Vous êtes sur la page 1sur 12

IBUPROFEN

IBUPROFEN

1. IDENTIFIKASI BAHAN KIMIA


1.1. Golongan
Anti-inflamasi non steroid; derivat asam propionat (7)
1.2. Sinonim/Nama Dagang(2,3,5,7,8,10)
2-(4-isobutylphenyl)propionic acid; -Methyl-4-(isobutyl)phenylacetic acid;
alpha-Methyl-4-(2-methylpropyl)benzeneacetic acid; Acid (isobutyl-4 phenyl)2-propionique; Alpha-2-(p-isobutylphenyl)propionic acid; Hydratropic acid, pisobutyl-;

Benzeneacetic

Isobutylhydratropic

acid,

acid;

alpha-methyl-4-(2-methylpropyl)-;

4-Isobutylhydratropic

acid;

p-

alpha-p-

Isobutylphenylpropionic acid; alpha-(4-Isobutylphenyl)propionic acid; 2-(pIsobutylphenyl)propionic acid; Adran; Advil; Anflagen; Artril 300;

Bluton;

Brufanic; Brufen; Dolgin; Dolgit; Ebufac; Emodin; Epobron; Ibufen; Ibuprocin;


Ibuprofeno; Ibuprofenum; Lamidon; Liptan; Medipren; Motrin; Mynosedin;
Naoacetin; Noblefon; Nobfen; Nobgen; Nurofen; Rarechem AL BO 0989;
Rebugen; Roidenin.
1.3. Nomor Identifikasi
1.3.1. Nomor CAS

: 15687-27-1 (2,3,5,7,9)

1.3.2. Nomor EC

: 239-784-6 (3,9)

1.3.3. Nomor RTECS

: MU6640000 (2,3,5,9)

1.3.4. Nomor UN

: 3077 (10)

2. PENGGUNAAN (4,7,9)
Sebagai obat non-steroid anti-inflamasi (NSAID) yang mengurangi sakit, demam
dan

inflamasi.

Digunakan

sebagai

inhibitor

siklooksigenase

selektif

(IC50=14,9uM). Dapat menghambat PGH synthase-1 dan PGH synthesa-2


dengan potensi yang dapat diperbandingkan.

2.1 Indikasi dan Dosis (7)


Secara umum diindikasikan untuk mengatasi demam, nyeri dan inflamasi
ringan hingga sedang (pada saat kondisi sakit kepala, termasuk migren,
dysmenorrhea, nyeri pasca operasi, nyeri gigi, gangguan otot rangka dan
persendian, rheumatoid arthritis, osteoartritis, juvenile arthritis [artritis pada
anak], gangguan periartikular, gangguan jaringan lunak, seperti terkilir atau
sprain dan strain).
A. Dosis untuk anak
1) Analgesia dan antipiretis
Diberikan secara oral
Usia

Dosis lazim

Maksimum
pemberian

<6 bulan

Tidak disarankan

6 12 bulan

50 mg setiap 6 8 jam

4 kali per hari

12 24 bulan

75 mg setiap 6 8 jam

4 kali per hari

2 3 tahun

100 mg setiap 6 8 jam

4 kali per hari

3 6 tahun

150 mg setiap 6 8 jam

4 kali per hari

6 9 tahun

200 mg setiap 6 8 jam

4 kali per hari

9 11 tahun

250 mg setiap 6 8 jam

4 kali per hari

>11 tahun

300 mg setiap 6 8 jam

4 kali per hari

2) Juvenile arthritis
Kisaran dosis lazim adalah 30 40 mg/kg per hari, dibagi menjadi 3
atau 4 dosis. Dosis harian ibuprofen sebanyak 20 mg/kg yang dibagi
menjadi beberapa kali dosis pemberian kemungkinan memadai untuk
anak yang menderita penyakit ringan.
Tidak disarankan pemberian ibuprofen dengan dosis harian yang
melebihi 50 mg/kg pada anak yang menderita juvenile arthritis.
B. Dosis untuk orang dewasa
1) Analgesia dan antipiretis
Kisaran dosis lazim ibuprofen adalah 200 400 mg secara oral setiap
4 6 jam, sesuai keperluan. Maksimum pemberian per hari adalah
1200 mg, kecuali disarankan lain oleh dokter.
2) Dysmenorrhea

