Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
BAB 1. PENDAHLUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap orang pasti ingin memiliki keturunan. Hal ini dikarenakan, manusia
memiliki sifat naluriah untuk selalu ingin meneruskan generasinya. Untuk itulah
pernikahan berlangsung. Dengan adanya pernikahan inilah, maka kemalilan dapat
terjadi. Bukan hal yang asing lagi jika setiap orang menginginkan kehamilan yang
sehat. Namun hal tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa didalam perjalanan
kehamilan, terdapat patologis kehamilan yang memberikan dampak negative pada
ibu maupun janin. Salah satu kepatologisan kehamilan adalah kehamilanlewat
waktu (Posterm).
Kehamilan lewat waktu merupakan salah satu kehamilan yang beresiko
tinggi dimana dapat terjadi komplikasi pada ibu dan janin. Kehamilan umumnya
berlangsung 40 minggu atau 280 hari dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan
lewat waktu juga biasa disebut Serotinus atau Postterm Pregnancy, yaitu
kehamilan yang berlangsung selama lebih dari 42 minggu atau 294 hari (Manuba,
2008).
Angka kematian ibu dan angka kematian bayi merupakan indikator yang
paling penting untuk melakukan penilaian kemampuan suatu negara untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan, khususnya dalam bidang obstetri.
Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) dan data Biro Pusat
Statistik (BPS) angka kematian ibu dalam kehamilan dan persalinan di seluruh
dunia mencapai 515 ribu jiwa pertahun. Ini berarti seorang ibu meninggal hampir
setiap menit karena komplikasi kehamilan dan persalinannya. Sedangkan angka
kematian bayi di Indonesia pada tahun 2007 2-5 kali lebih tinggi mencapai 34 per
1000 kelahiran hidup atau 2 kali lebih besar dari target WHO yaitu sebesar 15%
per kelahiran hidup (Saifudin, 2005).
Adapun
penyebab
kematian
perinatal
adalah
kelainan
kongenital,
1.4.3
1.4.4
lebih mendalam;
Dengan membaca makalah ini tentang tanda dan gejala Post Term, maka
dapat semakin dipahami tentang apa sebenarnya tanda dan gejala Post
1.4.5
Term;
Dengan membaca makalah ini tentang patofisiologi Post Term, maka dapat
semakin dipahami tentang bagaimana perjalanan terjadinya Post Term
1.4.6
1.4.7
1.4.8
1.4.9
mendalam;
Dengan membaca makalah ini tentang pemeriksaan penunjang Post Term,
maka dapat semakin dipahami tentang apa saja pemeriksaan penunjang
Post Term;
1.4.10 Dengan membaca makalah ini tentang asuhan keperawatan pada klien
dengan Post Term, maka dapat semakin dipahami tentang bagaimana
asuhan keperawatan pada klien dengan Post Term;
1.4.11 Bagi klien
Klien dapat mengetahui tanda dan gejala, faktor-faktor penyebab,
pencegahan, pengobatan dan asuhan keperawatan kehamilan post matur.
1.4.12 Bagi perawat
Perawat dapat mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang telah
diberikan dan dapat memberikan manfaat pada klien dengan kehamilan
post matur.
1.4.13 Bagi instansi kesehatan
Instansi kesehatan dapat melakukan kerja sama dengan tenaga kesehatan
dalam menangani klien dengan kehamilan post matur secara tepat.
2.1 Pengertian
Kehamilan yang berlangsung melebihi 42 minggu yaitu kehamilan
memanjang, kehamilan lewat bulan, kehamilan posterm dan pascamaturitas.
Kehamilan lewat bulan merupakan suatu kondisi antepartum yang dibedakan
dengan sindrom pasca maturitas dan
atau 280 hari setelah ovulasi. Istilah lewat bulan (postdate) digunakan karena
tidak menyatakan secara langsung pemahaman mengenai lama kehamilan dan
maturitas janin. (Varney H., 2007).
Kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari 42 minggu lengkap
disebut sebagai post term atau kehamilan lewat waktu. Nama lain kehamilan lewat
waktu adalah kehamilan serotinus, prolonged pregnancy atau postterm pregnancy.
Kehamilan umunya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dari hari pertama haid
terakhir. Kehamilan aterm ialah usia kehamilan antara 38 sampai 42 minggu dan
ini merupakan periode dimana terjadi persalinan normal (Sarwono, 2008).
2.2
Epidemologi
Angka kejadian kehamilan lewat waktu kira-kira 10 %, bervariasi antara
Etiologi
Etiologi dari post term belum diketahui. Faktor yang dikemukakan adalah
hormonal yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah
cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang (Mochtar,
Rustam, 1998).
Fungsi plasenta memuncak pada usia kehamilan 38-42 minggu, kemudian
menurun setelah 42 minggu, terlihat dari menurunnya kadar estrogen dan laktogen
plasenta. Terjadi juga spasme arteri spiralis plasenta yang dapat menyebabkan
terjadinya gangguan suplai oksigen dan nutrisi untuk hidup dan tumbuh kembang
janin intrauterin. Sirkulasi uteroplasenta berkurang sampai 50%.Volume air
ketuban juga berkurang karena mulai terjadi absorpsi. Keadaan-keadaan ini
merupakan kondisi yang tidak baik untuk janin. Risiko kematian perinatal pada
bayi postmatur cukup tinggi : 30% prepartum, 55% intrapartum, 15% postpartum.
Beberapa teori menunjukkan etiologi postterm antara lain sebagai berikut:
Pengaruh progesterone
Penurunan hormone progesterone dalam kehamilan dipercaya merupakan
Teori oksitosin
Pemakaian oksitosin intuk induksi persalinan pada kehamilan postterm
persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar kortisol plasma
janin.
Kortisol
janin
akan
mempengaruhi
plasenta
sehingga
produksi
Saraf uterus
Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus frankenhauser akan
membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan dimana tidak ada tekanan pada
pleksus ini,seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek dan bagian bawah masih
tinggi, kesemuanya diduga sebagai penyebab terjadinya kehamilan postterm
e
Herediter
Beberapa penulis menyatakan bahwa seorang ibu yang mengalami
Janin postterm dapat terus bertambah beratnya di dalam uterus dan dengan
demikian menjadi bayi besar yang abnormal pada saat lahir, atau bertambah
berat postterm serta berukuran besar menurut usia gestasionalnya.
2.5
Patofisiologi
Pada kehamilan lewat waktu terjadi penurunan oksitosin sehingga tidak
2.6
2.6.1 Komplikasi
Persalinan janin makrosomia pervaginam akan menimbulkan trauma pada
bayi dan maternal yang makin tinggi
1. Komplikasi trauma pada janin atau bayi
a Asfiksia karena terlalu lama terjepit
b Trauma akibat tindakan operasi yang di lakukan pervaginam dengan
bentuk trias komplikasi:
1 Infeksi
2 Asfiksia
3 Trauma langsung dan perdarahan
2. Komplikasi maternal trias komplikasi
a Trauma langsung persalinan pada jalan lahir:
1 Robekan luas
2 Fistula rekto-vasiko vaginal
3 Ruptura perineum tingkat lanjut
b Infeksi karena terbukanya jalan halir secara luas senghingga mudah terjadi
c
kontaminasi bacterial.
Perdarahan:
1 Trauma langsung jalan lahir
2 Atonia uteri
3 Retentio Plasenta (Sarwono ,2002)
10
polisitemia dan kelainan neurologik. Partus serotinus sering terjadi pada pada
anesefalus.
