Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Agenda Reformasi
September 2014
Australia Indonesia Partnership for Health Systems Strengthening is managed by Coffey on behalf of
the Australian Department of Foreign Affairs and Trade
Table of contents
Latar Belakang ....................................................................................................................................................... 1
1
3.2
3.3
3.4
Annexes
Lampiran 1
Lampiran 2
Abbreviations
ADINKES
AIPHSS
Bappenas
BPJS
BUKD
CBG
Case-Based Groups
DFAT
DHA
DHO
GoA
Government of Australia
GoI
Government of Indonesia
HR
Human Resources
HRH
HSR
HSS
INA CBG
IPR
ISP
JKN
M&E
MDG
MoHA
MoH
Ministry of Health
NHA
NTT
PDD
PERMATA
Primary Health Care Strengthening and Maternal and Newborn Health Program
PHA
PHO
ii
PMU
Program Management Unit (generally refers to PMU staff at province and district level)
PPJK
Pusat Pembiyaan dan Jaminan Kesehatan; Centre for Health Financing and Health
Insurance
PPSDM
PSC
PTS
Roren
SBD
SK
Sistem kesehatan
ToR
Terms of Reference
TTU
WHO
iii
Latar Belakang
Tantangan pembangunan kesehatan semakin kompleks; ditandai oleh transisi demografi, perubahan
pola penyakit, un-finished agenda pencapaian target pembangunan kesehatan, dinamika
determinan masalah kesehatan yang bersifat multidimensi, disparitas status kesehatan, lingkungan
global dan regional yang berubah cepat; serta sistem kesehatan yang belum siap menghadapi
tantangan-tantangan tersebut.
1. AIPHSS adalah program untuk memperkuat sistem kesehatan (SK) dengan fokus pada 3 fungsi
SK, yaitu (1) SDM kesehatan (Work Health Force), (2) Pembiayaan kesehatan (Health Financing)
dan (3) Upaya Kesehatan (Delivery System), khususnya Upaya Kesehatan Primer/Puskesmas.
Dalam pelaksanaan AIPHSS, penguatan ke tiga fungsi SK tersebut tidak bisa lepas dari
perubahan UU dan peraturan tentang desentralisasi yang sedang dilakukan oleh pemerintah (UU32, PP-38, PP-41 dan Permenkes-741 tentang SPM). Oleh sebab itu, selama 2013-2014,
perubahan UU dan tata kelola kesehatan ini juga menjadi fokus AIPHSS termasuk penguatan
Dinas Kesehatan dan Puskesmas.
2. Beberapa perkembangan dan perubahan mendasar terjadi selama pelaksanaan AIPHSS (2012
2014), yaitu:
a. Perumusan RPJMN 2015-2019 oleh Bappenas, yang menggunakan hasil Health Sector
Review (HSR) yang didukung oleh AIPHSS. Dalam HSR dikaji 9 area, yang menggambarkan
tantangan yang dihadapi serta saran-saran untuk perencanaan pembangunan kesehatan
selama tahun-tahun mendatang. Beberapa tantangan yang dikemukakan adalah
meningkatnya PTM, tingginya stunting di kalangan balita, TFR yang tinggi dan stagnan dan
diikuti oleh AKI yang tinggi, masalah akses dan mutu pelayanan kesehatan, terbatasnya
kemampuan fiskal pemerintah, pelaksanaan JKN yang masih menghadapi berbagai masalah,
disparitas status kesehatan antara wilayah, dll.
b. Kemenkes sedang merumuskan Renstra Kesehatan 2015-2019
c.
Perubahan UU-32, PP-38, PP-41 dan adanya rumusan SPM yang baru (revisi KMK-741)
d. Pelaksanaan SJSN Bidang Kesehatan sejak 1 januari 2014 dan target mencapai UHC pada
tahun 2019
3. Workplan AIPHSS (2013-2014) yang diusulkan oleh Pusat dan Daerah selama ini belum cukup
responsif menghadapi tantangan-tantangan dan kelemahan system kesehatan seperti
diungkapkan dalam HSR tersebut.