Terapi ibuprofen harus segera dilakukan pada saat awal munculnya


gejala. Kisaran dosis lazim adalah 200 400 mg secara oral setiap 4
6 jam, sesuai keperluan. Maksimum pemberian per hari adalah 1200
mg, kecuali disarankan lain oleh dokter.
3) Rheumatoid arthritis dan osteoartritis
Kisaran dosis lazim adalah 400 800 mg secara oral sebanyak 3 4
kali per hari. Dosis harus diatur sesuai respons dan toleransi pasien.
Dosis maksimum per hari adalah 3200 mg.

3. BAHAYA TERHADAP KESEHATAN


3.1. Organ Sasaran
Substansi ini toksik terhadap darah, paru-paru, sistem saraf, dan membran
mukosa

(2)

. Efek keracunan atau overdosis dapat terjadi pada sistem

pencernaan, sistem saraf, sistem pernapasan, jantung, hati (7) dan ginjal (11).
3.2. Rute Paparan
3.2.1. Paparan Jangka Pendek
3.2.1.1. Terhirup (3,6)
Kemungkinan berbahaya jika terhirup, dapat menyebabkan
iritasi pada saluran napas. Dapat menyebabkan pneumonia
aspirasi, bronkospasme (pada penderita asma), depresi
pernapasan, edema paru nonkardiogenik, sindrom kesulitan
napas akut, gagal napas.
3.2.1.2. Kontak dengan Kulit (3,6,10)
Kemungkinan

berbahaya

jika

terkena

kulit,

dapat

menimbulkan iritasi pada kulit. Jika terpapar jangka panjang


dapat menimbulkan luka abrasif. Absorpsi melalui kulit dapat
menyebabkan efek sistemik. Absorpsi bahan ke aliran darah
melalui luka pada kulit, abrasi atau lesi, dapat menimbulkan
gangguan sistemik dengan efek yang berbahaya.
3.2.1.3. Kontak dengan Mata (3,6,10)
Dapat menyebabkan iritasi pada mata. Kontak langsung
dengan

mata

dapat

menyebabkan

ketidaknyamanan

sementara yang ditandai dengan luka atau kemerahan


konjungtiva atau luka abrasif ringan.

3.2.1.4. Tertelan (6,10)


Berbahaya

bila

tertelan.

Pengujian

pada

hewan

mengindikasikan bahwa menelan bahan kurang dari 150


gram dapat bersifat fatal atau menyebabkan gangguan
kesehatan yang serius. Overdosis obat NSAID dapat
menyebabkan mual, muntah, nyeri abdomen, kantuk,
pusing, bingung, disorientasi, letargi, sakit kepala, pins and
needles (parestesia/ kesemutan), sakit kepala yang intens,
pandangan buram, telinga berdengung (tinnitus), kedutan
(muscle twicthing), konvulsi/ kejang, stupor, dan koma.
3.2.2. Paparan Jangka panjang
3.2.2.1. Terhirup (10)
Paparan jangka panjang terhadap debu bahan dalam
konsentrasi tinggi dapat menyebabkan gangguan fungsi
paru, seperti pneumokoniosis, yang disebabkan oleh adanya
penetrasi partikel debu berukuran kurang dari 15 mikron
yang kemudian menetap di paru.
3.2.2.2. Kontak dengan Kulit
3.2.2.3. Kontak dengan Mata
3.2.2.4. Tertelan (10)
Penggunaan jangka panjang NSAID dapat menyebabkan
kerusakan

permukaan

saluran

gastrointestinal,

menyebabkan ulkus dan perdarahan. Kemungkinan juga


menyebabkan diare atau konstipasi, perforasi yang dapat
menimbulkan infeksi serius, dan timbulnya darah pada
muntah atau feses.

