Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
oleh :
Dhya Ayu Larasati
130522506280
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Alloh SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya saya
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik tanpa suatu halangan. Makalah ini
saya buat sebagai persyaratan untuk mengikuti mata kuliah Kontruksi Jalan dan
Jembatan.
Dalam pembuatan makalah ini, saya mengucapkan banyak terima kasih
kepada:
1. Bapak Sugiyanto selaku dosen pembimbing matakuliah Kontruksi Jalan dan
Jembatan.
2. Pihak-pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan makalah ini.
Saya mengetahui bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan. Kerenanya
saya meminta kritik dan saran dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
ii
iii
PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN .
17
23
35
38
44
3.2. Saran..............................................................................................
45
BAB I
iv
LAMPIRAN ..................................................................................................... .
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagian-bagian dari perkerasan kaku.
2. Untuk mengetahui sambungan-sambungan pada perkerasan kaku.
3. Untuk mengetahui persyaratan pelaksanaan pada perkerasan kaku.
4. Untuk mengetahui cara perawatan pada perkerasan kaku.
BAB II
PEMBAHASAN
c. Umur rencana perkerasan kaku ditentukan atas dasar pertimbanganpertimbangan peranan perkerasan, pola lalu lintas dan nilai ekonomi
perkerasan serta faktor pengembangan wilayah.
d. Kapasitas
perkerasan
yang
direncanakan
harus
dipandang
sebagai
pembatasan.
e. Daya dukung dan keseragaman tanah dasar sangat mempengaruhi keawetan
dan kekuatan pelat perkerasan.
f. Lapis pondasi bawah meskipun bukan merupakan bagian utama dalam
menahan beban, tetapi merupakan bagian yang tidak bisa diabaikan dengan
fungsi sebagai berikut:
mencegah intrusi dan pemompaan pada sambungan, retakan pada tepitepi pelat
Pada konstruksi perkerasan kaku fungsi tanah dasar tidak terlalu menentukan, dalam
arti kata bahwa perubahan besarnya daya dukung tanah dasar tidak berpengaruh
terlalu besar pada nilai konstruksi (tebal) perkerasan kaku.
struktural,
maksudnya
keberadaan
dari
lapisan
ini
tidak
untuk
3. Subbase Course
Subbase course adalah bagian dari struktur perkerasan antara base course dan
tanah dasar.fungsi utama adalah pendukung struktural tapi juga dapat:
1. Meminimalisir terjadinya ambles pada jalan
2. Meningkatkan drainase subbase umumnya terdiri dari bahan bahan kualitas
lebih rendah dari pada lapisan atas, tetapi lebih baik daripada tanah dasar.
Bahan agregat yang bagus dan berkualitas tinggi mengisi struktural. Sebuah
subbase tidak selalu dibutuhkan atau digunakan.
4. Base Course
Base Course berada di bawah lapis permukaan. Hal ini memberikan distribusi
beban tambahan, kontribusi dan resistensi drainase, memberikan dukungan lapisan di
atasnya dan platform yang stabil untuk peralatan konstruksi (ACPA, 2001). Bisa juga
membantu mencegah gerakan tanah tanah dasar karena tekanan dari atas. Base course
biasanya di buat dari:
1. Agregat dasar. Sebuah lapisan dasar sederhana dari agregat
2. Agregat stabil atau tanah . yaitu tananh yang telah dipadatkan hingga
memperleh kestabilan tertentu. Kekuatannya diperkirakan 20-25persen dari
kekuatan lapis pertama.
3. Lean concrete. Berupa pasta semen portland dan lebih kuat daripada agregat
stabil. Lean concrete dapat dibangun untuk sebanyak 25 50 persen dari
kekuatan lapis permukaan.
melalui
pengaluran/penyikatan
(grooving/brushing)
sebelum
beton
disemprot curing compound, sebelum beton ditutupi wet burlap dan sebelum beton
mengeras. Arah alur bisa memanjang ataupun melintang.
Adapun karakteristik dari tulangan pelat pada perkerasan beton semen adalah
sebagi berikut :
b. Tulangan Sambungan
Tulangan sambungan ada dua macam yaitu tulangan sambungan arah
melintang
dan
arah
memanjang.
