Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesuai dengan UU.23 tahun 1992 (pasal 19) dijelaskan bahwa manusia
lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis,
fisik, kejiwaan dan sosial, perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh
aspek kehidupan, termasuk kesehatannya. Oleh karena itu, kesehatan lansia perlu
mendapat perhatuan khusus dengan tetap dipelihara dan ditingkatkan agar selama
mungkin dapat hidup secara produktif sesuai dengan kemampuannya sehingga
dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan
Beberapa alasan timbulnya perhatian kepada lanjut usia, meliputi :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
1 | Page
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat
mengetahui konsep asuhan keperawatan kelompok khusus gerontik: panti werda
2 | Page
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP LANSIA
1. Pengertian Lanjut Usia (Lansia)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005,636) arti dari kata lanjut usia
adalah sudah berumur; tua. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor
43 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Lanjut
Usia pada Bab I Pasal 1 Ayat 3, istilah lansia diartikan sebagai berikut:
Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh)
tahun ke atas.
Usia yang dijadikan patokan untuk lansia berbeda-beda, umumnya berkisar
antara 60-65 tahun. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam
Kusharyadi (2010:2), ada empat tahapan, yaitu:
1) Usia pertengahan (middle age) usia 45 - 59 tahun
2) Lanjut usia (elderly) usia 60- 74 tahun
3) Lanjut usia tua (old) usia 75 90 tahun
4) Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun
Menurut Rita Eka Izzaty, dkk dalam bukunya yang berjudul
perkembangan peserta didik (2008:165) mengungkapkan bahwa seorang
manusia
yang
sudah lansia
dari
tugas-tugas
c. Adanya hipoalbunemia
d. Adanya penyakit-penyakit neurologik
e. Adanya penyakit-penyakit pembuluh darah
f. Adanya dehidrasi
Faktor ekstrinsik, yakni :
a. Kurang kebersihan tempat tidur
b. Alat-alat tenun yang kusut dan kotor
c. Kurangnya perawaatan yang baik dari perawatan
2. Pendekatan Keperawatan Lanjut Usia
1) Pendekatan fisik
Perawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadiankejadian yang dialami klien lanjut usia semasa hidupnya, perubahan fisik
pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan
dikembangkan, dan penyakit yang dapat dicegah atau ditekan
progresivitasnya.
Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi atas dua
bagian, yakni :
a. Klien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih
mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhan
sehari-hari masih mampu melakukan sendiri.
b. Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun, yang keadaan
fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit. perawat harus mengetahui
dasar perawatan klien lanjut usia ini terutama tentang hal-hal yang
berhubunga dengan keberhasilan perorangan untuk mempertahankan
kesehatannya. kebersihan perorangan (personal hygiene) sanga penting
dalam usaha mencegah timbulnya peradangan, mengingat sumber
infeksi dapat timbul bila keberihan kurang mendapat perhatian.
2) Pendekatan psikis
Di sini perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan
pendekatan adukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan
sebagai supporter, interpreter terhaadap segala sesuatu yang asing,
5 | Page
sebagai penamung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab.
Perawat
hendaknnya
memiliki
kesabaran
dan
ketelitian
dalam
7 | Page
8 | Page
lanjut
usia,
dan
pusat
pemberdayaan
lanjut
usia.
Sasaran pelayanan ini adalah lanjut usia potensial, yaitu lanjut usia yang
berusia 60 tahhun ke atas, masih mampu melakukan pekerjaan atau
kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan jasa. Lanjut usia tidak
potensial adalah lanjut usia yang berusia 60 tahun ke atas, tidak berdaya
mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain,
keluarga lanjut usia, masyarakat, kelompok, dan organisasi sosial
3. Pembinaan Kesehatan Lansia di Panti werdha
Tujuan
Tujuan pembinaan kesehatan lansia dip anti meliputi tujuan umum dan
khusus.
o Tujuan Umum
Meningkatnya derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia dipanti
agar mereka dapat hidup layak.
o Tujuan khusus
a. Meningkatnya pembinaan dan pelayanan kesehatan lansia dip anti,
baik oleh petugas kesehatan maupun petugas panti.
9 | Page
b.
c.
d.
e.
f.