4. TOKSIKOLOGI
4.1. Toksisitas
4.1.1. Data pada Hewan (2,3,4,6,7,10)
LD50 oral-tikus 636 mg/kg; LD50 oral-mencit 740 mg/kg; LD50 oralmarmut 495 mg/kg; LD50 intraperitoneal-tikus 626 mg/kg; LD50

intraperitoneal-mencit 320 mg/kg; LD50 subkutan-tikus 740 mg/kg;


LD50 subkutan-mencit 395 mg/kg; LD50 rektal-tikus 530 mg/kg; LD50
rektal-mencit 620 mg/kg; LD50 oral-tikus 1600 mg/kg.
4.1.2. Data pada Manusia
LDLo oral-manusia 171 mg/kg; LDLo oral-anak 469 mg/kg (10).
Data akut

(7)

: Dari data yang ada diketahui bahwa pemakaian

ibuprofen diatas 100 mg/kg memerlukan pengaturan. Dosis ibuprofen


400 mg/kg atau lebih kemungkinan berpotensi menyebabkan
intoksikasi serius.
a. Data akut pada anak-anak

(7)

: Anak yang menelan ibuprofen

dengan dosis 114 mg/kg tidak menimbulkan gejala, sedangkan


pada anak yang menelan ibuprofen dengan dosis 440 mg/kg
menimbulkan gejala.
Anak usia 6 tahun yang mengonsumsi 300 mg/kg ibuprofen
mengalami asidosis metabolik, koma dan syok.
Anak usia 21 bulan yang mengonsumsi 500 mg/kg mengalami
metabolik asidosis dan gagal ginjal akut.
Anak usia 15 tahun mengonsumsi 14 g ibuprofen dengan 5.5 g
paracetamol mengalami ganggungan fungsi ginjal akut.
b. Data akut pada orang dewasa

(7)

: Tidak menimbulkan efek serius

atau yang mengancam jiwa pada penelitian yang dilakukan


terhadap 63 orang dewasa dengan kisaran dosis 1,2 60 gram.
Pada sejumlah 37 orang yang menelan 1,2 - 48 gram tidak
menunjukan gejala toksik. Pada jumlah sisanya yang menelan 1,2
60 gram hanya menimbulkan toksisitas ringan. Dosis minimal
untuk mengakibatkan depresi sistem saraf adalah 3 gram.
Namun, kadang-kadang muncul efek serius lain.
Perempuan usia 19 tahun yang mengonsumsi 6-8 g ibuprofen
mengalami gagal ginjal akut reversibel dan dapat pulih.
Laki-laki usia 64 tahun yang mengonsumsi 24 g ibuprofen
mengalami gagal ginjal dan sepsis.
Orang dewasa usia 23 tahun yang mengonsumsi 30 g
ibuprofen dan sejumlah tidak diketahui nitrogliserin mengalami

mual, muntah, kram perut, asidosis metabolik, sindrom stress


pernapasan, dan gagal ginjal.
Laki-laki usia 44 tahun yang mengonsumsi 72 g ibuprofen
mengalami kecemasan, gagal fungsi ginjal, hiperkalemia,
asidosis metabolik dan kelemahan otot sedang.
Laki-laki usia 17 tahun yang mengonsumsi 98 g ibuprofen dan
tablet difenhidramin mengalami lesu dan toksisitas minimal.
Perempuan usia 15 tahun yang mengonsumsi 100 g ibuprofen
mengalami koma, asidosis metabolik, dan trombositopenia
sedang.
Perempuan usia 26 tahun yang mengonsumsi 105 g ibuprofen
mengalami penurunan tingkat kesadaran, asidosis metabolik
sedang dan hemodinamik.
c. Data kronik (7):
Anak-anak yang diberi dosis oral ibuprofen 480 mg/kg selama
17

hari

intermittent

mengalami

penyebaran

nekrosis

hepatoselular dan peningkatan suhu tubuh.


