Vous êtes sur la page 1sur 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sesuai dengan UU.23 tahun 1992 (pasal 19) dijelaskan bahwa manusia
lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis,
fisik, kejiwaan dan sosial, perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh
aspek kehidupan, termasuk kesehatannya. Oleh karena itu, kesehatan lansia perlu
mendapat perhatuan khusus dengan tetap dipelihara dan ditingkatkan agar selama
mungkin dapat hidup secara produktif sesuai dengan kemampuannya sehingga
dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan
Beberapa alasan timbulnya perhatian kepada lanjut usia, meliputi :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.

Pensiun-pensiunan dan masalah-masalahnya


Kematian mendadak karena penyakit jantung dan stroke
Meningkatkan jumlah lanjut usia
Pemerataan pelayanan kesehatan
Kewajiban Pemerintah terhadap orang cacat dan jompo
Perkembangan ilmu :
Gerontologi
Geriatri
Program PBB
Konferensi Internasional di WINA tahun 1983.
Kurangnya jumlah tempat tidur rumah sakit
Mahal obat-obatan
Tahun Lanjut Usia Internasional 1 Oktober 1999

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, penting bagi kita untuk mengetahui


lebih lanjut hal-hal yang berkaitan dengan asuhan keperawatan yang perlu
diberikan pada lansia yang di bahas pada bab selanjutnya. Hal ini penting karena
agar lansia dapat hidup secara produktif dan dapat memberikan asuhan secara
tepat pada lansia sesuai dengan asuhan yang diperlukannya
B. Tujuan Penulisan

1 | Page

Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat
mengetahui konsep asuhan keperawatan kelompok khusus gerontik: panti werda

2 | Page

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP LANSIA
1. Pengertian Lanjut Usia (Lansia)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005,636) arti dari kata lanjut usia
adalah sudah berumur; tua. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor
43 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Lanjut
Usia pada Bab I Pasal 1 Ayat 3, istilah lansia diartikan sebagai berikut:
Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh)
tahun ke atas.
Usia yang dijadikan patokan untuk lansia berbeda-beda, umumnya berkisar
antara 60-65 tahun. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam
Kusharyadi (2010:2), ada empat tahapan, yaitu:
1) Usia pertengahan (middle age) usia 45 - 59 tahun
2) Lanjut usia (elderly) usia 60- 74 tahun
3) Lanjut usia tua (old) usia 75 90 tahun
4) Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun
Menurut Rita Eka Izzaty, dkk dalam bukunya yang berjudul
perkembangan peserta didik (2008:165) mengungkapkan bahwa seorang
manusia

yang

sudah lansia

bukan berarti bebas

dari

tugas-tugas

perkembangan. Tugas perkembangan yang harus diselesaikan adalah tugas


yang sesuai dengan tahapan usianya. Tugas-tugas perkembangan itu adalah:
1)
2)
3)
4)
5)

Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan


Menyesuaikan diri dengan kemunduran dan berkurangnya pendapatan
Menyesuaikan diri atas kematian pasangannya
Menjadi anggota kelompok sebaya
Mengikuti pertemuan-pertemuan sosial dan kewajiban-kewajiban sebagai
warga Negara
3 | Page

6) Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan


7) Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara fleksibel
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa, lansia adalah seseorang yang sudah berusia 60 tahun ke atas yang
mempunyai tugas untuk mengembangkan dirinya dengan menyesuaikan diri
terhadap perubahan perubahan yang terjadi seiring dengan bertambahnya usia
mereka.
Adapun asuhan keperawatan dasar yang di berikan, disesuaikan pada
kelompok lanjut usia, apakah lanjut usia aktif atau pasif, antara lain :
1) Untuk lanjut usia yang masih aktif, asuhan keperawatan dapat berupa
dukungan tentang personal hygine, kebersihan lingkungan serta makanan
yang sesuai dan kesegaran jasmani.
2) Untuk lanjut usia yang telah mengalami pasif, yang tergantung pada
orang lain. Hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada lanjut usia pasif pada dasarnya sama sama seperti pada
lanjut usia aktif, dengan bantuan penuh oleh anggota keluarga atau
petugas. Khususnya bagi yang lumpuh, perlu dicegah agar tidak terjadi
dekubitus.
Lanjut usia mempunyai potensi besar untuk terjadi dekubitus karena
perubahan kulit berkaitan dengan bertambahnya usia, antara lain :
1) Berkurangnya jaringan lemak subkutan.
2) Berkurangnya jaringan kolagen dan elastisitas.
3) Menurunnya efisiensi kolateral kapital pada kulit sehingga kulit menjadi
lebih tipis dan rapuh.
4) Ada kecendrungan lansia imobisasi sehingga potensi terjadinya
dekubitus.
Disamping itu, faktor intrinsik (tubuh sendiri) juga berperan untuk
terjadinya dekubitus, yakni :
a. Status gizi
b. Anemia
4 | Page

