Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PT PLN (PERSERO)
TENTANG
PEDOMAN UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PT PLN (PERSERO)
Menimbang
a.
b.
c.
Mengingat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
MEMUTUSKAN :
Menetapkan
Pasal 1
PEDOMAN UMUM PENGADAAN BARANG/JASA
Pedoman Umum Pengadaan Barang/Jasa PT PLN (Persero) adalah sebagaimana tercantum dalam
Lampiran Keputusan ini dan merupakan bag ian yang tidak terpisahkan dari Keputusan ini.
Pasal2
SWAKELOLA
Pengadaan Barang/Jasa PT PLN (Persero) yang dilakukan melalui Swakelola diatur tersendiri dengan
Keputusan Direksi PT PLN (Persero).
Pasal 3
SERTIFIKASI PENGADAAN BARANG/JASA
Pejabat Perencana Pengadaan dan Pejabat Pelaksana Pengadaan Barang/Jasa wajib memiliki Sertifikasi
Pengadaan Barang/Jasa yang dikeluarkan PT PLN (persero) Pusat Pendidikan dan Pelatihan.
Pasal4
PETUNJUK TEKNIS PENGADAAN BARANG/JASA
Petunjuk teknis pelaksanaan pengadaan barang/jasa akan diatur tersendiri dalam Edaran Direksi PT PLN
(Persero).
Pasal 5
KETENTUAN PERALIHAN
(1) Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 305 .K/DIR/2010 tentang Pedoman Pengadaan
Barang/Jasa PT PLN (Persero) dan perubahannya berlaku sampai dengan tanggal 30 September
2014 .
(2) Proses pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan sebelum diberlakukannya Keputusan ini
diselesaikan dengan berpedoman pada Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 305 .KlDIR/2010
dan perubahannya .
Pasal6
KETENTUAN PENUTUP
(1) Keputusan ini berlaku untuk pengadaan barang/jasa yang telah siap baik secara administrasi, teknis,
organisasi ataupun perangkat lainnya berdasarkan Keputusan ini.
(2) Pelaksanaan pengadaan barang/jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang berpedoman pada
Keputusan ini ditetapkan oleh Direksi PT PLN (Persero).
Ditetapkan di Jakarta
padatanggal 3 Oktober 2013
PAMUDJI
PT PLN (PERSERO)
TENTANG
Mengingat
a.
b.
c.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13
14.
15
16
Menetapkan
Beberapa ketentuan dalam Keputusan Dlreksl PT PLN (Persero) Nomor 0620 KlDIR/2013 tentang
Pedoman Umum Pengadaan Barang/Jasa PT PLN (Persero) diu bah dan dltambah , sebagal berikut'
Ketentuan Pasal1 diu bah , sehlngga berbunYI sebaga l berikut
Pasal 1
PEDOMAN UMUM PENGADAAN BARANG/JASA
Pedoman Umum Pengadaan Barang/Jasa PT PLN (Persero) adalah sebagalmana tercantum
dalam Lamplran Peraturan Inl dan merupakan baglan yang tldak terplsahkan dan Peraturan Inl
2
Ketentuan Pasal 6 dltambah 1 (satu) ayat yaltu ayat (3), sebagal benkut
Pasal6
KETENTUAN UMUM
(3)
Dlreksl dapat menetapkan perubahan atas Keputusan Dlreksl PT PLN (Persero) Nomor
0620 .KlDIRl2013 tentang Pedoman Umum Pengadaan Barang/Jasa PT PLN (Persero)
beserta petunjuk teknlsnya, dengan Peraturan/Edaran/Surat Dlrektur Utama berdasarkan
Rapat Direksi
Pasalll
Peraturan 1m merupakan baglan yang tldak terplsahkan dan Keputusan Dlreksl PT PLN (Persero) Nomor
0620 KlDIR/2013 tentang Pedoman Umum Pengadaan Barang/Jasa PT PLN (Persero)
Peraturan Inl mulal berlaku terhllung seJak tanggal dltetapkan
Dltetapkan dl Jakarta
pada tanggal 31 Oktober 2014
Lampiran
Peraturan Direksi PT PLN (Persero)
Nomor
: 0527.KlDIR/2014
: 31 Oktober 2014
Tanggal
PEDOMAN UMUM
PENGADAAN BARANG/JASA
PT PLN (PERSERO)
DAFTAR 151
BAB I
1.1.
1.2.
1.3.
1.4.
BAB II
BAB III
1.5.
1.6.
1.7.
1.8.
1.9.
17
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.5.
2.6.
3.1.
3.2.
BABIV
4.1.
4.2.
BABV
4.4.
4.5.
BABVI
BAB VII
7.2.
BAB VIII
BABIX
8.2.
9.2.
iii
BABI
FILOSOFI PENGADAAN PT PLN (PERSERO)
1.1. Latar Belakang
Pengadaan barang/jasa menduduki posisi yang sangat penting dalam suatu organisasi, karena
merupakan sarana penggunaan anggaran dalam jumlah signifikan guna mendapatkan barang, jasa,
dan pekerjaan yang dibutuhkan bagi pelaksanaan misi organisasi. Pengadaan barang/jasa juga
menduduki posisi penting dalam Penyediaan infrastruktur ketenagalistrikan yang dilakukan oleh
PT PLN (Persero), selanjutnya disebut PLN.
Pengadaan di PLN dari tahun 2010 sampai digantikan dengan Pedoman ini, menggunakan Keputusan
Direktur Utama PT PLN (Persero) Nomor 305.KlDIR/2010 tentang Pedoman Pengadaan Barang/Jasa
PT PLN (Persero), yang sudah diubah sebanyak 10 (sepuluh) kali untuk menyesuaikan dengan good
practice dalam pengadaan.
Selama
menggunakan
pedoman
dan
amandemennya,
terdapat
beberapa
hal yang
perlu
Struktur organisasi pengadaan : dari model kepanitiaan temporer meskipun telah ada Direktorat
Pengadaan, menjadi model pejabat pengadaan yang struktural dan profesional.
b.
Sumber Daya Manusia : dari model kepanitiaan temporer yang dipersepsikan bahwa pengadaan
lebih berfungsi administratif dan reaktif, menjadi profesi pengadaan yang mempunyai disiplin
sendiri, merupakan aksi korporasi dan mengikuti standar profesi secara internasional.
c.
Cakupan peraturan pengadaan : dari fokus pada proses pelaksanaan pelelangan atau metode
pemilihan lain sampai ke perjanjian/kontrak, menjadi meliputi seluruh siklus pengadaan dengan
penekanan lebih besar pada aspek perencanaan pengadaan korporat yang lebih baik, serta
manajemen pelaksanaan perjanjian/kontrak, termasuk pemantauan dan pengelolaan kinerja
Penyedia.
d.
e.
Konsep Value for Money: dari persepsi umum bahwa Value for Money adalah sebagai harga
(awal) terendah, menjadi biaya termurah dalam jangka panjang yang mampu memberikan best
return bagi pelaksanaan misi PLN, termasuk 6 (enam) rights: tepat kualitas, kuantitas, waktu,
Sistem Pengendalian Internal, Manajemen Risiko dan Audit Internal : secara umum belum
mengimplementasikan konsep 3 (tiga) Lines of Defense, dimana ada pembagian tugas dan
tanggung jawab dalam pengelolaan risiko di pengadaan, antara Manajemen (sebagai pengguna
dan pelaksana pengadaan yang kepanitiaan), dengan fungsi manajemen risiko dan audit internal.
g.
Pendayagunaan Produksi Dalam Negeri dan Sinergi BUMN : perlunya memperkuat aspek
pendayagunaan produksi dalam negeri, melalui perencanaan yang lebih baik dan adanya strategi
kemitraan dalam jangka waktu lebih panjang tetapi tetap menjaga prinsip tata kelola perusahaan
yang baik, seperti adopsi metode open book system, serta sinergi BUMN untuk mendorong
ekonomi nasional.
Beberapa kepentingan penyempurnaan pedoman pengadaan terse but diatas menjadi sebagian dasar
dari perlunya penyusunan pedoman umum pengadaan barang/jasa di PLN.
6 Rs, tepat harga merupakan paling akhir karena tergantung pada 5 Rs lainnya, sedangkan tujuan
sosial ekonomi ini dapat berupa tujuan sosial, lingkungan, dan tujuan strategis lain, seperti mendorong
penggunaan produk dalam negeri.
_ _-_.:.:1.~"ldentiflkasi kebutuhan
2. Persetujuan
3. Membuat Reneana
Pengadaan: evaluasi
anggaran telSedia, Strategi
Pengadaan &
Perjanjian/Kontrak
4. Membuat spesiflkasi
5. Menentukan kriteria
evaluasi & syarat kontrak
B. Pemilihan Penyedla
1. Undangan Memasukkan Penawaran
2. Evaluasi Penawaran
VIM bergantung pada kombinasi yang tepat antara kompetisi, cara inovatif pengadaan termasuk
bentuk perjanjian/kontrak, dan juga pengelolaan risiko yang efektif. Praktek pengadaan yang baik
berfokus pada VIM sebagai prinsip fundamental.
4.
Waktu
Hanya saja masih terdapat persepsi pihak eksternal dan internal PLN bahwa VIM adalah harga
termurah dalam suatu pelelangan terbuka yang kompetitif, mengalahkan aspek lainnya, seperti
kualitas. Oleh karena persepsi ini, maka calon Penyedia barang/jasa dapat menawarkan harga sangat
murah, yang ternyata dilakukan dengan menurunkan kualitas barang/jasa dan aspek lainnya.
Penurunan kualitas ini dapat terjadi karena keterbatasan dalam pengawasan, tidak terpantau dari
awal dan sebagainya.
Pedoman Umum ini mengadopsi konsep VIM dengan menempatkan 6 Rs dalam proporsi yang tepat,
sesuai dengan tujuan dan strategi pengadaan untuk mendapatkan hasil yang terbaik bagi PLN.
Proporsi yang tepat ini misalnya, jika PLN mengambil kebijakan untuk menggunakan produk dalam
negeri, maka aspek Tujuan Sosial Ekonomi (pendayagunaan produksi dalam negeri) menduduki
nomor 1, sementara Harga tetap nom or 6. Kasus lain, dalam keadaan darurat yang dapat
membahayakan sistem ketenagalistrikan dan keputusan harus diambil dengan cepat, maka aspek
Waktu dan Tempat menduduki nomor 1 dan 2, sementara aspek pendayagunaan produksi dalam
negeri mungkin nomor 6., sementara dalam kategori pengadaan leverage, Harga dapat menduduki
nomor 1.
usaha ketenagalistrikan, atau good procurement practice yang dapat mengacu pada standar yang
diterbitkan organisasi prafesi pengadaan intemasional.
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menerapkan prinsip Business
Judgement Rule pada Pasal 97 ayat (5), yang menyatakan bahwa anggota Direksi tidak dapat
dipertanggungjawabkan atas kerugian, apabila dapat membuktikan:
a.
b.
Telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan dan sesuai
dengan maksud dan tujuan Perseroan;
c.
Tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung, atas tindakan
pengurusan yang mengakibatkan kerugian; dan
d.
Telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul dan berlanjutnya kerugian tersebut.
Hal di atas juga berlaku untuk pegawai PLN yang terlibat dalam pengadaan: baik dari Pejabat
Pelaksana Pengadaan, Wakil Pengguna, Pengguna Barang/Jasa, Value for Money Committee.
Secara umum, unsur Business Judgement Rule antara lain adalah:
a.
b.
c.
d.
e.
Act in the best interests of the corporation (bertindak untuk kepentingan terbaik untuk
perusahaan);
f.
g.
h.
Not involve self-interest (tidak ada konflik kepentingan untuk kepentingan pribadi); dan/atau
i.
No secret profit rule doctrin of corporate opportunity (tidak mengambil keuntungan pribadi atas
suatu kesempatan yang sebenarnya menjadi milikldiperuntukkan untuk perseroan).
Less
Control
Manajemen Risiko
Over Control
a. Red tapelblrokratis
b. Forms over substance
Over Control c. Harga terendah, bukan biaya
terendah
Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-05/MBU/2008 tentang Pedoman
Umum Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagaimana
diubah dengan Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-15/MBU/2012, memberikan amanat bahwa
BUMN sebagai badan usaha perlu melakukan pengadaan barang dan jasa secara cepat fleksibel.
efisien dan efektif agar tidak kehilangan momentum bisnis yang dapat menimbulkan kerugian,
sehingga diperlukan pedoman pelaksanaan pengadaan barang dan jasa yang dapat memenuhi
kebutuhan bisnis dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip efisien, efektif, kompetitif, transparan,
adil dan wajar, serta akuntabel.
Tata cara pengadaan menurut Peraturan Menteri ini ditentukan lebih lanjut oleh Direksi BUMN, dan
berlaku untuk semua pengadaan barang dan jasa yang dilakukan oleh BUMN, yang pembiayaannya
berasal dari anggaran BUMN atau anggaran pihak lain, termasuk yang dibiayai dari pinjaman/hibah
luar negeri (PHLN), baik yang dijamin maupun tidak dijamin oleh Pemerintah, kecuali pengadaan
barang dan jasa tersebut menggunakan dana langsung dari APBN/APBD baik sebagian maupun
seluruhnya. Pedoman Pengadaan PLN ini merupakan penetapan tata cara pengadaan sesuai
Peraturan Menteri BUMN ini. Pedoman ini berlaku untuk pengadaan yang menggunakan Anggaran
PLN dan/atau pinjaman yang tidak mensyaratkan mengikuti prosedur pengadaan pihak Penyedia
dana (lender).
Untuk itu, Pedoman Umum Pengadaan Barang/Jasa PLN ini secara umum menerapkan beberapa
prinsip diatas, dalam hal good procurement practice dan business judgement rule, dengan membuat
keseimbangan bagi pengurus perusahaan untuk mengambil keputusan bisnis (pengadaan) yang
berhati-hati, untuk kepentingan terbaik perusahaan, dan tidak mentolerir adanya konflik kepentingan
untuk kepentingan pribadi. Pedoman ini berlaku untuk pengadaan yang menggunakan Anggaran PLN
dan/atau pinjaman yang tidak mensyaratkan mengikuti prosedur pengadaan pihak Penyedia dana
(lender) (lihat Gambar 1.3).
2.
3.
4.
Kultur profesionalisme :pejabat pengadaan yang mampu melaksanakan peran Strategis, Taktis,
dan Operasional, dari pengadaan.
5.
1.4.1.Pendekatan Strategis
Salah satu elemen terpenting dalam pendekatan strategis terkait pengadaan adalah kewajiban
untuk melakukan Riset Pasar untuk semua portofolio kebutuhan PLN. Riset Pasar adalah riset
untuk mengidentifikasi dan mendapatkan seluruh infonmasi yang relevan terkait kebutuhan
pengadaan barang, jasa atau pekerjaan, yang akan digunakan untuk membuat strategi
pengadaan dan perjanjian/kontrak untuk mencapai tujuan pengadaan yang ditetapkan. Data dan
informasi yang perlu dikumpulkan termasuk infonmasi biaya dan harga, perkembangan teknologi
dan rekayasa terrnutakhir, beserta altematifnya, serta kualifikasi Penyedia yang diharapkan.