2.6.2 Prognosis
Beberapa ahli menyatakan kehamilan lewat bulan jika lebih dari 41 minggu
karena angka mordibitas dan mortalitas neonatus meningkat setelah usia 40
minggu. Namun sekitar 18 % kehamilan akan berlanjut melebihi 41 minggu
hingga 7% akan menjadi 42 minggu tergantung
digunakan.
Seringnya kesalahan dalam mendefinisikan postmatur diperlukan deteksi
sedini mungkin untuk menghindari kesalahan dalam menentukan usia kehamilan.
Jika TP telah ditentukan pada trimester terakhir atau berdasarkan data yang tidak
dapat diandalkan, maka data yang terkumpul sering menunjukkan peningkatan
resiko lahir mati seiring peningkatan usia kehamilan lebih dari 40 minggu.
Penyebab bayi lahir mati tidak mudah dipahami dan juga tidak ada
kesepakatan tentang pendekatan yang paling tepat guna mencegah kematian
tersebut. (Varney H., 2007). Apabila diambil batas waktu 42 minggu frekuensinya
adalah 10,4 12%. Apabila diambil batas waktu 43 minggu frekuensinya adalah
3,4 -4% ( Mochtar, R., 1998).
2.7
Pengobatan
Setelah usia kehamilan > 40-42 minggu yang penting adalah monitoring
11
Pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama dan terjadi gawat janin,
atau
diproporsi
sefalo-pelvik
dan
distosia
janin
perlu
dipertimbangkan. Selain itu janin postmatur lebih peka terhadap sedatif dan
narsoka, jadi pakailah anestesi konduksi (Mochtar, 2003).
Pertimbangan Persalinan Anjuran (induksi):
Persalinan anjuran bertujuan untuk dapat :
1
2.8
Pencegahan
Selain pengobatan yang dapat diberikan adapun pencegahan yang dapat
dilakukan pada klien kehamilan post matur yaitu Pencegahan dapat dilakukan
dengan melakukan pemeriksaan kehamilan yang teratur, minimal 4 kali selama
kehamilan, 1 kali pada trimester pertama (sebelum 12 minggu), 1 kali pada
trimester ke dua (antara 13 minggu sampai 28 minggu) dan 2 kali trimester ketiga
(di atas 28 minggu). Bila keadaan memungkinkan, pemeriksaan kehamilan
dilakukan 1 bulan sekali sampai usia 7 bulan, 2 minggu sekali pada kehamilan 7-8
bulan dan seminggu sekali pada bulan terakhir. Hal ini akan menjamin ibu dan
dokter mengetahui dengan benar usia kehamilan, dan mencegah terjadinya
kehamilan serotinus yang berbahaya.
12
Pemeriksaan penunjang
Gerak janin tidak ada atau kurang dari 5 gerakan dalam 20 menit.
Bila memperoleh hasil yang non reaktif maka dilanjutkan dengan tes
tekanan oksitosin
13
Gerakan janin
Gerakan janin dapat ditentukan secara subyektif (normal rata-rata tujuh kali
per 20 menit) atau secara obyektif dengan topografi (normal rata-rata 10 kali per
20 menit) gerakan janin dapat pula ditentukan pada pemeriksaan ultrasonografi.
Dengan menentukan nilai biofisik maka keadaan janin dapat dipastikan lebih baik.
Penilaian air banyaknya air ketuban secara kualitatif dengan USG ( normal > 1cm
per bidang ) memberikan gambaran banyaknya air ketuban ; bila ternyata
oligohidramnion maka kemungkinan telah terjadi kehamilan lewat waktu
4
Amnioskopi
14
Bila ditemukan air ketuban yang jernih mungkin keadaan janin masih baik.
Sebaliknya air ketuban sedikit dan mengandung mekonium akan mengalami
resiko 33% asfiksia.
