Vous êtes sur la page 1sur 3

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Anti histamin, Obat Pereda Reaksi Alergi
Memiliki alergi memang menyebalkan. Kulit bisa secara tiba-tiba menjadi gatal dan
memerah, mata membengkak atau bersin-bersin ketika berhadapan dengan alergen (zat
pemicu alergi). Namun, Anda bisa berlega hati karena efek tersebut bisa diredakan dengan
mengonsumsi obat antihistamin.
Antihistamin merupakan jenis obat yang dapat dipakai untuk mengatasi berbagai
macam jenis alergi. Misalnya, alergi pada makanan, serbuk sari serta serangga, alergi kulit,
alergi mata dan lainnya. Obat ini hanya bisa mengurangi reaksi yang ditimbulkan oleh alergi.
Antihistamin tidak dapat membebaskan Anda dari jeratan alergi yang telah mendarah daging
di tubuh.
2.2 Fungsi, Jenis dan Efek Samping Antihistamin
Antihistamin adalah obat yang bisa digunakan untuk mengobati reaksi atau gejala
alergi, seperti Hay Fever (Rinitis Alergi). Antihistamin juga dapat digunakan untuk
mengobati penyakit lain, seperti vertigo, dan insomnia.
Beberapa reaksi alergi yang dapat diatasi dengan antihistamin, antara lain :
1. Hay Fever atau alergi serbuk bunga
2. Kondisi alergi kulit, seperti kaligata (urtikaria) dan dermatitis
3. Gatal-gatal
4. Gigitan atau sengatan serangga
Selain itu, beberapa jenis antihistamin dapat digunakan untuk membantu meringankan
gejala penyakit vertigo dan insomnia.
2.3 Jenis-jenis Antihistamin
Antihistamin sendiri terbagi menjadi dua jenis yaitu generasi pertama dan generasi
kedua.
1. Generasi pertama
Jenis ini memiliki efek menenangkan. Ketika diminum, ada efek samping umum
yang bisa Anda rasakan seperti mengantuk, pusing, konstipasi, mulut kering,
gangguan dalam berpikir, penglihatan buram dan sulit mengosongkan kandung kemih.
Jenis-jenis antihistamin generasi pertama antara
lain clemastine, alimemazine,chlorphenamine, cyproheptadine, hydroxyzine, ketotifen
dan promethazine.
2. Generasi kedua

Jenis ini tidak memiliki efek penenang. Ketika diminum, efek mengantuk tidak
akan sebesar obat generasi pertama. Meski begitu, Anda tetap harus berhati-hati
ketika mengonsumsinya sambil mengemudi dan mengoperasikan alat berat. Karena
efek mengantuk masih mungkin bisa terjadi. Antihistamin generasi kedua memiliki
efek samping yang lebih sedikit ketimbang generasi pertama. Efek sampingnya yaitu
mulut kering, sakit kepala, hidung kering, dan merasa mual.
Jenis-jenis antihistamin generasi kedua antara
lain fexofenadine, levocetirizine,loratadine, mizolastine acrivastine, cetirizine,
dan desloratadine.
Lantas, jenis antihistamin mana yang terbaik? Semua jenis antihistamin dapat
mengatasi reaksi alergi dengan baik asal sesuai dengan alergi yang Anda alami. Sebagai
contoh, jika Anda mengalami alergi gatal-gatal pada kulit, Anda bisa mengonsumsi
antihistamin generasi pertama. Efek mengantuk dari generasi ini bisa dimanfaatkan untuk
membuat Anda tidur pulas walau kondisi kulit sedang gatal.
Jika Anda bingung menentukan obat antihistamin yang cocok dengan Anda, silakan
konsultasikan ke apoteker atau dokter. Obat antihistamin tersedia dalam bentuk resep dan ada
juga yang dijual bebas di toko obat. Selain dalam bentuk tablet, antihistamin dikemas juga
dalam bentuk kapsul, cair, obat tetes mata dan semprot hidung.
Obat ini bisa dikonsumsi oleh kebanyakan orang, tapi ada beberapa kalangan yang
tidak direkomendasikan mengonsumsinya. Mereka adalah penderita diabetes, asma, epilepsi,
gangguan ginjal, penyakit jantung, penyakit hati, dan tekanan darah tinggi. Antihistamin bisa
memperburuk kondisi mereka. Sebaiknya antihistamin dikonsumsi secara hati-hati dan
sesuai petunjuk dokter jika Anda sedang hamil dan menyusui.
2.4 Efek Samping Antihistamin
Efek samping tiap-tiap jenis antihistamin dapat berbeda-beda, begitu pula efek
samping satu jenis antihistamin juga dapat berbeda-beda pada tiap-tiap orang. Selalu baca
keterangannya pada kemasan antihistamin.
Antihistamin sedatif (penenang) akan membuat anda merasa sangat mengantuk dan
juga mempengaruhi koordinasi tubuh. Karena itu, disarankan untuk tidak mengendarai
kendaraan atau mengoperasikan mesin tertentu yang berbahaya selama 24 jam setelah
mengkonsumsi antihistamin sedatif. Sedangkan alkohol akan meningkatkan efek sedatif dari
jenis antihistamin sedatif. Tidak boleh meminum alkohol ketika selama mengkonsumsi
antihistamin sedatif. Sedangkan, antihistamin non-sedatif kurang menyebabkan kantuk atau
bahkan tidak sama sekali.

Efek samping antihistamin yang cukup sering terjadi, antara lain:

1. Sakit kepala
2. Sukar buang air kecil
3. Mulut kering
4. Pengihatan kabur
5. Sakit dan muntah
Sedangkan efek samping antihistamin yang jarang terjadi, antara lain:
1. Tekanan darah turun
2. Aritmia (irama jantung abnormal)
3. Pusing
4. Bingung
5. Depresi
6. Gangguan tidur
7. Tremor (gemetar pada bagian tubuh, lebih sering tangan)
8. Reaksi alergi (termasuk bengkak, ruam, dan kesulitan bernapas)
9. Gangguan hati dan darah
Yang paling berisiko mengalami efek samping antihistamin adalah anak-anak dan
orang tua diatas 65 tahun.
2.5 Interaksi Antihistamin Dengan Obat Lain
Tanyakan kepada dokter jika anda akan mengkonsumsi obat lain padahal sedang
mengkonsumsi antihistamin.
Antidepresan trisiklik akan berinteraksi dengan antihistamin dan dapat memperparah
efek samping mengantuknya. Antihistamin mizolastine juga dapat berinteraksi dengan
beberapa obat lain dan dapat menyebabkan gangguan irama jantung yang serius. Antihistamin
yang satu ini hanya bisa dibeli dengan resep dokter.
Beberapa jenis obat anti jamur (panu, kadas, kurap) seperti ketokonazol, dan
antibiotik seperti eritromisin dapat meningkatkan kadar antihistamin non-sedatif dalam tubuh.
Dilarang meminum alkohol selama mengkonsumsi antihistamin sedatif karena dapat
meningkatkan efek samping mengantuknya.

Vous aimerez peut-être aussi