4. Pada awal 2014, dilakukan review terhadap konsep, kegiatan dan manajamen AIPHSS oleh tim
review independent. Hasil tim review kemudian dibahas oleh DFAT dan Kemenkes, yang
kemudian melahirkan kesepakatan sbb:
(1) Perumusan reform agenda yang disepakati oleh Kemenkes dan DFAT
(2) Restrukturisasi manajemen AIPHSS
(3) Pembentukan Policy Unit untuk membantu Pimpinan Kemenkes dalam penguatan system
kesehatan
Pembiayaan
HSD/PHC
1
UKBM
PBwK
SDM
Financing:
3 UKM: BOK dl
UKP>JKN
Pembiayaan
SIP (SP2TP)
Bgting:
Perenc &
4
penganggaran
berbasis kinerja
Sarana/Alkes
Pembinaan/
6
pengawasan
7 Pembinaan karir
5 Money: HA
Perencanaan:
2 SDM institsi
Wilayah & LT
Apa yg dibiayai?
(UKM, UKP, Support)
3 Produksi
1 Pembagian urusan
2 Costing
4 Pengangkatan
5
Penempatan/
Distribusi
Reg/desentrl
2 SPM (MSS)
Mgt Puskesmas
Kelembagaan
Organisasi, status
kelembagaan
Kompetensi Ka/Staff
Dinkes
5 Kompetemso Mgt/P2KT
10 Sistem Rujukan
Penguatan ke empat fungsi tersebut pada dasarnya adalah memperbaiki kelemahan-kelemahan yang
dilihat dari dua perspektif:
a) Apakah fungsi/sub-fungsi tersebut sesuai dengan standar, peraturan dan teori sistem kesehatan
b) Apakah fungsi/sub-fungsi tersebut cukup adekuat menghadapi tantangan yang dihadapi
Dalam persiapan dan pelaksanaan AIPHSS selama ini walaupun tidak dilakukan assessment
sistem kesehatan secara khusus telah dilakukan identifikasi tentang kelemahan-kelemahan dalam
sub-fungsi tesebut diatas, yaitu dalam pembahasan-pembahasan yang dilakukan bersama oleh IU,
PMU, PTS, TA, pertemuan TWG, Pemda dan Dinkes di daerah, serta diskusi dan arahan dari
pimpinan Kemenkes. Hal yang sama terjadi didaerah; penyusunan Work Plan didahului dengan
rumusan masalah yang nota bene adalah kelemahan fungsi dan sub-fungsi tersebut.
Kelemahan ke empat fungsi yang menjadi fokus AIPHSS juga diungkapkan dalam hasil Health Sector
Review (HSR), yang juga dipergunakan untuk menyusun reform agenda ini. (rinciannya
disampaikan terlampir)
Selanjutnya, Sistem Kesehatan juga dihadapkan pada tantangan yang banyak disampaikan dalam
hasil HSR, yang kemudian juga mewarnai RPJMN 2015-2019 (yang disusun Bappenas) serta
Renstra Kesehatan 2015-2019 (yang disusun Kemenkes). Penguatan ke empat fokus AIPHSS juga
harus diarahkan untuk mendukung pelaksanaan RPJMN dan Renstra Kesehatan (arah kebijakan
RPJMN 2015-2019 dan Renstra Kesehatan 2015-2019 disampaikan terlampir).
Yang terakhir adalah arahan dan masukan dari Pimpinan Kemenkes dan DFAT; antara lain tentang
pentingnya penguatan sistem kesehatan, kesiapan sistem kesehatan menghadapi perubahan pola
penyakit, utamanya peningkatan PTM; pentingnya penguatan upaya kesehatan masyarakat (promotif
preventif); pentingnya revitalisasi Puskesmas untuk melaksanakan 4 fungsi pokoknya (UKM, UKP,
UKBM dan Pembangunan Berwawasan Kesehatan) termasuk fungsi baru sebagai provider
pelayanan tingkat pertama bagi peserta JKN; peningkatan efektifitas JKN serta un-finished agenda
pencapaian target MDGs-2015.