Sambungan
melintang
merupakan
Satu sisi dari tulangan melekat pada pelat beton, sedangkan satu
sisi yang lain tidak lekat pada pelat beton
Lokasi di tengah tebal pelat beton dan tegak lurus sumbu jalan.
dimana pada lokasi tersebut telah kita beri tulangan sambungan. Sambungan tersebut
antara lain :
1. Sambungan memanjang dan melintang
a. Semua sambungan memanjang dan melintang harus dibuat sesuai dengan
detail dan letak pada Gambar Rencana
b. Semua sambungan melintang harus dibuat sejalur untuk seluruh lebar
perkerasan. Bidang-bidang permukaan sambungan harus diusahakan tegak
lurus terhadap bidang permukaan perkerasan.
c. Dalam pembuatan sambungan, perhatian khusus perlu diberikan guna
menghindari ketidakrataan permukaan sambungan tersebut. Apabila pada
sambungan diperlukan, maka harus digunakan mistar 3meter (10gft) untuk
menjamin kerataan pada sambungan tersebut. Pembentukan sambungan
yang ditempatkan didepan perata (screed) dapat dibuat tenggelam (tip),
sedangkan apabila ditempatkan dibelakang perata dapat dipasang
menonjol pada permukaan.
d. Sambungan dengan lidah-alur, harus dicetak secara teliti dengan bahan
cetakan yang cukup kuat agar didapat bentuk yang sempurna dengan
menggunakan mesin penghampar acuan geligir.
e. Apabila sambungan melintang dilakukan dengan cara menggergaji, maka
penggergajian sambungan melintang harus diusahakan sebelum retak awal
terjadi.
Pada sambungan melintang terdapat 2 jenis sambungan yaitu sambungan
susut dan sambungan lenting. Sambungan susut diadakan dengan cara
memasang bekisting melintang dan dowel antara pelat pengecoran
sebelumnya dan
= 204 x b x h dan
= (38,3 x ) + 75
Dengan pengertian:
At
perkerasan (m)
h
melintang harus dibuat tegak lurus sumbu perkerasan, dan harus dibuat
selebar perkerasan.
a. Sambungan Muai pada Ujung-ujung Jembatan. (Expansion Joints at
Bridge Ends)
Ujung-ujung jembatan harus dilindungi dari tekanan-tekanan yang
berlebih yang diakibatkan oleh pemuaian perkerasan, dengan cara membuat
sambungan muai yang cukup lebar antara perkerasan dan ujung-ujung
jembatan. Cara lain adalah dengan menjangkar ujung-ujung plat yang
umumnya dibuat untuk menahan sebagian atau seluruh gerak pelat. Untuk
memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap kepala jembatan, maka
bagian perkerasan antara balok jangkar dan kepala jembatan (sepanjang 10-15
meter) dapat terdiri dari plat beton disambung atau perkerasan lentur).
b. Sambungan Muai dengan Ruji.
Sambungan ini terdiri dari sistem penyalur beban, dudukan, pengatur
gerak dan bahan pengisi sambungan. Penyalur beban harus terdiri dari ruji
yang di las pada dudukan dan salah satu ujungnya ditutup dengan topi ruji.
Pengisi sambungan dapat terdiri dari bahan pengisi jadi atau bahan lain yang
disetujui. Bahkan pengisi harus dipasang sampai dasar plat perkerasan. Jika
tidak disyaratkan lain, maka bagian atas pengisi sambungan harus terletak 1,3
cm dibawah permukaan plat. Bagian alas pengisi sambungan harus dilindungi
dengan logam berbentuk kanal pada saat beton di hampar. Setiap bagian
sistem sambungan harus dilindungi dari kerusakan sampai selesainya
pekerjaan sambungan. Bagian sistem sambungan yang rusak selama
pengangkutan, atau karena penanganan dan penyimpanan yang tidak benar
harus diganti atau diperbaiki.
c. Bahan Pengisi Sambungan (Joint Filler).
Bahan pengisi sambungan harus dilobangi atau di bor dengan diameter
yang tepat pada tempat yang akan dipasangi ruji. Bahan pengisi sambungan
hams mempunyai panjang yang sama dengan lebar jalur penghamparan. Jika
bahan pengisi sambungan harus disambung maka ujung-ujung sambungan
harus tetap mengikuti bentuk yang benar. Pemotongan bahan pengisi yang
diperlukan selamapenghamparan, misalnya untuk menampung sayap roda
mesin penghampar, harus dilakukan secara hati-hati agar tidak mengakibatkan
penyumbatan sambungan oleh beton.
d.
