Vous êtes sur la page 1sur 11

Pemeriksaan Laboratorium

Darah rutin
Terutama untuk mengetahui apabila terjadi suatu infeksi pada saluran
pernapasan akibat aspirasi makanan ataupun cairan
Elektrolit
Untuk mengetahui keadaan abnormal bawaan lain yang menyertai
Analisa gas darah arteri
Untuk mengetahui apabila ada gangguan respiratorik terutama pada bayi
BUM dan serum creatinin
Untuk mengetahui keadaan abnormal bawaan lain yang menyertai

Penatalaksanaan
A. Tindakan Sebelum Operasi
Atresia esophagus ditangani dengan tindakan bedah. Persiapan operasi untuk bayi baru lahir mulai umur 1 hari
antara lain :

Cairan intravena mengandung glukosa untuk kebutuhan nutrisi bayi.

Pemberian antibiotic broad-spectrum secara intra vena.

Suhu bayi dijaga agar selalu hangat dengan menggunakan incubator, spine dengan posisi fowler, kepala

diangkat sekitar 45o.

NGT dimasukkan secara oral dan dilakukan suction rutin.

Monitor vital signs.


Pada bayi premature dengan kesulitan benapas, diperlukan perhatian khusus. Jelas diperlukan

pemasangan endotracheal tube dan ventilator mekanik. Sebagai tambahan, ada resiko terjadinya distensi
berlebihan ataupun rupture lambung apabila udara respirasi masuk kedalam lambung melalui fistula karena
adanya resistensi pulmonal. Keadaan ini dapat diminimalisasi dengan memasukkan ujung endotracheal tube
sampai kepintu masuk fistula dan dengan memberikan ventilasi dengan tekanan rendah.
Echochardiography atau pemerikksaan EKG pada bayi dengan atresia esophagus penting untuk
dilakukan agar segera dapat mengetahui apabila terdapat adanya kelainan kardiovaskular yang memerlukan
penanganan segera.
B. Tindakan Selama Operasi
Pada umumnya operasi perbaikan atresia esophagus tidak dianggap sebagai hal yang darurat. Tetapi
satu pengecualian ialah bila bayi premature dengan gangguan respiratorik yang memerlukan dukungan
ventilatorik. Udara pernapasan yang keluar melalui distal fistula akan menimbulkan distensi lambung yang akan
mengganggu fungsi pernapasan. Distensi lambung yang terus-menerus kemudian bisa menyebabkan rupture dari
lambung sehingga mengakibatkan tension pneumoperitoneum yang akan lebih lagi memperberat fungsi
pernapasan.
Pada keadaan diatas, maka tindakan pilihan yang dianjurkan ialah dengan melakukan ligasi terhadap
fistula trakeaesofageal dan menunda tindakan thoratocomi sampai masalah ganggua respiratorik pada bayi benrbenar teratasi. Targetnya ialah operasi dilakukan 8-10 hari kemuudian untuk memisahkan fistula dari
memperbaiki esophagus.

Pada prinsipnya tindakan operasi dilakukan untuk memperbaiki abnormalitas anatomi. Tindakan
operasi dari atresia esophagus mencakup.

Operasi dilaksanakan dalam general endotracheal anesthesia dengan akses vaskuler yang baik dan

menggunakan ventilator dengan tekanan yang cukup sehingga tidak menybabkan distensi lambung

Bronkoskopi pra-operatif berguuna untuk mengidentifikasi dan mengetahui lokasi fistula.

Posisi bayi ditidurkan pada sisi kiri dengan tangan kanan diangkat di depan dada untuk dilaksanakan right

posterolateral thoracotomy. Pada H-fistula, operasi dilakukan melalui leher karena hanya memisahkan fistula
tanpa memperbaiiki esophagus. esophagus.

Operasi dilaksanakan thoracotomy, dimana fistula ditutup dengan cara diikat dan dijahit kemudian dibuat

anastomisis esophageal antara kedua ujung proximal dan distal dan esophagus.