c. Adanya hipoalbunemia
d. Adanya penyakit-penyakit neurologik
e. Adanya penyakit-penyakit pembuluh darah
f. Adanya dehidrasi
Faktor ekstrinsik, yakni :
a. Kurang kebersihan tempat tidur
b. Alat-alat tenun yang kusut dan kotor
c. Kurangnya perawaatan yang baik dari perawatan
2. Pendekatan Keperawatan Lanjut Usia
1) Pendekatan fisik
Perawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadiankejadian yang dialami klien lanjut usia semasa hidupnya, perubahan fisik
pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan
dikembangkan, dan penyakit yang dapat dicegah atau ditekan
progresivitasnya.
Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi atas dua
bagian, yakni :
a. Klien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih
mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhan
sehari-hari masih mampu melakukan sendiri.
b. Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun, yang keadaan
fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit. perawat harus mengetahui
dasar perawatan klien lanjut usia ini terutama tentang hal-hal yang
berhubunga dengan keberhasilan perorangan untuk mempertahankan
kesehatannya. kebersihan perorangan (personal hygiene) sanga penting
dalam usaha mencegah timbulnya peradangan, mengingat sumber
infeksi dapat timbul bila keberihan kurang mendapat perhatian.
2) Pendekatan psikis
Di sini perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan
pendekatan adukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan
sebagai supporter, interpreter terhaadap segala sesuatu yang asing,

5 | Page

sebagai penamung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab.
Perawat

hendaknnya

memiliki

kesabaran

dan

ketelitian

dalam

memberikan kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima


berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia merasa puas. Perawat harus
selalu memegang prinsip Triple S, yaitu sabar, simpatik, dan service.
Bila perawat ingin mengubah tingkah laku dan pandangan mereka
terhadap kesehatan, perawat bisa melakukannya secara perlahan dan
bertahap, perawat harus dapat mendukung mental mereka kea rah
pemuasan pribadi sehingga seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak
menambah beban, bila perlu diusahakan agar dimasa lanjut usia ini
mereka dapat merasa pua dan bahagia.
3) Pendekatan social
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercarita merupakan salah
satu upaya perawat dalam pendekatan social. Memberi kesempatan untuk
berkumpul bersama dengan sesame klien lanjut usia berarti menciptakan
sosialisasi mereka. Pendekatan social ini merupakan suatu pegangan bagi
perawat bahwa orang yang dihadapinya adalh mahluk social yang
membutuhkan orang lain. Dalam pelaksanaannya perawat dapat
menciptakan hubungan social antara lanjut usia dan lanjut usia maupun
lanjut usia dan perawat sendiri.
Perawat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para
lajut usia untuk mengadakan komunikasi dan melakukan rekreasi,
misalnya jalan pagi, menonton film, atau hiburan-hiburan lain.
Para lanjut usia perlu dirangsang untuk mengetahui dunia luar, seperti
menonton tv, mendengar radio, atau membaca majalah dan surat kabar.
Dapat disadari bahwa pendekatan komunikasi dalam perawatan tidak
kalah pentingnya dengan upaya pengobatan medis dalam proses
penyembuhan atau ketenangan para klien lanjut usia.
4) Pendekatan spiritual
6 | Page

Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin


dalam hubungannya dengan Tuhan atau agama yang di anutnya,
terutamabila klien lanjut usia dalam keadaan sakit atau mendekati
kematian.
Sehubungan dengan pendekatan spiritual bagi klien lanjut usia yang
menghadapi kematian, DR. Tony Setyabudhi mengemukakan bahwa maut
seringkali menggugah rasa takut. Rasa takut semacam ini didasari oleh
berbagai macam factor, seperti tidakpastian akan pengalaman selanjutnya,
adanya rasa sakit / penderitaan yang sering menyertainya, kegelisahan
untuk tidak kumpul lagi dengan keluarga / lingkungan sekitarnya.
3. Tujuan Asuhan Keperawatan Lanjut Usia
1) Agar lanjut usia dapat melakukan kegiatan seharihari secara mandiri
dengan :
Peningkatan kesehatan (Health Promotion).
Pencegahan penyakit
Pemeliharaan kesehatan.
Sehingga memiliki ketenengan hidup dan produktif sapai akhir hidup.
2) Mempertahankan kesehatan serta kemampuan dari mereka yang usianya
telah lanjut dengan jalan perawatan dan pencegahan.
3) Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau
semangathidup klien lanjut usia (Life Support ).
4) Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit /
mengalami gangguan tertentu ( kronis maupun akut ).
5) Merangsang para petugas kesehatan ( dokter, perawat )untuk dapat
mengenal dan menegakkan diagnosa yang tepat dan dini, bila mereka
menjumpai suatu kelainan tertent.
6) Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para klien lanjut usia yang
menderita suatu penyakit / gangguan, masih dapat mempertahankan
kebebasan yang maksimal tanpa perlu suatu pertolongan (Memelihara
kemandirian secara maksimal ).

7 | Page

B. KONSEP PANTI WERDHA


1. Pengertian Panti Werdha
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005,826): arti dari kata panti
werdha adalah rumah tempat mengurus dan merawat orang jompo. Sedangkan
menurut Kepala PSTW Yogyakarta Unit Budhi Luhur, panti sosial tresna
werdha adalah panti sosial yang mempunyai tugas memberikan bimbingan
dan pelayanan bagi lansia terlantar agar dapat hidup secara baik dan terawat
dalam kehidupan masyarakat baik yang berada di dalam panti maupun yang
berada di luar panti.(Tata Laksana Usia Lanjut di Panti Jompo, 2011:3).
Panti werdha merupakan unit pelaksana teknis di bidang pembinaan
kesejahteraan sosial lansia yang memberikan pelayanan kesejahteraan sosial
bagi lansia berupa pemberian penampungan, jaminan hidup spt pakaian,
pemeliharaan kesehatan, pengisian waktu luang termasuk rekreasi ,
bimbingan sosial mental serta agama sehingga mereka dapat menkmati hari
tua diliputi ketentraman lahir dan batin.

Berdasarkan pengertian panti werdha di atas maka dapat disimpulkan


bahwa panti werdha merupakan tempat tinggal lansia baik di dalam atau di
luar panti, di mana lansia diberikan bimbingan dan perawatan agar mereka
dapat terpenuhi kebutuhannya dan dapat menikmati hari tuanya dengan penuh
kenyamanan, sehingga nantinya akan menciptakan kesejahteraan sosial bagi
lansia.
2. Tujuan dan Fungsi Pelayanan
Tujuan pedoman pelayanan ini adalah memberi arah dan memudahkan
petugas dalam memberikan pelayanan sosial, kesehatan dan perawatan lanjut
usia di PSTW (Panti Sosial Tresna Werdha), serta meningkatkan mutu
pelayanan bagi lanjut usia.
Tujuan pelayanannya adalah:

8 | Page

1) Terpenuhinya kebutuhan lansia yang mencakup biologis, psikologis, sosial


dan spiritual.
2) Memperpanjang usia harapan hidup dan masa produktifitas lansia.
3) Terwujudnya kesejahteraan sosial lansia yang diliputi rasa tenang,
tenteram, bahagia, dan mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Tugas pelayanan meliputi:
1) Memberi pelayanan sosial kepada lansia yang meliputi pemenuhan
kebutuhan hidup, pembinaan fisik, mental, dan sosial, member
pengetahuan serta bimbingan keterampilan dalam mengisi kehidupan
yang bermakna.
2) Memberi pengertian kepada keluarga lanjut usia, masyarakat untuk mau
dan mampu menerima, merawat, dan memenuhi kebutuhan lansia.
Fungsi pelayanan dapat berupa pusat pelayanan sosial lanjut usia, pusat
informasi pelayanan sosial lanjut usia, pusat pengembangan pelayanan
sosial

lanjut

usia,

dan

pusat

pemberdayaan

lanjut

usia.

