Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Oleh:
Kelompok B
SUMIYATI, AMK
ARIF, Amd Kep
TYAS RATNA PURI, AMK
SYAMSUL PUTRA,Amd Kep
NETTI OVIANTI, AMK
HALAMAN PENGESAHAN
Studi kasus ini diajukan oleh:
1. Sumiyati, amk
2. Arif, Amd Kep
3. Tyas Ratna Puri, Amk
4. Syamsul putra. Amd Kep
5. Netti ovianti, Amk
Program
Percutanus
Coronary Intervention (PCI) : Elektif PCI RS Pusat Jantung Nasional Harapan Kita
Jakarta.
Penguji II
KATA PENGANTAR
Pujisyukur kami panjatkan kehaditarat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya, sehingga kami dapat menyelesaikanmakalah ini dengan tepat waktu.
Adapun judul makalah ini adalahasuhan keperawatan pada klien dengan Post
Percutanus Coronary Intervention (PCI) : Elektif PCI Rumah Sakit Jantung dan
Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta.Makalahini di susun guna memenuhi tugas
kelompok pada Pelatihan Keperawatan Kardiovaskuler Tingkat Dasar di Divisi Diklat
Pusat Jantung Nasional dan Pembuluh Darah Harapan Kita Angkatan III 2016.
Kelompok ini menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak pihak yang
telah membantu, maka dari itu kelompok mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ns Hero Sunandar, S.Kp, Sp.KV Selaku
ii
Kami kelompok menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya, dan
masih jauh dari sempurna oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun
Akhirnya kami berharap semoga makalah yang kami susun dapat bermanfaat bagi
siapa pun yang membacanya .
iii
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Penyakit Kardiovaskular masih merupakan pembunuh nomor satu di
Indonesia maupun di dunia. Dari data di Amerika setiap tahun 1,2 juta orang
mengalami infark miokard dan kira-kira sepertiganya merupakan infark
miokard dengan ST elevasi (Keeley EC, Hillis LD, 2007)
Dari seluruh orang yang mengalami infark miokard di Amerika, 25-35%
nya meninggal sebelum mendapat perawatan, sebagian besar karena Fibrilasi
Ventrikel. Pada kelompok yang mendapat perawatan, angka kematian turun
dari 11.2% di tahun 1990 menjadi 9.4% di tahun 1999. Hal tersebut dikarenakan adanya tindakan reperfusi pada Infark dengan ST elevasi, baik dengan
fibrinolitik maupun percutaneous coronary intervention (PCI). Dari analisa
National Registry of Myocardia Infarction angka kematian di rumah sakit
pada pasien yang mendapat reperfusi adalah sekitar 5.7%, jauh lebih rendah
dibandingkan dengan pasien yang tidak mendapat reperfusi walaupun
sebenarnya kandidat yaitu 14.8%. (Keeley EC, Hillis LD, 2007)
Percutaneous coronary intervention(PCI) adalah sebuah trobosan dalam
reperfusi yang cepat pada infark miokad. Menurut Davis 2004, Percutaneous
Coronary Intervention (PCI) adalah intervensi atau tindakan non bedah untuk
membuka/dilatasi/melebarkan arteri koroner yang mengalami penyempitan
agar aliran darah dapat kembali menuju ke otot jantung (Davis, 2011).
Keterlambatan door to needle atau door to balloon tiap 30 menit akan
meningkatkan risiko relative 1 tahun sebanyak 7.5%. Sehingga segala usaha
harus dilakukan untuk mempercepat reperfusi. (May MRL,2008)
Meskipun Percutaneous Coronary Intervention (PCI) merupakan tindakan
pilihan, namun tidak lepas dari adanya resiko resiko yang diakibatkan oleh
tidakan tersebut, oleh karena itu kelompok tertarik untuk melakukan asuhan
keperawatan pada klien dengan post percutaneous coronary intervention
(PCI) untuk meminimalisir efek yang diakibatkan oleh tindakan percutaneous
coronary intervention (PCI)
1.2.
Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan Post
Percutanus Coronary Intervention (PCI) : Elektif PCI
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Mampu memahami konsep teori Post Percutaneous Coronary
Intervention (PCI) : Elektif PCI
b. Mampu melakukan Asuhan Keperawatan Post Percutaneous
Coronary Intervention (PCI) : Elektif PCI
1.3.
Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:
1. BAB I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang dan tujuan
2. BAB II Tinjauan Teori berisi pengertian, indikasi, kontraindikasi,
intervensi, komplikasi, konsep asuhan keperawatan, peran perawat,
prosedur pencabutan sheath, prosedur pelepasan nichiband,
3. BAB III Tinjauan Kasus yang terdiri dari pengkajian, analisa masalah,
diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
4. BAB IV Pembahasan pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi,
dan evaluasi.
5. BAB V Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
jantung
koroner
adalah
keadaaan
dimana
terjadi
2.1.2 Etiologi
Penyebab utama dari CAD adalah atherosclerosis, yang merupakan suatu
proses patologis yang menyebabkan ketidakteraturan dan penebalan dari
dinding pembuluh darah arteri. Atherosclerosis biasanya terjadi pada lapisan
intima atau lapisan paling dalam dari dinding pembuluh darah. Proses
pembentukan atherosclerosis ini dimulai pada awal kehidupan dengan
perkembangan lemak (lapisan lemak yang makin lama makin menebal) terdiri
dari sel-sel makrofag dan sel-sel otot yang lembut. Lama kelamaan sel otot
yang lembut tersebut berproliferase dan membentuk jaringan matrik yang
kaku, yang terakumulasi di intrasel dan ekstrasel (Finkelmeier, 2000).