Pada atresia esofagus dengan fistula trakeoesofageal, hamppir selalu jarak antara esofagus proksimal dan

distal dapat disambung langsung ini disebut dengan primary repairyaitu apabila jarak kedua ujung esofagus
dibawah 2 ruas vertebra. Bila jaraknya 3,6 ruas vertebra, dilakukan delaved primary repair. Operasi ditunda
paling lama 12 minggu, sambil dilakukan cuction rutin dan pemberian makanan melalui gstrostomy, maka jarak
kedua ujung esofagus akan menyempit kemudian dilakukan primary repair. Apabiila jarak kedua ujung esofagus
lebih dari 6 ruas vertebra, maka dijoba dilakukan tindakan diatas, apabila tidak bisa juga makaesofagus
disambung dengan menggunakan sebagai kolon.
C. Tindakan Setelah Operasi
Pasca Operasi pasien diventilasi selama 5 hari. Suction harus dilakukan secara rutin. Selang kateter
untuk suction harus ditandai agar tidak masuk terlalu dalam dan mengenai bekas operasi tempat anastomisis
agar tidak menimbulkan kerusakan. Setelah hari ke-3 bisa dimasukkan NGT untuk pemberian makanan.
2013. Atresia Esofagus
http://bethhval.blogspot.co.id/2013/03/atresia-esofagus.html?m=1

Dalam pemeriksaan USG pada usia kehamilan sekitar 26 minggu ditemukan polyhidramnion
tetapi pembesaran perut ibu tidak sesuai dengan umur kehamilan (lebih kecil).

Terdapatnya kesulitan memasukkan kateter ke dalam lambung, biasanya kateter akan


terhenti pada jarak 10-11 cm dari gusi atas, (ukuran 8-10 French).

Foto polos thorax memperlihatkan gambaran khas esophagus berdilatasi karena terisi udara,
terlihatnya udara dalam lambung atau usus menandakan adanya fistula antara trachea dan
esophagus bagian distal.

USG menunjukkan TEF in utero pada beberapa bayi.

EKG dan echokardiogram dapat dilakukan karena korelasi tinggi pada anomaly jantung

Pengkajian

Saliva berlebihan, tersedak, sianosis, apnea

Sekresi berlebihan, mengalirkan liur konstan, sekresi hidung banyak.

Sianosis intermitten yang tidak diketahui penyebabnya.

Laringaspasme yang disebabkan oleh aspirasi saliva yang terakumulasi dalam kantong
buntu.

Distensi abdominal.

Setelah menelan makanan yang pertama atau kedua : bayi batuk dan tersedak saat cairan
kembali melalui hidung dan mulut trejadi sianosis.

Bayi sering lahir dalam keadaan premetur dan kehamilan mungkin terkomplikasi oleh hydra
amniaon (cairan amniotic berlebihan dalam kantong ).

http://hans-shinta.blogspot.co.id/2014/05/askep-pada-anak-atresia-esofagus.html

1. Alasan Masuk : Bidan mengatakan bayi Ny A muntah setelah disusui dan temuan
fisik ditemukan ronki basah kasar pada suara napas. Intubasi menggunakan teknik
intubasi sadar.
2. Riwayat penyakit kehamilan:

Perdarahan : Tidak ada

Pre-eklamsia : Tidak ada

Eklamsia : Tidak ada

DM : Tidak ada

Penyakit kelamin : Tidak ada

Anemia : Tidak ada

Lain-lain : Tidak ada

3. Kebiasaan waktu hamil

Makanan : Tidak ada

Obat-obatan : Tidak ada

Merokok : Ada

Minum Alkohol : Ada

Lain-lain : Tidak ada

4. Riwayat persalinan sekarang

Jenis Persalinan : Spontan/Normal

Masa gestasi : 37 minggu

Ditolong oleh : Bidan

Lama persalinan :

1. Kala I : 10 jam
2. Kala II : 4 jam
3. Kala III : 15 menit
4. Kala IV : 2 Jam

Ketuban :

1. Warna : Jernih seperti air cucian beras


2. Bau : Amis
3. Jumlah

: 2300 ml

Panjang tali pusat : 44 cm

Plasenta : Lengkap

Komplikasi

Ibu

: Tidak ada

Bayi

: Bayi tidak mau menyusu,Sianosis, Hipersaliva, Bayi tersedak

saat berupaya menelan makan, Apnea

Keadaan bayi : Kurang baik

Resusitasi : Ada

Penghisapan lendir : Ada

Ambu : Tidak ada

Intubasi Endotrakeal : Ada

Oksigen : Ada

Therapy :Selama operasi, hemodinamik stabil, maintanance dengan sevofluran MAC


1 % , fentanil 4 mg / jam , dan rocuronium 0,5 mg / jam . Durasi operasi adalah
sekitar 4 jam.

2. DATA OBJEKTIF
Pemeriksaan Umum
Suhu

: 37 0C

Pernafasan

: 60x/ menit

Nadi

: 130x/ menit

Bb sekarang

: 2500 gram

Keadaan umum

: kurang baik

Panjang badan

: 47 cm

2. Pemeriksaan Fisik
Kepala

: simetris tidak ada kelainan pada kepala

Ubun-ubun

: menutup

Muka

: simetris, pucat

Mata

: simetris, tidak ikterik

Hidung

:lubang hidung ada, tidak ada keluar setkret dari kedua lubang

hidung, ada pernafasan cuping hidung.