Sasaran pelayanan ini adalah lanjut usia potensial, yaitu lanjut usia yang
berusia 60 tahhun ke atas, masih mampu melakukan pekerjaan atau
kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan jasa. Lanjut usia tidak
potensial adalah lanjut usia yang berusia 60 tahun ke atas, tidak berdaya
mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain,
keluarga lanjut usia, masyarakat, kelompok, dan organisasi sosial
3. Pembinaan Kesehatan Lansia di Panti werdha
Tujuan
Tujuan pembinaan kesehatan lansia dip anti meliputi tujuan umum dan
khusus.
o Tujuan Umum
Meningkatnya derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia dipanti
agar mereka dapat hidup layak.
o Tujuan khusus
a. Meningkatnya pembinaan dan pelayanan kesehatan lansia dip anti,
baik oleh petugas kesehatan maupun petugas panti.
9 | Page

b. Meningkatnya kesadaran dan kemampuan lansia khususnya yang


tinggal dipanti dalam memelihara kesehatan diri sendiri.
c. Meningkatnya peran serta keluarga dan masyarakat dalam upaya
pemeliharaan kesehatan lansia dipanti.
Sasaran
o Sasaran Umum
a. Pengelola dan petugas penghuni panti
b. Keluarga lansia
c. Masyarakat luas
d. Instansi dan organisasi terkait
o Sasaran Khusus
Lansia penghuni panti
Pelaksanaan kegiatan pembinaan kesehatan lansia dilakukan melalui upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative.
1. Upaya promotif
Upaya untuk menggairahkan semangat hidup dan meningkatkan
derajat kesehatan lansia agar tetap berguna, baik bagi dirinya, keluarga,
maupun masyarakat.
Kegiatan tersebut dapat berupa:
a. Penyuluhan/demonstrasi dan/atau pelatihan bagi petugas panti

b.
c.
d.
e.
f.

mengenai hal-hal berikut ini:


Masalah gizi dan diet
Perawatan dasar kesehatan
Keperawatan kasus darurat
Mengenal kasus gangguan jiwa
Olahraga
Teknik-teknik berkomunikasi
Bimbingan rohani
Sarasehan, pembinaan mental dan ceramah keagamaan,
Pembinaan dan pengembangan kegemaran pada lansia di panti
Rekreasi
Kegiatan lomba antar lansia di dalam panti atau antar panti
Penyebarluasan informasi tentang kesehatan lansia di panti maupun
masyarakat luas melalui berbagai macam media.

10 | P a g e

2. Upaya preventif
Upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya penyakitpenyakit yang disebabkan oleh proses penuaan dan komplikasinya.
Kegiatannya dapat berupa kegiatan berikut ini:
a. Pemeriksaan berkala yang dapat dilakukan dip anti oleh petugas
kesehatan yang datang ke panti secara periodik atau di puskesmas
dengan menggunakan KMS lansia.
b. Penjaringan penyakit pada lansia, baik oleh petugas kesehatan di
puskesmas maupun petugas panti yang telah dilatih dalam
pemeliharaan kesehatan lansia.
c. Pemantauan kesehatan oleh dirinya sendiri dengan bantuan petugas
panti yang menggunakan buku catatan pribadi.
d. Melakukan olahraga secara teratur sesuai dengan kemampuan dan
kondisi masing-masing.
e. Mengelola diet dan makanan lansia penghuni panti sesuai dengan
kondisi kesehatannya masing-masing.
f. Meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
g. Mengembangkan kegemarannya agar dapat mengisi waktu dan tetap
produktif.
h. Melakukan orientasi realita, yaitu upaya pengenalan terhadap
lingkungan sekelilingnya agar lansia dapat lebih mampu mengadakan
hubungan dan pembatasan terhadap waktu, tempat, dan orang secara
optimal.
3. Upaya kuratif
Upaya pengobatan bagi lansia oleh petugas kesehatan atau petugas panti
terlatih sesuai kebutuhan.
Kegiatan ini dapat berupa hal-hal berikut ini:
a. Pelayanan kesehatan dasar di panti oleh petugas kesehatan atau
petugas panti yang telah dilatih melalui bimbingan dan pengawasan
petugas kesehatan/puskesmas.
b. Pengobatan jalan di puskesmas.
c. Perawatan dietetic.