Sambungan Susut.
Sambungan susut dengan takikan palsu atau penampang, diperlemah,
harus dibuat dengan cara manapun yang diterapkan pelaksanaan tetap harus
dilakukan secara hati-hati untuk menjamin agar dalamnya celah pemisah
cukup untuk mencegah terjadinya retak acak. Disarankan dalamnya celah
pemisah minimum adalah sebesar'/4 tebal pelat.
Dalam segala hal penutupan celah harus diselesaikan sebelum lalu
lintas diizinkan lewat, termasuk lalu lintas selama pelaksanaan untuk
keperluan sambungan melintang tanpa perlemahan seperti tersebut di atas.
Apabila diperlukan penyalur beban untuk melayani lalu lintas dengan volume
yang tinggi dan beban yang berat. Dalam hal apapun, sebagai penyalur beban
harus digunakan ruji.
Bila pada perkerasan untuk lalu lintas berat digunakan lapis pondasi
mutu tinggi, misalnya stabilisasi semen atau aspal, maka sambungan tanpa
ruji-pun bisa melayani lalu litnas secara memuaskan. Namun demikian secara
umum, sambungan jenis ini, tetap dianjurkan menggunakan penyalur beban.
Ruji harus dipegangkuat pada posisinya dengan cara mengelasnya
pada dudukan dan pengatur jarak atau dengan cara penempatan dengan mesin.
Penempatan ruji secara tepat harus dijamin, agar ruji dapat berfungsi
sebagaimana mestinya. Sistem pemberian tanda secara tepat dapat diterapkan
untuk menjamin agar penggergajian atau pembuatan takikan tepat berada
ditengah ruji. Takikan tidak boleh kurang dari'/4 tebal plat. Jenis sambungan
ini meliputi :
harus
cukup
panjang
sehingga
menutup
ruji
mungkin.
b. Jarak maksimum sambungan memanjang 3-4 meter.
c. Jarak maksimum sambungan melintang 25 kali tebal pelat, maksimum 5,0
meter.
d. Semua sambungan susut harus menerus sampai kerb dan mempunyai
dengan mengatur 0,5 m panjang terakhir dibuat tegak lurus terhadap tepi
perkerasan.
g. Apabila sambungan berada dalam area ,5 meter dengan manhole atau
bangunan yang lain, jarak sambungan harus diatur sedemikian rupa sehingga
antara sambungan dengan manhole atau bangunan yang lain tersebut
membentuk sudut tegak lurus. Hal tersebut berlaku untuk bangunan yang
berbentuk bundar. Untuk bangunan berbentuk segiempat, sambungan harus
berada pada sudutnya atau di antara dua sudut.
h. Semua bangunan lain seperti manhole harus dipisahkan dari perkerasan
i.
j.
Panel yang tidak persegi empat dan yang mengelilingi manhole harus diberi
tulangan berbentuk anyaman sebesar 0,15% terhadap penampang beton semen
dan dipasang 5 cm di bawah permukaan atas. Tulangan harus dihentikan 7,5
cm dari sambungan.
Adapun langkah langkah perhitungan data lalu lintas sebagai input data untuk
perencanaan tebal perkerasan kaku adalah sebagai berikut :
a. Menghitung volume lalu lintas (LHR) yang diperkirakan akan menggunakan
jalan tersebut pada akhir umur rencana.