Secara ringkas, kerangka konsep penyusunan reform agenda ini didasarkan pada :
(1) tantangan yang dihadapi dan
(2) kelemahan dalam ke-4 fungsi sistem kesehatan (fokus AIPHSS)
Tantangan
Un-finished
agenda
Reform
Agenda
PTM (NCD)
TFR tinggi
Gizi
Disparitas
Kelemahan
Beyond Health
Determinan
Desentralissi
SDM
Implmt.JKN
RPJMN
Bottle neck
Dinkes
Pembiayaan
UKM
PH lemah
Renstra
Kapasitas Pusk
Sist.
Rujukan
Area reform
Penguatan SI
SDM
Penguatan
Perencanaan
SDM
Kegiatan/
Work plan
Status Pendanaan
Unit terkait
Pusat
Prop
Kab
Pengemban
gan & uji
coba
Enrichment
SI SDM
(pusat, prop,
kab)
Dlm
proses
AIPHSS
PPSDM,
Ropeg,
RoUM,
Pusdatin,
Dagri,
BKAN
Dinkes
RSU
BKD
Dinkes
RSUD BKD
Aplikasi GIS
(pelatihan)
Selesa
i
AIPHSS
PPSDM
Pelatihan
Pela-tihan
Metode
perenca
naan SDM
kewilayahan
Dalam
proses
AIPHSS
PPSDM
Pedoman
Perenc..
SDM pada
institusi
(ABK)
Dalam
proses
AIPHSS
PPSDM
Uji
coba
Uji coba
Uji coba
perencanaan
Belum
AIPHSS
PPSDM
Uji
coba
Uji coba
6
No
Area reform
Kegiatan/
Work plan
Status Pendanaan
Unit terkait
Pusat
Prop
Kab
SDM intitusi
di 8 Kab
3
Produksi:
meningkatkan
mutu lulusan
Assessment
relevansi
kurikulum
dgn
kebutuhan
Dlm
proses
AIPHSS
PPSDM
Poletekes
Akrediasi
Poltekes
Selesa
i
AIPHSS
PPSDM
Poltek
es
Dinkes
Pendidikan
Jarak Jauh
(Bidan &
Perawat)
Selesa
i
AIPHSS
PPSDM
Poltek
es
Dinkes
Dinkes
Kurikulum &
pelatihan
dokter PelPrimer
Dalam
proses
AIPHSS
PPSDM,
Diknas
Pengangkatan
& Penempatan
Pertemuan
kordinasi
fungsi mgt
SDM
Belum
AIPHSS
PPSDM,
Ropeg,
ToUm,
Hokor,
Kemenda
gri, BKN,
menpan
Distribusi
Pertemuan
nasional
strategi
pemerataan
SDM kes.
Belum
AIPHSS
PPSDM,
Ropeg,
RoUm,
BKN,
Kemenda
gri
Pesert
a
Peserta
Uji coba
system
Insentif
Dalam
proses
AIPHSS
PPSDM
Assessment
& uji coba
kerja sama
Pem. &
Swasta dlm
penempatan
SDM
Belum
AIPHSS
PPSDM
Assemnt.
Standar
kompetensi
SDM
Belum
AIPHSS
PPSDM
Pelatihan
staff Dinkes
(modul
disusun
Adinkes)
Belum
AIPHSS
PPSDM
TOT
Peserta
Pelatihan
tenaga
fungsional
Promkes
Dlm
proses
APBN
(Promkes)
Promkes,
PPSDM
Pembinaan/pen
gawasan
No
Area reform
Kegiatan/
Work plan
Status Pendanaan
Unit terkait
Pusat
Pelat.
Tenaga
sanitarian &
Gizi
masyarakat
Belum
AIPHSS
(Lihat
agenda
revit
Puskesma
s)
Pengembangan
karir
Pengemban
gan pola
karir jabatan
struk-tural
dan
fungsional
Belum
AIPHSS
PPSDM
Penguatan
Kebijakan dan
pengelolaan
mgt SDM
Kesehatan
Evaluasi Tim
SDM daerah
Berjala
n dan
selesai
AIPHSS
PPSDM
Prop
Kab
TOT
PesertaPelati
han
Prop
Jatim
8 Kab NTT
dan Jatim
UKM
Adm/Mgt
UKP
Tentang UKP, yang pembiayaannya melalui JKN, perlu perumusan lebih tepat tentang paket
pelayanan yang akan dibayar melalui INA-CBGs dan pelayanan yang akan dibiayai melalui kapitasi.