11 | P a g e

d.
e.
f.
g.
h.

Perawatan kesehatan jiwa.


Perawatan kesehatan gigi dan mulut.
Perawatan kesehatan mata.
Perawatan kesehatan melalui kegiatan di puskesmas.
Rujukan ke rumah sakit, dokter spesialis, atau ahli kesehatan yang
diperlukan.

4. Upaya rehabilitative
Upaya untuk mempertahankan fungsi organ seoptimal mungkin.
Kegiatn ini dapat berupa rehabilitasi mental, vokasional
(keterampilan/kejuruan), dan kegiatan fisik.
Kegiatan ini dilakukan oleh petugas kesehatan, petugas panti yang telah
dilatih dan berada dalam pengawasan dokter, atau ahlinya (perawat).
Pakar psikologi Dr. Parwati Soepangat, M.A. menjelaskan bahwa para
lansia yang dititipkan dip anti pada dasarnya memiliki sisi negative dan
positif. Diamati dari sisi positif, lingkungan panti dapat memberikan
kesenangan bagi lansia. Sosialisasi di lingkungan yang memiliki tingkat
usia sebaya akan menjadi hiburan tersendiri, sehingga kebersamaan ini
dapat mengubur kesepian yang biasanya mereka alami.
Akan tetapi, jauh di lubuk hati mereka merasa nyaman berada di dekat
keluarganya.

Negara

Indonesia

yang

masih

menjunjung

tinggi

kekeluargaan, tinggal dip anti merupakan sesuatu hal yang tidak natural
lagi, apapun alasannya. Tinggal di rumah masih jauh lebih baik daripada
dipanti.
Pada saat orang tua terpisah dari anak serta cucunya, maka muncul
perasaan tidak berguna (usless) dan kesepian. Padahal mereka yang sudah
tua masih mampu mengaktualisasikan potensinya secara optimal. Jika
lansia dapat mempertahankan pola hidup serta cara dia memandang suatu
makna kehidupan, maka sampai ajal menjemput mereka masih dapat
berbuat banyak bagi kepentingan semua orang. 10 kebutuhan lansia (10
needs of the elderly) menurut Darmojo (2001) adalah sebagai berikut:
1. Makanan cukup dan sehat (healty food)
2. Pakaian dan kelengkapannya (cloth and common accessories)
3. Perumahan/tempat tinggal/tempat berteduh (home, place to stay)
12 | P a g e

4. Perawatan dan pengawasan kesehatan (health care and facilities)


5. Bantuan teknis praktis sehari-hari/bantuan hukum (technical, judicial
assistance)
6. Transportasi umum (facilities for public transportations)
7. Kunjungan/teman bicara/informasi (visits, companies, informations)
8. Rekreasi dan hiburan sehat lainnya (recreational activities, picnic)
9. Rasa aman dan tentram (safety feeling)
10. Bantuan alat-alat pancaindra (other assistance/aids). Kesinambungan
bantuan dana dan fasilitas (continuation of subside and facilities)

13 | P a g e

C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA


1. PENGKAJIAN
Tujuan :
1) Menentukan kemampuan klien untuk memelihara diri sendiri.
2) Melengkapi dasar dasar rencana perawatan individu.
3) Membantu menghindarkan bentuk dan penandaan klien.
4) Memberi waktu kepada klien untuk menjawab.
Meliputi aspek :
1) Fisik
Wawancara

Pandangan lanjut usia tentang kesehatan.


Kegiatan yang mampu di lakukan lanjut usia.
Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri.
Kekuatan fisik lanjut usia : otot, sendi, penglihatan, dan pndengaran.
Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, BAB/BAK.
Kebiasaan gerak badan / olahraga /senam lanjut usia.
Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan.
Kebiasaan lanjut usia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan

dalam minum obat.


Masalah-masalah seksual yang telah di rasakan.