Proses Penilaian Kualifikasi dan Due Diligence tersebut merupakan bag ian dari Riset Pasar.
Data dan informasi yang dikumpulkan dan dianalisa berdasarkan pada strategic framework yang
biasa dipakai dalam good procurement practice, yaitu Supply Positioning Matrix (Iihat Gambar
1.4).
Empat kuadran yang berbeda dalam matriks Gambar 1.4 merupakan kategori barang,
peke~aan
atau jasa dengan karakteristik yang berbeda, dan karena itu memerlukan strategi pengadaan
dan juga perjanjian/kontrak yang berbeda. Harus diingat kalau penjelasan berikut merupakan
ilustrasi yang perlu dimutakhirkan sesuai riset pasar, karena bisa saja suatu perjanjian/kontrak
pembangunan pembangkit Engineering, Procurement and Construction (EPC) di Jawa tidak
masuk kategori strategis, tetapi di Papua karena lokasi geografis, pasar Penyedia yang terbatas,
pentingnya pembangkit, dan sebagainya, bisa menjadi strategis.
Gambar 1.4 Supply Positioning Matrix
Tinggi J
Sedikit Penyedia,
Kebutuhan Spesifik,
Pekerjaan Kompleks
Risiko
Suplai
Banyak Penyedia,
Kebutuhan Standard,
Pekerjaan Tidak
Kompleks
CriticallBott/eneck
"./
'\
Strategis
Target: mengurangi
risiko dengan
effective supplier
management, Total
Cost of Ownership
Target: mengamankan
pasokan, mengurangi
risiko suplai.
"Rutin
Target: mengurangi
beban administrasi
./
Leverage
Target : skala
ekonomis, diskon
./
-'"
r
Rendah
Nilai I Volume
Tinggi
Strategis adalah barang atau jasa dengan risiko tinggi dan pengeluaran yang relatif
tinggi. Biasanya sebuah organisasi hanya memiliki jumlah perjanjian/kontrak yang sedikit dalam
kategori ini, tetapi dapat mewakili 60-70% dari pengeluaran keseluruhan. Contoh kategori ini
adalah pembangkit, baik EPC maupun Independent Power Producer
~PP).
Di sini fokus
strategis adalah manajemen terhadap Penyedia yang optimal dengan perjanjian/kontrak kinerja
yang jelas.
CritlcallBott/eneck adalah barang, pekerjaan atau jasa dengan risiko tinggi dan pengeluaran
yang relatif rendah, contohnya adalah parts khusus yang Penyedia-nya spesifik atau
terbatas. Untuk kategori ini strateginya adalah mengurangi risiko dengan mengamankan
pasokan, karena kegagalan pasokan dapat menyebabkan operasional terhenti. Strategi ini bisa
ditempuh dengan menjalin perjanjian/kontrak jangka panjang, memakai strategi open book
system, menjaga tingkat stok yang lebih tinggi, atau bagaimana mendapatkan alternatif
Penyedia atau solusi lain.
Leverage adalah barang, pekerjaan atau jasa dengan risiko rendah dan pengeluaran yang
relatif tinggi. Contoh untuk ini adalah MTU (Material Transmisi Utama) atau MDU (Material
Distribusi Utama). Biasanya barang, pekerjaan atau jasa leverage ini mewakili 10-15% dari
pengeluaran dana operasi. Strategi keseluruhan untuk kategori ini adalah meningkatkan
leverage, misalnya dengan mengkonsolidasikan kebutuhan untuk mendapatkan skala ekonomi
dan harga yang lebih kompetitif, sementara pada saat yang sama memaksimalkan persaingan
dan meminimalkan biaya transaksi.
Rutin adalah barang, pekerjaan atau jasa dengan risiko rendah dan pengeluaran yang relatif
rendah. Contoh dari kategori ini adalah bahan habis pakai. Biasanya barang, pekerjaan atau
jasa rutin ini akan mewakili sekitar 80% dari transaksi, tetapi hanya sekitar 5% dari pengeluaran,
sehingga dalam beberapa kasus, beban administrasi sebenarnya mungkin lebih dari nilai
barang, pekerjaan atau jasa. Oleh karena itu strategi untuk kategori ini akan meminimalkan
upaya administratif melalui perampingan dan penyederhanaan proses pengadaan. Proses
pengadaan kategori ini perlu sesederhana mungkin meski tetap menjaga tata kelola perusahaan
yangbaik.
tetapi bagaimana mendapatkan kombinasi optimum dari 6 Rights (6Rs), terutama dari segi biaya
selama daur hidup (whole life costs) dan kualitas, beserta pertimbangan 4 Rs lainnya. Adopsi
konsep Value for Money ini dapat dilihat pada Pasal2 ayat (1) huruf a Peraturan Menteri BUMN
Nomor PER-15/MBUl2012 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa
Badan Usaha Milik Negara, yang menyatakan bahwa "Pengadaan Barang dan Jasa wajib
menerapkan prinsip-prinsip : a. Efisien, berarti Pengadaan Barang/Jasa harus diusahakan untuk
mendapatkan hasil yang optimal dan terbaik dalam waktu yang cepat dengan menggunakan
dana dan kemampuan seminimal mungkin secara wajar dan bukan hanya didasarkan pada
harga terendah."
1.4.3.0rganisasi
Implementasi profesionalisasi pengadaan ini adalah dengan membuat organisasi pengadaan
profesional dan meninggalkan pengadaan sebagai aspek administrasi, pekerjaan sampingan,
dan bersifat temporer kepanitiaan, serta tetap menjaga prinsip tata kelola, seperti pembagian
tugas dan wewenang. Untuk itu ada beberapa fungsi terkait pengadaan sebagai berikut:
a. Pengguna Barang/Jasa, baik yang menjadi ultimate user, atau contract award authority
(penanda tangan perjanjian/kontrak dalam hal pengadaan yang dipusatkan).
b. Pengguna diwakili oleh fungsi Wakil Pengguna, sebagai satu-satunya pintu keluar dari sisi
Pengguna, yang melakukan perencanaan pengadaan di sisi Pengguna dan mewakili
Pengguna dalam mengelola perjanjian/kontrak, disebut juga Requisitioner.
c. PeJabat Perencana Pengadaan, untuk mengelola strategi pengadaan korporat, termasuk
mengelola pengadaan yang dikonsolidasikan dan didesentralisasikan, dan mempersiapkan
dokumen pengadaan untuk pengadaan yang dipusatkan.
1.4.4.Profesionalisasi Pengadaan
Market focused supply solutions; Supply market research; Industry analysis: hal ini
merupakan keterampilan utama dari para pejabat pengadaan di PLN, yaitu melakukan
Riset Pasar untuk memahami pasar, dan mendesain solusi pengadaan yang VfM
sesuai kondisi pasar dan kebutuhan PLN, dengan tetap menjaga momentum bisnis.
b.
Sourcing policy.' Strategic Partnership; Open Book System; Single Sourcing; Supply
Base Development: hal ini merupakan keterampilan bagaimana mengaplikasikan
sourcing policy yang sesuai dengan Riset Pasar dan kebutuhan PLN, seperti
ini terkait bagaimana PLN memilih untuk membuat sendiri suatu parts yang sudah
lepas dari kewajiban tertentu, dibandingkan dengan tetap membeli dari OEM. Hal ini
akan menumbuhkan pasar Penyedia bagi PLN, karena menumbuhkan kemampuan
internal maupun eksternal workshop dalam negeri non OEM, yang nantinya akan
memberikan security of supply kebutuhan PLN.
d.
Cost reduction activity - value engineering : hal ini terkait bagaimana pelaksana
pengadaan mampu untuk mengidentifikasi kegiatan bernilai tam bah dan tidak bemilai
tambah, supaya dapat fokus pada kegiatan bernilai tambah. Misalnya adalah
bagaimana proses perencanaan yang lebih efisien dan mempertimbangkan aspek
hijau/lingkungan,
bagaimana
mengurangi
beban
administrasi
pengadaan
dan
skala ekonomis dari berbagai kebutuhan PLN yang dapat dikonsolidasikan. Selain
akan mendapatkan harga lebih murah, dapat mengurangi beban administrasi dan
mempenmudah pekerjaan bagi para pelaksana operasional di Unit Induk, karena
secara umum Unit hanya tinggal mengeluarkan Purchase Order (PO) untuk
kebutuhan Unit.
f.
menjunjung tinggi etika pengadaan dan kode perilaku PLN sesuai profesionalisme
para pejabat pengadaan.
2) Peran Taktis
a.
Human resources planning; Training : hal ini terkait dengan bagaimana para
Negotiation: Negosiasi merupakan salah satu cara untuk lebih mendapatkan VfM dari
setiap proses pengadaan, karena itu para pelaksana pengadaan di PLN perlu
memahami teknik negosiasi yang baik, dan tetap menjaga aspek tata kelola
perusahaan yang baik.
c.
Inventory management & planning; integrating database : hal ini terkait dengan
Contract management : hal ini terkait dengan bagaimana para pejabat pengadaan
dapat mendesain bentuk dan isi perjanjian/kontrak yang sesuai dengan posisi
perusahaan dalam pasar supply, dengan memberikan reward maupun punishment
yang adil dan memadai bagi Penyedia, dan memperhatikan prinsip pengelolaan risiko
bagi PLN.
3) Peran Operasional
a.
PlaCing and Purchasing orders : hal ini terkait dengan bagaimana pelaksana
Invoice clearance: hal ini terkait dengan bagaimana pelaksana pengadaan membantu
proses pencairan tagihan sehingga hubungan Penyedia dan PLN dapat berlangsung
dengan baik.
c.
Record maintenance : hal ini terkait dengan bagaimana pencatatan yang baik
dilakukan
dalam
database
yang
terintegrasi
untuk
kemudahan
operasional
pengadaan.
d.
Enquiries and quotes: hal ini terkait dengan bagaimana proses riset pasar dapat
dilakukan dengan baik, termasuk dalam hal permintaan atas kuotasi harga dan
spesifikasi.
9
1.4.5.Pengendallan Risiko
Dengan adanya pemisahan tugas dan wewenang yang jelas, maka manajemen risiko dapat
diperkuat, antara lain dengan cara sebagai berikut:
a.
Kejelasan dari business process owner dari tiap tahap pengadaan yang melibatkan pejabat
struktural yang terkait, baik dari sisi Pengguna maupun Pejabat (PerencanalPelaksana)
Pengadaan, maka risk owner dapat diidentifikasi dan terdapat check and balance diantara
pejabat struktural yang terlibat, selain itu terdapat juga kajian berjenjang oleh atasan.
b.
c.
Adanya Value for Money Committee untuk menilai kecukupan strategi umum tersebut, serta
menilai kecukupan value for money dari pengadaan yang dianggap signifikan (sesuai batas
kewenangan di PLN).
Sesuai dengan konsep 3 (tiga) Lines of Defense, ketiga hal tersebut merupakan tanggung jawab
Manajemen dalam mengelola risiko sebagai First Line of Defense. Manajemen dalam hal
pengadaan adalah Pengguna dan Direktorat yang menangani Pengadaan.
Second Line of Defense dilakukan oleh lungsi Manajemen Risiko (MRO), terutama melalui
lungsi Kepatuhan Internal, untuk menilai kecukupan kepatuhan terhadap strategi pengadaan
dan perjanjian/kontrak yang ditetapkan, serta mendorong sistem yang mencegah
te~adinya
penyimpangan.
Third Line of Defense adalah lungsi internal audit (SPI) untuk melakukan evaluasi sistem
manajemen risiko pengadaan yang ada, serta melakukan audit terhadap proses pengadaan dan
pe~anjian/kontrak.
b.
Adanya penetapan Strategi Umum Pengadaan tiap tahun, sehingga Wakil Pengguna, Pejabat
Perencana dan Pejabat Pelaksana Pengadaan, tinggal menerapkan sesuai kondisi yang ada.
c.
Undangan untuk memasukkan penawaran (quote, bid, proposa/) dikeluarkan untuk calon
Penyedia dalam OPT tersebut oleh Pejabat Pelaksana Pengadaan. Dengan demikian, proses
pengecekan kualifikasi termutakhir akan lebih singkat.
d.
Metode Pemilihan tergantung pada nilai pengadaan, kondisi pasar dan pengetahuan atas pasar.
Keputusan untuk metode pemilihan tergantung pada:
10
a.
Kebutuhan untuk mendapatkan tingkat kompetisi yang tepat untuk memastikan Value for Money.
b.
Menghindari beban administrasi yang kurang bernilai tam bah jika dibandingkan dengan hasil
kompetisi dan Value for Money.
Pengguna
& Wakil
Pengguna
Tidak Terencana
(Unforeseen)
Terencana
Riset Pasar
Pejabat
Perencana
Pengadaan
Sudah PK dan 00
Oaftar Penyedia
Terseleksi secara
periodik
Shortlist
Aatau C
Pejabat
Pelaksana
Pengadaan
Tidak
diperlukanl
Tidak
tersedia OPT
Riset Pasar
memuaskan
Hasil Riset
Pasar tidak
memuaskan
Keterangan :
PK = Penilaian Kualifikasi; 00 = Due Diligence
Pelelangan Terbatas
Pelelangan Terbatas dari OPT merupakan strategi utama pengadaan PLN, yang menjadi satu
kesatuan dengan Riset Pasar, Penilaian Kualifikasi, dan Due Diligence. Jika sudah dilakukan
Riset Pasar tetapi belum dilakukan Penilaian Kualifikasi dan Due Diligence, Pelelangan Terbatas
dilakukan dengan mengundang Penyedia yang masuk dalam shortlist.
Pelelangan Terbatas dengan menggunakan Shortlist digunakan untuk pengadaan jasa dan atau
pengadaan barang yang belum pernah diadakan sebelumnya atau teknologi yang belum pernah
digunakan di PLN namun mempunyai pasar Penyedia yang telah mapan (terbuktilproven).
Shortlist Penyedia harus disusun berdasarkan riset pasar yang mencukupi. Shortlist yang telah
digunakan dalam pelelangan dapat dijadikan OPT setelah memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan.
Pelelangan Terbatas dapat berupa penawaran internasional, nasional, dan lokal.
2.
Pelelangan Terbuka
Jika ada suatu kebutuhan yang sebelumnya tidak direncanakan dan Riset Pasar yang dilakukan
tidak memuaskan untuk menghasilkan shortlist, maka dapat dilakukan Pelelangan Terbuka, yang
diumumkan secara luas guna memberi kesempatan kepada Penyedia Barang/Jasa yang
memenuhi kualifikasi untuk mengikuti pelelangan. Pelelangan Terbuka dapat dilakukan secara
internasional, nasional dan lokal.
11
3.
b.
Pengadaan Langsung
Penunjukan Langsung dilakukan secara langsung dengan menunjuk satu Penyedia Barang/Jasa.
Khusus Penunjukan Langsung dengan metode Open Book dapat dilakukan dengan menunjuk
lebih dari satu Penyedia Barang/Jasa.