Kedua, perlu diketahui berapa biaya yang diperlukan untuk melaksanakan 3 kelompok kegiatan
tersebut. Selama ini analisis biaya (costing) sangat jarang dilakukan. Padahal hasilnya sangat
diperlukan dalam penyusunan anggaran kesehatan, termasuk anggaran kegiatan pendukung,
anggaran UKM, penentuan tariff INA-CBG dan besaran kapitasi, penentuan premi dan besaran
subsidi bagi PBI (peserta JKN).
Ketiga, belum banyak dilakukan telaahan tentang cara pembiayaan UKM. Selama ini pelaksanaan
UKM di lapangan hampir sepenuhnya tergantung pada dana BOK. Belum ada langkah sistematis
untuk meningkatkan efektivitas BOK (besarnya, alokasinya keberbagai daerah/Puskesmas, efektifitas
pemanfaatanya, regulasi pendukung yang diperlukan, dll). Dalam perubahan UU dan PP tentang
desentralisasi, dana BOK akan dialihkan transfernya melalui DAK. Namun dalam diskusi dengan
Bappenas, ada alternative lain yaitu menyalurkan BOK sebagai dana transfer ke daerah. (masih perlu
pembahasan aspek peraturan tentang mekanisme transfer ini.)
Keempat, selama ini cara pembiayaan lebih bersifat konvensional: tax based (melalui APBN dan
APBD) serta tarif pelayanan, baik yang dibiayai langsung oleh RT (out of pocket payment) maupun
melalui asuransi/jaminan kesehatan. Mobilisasi sumber lain belum diekplorasi secara optimal,
misalnya (a) penggunaan dana bagi hasil cukai rokok ke daerah yang bisa dimanfaatkan sebagai
komplemen pembiayaan UKM, (b) pemanfaatan anggaran sektor lain untuk kesehatan misalnya
ADD, mobilisasi dana CSR dari perusahaan, dll.
Kelima, pembiayaan kesehatan memerlukan sistem perencanaan-penganggaran yang realistis,
affordable, evidence based, berbasis kinerja, cost-effective dan efisien (allocative efficiency dan
economic efficiency). Selama ini sering dikemukakan kelemahan tingkat kabupaten dalam
penyusunan rencana dan anggaran (cenderung hystorical, belum berbasis kinerja). Bahkan
pimpinan Kemenkes juga melihat perlunya pembenahan sistem perencanaan penyusunan anggaran
di Kemenkes.
Ke-enam, sistem pembiayaan kesehatan sedang mengalami perubahan besar di banyak negara,
sebagai respons terhadap perubahan masalah kesehatan, determinan masalah kesehatan,
permintaan dan tuntutan masyarakat, gejolak ekonomi global/regional dan nasional, serta
perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan. Untuk menghadapi hal tersebut diperlukan
kemampuan untuk melakukan analisis kebijakan pembiayaan secara terus menerus, utamanya di
Kemenkes.