b. Menghitung jumlah kendaraan niaga (JKN) selama umur rencana (n) :
= 365
Dimana :
JKNH = jumlah sumbu kendaraan niaga harian pada saat jalan dibuka
R
(1+) 1
(1+)
( untuk i 0 )
Apabila setelah m tahun pertumbuhan lalu lintas tidak terjadi lagi, maka :
R
(1+) 1
(1+)
+ ( )(1 + ) 1( untuk i 0 )
(1+) 1
(1+)
(1+) (1+ ) 1
(1+ )
( untuk i 0 )
Sebagai besaran rencana beban sumbu untuk setiap konfigurasi harus dikalikan
dengan faktor keamanan (FK) seperti terlihat pada tabel berikut :
Tabel 4. Faktor Keamanan
0,075
0,425
[5,20 0,50
0,075
0,425
Dimana :
Cs
= CBR rendaman
P2,36
Dari kedua persamaan tersebut dapat diperoleh CBR tanah dasar yang akan
digunakan untuk perencanaan dengan persamaan sebagai berikut :
Css = 0,25 ( 3Csmin + Csmaks ) ............................................................ (3)
Dimana :
Css
Csmin = Nilai minimum yang diperoleh dari persamaan (1) dan (2)
Csmaks = Nilai maksimum yang diperoleh dari persamaan (1) dan (2)
Sumber : Djatmiko Soedarmo, Jedy Purnomo, Mekanika Tanah 1, 1997
Nb : Persentase fatigue untuk tiap tiap kombinasi / beban sumbu ditentukan dengan
membagi jumlah pengulangan beban rencana dengan jumlah pengulangan beban yang
diijinkan.
3. Mencari total fatigue dengan menjumlahkan persentase fatigue dari seluruh
kombinasi konfigurasi beban sumbu.
4. Langkah langkah 1 sampai 3 diulangi hingga didapatkan tebal pelat terkecil
dengan total fatigue yang lebih kecil atau sama dengan 100%.
5. Tebal minimum pelat untuk perkerasan kaku adalah 150 mm.
1200
Keterangan:
As
fs
Untuk panjang pelat 13 m, luas tulangan diambil 0,1% dari luas penampang beton
atau 0,14% menurut SNI 1991.
pelenturan acuan
yang
berlebihan
akibat
peralatan pelaksanaan.
Sebelum
untuk memungkinkan agar anyaman dengan panjang penuh dapat digelar pada
kedudukan akhir tanpat erjadi penyimpangan lebih jauh. Untuk mencegah
pergeseran, anyaman yang berdampingan harus diikat dengan kawat beton.
Dalam pengecoran lapisan berikutnya, adukan dituang di, atas tulangan.
Untuk jangka waktu tertentu permukaan beton lapis pertama tidak boleh
dibiarkan erbuka, terutama pada keadaan cuaca panas atau berangin. Biasanya
30 menit merupikan jangka waktu maksimum yang masih diizinkan. Posisi
tulangan selama penghamparan harus selalu diperiksa dan apabila dipandang
perlu harus dilakukan perbaikan.
f. Apabila beton dibuat dengan penghamparan satu lapis maka lembar anyaman
kawat atau anyaman batang baja dapat diletakkan di atas permukaan
hamparan, kemudian anyaman tersebut dimasukkan (dengan mesin) dengan
cara menggetarkan atau menekannya sampai elevasi yang dikehendaki. Pada
pemasangan tersebut harus diperhatikan agar beton diatas kawat/batang baja
tidak pecah/retak atau mengakibatkan perubahan kedudukan anyaman dari
yang semestinya. Pada setiap sambungan melintang harus selalu diperiksa
untuk memastikan tersedianya jarak antara sambungan dengan tepi anyaman.
g. Apabila
dikehendaki
penggunaan
beton
menerus
dengan
tulangan,
dalam
gambar
rencana.
Apabila
beton
dibuat
dengan
penghamparan satu lapis, maka tulangan harus diletakkan pada dudukan agar
pada saat pengecoran tulangan tersebut dapat ditahan pada kedudukan yang
telah ditentukan. Apabila tidak digunakan tulangan melintang, tulangan dapat
dipasang melalui pipa yang terpasang pada mesin penghampar. Tumpangan
(overlaping) pada sambungah untuk batang tulangan, anyaman batang baja
atau anyaman kawat dilas yang dibuat di pabrik biasanya ditunjukkan pada
gambar rencana dan harus diperiksa selama pelaksanaan. Tulagnan 18 yang
harus
dilakukan
sedemikian
sehingga
tidak
terjadi
penggumpalan pada beton muda dan pada saat belum terjadi retak acak, waktu
penggergajian terbaik yaitu antara 8-20 jam setelah pengecoran. Dengan cara
penggergajian baik dengan menggunakan amta gergaji intan (diamond blades), bilah
pengikis bawah (wet abrasive blades) maupun bila pengikis kering (dry abrasive
blades), harus dilakukan secara perlahan-lahan, untuk mencegah terjadinya
sambungan
yang
kasar.