5
15
16
BAB 3. PATHWAY
Faktor Herediter
Pengaruh progesterone
Teori oksitosin
Teori kortisol /ACTH janin,dll
plasenta berfungsi baik
plasenta menurun
pelvis sempit
CPD
Pelvis macet
Penekanan saraf nyeri
Nyeri akut
Gangguan termoregulasi:hipotermi
Terbukanya intrauterine
dengan ekstrauterin
O2 ke janin inadekuat
17
Terbukanya intrauterine
dengan ekstrauterin
terjadi luka
O2 ke janin inadekuat
janin BAB dlm rahim
O2 ke jaringan
janin berkurang
aspirasi mekonium
asfiksia
Gangguan pertukaran gas
18
1.
4.1 Pengkajian
Identitas klien
Identitas klien diperlukan guna melengkapi data terkait, sehingga dapat
Nama
Umur
c.
d.
kehamilan post term. Kejadian ini bisa terjadi pada usia berapapun.
Jenis kelamin : perempuan
Agama
: menurut etiologi agama tidak berpengaruh pada kejadian
e.
f.
g.
h.
2.
Keluhan utama
Keluhan utama pasien datang kerumah sakit adalah nyeri.
3.
Riwayat kesehatan
a.
sebelumnya karena serotinus cenderung terjadi lagi pada wanita yang mempunyai
riwayat kehamilan serotinus sebelumnya.
b.
Riwayat kesehatan sekarang
Untuk mengetahui keadaan atau kondisi pasien serta ditanyakan apakah saat
ini sedang menderita penyakit, sejak kapan, upaya apa yang telah dilakukan,
apakah sudah periksa, hal ini untuk mendeteksi penyakit dalam kehamilan yang
dapat mempengaruhi proses persalinan.
c.
Riwayat kesehatan keluarga
Untuk mengetahui kemungkinan ada yang menderita penyakit menular,
menurun, kejiwaan yang dapat mempengaruhiproses kehamilan dan persalinan
19
Riwayat Obstetri
a.
Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui lamanya perkawinan dan adanya infertilitas yang
Riwayat Kontrasepsi
Ditanyakan metode yang dipakai dan keluhannya karena salah satu efek
samping kontrasepsi adalah haid yang tidak teratur atau tidak haid sehingga dapat
menimbulkan ketidaktepatan dalam menentukan HPHT.
6.
a.
b.
c.
d.
Pemeriksaan Fisik
Adapun pemeriksaan fisik didapatkan hasil:
Keadaan Umum
: Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Keadaan emosional
: Stabil
Tanda tanda vital
Tekanan darah
: normanya < 140/90 mmHg. Tekanan diatas normal
menunjukkan adanya hipertensi dalam kehamilan (preklamsia) dan harus
mendapatkan tindakan untuk mencegah menjadi eklamsia.
Suhu tubuh
: 36 - 37oC
Denyut nadi
: 80-100 kali/menit
Pernapasan
: 20-24 kali/menit
e.
Tinggi badan
BB sebelum hamil
g.
BB sekarang
20
h.
LILA
Pemeriksan fisik
1. Kepala dan Wajah
a. Mata
Konjunctiva yang anemis menunjukkan adanya anemia karena
kekurangan protein dan Fe sebagai sumber pembentukan eritrosit.
b. Hidung
Tanyakan pada ibu, apakah ibu ada pilek atau riwayat sinusitis. Infeksi
pada ibu postpartum dapat meningkatkan kebutuhan energi.
c. Telinga
Sama dengan pengkajian pada hidung.
d. Mulut dan gigi
Tanyakan pada ibu apakah ibu mengalami stomatitis, atau gigi yang
berlubang. Gigi yang berlubang dapat menjadi port de entree bagi
mikroorganisme dan bisa beredar secara sistemik
2. Hidung
: kaji apakah ada polib
3. Telinga
: kaji apakah ada kelainan pendengaran
4. Leher
Kaji adanya pembesaran kelenjar limfe di bawah telinga dan pembesaran
kelenjar tiroid. Kelenjar limfe yang membesar menunjukkan adanya
infeksi, ditunjang dengan tanda yang lain, seperti: hipertermi, nyeri,
5.
a)
b)
c)
bengkak.