Atas dasar hal-hal yang dikemukan diatas, maka reform agenda yang perlu didukung AIPHSS di
masa yang akan datang meliputi hal-hal seperti disampaikan dalam table berikut:
Tabel reform agenda: Pembiayaan Kesehatan
No
Area reform
Kegiatan/work
plan
Unit terkait
Status
Pendanaan
Pusat
Prop
Kab
Pembagian
urusan
Perumusan SPM
Penentuan
paken JKN
Revisi UU &
PP ttg
desentralisasi
Selesai
(Adinkes)
AIPHSS
Kemenkes/Roren,
Hukor,
Kemendagri
Uji
coba
Analisis biaya
(costing)
*Program UKM
*Pelayanan
UKP
Belum
Belum
AIPHSS, dll
PPJK, unit-unit
Kemenkes
Dinkes
RSU
Dinkes
RSUD
Pembiayaan:
Revisi peraturan
transfer BOK
Revisi
peraturan ttg
BOK DAK
Dlm
proses
(Adinkes)
AIPHSS
Rorengar, PPJK
Kemendagri
Pemda
Pemda
Mobillisasi dana
lain utk UKM
(cukai rokok,
ADD, CSR, dll)
Advocacy hasil
DHA
Berjalan
AIPHSS
PPJK
Pemda
Pemda
Menjaga
viabilitas premi
JKN 2014
Simulasi tariff
utk viability
premi 2014
Dalam
proses
AIPHSS
PPJK
Revisi premi
JKN
Premi berbasis
akktuarial
Belum
AIPHSS
PPJK, BUK
RSU
dan
Dinkes
Pusk dan
Dinkes
Revisi tarif RS
dan kapitasi
Penentuan tarif
cost based
Belum
AIPHSS
PPJK
Kepesertaan
sektor in-formal
dan formal (*)
Sosialisasi JKN
Dalam
proses
AIPHSS
PPJK
Dinkes
Dinkes
HTA:
pelembagaan
Kebijakan dan
Pedoman HTA
Cost
containtment
strategy
Peenguatan
promotif &
preventif, dll
Budgeting
Penguataan
perencanaan
dan
penganggaran
(lihat
Tabel
reform
agenda
tata
kelola)
Health Account:
Pelaksanaan
dan
Pelembagaan
Pelaksanaan &
Pelembagan
NHA
Sedang
berjalan
Dinkes
Dinkes,
RSUD,
Bappeda,
BPS
Rorengar dan
PPJK
AIPHSS
PPJK
10
No
Area reform
NHA, PHA dan
DHA
Penguatan
analisis
kebijakan
pembiayaan
Kegiatan/work
plan
Unit terkait
Status
Pendanaan
Pusat
PHA:
perbaikan
modul dan
pelatihan
Sedang
berjalan
AIPHSS
PPJK
DHA:
perbaikan
modul dan
keberlanjutan
DHA di daerah
Sedang
berjalan
AIPHSS,
APBN,
APBD
PPJK
Penguatan
PPJK(**)
Belum
AIPHSS,
APBN
PPJK, Hukor
Prop
Kab
(*) Perlu dilihat hasil policy workshop percepatan kepesertaan sector in-formal dalam JKN, di
Jogyakarta bulan xx, 2013/14 (?) tidak ada policy brief dari pertemuan tsb ??
(**) Perumusan tupoksi, road map health financing, kapasitas SDM, data bank, dll
Arah kebijakan
Manajemen obat
Manajemen POM
11
No
Arah kebijakan
10
11
12
dan stratifikasi Puskesmas (untuk monitoring dan evaluasi). Disamping itu berbagai bahan pelatihan
dan pedoman manajemen Puskesmas sudah disusun, termasuk pedoman penyusunan RKA
Tahunan berbasis kinerja, pedoman perencanaan dan pengelolaan berbagai program kesehatan
(immunisasi, gizi, malaria, tb, filaria, dll) dan pelatihan kepemimpinan Puskesmas. Selama dekade
terakhir, tidak banyak kegiatan pelatihan yang dilakukan untuk memperkuat kemampuan manajemen
dan kemampuan klinis Puskesmas.
Tabel reform agenda: Revitalisasi Puskesmas/PHC
No
Area reform
Penguatan Puskesmas
melaksanakan program
UKM, UKBM dan PBwK
Penempatan SDM
Puskesmas sesuai
standar
Kegiatan/work
plan
Unit terkait
Status
Pendanaan
Pusat
Prop
Kab
Revisi modul
UKM, UKBM,
PBwK
Belum
AIPHSS
BUK,
Promkes
Dinkes
Dinkes
Pusk
Pelatihan
Puskesmas
Belum
AIPHSS
BUK,
Promkes
Dinkes
Dinkes
Puskm
s
Penempatan
SDM di Pusk uji
coba
Belum
SIPHSS
Tugsus/
PPSDM,
BUK,
Ropeg
Dinkes
Pemda/
Dinkes
Dinkes
Puskm
s
Dinkes
APBN/APBD
3
Pelatihan Pusk.