Kecenderungan
retak
acak
akibat
keterlambatan
8. Penghamparan
Pada pekerjaan besar, biasanya harus disediakan baik penghampar jenis
dayung (paddle) atau ulir (auger), atau ban berjalan, maupun jenis wadah (hopper)
dan ulir (auger), kecuali apabila digunakan penghampar acuan gelincir. Pada mesin
penghampar acuan gelincir, yang peralatan penghampar (speader) merupakan bagian
yang sudah melekat (built-in). Untuk mengurangi pemisahan butir, semua peralatan
harus dioperasikan secara seksama.
Pada pekerjaan yang lebih kecil, penghamparan dapat dilakukan dengan
beberapa cara, antara lain dengan peralatan manual. Dalam hal apapun, beton harus
dihampar dengan ketebalan yang cukup untuk pemadatan dan penyelesaian akhir.
Apabila tulangan terdiri dari anyaman dan harus diletakkan secara manual, maka
beton di bawah anyanian harus dihainpar terlebih dahulu tersendiri (struck-off),
kemudian anyaman diletakkan dan selanjutnya lapisan berikutnya dihampar. Pada
pekerjaan besar, kadang-kadang digunakan dua buah mesin penghampar. Apabila
Peralatan
Persyaratan uneralatan penyelesaian akhir harus tidak terlalu agar
supaya tidak menutup kemungkinan penggunaan peralatan baru yang lebih
baik. Apabila digunakan secara tepat, alat penyelesaian akhir yang berbentuk
pipa (tube) bias cukup efektif.
c.
Prosedur
Terlepas dari jenis alat yang digunakan, hasil yang balk dapat dicapai
bila semua peralatan dikoordinasikan, distel secara tepat, dan dioperasikan
oleh petugas yang berpengalaman. Pada setiap operasi senantiasa disediakan
sedikit cadangan beton di depan peralatan penyelesaian akhir.
dengan sisir kawat, atau metoda lainnya. Kekesatan yang sangat tinggi
mungkin diperlukan untuk mendapatkan keamanan tambahan pada daerahdaerah kritis, misal sekitar gerbong tol, persimpangan padat, atau lokasi lain
dimana frekuensi pengereman, percepatan, atau pembelokan sering terjadi.
Hal ini dapat diatasi dengan pembentuk tekstur yang lebih dalam dari pada
yang biasanya, pengaluran (grooving), atau jika diperlukan dengan
memberikan aluminium oxida, silicon carbide, atau partikel-partikel lain yang
tahan aus ke permukaan beton. Pengaluran harus dilakukan atnara 1-3 jam
sesudah pengecoran.
e.
Perapihan tepi
Tepi-tepi sepanjang agaris cetakan dan pada sambungan muai harus
dirapihkan dengan peralatan pembentuk tepi. Sambungan susut, kecuali
apabila yang dibentuk. dengan cara menggergaji juga harus dirapihkan.
Kadang-kadang sambungan pelaksanaan juga perlu dirapihkan, kecuali
apabila sambungan tersebut akan ditakik dan diisi.
f.
g. Persyaratan permukaan.
1. Permukaan perkerasan pada jalur utama
Pada jalur utama, permukaan perkerasan arah memanjang harus
mempunyai perbedaan kerataan maksimum 3 mm apabila diukur dengan
mistar 3 meter. Penyimpangan yang lebih dari 3 mm tapi lebih kecil atau
sama dengan 13 mm, harus diperbaiki dengan cara menggerinda
sedemikian rupa, sehingga tidak memberikan permukaan yang licin. Jika
lebih dari 13 mm, perkerasan harus diganti atau jika mungkin diberi lapis
tambah. Dalam arah melintang, penyimpangan sampai 6,5 mm dalam 3
meter masih diizinkan.
2. Permukaan perkerasan jalan masuk dan persimpangan
Pada jalan masuk dan persimpangan, toleransi permukaan untuk jenis
perkerasan ini, sulit dipenuhi. Usaha tambahan harus dilakukan dengan
menggunakan teknik pelaksanaan yang dapat menghasilkan toleransi
kerataan permukaan seperti pada jalur utama. Atas dasar pertimbangan
tersebut, toleransi kerataan permukaan arah memanjang dapat dinaikkan
menjelang
dipindahkan
ke
dalam
penyemprot
dan
selama
4.
pada permukaan. Lembar penutup harus mempunyai lebar yang cukup untuk
dapat menutup permukaan dan bidang-bidang tegak setelah acuan dibongkar.