Laki-laki yang diberi dosis oral ibuprofen 120 mg/kg selama 1
minggu intermittent mengalami efek pada mata, dermatitits,
dan peningkatan suhu tubuh.
Perempuan yang diberi dosis oral ibuprofen 132 mg/kg selama
6 hari intermittent mengalami trombositopenia.
4.2. Data Karsinogenik
IARC: Tidak ada satupun komponen produk yang berada pada tingkat lebih
dari atau sama dengan 0,1% teridentifikasi diduga (probable), mungkin
(possible), atau terkonfirmasi (confirmed) karsinogen pada manusia oleh
IARC (3).
Pada pengujian jangka panjang menggunakan hewan uji yang diberi
ibuprofen melalui pakan, tidak ditunjukkan adanya efek karsinogenik
4.3. Data Tumorigenik
4.4. Data Teratogenik
Kemungkinan risiko malformasi pada janin (3,11).

(6)

Ibuprofen dapat melewati plasenta dan mempunyai efek yang potensial


terhadap janin. Ibuprofen tidak boleh digunakan selama masa kehamilan
trimester ketiga (7).
4.5. Data Mutagenik (2)
Tidak tersedia informasi.

5. PERTOLONGAN PERTAMA PADA KORBAN KERACUNAN


5.1. Terhirup (2,3,5)
Pindahkan korban ke tempat berudara segar. Berikan oksigen atau
pernapasan buatan jika dibutuhkan. Segera bawa ke rumah sakit atau
fasilitas kesehatan terdekat.
5.2. Kontak dengan Kulit (2,3,5)
Segera tanggalkan pakaian, perhiasan, dan sepatu yang terkontaminasi.
Cuci kulit, kuku, dan rambut menggunakan sabun dan air yang banyak
sampai dipastikan tidak ada bahan kimia yang tertinggal, sekurangnya
selama 15-20 menit. Bila perlu segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas
kesehatan terdekat.
Jika terjadi kontak kulit yang serius, cuci kulit menggunakan air dan sabun
disinfektan, lalu oleskan krim anti-bakteri pada bagian kulit yang terpapar.
Bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.
5.3. Kontak dengan Mata (2,3,5)
Segera cuci mata dengan air yang banyak, sekurangnya selama 15-20
menit dengan sesekali membuka kelopak mata bagian atas dan bawah
sampai dipastikan tidak ada lagi bahan kimia yang tertinggal. Jangan
gubakan salep untuk mata. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas
kesehatan terdekat.
5.4. Tertelan (2,3,5)
Longgarkan pakaian yang ketat, seperti kerah baju, dasi, atau ikat pinggang.
Jika korban dalam kondisi sadar, bersihkan mulut menggunakan air.
Periksalah bagian bibir dan mulut untuk memastikan apakah ada jaringan
yang terluka (yang kemungkinan merupakan indikasi adanya bahan toksik
yang tertelan). Jangan berikan apapun melalui mulut pada korban yang tidak
sadarkan diri. Jangan dilakukan rangsang muntah. Segera bawa ke rumah
sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.

6. PENATALAKSANAAN PADA KORBAN KERACUNAN


6.1. Resusitasi dan Stabilisasi (7)
6.1.1.

Penatalaksanaan jalan napas, yaitu membebaskan jalan napas


untuk

menjamin

pertukaran

udara

(kemungkinan

diperlukan

intubasi).
6.1.2.

Penatalaksanaan fungsi pernapasan untuk memperbaiki fungsi


ventilasi dengan cara memberikan pernapasan buatan untuk
menjamin cukupnya kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbon
dioksida.

6.1.3.

Penatalaksanaan sirkulasi, bertujuan mengembalikan fungsi sirkulasi


darah.

6.1.4.

Pada awal keracunan NSAID mungkin dapat terjadi kejang, tetapi


kejadian tersebut biasanya terisolasi dan tidak memerlukan
penanganan aktif kecuali berulang. Kebanyakan kejang berlangsung
dalam waktu singkat dan tidak memerlukan intervensi. Dapat
diberikan benzodiazepin sebagai pengobatan awal terhadap pasien
yang mengalami kejang. Kadar gula darah pasien perlu segera
diketahui. Jika terindikasi hipoglikemia, dapat diberikan dekstroksa
50% secara IV.

6.1.5.

Keadaan hipotensi apapun tetap harus diberikan cairan IV untuk


mengurangi kemungkinan gagal ginjal akut (jarang diperlukan
pemberian katekolamin sebagai penunjang).