dalam perenc.
dan mgt BOK
Belum
AIPHSS
BUK,
PPJK
Perpres Retensi
kapitasi
Sudah
(Perpres32/14)
APBN
PPJK
PMK
Penggunaan
Kapitasi
Sudah
(PMK19/14)
APBN
PPJK
Pelatihan/Ujicob
a penerapan
PM-19
Belum
AIPHSS
PPJK,
BUK
Dinkes
Dinkes
Puskm
s
Dinkes
Puskm
s
Penguatan Sistem
Informasi Puskesmas
Revisi SP2TP
Dlm
proses
APBN dan
AIPHSS
Pusdatin
, BUKD,
Unit
terkait
Dinkes
Kelembagaan: Akreditasi
Puskesmas
Pengembangan
instrument
akreditasi
Selesai
APBN
BUKD
Dinkes
Uji coba
instrument
akreditasi
Dlm
proses
AIPHSS
BUKD
Dinkes
Dinkes
Puskm
s
Penguatan
sistem rujukan
kabupaten
Dlm proses
(di 8
kabupaten)
AIPHSS
BUKD
Dinkes
Dinkes
RSUD
Puskm
Regionalisasi
sistem rujukan
Dlm
proses (di
NTT,
Jatim)
AIPHSS
BUKD
RSUD
Dinkes
RSUD
Dinkes
Sistem rujukan
13
No
Kegiatan/work
plan
Area reform
Mengembangkan/updatin
g model Puskesmas
Uji coba
revitalisasi
Puskesmas
secara
komprehensif
Unit terkait
Status
Belum
Pendanaan
AIPHSS
Pusat
Prop
Kab
BUKD,
PPSDM,
Unit-unit
Dinkes
Dinkes
Puskm
s
40 Puskesmas
(experiment)
0-1
(baseline)
40 Puskesmas
(kontrol)
0-1x
(baseline)
0-2
(evaluasi)
0-2x
(evaluasi)
Note: pelatihan UKP sesuai fungsi Puskesmas sbg PPK Primer bagi peserta JKN
O-1,2: Indikator evaluasi: proses dan output/kinerja Puskesmas
Catatan:
Ada dua kegiatan lain yang selama ini terus dilaksanakan (BUKD). Pertama adalah pengembangan
tipologi Puskesmas menurut karakterisitk wilayah: Puskesmas perkotaan, Puskesmas pedesaan,
Puskesmas daerah terpencil dan kepulauan. Kedua adalah perubahan kelembagaan Puskesmas
sebagai UPT Dinas Kesehatan dari unit struktural menjadi unit fungsional.
14
15
Area reform
Kegiatan/work
plan
Status
Pendanaan
Unit terkait
Pusat
Prop
Kab
Revisi
peraturan ttg
pembagian
urusan
Revisi PP-38
(Adinkes)
Selesai
AIPHSS
Rorengar,
Hukor
Sosialisasi
Sosialisasi
Revisi KMK-74
Selesai
AIPHSS
Rorengar,
Hukor
Sosialisasi
Sosialisasi
Revisi
peraturan ttg
organisasi
dan SDM
Dinkes
Revisi PP-41
dan rumusan
kompe-tensi
SDM Dinkes
Selesai
AIPHSS
Rorengar,
Hukor
Sosialisasi
Sosialisasi
Penguatan
legal aspek
anggaran
operasional
Puskesmas
untuk UKM
Revisi transfer
dana BOK
melalui DAK
(utk
operasional
UKM)
Dalam
proses
AIPHS
Rorengar,
Hukor
Sosialisasi
Sosialisasi
Penyusunan
RPJMN
Health Sector
Review &
peru-musan
RPJMN 20152019
Dalam
proses
AIPHSS
Bappenas
Penyusunan
Renstra
Kesehatan
Penyusunan
Renstra
Keseha-tan
2015-2019
Dalam
proses
AIPHSS
Rorengar
Penguatan
perenca-naan
program di
Kemenkes
Integrasi dan
sinkronisasi
pe-rencanaan
di Kemenkes
mela-lui
Review proses
perencanaan
Belum
AIPHSS
Rorengar,
Unit-2
terkait,
PPJK
Penyusunan
RPJMD
berorientasi
penguatan
Sistem
Kesehatan
Penysunan
RPJMD
Propinsi dan
Kabupaten
Selesai
di NTT,
workplan
di Jatim
dan bbrp
Kab.