Lembar polyethylene harus tetap ditempatnya selama masa perawatan. Untuk
memudahkan penanganan, tebal minimum lembar polyethylene sebaiknya 0,1
mm.
5.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perkerasan kaku adalah suatu susunan kontruksi perkerasan dimana sebagai
lapisan atas digunakan plat beton yang terletak diatas pondasi atau langsung diatas
tanah dasar pondasi (sub grade). Plat beton yang kaku dan memiliki modulus
elastisitas yang tinggi, akan mendistribusikan beban lalu lintas ke tanah dasar yang
melingkupi daerah yang cukup luas. Dengan demikian, bagian terbesar dari kapasitas
struktur perkerasan diperoleh dari plat beton itu sendiri.
Yang sangat menentukan kekuatan struktur perkerasan dalam memikul beban
lalu lintas adalah kekuatan beton itu sendiri. Sedangkan kekuatan dari tanah dasar
hanya berpengaruh kecil terhadap kekuatan daya dukung steuktural perkerasan kaku.
Lapis pondasi bawah, jika digunakan di bawah plat beton, dimaksudskan untuk
drainase dalam menghindari terjadinya pumping.
Surface Course merupakan lapisan yang langsung berhubungan dengan beban
lalu lintas dan terbuat dari PCC. Hal ini memberikan karakteristik gesekan, kelicinan,
dan drainase. Selain itu, memiliki fungsi sebagai lapisan waterproofing base, subbase,
dan tanah dasar. Surface Course dapat bervariasi dalam ketebalan tetapi biasanya
antara 150 mm (6inci) (untuk muatan ringan) dan 300 mm (12inci) (untuk beban
berat dan lalu lintas tinggi).
Base Course berada di bawah lapisan permukaan. Hal ini memberikan
distribusi beban tambahan, kontribusi dan resistensi drainase, memberikan dukungan
lapisan di atasnya dan platform yang stabil untuk peralatan kontruksi (ACPA, 2001).
Bias juga membantu mencegah gerakan tanah dasar karena tertekan dari atas.
Subbase course adalah bagian dari struktur perkerasan antara base course dan tanah
dasar. Fungsi utama adalah dapat pendukung struktural tapi juga dapat:
1. Meminimalisir terjadinya ambles pada jalan
2. Meningkatkan drainase.
Subbase umumnya terdiri dari bahan bahan kualitas lebih rendah dari pada lapisan
atas, tetapi lebih baik daripada tanah dasar. Bahan agregat yang bagus dan berkualitas
tinggi mengisi struktural. Sebuah subbase tidak selalu dibutuhkan atau digunakan.
Sambungan dipasang pada perkerasan beton semen untuk mengendalikan penyebaran
retakan akibat susut serta untuk menampung pemuaian pelat akibat perubahan suhu
dan kelembaban.
Sambungan memanjang biasanya merupakan sambungan pelaksanaan dan
sambungan susut dipasang membujur jalan. Sedangkan sambungan melintang dapat
berupa sambungan susut ,sambungan muai dan juga sambungan pelaksanaan.
Setelah penyelesaian akhir selesai dan lapisan air menguap dari permukaan atau
segera setelah pelekatan dengan beton tidak terjadi maka seluruh permukaan beton
harus segera ditutup dan dipelihara sesuai dengan salah satu metoda yang diuraikan di
bawah.
Dalam semua hal, dimana perawatan memerlukan penggunaan air, maka operasi
perawatan harus dititikberatkan pada penyediaan air. Biasanya masa perawatan
dilakukan selama 7 hari, tapi waktu tersebut dapat diperpendek bila 70 persen
kekuatan tekan atau lentur beton dapat dicapai lebih awal.
