Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
TINJAUAN KASUS
1. Pengertian Malpraktik
Malpraktik adalah istilah yang sangat umum sifatnya dan tidak selalu
berkonotasi yuridis atau kebanyakan istilah tersebut dipergunakan untuk menyatakan
adanya tindakan yang salah dalam rangka pelaksanaan suatu profesi. Sedangkan
difinisi malpraktek profesi kesehatan adalah kelalaian dari seseorang dokter atau
bidan untuk mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam
mengobati dan merawat pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang
yang terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama.
Berlakunya norma etika dan norma hukum dalam profesi kesehatan. Di dalam
setiap profesi termasuk profesi tenaga bidan berlaku norma etika dan norma hukum.
Oleh sebab itu apabila timbul dugaan adanya kesalahan praktek sudah seharusnyalah
diukur atau dilihat dari sudut pandang kedua norma tersebut. Kesalahan dari sudut
pandang etika disebut ethical malpractice dan dari sudut pandang hukum disebut
yuridical malpractice.
2. Jenis-jenis Malpraktik
Untuk malpraktik hukum atau yuridical malpractice dibagi dalam 3 kategori sesuai
bidang hukum yang dilanggar, yakni Criminal malpractice, Civil malpractice dan
Administrative malpractice.
a. Criminal malpractice
Perbuatan seseorang dapat dimasukkan dalam kategori criminal malpractice
manakala perbuatan tersebut memenuhi rumusan delik pidana yakni :
bersangkutan
2.Imunisasi
dapat
dipersalahkan
melanggar
hukum
administrasi.
Vaksin ini melindungi bayi dari virus hepatitis B yang sulit disembuhkan yang
mana balita bisa terkena dari ibu yang mengidap hepatitis selama proses persalinan.
Virus ini menyebar melalui kontak darah atau cairan tubuh lain. Mengenai efek
samping imunisasi hepatitis B, biasanya memang tidak ditemukan efek samping yang
serius karena imunisasi Hepatitis B ini. Kalaupun ada, biasanya sangat ringan dan
bisa cepat hilang. Yang biasanya dirasakan pasca imunisasi ini adalah rasa sakit di
tempat yang disuntik, demam dan sakit pada tulang sendi, namun akan segera hilang.
KASUS
Dugaan Kasus Malpraktek Bidan (Bayi alami perdarahan usai disuntik)
BONE, KOMPAS.com -- Kesalahan penanganan medis hingga berakibat fatal
pada pasien atau dikenal dengan malpraktik kembali terjadi di Kabupaten Bone,
Sulawesi Selatan. Kali ini menimpa seorang bayi laki-laki yang baru berusia tujuh
hari yang mengalami pendarahan hebat pada bekas suntik saat diimunisasi oleh bidan
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) setempat, Minggu (10/03/2013).
Peristiwa yang menimpa bayi laki-laki pasangan Muhammad Amin (30) dan
Marwah (27), warga Desa Tawaroe, Kecamatan Dua Boccoe ini terjadi saat bayi
mungil yang belum memiliki nama ini dibawa oleh ibunya ke Pusekesmas Dua
Boccoe untuk diimunisasi. Bidan Puskesmas yang menangani sang bayi meminta
kepada seorang bidan yang kerja praktik untuk memandikan sang bayi.
Namun tak hanya dimandikan, bidan praktik ini malah menyuntik sang bayi
meski sebelumnya mendapat larangan dari sang bidan Puskesmas. "Bidan Uli yang
tangani anakku, tapi dia minta Bidan Eka memandikannya karena mau disuntik
imunisasi tapi dia yang juga suntik," keluh Marwah kepada Kompas.com. Setelah
disuntik orangtua korban pun membawa pulang bayinya ke rumah.
Namun bekas suntikan pada paha kirinya terus mengeluarkan darah segar.
Pihak keluarga kemudian melaporkan hal ini ke puskesmas setempat. Seusai
diperiksa, sang bayi pun dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tenriawaru
untuk diberikan perawatan medis secara intensif. "Kata Bidan Uli darahnya keluar
terus karena terlalu dalam cara suntik dan pas di atas lututnya, jadi waktu itu bidan
Eka yang disuruh antar saya ke Rumah Sakit," lanjut Marwah. Sementara itu, pihak
Rumah Sakit setempat belum bisa dikonfirmasi terkait terkait peristiwa ini.