Dada
Jantung
: kaji irama jantung
Paru
: kaji apakah ada suara tambahan
Payudara
:
1) Kesan umum
Kaji bentuk payudara, apakah payudara simetris antara kiri dan
kanan. Apakah terjadi hiperpigmentasi areola. Dengan palpasi dapat
ditentukan apakah terdapat nodul yang abnormal. Saat palpasi, naikkan
tangan di atas kepala supaya payudara kencang dan hasil pemeriksaan
lebih akurat.
2) Putting susu
Kaji apakah ASI atau kolostrum sudah keluar dengan memencet
21
7. Abdomen
a. Keadaan
Kaji apakah terdapat striae dan linea nigra atau bekas luka serta palpasi
abdomen menggunakan metoda Leopold I IV
1 Leopold I
Tujuan pemeriksaan Leopold I adalah untuk mengetahui bagian atas
janin dan tinggi fundus uteri (TFU). Caranya dengan meminta klien
menekuk kakinya, dan abdomen dikumpulkan ke tengah untuk
menentukan fundus uteri. Kemudian diraba bagian atas, apakah lunak
atau keras. Jika lunak maka bokong, dan jika keras maka kepala bayi.
Lihat juga usia gestasi untuk menetukan apakah terjadi kelainan atau
tidak. TFU diukur dengan meteran dari fundus ke tulang pubis. TFU
dapat digunakan untuk menentukan usia kehamilan atau menetukan berat
janin. Cara pengukurannya dengan menggunakan mideline, dengan titik
nol di letakkan di atas simpisis pubis, lalu ditarik setinggi fundus uteri
ibu hamil.
Menurut Spiegelberg, dengan jalan mengukur tinggi fundus uteri dari simpisis
pubis maka diperoleh hasil:
22 28 mg 24 25 cm di atas simfisis
28 mg 6,7 cm di atas simfisis
30 mg 29,5 30 cm di atas simfisis
32 mg 29,5 30 cm di atas simfisis
34 mg 31 cm di atas simfisis
36 mg 32 cm di atas simfisis
38 mg 33 cm di atas simfisis
40 mg 37,7 cm di atas simfisis
2.
Leopold II
Tujuan pemeriksaan Leopold II adalah untuk menetukan letak
punggung janin. Caranya meraba salah satu sisi samping perut ibu
dengan menekan sisi lainnya. Hasil pemeriksaan berupa punggung kanan
(Puka) atau punggung kiri (Puki).
3. Leopold III
Tujuan pemeriksaan Leopold III adalah untuk menentukan presentasi
janin. Jika presentasinya adalah kepala, apakah sudah masuk pintu atas
panggul (PAP) atau belum. Caranya adalah dengan menggoyang kepala
22
dengan tangan kanan dan menahan fundus dengan tangan kiri. Jika
kepala masih bisa digoyang maka kepala belum masuk PAP. Pada tahap
ini boleh dilakukan pemeriksaan denyut jantung janin (DJJ), karena
letaknya antara punggung dan kepala. Caranya adalah kaki ibu di
luruskan kemudian dengarkan DJJ, Nilai DJJ normal adalah 120 140
kali/menit.
4. Leopold IV
Tujuan pemeriksaan Leopold IV adalah untuk mengetahui seberapa
bagian kepala janin yang masuk PAP
Braxton hicks
Braxton hicks adalah kontraksi palsu yang disebabkan karena manipulasi
pada uterus. Jika pemeriksa tidak menemukan Braxton hicks saat palpasi
abdomen, maka bisa ditanyakan pada klien apakah klien sering mengalami
kontraksi atau kenceng-kenceng.
c.
Pergerakan janin
Pergerakan janin bisa ditanyakan
pada
klien
untuk
mengetahui
23
9.
a.
Pelvimetri
Distansia spinarum
Adalah jarak antara tulang spina dextra dengan tulang spina sinistra, nilai
b.
c.
d.
18 20 cm.
Lingkar panggul luar
Adalah ukuran lingkar panggul luar, mulai dari tulang pubis, spina dan
krista kanan, promontorium, spina dan krista kiri kembali ke pubis. Ukuran
10.
4.2 Diagnosa
Diagnosa yangdapat muncul adalah sebagai berikut.
Diagnosa keperawatan pada bayi:
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan aspirasi mekonium
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan pasokan oksigen
ke jaringan tubuh.
3. Gangguan termoregulasi: hipotermi berhubungan dengan suhu tubuh tidak
stabil karena hilangnya lemak subkutan.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan berkurangnya cadangan
lemak subkutan.
Diagnosa keperawatan pada Ibu:
1. Nyeri akut berhubungan dengan pertus macet
2. Ansietas pada Ibu b.d. proses kelahiran yang lama
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan terbukanya intrauterin dengan
ekstrauterin
24
25
Rencana keperawatan
Intervensi
Rasional
ulang informasi yang a. Persalinan
No
Diagnosa keperawatan
Setelah
berhubungan dengan
tindakan keperawatan 1
berhubungan
bayi,
mekonium
menunjukkan perbaikan
pertukaran
selama kehamilan
penggunaan
dilakukan a. Kaji
gas/pertukaran
gas
dengan
seperti
kondisi
lamanya
kadar
PO2
dalam
meningkatkan
hipoksia,
status
dan
depresi
obat
minggu
terjadinya
c. Kaji
resiko
oleh
klien.
b. Neonatus lahir lebih dari
42
a. Mempertahankan
lama
beresiko
aspirasi
pernapasan,
mekonium.
perhatikan adanya tanda-tanda c. Takipnea
menandakan
distress
pernapasan,
takipnea,
pernapasan
pernapasan
seperti:
distress
cuping
khususnya
eupnea (normal)
d. Pantau oksigen transkutan atau
d. RR normal 40-50
bila
26
x/menit.
oksimeter nadi.
jam kehidupan pertama.
e. Tidak terjadi sianosis
d. Memberikan pemantauan
f. Tidak terjadi aspirasi e. Hisap hidung dan orofaring
noninvasif
konstan
mekonium
dengan
hati-hati,
sesuai
terhadap kadar oksigen.
kebutuhan.
e. Mungkin perlu untuk
f. Pantau masukan dan haluaran
mempertahankan
cairan.
kepatenan jalan napas.
f. Dehidrasi
merusak
kemampuan
g. Observasi
sianosis.
h. Pantau
terhadap
hasil
adanya
pemeriksaan
i. Pantau
jumlah
pemberian oksigen.
membersihkan
dan
durasi
jalan
laboratorium.
untuk
adalah
tanda
tekanan
lama
tinggi
diakibatkan
27
j. Catat
fraksi
oksigen
dalam
dari
IPPB
dapat
mempredisposisikan bayi
jam.
pada
displasia
bronkopulmonal.
j. Jumlah oksigen
k. Mulai
drinase
postural,
toleransi
bayi
m.
atau
diekspresikan
individu,
terhadap prosedur.
nasogastrik
diberikan,
yang
orogastrik
penghilangan
Lama
sekresi.
waktu
yang
dihubungkan
misalnya:
Natrium
dengan
toleransi bayi.
l. Menurunkan kebutuhan
oksigen,
meningkatkan
istirahat,
menghemat
energi,
menurunkan
28
resiko aspirasi.
m. Penggunaan
natrium
membantu
mengembalikan
pH
2.