6.2. Dekontaminasi
6.2.1.

Dekontaminasi Mata (1)


a. Lepaskan lensa kontak jika menggunakannya.
b. Posisi pasien duduk atau berbaring dengan kepala tengadah
dan miring ke sisi mata yang terkena atau terburuk kondisinya.
c. Secara perlahan, bukalah kelopak mata yang terkena dan cuci
dengan sejumlah air bersih dingin atau larutan NaCl 0,9%
diguyur perlahan selama 15-20 menit atau sekurangnya satu
liter untuk setiap mata.
d. Hindarkan bekas air cucian mengenai wajah atau mata lainnya.
e. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.

f. Jangan biarkan pasien menggosok matanya.


g. Tutuplah mata dengan kain kassa steril dan segera bawa ke
rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat dan konsul ke
dokter mata
6.2.2.

Dekontaminasi Kulit (termasuk rambut dan kuku)

(1)

a. Bawa segera pasien ke pancuran terdekat.


b. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir yang
dingin atau hangat serta sabun minimal 10 menit.
c. Jika tidak ada air, sekalah kulit dan rambut pasien dengan kain
atau kertas secara lembut. Jangan digosok.
d. Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau
muntahannya dan buanglah dalam wadah/plastik tertutup.
e. Penolong perlu dilindungi dari percikan, misalnya dengan
menggunakan sarung tangan, masker hidung, dan apron. Hatihati, jangan sampai terhirup.
f. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut
6.2.3.

Dekontaminasi Gastrointestinal (7)


Tidak dianjurkan karena risikonya dianggap lebih besar daripada
potensi manfaatnya.

6.3. Antidotum (7)


Tidak ada antidotum yang spesifik untuk mengobati keracunan akibat zat ini.
Pengobatan yang dilakukan adalah sesuai gejala serta pengobatan
penunjang.

7. SIFAT FISIKA KIMIA


7.1. Nama Bahan
Ibuprofen
7.2. Deskripsi (2,3,6,7,9)
Serbuk kristal padat berwarna putih atau hampir putih dengan bau yang
khas. Rumus Molekul C13H18O2; Berat molekul 206,28 g/mol; Titik lebur 7577 oC; Titik didih 154-157 oC; Berat jenis uap 7,1 (Udara = 1)
Tidak larut dalam air dingin. Kelarutan dalam air 0,01139 g/L pada 25oC.
Kelarutan dalam etanol 1 : 1,5.
Kelarutan dalam kloroform 1 : 1.

Kelarutan dalam aseton 1 : 1,5.


Kelarutan dalam eter 1 : 2.
7.3. Tingkat Bahaya, Frasa Risiko dan Frasa Keamanan
7.3.1. Peringkat National Fire Protection Association/ NFPA (Skala 0-4) (2).
Kesehatan 2

= Tingkat keparahan tinggi

Kebakaran 1

= Dapat terbakar

Reaktivitas 0

= Tidak Reaktif

7.3.2. Klasifikasi European Commission/ EC (Frasa Risiko dan Frasa


Kemanan) (2,3,9)
Xn

Berbahaya

Berbahaya terhadap lingkungan

R22

Berbahaya jika tertelan

R36/38

Mengiritasi mata dan kulit

R48/22

Berbahaya: bahaya kerusakan serius pada


kesehatan akibat paparan jangka panjang
jika tertelan

R51/53

Beracun

bagi

organisme,

dapat

menyebabkan efek yang merugikan jangka


panjang di lingkungan perairan
R63

Mungkin berisiko membahayakan janin

S36

Kenakan pakaian pelindung yang sesuai

S36/37

Kenakan pakaian dan sarung tangan


pelindung yang cocok

S61

Hindari pembuangan ke lingkungan. Rujuk


pada lembar data keamanan/ instruksi
khusus.