Pemeriksaan fisik

Pemeriksanaan di lakukan dengan cara inspeksi, palpilasi, perkusi, dan


auskultasi untuk mengetahui perubahan sistem tubuh.
Pendekatan yang di gunakan dalam pemeriksanaan fisik,yaitu :
a. Head to tea
b. Sistem tubuh

2) Psikologis
Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan.
Apakah dirinya merasa di butuhkan atau tidak.
Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan.
Bagaimana mengatasi stress yang di alami.
Apakah mudah dalam menyesuaikan diri.
Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan.
14 | P a g e

Apakah harapan pada saat ini dan akan datang.


Perlu di kaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses pikir,
alam perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam penyelesaikan

masalah.
3) Sosial ekonomi
Darimana sumber keuangan lanjut usia
Apa saja kesibukan lanjut usia dalam mengisi waktu luang.
Dengan siapa dia tinggal.
Kegiatan organisasi apa yang di ikuti lanjut usia.
Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya.
Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
Siapa saja yang bisa mengunjungi.
Seberapa besar ketergantungannya.
Apakah dapat menyalurkan hoby atau keinginannya dengan fasilitas
yang ada.
4) Spiritual
Apakah secara teratur malakukan ibadah sesuai dengan keyakinan

agamanya.
Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan
keagamaan, misalnya pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir

miskin.
Apakah lanjut usia terlihat tabah dan tawakal.

PENGKAJIAN DASAR
1. Temperatur
Mungkn serendah 95 F(hipotermi) 35C.
Lebih teliti di periksa di sublingual.
2. Pulse (denyut nadi)
Kecepata, irama, volume.
Apikal, radial, pedal.
3. Respirasi (pernapasan)
Kecepatan, irama, dan kedalaman.
Tidak teratutnya pernapasan.
4. Tekanan darah
Saat baring, duduk, berdiri.

15 | P a g e

5.
6.
7.
8.
9.

Hipotensi akibat posisi tubuh.


Berat badan perlahan lahan hilang pada tahun-tahun terakhir.
Tingkat orientasi.
Memori (ingatan).
Pola tidur.
Penyesuaian psikososial.

Sistem persyarafan
1. Kesemetrisan raut wajah
2. Tingkat kesadaran adanya perubahan-perubahan dari otak
Tidak semua orang mnjadi snile
Kebanyakan mempunyai daya ingatan menurun atau melemah
3. Mata : pergerakan, kejelasan melihat, adanya katarak
4. Pupil : kesamaan, dilatasi
5. Ketajaman penglihatan menurun karena menua :
Jangan di tes depan jendela
Pergunakan tangan atau gambar
Cek kondisi mata
6. Sensory deprivation ( gangguan ssensorik )
7. Ketajaman pendengaran
Apakajh menggunakan alat bantu dengar
Tinutis
Serumen telinga bagian luar, jangan di bersihkan
8. Adanya rasa sakit atau nyeri.
Sistem kardiovaskuler
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Sirkulasi periper, warna, dan kehangatan


Auskultasi denyut nadi apikal
Periksa adanya pembengkakan veba jugularis
Pusing
Sakit
Edema

Sistem Gastrointestinal
1. Status gizi
2. Pemasukan diet
3. Anoreksia, tidak di cerna, mual, dan muntah
16 | P a g e

4.
5.
6.
7.
8.

Mengunyah dan menelan


Keadaan gigi, rahang dan rongga mulut
Auskultasi bising usus
Palpasi apakah perut kembung ada pelebaran kolon
Apakah ada konstipasi (sembelit), diare, dan inkontinensia alvi

Sistem Genitourinarius
1. Warna dan bau urine
2. Distensi kandung kemih, inkontinensia (tidak dapat menahan untuk
3.
4.
5.
6.