Setalah
diakukan a. Pantau
berhubungan dengan
tindakan
keperawatan
penurunan pasokan
1X24jam
klien
oksigen.
menunjukkan
peningkatan
tanda
vital.
penurunan
sirkulasi/hipoksia
meningkatkan
perfusi
pemasukkan
a. Tanda-tanda
urin.
vital
kapiler.
b. Dehidrasi
yang
oklusi
tidak
menyebabkan
hipovolemia
tetapi
menyebabkan
oklusi
29
cairan
(IV/peroral)
sesuai indikasi
f. Berikan
oksigen
tambahan
sirkulasi/perfusi
volume
ke
jaringan.
f. Dapat memperbaiki atau
mencegah memburuknya
hipoksia.
30
3.
berhubungan
menunjukkan
peningkatan
tubuh/suhu
lemak subkutan.
normal
cenderung
suhu
tubuh b. Tempatkan
bayi
pada
(36,5-370C)
sebagai berikut:
a. Suhu tubuh 36,5370C.
b. Klien
mengalami
dingin.
c. Bayi tenang
tidak rewel.
penyebaran hangat.
c. Gunakan
lampu
pemanas
stress
dingin.
b. Mempertahankan
lingkungan
termonetral,
membantu
mencegah
stress dingin.
c. Menurunkan kehilangan
panas pada lingkungan
selama prosedur.
tidak
stress d. Kurangi pemajanan pada aliran
udara,
dan
pada
pagar
hindari
isolate
pembukaan
yang
tidak
semestinya.
ruangan.
d. Menurunkan
panas
karena
konveksi/konduksi.
Membatasi
panas.
e. Ganti pakaian atau linen tempat e. Menurunkan
tidur bila basah. Pertahankan
kehilangan
kehilangan
kehilangan
melalui evaporasi.
31
dingin.
menyebabkan
konsumsi
Setelah
dilakukan a. Kaji
berhubungan dengan
tindakan
pengelupasan kulit.
keperawatan
/catat
ukuran,
warna, a. Mengidentifikasi
terjadinya komplikasi.
luka.
b. Merupakan
tindakan
b. Lakukan kompres basah dan
mempertahankan
protektif
yang
dapat
sejuk.
keutuhan kulit dengan
mengurangi nyeri.
kriteria hasil sebagai c. Lakukan perawatan luka dan c. Memungkinkan
pasien
berikut:
hygiene
mandi),
a. Tidak tampak
meningkatan kenyamanan
pasien.
adanya
pengelupasan dan
meserasi pada kulit.
b. Tidak ada kulit
(seperti
32
kering
c. Terjaga
kehangatan pasien.
kelembabannya
kulitnya.
4.3.2
Rencana keperawatan
Intervensi
Rasional
tingkat nyeri pasien 1. Mengetahui tingkat nyeri
No
Diagnosa keperawatan
1.
1. Kaji
tubuh
mengalami nyeri
Menyatakan adanya 4. Kolaborasi
pengurangan tingkat
rasa
pasien
yang
rasa
nyeri
bagi pasien
pemberian 4. Mengurangi
nyaman
rasa
nyeri
33
nyeri
Wajah tidak pucat
dan meringis
Pasien
memegang
tidak
daerah
dilakukan
keperawatan
meliputi
lama
1x24
koping
kecemasan
mandiri
selama
diharapkan
jam
pasien
penyebab
mampu:
dan
kopingnya
Menggunakan
mekanisme koping yang
efektif
pasien
tentang
penyakit
program
perawatan
pengobatan
3. Intruksikan
pasien,
dan
berikan
bagi
rencana
intervensi selanjutnya
2. Menambah pengetahuan
pasien
sehingga
dapat
mengurangi kecemasan.
pentingnya
secara
untuk
menentukan
Menggambarkan
ansietas
pasien
dukungan
3. Mengetahui
kondisi
34
positif
5. Dampingi
saat
pasien
5. Membantu
memberikan
Resiko
tinggi
berhubungan
terbukanya
intrauterin
dengan ekstrauterin
pasien
1. lakukan perawatan perineal 1. membantu meningkatkan
tindakan keperawatan
kebersihan;
pasien:
Tidak ada menunjukkan
tanda-tanda infeksi
mencegah
color, fongsiolaesa).