Aterosklerosis pembuluh darah koroner merupakan penyebab tersering
penyakit jantung koroner. Aterosklerosis disebabkan oleh adanya
penimbunan lipid di lumen arteri koronaria sehingga secara progresif
mempersempit lumen arteri tersebut dan bila hal ini terus berlanjut, maka
dapat menurunkan kemampuan pembuluh darah untuk berdilatasi. Dengan
demikian, keseimbangan penyedia dan kebutuhan oksigen menjadi tidak
stabil sehingga membahayakan miokardium yang terletak sebelah distal
daerah lesi (Silvia, Loraine, 2006a)
2.1.3 Faktor Resiko Terjadinya CAD
2.1.3.1 Faktor resiko yang tidak dapat diubah : (Muttaqin,2009)
1. Usia
Angka morbiditas dan mortalitas penyakit SKA meningkat seiring
pertambahan usia. Sekitar 55% korban serangan jantung berusia 65
tahun atau lebih dan yang meninggal empat dari 5 orang berusia
diatas 65 tahun. Mayoritas berada dalam resiko pada masa kini
merupakan refleksi dari pemeliharaan kesehatan yang buruk di masa
lalu.
2. Jenis Kelamin
Terjadi tiga kali lebih sering pada pria dibanding wanita. Pria
memiliki resiko yang lebih untuk terserang SKA, sedangkan pada
wanita resiko lebih besar setelah masa menopause, ini terjadi akibat
penurunan kadar estrogen dan peningkatan lipid dalam darah.
3. Riwayat keluarga positif sakit jantung.
Tingkat factor genetik dan lingkungan membantu terbentuknya
atherosclerosis
belum
dietahui
secara
pasti.
Tendensi
atherosclerosis pada orang tua atau anak dibawah usia 50 tahun ada
hubungan terjadinya sama dengan anggota keluarga lain.
4. Ras (Suku Bangsa)
Orang
amerika
kulit
hitam
memiliki
resiko
lebih
tinggi
monoksida
mengganggu
pengangkutan
oksigen
karena
melebihi 300 ml/dl memiliki resiko 4 kali lipat untuk terkena SKA
dibandingkan dengan yang memiliki kadar 200 mg/dl. Diet yang
mengandung lemak jenuh merupakan factor utama yang menimbulkan
hyperlipidemia.
3. Tekanan darah tinggi (Hipertensi)
Peningkatan resisten vaskuler perifer meningkatkan afterload dan
kebutuhan ventrikel, hal ini mengakibatkan kebutuhan oksigen untuk
miokard menghadapi suplai yang bekurang.
4. Diabetes Mellitus (Gula Darah Tinggi)
Atherosklerosis diketahui beresiko 2 sampai 3 kali lipat pada diabetes
tanpa memandang kadar lipid dalam darah. Predisposisi degenerasi
vaskuler terjadi pada diabetes dan metabolisme lipid yang tidak normal
memegang peranan dalam pertumbuhan atheroma.
5. Obesitas
Berat badan yang berlebihan berhubungan dengan beban kerja yang
meningkat dan juga kebutuhan oksigen untuk jantung. Obesitas
berhubungan dengan peningkatan intake kallori dan kadar low density
lipoprotein.
6. Inaktifitas Fisik.
Kegiatan gerak dapat memperbaiki efisiensi jantung dengan cara
menurunkan kadar kecepatan jantung dan tekanan darah. Dampak terhadap
fisiologis dari kegiatan mampu menurunkan kadar kepekatan rendah dari
lipid protein, menurunkan kadar glukosa darah, dan memperbaiki cardiac
output.
7. Stress Psikologi berlebihan.
Stress merangsang system kardiovaskuler melepaskan katekolamin
(hormone yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal dalam menanggapi stress)
yang meningkatkan kecepatan jantung dan menimbulkan vasokontriksi.
2.2
koroner.
Percutaneous
coronary
intervention(PCI)
adalah
dilakukan pada Akut Coroner Infark dengan Onset gejala kurang dari
12 Jam, Keterlambatan door to needle atau door to balloon tiap 30
menit akan meningkatkan risiko relative 1 tahun sebanyak 7.5%.
Sehingga segala usaha harus dilakukan untuk mempercepat reperfusi.
(May MRL,2008)
2.
dilakukan pada Akut Coroner Infark dengan Onset gejala lebih dari 12
Jam
3.
Rescue
dilakukan pada Akut Coroner Infark dengan Onset gejala kurang dari
12 Jam setelah mengalami kegagalan terapi Fibrinolitik
4.
2.2.3
T inverse
dan Enzim
segera
atau
Primary
Coronary
Angiografi.
juga
sangat
kasus
(American
College
of
Cardiology
Foundation
10
2.2.6 Komplikasi
1. Diseksi arteri koroner
2. Vasospasme arteri koroner
3. Akut disritmia
4. Cardiac arest
5. Tamponade jantung
6. Hipotensi
7. Perdarahan, biasanya terjadi pada daerah akses penusukan (area
insersi) ataupun perdarahan retroperitoneal
8. Hematoma
9. Pseudoaneurisma
10. Fistula arteriovenosus
11. Thrombosis dan embolisasi distal
12. Contrast induce nefropathi (CIN)
12
13
14
15
16
17
7. Penderita dengan kadar creatinin > 2.0, harus dirawat terlebih dahulu
sebelum menjalani prosedur.
2.3.6
Prosedur:
A. Untuk penderita Ambulatory
1. Untuk Penderita ambulatory dengan creatinin 1.7 sampai 2.0 mg/dl
tanpa tanda-tanda gagal jantung dan atau Fraksi Ejeksi 40 %.
Pre Prosedur:
a. Anjurkan pasien minum air putih kurang lebih 1 liter dalam 12 jam atau
sekurang-kurangnya 3 jam sebelum prosedur atau diberikan infus NaCL
0.9 % 500 cc sebelum prosedur.
b. Menghentikan obat-obatan yang bisa mengganggu fungsi ginjal antara
lain aminoglokosida, NSAID.
c. Berikan flumucil 600 mg oral setiap 12 jam sebanyak 4 dosis (2x1
selama 48 jam), yang dimulai sebelum diberikan kontras.