3.2 Saran
Pembuatan makalah ini ditujukan kepada mahasiswa khususnya jurusan sipil
agar sedikit mengerti mengenai perkerasaan kaku. Dengan bekal materi yang ada
dapat memambantu mahasiswa dalam proses perkuliahan. Untuk pengetahuan dan
pengalaman yang lebih mendalam dibutuhkan pembelajaran yang lebih banyak dan
terperinci.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
k-9kg/cm2 , CBR6%
b. Beton
c. Umur rencana
d. Pertumbuhan lalu lintas
e. Peranan jalan
=
=
=
=
MR-40kg/cm2
20 tahun
5% per tahun
kelas II (arteri primer bebas hambatan)
Data lalu lintas harian pada tahun pembukaan (untuk 2 jalur 1 arah)
Mobil penumpang
(1+1)
ton
=
Bus
(3+5)
ton
=
Truck 2 as kecil
(2+4)
ton
=
Truck 2 as besar
ton
=
Truck 3 as
(6+14)
ton
=
Truck gandengan
(6+14+5+5)
ton
=
Menghitung JKNH
Bus
Truck 2 as kecil
Truck 3 as kecil
Truck gandengan
(3+5)
(2+4)
(6+14)
(6+14+5+5)
(1+0,005)20-1
200
214
1428
14
8
kendaraan
kendaraan
kendaraan
kendaraan
kendaraan
kendaraan
33,9
log (1+0,05)
JKN
20.589.504 kendaraan
=
=
=
=
=
428
2856
28
32 +
3344 sumbu
41.376.984 kendaraan
1428 : 3344
214 : 3344
1428 : 3344
(8x2) : 3344
214 : 3344
(14+8) : 3344
(14+8) : 3344
=
=
=
=
=
=
=
=
42,70
6,40
42,55
0,48
6,40
0,66
0,66
%
%
%
%
%
%
%
%
(STRT)
0.427x41373984x0.70
123,68x105
(STRT)
0.064x41376984x0.70
18,54x105
(STRG)
0.427x41376984x0.70
123,68x105
(STRT)
0.0048x41376984x0.70
1,39x105
(STRG)
0.064x41376984x0.70
18,54x105
(STRT)
0.0066x41376984x0.70
1,91x105
0.0066x41376984x0.70
1,91x105
=
=
=
=
=
=
=
=
2,4
3,6
4,8
6,0
6,0
7,2
9,6
16,8
ton
ton
ton
ton
ton
ton
ton
ton
= 40 kg/cm2
=
=
=
=
=
=
=
=
0
0
0
18,8/40
14/40
21,2/40
19,4/40
=
=
=
0.47
0.35
0.53
0.485
repetisi ijin
=
Perb. Tegangan 0,35
repetisi ijin
=
Perb. Tegangan 0,53
repetisi ijin
= 240000
Perb. Tegangan
repetisi ijin
=
Perb. Tegangan 0,485
repetisi ijin
=
-
=
=
=
=
=
=
79.40%
=
=
=
79.40%
79,4% < 100%
DAFTAR ISTILAH
1.
2.
Batang pengikat (tie bars) sepotong baja ulir yang dipasang pada sambungan
memanjang dengan maksud untuk mengikat pelat agar tidak bergerak horizontal.
3.
Bahan pengisi sambungan (joint filler) suatu bahan yang bersifat plastis yang
dipasang pada celah sambungan muai, guna mencegah masuknya benda-benda
asing ke dalam celah.
4.
Bahan penutup sambungan (joint sealer) suatu bahan yang bersifat elastis yang
dipasang pada bagian atas dari sambungan yang dimaksudkan untuk mencegah
masuknya benda-benda asing ke dalam celah.
5.
Batang ulir (deformed bars) batang tulangan prismatis atau yang diprofilkan
berbentuk alur atau spiral yang terpasang tegak lurus atau miring terhadap muka
batang, dengan jarak antara rusuk-rusuk tidak lebih dari 0,7 diameter batang
pengenalnya/nominal.
6.
Beban sumbu standar beban sumbu dengan roda ganda yang mempunyai total
berat sebesar 8,16 ton.
7.
8.
9.
Gompalan (spalling) suatu bentuk kerusakan pada pelat beton yang umumnya
terjadi pada tepi-tepi pelat atau retakan.
10. Jumlah Sumbu Kendaraan Niaga (JSKN) jumlah sumbu komulatif dari
kendaraan niaga selama umur rencana pada lajur rencana.
11. Jumlah Sumbu Kendaraan Niaga Harian (JSKNH) jumlah sumbu harian
kendaraan niaga pada awal tahun rencana pada lajur rencana.