Penunjukan Langsung diutamakan untuk BUMN dan anak perusahaannya, perusahaan terafiliasi
BUMN, produsen dalam negeri peralatan ketenagalistrikan (apabila jumlah produsen terbatas
sehingga belum bisa memenuhi persyaratan metode pelelangan terbatas atau terbuka, dan dari
segi
pengadaan
lebih
baik
jika
menggunakan
strategi
kemitraan
strategis),
atau
produsen/pabrikan untuk suatu parts tertentu (misalnya yang membutuhkan parts OEM). Sesuai
prinsip kehati-hatian, untuk proses penunjukan lang sung diperlukan rekomendasi dari Value for
Money Committee.
Pengadaan Langsung yaitu Pengadaan Barang/Jasa yang ada di pasar untuk memenuhi
kebutuhan operasional yang diyakini bahwa harga tersebut merupakan hasil persaingan di pasar,
berteknologi sederhana, berisiko kecil dan dengan nilai tertentu yang ditetapkan oleh Oireksi.
Pengadaan Langsung ini tidak dapat digunakan sebagai alasan memecah paket pekerjaan untuk
menghindari pelelangan.
Oalam Pedoman Umum Pengadaan ini, metode "Pemilihan Langsung" tidak dipakai lagi, karena
secara umum PLN memutuskan untuk mengadopsi metode pemilihan yang secara tata kelola lebih
baik, yaitu "Pelelangan Terbatas". Secara umum dalam good procurement practice, dikenal metode
pemilihan yaitu:
a.
Pelelangan Terbuka (dengan PraiPascakualifikasi, dan yang lulus kualifikasi diundang untuk
memasukkan penawaran).
b.
Pelelangan Terbatas.
c.
Pengecualian dari kompetisi, yaitu Penunjukan Langsung (sesuai kriteria yang ditetapkan) dan
Pengadaan Langsung.
12
Risiko Penyedia
Risiko PLN
.I
Berbagai variasi
diantara dua opsi ini
Fixed price
contract
Dalam hal membuat perjanjian/kontrak yang sesuai dengan Supply POSitioning Matrix, maka PLN
dapat membuka kemungkinan terhadap berbagai bentuk perjanjian/kontrak baru yang mungkin belum
dikenal di PLN, tetapi mulai atau lazim diterapkan dalam bisnis internasional. Jenis perjanjian/kontrak
yang sudah dikenal di PLN tetap berlaku sesuai kebutuhan, seperti perjanjian/kontrak Lumpsum,
Harga Satuan (Unit Price), Gabungan Lumpsum dan Harga Satuan, Terima Jadi (Tum Key), KHS
(Kesepakatan Harga Satuan), Sewa Beli, Angsuran (Defered Payment), Cost Plus Fee (Biaya
Tambah Imbalan Jasa). Para pejabat pengadaan PLN ini harus mempunyai pengetahuan manajemen
perjanjian/kontrak yang dapat memastikan VfM terbaik bagi PLN, baik jenis perjanjian/kontrak yang
sudah diterapkan di PLN maupun yang belum.
Strategi pe~anjian/kontrak berhubungan erat dengan kepemilikan risiko dan kategori sesuai Supply
Positioning Matrix dan hasil dari Riset Pasar. Secara prinsip, suatu pekerjaan yang masuk kategori
leverage, biasanya risiko pekerjaan dapat ditransfer hampir semuanya ke Penyedia yang dipilih dalam
suatu kompetisi (apakah pelelangan terbatas atau terbuka). Perjanjian/Kontrak yang ditawarkan PLN
biasanya berupa fixed price, seperti perjanjian/kontrak harga satuan atau lumpsum.
Sedangkan PLN perlu menanggung risiko jika menghadapi kondisi mendesak untuk segera
menyelesaikan pekerjaan pembangkit yang terkendala di suatu lokasi yang sulit, sementara kondisi
sistem kelistrikan di lokasi tersebut sudah kritis dan pembangkit baru tersebut termasuk dalam solusi
sosial politis bagi masyarakat setempat, maka PLN perlu menanggung hampir semua risiko pekerjaan
tersebut, dengan perjanjian/kontrak, misalnya berupa cost plus fee. Alasan perjanjian/kontrak ini
dipilih, karena secara objektif tidak ban yak kontraktor EPC yang dapat dan mau mengerjakan
pembangkit (pasar Penyedia terbatas), kondisi geografis, kondisi keamanan, dan sosial politik yang
kurang mendukung, serta adanya desakan dari stakeholder terkait untuk menyelesaikan pembangkit
yang terkendala. Oleh karena itu untuk menyelesaikan pekerjaan ini dalam waktu cepat, PLN perlu
mengambil risiko yang ada dengan menawarkan perjanjian/kontrak cost plus fee.
Secara prinsip, perjanjian/kontrak cost plus fee memberikan beban risiko yang besar bagi PLN,
karena Penyedia tidak punya inisiatif yang kuat untuk beroperasi dengan efisiensi biaya yang keta!.
13
Tetapi perjanjian/kontrak jenis ini memberikan jalan agar Penyedia dapat beke~a langsung tanpa
banyak negosiasi yang panjang. PLN tentu perlu melakukan pengawasan biaya dan pekerjaan yang
ketat agar pekerjaan yang dilakukan dapat diterima secara ekonomis (tidak mengalami cost overrun)
dengan kondisi yang ada. Dalam perjanjian/kontrak perlu disepakati biaya apa saja yang
reimbursable, biasanya termasuk antara lain biaya tenaga kerja, material, peralatan, overhead,
asuransi. Biasanya biaya overhead kantor pusat Penyedia tidak dapat diakomodasi.
Dalam prakteknya, perjanjian/kontrak yang ditawarkan PLN berada di antara fixed price dan cost plus
fee, karena itu para pejabat pengadaan PLN perlu memahami perjanjian/kontrak seperti apa yang
dapat memberikan VIM terbaik bagi PLN, sehingga membuka kemungkinan atas berbagai tipe
perjanjian/kontrak yang mungkin dapat diterapkan. Misalnya, bagaimana PLN bersikap jika ada suatu
kontraktor EPC yang menawarkan penggunaan mesin teknologi terbaru untuk diujicobakan di PLN.
Teknologi terbaru tersebut menjanjikan penghematan biaya operasi dalam jangka menengah dan
panjang, tetapi teknologi tersebut belum pernah diterapkan ditempat lain secara komersial, namun
kontraktor bersedia untuk tidak memperoleh keuntungan finansial selama masa pembangunan dan
masa uji coba selama kurun waktu tertentu. Dengan membuka diri terhadap perkembangan teknologi
terbaru yang diakomodasi dalam perjanjian/kontrak yang fleksibel, maka PLN dapat mengejar
momentum bisnis dan teknologi dengan tetap memperhatikan aspek tata kelola perusahaan yang
baik.
Diantara jenis perjanjian/kontrak fixed price dan cost plus fee terse but, ada berbagai jenis
perjanjian/kontrak lain, misalnya :
a.
Supplier incentive contract, yaitu kontrak yang memberikan insentif lebih jika
kine~a
Penyedia
melebihi indikator yang ditetapkan, misalnya penyerahan Comercial Operation Date (COD) lebih
cepat dibandingkan jadwal. Di lain pihak, Penyedia akan mendapatkan laba yang lebih sedikit jika
biaya pekerjaan melebihi anggaran atau target kinerja, seperti jadwal tidak terpenuhi.
b.
Variasi lainnya misalnya cost plus fixed percentage, cost plus fixed fee, atau cost plus fixed fee
with guaranted maximum price contractlbonuS/sharing any cost saving.
terhadap pasar Penyedia, terutama parts yang masih disediakan oleh Penyedia OEM yang basis
produksinya di luar negeri. Ini akan menguntungkan PLN karena para Penyedia tahu bahwa PLN atau
14
workshop dalam negeri mempunyai kemampuan membuat sendiri parts tersebut dengan struktur
Tentang Perubahan Atas Pedoman Umum Pelaksanaan Pengadaan Barang Dan Jasa Badan Usaha
Milik Negara peraturan perubahannya Permen BUMN ("Permen BUMN 15/2012"), maka dalam
Pedoman Umum Pengadaan PLN menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a.
Efisien: Pengadaan Barang/Jasa harus diusahakan untuk mendapatkan hasil yang optimal dan
terbaik dalam waktu yang cepat dengan menggunakan dana dan kemampuan seminimal
mungkin secara wajar dan bukan hanya didasarkan pada harga terendah.
b.
Efektif: Pengadaan Barang/Jasa harus sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan dan
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya sesuai dengan sasaran yang ditetapkan.
c.
Kompetitif: Berarti Pengadaan Barang/Jasa harus terbuka bagi Penyedia Barang/Jasa yang
memenuhi persyaratan dan dilakukan melalui persaingan yang sehat di antara Penyedia
Barang/Jasa yang setara dan memenuhi syaratlkriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan
prosedur yang jelas dan transparan.
d.
e.
Adil dan wajar: Berarti memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon Penyedia
Barang/Jasa yang memenuhi syarat.
f.
15
1.
Menyesuaikan dengan Permen BUMN 05/2008, sebagaimana telah diubah dengan Permen
BUMN 15/2012 dan international good procurement practice. Sehingga PLN sebagai badan
usaha dapat melakukan pengadaan barang/jasa secara cepat, fleksibel, efisien dan efektif, agar
tidak kehilangan momentum bisnis yang dapat menimbulkan kerugian, dan dapat memenuhi
kebutuhan bisnis dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip efisien, efektif, kompetitif,
transparan, adil dan wajar, serla akuntabel.
2.
Meningkatkan nilai PLN sebagai konsumen dengan melakukan agregasi kebutuhan dan
membuat Strategi Perjanjian/Kontrak yang tepat sesuai dengan hasil riset pasar PLN.
3.
Mengubah Strategi Pengadaan PLN dari transaksional dan jangka pendek, menjadi kemitraan
dan berjangka lebih panjang, yang disesuaikan dengan kondisi pasar dan good practice yang
berlaku, sehingga PLN akan bermitra dengan perusahaan yang berkinerja baik dan beritikad baik
untuk berbagi manfaat dan biaya secara terbuka.
4.
Meningkatkan Sistem Manajemen Penyedia yang memadai, melalui penilaian kualifikasi (atau
Prakualifikasi) secara periodik dan OPT yang selalu dimutakhirkan berdasarkan
kine~a,
sehingga
dapat dihindari hubungan bisnis dengan Penyedia yang mempunyai kinerja buruk dan tidak
bernilai tambah.
5.
Mendorong Produksi Dalam Negeri, rancang bangun, dan perekayasaan nasional, sesuai
ketentuan perundangan yang berlaku.
6.
Mendorong sinergi antar BUMN, Anak Perusahaan BUMN, dan/atau Perusahaan Terafiliasi
BUMN atau antar Anak Perusahaan BUMN dan/atau antar Perusahaan Terafiliasi BUMN, serta
produsen dalam negeri peralatan ketenagalistrikan dalam rangka meningkatkan efisiensi usaha
dan perekonomian nasional.
16
BAB II
ORGANISASI PENGADAAN BARANG/JASA PT PLN (PERSERO)
Sesuai dengan praktek manajemen yang baik dan sistem pengendalian internal yang baik, dalam suatu
organisasi perlu ada struktur organisasi yang memisahkan fungsi, memberikan wewenang/otorisasi, tugas,
dan tanggung jawab yang baik, serta staf yang profesional dan kompeten sesuai dengan tanggung
jawabnya.
Oleh karena itu struktur organisasi pengadaan di PLN dirancang untuk menerapkan sistem pengendalian
intemal yang baik, dengan memisahkan fungsi, wewenang/otorisasi, tugas dan tanggung jawab, dalam
beberapa pihak, sesuai proses bisnis pengadaan yang baik dan mencakup keseluruhan siklus daur hidup,
yang diwakili dalam beberapa pihak sesuai gambar di bawah ini.
Gambar 2.1 Gambaran Umum Peran Para Pihak Dalam Pengadaan Proyek
Proyek dimulai
Proyek ditutup
1 - 3 tahun
Konseptualisasi
"
Engineering
& Design,
Bid Doc
Pemilihan
Penyedia
Penggunal
Wakil Pengguna
(
Pejabat
Perencana
Pengadaan
,,
,,
,,
,,
,,
,,
Konstruksl,
Manajemen
Kontrak
"
Operasional
"
Pejabat
Pelaksana
Pengadaan
"
"
Gambaran di atas merupakan gambaran umum dalam suatu proyek pembangunan (investasi) di PLN,
seperti pembangunan pembangkit dengan EPC atau konstruksi transimisi atau distribusi. Gambaran di
atas dapat disesuaikan dengan jenis pengadaan lain yang mempunyai kekhasan tersendiri.
Tahapan sesuai gambaran di atas berjalan tidak saja secara berurutan, tetapi juga ada overlaps antara
tahap yang satu dengan yang lainnya, dan memperlihatkan bahwa koordinasi dan komunikasi antara para
pihak yang terlibat dalam pengadaan di PLN harus berjalan dengan baik.
Berdasarkan gambaran umum di atas, maka secara umum dalam organisasi pengadaan yang sesuai
kategori strategis di Kantor Pusat dan Unit Induk, maka ada beberapa pihak yang terlibat dalam
pengadaan. Untuk pekerjaan yang berada dalam kategori lainnya, maka organisasi disesuaikan dengan
tetap memelihara prinsip pembagian tugas dan wewenang.
17
ke~a
PLN.
Pengguna
mendefinisikan
kebutuhan
Pengetahuan
dari Pejabat
Pengadaan
--
Dalam hal contract award authority ini, perlu diperhatikan bahwa secara prinsip pengadaan
merupakan kolaborasi antara dua pihak, yaitu Pengguna dan Pejabat Pengadaan. Kolaborasi ini juga
mensyaratkan adanya check and balance, sehingga dapat mencapai Value for Money yang optimal.
Secara prinsip, Pengguna adalah pihak yang mempunyai kebutuhan, yang mendefinisikan spesifikasi,
dan yang mempunyai anggaran serta dipantau indikator kinerjanya, oleh karena itu Pengguna adalah
pihak yang menandatangani perjanjian/kontrak.
Pejabat Pengadaan secara prinsip membantu Pengguna dengan menyediakan jasa dalam hal, antara
lain:
a.
Peran strategis : pemahaman atas pasar & rantai suplai; sourcing dengan pengetahuan detail
mengenai kualitas, biaya, dan delivery; melakukan standardisasi & konsolidasi, dan sebagainya.
b.
18
c.
Pedoman ini dirancang agar Pengguna terlibat selama proses pengadaan, berkolaborasi dengan
Pejabat (PerencanalPelaksana)
Pengadaan
Unit,
Persiapan
Pengadaan
per Paket,
Pelaksanaan
Pengadaan
Barang/Jasa, dan proses Finalisasi Perjanjian/Kontrak. Wakil Pengguna juga secara aktif mengelola
pe~anjian/kontrak
Sesuai dengan kebutuhan dengan tetap memperhatikan sistem pengendalian internal yang baik,
maka fungsi Wakil Pengguna dapat dimodifikasi sesuai kondisi yang ada.