10 | P a g e
2. Upaya preventif
Upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya penyakitpenyakit yang disebabkan oleh proses penuaan dan komplikasinya.
Kegiatannya dapat berupa kegiatan berikut ini:
a. Pemeriksaan berkala yang dapat dilakukan dip anti oleh petugas
kesehatan yang datang ke panti secara periodik atau di puskesmas
dengan menggunakan KMS lansia.
b. Penjaringan penyakit pada lansia, baik oleh petugas kesehatan di
puskesmas maupun petugas panti yang telah dilatih dalam
pemeliharaan kesehatan lansia.
c. Pemantauan kesehatan oleh dirinya sendiri dengan bantuan petugas
panti yang menggunakan buku catatan pribadi.
d. Melakukan olahraga secara teratur sesuai dengan kemampuan dan
kondisi masing-masing.
e. Mengelola diet dan makanan lansia penghuni panti sesuai dengan
kondisi kesehatannya masing-masing.
f. Meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
g. Mengembangkan kegemarannya agar dapat mengisi waktu dan tetap
produktif.
h. Melakukan orientasi realita, yaitu upaya pengenalan terhadap
lingkungan sekelilingnya agar lansia dapat lebih mampu mengadakan
hubungan dan pembatasan terhadap waktu, tempat, dan orang secara
optimal.
3. Upaya kuratif
Upaya pengobatan bagi lansia oleh petugas kesehatan atau petugas panti
terlatih sesuai kebutuhan.
Kegiatan ini dapat berupa hal-hal berikut ini:
a. Pelayanan kesehatan dasar di panti oleh petugas kesehatan atau
petugas panti yang telah dilatih melalui bimbingan dan pengawasan
petugas kesehatan/puskesmas.
b. Pengobatan jalan di puskesmas.
c. Perawatan dietetic.
11 | P a g e
d.
e.
f.
g.
h.
4. Upaya rehabilitative
Upaya untuk mempertahankan fungsi organ seoptimal mungkin.
Kegiatn ini dapat berupa rehabilitasi mental, vokasional
(keterampilan/kejuruan), dan kegiatan fisik.
Kegiatan ini dilakukan oleh petugas kesehatan, petugas panti yang telah
dilatih dan berada dalam pengawasan dokter, atau ahlinya (perawat).
Pakar psikologi Dr. Parwati Soepangat, M.A. menjelaskan bahwa para
lansia yang dititipkan dip anti pada dasarnya memiliki sisi negative dan
positif. Diamati dari sisi positif, lingkungan panti dapat memberikan
kesenangan bagi lansia. Sosialisasi di lingkungan yang memiliki tingkat
usia sebaya akan menjadi hiburan tersendiri, sehingga kebersamaan ini
dapat mengubur kesepian yang biasanya mereka alami.
Akan tetapi, jauh di lubuk hati mereka merasa nyaman berada di dekat
keluarganya.
Negara
Indonesia
yang
masih
menjunjung
tinggi
kekeluargaan, tinggal dip anti merupakan sesuatu hal yang tidak natural
lagi, apapun alasannya. Tinggal di rumah masih jauh lebih baik daripada
dipanti.
Pada saat orang tua terpisah dari anak serta cucunya, maka muncul
perasaan tidak berguna (usless) dan kesepian. Padahal mereka yang sudah
tua masih mampu mengaktualisasikan potensinya secara optimal. Jika
lansia dapat mempertahankan pola hidup serta cara dia memandang suatu
makna kehidupan, maka sampai ajal menjemput mereka masih dapat
berbuat banyak bagi kepentingan semua orang. 10 kebutuhan lansia (10
needs of the elderly) menurut Darmojo (2001) adalah sebagai berikut:
1. Makanan cukup dan sehat (healty food)
2. Pakaian dan kelengkapannya (cloth and common accessories)
3. Perumahan/tempat tinggal/tempat berteduh (home, place to stay)
12 | P a g e
13 | P a g e
Pemeriksaan fisik
2) Psikologis
Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan.
Apakah dirinya merasa di butuhkan atau tidak.
Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan.
Bagaimana mengatasi stress yang di alami.
Apakah mudah dalam menyesuaikan diri.
Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan.
14 | P a g e
masalah.