Saat Prosedur:
a. Pilih kontras media dengan osmolalitas rendah (low osmolality) atau
kontras media dengan osmolalitas yang sama dengan plasma (iso
osmolality )
b. Hindari penggunanaan kontras yang berbeda dalam 72 jam, bila
penderita menjalani prosedure lebih dari sekali.
c. Jumlah kontras yang digunakan tidak melebihi volume yang didapatkan
berdasarkan rumus :
BB (kg) X 4
Volume kontras
= ----------------Cr (mg/dl)
18
Pre Prosedur:
a. Anjurkan pasien minum air putih kurang lebih 500 cc dalam 12 jam
atau sekurang-kurangnya 3 jam sebelum prosedure atau diberikan infus
NaCL 0.9 % 300 cc sebelum prosedur sambil di evaluasi tanda tanda
perburukan gagal jantung seperti keluhan sesak bertambah, denyut nadi
meningkat, terdengar rales pada kedua basal paru.
b. Menghentikan obat-obatan yang bisa mengganggu fungsi ginjal antara
lain aminoglokosida, NSAID.
c. Berikan flumucil 600 mg oral setiap 12 jam sebanyak 4 dosis (2x1
selama 48 jam), yang dimulai sebelum diberikan kontras.
Saat Prosedur:
a. Pilih kontras media dengan osmolalitas rendah (low osmolality) atau
kontras media dengan osmolalitas yang sama dengan plasma (iso
osmolality )
b. Hindari penggunanaan kontras yang berbeda dalam 72 jam, bila
penderita menjalani prosedure lebih dari sekali.
c. Berikan profilaksis dengan oradexon 1 ampul dan chlorphenon 10 mg
(1 cc) IV pada penderita dengan riwayat alergi media kontras.
d. Jumlah kontras yang digunakan tidak melebihi volume yang didapatkan
berdasarkan rumus :
BB (kg) X 4
Volume kontras
= ----------------Cr (mg/dl)
19
= ----------------Cr (mg/dl)
20
2. Untuk Penderita rawat inap dengan creatinin 1.7 sampai 2.0 mg/dl
dengan tanda-tanda gagal jantung dan atau Fraksi Ejeksi 40 %.
Pre Prosedur:
a. Diiberikan infus NaCL 0.9 % 0.5 cc/kgBB/jam dalam 12 jam sebelum
prosedur.
b. Menghentikan obat-obatan yang bisa mengganggu fungsi ginjal antara
lain aminoglokosida, NSAID.
c. Berikan flumucil 600 mg oral setiap 12 jam sebanyak 4 dosis (2x1
selama 48 jam), yang dimulai sebelum diberikan kontras.
Saat Prosedur:
a. Pilih kontras media dengan osmolalitas rendah (low osmolality) atau
kontras media dengan osmolalitas yang sama dengan plasma (iso
osmolality )
b. Hindari penggunanaan kontras yang berbeda dalam 72 jam, bila
penderita menjalani prosedure lebih dari sekali.
c. Jumlah kontras yang digunakan tidak melebihi volume yang didapatkan
berdasarkan rumus :
BB (kg) X 4
Volume kontras
= ----------------Cr (mg/dl)
21
2.4
2.4.1 Pengkajian
a. Data umum
Data umum meliputi nama, umur, alamat, jenis kelamin, status
perkawinan, pekerjaan, agama, Tinggi Badan (TB), Berat Badan (BB),
diagnosa medis.
b. Riwayat penyakit
Riwayat penyakit meliputi keluhan utama datang ke rumah sakit, riwayat
penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat keluarga, riwayat
pekerjaan, riwayat geografi, riwayat alergi, kebiasaan social dan kebiasaan
merokok.
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik awal dilakukan secara umum meliputi pemeriksaan
kepala dan leher yaitu raut muka, bibir, mata, tekanan vena jugular, arteri
karotis, kelenjar thyroid, trachea.
d. Pemeriksaan fisik sistem respirasi yang meliputi asimetris pengembangan
dada, frekuensi napas, gerakan dinding dada, suara paru, batas paru, dan suara
napas.
Pemeriksaan fisik sistem kardiovaskuler yang meliputi nadi perifer yaitu
irama, frekuensi isi nadi, dan jantung yaitu bentuk prekordium, denyut apeks
jantung, getaran, gerakan trakhea, batas kelainan jantung, dan bunyi jantung.
e. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium yaitu enzim
jantung untuk mengetahui keefektifan revaskularisasi, gula darah, kadar lemak
kolesterol, fungsi ginjal dan faktor pembekuan darah untuk mengetahui faktor
resiko, hematologi rutin, analisa gas darah dan elektrolit sebagai pemeriksaan
penunjang. Pemeriksaan hemodinamik meliputi frekuensi nadi, tekanan darah,
frekuensi napas dan saturasi oksigen dilakukan untuk mengetahui kerja jantung
setelah dilakukan PAC. Pemeriksaan grafik meliputi EKG untuk mengetahui
efektivitas revaskularisasi dan Ekhokardiogram untuk menilai kerja jantung.
22
cardiac output
berhubungan dengan
kehilangan darah,
:pasien
cemas
menurun
atau
hilang
dan
pasien
mampu
Tindakan :
1) Kaji tingkat kecemasan pasien.
2) Kaji efek yang muncul pada pasien akibat kecemasan yang dialami.
3) Kaji penyebab kecemasan pasien.
4) Kaji mekanisme koping yang digunakan pasien.
5) Gunakan teknik komunikasi terapeutik.