A. Pelanggaran kewajiban bidan
Sesuai dengan Permenkes /1464/Menkes/Per/X/2010, pasal 11 dan 18
mengatakan bahwa bidan berkewajiban untuk :
Pasal 11 butir 2 :
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud pada
ayat pertama berwenang untuk melakukan asuhan bayi baru lahir normal
termasuk resusitasi dan pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah.
Pasal 18 butir (1) :
a. Menghormati hak pasien yaitu pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi
adil dan makmur.
b. Mematuhi standar
Pasal 18 butir (2) :
Bidan dalam menjalankan praktik/kerja senantiasa meningkatkan mutu pelayanan
profesinya dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
melalui pendidikan dan pelatihan sesuaidengan bidang tugasnya.
Pasal 19
Pada butir 2
menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara
citra bidan.
Pada butir 3 dijelaskan setiap bidan dalam menjalankan tugas senantiasa
berpedoman pada peran, tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan
klien, keluarga dan masyarakat.
Bagian ketiga :
Kewajiban Bidan Terhadap Sejawat Dan Tenaga Kesehatan Lainnya
Pada butir pertama dijelaskan setiap bidan harus menjalin hubungan yang baik
dengan teman sejawatnya untuk menciptakan suasana kerja yang serasi.
Alasannya :
Bidan praktik pada kasus diatas melakukan tindakan imunisasi tanpa adanya
persetujuan dari teman sejawat nya yang menyuruhnya. Bidan praktik tersebut
hanya diperintahkan untuk memandikan bayinya saja tetapi bidan praktik ini
melakukan tindakan memandikan dan melakukan imunisasi. Pada kasus ini bisa
dilihat adanya kerja sama dan komunikasi yang kurang baik antara sesama tenaga
kesehatan.
Bagian ke empat:
Kewajiban Bidan Terhadap Profesinya
Pada butir pertama dijelaskan bahwa setiap bidan wajib menjaga nama baik dan
menjunjung tinggi citra profesinya dengan menampilkan kepribadian yang tinggi
dan memberikan pelayanan bermutu kepada masyarakat.
Alasannya :
Bidan praktik pada kasus diatas tidak mampu melakukan imunisasi HB 0 yang
tepat dan menimbulkan masalah terhadap pasien. Bidan tersebut merusak citra
profesi seorang bidan yang seharusnya mampu memberikan imunisasi dengan
Butir (1) :
Dalam rangka pelaksanaan pengawasan sebagimana dimaksud dalam Pasal 21,
Menteri, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kab/kota dapat
memberikan tindakan administrative kepada bidan yang melakukan pelanggaran
terhadap ketentuan penyelenggaraan praktik dalam peraturan ini.
Butir (2) :
Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui :
a. Teguran lisan
b. Teguran tertulis
c. Pencabutan SIKB/SIPB untuk sementara paling lama 1 (satu) tahun;
d. Pencabutan SIKB/SIPB selamanya.
3. Pembahasan Kasus
Kemungkinan yang terjadi adalah balita mengalami peradangan pada daerah
yang disuntikkan vaksin pada saat setelah menjalani vaksinasi yang diadakan oleh
Pusekesmas Dua Boccoe. Peradangan tersebut mungkin cukup parah karena langsung
terjadi setelah beberapa jam, tidak diketahui penyebab peradangan tersebut secara
pasti. Tapi kemungkinan yang bisa di perkirakan peradangan tersebut karena bidan
salah memberi dosis, area penyuntikan yang kurang tepat, atau bisa juga karena alat
suntikan kurang steril. Peradangan cukup parah karena sampai mengeluarkan darah
segar seharusnya segera ditangani. Menurut pengakuan bidan Uli, bahwa pengeluaran
darah yang terjadi setelah imunisasi akibat penyuntikan yang terlalu dalam dan posisi
nya yang tepat diatas lututnya.