Pengadaan,
mulai
dari
Pengumuman,
Evaluasi,
sampai
ke
Penyusunan
Perjanjian/Kontrak.
Dalam kondisi tertentu, Pengguna Barang/Jasa dapat menunjuk pihak luar untuk menjadi procurement
agent yang menjalankan tugas sebagai Pejabat Pelaksana Pengadaan. Justifikasi atas kondisi dan
pemilihan ini diajukan oleh Pengguna Barang/Jasa kepada Value for Money Committee untuk
mendapatkan rekomendasi dan harus dilakukan dengan menjaga prinsip good governance.
19
Procurement agent tersebut dapat berupa perusahaan atau lembaga yang mempunyai keahlian yang
sesuai. Procurement agent dipilih berdasarkan metode pengadaan yang sesuai, baik sebagai swasta,
lembaga nonprofit (baik nasional maupun internasional, seperti World Bank, ADB), atau lembaga
pemerintah (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP), universitas, Unit
Layanan Pengadaan Kementerian/Pemerintah Daerah (ULP).
Menilai keeukupan strategi pengadaan dan perjanjian/kontrak untuk seluruh portofolio pengadaan
PLN, untuk menjadi pedoman pengadaan secara umum dalam satu tahun anggaran.
b.
e.
Menilai strategi lain atau keputusan lain terkait pengadaan yang diperlukan.
2.6. Implementasi Pembagian Peran dan Tanggung Jawab dalam Organisasi Pengadaan
Barang/Jasa
Implementasi dalam organisasi pengadaan dapat disesuaikan dengan kondisi yang ada, dengan tetap
menjaga praktek manajemen yang baik dan sistem pengendalian internal yang baik, seperti
pemisahan fungsi, wewenang, otorisasi dan peneatatan dalam pengadaan, serta staf yang profesional
dan kompeten sesuai dengan tanggung jawabnya.
20
BAB III
Untuk mempersiapkan Strategi Pengadaan Korporat PLN, yang dilakukan berdasarkan riset
pasar dan anal iSis risiko atas spend analysis portofolio pengadaan barang dan jasa PLN.
b.
e.
Untuk mengoptimalkan integrasi berbagai sistem dan database terkait pengadaan barang dan
jasa, termasuk database DPT yang diupdate berdasarkan kinerja dan perjanjian/kontrak.
d.
Pereneanaan Pengadaan Korporat menjadi tanggung jawab Direktorat yang menangani perencanaan
Pengadaan di tingkat Kantor Pusat PLN, mengkoordinasikan seluruh perencanaan kebutuhan
pengadaan barang/jasa PLN, baik yang dibutuhkan di Kantor Pusat maupun Unit Induk. Sedangkan
perencanaan strategi pengadaan di tingkat Unit Induk dikoordinasikan oleh Unit Induk atau pejabat
yang ditunjuk sebagai Wakil Pengguna, dibantu oleh Pejabat Perencana Pengadaan.
Dokumen yang dihasilkan dari proses pereneanaan pengadaan korporat adalah Dokumen Reneana
Pengadaan Korporat.
Pereneanaan Strategi Pengadaan dilakukan seeara periodik sesuai siklus pereneanaan PLN, baik
dalam satu tahun kalender atau gabungan beberapa tahun kalender.
Gambar 3.1 Pelaksanaan Perencanaan Strategi Korporat
1.
Mengkaji
tugas &
strategi
korporat PLN
2.
5.
Mengkaji
portofolio
pengadaan PLN
Identifikasi
tujuan & strategi
pengadaan
korporat
3.
Mengkaji
kapabilitas &
organisasi
/'
6.
Pengukuran
kinerja
pengadaan
4.
Riset Pasar &
Penyusunan
OPT
pengadaan PLN
21
b.
Melakukan kajian atas portofolio pengadaan PLN (kategori dan standardisasi barang dan jasa di
PLN, seperti energi primer, material distribusi utama, material transmisi utama, dan sebagainya).
c.
d.
e.
Melakukan identifikasi tujuan dan strategi pengadaan korporat PLN sesuai portofolio pengadaan
PLN.
f.
3.1.1.
Tujuan akhir dari pengadaan adalah memberi nilai tambah untuk PLN dalam melaksanakan
visi dan misi perusahaan.Kegiatan pengadaan mendukung pencapaian mandat PLN dengan
memberikan masukan (barang, jasa, dan pekerjaan) terhadap kegiatannya.
Karena itu sebelum membuat strategi pengadaan PLN, perlu dikaji dahulu tugas dan strategi
PLN secara korporat, seperti business plan, dan dokumen perencanaan strategis lainnya.
3.1.2.
Kegiatan ini adalah mengkaji procurement spend dan membuat procurement profile.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran menyeluruh dan komprehensif semua
kebutuhan barang, jasa dan pekerjaan di PLN.
Spend analysis ini dapat berupa beberapa hal sebagai berikut:
a.
Nilai belanja dan transaksi per komoditas atau kategori, dan sebagainya.
b.
Berapa ban yak Penyedia per komoditas atau kategori, dan sebagainya.
c.
d.
e.
Oistribusi transaksi menu rut lokasi geografis, menu rut kecil-besar, dan sebagainya.
f.
Nilai belanja dan transaksi per Oivisi/Unit Induk, atau per Pejabat Pelaksana Pengadaan.
dan sebagainya.
g.
Jumlah staf yang terlibat per transaksi atau kelompok kategori, dan sebagainya.
h.
i.
Perbandingan waktu antara berbagai metode pengadaan, sesuai nilai, dan sebagainya.
j.
Berapa banyak yang repeat order, berapa banyak perjanjian/kontrak yang diterminasi,
dan sebagainya.
Untuk itu perlu dibuat standardisasi material dan spesialisasi pekerjaan di PLN. Ini dapat
dilakukan dengan menganalisa hasil pengadaan masa lalu dan membuat proyeksi masa
depan. yang dikaitkan dengan faktor risiko, sesuai Supply Positioning Matrix, serta membuat
strategi yang sesuai dengan tiap kategori material dan spesialisasi pekerjaan tersebut.
22
Aspek
Yang dianalisa
Tugas, tanggung
jawab, struktur,
pelaporan,
Kapasitas personalia
yang terlibat dalam
pengadaan
23
3.1.4.
pengadaan dan
pengadaan yang
ditetapkan. Data dan informasi yang perlu dikumpulkan termasuk informasi biaya dan harga,
perkembangan teknologi dan rekayasa termutakhir, beserta alternatifnya, serta kualifikasi
Penyedia yang diharapkan. Proses Penilaian Kualifikasi dan Due Diligence merupakan bag ian
dari Riset Pasar.
Data dan informasi yang dikumpulkan tergantung pada kategori dalam Supply Positioning
Matrix (lihat Gambar 1.4). Untuk kategori Rutin, cukup dengan
mampu melalui proses Penilaian Kualifikasi. Untuk
atau Strategis, Pejabat Perencana Pengadaan melakukan analisis penuh terhadap pasar
Penyedia, yang dikelompokkan ke dalam enam kategori:
1.
Struktur Pasar:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
2. Kompetisi:
a.
Bagaimana Penyedia
berkompetisi,
dari
segi
kualitas,
harga.
service,
dan
sebagainya;
b.
c.
d.
e.
Apakah ada pembatasan atau pengaturan oleh pemerintah, seperti ijin-ijin operasi,
sertifikasi, dan sebagainya.
3.
Rantai Suplai:
a.
b.
c.
Apakah ada tingkat ketergantungan tinggi terhadap suatu Penyedia atau sub
kontraktor;
d.
Bagaimana tiap tahap dari rantai suplai berkontribusi terhadap produk akhirl end
product,
e.
4.
Barang/Jasa Pengganti:
a.
Apakah ada barang dan jasa lainnya yang ada dan bisa memenuhi kebutuhan dari
Pengguna;
b.
24
5.
b.
Apakah PLN merupakan mitra bisnis utama, 'sapi perah/cash cow', atau dilihat
sebagai gangguan dari Penyedia;
c.
6.
diantaranya
analisis
ekonomi,
hukum,
budaya,
politik,
Apa dampak dari perubahan iklim ekonomi di tingkat nasional dan internasional
terhadap PLN dan industri Penyedia, termasuk nilai tukar dan suku bunga;
b.
c.
Apakah ada peraturan nasional yang bedampak terhadap suatu industri Penyedia,
seperti Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN);
d.
Apakah isu utama lingkungan yang bisa berdampak terhadap suatu industry;
e.
Sumber informasi Riset Pasar dapat digali dari berbagai sumber, antara lain:
a.
Sumber internal: daftar Penyedia yang ada, kontrak yang ada, dan sebagainya.
b.
c.
Referensi lain: Buku Kuning telepon, daftar dari asosiasi, majalah dan publikasi khusus
kelistrikan dan keteknikan, dan sebagainya.
d.
Request For Information (RFI): RFI biasanya merupakan iklan yang dipasang di media
bersirkulasi luas, media khusus profesi, surat kepada perusahaan yang sudah diketahui,
dan sebagainya. RFI harus dilakukan secara tertulis dan bersifat permintaan informasi
yang tidak mengikat. Informasi yang didapatkan, diantaranya permintaan spesifikasi
teknis, indikasi harga, indikasi ketersediaan suplai.
e.
Request for Expression of Interest (REOI): Request for expression of interest (REOI)
adalah metode untuk menyebarkan informasi seluas mungkin kepada calon Penyedia
untuk mendaftar sebagai Daftar Penyedia Terseleksi, yang kemudian dapat dilakukan
penilaian kualifikasi, Due Diligence, atau diundang langsung sesuai shortlist. Informasi
yang diminta untuk dimasukkan, diantaranya dapat berupa surat pernyataan minat,
katalog
produk,
sumberdaya,
kualifikasi,
kemampuan
teknis,
keuangan,
riwayat
25
Proses mengelola risiko merupakan tanggung jawab dari unit bisnis (manajemen), yang
dibantu oleh fungsi manajemen risiko.
Analisis atas risiko pengadaan merupakan tanggung jawab Pejabat Perencana Pengadaan
yang dibantu oleh Wakil Pengguna tiap Oivisi dan fungsi manajemen risiko. Pada pengadaan
yang bersifat strategis, Pengguna Barang/Jasa dapat meminta kajian risiko pengadaan yang
lebih komprehensif kepada Pejabat Perencana Pengadaan, dibantu oleh Wakil Pengguna,
dan fungsi manajemen risiko.
Selanjutnya adalah Penilaian Kualifikasi, Due Diligence, dan OPT. Secara umum PLN akan
melakukan Penilaian Kualifikasi dan Due Diligence untuk portofolio pengadaan PLN, untuk
menghasilkan OPT yang berlaku dalam masa tertentu, dan dengan penyesuaian terhadap
kondisi Penyedia yang ada secara periodik atau setiap kebutuhan yang dipandang perlu.
Adanya OPT dengan Penilaian Kualifikasi dan Due Diligence memberi kepastian bahwa
penawaran pekerjaan hanya dilakukan kepada calon Penyedia yang telah memenuhi
persyaratan PLN, untuk itu Pejabat Perencana Pengadaan dapat memanfaatkan data dan
hasil REOI atau membuka undangan prakualifikasi khusus.
PLN memberlakukan OPT untuk mempermudah proses pengadaan, akan tetapi PLN juga
perlu mempunyai strategi khusus bagaimana daftar ini tidak menjadi barrier to entry
(menghalangi) perusahaan yang memang mempunyai kredibilitas dan kemampuan di suatu
bidang, untuk berusaha di bidang lain. PLN berkepentingan untuk memperluas pasar
Penyedia dan mengamankan suplai, baik pada tingkat daerah, nasional, dan intemasional.
Pejabat Perencana Pengadaan bertanggung jawab menyusun strategi ini.
Hasil proses diatas adalah adanya OPT yaitu daftar Penyedia yang lulus penilaian kualifikasi
dan secara periodik dimutakhirkan untuk mengetahui kinerja terakhir. OPT memuat juga daftar
hitam dari Penyedia yang tidak berkualifikasi baik atau kinerja buruk. Oaftar ini ada yang
bersifat nasional dan lokal. OPT Lokal dibuat oleh Pejabat Perencana Pengadaan dan Wakil
Pengguna di Unit Induk,
dengan
persyaratan
kualifikasi
kemampuan Penyedia lokal, membuka kesempatan bagi Penyedia lokal yang sudah
berpengalaman di luar PLN, atau mempunyai sertifikat yang diperlukan, agar pasar Penyedia
PLN tetap kompetitif. Sedangkan OPT yang bersifat nasional atau OPT Korporat dibuat oleh
Pejabat Perencana Pengadaan di Kantor Pusat untuk dipergunakan dalam proses pemilihan
Penyedia Barang/Jasa secara nasional.
Masa Berlaku OPT disesuaikan antara kebutuhan untuk mempermudah
peke~aan
pengadaan
PLN dengan upaya mendapatkan Penyedia baru yang mampu. Oleh karena itu OPT dapat
berlaku dalam satu periode, misalnya tiga tahun, dengan penyesuaian dan pembukaan
penilaian kualifikasi dilakukan secara periodik.
3.1.5.
b.
c.
26
d.
Meningkatkan
keamanan
Penyediaan
(security
of
supply)
untuk
kategori
Critica/l8ottleneck, dan tetap menjaga total inventory PLN sesuai target 80 hari dalam
waktu 2 tahun.
e.
f.
Meningkatkan
jumlah
Pejabat
Perencana
dan
Pelaksanan
Pengadaan
yang
,1'
.,?
..
;;
1.
.....
'.
"'
...
olndikatdr
'.
'0
'
......
. \
'"
#ih'
~ '!~~
1.
2.
3.
4.
5.
Manajemen Penyedia
2.
1.
1.
4.
1.
2.
27
Untuk lebih meningkatkan integrasi antar unit, sistem, dan database yang ada di PLN, dengan
mengoptimalkan pemanfaatan, peningkatan, dan interkoneksi antara sarana yang sudah ada,
diantaranya portal E-procurement PLN, modul material management di SAP, Maximo (sistem
material manajemen), database Penyedia yang saat ini ada, sistem pembayaran secara
elektronik.
b.
Untuk lebih meningkatkan transparansi, kecepatan, efisiensi waktu dan biaya, akuntabilitas,
proses pengadaan barang/jasa PLN.
c.
d.
28
BABIV
PERENCANAAN DAN PERSIAPAN PELAKSANAAN PENGADAAN
DI KANTOR PUSAT DAN UNIT INDUK
Mendapatkan
Rencana
Pengadaan
yang
terkoordinasi
dan
terintegrasi,
baik
yang
Menghindari masalah yang terkait dengan perencanaan mendadak (last minute), keadaan
darurat atau perencanaan yang buruk atau kualitas barang/jasa yang buruk.