6) Berikan penjelasan yang mudah diterima kepada pasien mengenai hal yang
membuat pasien cemas (prosedur tindakan, situasi ruang tindakan,
komplikasi yang akan muncul, hal hal yang harus pasien lakukan di dalam
ruang tindakan, dll)
7) Kolaborasi dengan medis bila memerlukan sedatif.
b. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mendapatkan informasi
yang adekuat mengenai tindakan yang akan dilakukan.
Tujuan : pengetahuan pasien tentang tindakan yang akan dilakukan meningkat.
Kriteria :
1) Tingkat pengetahuan pasien meningkat.
2) Pasien tampak tenang, rileks.
Tindakan :
1) Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang tindakan yang akan dilakukan.
2) Kaji kemampuan pasien dalam menerima edukasi.
3) Berikan edukasi mengenai tindakan yang akan dilakukan (pengertian,
prosedur, situasi ruang tindakan, hal hal yang harus pasien lakukan selam
tindakan berjalan, perawatan pasien setelah selasai dilakukan tindakan rasa
nyeri
24
cardiac output
berhubungan dengan
kehilangan darah,
25
26
1) Kaji pulsasi radial dan ulna jika puncture di dareah radialis. Kaji pulsasi
dorsalis pedis dan popliteal jika area puncture di daerah femoralis.
2) Kaji adanya pembengkakan atau hematoma pada area puncture.
3) Kaji adanya tanda tanda pseudoaneurisma atau arteriovenosus fistula
meliputi adanya massa yang berdenyut dan rasa nyeri.
f. Risiko perdarahan berhubungan dengan penggunaan antikoagulan, kurang
adekuatnya penekanan area puncture.
Tujuan : pasien tidak terjadi perdarahan
Kriteria :
1) Tidak terdapat tanda perdarahan dari area puncture
2) Hemodinamik pasien stabil.
Tindakan :
Sebelum Pencabutan Sheat :
1) Pertahankan posisi ekstrimitas dalam keadaan lurus dan diistirahatkan.
2) Pertahankan elevasi kepala tidak lebih dari 30.
3) Hindarkan pergerakkan yang frekuen pada ekstrimitas yang dilakukan
puncture.
4) Bantu pasien dalam memenuhi ADL.
5) Ajarkan dan anjurkan pasien untuk menekan area puncture jika batuk atau
bersin.
6) Anjurkan pasien melapor jika daerah puncture terasa lebih hangat, tampak
bengkak dan baal.
7) Kolaborasikan dengan dokter terkait pemberian obat obatan antiplatelet.
Pada Saat Pencabutan Sheath :
1) Berikan tekanan yang cukup selama 30 menit.
2) Anjurkan pasien untuk tetap dalam posisi bed rest sampai 6 jam setelah
tindakan.
3) Jelaskan pada pasien untuk menghindari pergerakan yang tiba tiba
menggunakan ekstrimitas yang dilakukan puncture.
4) Lakukan mobilisasi secara bertahap setelah sheat dilepas.
27
berhubungan
dengan
penggunaan
antikoagulan,
kurang
28
Tujuan : Pasien tidak terjadi reaksi alergi terhadap media kontras yang
digunakan.
Kriteria :
1) Tidak terdapat tanda tanda reaksi alergi media kontras.
2) Tanda vital dalam batas normal.
3) Tidak ada keluhan menggigil, mual, pusing, gatal gatal.
Tindakan :
1) Kaji adanya riwayat alergi.
2) Anjurkan pasien untuk segera melapor jika mengalami keluhan badan terasa
hangat, mual, muntal, sesak nafas, gatal gatal.
3) Kaji tanda vtal setiap 15 menit sekali.
4) Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian antihistamin/kortokisteroid.
2.4.4 Implementasi
Implementasi adalah tindakan pemberian asuhan keperawatan yang
dilaksanakan untuk membantu mencapai tujuan pada rencana keperawatan
yang telah disusun.Prinsip dalam pemberian asuhan keperawatan menggunakan
komunikasi terapeutik serta penjelasan setiap tindakan yang diberikan pada
pasien.
Tindakan keperawatan yang dilakukan dapat berupa tindakan
keperawatan
secara
independent,dependent,dan
interdependent.Tindakan
independent adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk
atau perintah dari dokter atau tenaga kesehatan lainnya.Tindakan Dependent
adalah tindakan yang berhubungan dengan tindakan medis atau dengan
perintah dokter atau tenaga kesehatan lainnya. Tindakan interdependent adalah
tindakan keperawatan yang memerlukan kerjasama dengan tenaga kesehatan
lainnya seperti ahli gizi,radiologi,fisioterapi dan lainnya.
2.4.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan yang dapat di
Gunakan sebagai alat ukur keberhasilan suatu asuhan keperawatan yang di
buat.Evaluasi berguna untuk menilai setiap langkah dalam perencanaan,mengukur
Kemajuan pasien dalam mencapai tujuan akhir dan untuk mengevaluasi
keefektifan Rencana atau perubahan dalam membantu proses asuhan keperawatan.
30
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1
Pengkajian
3.1.1 Identitas Klien
Nama
: Tn. A. M
Umur
: 70 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Status Perkawinan
: Menikah
Suku Bangsa
: Jawa
Tanggal Masuk
: 1 September 2016
Tanggal Pengkajian
Diagnosa Medis
No. MR
: 04-48-69
Keluhan utama
Pasien mengatakan badannya terasa lemas dan nyeri pada
32
mid, total oklusi di distal bagian distal mendapat aliran dari ipsilateral
dan kontralateral. Pasien mengatakan nyeri di paha kanan dan kiri
akibat penusukan.
c.
b.
Pola Nutrisi
Makan 3x sehari, tidak suka makan makanan cepat saji. Pada
Pola Eliminasi
Pada saat pengkajian tgl 1 september 2016 jam 10.00 WIB
d.
33
04.00. Siang hari klien tidur siang 1-2 jam antara pukul 13.00
15.00
f.