3) Sosial ekonomi
Darimana sumber keuangan lanjut usia
Apa saja kesibukan lanjut usia dalam mengisi waktu luang.
Dengan siapa dia tinggal.
Kegiatan organisasi apa yang di ikuti lanjut usia.
Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya.
Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
Siapa saja yang bisa mengunjungi.
Seberapa besar ketergantungannya.
Apakah dapat menyalurkan hoby atau keinginannya dengan fasilitas
yang ada.
4) Spiritual
Apakah secara teratur malakukan ibadah sesuai dengan keyakinan
agamanya.
Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan
keagamaan, misalnya pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir
miskin.
Apakah lanjut usia terlihat tabah dan tawakal.
PENGKAJIAN DASAR
1. Temperatur
Mungkn serendah 95 F(hipotermi) 35C.
Lebih teliti di periksa di sublingual.
2. Pulse (denyut nadi)
Kecepata, irama, volume.
Apikal, radial, pedal.
3. Respirasi (pernapasan)
Kecepatan, irama, dan kedalaman.
Tidak teratutnya pernapasan.
4. Tekanan darah
Saat baring, duduk, berdiri.
15 | P a g e
5.
6.
7.
8.
9.
Sistem persyarafan
1. Kesemetrisan raut wajah
2. Tingkat kesadaran adanya perubahan-perubahan dari otak
Tidak semua orang mnjadi snile
Kebanyakan mempunyai daya ingatan menurun atau melemah
3. Mata : pergerakan, kejelasan melihat, adanya katarak
4. Pupil : kesamaan, dilatasi
5. Ketajaman penglihatan menurun karena menua :
Jangan di tes depan jendela
Pergunakan tangan atau gambar
Cek kondisi mata
6. Sensory deprivation ( gangguan ssensorik )
7. Ketajaman pendengaran
Apakajh menggunakan alat bantu dengar
Tinutis
Serumen telinga bagian luar, jangan di bersihkan
8. Adanya rasa sakit atau nyeri.
Sistem kardiovaskuler
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Sistem Gastrointestinal
1. Status gizi
2. Pemasukan diet
3. Anoreksia, tidak di cerna, mual, dan muntah
16 | P a g e
4.
5.
6.
7.
8.
Sistem Genitourinarius
1. Warna dan bau urine
2. Distensi kandung kemih, inkontinensia (tidak dapat menahan untuk
3.
4.
5.
6.
BAK )
Frekwensi, tekanan, desakan
Pemasukan dan pengeluaran cairan
Disuria
Seksualitas
Kurang minat untuk melaksanakan hubungan seks
Adanya kecacatan sosial yang mengarah ke aktivitas seksual
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Fisik / Biologi
1) Gangguan nutrisi : kurang / berlebihan dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan pemasukan yang tidak adekuat.
2) Gangguan persepsi sensorik : pendengaran, penglihatan sehubungan
dengan hambatan penerimaan dan pengiriman rangsangan.
3) Kurangnya perawatan diri sehubungan dengan penurunan minat dalam
merawat diri.
4) Gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan atau nyeri.
5) Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan penyempitan jalan
nafas atau adanya sekret pada jalan nafas.
b. Psikososial
1) Isolasi sosial berhubungan dengan perasaan curiga.
2) Menarik diri dari lingkungan berhubungan dengan perasaan tidak
mampu.
3) Depresi berhubungan dengan isolasi sosial.
4) Harga diri rendah berhubungan dengan perasaan ditolak.
5) Coping tidak adekuat berhubungan dengan ketidakmampuan
mengemukakan pendapat secara tepat.
6) Cemas berhubungan dengan sumber keuangan yang terbatas.
c. Spiritual
18 | P a g e
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Lansia adalah seseorang yang sudah berusia 60 tahun ke atas yang
mempunyai tugas untuk mengembangkan dirinya dengan menyesuaikan diri
terhadap perubahan perubahan yang terjadi seiring dengan bertambahnya usia
mereka. Asuhan keperawatan dasar yang di berikan, disesuaikan pada
kelompok lanjut usia, apakah lanjut usia aktif atau pasif. Beberapa pendekatan
keperawatan lanjut usia berupa pendekatan fisik, pendekatan psikis,
pendekatan sosial, pendekatan spiritual
19 | P a g e
20 | P a g e