7.3.3. Klasifikasi Globally Harmonized System (GHS)


Tanda

(3,11)

= Peringatan

Pernyataan bahaya
H302

= Berbahaya bila tertelan

Pernyataan kehati-hatian
P264

= Cucilah

kulit

secara

menangani bahan

menyeluruh

setelah

P270

= Jangan makan, minum. Atau merokok ketika


menangani bahan

P301 + P312

= Jika

tertelan:

Hubungi

Sentra

Informasi

Keracunan atau dokter jika anda merasa tidak


sehat
P330

= Bilaslah mulut

P501

= Buanglah bahan/ wadah ke tempat pembuangan


yang telah disetujui

8. STABILISASI DAN REAKTIVITAS


8.1.

Reaktivitas (10,11)
Senyawa ini bersifat stabil pada kondisi penyimpanan yang disarankan.

8.2.

Kondisi yang Harus Dihindari (6,10)


Hindarkan paparan terhadap cahaya, udara, dan muatan listrik statik.
Hindarkan pembentukan debu

8.3.

Bahan Tak Tercampurkan (6,10)


Bahan pengoksidasi, asam, asam klorida, asam anhidrat, basa kuat.

8.4.

Dekomposisi
Tidak membentuk produk dekomposisi yang berbahaya jika disimpan dan
ditangani sesuai petunjuk
karbon dioksida

8.5.

(6)

. Pada kondisi terbakar dapat menghasilkan

(11)

Polimerisasi
Tidak terpolimerisasi (2).

9. BATAS PAPARAN DAN ALAT PELINDUNG DIRI


9.1.

Ventilasi (2,10)
Sediakan sistem ventilasi penghisap udara setempat atau ventilasi yang
memadai agar kandungan kontaminan di udara tetap berada di bawah
batas paparan.

9.2.

Perlindungan Mata (5,6,10)


Gunakan kaca mata pengaman tahan percikan yang dilengkapi pelindung
wajah. Sediakan kran pencuci mata darurat serta semprotan air deras
dekat dengan tempat kerja.

9.3.

Pakaian (3)

Kenakan pakaian pelindung yang tahan bahan kimia. Penggunaan


pelindung tubuh disesuaikan dengan kondisi potensi paparan.
9.4.

Sarung Tangan (3,10)


Kenakan sarung tangan yang tahan bahan kimia. Pilih sarung tangan
yang memenuhi standar, seperti EN 374 (Eropa) atau F739 (USA). Pada
saat melepaskan sarung tangan dapat digunakan teknik tertentu agar
tangan

tidak

menyentuh

permukaan

sarung

tangan

yang

telah

terkontaminasi bahan. Buang sarung tangan yang telah terkontaminasi


sesuai peraturan yang berlaku dan good laboratory practice (GLP).
Setelah menggunakan sarung tangan, bersihkan dan keringkan tangan.
9.5.

Respirator
Gunakan respirator partikulat yang telah tersertifikasi NIOSH atau yang
sejenis (6).

10. DAFTAR PUSTAKA


1. Sentra Informasi keracunan (SIKer) dan tim. Pedoman Penatalaksanaan
Keracunan untuk Rumah Sakit. 2001
2. http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9924344 (diunduh April 2014)
3. http://www.sigmaaldrich.com/MSDS/MSDS/DisplayMSDS (diunduh April
2014)
4. http://www2a.cdc.gov/nip/isd/ycts/mod1/scripts/glossary.asp?item=ibuprofen
(diunduh April 2014)
5. https://www.caymanchem.com/msdss/70280m.pdf (dinduh April 2014)
6. http://worldaccount.basf.com/wa/NAFTA~es_MX/Catalog/Pharma/doc4/BAS
F/PRD/30487271/ (diunduh April 2014)
7. http://www.toxinz.com/Spec/2173418 (diunduh April 2014)
8. http://www.chemicalbook.com/ProductSynonyms.aspx? (diunduh April 2014)
9. http://www.chemicalbook.com/ProductChemicalPropertiesCB4336930_EN.ht
m#MSDSA (diunduh April 2014)
10. http://datasheets.scbt.com/sc-200534.pdf (diunduh April 2014)
11. http://ehsrms.uaa.alaska.edu/CMS/Laboratory/MSDS/ (diunduh Agustus
2014)

Vous aimerez peut-être aussi