PolaPersepsi Kognitif
Klien mengatakan bahwa sudah tahu sebenarnya sakit apa tapi
h.
sekarang hidup dengan istri kedua. Mempunyai anak dari isti pertama
4 orang dan dari istri kedua 2orang. Antara anak anak klien tampak
akur. Mempunyai 6 cucu dari 4 orang anaknya yang sudah menikah.
Klien memiliki hubungan baik dengan istri, anak dan cucu cucunya.
i.
3.1.4
Pemeriksaan Fisik :
KeadaanUmum
Lemah
34
TingkatKesadaran :
BeratBadan
63 Kg
TinggiBadan
165 cm
a.
Kepala
Rambut
Mata
Hidung
Telinga
: Simetris,
bersih,
tidak
ada
gangguan
pendengaran.
b.
Ekspresi wajah
Leher
Toraks
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
c.
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Ausukultasi
d.
Abdomen
35
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
Perkusi
e.
: terdengar timpani
Genital
Terlihat cukup bersih, terpasang kateter urine.
f.
Ekstremitas
Terdapat balutan luka pada daerah femoralis kanan dan kiri. Balutan
luka tampak kering. Kekuatan otot ekstremitas kanan dan kiri normal
(5), akral hangat, capillary refill<2 detik, tidak ada edema, dan pulsasi
perifer kuat: +/+. Terpasang IV line di vena cephalic tangan kiri. .
g.
Kulit
Warna kulit sawo matang, lembab, dan turgor kulit elastis.
Laboratorium
Hasil
Spesimen
11/08/2016
1/09/2016
J.09.15
J.08.12
2/09/2016
ACT
Kadar Normal
100 120
Leukosit
6780
6800
5000 10000
Hematokrit
39,4
41,2
40 48
Hemoglobin
13,9
14,5
12- 14 g/dl
Trombosit
196
154
150-400 rb/ul
Eritrosit
4,31
4,5
CKMB
0 24 u/l
hs Trop T
<14 ng/ml
Ureum
BUN
Creatinin
36,8
35,9
40,3
17 56 mg/dl
17
17
19
6 20 mg/dl
1,24
1,07
1,47
36
GDS sewaktu
106
97
143
Natrium
142
136 -145
Kalium
4,97
3,5 5,1
Calsium Total
2,05 2,4
Chlorida
b.Magnesium
Chlolesterol
c.
E
Total
l
Cholesterol
e
HDL
k
Cholesterol
t
LDL Direk
k
Trigliserida
a
Cholesterol
r
Rasio
d
Asam Urat
i
HBSaG
g
Masa
r
Perdarahan
a
106
98 107
2,44
1,7 2,2
184
196
200 240
53
48
40 60
132
138
100 190
73
268
150 -500
3,47
7,00
5 6,01
5,9
3,4 7
Non reaktif
Non reaktif
1
1-6
b. Elektrokardigrafi
Terdapat T inverted di lead II, lead III, aVF, sinus bradikardi dengan atrial
ekstrasistol (1 September 2016 pukul 04.46)
c. Echokardiografy
Fungsi sistolik LV menurun, EF 40%. Inferior, segmen lain hipokinetik.
Disfungsi LV diastolik, gangguan relaksasi. MR mild, TR mild, PH low
probability. Kontraktilitas LV normal.
37
Angeografi menunjukkan
RCA
Kesimpulan
a.
Terapi Medis
1)
Aspilet 1x80mg
p/o
2)
Atorvastatin 1x20mg
p/o
3)
Rampil 1x5 mg
p/o
4)
p/o
5)
Bisoprolol 1x2,5 mg
6)
ISDN 2x5 mg
p/o
p/o
No
Jam
Dx
1/09/16
10.00
DS
Data Fokus
Masalah
Etiologi
Klien
Resiko
Puncture Arteri
Perdarahan
Femoralis kanan
mengatakan
mengalami
perdarahan
yang
sulit
berhenti.
DO :
a. KU : Lemah
b. Kesadaran : CM
c. Dilakukan
pada
kanan
penusukan
arteri
dan
menggunakan
femoralis
kiri
Sheat
dengan ukuran 7F di
38
femoralis
kanan
dan
ukuran 6F di femoralis
kiri.
d. Tekanan
mmhg,
darah 133/63
nadi
98
x/menit, pernafasan 20
x/menit,
saturasi
2.
Resiko
Penurunan
sebelum puasa.
Pemberian Kontras
Fungsi Renalis
DO :
a. Klien terpasang kateter,
urin positif, warna kuning
jernih,
tidak
ada
39
Kontras
sebanyak 180ml
c. Skor Risk Factor CIN = 1
d. Tekanan
darah 133/63
20
oksigen
x/menit,
100%,
Aktivitas
DO :
a. Klien Tampak Lemah
b. Terpasang sheat dengan
ukuran 7F di femoralis
kanan dan ukuran 6F di
femoralis kiri.
c. Pasien harus bedrest post
PCI selama 6 jam untuk
mencegah perdarahan
d. Tekanan
darah 133/63
36,5
oksigen
20
x/menit,
C, saturasi
100%, Oksigen
40
10.00
DS
Klien
mengatakan
sedikit
nyeri
jika
Gangguan
Post Prosedur
Tindakan PCI :
: Nyeri
Pemasangan Sheat
Resiko Infeksi
Pemasangan Alat
darah 133/63
nadi
98
x/menit, pernafasan 20
x/menit, suhu 36,5 C,
saturasi oksigen 100%,
Oksigen
Binasal
L/menit
e. Klien
tampak
kadang
DS : DO :
a. Terdapat
Invasif :
luka
di
Pemasangan Sheat
41
ada
kemerahan
dan
rembesan.
b. Tekanan
darah 133/63
36,5
C, saturasi
Kurang
tentang Pengetahuan
Kurang
mendapatkan
informasi yang
adekuat tentang
tindakan
operasi.