12. Jalur lalu-lintas bagian jalan yang direncanakan khusus untuk lintasan
kendaraan
13. Kuat tarik lentur (flexural strength modulus of rupture) kekuatan beton yang
diperoleh dari percobaan balok beton dengan pembebanan tiga titik yang
dibebani sampai runtuh.
14. Kendaraan niaga kendaraan yang paling sedikit mempunyai dua sumbu atau
lebih yang setiap kelompok bannya mempunyai paling sedikit satu roda tunggal,
dan berat total minimum 5 ton.
15. Kuat tarik langsung kuat tarik beton yang ditentukan berdasarkan kuat tekan
belah silinder beton yang ditekan pada sisi panjangnya.
16. Lalu-lintas harian rata-rata (LHR) jumlah total volume lalu-lintas roda empat
atau lebih dalam satu tahun dibagi dengan jumlah hari dalam satu tahun.
17. Lapis pondasi bawah dengan bahan pengikat (bound sub-base) pondasi
bawah yang biasanya terdiri dari material berbutir yang distabilisasi dengan
semen aspal, kapur, abu terbang (fly ash) atau slag yang dihaluskan sebagai
bahan pengikatnya.
18. Lajur lalu-lintas bagian dari jalur jalan yang diperuntukkan bagi laju satu
lintasan kendaraan.
19. Lajur rencana (LR) suatu lajur lalu-lintas yang menampung lalu-lintas terbesar.
umumnya salah satu lajur jalan dua jalur atau lajur tepi luar dari jalan raya
berlajur banyak.
20. Modulus reaksi tanah dasar (modulus of subgrade reaction) nilai konstanta
pegas (spring constant) dari tanah dasar di dalam menerima beban yang
ditentukan dari percobaan pengujian beban pelat (Plate Bearing).
21. Perkerasan beton bersambung tanpa tulangan (Jointed Unreinforced
Concrete Pavement) jenis perkerasan beton semen yang dibuat tanpa tulangan
dengan ukuran pelat mendekati bujur sangkar, dimana panjang dari pelatnya
beton
semen
menerus
dengan
tulangan
(Continuously
29. Sambungan lidah alur (key ways joint) jenis sambungan pelaksanaan
memanjang dimana sebagai sistem penyalur bebannya digunakan hubungan lidah
alur sedangkan untuk memegang pergerakan pelat ke arah horizontal digunakan
batang pengikat.
30. Sambungan muai (expansion joint) jenis sambungan melintang yang dibuat
untuk membebaskan tegangan pada perkerasan beton dengan cara menyediakan
ruangan untuk pemuaian.
31. Sambungan pelaksanaan (construction joint) jenis sambungan melintang atau
memanjang yang dibuat untuk memisahkan bagian-bagian yang dicor/dihampar
pada saat yang berbeda, ditempatkan di antara beton hasil penghamparan lama
dengan beton hasil penghamparan baru.
32. Sambungan tidak sejalur (mismatched joint) suatu pola sambungan, dimana
sambungan di antara pelat-pelat yang berdekatan tidak berada dalam satu garis
(jalur).
33. Sambungan susut (contraction joint) jenis sambungan melintang yang dibuat
dengan maksud untuk mengendalikan retak susut beton, serta membatasi
pengaruh tegangan lenting yang timbul pada pelat akibat pengaruh perubahan
temperatur dan kelembaban. Jarak antara tiap sambungan susut, umumnya dibuat
sama.
34. Stabilisasi suatu tindakan perbaikan mutu bahan perkerasan jalan atau
meningkatkan kekuatan bahan sampai kekuatan tertentu agar bahan tersebut
dapat berfungsi dan memberikan kinerja yang lebih baik dari pada bahan aslinya.
35. Takikan (groove) ruang pada bagian atas sambungan yang dibuat sebagai tempat
bahan penutup.
36. Tegangan lenting (warping stress) tegangan yang terjadi pada pelat beton yang
ditimbulkan oleh melentingnya pelat akibat perbedaan temperatur dan
kelembaban.
37. Umur Rencana (UR) suatu periode tertentu dalam tahun, yang dirancang agar
jalan yang direncanakan dan dipelihara dapat berfungsi selama periode tersebut.