AIPHSS
Rorengar
Bappeda
dan
Dinkes
Bappeda
dan
Dinkes
Penyusunan
Renstra
Propinsi
Penyusan
Renstra Kes
Propinsi
Selesai
di NTT
AIPHSS
Rorengar
Dinkes
10
Penguatan
Sistem
Kesehatan
Daerah
Penyusunan
SKD di NTT
Belum
(usulan)
AIPHSS
Rorengar
Dinkes
11
Penguatan
perencana-an
&
penganggaran
Pelatihan
Peren-canaan
kesehatan
propinsi
Belum
AIPHSS
Rorengar
Dinkes
16
No
Area reform
kesehatan
daerah
Kegiatan/work
plan
Status
Pendanaan
Unit terkait
Pusat
Prop
Kab
Pendampingan
oleh TA
Belum
AIPHSS
Rorengar
Dinkes
Revisi Modul
P2KT (TA)
Belum
AIPHSS
Rorengar
Dinkes
Dinkes
Pelatihan
P2KT (TA)
Belum
AIPHSS
Rorengar
Dinkes
Dinkes
Pemetaan
kapasitas fiscal
daerah
Belum
AIPHSS
Rorengar
Dinkes
Dinkes
17
Lampiran 1
Catatan dari hasil Health Sector Review
Potential Problems
Potential Impact
Potential Solutions
HRH Production
Mal-distribution of HRH
Health Outcomes:
Unaccredited schools can
produce poor quality
graduates
Shortage of leadership
and strategic
management training for
top level staff, and a
shortage of planners and
economists to shape
policy based on evidence
Technical: Absence of
good data on HRH
productivity means poor
HR allocation. The
standard should be
defined and tested for
particular type of HRH.
Standard competency of
HRH links directly to
quality of services.
Political: JKN requires
accredited institutions to
be their partners. If the
HRH is not accredited, the
institutions cannot be the
partner of BPJS
Definition of primary
health doctors
Technical: Results in
increase in referral to
higher level facilities and
costs
HRH is focused on
curative services,
although public health
services are needed to
meet the health
Health outcomes:
increased health burden
from preventable
diseases.
Empowerment of PH-HRH
should be led by
Professional Association
and supported by MoH.
Greater focus in the
18
Area/Issue
Potential Problems
Potential Impact
Potential Solutions
Political: threats to
healthcare systems in
terms of both cost and
capacity (the ability to
improve health outcome)
in the future.
Health Financing
Economic: healthcare
costs keep rising (inflation)
due to focus on curative
care only.
Sustainability of paying
premium amongst
informal workers is low;
Higher lapse and evasion
rate of the informal
workers in the JKN
scheme.
Financial: A higher
administrative costs to
manage informal workers
(e.g., premium collections
for informal sector may
higher than the premium
rate itself).
JKN provides
comprehensive benefits
packages without clear
definitions on the
procedure, treatments,
drugs, and medical
devices. Failure to settle
the SOP (treatment,
drugs, and medical
devices) for each
benefi0ts basket, and
devices) for each benefits
basket, and failure to
regulate the coordination
of benefits (COB)
MOH needs to
institutionalize Health
Technology Assessment HTA (e.g., do costeffectiveness and include
equity considerations as
Financial: Private insurers part of benefit package
creams skim easy patients definition logic).
to their contract hospitals
destabilizing CBG tariffs to Both BPJS and Clinical
public hospitals and (over Advisory Board do a
time) private insurers will
regular monitor and/or
turn away sick patients
spot-check.
from private supplemental
insurance.