Mulut

:simetris, tidak ada labioschis dan labiospalatoschisis,

mengeluarkan saliva yang berlebihan.


Leher

:tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

Dada

:tidak simetris, adanya ronki pada suara pernafasan. ada retraksi

dinding dada.
Abdomen

:perut kembung, tidak ada penonjolan sekitar umbilikal, tidak ada

omfalokel
Tali pusat

:tali pusat sudah puput

Punggung

:simetris, tidak ada penonjolan spina bifida.

Ekstremitas
Atas

: tangan sama panjang keduanya, pergerakan aktif, tidak ada

fraktur, kuku jari tangan sianosis dan jumlah jari lengkap


Bawah

:kaki sama panjang keduanya, pergerakan tidak aktif kuku

jari kaki sianosis, jumlah jari kaki lengkap.


Genitalia

:testis sudah turun kekantong skrotum

Anus

: berlubang

3. Refleks
Refleks moro

: ada

Refleks rooting

: ada

Refleks walking

: tidak ada

Refleks graphs

: ada

Refleks sucking

: ada

Refleks tonic neck

: ada

4. Antropometri
Lingkar kepala

: 34 cm

Lingkar dada

: 33 cm

Lingkar lengkan atas

: 12 cm

Wahyuni, Sri. 2015. Atresia Esofagus Berdasarkan Kasusnya


https://sriwahyunimcb13.wordpress.com/2015/02/10/

Masalah Keperawatan
1.

Nyeri berhubungan dengan invaginasi usus.


2.

Syok hipolemik berhubungan dengan muntah, perdarahan dan akumulasi cairan dan elektrolit dalam lumen.

3.

Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan, lingkungan yang asing.

4.

Inefektif termoregulasi berhubungan dengan proses inflamasi, demam.

5.

Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan.

3.
a.

Perencanaan
Preoperasi

Diagnosa keperawatan: nyeri berhubungan dengan invaginasi usus.


Tujuan: berkurangnya rasa nyeri sesuai dengan toleransi yang dirasakan anak.
Kriteria Hasil: anak menunjukkan tanda tanda tidak ada nyeri atau ketidaknyamanan yang minimum.
Intervensi:

Observasi perilaku bayi sebagai indikator nyeri, dapat peka rangsang dan sangat sensitif untuk perawatan atau
letargi atau tidak responsive.

Perlakuan bayi dengan sangat lembut.

Jelaskan penyebab nyeri dan yakinkan orangtua tentang tujuan tes diagnostik dan pengobatan.

Yakinkan anak bahwa analgesik yang diberikan akan mengurangi rasa nyeri yang dirasakan.

Jelaskan tentang intususepsi dan reduksi hidrostatik usus yang dapat mengurangi intususepsi.

Jelaskan resiko terjadinya nyeri yang berulang.

Kolaborasi: berikan analgesik untuk mengurangi rasa nyeri.

Diagnosa keperawatan: syok hipovolemik berhubungan dengan muntah, perdarahan dan akumulasi cairan dan
elektrolit

dalam lumen.

Tujuan: volume sirkulasi (keseimbangan cairan dan elektrolit) dapat dipertahankan.


Kriteria Hasil: tanda tanda syok hipovolemik tidak terjadi.
Intervensi:

Pantau tanda vital, catat adanya hipotensi, takikardi, takipnea, demam.

Pantau masukan dan haluaran.

Perhatikan adanya mendengkur atau pernafasan cepat dan dangkal jika berada pada keadaan syok.

Pantau frekuensi nadi dengan cernat dan ketahui rentang nadi yang tepat untuk usia anak.

Laporkan adanya takikardi yang mengindikasikan syok.


Kurangi suhu karena demam meningkatkan metabolisme dan membuat oksigenasi selama anestesi menjadi

lebih sulit.

Kolaborasi:

Lakukan pemeriksaan laboratorium: Hb/Ht, elektrolit, protein, albumin, BUN, kreatinin.


Berikan plasma/darah, cairan, elektrolit, diuretic sesuai indikasi untuk memelihara volume darah sirkulasi.

Diagnosa keperawatan: ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan, lingkungan yang asing.
Tujuan: rasa cemas pada anak dapat berkurang
Kriteria hasil: anak dapat beristirahat dengan tenang dan melakukan prosedur tanpa cemas.