Klien
mengatakan
selama
minum
dan
obat
tindakan yang
ini
dilakukan
kontrol
kondisinya
setelah operasi
3.3
Diagnosa Keperawatan
1. Resiko perdarahan b.d Puncture Arteri Femoralis kanan dan kiri dengan
menggunakan Sheat
2. Resiko penurunan perfusi renalis b.d pemakaian zat kontras
3. Keterbatasan aktivitas b.d Bedrest 6 jam post PCI
4. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d Puncture Arteri Femoralis kanan dan
kiri dengan menggunakan Sheat
5. Resiko infeksi b.d pemasangan alat invasif : pemasangan sheat
42
3.4
Intervensi Keperawatan
No
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
Keperawatan
Keperawatan
kiri
kanan tindakan
3. Observasi
menggunakan
puncture, setiap 15
Sheat
menit
tanda perdarahan
semalam 4 jam
puncture, pulsasi
jam
dalam
pemeriksaan
APTT tidak
memanjang,
ACT, APTT
5. Anjurkan
pasien
1. Observasi
pada
4. Kolaborasi
hemodinamik stabil
tanda
dilakukan
tanda
tanda vital
1x24
diharapkan
jam
urine
perfusi 3. Kolaborasi
dalam
pemberian cairan IV
dengan
a. Output
sesuai
dengan
0,5-
1cc/kgBB/jam
b. Tidak
perhitungan
a. Diberikan 8 jam
pertama,
ada
lalu
observasi urin
43
peningkatan
b. Dilanjutkan
ureum/creatinin
pemberian 16 jam
yang berarti
berikutnya
batas
normal
pemeriksaan ureum /
creatinin
post
pemberian cairan
5. Balance cairan secara
ketat
Keterbatasan
aktivitas
Tujuan:
b.d Setelah
dilakukan 2. Bantu
selama
1x24
pemenuhan
ADL pasien
jam 3. Observasi
tanda
tanda vital.
dalam
luka
keadaan
pada
melakukan
berpartisipasi
saat
aktifitas
ringan.
fisik
sesuai
adanya
perubahan
kemampuan
tanpa
akral,
disertai
peningkatan
tekanan
monitor dan
darah, 6. Membantu
nadi dan RR
b. Terpenuhi
dalam
kebutuhan sehari
hari
kebutuhan ADL
pasien
c. Frekuensi
jantung
60-100
x/ menit
4
Gangguan
rasa Tujuan :
1. Observasi TTV
44
2. Lakukan
pemasangan sheat
: 1 x 24 jam diharapkan
nyeri berkurang
pengkajian
nyeri
dan keluhan.
Kriteria hasil:
3. Observasi reaksi
verbal pasien,
ketidaknyamanan
pasien.
skala Normal
Setelah
1. Observasi tanda
dilakukan
: tindakan
2. Observasi tanda
keperawatan1
jam
tanda infeksi
24
diharapkan
tanda vital
3. Ganti balutan luka
Kriteria hasil:
kotor
4. Lakukan perawatan
5. Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian antibiotik.
45
6.
Kurang
Tujuan :
pengetahuan
1. Kaji tingkat
b.d Setelah
dilakukan
yang selama
1x24
jam
tentang diharapkan
dalam menerima
dilakukan
edukasi
keluarga
meningkat
dan
dapat
3. Berikan penjelasan
keluarga
tentang pengertian
menjelaskan
tindakan, prosedur
pengertian
tentang
tindakan,
prosedur
tindakan,
kemungkinan
tindakan,
komplikasi yang
kemungkinan
muncul dan
komplikasi
muncul
penanganannya.
yang
dan
penanganannya.
4. Gunakan bahasa yang
mudah dipahami
5. Kaji kembali
pemahaman klien dan
keluarga setelah
diberikan penjelasan.
46
2.5 Patofisilologi
CAD
ACS
Fibrinolitik
CABG
PCI
PungturearteridenganSheat
PemberinKontras
ZatKontras
Mnyerapcairan
Alergi
SyokAnafilatik
Luka puncture
Terputusnyac
ontinuitasjari
ngan
ResikoInfeksi
Nyeri
TidakBerhasil
Angiografi
Jelek
Bagus
Heparin, Aspilet,CPG
Aorta
Arteriabdominali
s
Perikardium
Diseksi Aorta
MhmbatFaktorpembekuandarah
Viskositasmenurun
Alirandrahkeginjal mnurun
Berhasil
Pdrahan
Smberlistrik
Tamponade
Aritmia
Pembuluhdarah
intraperitoneal
Trombuslepas
Resikopdarahan
Resikoprunan CO
Medulla hipoksia
Ekstremitas
Cerebral
Arterikoroner
CIN
ALI
GangguanPe
rfusi Renal
Stroke
AMI
31
3.5
No Diagnosa Keperawatan
1
Tgl/Jam
Implementasi
Respon
Klien
Evaluasi
mengatakan S:
tidak
perdarahan
dengan
sheat
menggunakan Pukul
10.30
ada
tanda
:
2. Mengobservasi
vital
mmhg,
nadi
87
x/menit, pernafasan 18
x/menit,
TTD
Klien
belum
mengatakan
ada
perdarahan.
Klien
mengatakan
akan
melaporkan
kepada
saturasi
oksigen 100%.
3. Mengobservasi
tanda
tanda
perdarahan,
balutan
luka
tampak
bersih,
berdarah,epistaksis,
tidak
ada
ptekie,
hematuria,
rembesan.
mmhg,
nadi
87
x/menit, pernafasan 18
47
4. Menganjurkan
pasien Klien
mengatakan
x/menit,
melaporkan
oksigen 100%.
perawat
jika
Sheath
saturasi
di
kedua
17.10
hemodinamic
setabil
femoral
kanan
dan
area
penusukan baik
femoral
kanan
dan
6 cm
Masalah
perdarahan
resiko
untuk
P: Intervensi dilanjutkan
2..