Pada saat ini PLN sudah melakukan kegiatan perencanaan seperti tersebut diatas, misalnya agregasi
kebutuhan energi primer yang dianggap strategis (gas, batubara, minyak) untuk seluruh pembangkit
PLN di DiVisi Kantor Pusat yang terkai!. Agregasi bentuk lainnya untuk kebutuhan leverage adalah
kebutuhan MTU dan MDU yang dilakukan melalui joint procurement.
Tanggung jawab perencanaan pengadaan di Kantor Pusat dan Unit Induk adalah Pejabat Perencana
Pengadaa yang bekerjasama dengan Wakil Pengguna di masing-masing Divisi dan Unitlnduk.
Rencana Pengadaan ini diajukan oleh Pejabat Perencana Pengadaan kepada Pengguna Barang/Jasa
untuk mendapatkan persetujuan.
Pelaksanaan Perencanaan Pengadaan meliputi antara lain:
a.
Melakukan kajian atas kebutuhan barang/jasa, termasuk kebutuhan antisipasi jika terjadi
keadaan darurat, sumber daya yang dibutuhkan, waktu pemanfaatan serta pendistribusian yang
menyesuaikan kebutuhan operasional dan proyek.
b.
c.
Melakukan kajian strategi pengadaan yang tepat, termasuk rencana pengadaan yang ditangani
bersama oleh Direktorat yang menangani Pengadaan, dengan memperhitungkan antara lain
potensi konsolidasi dan skala ekonomi, berdasarkan Rencana Pengadaan Korpora!.
d.
Melakukan pemutakhiran atas riset pasar dan mengkaji OPT dengan berkoordinasi dengan
Pejabat Perencana Pengadaan.
29
b.
c.
Cost, yaitu biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan barang atau jasa yang akan diadakan.
b.
Value or perceived value to customers, yaitu bagaimana pembeli dipersepsikan oleh para
Penyedia. Jika Seller's Market, maka kemungkinan besar dapat terjadi opportunistic pricing,
dimana harga dapat terdorong ke tingkat yang lebih tinggi dari kewajarannya. Jika PLN
merupakan pembeli yang mempunyai natural monopoly, atau pembeli yang besar di pasar
Indonesia, regional, atau internasional, maka secara umum, opportunistic pricing sulit terjadi.
c.
Trading conditions in the market, misalnya terjadi kelangkaan suatu bahan seperti baja, atau
terjadi kondisi ekonomi yang tidak menguntungkan yang mendorong biaya bunga naik tinggi.
d.
Faktor lain dapat berupa: adanya dumping, adanya perusahaan yang hendak menguasai pasar
dengan strategi harga yang rendah, produk baru, pangsa pasar, dan lain-lain.
Dalam menentukan kewajaran harga dari Penyedia tersebut, Wakil Pengguna, Pejabat Perencana
Pengadaan dan Pejabat Pelaksana Pengadaan perlu memahami dasar penyusunan HPS, konsep
Total Cost of Ownership (TCOO), serta mampu melakukan analisa penawaran harga dari Penyedia.
4.2.1.
4.2.2.
30
Karena itu dalam penyusunan Pagu Anggaran dan HPS untuk pekerjaan yang sifatnya lebih
kompleks, perlu mengimplementasikan konsep TCOO ini, dimana semua biaya yang relevan
diperhitungkan, dan mencari penawaran yang dapat memberikan biaya paling ekonomis
selama masa manfaat aset yang akan dibeli, mulai dari biaya:
a.
Initiation (Initiation cost to acquire the asset), yaitu biaya akuisisi sepert biaya desain, dan
semua biaya dan waktu yang diperlukan untuk memproses pengadaan sampai
perjanjian/kontrak.
b.
Price (Price to be paid for the asset), atau harga yang ditawarkan oleh Penyedia untuk
Operation (Operating cost over the asset's life), seperti biaya tenaga kerja, biaya energi
primer untuk pembangkit, biaya pemeliharaan (seperti biaya parts, biaya pemeliharaan,
ketahanan suatu mesin).
d.
Disposal (Disposal cost of the asset), jika diperlukan, misalnya biaya penghancuran suatu
~ s_p_es_ifi_lk_aJSi'~~~~="L__
______
-J~~PT_na_w_arJan~EWIUaS~ ~~ ~~~_m_kaJ~
____
HPS
_____ 1
Commissioning
Operasional
(mlsal energi
primer)
Pemeliharaan
(misal : parts)
Decommissioning
Life Cycle Cost (Biaya Selama Umur Ekonomis/Biaya Selama Daur Hidup)
PLN saat ini sudah mengimplementasikan konsep ini, misalnya dalam pembangunan
pembangkit serta pembelian trafo, dan tenaga listrik dari IPP, dan akan memperluas
penerapan konsep TCOO ini ke berbagai kategori pengadaan yang relevan.
4.2.3.
31
a.
pembentukan
harga
dengan
menggunakan
excess
capacity,
sehingga
hanya
fixed
dan
variable
costs.
Sementara
Opportunistic
adalah
pembentukan harga yang melihat berapa Pasar mau membeli dan bukan berangkat dari
biaya produksi.
b.
c.
TeOO (total cost of ownership), yaitu biaya yang terjadi selama masa kepemilikan suatu
aset, dengan memperhitungkan Initiation (termasuk desain dan biaya pengadaan), Price
(harga penawaran para Penyedia), Operation (biaya operasional, biaya pemeliharaan,
biaya tenaga kerja), Disposal (penggantian atau penghancuran).
d.
Indexation, atau pengaruh berbagai indeks harga komponen utama material terhadap
pembentukan harga, seperti harga baja, harga semen, dan sebagainya. Pemahaman dan
pemakaian indeks yang disetujui sejak awal akan meminimalkan sengketa dalam
perubahan lingkup pekerjaan atau biaya, Pemakaian indeks secara wajar juga
menjadikan nilai perjanjian/kontrak bisa naik atau turun.
e.
Variabel lainnya yang bisa mempengaruhi biaya. Misalnya contoh kecil harga printer
sekarang semakin murah, tetapi harga cartridge tinta tetap mahal. Di sinilah pabrikan
printer mencoba menjual printer sebanyak-banyaknya dengan harga murah, dengan
mengharapkan margin yang lebih besar pada operasional printer. Termasuk dalam hal ini
adalah jika suatu bisnis lazimnya mensyaratkan cash flow yang cepat, dengan demikian
jika pembeli bisa menjamin pembayaran yang lebih cepat, maka akan mendorong harga
penawaran dari para Penyedia menjadi turun. Variabel
Labour
Raw Material
System
averllead
Sales
SUPPLIER
BUYER
Supply Chain!
Procurement
store) Deliver
Price
, __",l
Acquisiton Cost
--------------------------
_---
,>
t
Added Value 10 Business
32
Seliap pakel pengadaan yang lelah dilelapkan dalam Rencana Pengadaan. Pejabal Pelaksana
Pengadaan dibanlu oleh Wakil Pengguna membual rencana pengadaan per pake!. Tujuannya adalah
unluk memenuhi kebuluhan barang/jasa yang lepal kualilas, lepal kuanlilas, lepal waklu, lepal
lempal, lepal lujuan sosio-ekonomi, dan lepal biaya.
Pejabal Perencana Pengadaan bertanggung jawab menyiapkan Rencana Pengadaan per pakel,
bekerjasama dengan Wakil Pengguna di Divisi/Unil Induk lersebu!. Rencana Pengadaan per pakel
diajukan oleh Pejabal Perencana Pengadaan kepada Pengguna Barang/Jasa unluk mendapalkan
perselujuan, dengan kelengkapan dokumen sesuai malriks di bawah ini.
Secara umum label 4.1.memperlihalkan alur kegialan dan dokumen dari persiapan pengadaan di
Kanlor PusaliUnil IndukiUnil Penunjang dan per pakel pengadaan.
3.
Tidak
7.
Dokumen
dan
HPS oleh Pengguna dan permintaan
dimulai proses pemilihan Penyedia,
dan Pengguna ke Pejabat Pelaksana
Pengadaan
i
(menggantikan
Prinsip)
Va
fungsi
Ijin
Persetujuan
Pengadaan dan HPS oleh
Pengguna,sekaligus
Permintaan dimulai proses
pemilihan Penyedia ke
Pejabat Pelaksana
(Mengikuti
strategi
pengadaan yang
sudah
ditentukan tiap
Tidak
33
4.3.1.
penyiapan
Spesifikasi,
TOR,
agar Dokumen
Pengadaan dan Pe~anjian/Kontrak yang akan dibuat berdasarkan pada kondisi terakhir di
pasar.
4.3.2.
Penyiapan/Kajian SpesifikasilTOR
Spesifikasi atau deskripsi fisik atau fungsi dari suatu barang, jasa, atau pekerjaan harus
memberikan deskripsi yang detil mengenai kebutuhan.
Pejabat Perencana Pengadaan bertugas memastikan bahwa spesifikasi dan deskripsi teknis
yang ditulis tidak mengandung ambiguitas, jelas dan bersifat generik, serta mendorong
kompetisi yang sehat antar Penyedia, atau memberi restriksi (kecuali jika masih dalam masa
pemeliharaan OEM).
Spesifikasi pada umumnya merupakan satu atau kombinasi dari tiga hal berikut (sebagaimana
diuraikan pada TabeI4.2).
" .'
:s"f/ifik~si
{~1::;;'!S,;;;i<'/'> .:' I > '... '
Dellkripsi
"
.
.,'
.....
.......
Fungsi
Fokus pada apa yang bisa dilakukan oleh suatu produk, dan tidak melihat secara
seksama apa materi atau dimensi dari suatu produk. Misalnya mobil listrik kategori SUV
yang bisa dipakai di medan off road dan jalan perkotaan.
Kine~a
Mendeskripsikan apa yang akan bisa dicapai oleh suatu produk, dan tidak menyediakan
deskripsi pasti mengenai bagaimana hal itu dilakukan. Untuk memastikan kualitas,
biasanya acuan terhadap suatu standard dicantumkan, misalnya ISO, Energy Star (untuk
lingkungan).
Misalnya adalah mobil listrik yang mampu mengangkut 7 orang, sejauh 200 km dalam
sekali pengisian, dan memenuhi syarat Electrical Vehicle Standard.
Teknis
Mendefinisikan secara jelas dan detil suatu prod uk, misalnya sifat fisik, materi yang akan
digunakan, kebutuhan tenaga dan keluaran, proses pabrikasi yang diperlukan, atau jika
suatu jasa, bagaimana metode ke~a yang akan dilaksanakan.Dengan ada unsur
keunikan, maka spesifikasi desain dapat mengurangi kompetisi karena adanya perbedaan
dalam praktek rancang bangun. Misalnya mobillistrik yang dibuat dari bahan ringan, tetapi
bukan alumunium, dan menggunakan gear box yang diproduksi oleh Tesla Motors,
dengan tenaga 150 kVA.
Ketiga jenis spesifikasi tersebut dapat dikombinasikan. Secara umum, disarankan untuk
memakai spesifikasi
kine~a
Penyedia, karena terbuka kemungkinan ada Penyedia lain yang bisa menawarkan alternatif
dan ide dan solusi inovatif terhadap kebutuhan perusahaan, dan biasanya akan lebih cost
effective.
Selain itu, perlu ada minimum requirements yang dinyatakan oleh perusahan. Penyedia
seharusnya tidak dalam posisi untuk menentukan sifat fisik yang bersifat fundamental.
Spesifikasi dan TOR merupakan basis untuk penawaran dan evaluasi dari penawaran untuk
menentukan apakah memenuhi kriteria yang ditetapkan dalam dokumen penawaran, serta
bagaimana bentuk perjanjian/kontrak, serta pemantauan atas kinerja Penyedia atau kine~a
34
barang dan peralatan. Wakil Pengguna bersama Pejabat Perencana Pengadaan perlu
memperhatikan aspek pembuatan spesifikasi yang baik sebagai bahan pembuatan RKS.
Wakil Pengguna dan Pejabat Perencana Pengadaan kemudian perlu menentukan tujuan dan
keluaran pengadaan, yang akan diterjemahkan dalam definisi Value for Money untuk
kebutuhan pengadaan individual. Definisi ini merupakan keseimbangan antara 6 Rights (6
Rs):
a. Right Qualityl Tepat Kualitas.
b. Right Quantityl Tepat Kuantitas.
c. Right Placel Tepat Tempa!.
d. Right Timel Tepat Waktu.
e. Socio-Economic Goa/sl Tujuan Sosial Ekonomi.
(kine~a)
yang baik. Jenjang lainnya adalah penetapan syarat kualitas, seperti mendapatkan sertifikat
uji dari PLN, laporan yang memuaskan dari kunjungan ke pabrik, dan sebagainya.
Jika telah diatur dalam Peraturan Pemerintah mengenai pendayagunaan produk dalam
negeri, maka aspek Sosial Ekonomi, yang bertujuan untuk membangun industri kelistrikan
nasional atau mengundang pabrikan luar negeri untuk membangun pabrik di Indonesia,
sesuai kebijakan PLN, dapat diletakkan pada urutan pertama.
4.3.3.
satu
aspek
Pe~anjian/Kontrak
penting
dalam
pengadaan
adalah
Strategi
Pengadaan
dan
b.
C.
Pili han
metode
pemilihan
(Pelelangan
Terbatas
dari
DPT/shortlist,
Penunjukan
b.
Delegasi kewenangan.
35
c.
Persetujuan internal.
d.
Kebutuhan waktu.
e.
f.
Kompleksitas pengadaan.
g.
Riset pasar.
h.
Risiko pengadaan.
i.
Perjanjian/Kontrak yang ada (misal LTSA unit tertentu, metode penentuan harga melalui
open book system).
j.
Pengguna adalah
(membuat sendiri,
lease,
menggunakan
perjanjian/kontrak yang
sudah
ada)
tawar yang
lebih
baik terhadap
pasar
Penyedia.
Hal
Ini
akan
teknik,
analisa
diperbandingkan
unjuk kerja
dengan
dan
mengontrak
pengujian.
luar
pihak
Pilihan
untuk
terse but
memenuhi
anak
perusahaan
atau
afiliasi,
dimana
selain
melalui
36
4.3.3.1.2. Lease or Buy (Sewa Guna/Sewa Beli) atau Membeli MenJadl Aset
Analisis ini untuk melihat apakah perlu melakukan lease (sewa guna, sewa
beli) atau membeli untuk menjadi ase!. Penerapannya diantaranya melihat
apakah suatu barang perlu menjadi aset dan dapat membebani neraca
pembukuan PLN, karena memerlukan investasi dan memiliki susut nilai
barang (depresiasi).
4.3.3.1.3. Menggunakan perjanjian/kontrak yang ada atau Membeli (Buy).
Analisis berikutnya adalah memperbandingkan antara menggunakan
perjanjian/kontrak yang sudah ada atau melakukan pengadaan dan
perjanjian/kontrak terpisah. Analisis ini dapat memakai bahan yang
disiapkan untuk konsolidasi Rencana Pengadaan Korpora!. Ini dapat
diterapkan dengan melihat misalnya apakah ada perjanjian/kontrak payung
atau bentuk perjanjian/kontrak lain yang bisa dipakai, dengan persyaratan
yang memenuhi kaidah value for money.
