Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
DOSEN
: KEPERAWATAN ANAK
: Anita Rosyanti, SST.,M.Kes
ASMA BRONKIAL
Ayu Andriani
Asmawati
Febrianti
Fatma sari abadi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
A. Latar Belakang..................................................................................................
B. Rumusan Masalah.............................................................................................
C. Tujuan...............................................................................................................
1
1
1
A. Pengertian ......................................................................................................
B. Etiologi...........................................................................................................
C. Manifestasi Klinis..........................................................................................
D. Kasifikasi........................................................................................................
E. Patofisiologi...................................................................................................
F. Pemeriksaan Penunjang.................................................................................
G. Diagnostik Test...............................................................................................
H. Penatalaksanaan.............................................................................................
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN....................................................
3
4
5
5
6
A. Pengkajian Keperawatan................................................................................
B. Diagnosa Keperawatan...................................................................................
11
6
9
C. Intervensi Keperawatan..................................................................................
D. Evaluasi..........................................................................................................
BAB IV PENUTUP .................................................................................................
16
A. Kesimpilan .....................................................................................................
B. Saran ..........................................................................................................................
16
16
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Assalamuaalaikum wr.wb.
Sudah selayaknya ucapan syukuratas kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat,
petunjuk dan pertolongan-Nyajualah sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya, walaupun dalam bentuk yang sederhana. Dan salam dan taslim senantiasa
terkirimkan atas junjungan Nabiullah Muhammad SAW yang telah mengantarkan kita dari
alam kegelapan ke alam terang benderang dengan curahan ilmu pengetahuan.
Makalah ini berjudul Makalah Asma Bronkial pada anak .Dibuat sebagai salah satu
tugas mata Kuliah Sistem Muskuloskeletal.
Kami sangat menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini
di waktu mendatang.
WassalamuAlaikum wr.wb.
Kendari ,
Oktober 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kejadian penyakit alergi akhir-akhir ini meningkat sejalan dengan perubahan
pola hidup masyarakat modern, polusi baik lingkungan maupun zat-zat yang ada di dalam
makanan. Salah satu penyakit alergi yang banyak terjadi di masyarakat adalah penyakit asma.
Asma adalah satu diantara beberapa penyakit yang tidak bisa disembuhkan secara
total. Kesembuhan dari satu serangan asma tidak menjamin dalam waktu dekat akan terbebas
dari ancaman serangan berikutnya. Apalagi bila karena pekerjaan dan lingkungannya serta
faktor ekonomi, penderita harus selalu berhadapan dengan faktor alergen yang menjadi
penyebab serangan. Biaya pengobatan simptomatik pada waktu serangan mungkin bisa
diatasi oleh penderita atau keluarganya, tetapi pengobatan profilaksis yang memerlukan
waktu lebih lama, sering menjadi problem tersendiri.
Peran dokter dalam mengatasi penyakit asma sangatlah penting. Dokter sebagai
pintu pertama yang akan diketuk oleh penderita dalam menolong penderita asma, harus selalu
meningkatkan pelayanan, salah satunya yang sering diabaikan adalah memberikan edukasi
atau pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan kepada penderita dan keluarganya akan
sangat berarti bagi penderita, terutama bagaimana sikap dan tindakan yang bisa dikerjakan
pada waktu menghadapi serangan, dan bagaimana caranya mencegah terjadinya serangan
asma.
Dalam tiga puluh tahun terakhir terjadi peningkatan prevalensi (kekerapan penyakit)
asma terutama di negara-negara maju. Kenaikan prevalensi asma di Asia seperti Singapura,
Taiwan, Jepang, atau Korea Selatan juga mencolok. Kasus asma meningkat insidennya secara
dramatis selama lebih dari lima belas tahun, baik di negara berkembang maupun di negara
maju. Beban global untuk penyakit ini semakin meningkat. Dampak buruk asma meliputi
penurunan kualitas hidup, produktivitas yang menurun, ketidakhadiran di sekolah,
peningkatan biaya kesehatan, risiko perawatan di rumah sakit dan bahkan kematian. (Muchid
dkk,2007)
Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal
ini tergambar dari data studi survei kesehatan rumah tangga (SKRT) di berbagai propinsi di
Indonesia. Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1986 menunjukkan asma
menduduki urutan ke-5 dari 10 penyebab kesakitan (morbiditas) bersama-sama dengan
bronkitis kronik dan emfisema. Pada SKRT 1992, asma, bronkitis kronik dan emfisema
sebagai penyebab kematian ke- 4 di Indonesia atau sebesar 5,6 %. Tahun 1995, prevalensi
asma di seluruh Indonesia sebesar 13/1000, dibandingkan bronkitis kronik 11/1000 dan
obstruksi paru 2/1000. Studi pada anak usia SLTP di Semarang dengan menggunakan
kuesioner International Study of Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC), didapatkan
prevalensi asma (gejala asma 12 bulan terakhir/recent asthma) 6,2 % yang 64 % diantaranya
mempunyai gejala klasik.