Resiko
perfusi
penurunan 01
renalis
b.d September
2016
untuk
fungsi renal
urine
pasien S: -
13.00
220
cc,
48
Pukul :
10.00
badan / jam
13.00
dokter A:
rehidrasi
tidak
terjadi
dengan 1 cc/kg berat badan dengan NaCl 0,9 % 1 P: - observasi intake dan
/jam
output.
- Kolaborasi
dengan
dilanjutkan pemberian
dokter
untuk
16
program
cairan
jam
kedua
lalu
selanjutnya.
ureum, kreatinin
20.00
balance
berlebihan
cairan ampul
/iv.
Post
49
intake
2270cc
dan
output 970cc.
3
Keterbatasan
aktivitas 01
Klien
mengatakan S : Klien
mengatakan
PCI
bila
menggerakan
2016
Pukul
15.10
dengan
skala
badan
menggerakan
nyeri
2/10.
Klien
mengatakan
mengatakan
masih merasa
lemah
tindakan.
saturasi oksigen100%.
50
3. Mengobservasi keadaan
Klien
mengatakan
menggerakan
85 x/menit,
pernafasan 17
sedikit
nyeri
dengan
skala 2/10
tidak
sianosis,
100%.
dan
cek
saturasi oksigen
100%
dan
minum
Klien
dibantu
seka/mandi
tidur.
Klien
saat
ditempat
dibantu saat
seka/mandi
ditempat
tidur.
bedrest
6. Mengobservasi
perubahan
EKG
EKG
monitor
sinus
51
beraktivitas
klien
mobilisasi
di
bredikardi.
tempat tidur
A: Masalah intoleransi
aktivitas belum teratasi
P: intervensi
Dilanjutkan
4
b.d
Puncture September
kiri
dengan Pukul
menggunakan Sheat
mengatakan S:
Klien
mengatakan
2/10.
13.00
Pasien
pernafasan 18 x/menit,
pernafasan 18 x/menit,
saturasi oksigen100%.
Klien
kadang
tampak
52
mengerutkan
mengerutkan
dahi,
setiap menggerakan di
menggerakan
setiap
terpasang
kanul
2. Melakukan
O2 binasal
3L/I,
posisi
semifowler
dirasakan
dahi
dirasakan
: nyeri
seperti
dicubit
P: Intervensi dilanjutkan
R (radiation) : nyeri di
rasakan
di
tempat
femoral
dilakukan
tindakan
S (severe) : skala nyeri
2/10
T (time)
: dirasakan
hilang timbul
53
3. Mengobservasi
verbal
dari
pasien nyeri
ketidaknyamanan pasien
mengurangi
aktivitas
yang
menggerakan
femoral
4. Mengontrol
dan
mengajarkan berusaha
relaksasi:
nafas dalam
datang
rileks
akan
dan
dalam
serta
5. Melakukan
kolaborasi Perawat
menyiapkan
Resiko
infeksi
b.d 01
tanda infeksi dan tanda tidak ada kemerahan, O : Luka tampak bersih,
pemasangan sheat
tanda vital
2016
bengkak,
panas
dan
54
Pukul :
rembesan.
panas,
bengkak
dan
16.00
rembesan.
pernafasan 18 x/menit,
nadi
saturasi oksigen100%.
pernafasan 18 x/menit,
Tekanan
80
x/menit,
saturasi oksigen100%.
2. Mengganti balutan luka Balutan luka tampak
setiap hari atau jika kotor
Intervensi
dipertahankan
3. Berkolaborasi
dengan Perawat
menyiapkan
antibiotik.
malam
1. Mengkaji
tingkat Pasien
Kurang
pengetahuan pasien
mendapatkan September
dijelaskan
2. Menjelaskan
dilakukan
10.00
akan
55
pasien
memahami
komplikasi
terjadi
pemasangan PCI
kepada dijelaskan
yang
setelah
pasien
kooperatif
nampak
saat
dijelaskan.
A: -pengetahuan pasian
meningkat
P:Tingkatkan pengetahuan
pasien.
56
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam bab ini kelompok akan membahas tentang kasus post PCI : elektif
yang kita ambil, data yang kita dapatkan, diagnosa keperawatan, intervensi yang
didetapkan, implementasi yang kelompok lakukan dan evaluasi dari kondisi
pasien.
Kasus yang kita ambil adalah post PCI dengan Angina Pectoris Stabil.
Pasien Tn. AM dengan diagnosa Angina Pectoris Stabil CCS II masuk ke
RSJPHK pada tanggal 31 angustus 2016 dengan rencana PCI pada tanggal 1
September 2016. Pada saat masuk tidak ada keluhan Namun biasanya sewaktu
dirumah pasien ada nyeri dada saat melakukan aktifitas berat, kelelahan dan sesak
nafas.
