Vous êtes sur la page 1sur 2

Anggaran Pendidikan Tak Efektif

05 May 2010

Headline

Koran Jakarta

Pemerintah harus memprioritaskan peningkatan kualitas guru dan prasarana penunjang


pendidikan di daerah.
JAKARTA - Besarnya anggaran pendidikan yang mencapai 20 persen dari total Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tidak berbanding lurus dengan peningkatan mutu
pendidikan nasional. Itu berarti penggunaan anggaran sekitar 221,4 triliun rupiah, termasuk
anggaran dari APBN-Perubahan, tidak efektif.
"Tidak hanya itu, kondisi pendidikan nasional saat ini dalam status lampu merah Tidak hanya
amburadul, tapi juga tidak memiliki arah yang jelas," kata anggota Komisi X DPR Dedy
Suwandi Gumelar, di Jakarta, Selasa (4/5). Seperti diketahui, anggaran pendidikan selama 2010
mengalami kenaikan 11,9 triliun rupiah, dari semula di APBN 2010 sebesar 209,5 triliun rupiah
menjadi 221,4 triliun rupiah setelah ditambahkan APBN perubahan 2010.
Penggunaan dana yang tidak efektif itu, kata politisi dari FPDIP tersebut, disebabkan tidak
adanya prioritas dalam mengalokasikan anggaran. "Saya tidak melihat pemerintah memiliki
prioritas dalam menggunakan anggaran. Jadi boros biaya, tapi arah pembangunan pendidikan
nasional juga tidak terarah," tegasnya.
Menurut Dedy, seharusnya pemerintah meletakkan prioritas anggaran pada penanganan
persoalan guru dan tidak memadainya prasarana pendidikan di daerah. Tingginya tingkat
ketidaklulusan siswa dalam mengikuti Ujian Nasional adalah salah satu bukti lemahnya
pembinaan terhadap guru dan keterbatasan prasarana pendukung di daerah.
"Akar permasalahan pendidikan nasional itu disebabkan rendahnya mutu guru, sarana dan
prasarana yang tidak menunjang proses belajar mengajar. Jadi anggaran harus diarahkan ke dua
kebutuhan ini," tandasnya. Menanggapi hal itu, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan
Kemendiknas Mansyur Ramli mengatakan keefektifan penggunaan anggaran sangat bergantung
pada alat ukur yang digunakan. Mansyur mengklaim anggaran pendidikan yang dipercayakan
pada Kemendiknas sudah digunakan secara efektif.
"Tolok ukur yang kami gunakan jelas. Ada target dan sasaran yang sudah direncanakan berhasil
tercapai," ungkapnya. Bahkan, menurutnya, ada sejumlah program seperti beasiswa yang
keberhasilannya melebihi target walau di beberapa program lainnya ada yang belum mencapai
seratus persen, seperti sertifikasi guru.
"Sertifikasi guru juga sangat bergantung pada kemauan dan partisipasi guru itu sendiri, jadi
bukan semata-mata upaya pemerintah," ujar Mansyur. Mansyur juga menolak pendapat yang
mengatakan Kemendiknas tidak memiliki prioritas dalam menggunakan anggaran. "Mewujudkan
pendidikan tanpa biaya, itu prioritas pemerintah. Salah satunya lewat Bantuan Operasional
Sekolah (BOS)," papar dia.
Banyak Menguap

Akan tetapi, pengamat pendidikan dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Lody Paat,
berpendapat lain. Menurut dia, masyarakat hendaknya tidak terjebak dengan besarnya anggaran
yang diberikan. Sebab anggaran sebesar 221,4 triliun rupiah tersebut termasuk alokasi untuk gaji
guru.
"Jangan tertipu. Anggaran itu besar karena gaji guru dimasukkan juga ke dalamnya. Ini kan
memakan porsi yang cukup besar," katanya. Selain itu, tingginya mental korupsi yang merata di
hampir seluruh jenjang tugas kependidikan membuat anggaran tersebut menguap. "Banyak
korupsi di dunia pendidikan, mulai dari tataran pusat, dinas, sampai ke sekolah-sekolah. Ini
membuat anggaran semakin tidak kelihatan bentuknya," terang Lody. Sejumlah kebobrokan itu,
menurut Lody, terjadi karena masih rendahnya fungsi pengawasan yang dilakukan, terutama oleh
DPR.
Entitas terkaitAkar | Anggaran | APBN | Besarnya | FPDIP | Kemendiknas | Lody | Mansyur
| Menanggapi | Mewujudkan | Pemerintah | Pengembangan | Penggunaan | Sebab |
Sertifikasi | Tingginya | Tolok | Anggaran Pendapatan | Banyak Menguap | Belanja Negara
| Ujian Nasional | Bantuan Operasional Sekolah | Kemendiknas Mansyur Ramli | Kepala
Badan Penelitian | Universitas Negeri Jakarta | Anggaran Pendidikan Tak Efektif | Komisi
X DPR Dedy Suwandi | Ringkasan Artikel Ini
Anggaran Pendidikan Tak Efektif. JAKARTA - Besarnya anggaran pendidikan yang
mencapai 20 persen dari total Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tidak
berbanding lurus dengan peningkatan mutu pendidikan nasional. Itu berarti penggunaan
anggaran sekitar 221,4 triliun rupiah, termasuk anggaran dari APBN-Perubahan, tidak
efektif. "Tidak hanya itu, kondisi pendidikan nasional saat ini dalam status lampu merah
Tidak hanya amburadul, tapi juga tidak memiliki arah yang jelas," kata anggota Komisi X
DPR Dedy Suwandi Gumelar, di Jakarta, Selasa (4/5). Penggunaan dana yang tidak efektif
itu, kata politisi dari FPDIP tersebut, disebabkan tidak adanya prioritas dalam
mengalokasikan anggaran.
Jumlah kata di Artikel : 494
Jumlah kata di Summary : 97
Ratio : 0,196
*Ringkasan berita ini dibuat otomatis dengan bantuan mesin. Saran atau masukan dibutuhkan
untuk keperluan pengembangan perangkat ini dan dapat dialamatkan ke tech at mediatrac net.

Vous aimerez peut-être aussi