Maka disini kami akan memaparkan tentang Asma Bronchial yang nantinya akan
dibutuhkan oleh kita selaku askep. Didalamnya terkandung
Bronchial, Etiologi Penyakit Asma Bronchial, Patofisiologi Penyakit asma bronkial, Gejala
Klinis Penyakit Asma Bronchial, Diagnosis Penyakit Asma Bronchial dan Pencegahan
Penyakit Asma Bronchial.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi Asma Bronchial ?
2. Bagaimana etiologi Asma Bronchial ?
3. Apa saja manifestasi klinis Asma Bronchial ?
4. Apa saja klasifikasi Asma Bronchial ?
5. Bagaimana patofisiologi Asma Bronchial ?
6. Apa saja pemeriksaan fisik Asma Bronchial ?
7. Apa saja diagnostik test dari Asma Bronchial ?
8. Apa saja penatalaksanaan dan pencegahan Asma Bronkial ?
C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini agar kita sebagai perawat profesional mampu:
1. Memperoleh pengalaman nyata di dalam merawat pasien dengan Asma sesuai dengan
konsep asuhan keperawatan yang telah diperoleh dari perkuliahan.
2. Memperoleh informasi atau gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien
dengan Asma.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Asma adalah suatu kadaan klinik yang ditandai oleh terjadinya penyempitan
bronkus yang berulang namun reversibel, dan diantara episode penyempitan bronkus
tersebut terdapat keadaan ventilasi yang lebih normal. Keadaan ini pada orang-orang
yang rentan terkena asma mudah ditimbulkan oleh berbagai rangsangan, yang menandakan
suatu keadaan hipere aktivitas bronkus yang khas.Penyakit asma adalah penyakit yang terjadi
akibat adanya penyempitan saluran pernapasan sementara waktu sehingga sulit bernapas.
Asma terjadi ketika ada kepekaan yang meningkat terhadap rangsangan dari lingkungan sebagai
pemicunya.
Diantaranya
adalah
dikarenakan
gangguan
emosi,
kelelahan
asmakronik, masa tanpa serangan dapat menghilang, sehingga mengakibatkan keadaan asma yang
terus-menenrus yang sering disertai infeksi bakteri sekunder.
B. ETIOLOGI
Penyebab asma adalah adanya gangguan parasimpatis (hiperaktivitas saraf
kolinergik), gangguan simpatis (blok pada reseptor beta adrenergic dan hiperaktifitas
reseptor alfa adrenergik).
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu :
1. Ekstrinsik (alergik).
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang
spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin)
dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi
genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti
yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.
2. Intrinsik (non alergik).
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang
tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh
adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan
sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik
dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk
alergik dan non-alergik.
Berdasarkan Keparahan Penyakitnya :
a. Asma intermiten
Gejala muncul < 1 kali dalam 1 minggu, eksaserbasi ringan dalam beberapa jam
atau hari, gejala asma malam hari terjadi < 2 kali dalam 1 bulan, fungsi paru normal dan
asimtomatik di antara waktu serangan, Peak Expiratory Folw (PEF) dan Forced
Expiratory Value in 1 second (PEV1) > 80%
b. Asma ringan
Gejala muncul > 1 kali dalam 1 minggu tetapi < 1 kali dalam 1 hari, eksaserbasi
mengganggu aktifitas atau tidur, gejala asma malam hari terjadi > 2 kali dalam 1 bulan,
PEF dan PEV1 > 80%
c. Asma sedang (moderate)
Gejala muncul tiap hari, eksaserbasi mengganggu aktifitas atau tidur, gejala asma
malam hari terjadi >1 kali dalam 1 minggu, menggunakan inhalasi beta 2 agonis kerja
cepat dalam keseharian, PEF dan PEV1 >60% dan < 80%
d. Asma parah (severe)
Gejala terus menerus terjadi, eksaserbasi sering terjadi, gejala asma malam hari
sering terjadi, aktifitas fisik terganggu oleh gejala asma, PEF dan PEV1 < 60% .