Pada tanggal 1 september 2016 pasaien dilakukkan PCI. Dari data laporan
tindakan PCI di dapatkan data :
1. Pasien diberikan Heparin 6300 unit
2. Dipasang Sheat di arteri femoralis dengan ukuran 7 fr dan arteri
femoralis kiri dengan 6 fr
3. Dari hasil pemeriksaan didapatkan di RCA terdapat Stenosis Tendem
70% di proximal, stenosis 60% di mid, total oklusi di distal, bagian
distal mendapat aliran dari ipsi lateral dan kontra lateral
4. Media kontral Visipaque sebanyak 180 ml, perdarahan 20 cc, terdapat
hematom di daerah femoralis kiri diameter 6 cm ( jam 17:00)
5. Kesimpulan : sukses PCI dengan 3 DES di RCA
Pada tanggal 1 september jam 10:00 dilakukan pengakajian. Pada saat itu
pasien masih bedress di tempat tidur, pasien mengeluh nyeri di area pemasangan
sheat, sekala nyeri 2-3. Terdapat balutan di kanan dan kiri femoralis. Tada-tanda
vital TD : 133/63 MmHg HR : 98 x/menit RR : 20 X/menit SaO2 : 100%,
Oksigen nasal kanul 3 l/ menit
Berdasarkan hal-hal yang ditemukan pada paien dan dilihat dari tinjauan
materi, akan kelompok tentang beberapa aspek :
57
PCI
diharapkan
stenosis
maupun
sumbatan
dapat
58
arteri
femoralis
menggunakan
sheat
59
4. Implementasi
Intervensi dan implementasi yang dilakukan berfokus pada
pencegahan terhadap beberapa resiko yang mungkin terjadi. Untuk
mencegah resiko perdarahan kelompok melakukan observasi ketat
adanya tanda-tanda perdarahan baik ditempat penusukan sheat maupun
tanda perdarahan lain, misanya hematuri, epistasis. Pembatasan
aktifitas diperlukan juga untuk mencegah perdarahan dan mengurangi
nyeri.
Untuk mengatasi
60
5. Evaluasi
Pada evaluasi terakhir kondisi pasien tidak terjadi perdarahan,
tidak terjadi infeksi, nyeri berkurang atau pasien dapat mentolerir
adanya nyeri, pengetahuan pasien bertambah sehingga pasien dapat
kooperatif mengikuti program pemulihan. Untuk mengetahui efek dari
kontras masih perlu observasi lebih lanjut. Untuk sementara tidak
terjadi penurunan fungsi renal, karena diuresis pasien masih
2cc/kgBB/jam.
61
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Setelah kelompok melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan post PCI
diruang cathlab dan IW medikal RS Pusat Jantung dan Pembuluh Darah Nasional Harapan
Kita, maka kelompok mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1.
Perawatan pasien post PCI harus ketat diawasi, terutama resiko perdarahan.
2.
Sebagai seorang perawat harus mengetahui tanda dan gejala perdarahan pada
pasien post PCI, sehingga perdarahan dapat diatasi dengan cepat sebelum
menimbulkan komplikasi dan bekerja sama dengan pasien, agar pasien patuh
untuk bedrest selama 6 jam untuk mencegah perdarahan.
3.
5.2
Dalam melakukan pengkajian harus focus pada masalah yang ada di pasien.
Saran
Dalam rangka perbaikan dan peningkatan kualitas pelayan keperawatan pada pasien
dengan post PCI, maka kelompok ingin menyampaikan beberapa pemikiran yang dituangkan
dalam bentuk uraian sebagai berikut :
1.
b.
2.
Untuk pasien
Sebaiknya pasien dengan post PCI dapat mematuhi untuk bedrest total
selama 6 jam untuk menghindari terjadinya perdarahan. Dapat menjaga pola
hidup yang sehat, olahraga teratur, makan obat sesuai anjuran dokter dan control
sesuai jadwal.
62
3.
4.
5.
Untuk Institusi
Diharapkan menyediakan literature yang banyak.
63
DAFTAR PUSTAKA
1. Amsterdam EA, Wenger NK, Brindis RG, Casey DE, Jr., Ganiats TG, et al. 2014
AHA/ACC Guideline for the Management of Patients With Non-ST-Elevation
Acute Coronary Syndromes: A Report of the American College of
Cardiology/American Heart Association Task Force on Practice Guidelines. J Am
Coll Cardiol. 2014.
2. Anonim. 2008. PCI definitions.
http://apps.leg.wa.gov/wac/default.aspx?cite=246- 310-705.
3. California Pasific Medical Center. 2008. Learning About Your Health.
http://www.cpmc.org/learning/documents/cardiaccath-ws.html#What Can I
Expect on the Day of the Procedure.
4. Davis, 2011. Percutaneous coronary intervention.
http://www.emedicinehealth.com/percutaneous_coronary_intervention_pci/page1
0_em.htm.
5. Death and DALY estimates by cause. 2002.
http://www.who.int/entity/healthinfo/statistics/bodgbddeathdalyestimates.xls.
6. Juwana, 2009. Optimazing primary PCI for ST elevation Myocardial.
http://www.cardiology.nl/_shared/media/pdf/20110430.pdf.
7. Keeley EC, Hillis LD. Primary PCI for Myocardial Infarction with ST-Segment
Elevation. N Engl J Med. 2007; 356:47-54.
8. May MRL, So DY, Dionne R, Glover CA, Michael P.V. Froeschl, Wells GA, et
al. A Citywide Protocol for Primary PCI in ST-Segment Elevation Myocardial
Infarction. N Engl J Med. 2008;358:231-40.
9. Metha, Sadiq, et all .2004.Effectiveness of primary percutaneous coronary
intervention compared with that of thrombolytic therapy in elderly patients with
acute myocardial infarction. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/14760322.
10. Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
kardiovaskular dan Hematology. Jakarta :Salemba Medika.
11. Nallamothu BK, Bradley EH, Krumholz HM. Time to Treat-ment in Primary
Percutaneous Coronary Intervention. N Engl J Med. 2007;357:1631-8.
12. Rber & Windecker. 2011. Primary Percutaneous Coronary Intervention and
Risk of Stent Thrombosis. http://circ.ahajournals.org/content/123/16/1709.extract.
13. Silber at al, 2005. Guidelines for percutaneous coronary interventions: the task
force for percutaneous coronary interventions of the european society of
cardiology. http://eurheartj.oxfordjournals.org/content/26/8/804.long
14. Torpy, 2004. Percutaneous coronary intervention.
http://jama.jamanetwork.com/article.aspx?articleid=198185#qundefined.
15. Yuniadi & Ningrum. 2008. Risk factors and incidence of contras induced
nephrophaty following coronary intervention.
http://mji.ui.ac.id/v2/?page=journal.download_process&id=24
63