BAK )
Frekwensi, tekanan, desakan
Pemasukan dan pengeluaran cairan
Disuria
Seksualitas
Kurang minat untuk melaksanakan hubungan seks
Adanya kecacatan sosial yang mengarah ke aktivitas seksual

Sistem Kulit / Integumen


1. Kulit
Temperatur, tingkat kelembaban
Keutuhan luka, luka terbuka, robekan
Perubahan pigmen
2. Adanya jaringan parut
3. Keadaan kuku
4. Keadaan rambut
5. Adanya gangguan-gangguan umum
Sistem Muskuloskeletal
1. Kontraktur
Atrofi otot
Mengecilkan tendo
Ketidakadekuatannya gerakan sendi
2. Tingkat mobilisasi
Ambulasi dengan atau tanpa bantuan / peralatan
Keterbatasan gerak
Kekuatan otot
17 | P a g e

Kemampuan melangkah atau berjalan


3. Gerakan sendi
4. paralisis
5. kifosis
Psikososial
1.
2.
3.
4.

Menjauhkan tanda-tanda meningkatnya ketergantungan


Fokus-fokus pada diri bertambah
Memperlihatkan semakin sempitnya perhatian
Membutuhkan bukti nyata akan rasa kasih sayang yang berlebihan

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Fisik / Biologi
1) Gangguan nutrisi : kurang / berlebihan dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan pemasukan yang tidak adekuat.
2) Gangguan persepsi sensorik : pendengaran, penglihatan sehubungan
dengan hambatan penerimaan dan pengiriman rangsangan.
3) Kurangnya perawatan diri sehubungan dengan penurunan minat dalam
merawat diri.
4) Gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan atau nyeri.
5) Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan penyempitan jalan
nafas atau adanya sekret pada jalan nafas.
b. Psikososial
1) Isolasi sosial berhubungan dengan perasaan curiga.
2) Menarik diri dari lingkungan berhubungan dengan perasaan tidak
mampu.
3) Depresi berhubungan dengan isolasi sosial.
4) Harga diri rendah berhubungan dengan perasaan ditolak.
5) Coping tidak adekuat berhubungan dengan ketidakmampuan
mengemukakan pendapat secara tepat.
6) Cemas berhubungan dengan sumber keuangan yang terbatas.
c. Spiritual

18 | P a g e

1) Reaksi berkabung / berduka berhubungan dengan ditinggal pasangan.


2) Penolakan terhadap proses penuaan berhubungan dengan
ketidaksiapan menghadapi kematian.
3) Marah terhadap Tuhan berhubungan dengan kegagalan yang dialami.
4) Perasaan tidak tenang berhubungan dengan ketidakmampuan
melakukan ibadah secara tepat.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Tujuan tindakan keperawatan lanjut usia diarahkan pada pemenuhan
kebutuhan dasar, antara lain :
Pemenuhan kebutuhan nutrisi
Peningkatan keamanan dan keselaamatan.
Memelihara kebersihan diri.
Memelihara keseimbangan istirahat/tidur.
Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi efektif.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Lansia adalah seseorang yang sudah berusia 60 tahun ke atas yang
mempunyai tugas untuk mengembangkan dirinya dengan menyesuaikan diri
terhadap perubahan perubahan yang terjadi seiring dengan bertambahnya usia
mereka. Asuhan keperawatan dasar yang di berikan, disesuaikan pada
kelompok lanjut usia, apakah lanjut usia aktif atau pasif. Beberapa pendekatan
keperawatan lanjut usia berupa pendekatan fisik, pendekatan psikis,
pendekatan sosial, pendekatan spiritual

19 | P a g e

Panti werdha merupakan tempat tinggal lansia baik di dalam atau di


luar panti, di mana lansia diberikan bimbingan dan perawatan agar mereka
dapat terpenuhi kebutuhannya dan dapat menikmati hari tuanya dengan penuh
kenyamanan, sehingga nantinya akan menciptakan kesejahteraan sosial bagi
lansia. Tujuan pedoman pelayanan ini adalah memberi arah dan memudahkan
petugas dalam memberikan pelayanan sosial, kesehatan dan perawatan lanjut
usia di pstw (panti sosial tresna werdha), serta meningkatkan mutu pelayanan
bagi lanjut usia.
B. SARAN
Semoga dengan pembuatan makalah ini senatiasa dapat
menambah wawasan serta pengetahuan pembaca khususnya
pada mahasiswa perawat mengenai konsep asuhan keperawatan
kelompok khusus gerontik: panti werda. Dengan penuh pengharapan
kepada Allah Swt. semoga makalah ini bisa bisa menjadi
pembuka jalan untuk mendapatkan ilmu yang lebih banyak
dan manfaat lagi guna bekal untuk kehidupan yang akan
datang.

20 | P a g e

Vous aimerez peut-être aussi