Jika diputuskan membuat perjanjian/kontrak sendiri, maka secara umum
PLN dapat menerapkan strategi kontrak yang berhubungan erat dengan
kepemilikan risiko dan kategori sesuai Supply Positioning Matrix dan hasil
dari
Riset
Pasar.
PLN
perlu
membuka
terhadap
bentuk-bentuk
RFQ digunakan untuk pengadaan yang bersifat kecil atau Rutin, dengan
spesifikasi yang mudah ditemui di pasar.
2.
ITB adalah metode penawaran untuk kebutuhan yang spesifikasinya dapat dibuat
secara jelas dan lengkap baik kualitas maupun kuantitasnya, dan penunjukan
pemenangnya
dapat dilakukan
berdasarkan
penawaran
biaya terendah,
b.
berdasarkan
bobot,
untuk
menilai
pemenuhan
terhadap
37
b.
c.
d.
e.
Oalam hal terjadi semua penawaran diatas HPS, maka Pejabat Pelaksana
Pengadaan dapat melakukan upaya untuk meneruskan proses pengadaan
sesuai dengan pertimbangan profesionalnya, misalnya melakukan klarifikasi dan
negosiasi langsung dengan penawar terendah, melakukan proses pemasukan
penawaran ulang atau teknik lainnya dengan tetap memperhatikan aspek tata
kelola.
38
Metode Pemilihan tergantung pada nilai pengadaan, kondisi pasar dan pengetahuan
atas pasar. Keputusan untuk metode pemilihan tergantung pada:
a.
b.
Menghindari beban administrasi yang kurang bernilai tam bah jika dibandingkan
dengan hasil kompetisi dan Value for Money.
Jaminan
Pengadaan
Barang/Jasa
dan
kaitannya
dengan
Strategi
39
Cluster
Output
1. Spend analysis portofolio pengadaan PLN
2. Strategi Pengadaan Korporat untuk semua kebutuhan
3. Daftar Penyedia Terseleksi (DPT), berdasar PQ, DD
4. Target kinerja pengadaan
Direktorat
Pengadaan
Manajemen Kontrak,
Evaluasi Kinerja
Penyedia
Output:
1. Pengadaan yang Value for Money; terbaik bagi PLN
2. Proses pengadaan yang cepat, sederhana tapi tetap taat
prosedur
Output
1. Manajemen
kontrak yang baik
2. Update kinerja
Penyedia ke DPT
Pejabat Perencana
Pengadaan : Bantu
Wakil Pengguna
Barang/Jasa :
Memimpin
VfM
Committee
VfM
Committee
._-
Tahap
Identifikasi
Kebutuhan
Pengadaan
Konsolidasi
& DivlUnit
-
Market
Soundingl
Rise! Pasar
-
Pemilihan
Strategi
Pengadaan
-
RKS
.-
Penerimaan,
Evaluasi
Klarifikasi
Klarifikasi
Penawaran
VIM
Penunjukan
pemenang,
pembuatan
kontrak, TTD
Manajemen
Kon!rak
Evaluasi
Kinerja
40
BABV
PROSES PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA
5.1. Prinsip Umum
Prinsip umum dalam proses pelaksanaan pengadaan adalah "level playing field', atau arena
bermain yang sama, seperti semua calon Penyedia mendapatkan informasi yang sama, pada saat
yang sama, sehingga mereka mempunyai waktu yang sama untuk mempersiapkan Penawaran.
Oleh karena itu PLN perlu membuat langkah-Iangkah yang mendorong "level playing field' tersebut.
Secara umum, proses pelaksanaan pengadaan disesuaikan dengan kondisi yang ada, professional
Adanya proses Pengumuman dan Penawaran yang transparan dan adil, baik melalui sarana
elektronik e-procurement PLN, atau media lain, seperti media massa daerah, nasional,
internasional, atau undangan. Untuk metode Pelelangan Terbatas melalui undangan, secara
prinsip tetap perlu diumumkan di sarana elektronik a-procurement PLN.
b.
Adanya sesi untuk menjawab Pertanyaan dari Calon Penyedia dan Penjelasan (aanwijzing).
Penjelasan dapat dilakukan di suatu tempat, ataupun menggunakan sarana secara elektronik
(video conference, teleconference), yang hanya dapat dihadiri oleh calon Penyedia yang
memenuhi syarat.
c.
Adanya kepastian bahwa setiap perubahan terhadap Dokumen Penawaran diterima oleh
semua calon Penyedia yang memenuhi syarat.
d.
Adanya proses Pemasukan, Penerimaan, dan Pembukaan Penawaran yang wajar dan adil.
e.
Adanya Evaluasi Penawaran yang dilakukan secara profesional. Jika diperlukan, Pejabat
Pelaksana Pengadaan dapat dibantu oleh tenaga ahli baik internal maupun eksternal.
f.
Jika diperlukan, dapat dilakukan Klarifikasi Penawaran kepada calon Penyedia. Secara umum
klarifikasi harus tertulis, dan jika diperlukan dapat dilakukan pertemuan dimana Penyedia
melakukan presentasi, baik di kantor PLN atau teleconference. Tenaga ahli dapat diundang
untuk hadir dalam klarifikasi. Klarifikasi tidak mengubah substansi atau harga dan bersifat
rahasia. Untuk pengadaan kategori Strategis, jika diperlukan dapat dilakukan site visit atau
inspeksi ke Penyedia yang memenuhi syarat.
g.
Adanya proses evaluasi yang memberikan ringkasan hasil evaluasi mana yang paling Value for
Jika diperlukan, dapat dilakukan negosiasi, yaitu proses interaktif diskusi antara pembeli dan
Penyedia mengenai syarat dan ketentuan suatu perjanjian/kontrak. Secara umum, Negosiasi
dilakukan untuk metode penawaran RFP. ITB dapat dilakukan dengan persetujuan dari
Pengguna, jika terdapat kondisi seperti melampaui Pagu Anggaran, atau ada diskon tambahan
apabila ada penambahan kuantitas, atau alasan lain.
i.
Jika diperlukan, Pejabat Pelaksana Pengadaan dapat melakukan negosiasi kompetitif dengan
calon Penyedia yang memberikan penawaran terbaik dan melampaui nilai minimum kualitas
(best and final offer "BAFO). BAFO merupakan tambahan langkah setelah keseluruhan
Evaluasi untuk meningkatkan kompetisi dan value for money. Semua calon Penyedia
memenuhi syarat diundang untuk memasukkan BAFO dan menjadi penawaran final dengan
41
batas waktu tertentu. Jika calon Penyedia tidak memasukkan BAFO, penawaran asli tetap
menjadi pertimbangan.
j.
Setelah semua penawaran final mas uk, maka dapat dilakukan evaluasi lagi dan melakukan
perubahan sesuai penawaran yang masuk.
k.
Apabila dilakukan Penunjukan Langsung, maka negosiasi teknis dan keuangan harus
dilakukan.
I.
Oalam hal terdapat Sanggahan, maka calon Penyedia yang kalah pada saat pengumuman
pemenang, berhak untuk mengajukan sanggahan secara tertulis disertai bukti-bukti kepada
Pejabat Pelaksana Pengadaan. Sanggahan hanya yang berkaitan dengan kesesuaian
pelaksanaan pengadaan dengan prosedur atau tata cara pengadaan di dokumen pengadaan.
Sanggahan dapat diterima apabila diajukan dalam waktu yang ditentukan. Pejabat Pelaksana
Pengadaan wajib menyampaikan keputusan atas sanggahan tersebut sesuai ketentuan waktu
yang ada. Apabila Sanggahan yang diajukan tidak benar atau terdapat indikasi calon Penyedia
melakukan hal-hal diluar prosedur sanggah dan dapat merusak kepercayaan PLN, maka calon
Penyedia dikenakan Oaftar Hitam (Black List) dan dicatat dalam OPT.
m. Secara prinsip, Pengadaan Gagal dan Pengadaan Ulang perlu diminimalkan, agar PLN dapat
mengejar momentum bisnis yang ada. Pejabat Pelaksana Pengadaan beserta Wakil Pengguna
melakukan upaya agar pengadaan tidak gagal, dengan melakukan langkah sesuai professional
judgement, misalnya negosiasi langsung dengan calon Penyedia yang ada, atau kemungkinan
Penunjukan Langsung ke BUMN/Anak Perusahaan BUMN/Perusahaan Terafiliasi BUMN, atau
opsi lainnya. Jika keadaan tetap tidak memungkinkan, maka Pejabat Pelaksana Pengadaan,
Pengguna Barang/Jasa, Pejabat Pengawasan, atau Pejabat lain yang terkait dapat mengajukan
justifikasi untuk menyatakan Pengadaan Gagal kepada Value for Money Committee.
42
BABVI
PENGADAAN KHUSUS
6.1. Ketentuan Umum
PLN mengatur beberapa jenis pengadaan barang/jasa yang dilakukan secara khusus, terutama
karena sudah ada regulasi/peraturan dari Pemerintah atau pihak lain yang mengikat PLN dan
mengatur pengadaannya secara tersendiri atau khusus. Pada prinsipnya, Pengadaan Khusus ini
merupakan strategi pengadaan dan perjanjian/kontrak yang telah ditetapkan sebelumnya oleh pihak
lain tersebut untuk kemudahan operasional pengadaan.
Prosedur pengadaan khusus ini berlaku untuk barang/jasa yang diatur dalam:
a.
Regulasi dari Pemerintah, seperti regulasi terkait pembelian tenaga listrik dan pengadaan
energi primer;
b.
c.
d.
e.
Pengadaan asuransi;
f.
43
BAB VII
PENDAYAGUNAAN PRODUK DALAM NEGERI UNTUK PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR KETENAGALISTRIKAN
BUMN secara umum diberi tugas untuk mendorong ekonomi nasional, diantaranya dengan
mendayagunakan produk dalam negeri. PLN melihat bahwa selain tugas untuk mendorong
pendayagunaan produksi dalam negeri sebagai bagian dari tugas mendorong ekonomi
nasional, dalam hal pengadaan, pendayagunaan produk dalam negeri juga menguntungkan
PLN secara langsung atau tidak langsung, karena membuka kemungkinan tumbuhnya pasar
Penyedia, yang nantinya akan menurunkan risiko suplai bagi PLN.
Secara umum, dengan adanya kebutuhan suatu parts yang dikerjakan sendiri (make) oleh
Unit Induk PLN, atau workshop dalam negeri dan pabrikan dalam negeri dengan metode
open book system, maka PLN dapat mengetahui lebih rinci struktur biaya pembuatan parts
tersebut dan supply chain dari suatu parts. Dengan demikian PLN dapat mempunyai
pengetahuan dan posisi tawar yang lebih baik terhadap pasar Penyedia, terutama parts
yang masih disediakan oleh Penyedia OEM yang basis produksinya di luar negeri. Ini akan
menguntungkan PLN karena para Penyedia tahu bahwa PLN atau workshop dalam negeri
mempunyai kemampuan membuat sendiri parts tersebut dengan struktur biaya yang wajar.
b.
c.
44
d.
e.
Produk
Dalam
Negeri
Untuk
Pembangunan
Infrastruktur
Ketenagalistrikan.
f.
g.
h.
Surat Edaran Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor SE-02lMBU/2012
tentang Penggunaan Produk Dalam Negeri Dalam Pengadaan Barang/Jasa BUMN dan
Anak Perusahaan BUMN.
PLN menetapkan Strategi Pengadaan Korporat, termasuk tujuan dan target pendayagunaan
produk dalam negeri, sesuai siklus perencanaan PLN.
b.
Berdasarkan tujuan dan target tersebut, PLN melakukan Riset Pasar pada pasar Penyedia
dalam negeri dan luar negeri, termasuk kemungkinan memberikan insentif. Insentif dapat
diberikan kepada Penyedia (pabrikan) luar negeri yang mau memindahkan proses pabrikasi di
dalam negeri.
c.
Berdasarkan
PLN
yang
dapat dioptimalkan
e.
Pada prinsipnya, Pejabat Pelaksana Pengadaan PLN melakukan Pelelangan Terbatas pada
perusahaan yang ada di DPT, beserta negosiasi teknis dan harga, yang diikat dalam
perjanjian/kontrak dengan harga yang wajar. Jika terdapat alasan pengecualian, dapat
dilakukan Penunjukan Langsung.
Insentif dapat diberikan sebagai bagian dari Strategi Pengadaan dan Perjanjian/Kontrak, dan tidak
terbatas pada yang telah diatur dalam Pedoman Umum ini. Insentif yang diberikan merupakan
bag ian suatu Strategi Pengadaan dan Perjanjian/Kontrak. Insentif dapat diberikan dengan
mempertimbangkan dan mengakui bahwa pabrikan dalam negeri telah berinvestasi cukup besar dan
memerlukan bisnis secara berkelanjutan dan bermitra dengan PLN, dengan tetap menerapkan
45
prinsip pengadaan yang sehat, seperti harga yang disepakati merupakan harga yang wajar, dan
maksimal sama dengan jika membeli dari Penyedia luar negeri, kecuali ditentukan lain.
Bentuk-bentuk insentif yang dapat diambil PLN diantaranya adalah:
a. Hak Penyesuaian Penawaran Pengadaan Internasional.
b. KontraklPerjanjian Suplai Jangka Panjang, termasuk open book system.
1.
PLN dapat memberikan insentif perjanjian jangka panjang, yang mencakup semua aspek
komersial yang dapat diterapkan pada pembelian oleh PLN, termasuk penentuan harga
(pricing), diskon, pembayaran, penyerahan, dan sebagainya, termasuk syarat-syarat umum
lainnya. Biasanya diterapkan untuk Penyediaan barang dari pabrikan dalam negeri.
Berdasarkan perjanjian terse but, maka pabrikan dalam negeri dapat didorong untuk
mempertahankan dan menaikkan tingkat komponen dalam negeri.
2.
Dalam keadaan khusus, dimana pasar secara internasional masuk dalam kategori
Leverage dan bersifat Buyer's market, tetapi ada Pabrikan dalam negeri yang mampu
menyediakan barang dengan kualitas sesuai kebutuhan PLN, dimana jumlahnya sangat
terbatas, maka PLN mengakui bahwa pasar telah berubah menjadi CriticallBottieneck.
Oleh karena itu dapat diterapkan Pelelangan Terbatas atau Penunjukan Langsung dengan
strategi open-book system, dimana penentuan harga didasarkan pada kesepakatan
bersama dengan hak untuk melihat catatan akuntansi pembukuan biaya produksi pabrikan,
dengan margin yang wajar, dan dengan perjanjian/kontrak penyediaan jangka panjang.
Open book system memberikan pengamanan atas pembentukan biaya dan harga yang
wajar dengan keamanan penyediaan untuk PLN dan mitra bisnisnya. Open book system ini
merupakan salah satu varian kontrak cost plus fee.
c.
Insentif sebagai pre-approved vendor list untuk perjanjian/kontrak tidak lang sung dengan PLN,
jika telah ditentukan dalam strategi pengadaannya;
d.