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan
asma bronchial:
1. Faktor predisposisi
Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi
biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena
adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma
bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas
saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
2. Faktor presipitasi
a. Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
2. Ingestan, yang masuk melalui mulut
ex: makanan dan obat-obatan
3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
ex: perhiasan, logam dan jam tangan
3. Perubahan cuaca
MANIFESTASI KLINIS
Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala
klinis, tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam, gelisah,
duduk dengan menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja
dengan keras. Gejala klasik: sesak nafas, mengi (wheezing), batuk, dan pada sebagian
penderita ada yang merasa nyeri di dada. Pada serangan asma yang lebih berat, gejala
yang timbul makin banyak, antara lain: silent chest, sianosis, gangguan kesadaran,
hiperinflasi dada, takikardi, dan pernafasan cepat-dangkal. Serangan asma sering
terjadi pada malam hari.
D. KLASIFIKASI
Derajat
Intermiten
Gejala
Gejala kurang dari 1x/minggu
Gejala malam
Kurang dari 2 kali dalam
Faal paru
APE
>
Mild persistan
Asimtomatik
-Gejala lebih dari 1x/minggu tapi kurang
sebulan
Lebih dari 2 kali dalam
80%
APE >80%
dari 1x/hari
sebulan
tidur
-Setiap hari,
Lebih
persistan
seminggu
80%
Sering
APE <60%
kali
dalam
APE
60-
hari.
-Menggunakan obat setiap hari
Severe persistan
serangan 3-4 kali dalam setahun dan tiap kali serangan beberapa hari sampai
beberapa minggu.frekuensi serangan tinggi pada umur 8-13 tahun. Pada golongan
lanjut kadang-kadang sukar dibedakan dengan asma kronik dan persisten.
Umumnya gejala paling jelek terjadi pada malam hari dengan batuk dan mengi
yang dapat mengganggu tidur anak.
3. Asma kronik atau persisten
Pada golongan ini serangan terjadi pada umur sebelum 6 bulan, 70% sebelum umur
3 tahun. 50% anak terdapat mengi yang lama pada 2 tahun pertama dan 50%
sisanya serangan episodik. Pada umur 5-6 taun akan lebih jelas terjadinya obstruksi
saluran nafasyang persisten dan hampir selalu terdapat mengi setiap hari.pada
malam hari sering terganggu oleh batuk dan mengi. Aktifitas sering menyebabkan
mengi, dari waktu ke waktu terjadi serangan yang berat dan memerlukan
perawatan rumah sakit. Obstruksi jalan nafas mencapai puncaknya padar umur 814 tahun. Pada umur dewasa muda 50% golongan ini tetap menderita asma
persisten atau sering.jaarang yang betul-betul bebas dari mengi saat sudh dewasa.
Pada pemeriksaan fisik jarang yang normal, dapat terjadi perubahan bentuk toraks
seperti dada burung (pigeon chest), barel chest dan terdapat sulkus horrison.
Biasaanya terjadi gangguan pertumbuhan yaitu kemampuan aktifitas fisinya sangat
kurang, penderita sering tidak masuk sekolah dan sebagian kecil juga ada yang
mengalami gangguan psikososial.
Varian bentuk asma yaitu :
a. Asma episodik berat dan berulang
b. Asma persisten pada bayi
c. Asma hpersekresi
d. Asma karena beban fisik (excercise induced asthma)
e. Asma dengan alergen atau sensivitas spesifik
f. Batuk malam
g. Asma yang memburuk pada pagi hari (early morning dipping)
E. PATOFISIOLOGI
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernapas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhiolus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe
alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai
: hipersonor
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium meliputi :
a. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum pada penderita asma akan didapati :
- Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinopil.
- Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang
bronkus.
- Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
- Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid
dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.
b. Pemeriksaan darah
- Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
- Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
- Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana
menandakan terdapatnya suatu infeksi.
- Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu
serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.
c. Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu
serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen
yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang
menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat
adalah sebagai berikut:
-
semakin bertambah.
Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru
Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium,
maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma. Pemeriksaan menggunakan tes
tempel.
e. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3
bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru
yaitu :
- Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan
-
clockwise rotation.
Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB
f. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversible, cara yang paling
cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan
bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pemberian
bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan
FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak
adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri
tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai
berat obstruksi dan efek pengobatan. Banyak penderita tanpa keluhan tetapi
pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi. (Medicafarma,2008)
g. Uji provokasi bronkus untuk membantu diagnosis
Pengobatan profilaksis dianggap merupakan cara pengobatan yang paling
rasional, karena sasaran obat-obat tersebut langsung pada faktor-faktor yang
menyebabkan bronkospasme. Pada umumnya pengobatan profilaksis berlangsung
dalam jangka panjang, dengan cara kerja obat sebagai berikut :
a. Menghambat pelepasan mediator.
b. Menekan hiperaktivitas bronkus.
G. PENATALAKSANAAN
Prinsip umum pengobatan asma bronkhial adalah:
a. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera
Memberikan penyuluhan
Pemberian cairan
d. Fisioterapi
e. Beri O bila perlu
2) Pengobatan farmakologik
Bronkodilator
obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan:
a.
b. Santin (teofilin)
Nama obat: Aminofilin (Amicam supp), Aminofilin (Euphilin Retard), Teofilin
(Amilex). Penderita dengan penyakit lambung sebaiknya berhati-hati bila
minum obat ini.
Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan tetapi merupakan obat
pencegah serangan asma. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti
asma yang lain dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian 1 bulan.
Ketolifen
Mempunya efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya
diberikan dosis 2 kali 1 mg/hari. Keuntungan obat ini adalah dapat diberikan
secara oral.
Pencegahan Serangan Asma pada Anak
a. Menghindari pencetus
Cara menghindari berbagai pencetus serangan pada asma perlu diketahui
dan diajarkan pada keluarganya yang sering menjadi faktor pencetus adalah
debu rumah. Untuk menghindari pencetus karena debu rumah dianjurkan
dengan mengusa hakan kamar tidur anak:
Sprei, tirai, selimut minimal dicuci 2 minggu sekali. Sprei dan sarung
bantal lebih sering. Lebih baik tidak menggunakan karpet di kamar tidur
atau tempat bermain anak. Jangan memelihara binatang.
Untuk menghindari penyebab dari makanan bila belum tau pasti, lebih
baik jangan makan coklat, kacang tanah atau makanan yang mengandung
es, dan makanan yang mengandung zat pewarna.
b.
Kegiatan fisik
Anak yang menderita asma jangan dilarang bermain atau berolah raga.
namun olahraga perlu diatur karena merupakan kebutuhan untuk tumbuh
kembang anak. Pengaturan dilakukan dengan cara:
Bila mulai batuk-batuk, istirahatlah sebentar, minum air dan setelah tidak
batuk-batuk, kegiatan diteruskan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1.
Pengkajian
a. Data Biografi
b. Riwayat Kesehatan
a.
b. Aktivitas
Pengajian merupakan tahap awal dan landaan proses keperawatan
untuk mengenal masalah klien, agar dapat memberi arah kepada tindakan
keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari tiga kegiatan yaitu: pengumpulan
data,
pengelompokan
data,
dan
perumusan
diagnosis
keperawatan
(lismidar,2007).
Gejala :
1. Keletihan, kelelahan, malaise
2. Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit
bernapas
3. Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi
c.
Pernapasan
- Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan
- Napas memburuk ketika klien berbaring telentang di tempat tidur
- Menggunakan alat bantu pernapasan, misal meninggikan bahu,
melebarkan hidung.
- Adanya bunyi napas mengi
- Adanya batuk berulang
d. Sirkulasi
Adanya peningkatan tekanan darah, Adanya peningkatan frekuensi
jantung, dan Warna kulit atau membran mukosa normal/abu-abu/sianosis
e. Integritas ego
- Ansietas
- Ketakutan
- Peka rangsangan
- Gelisah
f.
