, Katalog
Dalam Terbitan (KTD). EGC : Jakarta
Jhonsen Marrion, (2000). Nursing Outcomes Classification, Philadelpia.
Karlina, Ina, 2004. Hand Out Medical Bedah. SSG : Yogyakarta
Manjoer Arif, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ketiga, jilid I. Media Aesculapius FKUI, Jakarta.
Mc Closkey, Joanne C, (1996). Nursing Intervention Classification, Second Edition, Philadelpia
Santoso, Budi, 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Prima Medika
Smeltzer C, Suzanne et.al, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah: Brunner & Suddart Vol 1, Edisi 8. EGC : Jakarta

Vous aimerez peut-être aussi