Insentif bagi Perusahaan Asing untuk melakukan proses produksi di Dalam Negeri, jika
bersedia membuat business plan yang jelas untuk proses produksi di dalam negeri;
e.
Preferensi Harga dalam Pengadaan Internasional. Biasanya untuk pekerjaan konstruksi atau
EPC. PLN dapat memberikan preferensi harga dalam prosentase tertentu (X%) setelah 4 Rs
diterima (kualitas, kuantitas, tempat, waktu). Tetapi hal ini merupakan suatu pengecualian, dan
jika preferensi harga akan ditetapkan, perlu rekomendasi dari Value for Money Committee.
46
BAB VIII
MANAJEMEN PELAKSANAAN PERJANJIAN/KONTRAK
8.1. Prinsip Umum
Manajemen perjanjian/kontrak adalah hal strategis yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan,
eksekusi, administrasi, sampai penutupan perjanjian/kontrak.
Tujuan manajemen perjanjian/kontrak adalah memastikan bahwa semua pihak dalam kontrak
memenuhi kewajiban yang disepakati, secara efisien dan efektif, dan menghasilkan keluaran bisnis
dan operasional yang ditentukan dalam perjanjian/kontrak, yang memenuhi prinsip value for money.
Perjanjian/Kontrak
juga
perjanjian/kontrak.
Jika
memproteksi
semua
perjanjian/kontrak tidak
pihak
jika
dipenuhi,
terdapat
maka
perubahan
dapat
diterapkan
asumsi
Oenda
dan
disepakati
bersama
serta
dituangkan
dalam
dokumen
perubahan
perjanjian/kontrak.
Pembayaran dari
a.
b.
Pada prinsipnya, Wakil Pengguna bertanggung jawab atas manajemen perjanjian/kontrak dan
pemantauan terhadap kinerja Penyedia, serta membantu Pejabat Perencana Pengadaan untuk
melakukan pemutakhiran kinerja Penyedia dalam OPT. Untuk pemantauan kemajuan proyek
dan kinerja Penyedia, Wakil Pengguna dapat membentuk Tim Pemeriksa BaranglTim Penerima
Barang yang memberikan laporan kepada Wakil Pengguna.
c.
Adanya
pelaksanaan
pe~anjian/kontrak,
d.
secara
efektif
dari
Hak
dan
Kewajiban
Para
Pihak
dalam
Adanya Asuransi yang memadai untuk barang, jasa atau pekerjaan yang dilakukan, kecuali
ditentukan lain, seperti pekerjaan jasa konsultansi.
47
e.
Adanya pemenuhan kewajiban Perpajakan sesuai ketentuan dan sudah diperhitungkan dalam
Dokumen Penawaran. Jika ada perubahan peraturan yang terjadi setelah pembukaan
penawaran dapat dilakukan penyesuaian.
f.
Adanya Manajemen Keuangan yang efektif dalam perjanjian/kontrak dan pelaksanaan, sesuai
strategi pengadaan dan kontrak yang sudah ditentukan. Termasuk dalam hal Pembayaran uang
muka (down payment) jika diperlukan (misalnya PLN) berhadapan dengan seller's market, dan
PLN berkepentingan mengamankan suplai material dan parts yang critical/bottleneck. Hal
lainnya adalah adanya pembayaran Progres Fisik Pekerjaan, baik model angsuran/termin atau
bulanan/monthly certificate, denda (bila ada), dan pajak.
g.
Adanya Mobilisasi Lapangan yang dilakukan dalam waktu segera setelah penandatanganan
perjanjian/kontrak atau serah terima lokasi pekerjaan sebagaimana ditentukan dalam dokumen
perjanjian/kontrak.
h.
Adanya Pemeriksaan Lapangan yang efektif dan dilakukan secara bersama-sama. Jika
diperlukan dan disepakati, dapat dilakukan Pekerjaan Tambah Kurang.
i.
Perjanjian/Kontrak, maka proses ini dilakukan secara profesional. Jika diperlukan adanya
Penyesuaian Harga karena perubahan keadaan yang menimbulkan konsekuensi finansial yang
sangat material, maka proses dilakukan secara profesional. Semua perubahan harus segera
dibuat Addendum/Amandemen/Memorandum Perjanjian/Kontrak.
j.
Adanya pengaman dalam perjanjian/kontrak jika terdapat kondisi keterlambatan atau kinerja
tidak sesuai kontrak yang tidak dapat diterima. Secara umum, ini dilakukan dengan penerapan
konsep Liquidated Damages.
k.
Adanya proses Serah Terima Pekerjaan dan Penutupan Kontrak yang dilakukan secara
profesional, diantaranya penyelesaian masalah penilaian kinerja Penyedia, keuangan, jaminan
termasuk warranties, dan jika ada kemungkinan klaim.
8.2. Denda Keterlambatan dan Kompensasi Kinerja Tidak Sesuai Kontrak (Liquidated Damages)
Secara umum PLN menerapkan:
a.
b.
48
49
BABIX
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
9.1. Perbaikan Aspek Tata Kelola dan Pengelolaan Risiko
Selain hal-hal di alas, sistem pengendalian internal pengadaan juga perlu ditingkatkan, dengan
menerapkan konsep 3 Lines of Defence. Idealnya, organisasi memiliki tiga baris pertahanan,
sebagai berikut:
a. Manajemen,
b. Manajemen risiko, dan
c. Audit Internal.
I
[
M~.,~..
IQ
Risk Management
Internal Audit
Control
pengadaan) bertanggung
jawab untuk merancang, melaksanakan dan memelihara kontrol terhadap risiko, termasuk risiko
pengadaan. Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 305.KlDIR/2010 yang masih menganut
model kepanitiaan belum memberikan pedoman yang jelas siapa business process owner dan juga
risk owner dari suatu pengadaan, oleh karena itu maka good practice memberikan pedoman bahwa
seharusnya pengadaan hanya diwakili oleh Pengguna Barang/Jasa dan dilayani oleh suatu
Direktorat yang menangani pengadaan.
Divisi Manajemen Risiko, sebagai ahli dalam risiko dan pengendalian, bertanggung jawab untuk
mengembangkan Enterprise Risk Management (ERM). Divisi ini juga bertanggung jawab untuk
mendukung manajemen dalam menerapkan ERM, termasuk dalam manajemen risiko dalam
pengadaan. Peran Manajemen Risiko lebih bersitat mendorong terselenggaranya manajemen risiko
yang lebih baik ditungsi Pengguna Barang/Jasa maupun Direktorat yang menangani pengadaan,
diantaranya dengan adanya unit Kepatuhan Internal yang menangani aspek kepatuhan pelaksanaan
pengadaan oleh Pengguna Barang/Jasa dan Pejabat Pengadaan.
Sedangkan Satuan Pengawas Internal (SPI) bertanggung jawab untuk secara independen meninjau
proses ERM, dan membuat rekomendasi untuk meningkatkan etektivitas dan efisiensi proses ERM.
Untuk itu, SPI perlu lebih mendorong Manajemen untuk mempunyai sistem pengendalian internal,
termasuk manajemen risiko yang lebih baik. Audit yang dilakukan lebih bersitat mendorong
perbaikan sistem pengadaan yang lebih baik di PLN. SPI dapat melakukan Audit sesuai ketentuan
yang berlaku di PT PLN (Persero) sesuai Pedoman Audit yang berlaku. Audit perjanjian/kontrak
50
masih dilakukan, tetapi dalam rangka mendorong tercapainya sistem dan praktek pengadaan yang
profesional di PLN.
Risiko memang tidak dapat dihindari dalam pengadaan dan kebutuhan untuk mengelola risiko
secara proporsional berbanding lurus dengan kompleksitas, nilai dan pentingnya bagi PLN. Untuk
risiko tinggi atau pengadaan bernilai tinggi, manajemen risiko merupakan salah satu faktor kunci
keberhasilan.
Risiko Pengadaan dapat berasal dari organisasi itu sendiri, dari pemasok, dari hubungan kontraktual
atau dari faktor eksternal, dan dapat berhubungan dengan aspek teknis, aspek komersial, atau
aspek administratif yang harus dimitigasi dalam suatu proses pengadaan.
undangan
Secara umum,
pemasukkan penawaran,
pengumuman undangan
diharapkan PLN dapat berbisnis dengan para Penyedia yang kompeten dan kredibel, dimana para
Penyedia yang setara ini dikompetisikan untuk mendapatkan value for money bagi PLN.
Aspek profesionalisme terkait erat dengan peran profesi pengadaan yang mampu melaksanakan
proses pengadaan yang efisien, efektif, kompetitif, transparan, adil dan wajar, serta akuntabel,
melalui peran strategis, taktis, maupun operasional, serta implementasi kategori pengadaan sesuai
Supply Positioning Matrix. Profesionalisasi pengadaan dilakukan dan dipimpin oleh suatu Direktorat
siapa pemilik business process, siapa risk owner, pembagian peran, tugas dan
tanggung jawab antara Direktorat yang menangani pengadaan dan pejabat struktural didalamnya,
maupun Pengguna Barang/Jasa dan Wakil Pengguna Barang/Jasa, serta peran Value for Money
Committee, disamping peran Divisi Manajemen Risiko dan SPI. Dengan kejelasan peran tersebut,
51
Salah satu aspek pengendalian yang perlu dilakukan, terutama untuk pengadaan di Unit Induk,
adalah adanya fungsi kepatuhan internal di Divisi Manajemen Risiko. Fungsi ini bertugas melakukan
upaya preventif dan preemptif untuk memastikan sistem dan praktek pengadaan, serta tata kelola,
dilakukan secara profesional, sebelum ditangani SPI. Pengendalian lainnya dapat dilakukan dengan
mengimplementasikan konsep Probity Adviser dan Audit dalam proses pengadaan yang berpotensi
menimbulkan kerugian kredibilitas bagi PLN.
52
PT PLN (PERSERO)
NOMOR: 0014.E/DIRl2014
TENTANG
Dalam rangka penyempurnaan Edaran Direksi PT PLN (Persero) Nomor 0003.E/DIR/2014 tanggal18 Juni
2014 tentang Petunjuk Teknis Pengadaan Barang/Jasa PT PLN (Persero) yang merupakan tindak lanjut
dari Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 0620.KlDIR/2013 tanggal 3 Oktober 2013 tentang
Pedoman Umum Pengadaan Barang/Jasa PT PLN (Persero) beserta perubahannya, maka perlu dilakukan
perubahan atas Edaran Direksi PT PLN (Persero) Nomor 0003.E/DIR/2014 tentang Petunjuk Teknis
Pengadaan Barang/Jasa PT PT (Persero), sehingga seluruhnya berbunyi sebagai berikut:
BABI
KETENTUAN UMUM
1.1
Meningkatkan efisiensi.
1.1.2
1.1.3
1.1.4
1.1.5
1.1.6
1.2
Ruang Lingkup
1.2.1
1.2.2
Pengadaan Barang/Jasa dengan sumber dana lainnya, yaitu dari Pinjaman/Hibah Luar
Negeri dan/atau Pinjaman Dalam Negeri yang secara langsung diberikan ke PT PLN
(Persero), sepanjang tidak diatur dalam naskah pemberi pinjaman (guide lines).
1.3
Pengertian/lstilah
1.3.1
APLN adalah Anggaran PLN yang ditetapkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran
Perusahaan (RKAP) yang telah disahkan oleh RUPS, termasuk anggaran untuk peke~aan
mendesak atau Keadaan Darurat (Emergency) yang belum ditetapkan di dalam RKAP.
1.3.2
Perusahaan yang sahamnya minimum 90% (sembilan puluh persen) dimiliki oleh
BUMN lain;
1.3.2.2
1.3.3
Anak Perusahaan PLN adalah Perusahaan yang sahamnya minimum 90% (sembilan puluh
persen) dimiliki oleh PLN.
1.3.4
Asuransi Pembangunan Proyek adalah asuransi yang menjamin segala macam risiko
kerugian yang mungkin timbul di lingkungan proyek pembangunan selama masa
pelaksanaan pembangunan.
1.3.5
Asuransi Masa Operasi adalah asuransi yang menjamin segala macam risiko kerugian yang
mungkin timbul atas harta benda atau aset milik perusahaan pada masa operasi dan dimulai
sejak proyek diserahterimakan Taking Over Certificate (TOC) atau proyek dioperasikan
secara komersial.
1.3.6
Barang adalah benda dalam berbagai bentuk dan uraian meliputi antara lain: bahan baku,
barang setengah jadi, barang jadi/peralatan, yang spesifikasinya ditetapkan oleh Pengguna
Barang/Jasa.
1.3.7
Berita Acara Serah Terima Tahap Pertama adalah berita acara yang dibuat setelah fisik
pekerjaan mencapai 100% (seratus persen).
1.3.8
Berita Acara Serah Terima Tahap Kedua adalah berita acara yang dibuat setelah masa
pemeliharaan selesai.
1.3.9
Daftar Penyedia Terseleksi yang selanjutnya disebut DPT adalah daftar Penyedia
Barang/Jasa yang lulus penilaian kualifikasi yang dimutakhirkan secara periodik berdasarkan
kinerja Penyedia Barang/Jasa.
1.3.10
Dewan Komisaris yang selanjutnya disebut Dekom adalah organ PLN yang bertugas
melakukan pengawasan serta memberi nasehat kepada Direksi.
1.3.11
Direksi adalah organ PLN yang terdiri dari anggota Direksi yang bertanggungjawab penuh
atas pengurusan PLN untuk kepentingan, tujuan dan mewakili kepentingan PLN.
1.3.12
1.3.13
Direksi Teknis adalah wakil Pengguna Barang/Jasa untuk membantu Direksi Peke~aan
dalam pengawasan pekerjaan (misalnya Unit Enjiniring, Unit Penelitian dan Pengembangan,
Unit Pemeliharaan Ketenagalistrikan, Unit Sertifikasi dan Unit Manajemen Konstruksi).
1.3.14
Dokumen Kualifikasi adalah dokumen yang disiapkan oleh Pejabat Perencana Pengadaan
sebagai pedoman dalam Pelaksanaan dan Penilaian Kualifikasi.
1.3.15
Dokumen Aplikasi Kualifikasi adalah dokumen yang disiapkan oleh Penyedia Barang/Jasa
berdasarkan Dokumen Kualifikasi sebagai pedoman dalam Penilaian Kualifikasi.
1.3.16
Dokumen Rencana Pengadaan adalah daftar umum yang meliputi kebutuhan Korporatl
Kantor PusatlUnit InduklUnit Penunjang atas barang/jasa, lengkap dengan kuantitas atau
volume, waktu kebutuhan atau waktu penyerahan, estimasi anggaran, strategi pengadaan,
metode
pengadaan,
pelaksana
pengadaan
dan
sistem
pemaketanlgrouping/joint
Dokumen Pelelangan atau Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) adalah dokumen yang
disiapkan oleh Pejabat Perencana Pengadaan sebagai pedoman dalam proses pembuatan
dan penyampaian penawaran oleh Calon Penyedia Barang/Jasa serta pedoman evaluasi
penawaran oleh Pejabat Pelaksana Pengadaan.