Asupan nutrisi
Hubungan sosial
- Keterbatasan mobilitas fisik
- Susah bicara atau bicara terbata-bata
- Adanya ketergantungan pada orang lain
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan
menunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan
peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat
komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
- Bila disertai dengan bronkhitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah
- Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin
bertambah.
- Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrat pada paru
- Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal
- Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneutoraks, dan pneumoperikardium, maka dapat
dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.
b. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan
reaksi yang positif pada asma.
c. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian
dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru, yaitu:
- Perubahan aksis jantung, pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock wise
rotation
- Terdapat tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (Right Bundle
branch Block)
- Tanda-tanda hipoksemia, yaitu terdapatnya sinus takikardia, SVES, dan VES atau
terjadinya depresi segmen ST negatif.
d. Scanning Paru
Dapat diketahui bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh
pada paru-paru.
e. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversibel. Pemeriksaan spirometri
tdak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat
obstruksi dan efek pengobatan.
B.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1)
2)
Cemas pada orang tua dan anak b.d penyakit yang dialami anak
Tujuan: menurunkan kecemasan pada orang tua dan anak
Intervensi untuk anak:
- Bina hubungan saling percaya
- Mengurangi perpisahan dengan orang tuanya
- Mendorong untuk mengekspresikan perasaannya
- Melibatkan anak dalam bermain
- Siapkan anak untuk menghadapi pengalaman baru, misal: pprosedur tindakan
- Memberikan rasa nyaman
- Mendorong keluarga dengan memberikan pengertian informasi.
4)
Risiko tinggi koping keluarga tidak efektif b.d tidak terpenuhinya kebutuhan psikososial
orang tua
Tujuan: koping keluarga kembali efektif
Intervensi:
- Buat hubungan dengan orang tua yang mendorong mereka mengungkapkan kesulitan
- Berikan informasi pada orang tua tentang perkembangan anak
- Berikan bimbingan antisipasi terhadap pertumbuhan dan perkembangan
- Tekankan pentingnya sistem pendukung
- Anjurkan orang tua untuk menyediakan waktu sesuai kebutuhan
- Bantu orang tua untuk merujuk pada ahli penyakit
- Informasikan kepada orang tua tentang pelayanan yang tersedia di masyarakat.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPILAN
Asma bronchial adalah suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten
yang bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan
respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan
penyempitan jalan nafas. Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat
diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu : Ekstrinsik (alergik), Intrinsik (non alergik)
,Asma gabungan.
Dan ada beberapa hal yang merupakan faktor penyebab timbulnya serangan asma
bronkhial yaitu : faktor predisposisi(genetic), faktor presipitasi(alergen, perubahan
cuaca, stress, lingkungan kerja, olahraga/ aktifitas jasmani yang berat). Pencegahan
serangan asma dapat dilakukan dengan :
a. Menjauhi alergen, bila perlu desensitisasi
b. Menghindari kelelahan
c. Menghindari stress psikis
d. Mencegah/mengobati ISPA sedini mungkin
e. Olahraga renang, senam asma
B. SARAN
Dengan disusunnya makalah ini mengharapkan kepada semua mahasiswa agar
dapat menelaah dan memahami apa yang telah terulis dalam makalah ini sehingga
sedikit banyak bisa menambah pengetahuan kita. Disamping itu saya juga
mengharapkan saran dan kritik dari dosen dan teman-teman mahasiswa sehinga
kami bisa berorientasi lebih baik pada makalah kami selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Medicafarma. (2008, Mei 7). Asma Bronkiale. Diakses 22 Juni 2012 dari
Medicafarma: http://medicafarma.blogspot.com/2008/05/asmabronkiale.html
Muchid, dkk. (2007, September). Pharmaceutical care untuk penyakit asma.
Diakses 22 Juni 2012 dari Direktorat Bina Farmasi Komunitas
Dan Klinik Depkes RI:http://125.160.76.194 /bidang/yanmed/farmasi/
Pharmaceutical/ASMA.pdf
Tanjung, D. (2003). Asuhan Keperawatan Asma Bronkial. Diakses 22 Juni 2012
dari USU digital library: