Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Darah rutin
Terutama untuk mengetahui apabila terjadi suatu infeksi pada saluran
pernapasan akibat aspirasi makanan ataupun cairan
Elektrolit
Untuk mengetahui keadaan abnormal bawaan lain yang menyertai
Analisa gas darah arteri
Untuk mengetahui apabila ada gangguan respiratorik terutama pada bayi
BUM dan serum creatinin
Untuk mengetahui keadaan abnormal bawaan lain yang menyertai
Penatalaksanaan
A. Tindakan Sebelum Operasi
Atresia esophagus ditangani dengan tindakan bedah. Persiapan operasi untuk bayi baru lahir mulai umur 1 hari
antara lain :
Suhu bayi dijaga agar selalu hangat dengan menggunakan incubator, spine dengan posisi fowler, kepala
pemasangan endotracheal tube dan ventilator mekanik. Sebagai tambahan, ada resiko terjadinya distensi
berlebihan ataupun rupture lambung apabila udara respirasi masuk kedalam lambung melalui fistula karena
adanya resistensi pulmonal. Keadaan ini dapat diminimalisasi dengan memasukkan ujung endotracheal tube
sampai kepintu masuk fistula dan dengan memberikan ventilasi dengan tekanan rendah.
Echochardiography atau pemerikksaan EKG pada bayi dengan atresia esophagus penting untuk
dilakukan agar segera dapat mengetahui apabila terdapat adanya kelainan kardiovaskular yang memerlukan
penanganan segera.
B. Tindakan Selama Operasi
Pada umumnya operasi perbaikan atresia esophagus tidak dianggap sebagai hal yang darurat. Tetapi
satu pengecualian ialah bila bayi premature dengan gangguan respiratorik yang memerlukan dukungan
ventilatorik. Udara pernapasan yang keluar melalui distal fistula akan menimbulkan distensi lambung yang akan
mengganggu fungsi pernapasan. Distensi lambung yang terus-menerus kemudian bisa menyebabkan rupture dari
lambung sehingga mengakibatkan tension pneumoperitoneum yang akan lebih lagi memperberat fungsi
pernapasan.
Pada keadaan diatas, maka tindakan pilihan yang dianjurkan ialah dengan melakukan ligasi terhadap
fistula trakeaesofageal dan menunda tindakan thoratocomi sampai masalah ganggua respiratorik pada bayi benrbenar teratasi. Targetnya ialah operasi dilakukan 8-10 hari kemuudian untuk memisahkan fistula dari
memperbaiki esophagus.
Pada prinsipnya tindakan operasi dilakukan untuk memperbaiki abnormalitas anatomi. Tindakan
operasi dari atresia esophagus mencakup.
Operasi dilaksanakan dalam general endotracheal anesthesia dengan akses vaskuler yang baik dan
menggunakan ventilator dengan tekanan yang cukup sehingga tidak menybabkan distensi lambung
Posisi bayi ditidurkan pada sisi kiri dengan tangan kanan diangkat di depan dada untuk dilaksanakan right
posterolateral thoracotomy. Pada H-fistula, operasi dilakukan melalui leher karena hanya memisahkan fistula
tanpa memperbaiiki esophagus. esophagus.
Operasi dilaksanakan thoracotomy, dimana fistula ditutup dengan cara diikat dan dijahit kemudian dibuat
anastomisis esophageal antara kedua ujung proximal dan distal dan esophagus.
Pada atresia esofagus dengan fistula trakeoesofageal, hamppir selalu jarak antara esofagus proksimal dan
distal dapat disambung langsung ini disebut dengan primary repairyaitu apabila jarak kedua ujung esofagus
dibawah 2 ruas vertebra. Bila jaraknya 3,6 ruas vertebra, dilakukan delaved primary repair. Operasi ditunda
paling lama 12 minggu, sambil dilakukan cuction rutin dan pemberian makanan melalui gstrostomy, maka jarak
kedua ujung esofagus akan menyempit kemudian dilakukan primary repair. Apabiila jarak kedua ujung esofagus
lebih dari 6 ruas vertebra, maka dijoba dilakukan tindakan diatas, apabila tidak bisa juga makaesofagus
disambung dengan menggunakan sebagai kolon.
C. Tindakan Setelah Operasi
Pasca Operasi pasien diventilasi selama 5 hari. Suction harus dilakukan secara rutin. Selang kateter
untuk suction harus ditandai agar tidak masuk terlalu dalam dan mengenai bekas operasi tempat anastomisis
agar tidak menimbulkan kerusakan. Setelah hari ke-3 bisa dimasukkan NGT untuk pemberian makanan.
2013. Atresia Esofagus
http://bethhval.blogspot.co.id/2013/03/atresia-esofagus.html?m=1
Dalam pemeriksaan USG pada usia kehamilan sekitar 26 minggu ditemukan polyhidramnion
tetapi pembesaran perut ibu tidak sesuai dengan umur kehamilan (lebih kecil).
Foto polos thorax memperlihatkan gambaran khas esophagus berdilatasi karena terisi udara,
terlihatnya udara dalam lambung atau usus menandakan adanya fistula antara trachea dan
esophagus bagian distal.
EKG dan echokardiogram dapat dilakukan karena korelasi tinggi pada anomaly jantung
Pengkajian
Laringaspasme yang disebabkan oleh aspirasi saliva yang terakumulasi dalam kantong
buntu.
Distensi abdominal.
Setelah menelan makanan yang pertama atau kedua : bayi batuk dan tersedak saat cairan
kembali melalui hidung dan mulut trejadi sianosis.
Bayi sering lahir dalam keadaan premetur dan kehamilan mungkin terkomplikasi oleh hydra
amniaon (cairan amniotic berlebihan dalam kantong ).
http://hans-shinta.blogspot.co.id/2014/05/askep-pada-anak-atresia-esofagus.html
1. Alasan Masuk : Bidan mengatakan bayi Ny A muntah setelah disusui dan temuan
fisik ditemukan ronki basah kasar pada suara napas. Intubasi menggunakan teknik
intubasi sadar.
2. Riwayat penyakit kehamilan:
DM : Tidak ada
Merokok : Ada
Lama persalinan :
1. Kala I : 10 jam
2. Kala II : 4 jam
3. Kala III : 15 menit
4. Kala IV : 2 Jam
Ketuban :
: 2300 ml
Plasenta : Lengkap
Komplikasi
Ibu
: Tidak ada
Bayi
Resusitasi : Ada
Oksigen : Ada
2. DATA OBJEKTIF
Pemeriksaan Umum
Suhu
: 37 0C
Pernafasan
: 60x/ menit
Nadi
: 130x/ menit
Bb sekarang
: 2500 gram
Keadaan umum
: kurang baik
Panjang badan
: 47 cm
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala
Ubun-ubun
: menutup
Muka
: simetris, pucat
Mata
Hidung
:lubang hidung ada, tidak ada keluar setkret dari kedua lubang
Dada
dinding dada.
Abdomen
omfalokel
Tali pusat
Punggung
Ekstremitas
Atas
Anus
: berlubang
3. Refleks
Refleks moro
: ada
Refleks rooting
: ada
Refleks walking
: tidak ada
Refleks graphs
: ada
Refleks sucking
: ada
: ada
4. Antropometri
Lingkar kepala
: 34 cm
Lingkar dada
: 33 cm
: 12 cm
Masalah Keperawatan
1.
Syok hipolemik berhubungan dengan muntah, perdarahan dan akumulasi cairan dan elektrolit dalam lumen.
3.
4.
5.
3.
a.
Perencanaan
Preoperasi
Observasi perilaku bayi sebagai indikator nyeri, dapat peka rangsang dan sangat sensitif untuk perawatan atau
letargi atau tidak responsive.
Jelaskan penyebab nyeri dan yakinkan orangtua tentang tujuan tes diagnostik dan pengobatan.
Yakinkan anak bahwa analgesik yang diberikan akan mengurangi rasa nyeri yang dirasakan.
Jelaskan tentang intususepsi dan reduksi hidrostatik usus yang dapat mengurangi intususepsi.
Diagnosa keperawatan: syok hipovolemik berhubungan dengan muntah, perdarahan dan akumulasi cairan dan
elektrolit
dalam lumen.
Perhatikan adanya mendengkur atau pernafasan cepat dan dangkal jika berada pada keadaan syok.
Pantau frekuensi nadi dengan cernat dan ketahui rentang nadi yang tepat untuk usia anak.
lebih sulit.
Kolaborasi:
Diagnosa keperawatan: ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan, lingkungan yang asing.
Tujuan: rasa cemas pada anak dapat berkurang
Kriteria hasil: anak dapat beristirahat dengan tenang dan melakukan prosedur tanpa cemas.
Intervensi:
Beri pendidikan kesehatan sebelum dilakukan operasi untuk mengurangi rasa cemas.
Pertahankan ada orang yang selalu menemani klien untuk meningkatkan rasa aman.
b.
Post operasi
Berikan posisi yang nyaman pada anak jika tidak ada kontraindikasi.
Kolaborasi:
Berikan analgesi untuk mengatasi rasa nyeri.
Berikan antiemetik sesuai pesanan untuk rasa mual dan muntah.
Gunakan tindakan pendinginan untuk mengurangi demam, sebaiknya 1 jam setelah pemberian antipiretik.
Monitor temperatur.
4.
Evaluasi
Nyeri pada abdomen dapat berkurang
b.
Syok hipovolemik dapat teratasi dengan segera melakukan koreksi terhadap keseimbangan cairan dan
elektrolit.
c.
Obstrusi usus dapat teratasi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.
Pembengkakan bercak
jaringan limfoid
Usus bervaginasi ke
dalam usus dibawahnya
Distensi
Muntah
Kehilangan cairan dan
elektrolit
Syok hipovolemik