Kasus ini bisa menjadi bukti bahwa bidan Uli dan Eka tidak profesional dalam
menjalankan tugasnya sebagai bidan karena kelalaian yang dilakukan oleh kedua
bidan tersebut. Bidan Uli sebagai pimpinan seharusnya tetap mendampingi kinerja
dari teman sejawatnya secara bersama-sama dan meninggalkan pekerjaannya
sedangkan bidan Eka dalam mengambil keputusan secara tidak etis dikarenakan
melakukan tindakan yang bukan tanggung jawabnya, dan tidak menjalin hubungan
yang baik di dalam suasana kerja antara sesama bidan dan tidak adanya persetujuan
dari bidan Uli. Seorang yang profesional pastinya mejalankan tugasnya sampai tuntas
sesuai dengan tugas yang diberikan agar mendapatkan proses dan hasil yang optimal,
bidan Eka tidak seharusnya melakukan pekerjaan yang tidak dianjurkan dan
melakukan pekerjaan tersebut dengan tidak tepat. Memberikan imunisasi sesuai
program pemerintah memang wewenang seorang bidan. Tapi, Bidan Eka dalam
melakukan tugasnya tidak sesuai prosedur hingga menimbulkan pendarahan setelah
dimunisasi,. Setidaknya Eka harus memberitahukan kepada bidan Uli sebagai
penanggung jawab. Bidan Eka dan Uli dalam menjalankan tugasnya tidak melakukan
pencatatan dan pelaporan sesuai dengan pelayanan yang diberikan kepada keluarga
pasien
Bidan Uli dan Eka tidak menjalankan sesuai dengan perilaku professional
bidan. Bidan Eka memang bertindak sesuai keahliannya yaitu menyuntikan imunisasi
kepada bayi, tetapi bidan tersebut kurang hati-hati memberikan vaksinasi sehingga
menyebabkan bayi Marwah mengalami pendarahan seusai di imunisasi. Bidan Uli
dan bidan Ekan memiliki moral yang kurang baik karena dalam kasus ini seperti
menggampangkan keluhan klien.
Dapat disimpulkan, bidan Uli dan Eka telah melakukan malpraktik kebidanan
berupa criminal malpractice, civic malpractice dan administrative malpractice.
Criminical malpractice dikarenakan yang bersifat lalai misalnya kurang hati-hati
mengakibatkanluka yang tidak seharusnya terjadi pada pemberian imunisasi,.
Pertanggung jawaban didepan hukum pada criminal malpractice adalah bersifat
individual/personal dan oleh sebab itu tidak dapat dialihkan kepada orang lain atau
kepada rumah sakit/sarana kesehatan.
Civic malpractice karena melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib
dilakukan tetapi tidak sempurna dan melakukan apa yang menurut kesepakatannya
tidak seharusnya dilakukan. Administrative malpractice diberikan kepada bidan
sesuai PERMENKES No 1464/MENKES/PER/X/2010 pasal dalam melakukan
pelanggaran terhadap ketentuan penyelenggaraan praktik berupa: teguran lisan,
teguran tertulis, pencabutan SIKB/ SIPB untuk sementara paling lama 1 tahun atau
pencabutan SIKB/SIPB selamanya. Menurut UU Kesehatan No 36 tahun 2009 pasal
191 yaitu: setiap orang yang tanpa izin melakukan praktik pelayanan kesehatan yang
menggunakan alat dan teknologi sehingga mengakibatkan kerugian harta benda, luka
berat, kematian dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda
paling banyak rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
DAFTAR PUSTAKA
Ikatan Bidan Indonesia (IBI) dan Assosiasi Institusi Pendidikan Kebidanan Indonesia.
(2011). Standar Kompetensi Bidan Indonesia
Kepmenkes/ Nomor 369/Menkes/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Bidan
Permenkes/ Nomor 1464/Menkes/per/x/2010 Tentang Izin dan Penyelenggaraan
Praktik Bidan.
Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Wahyuningsih, H, P.(2008). Etika Profesi Kebidanan. Edisi kelima. Yogyakarta:
Fitramaya.