Intervensi:

Beri pendidikan kesehatan sebelum dilakukan operasi untuk mengurangi rasa cemas.

Orientasikan klien dengan lingkungan yang masih asing.

Pertahankan ada orang yang selalu menemani klien untuk meningkatkan rasa aman.

Jelaskan alasan dilakukan tindakan pembedahan.

Jelaskan semua prosedur pembedahan yang akan dilakukan.

b.

Post operasi

Diagnosa keperawatan: nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan.


Tujuan: berkurangnya rasa nyeri sesuai dengan toleransi pada anak.
Kriteria Hasil: anak menunjukkan tanda tanda tidak ada nyeri atau ketidaknyamanan yang minimum.
Intervensi:
Hindarkan palpasi area operasi jika tidak diperlukan.

Masukkan selang rektal jika diindikasikan, untuk membebaskan udara.

Dorong untuk buang air untuk mencegah distensi vesika urinaria.

Berikan perawatan mulut untuk memberikan rasa nyaman.

Lubrikasi lubang hidung untuk mengurangi iritasi.

Berikan posisi yang nyaman pada anak jika tidak ada kontraindikasi.

Kolaborasi:
Berikan analgesi untuk mengatasi rasa nyeri.
Berikan antiemetik sesuai pesanan untuk rasa mual dan muntah.

Diagnosa keparawatan: inefektif termoregulasi berhubungan dengan proses inflamasi, demam.


Tujuan: termoregulasi tubuh anak normal.
Kriteria Hasil: tidak ada tanda tanda kenaikan suhu.
Intervensi:

Gunakan tindakan pendinginan untuk mengurangi demam, sebaiknya 1 jam setelah pemberian antipiretik.

Meningkatkan sirkulasi udara.

Mengurangi temperatur lingkungan.

Menggunakan pakaian yang ringan / tipis.

Paparkan kulit terhadap udara.

Gunakan kompres dingin pada kulit.

Cegah terjadi kedinginan, bila anak menggigil tambahkan pakaian.

Monitor temperatur.

Kolaborasi: berikan antipiretik sesuai dengan berat badan bayi.

4.

Evaluasi
Nyeri pada abdomen dapat berkurang

b.

Syok hipovolemik dapat teratasi dengan segera melakukan koreksi terhadap keseimbangan cairan dan
elektrolit.

c.

Obstrusi usus dapat teratasi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.

Patofisiologi dan Pathways


Kebanyakan intususepsi adalah ileokolik dan ileoileokolik, sedikit sekokolik dan jarang hanya ileal. Secara
jarang, suatu intususepsi apendiks membentuk puncak dari lesi tersebut. Bagian atas usus, intususeptum,
berinvaginasi ke dalam usus di bawahnya, intususipiens sambil menarik mesentrium bersamanya ke dalam ansa
usus pembungkusnya. Pada mulanya terdapat suatu konstriksi mesentrium sehingga menghalangi aliran darah
balik. Penyumbatan intususeptium terjadi akibat edema dan perdarahan mukosa yang menghasilkan tinja
berdarah, kadang kadang mengandung lendir. Puncak dari intususepsi dapat terbentang hingga kolon
tranversum desendens dan sigmoid bahkan ke anus pada kasus kasus yang terlantar. Setelah suatu
intususepsi idiopatis dilepaskan, maka bagian usus yang memebentuk puncaknya tampak edema dan menebal,
sering disertai suatu lekukan pada permukaan serosa yang menggambarkan asal dari kerusakan tersebut.
Kebanyakan intususepsi tidak menimbulkan strangulasi usus dalam 24 jam pertama, tetapi selanjutnya dapat
mengakibatkan gangren usus dan syok.

2016 belajar askep


http://belajaraskep.blogspot.co.id/2011/05/asuhan-keperawatan-anak-atresia.html

Infeksi virus adeno

Pembengkakan bercak
jaringan limfoid

Peristaltik usus meningkat

Usus bervaginasi ke
dalam usus dibawahnya

Edema dan perdarahan


Peregangan usus
https://pastakyu.wordpress.com/2010/01/21/asuhan-keperawatan-atresiamukosa
esofagus/#more-13

Pemajanan reseptor nyeri


Sumbatan/obstruksi usus
Nyeri
Akumulasi gas dan cairan di dalam
lumen sebelah proksimal dari letak
obstruksi

Distensi

Muntah
Kehilangan cairan dan
elektrolit

Volume ECF menurun

Syok hipovolemik

Vous aimerez peut-être aussi