BPJS use providernetwork only; pay claims
Equity: unequal benefits
or have access to all
package due to
claims data to monitor;
concessions to civil
create a firewall between
servants lead to cost
19
Failure to regulate
healthcare payment made
by the insured when they
utilised healthcare
services
Financial: degree of
financial risk protection
drops; incident of
catastrophic payment
cant be stopped leading
to reduce the functions of
insurance to prevent
poverty.
Political: risk of perception
of meaningless to have
insurance if the payment
made by the insured is
quite significant
Unintended
consequences of provider
payment reforms (e.g.,
Capitation and INA-CBGs)
on both JKN financial and
quality of services
Technical: unadjusted
capitation promotes
enrolment of healthier
relative to sicker and
promote the financial
solvency of providers and
their ability to manage
risks.
Financial fiscal-risk to JKN
revenues due to (a)
inappropriate CBGs
coding systems (e.g.,
CBGs coding flaw, CBGs
grouper doesnt
adequately represent
Indonesian diseases); and
(b) CBGs for outpatient
care leading to higher
readmission rate.
20
Unclear distribution of
function on health
matters from central to
sub national
government followed
Potential Problems
Potential Impact
Potential Solutions
Political: government at
all levels will be held
accountable for impacts
of inefficient financing to
ensure supply-side
readiness;
Social: JKN beneficiaries
and users may become
dissatisfied with
services;
Equity, deficiencies are
greater in rural areas,
and for the urban poor.
Technical: effectiveness
and efficiency of health
services are reduced
due to improper
diagnosis and treatment;
Economic: poorer health
outcomes, higher outof-pocket spending, and
lower economic growth
due to reduced human
capital development.
Insufficient
accountability
Political, unclear
accountability
mechanisms create
confusion, lack of
oversight, and shifting of
responsibility
Social, as knowledge
about JKN benefits
package improves,
beneficiaries and users
may become
dissatisfied with public
health services;
Economic: Some studies
show increased and
improved governance
and accountability
supports economic
growth.
Establish an independent
monitoring and evaluation
system for supply-side
readiness
institutionalize the recording
and collection of relevant
facility-level data to track
progress
Unclear distribution of
functions will lead to:
Political: reluctance and
negligence of local
governments to be
Area/Issue
Potential Problems
Potential Impact
Potential Solutions
financing of health
among MOH, PHO and
DHO.
MOH/Central level is
providing funds for the
provision of some main
health duties and
functions of the district
level government do
not take responsibility
and accountability for
these duties and
functions.
Weak coordination
between tiers of
governments and
between MOH, BPJS,
and other related
ministries and
agencies.
Technical:
improvements in Health
Sector Performance will
be achieved without a
strong and close
coordination between
ministries and
institutions.
Weakness in
relationships and
coordination create lost
opportunity to implement
cross-sector/crosscutting plans,
supervision and
facilitation, and wasting
of resources.
Health outcomes:
Area/Issue
Potential Problems
Potential Impact
Potential Solutions
23
Lampiran 2
Arah Kebijakan RPJMN 2015 - 2019
1 Akselerasi Pemenuhan Akses Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak, Remaja, dan lanjut Usia yang
berkualitas
2 Mempercepat perbaikan gizi masyarakat
3 Meningkatkan Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
4 Meningkatkan akses Pelayanan Kesehatan Dasar yang Berkualitas
5 Meningkatkan Akses Pelayanan Kesehatan Rujukan yang Berkualitas
6 Meningkatkan Ketersediaan, Keterjangkauan, Pemerataan , dan Kualitas Farmasi dan Alat
Kesehatan
7 Meningkatkan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan
8 Meningkatkan Ketersediaan, Persebaran, dan Mutu Sumber Daya Manusia Kesehatan
9 Meningkatkan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
10 Menguatkan Manajemen, Penelitian Pengembangan dan Sistem Informasi
11 Mamantapkan Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Bidang Kesehatan
12 Mengembangkan dan Meningkatkan Efektifitas Pembiayaan Kesehatan
24