pemeriksaan
3. pemeriksaan
berulang
dalam
meningkatkan
suhu,
nadi
35
dan
sel
darah
menandakan infeksi.
putih
36
Evaluasi Bayi
Hari/tangga
Waktu No. Dx
Evaluasi
l
Minggu,
07.00 WIB
18 Februari
2014
O:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
07.00 WIB
P: intervensi dihentikan
S: Keluarga bayi mengatakan bahwa bayi
18 Februari
tidak sesak
2014
O:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
TD 80/46 mmHg
RR : 40-50 x/menit
Suhu : 370
Nadi : 120-140 x/menit
Kapileri refill kurang dari 3 detik.
Akral hangat.
Tidak terdapat sianosis
07.00 WIB
P: intervensi dihentikan
S: Keluarga bayi mengatakan bahwatubuh
37
18 Februari
2014
O:
1. Suhu tubuh normal kembali (36,537,5C)
2. Bayi tampak tenang dan tidak rewel.
A: Gangguan termoregulasi teratasi
Minggu,
07.00 WIB
P: intervensi dihentikan
S: -
18 Februari
O:
2014
4.5.2
Evaluasi Ibu
Hari/tangga
Waktu No. Dx
Evaluasi
l
Minggu,
08.00 WIB
18 Februari
nyeri kembali
2014
O:
1.
2.
A: Nyeri teratasi
Minggu,
08.00 WIB
P: intervensi dihentikan
S: Klien mengatakan sudah tidak merasa
18 Februari
2014
38
1
2
3
4
A: Ansietas teratasi
Minggu,
08.00 WIB
18 Februari
2014
P: intervensi dihentikan
S: O: Tidak ada menunjukkan tanda-tanda
infeksi (rubor, dolor, tumor, color,
fongsiolaesa).
A: Resiko infeksi teratasi
P: intervensi dihentikan
BAB 5. PENUTUP
Setelah penulis menganalisis berbagai hal yang berhubungan dengan
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Post Term, maka diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
5.1
Kesimpulan
39
2 kategori diagnosa yaitu pada bayi dan klien dengan kehamilan post matur.
Berikut adalah diagnosa keperawatan pada bayi: 1) Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan aspirasi mekonium, 2) Gangguan perfusi jaringan
berhubungan dengan penurunan pasokan oksigen ke jaringan tubuh, 3) Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan berkurangnya cadangan lemak subkutan, 4)
Gangguan termoregulasi: hipotermi berhubungan dengan suhu tubuh tidak stabil
karena hilangnya lemak subkutan. Selanjutnya diagnosa keperawatan pada klien
dengan kehamilan post matur: 1) Nyeri berhubungan dengan pertus macet, 2)
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan terbukanya intrauterin dengan
ekstrauterin, 3) PK: perdarahan berhubungan dengan luka pada uterus, dan 4)
Ansietas pada Ibu b.d. proses kelahiran yang lama. Diagnosa keperawatan yang
telah dirumuskan akan dilakukan perencanaan dan implementasi sesuai rencana
yang telah diberikan, dan melakukan evaluasi.
5.2
Saran
5.2.1
Bagi Dosen
Hendaknya para dosen dapat mengetahui kemampuan mahasiswa dalam
Bagi Mahasiswa
Hendaknya para mahasisiwa semakin tertarik untuk membaca dan
Bagi Pembaca
Hendaknya para pembaca dapat mengambil segala hal yang terkandung
dalam pembahasan Klien dengan Post Term khususnya segala hal yang dibahas
40
dalam
makalah
ini,
serta
mampu
mengambil
segala
manfaat
untuk
perkembangan
keperawatan
semakin
hari
akan
DAFTAR PUSTAKA
41