1.3.18
antara
lain
Dokumen
Kualifikasi,
Dokumen Aplikasi
Kualifikasi,
Dokumen
Penyedia
Barang/Jasa (SPPBJ),
Jaminan-jaminan,
Surat
Contract Discussion
Dokumen Penawaran adalah surat penawaran beserta seluruh dokumen lampirannya yang
disiapkan oleh Penyedia Barang/Jasa.
1.3.20
Due Diligence adalah bag ian dari Penilaian Kualifikasi untuk melakukan verifikasi langsung,
lebih detail, dan komprehensif atas dokumen kualifikasi, kompetensi dan kemampuan usaha
Penyedia
Barang/Jasa
yang
memasukkan
aplikasi
untuk
kategori
Leverage,
1.3.22
e-Procurement PLN adalah sarana Pengadaan Barang/Jasa yang diproses secara elektronik,
yang diakses melalui internet.
1.3.23
Excess Power adalah energi listrik yang merupakan kelebihan dari pembangkit tenaga listrik
swasta yang sudah ada dan sudah beroperasi.
1.3.24
General Manager (GM)/Kepala adalah Pejabat yang memiliki kewenangan dan membawahi
suatu Unit Induk (Wilayah, Distribusi, Pembangkitan, Penyaluran dan Pusat Pengaturan
Beban, Pembangunan), Unit Penunjang (Enjiniring, Sertifikasi, Manajemen Konstruksi,
Pemeliharaan Ketenagalistrikan, Pendidikan dan Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan),
atau Unit IndukiPenunjang tertentu berdasarkan Keputusan Direksi.
1.3.25
Harga Perkiraan Engineering (HPE) adalah perhitungan estimasi biaya pokok produksi atau
estimasi biaya pokok pekerjaan yang dihitung secara profesional sebagai dasar penyusunan
HPS.
1.3.26
Harga Perkiraan Sendiri (HPS) adalah perhitungan harga perkiraan dari suatu barang/jasa
yang dihitung berdasarkan estimasi biaya pokok produksi atau estimasi biaya pokok
pekerjaan yang disesuaikan dengan kondisi ekonomi terkini dan faktor-faktor lain yang
berfungsi untuk melihat kewajaran harga penawaran.
1.3.27
Incoterms adalah syarat dan ketentuan penyerahan barang komersial yang diatur oleh
International Chamber of Commerce, dimana dideskripsikan kewajiban biaya dan risiko dari
pembeli dan penjual.
1.3.28
1.3.29
Invitation to Bid (ITB) adalah Metode permintaan penawaran untuk kebutuhan yang
spesifikasinyaITOR dapat dibuat secara jelas dan lengkap.
1.4.30
Jadwal Pengadaan Barang/Jasa adalah rincian waktu proses Pengadaan Barang/Jasa yang
mencakup sejak tahap proses perencanaan pengadaan sampai dengan tahap penyelesaian
pelaksanaan pekerjaan.
1.3.31
1.3.32
Jasa Konsultansi adalah layanan jasa keahlian profesional dalam berbagai bidang yang
dilaksanakan oleh perorangan atau badan usaha/lembaga.
1.3.33
Jasa Lainnya adalah layanan jasa selain Jasa Konstruksi dan Jasa Konsultansi.
1.3.34
1.3.35
Kantor Pusat adalah induk organisasi PLN yang membawahi Unit IndukiUnit Penunjang.
1.3.36
Kebutuhan Rutin adalah kebutuhan barang/jasa yang mempunyai karakteristik nilai rendah
dan risiko suplai rendah dalam Supply Positioning Matrix.
1.3.37
Kebutuhan Leverage adalah kebutuhan barang/jasa yang mempunyai karakteristik nilai tinggi
dan risiko suplai rendah dalam Supply Positioning Matrix.
1.3.38
1.3.39
Kebutuhan Strategis adalah kebutuhan barang/jasa yang mempunyai karakteristik nilai tinggi
dan risiko suplai tinggi dalam Supply Positioning Matrix.
1.3.40
Klarifikasi adalah kegiatan meminta penjelasan oleh Pejabat Pelaksana Pengadaan kepada
Penyedia Barang/Jasa atas substansi penawaran yang kurang jelas dalam rangka evaluasi
penawaran.
1.3.41
Kualifikasi
adalah
tingkatlkedalaman kompetensi
dan
kemampuan
usaha Penyedia
Barang/Jasa.
1.3.42
Leader Consorlium/Pemimpin
perusahaan asuransi yang ditunjuk oleh PLN melalui mekanisme pengadaan yang akan
mewakili dan bersama-sama PLN melaksanakan seleksi International Re-insurance Broker,
serta menjadi pemimpin diantara Member Consorlium dalam penempatan risiko yang akan
diasuransikan melalui mekanisme yang telah ditentukan.
1.3.43
perusahaan asuransi yang telah dinyatakan lulus sebagai anggota konsorsium dan
diikutsertakan dalam penutupan asuransi di PLN.
1.3.44
Masa
Pelaksanaan
Perjanjian/Kontrak
adalah
masa
sejak
ditandatanganinya
Negosiasi adalah kegiatan untuk pembahasan aspek teknis, harga dan waktu pelaksanaan
antara Pejabat Pelaksana Pengadaan dengan Penyedia Barang/Jasa.
1.3.46
1.3.47
Pagu Anggaran (Budget Ceiling) adalah anggaran maksimal yang terdapat dalam RKAP
yang dihitung secara profesional berdasarkan perkiraan biaya pekerjaan ditambah dengan
perkiraan penyesuaian karena kondisi ekonomi.
1.3.48
Pakta Integritas adalah surat pernyataan yang ditandatangani oleh Pengguna Barang/Jasa,
Pejabat Perencana Pengadaan, Pejabat Pelaksana Pengadaan, Tim Evaluasi, Value for
Money Committee, Penyedia Barang/Jasa yang berisi ikrar untuk mencegah dan tidak
Pejabat Perencana Pengadaan adalah pejabat struktural yang bertugas dan bertanggung
jawab dalam perencanaan Pengadaan Barang/Jasa atau pejabat struktural yang memiliki
tugas pokok dan fungsi sebagai perencana Pengadaan Barang/Jasa.
1.3.50
Pejabat Pelaksana Pengadaan adalah pejabat struktural yang bertugas dan bertanggung
jawab dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa atau pejabat struktural yang memiliki
tug as pokok dan fungsi sebagai pelaksana Pengadaan Barang/Jasa.
1.3.51
1.3.52
1.3.53
Pengadaan Khusus adalah segala pekerjaan dan/atau penyediaan barang/jasa selain jasa
konstruksi, jasa konsultansi dan jasa lainnya, antara lain pengadaan energi primer,
pembelian tenaga listrik, sewa menyewa/sewa beli, sewa guna usaha (leasing), asuransi dan
penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain.
1.3.54
1.3.55
Pengguna Barang/Jasa adalah Oireksi atau Pejabat struktural satu tingkat di bawah Oireksi,
GM/Kepaia atau Pejabat struktural di bawah GM/Kepaia yang diberi kuasa, yang
menggunakan dan/atau menerima manfaat baik langsung maupun tidak langsung dari
barang/jasa yang dihasilkan dari proses pengadaan barang/jasa.
1.3.56
Penilaian Kualifikasi adalah kegiatan untuk menilai kompetensi dan kemampuan usaha
Penyedia Barang/Jasa.
1.3.57
Penyedia Barang/Jasa adalah badan usaha yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT), Badan
Usaha Milik Negara (BUMN), atau badan hukum publik lainnya, Badan Usaha Milik Oaerah
(BUMO),
lembaga,
konsorsium,
Joint
Operation,
Koperasi,
Firma,
Commanditaire
Vennotschap (CV), persekutuan perdata (Maatschap), badan usaha luar negeri dan/atau
PLN adalah Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara yang didirikan
dengan Akta Notaris Sutjipto,SH Nomor 169 Tahun 1994 beserta perubahannya.
1.3.59
1.3.60
Perusahaan Asuransi Kerugian adalah suatu Badan Usaha yang bergerak dalam bidang
Asuransi Kerugian Umum (bukan Asuransi Jiwa) antara lain asuransi property, asuransi
kerusakan mesin, asuransi gangguan usaha, asuransi mobil, asuransi kebakaran, asuransi
pengangkutan yang ijin usahanya adalah dalam bidang asuransi kerugian yang dikeluarkan
oleh Kementerian Keuangan.
1.3.61
Perusahaan Terafiliasi BUMN adalah perusahaan yang sahamnya minimum 90% (sembilan
puluh persen) dimiliki oleh Anak Perusahaan BUMN, gabungan Anak Perusahaan BUMN,
atau gabungan Anak Perusahaan BUMN dengan BUMN.
1.3.62
Perusahaan Terafiliasi PLN adalah perusahaan yang sahamnya minimum 90% (sembilan
puluh persen) dimiliki oleh Anak Perusahaan PLN.
1.3.63
Perwakilan
Penyedia
Internasional adalah
perwakilan
dari
pabrikan atau
penyedia
Prakualifikasi adalah proses penilaian kompetensi dan kemampuan usaha serta pemenuhan
persyaratan tertentu lainnya dari Penyedia Barang/Jasa sebelum memasukkan penawaran.
1.3.65
Pascakualifikasi adalah
1.3.66
Production Sharing Contract (PSG) atau Kontrak Kerjasama Migas adalah Perjanjian/Kontrak
yang dibuat antara badan pelaksana dengan badan usaha dan atau bentuk usaha tetap
untuk melakukan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi di bidang minyak dan gas bumi dengan
prinsip bagi hasil.
1.3.67
tahap
proses
perencanaan
pengadaan
sampai
dengan
tahap
penyelesaian
pelaksanaan pekerjaan.
1.3.68
PO (Purchase Order atau Surat Pesanan) adalah dokumen pembelian yang mendeskripsikan
tipe, jenis, spesifikasi, jumlah dari barang yang akan dibeli, tempat dan waktu penyerahan,
persyaratan pembayaran, serta syarat dan ketentuan lainnya.
1.3.69
1.3.70
Re-insurance Company adalah Perusahaan Asuransi Dunia yang akan menerima risiko PLN
dan dipilih berdasarkan Rating dari Lembaga Rating Dunia yang diyakini dapat menjamin
keamanan risiko PLN apabila terjadi kerugian pad a pertanggungan berjalan.
1.3.71
Request for Proposals (RFP) adalah metode permintaan penawaran untuk kebutuhan yang
spesifikasinyalTOR tidak dapat dilakukan seeara penuh pada saat undangan penawaran
diumumkan.
1.3.72
Request for Quotations (RFQ) adalah metode permintaan penawaran untuk pengadaan yang
bersifat keeil atau rutin dengan spesifikasi yang mudah ditemui di pasar.
1.3.73
Riset Pasar adalah riset untuk mengidentifikasi dan mendapatkan seluruh informasi yang
relevan terkait kebutuhan Pengadaan Barang/Jasa atau pekerjaan yang akan digunakan
untuk membuat strategi Pengadaan Barang/Jasa dan Perjanjian/Kontrak.
1.3.74
RUPS adalah Rapat Umum Pemegang Saham yang merupakan organ PLN dan mempunyai
wewenang yang tidak dimiliki Direksi dan Dewan Komisaris.
1.3.75
Sertifikasi Keahlian Pengadaan Barang/Jasa adalah tanda bukti pengakuan atas kompetensi
dan kemampuan profesi di bidang Pengadaan Barang/Jasa yang diperoleh melalui ujian
sertifikasi keahlian Pengadaan Barang/Jasa.
1.3.76
Sewa Guna Usaha (Leasing) adalah suatu transaksi pembiayaan untuk penyediaan barang
modal seeara sewa guna dengan hak opsi memiliki (Financial Lease) maupun sewa guna
tanpa hak opsi memiliki (Operating Lease) antara pihak penyedia pembiayaan atau barang
(Lessor) untuk digunakan oleh pihak yang membutuhkan pembiayaan atau barang (Lessee)
selama jangka waktu tertentu dengan pembayaran seeara berkala/bertahap.
1.3.77
Shortlist adalah daftar Penyedia Barang/Jasa yang didapat dari riset pasar yang diyakini
mempunyai kemampuan untuk melakukan pekerjaan yang akan diadakan.
1.3.78
Tahun Anggaran adalah kurun waktu 1 (satu) tahun takwim terhitung sejak tanggal1 Januari
sampai dengan tanggal31 Desember.
1.3.79
Tenaga Ahli adalah orang yang dianggap ahli untuk melaksanakan pekerjaan Jasa
Konsultansi baik selaku konsultan perorangan maupun konsultan yang bekerja pada suatu
badan usaha atau lembaga.
1.3.80
Total Cost of Ownership (TCOO) adalah biaya keseluruhan dari pembelian barang/jasa, tidak
hanya merupakan harga awal yang ditawarkan (initial purchase price) tetapi merupakan
biaya keseluruhan yang dapat terjadi selama umur ekonomis barang/jasa tersebut.
1.3.81
Unit IndukiUnit Penunjang adalah unit organisasi satu tingkat dibawah Kantor Pusat yang
melaksanakan kegiatan usaha tertentu sesuai dengan tujuan dan lapangan usaha PLN.
1.3.82
Value for Money Committee adalah fungsi yang melakukan kajian/analisa Value for Money
terhadap proses Pengadaan Barang/Jasa di PLN.
1.3.83
Wakil
Pengguna
mewakili
Pengguna
Prinsip Dasar
Efisien
Pengadaan Barang/Jasa harus diusahakan untuk mendapatkan hasil yang optimal dan
terbaik dalam waktu yang cepat dengan menggunakan sumber daya seminimal mungkin
secara wajar dan bukan hanya didasarkan pad a harga terendah.
1.4.2
Efektif
Pengadaan Barang/Jasa harus sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan dan
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya sesuai dengan sasaran yang ditetapkan.
1.4.3
Kompetitif
Pengadaan Barang/Jasa harus terbuka bagi Penyedia Barang/Jasa yang memenuhi
persyaratan dan dilakukan melalui persaingan yang sehat diantara Penyedia Barang/Jasa
yang setara dan memenuhi syaratlkriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang
jelas dan transparan.
1.4.4
Transparan
Semua ketentuan dan informasi mengenai Pengadaan Barang/Jasa, termasuk syarat teknis
administrasi pengadaan, tata cara evaluasi, hasil evaluasi, penetapan calon Penyedia
1.4.6
Akuntabel
Harus mencapai sasaran dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga menjauhkan dari
potensi penyalahgunaan dan penyimpangan.
1.5
Menyesuaikan
ketentuan
pengadaan
PLN
dengan
Pedoman
Umum
Pelaksanaan
PLN sebagai badan usaha dapat melakukan pengadaan barang dan jasa secara cepat,
fleksibel,
momentum
menimbulkan kerugian, dan dapat memenuhi kebutuhan bisnis dengan tetap memperhatikan
prinsip-prinsip efisien, efektif, kompetitif, transparan, adil dan wajar, serta akuntabel.
1.5.2
1.5.3
1.5.4
1.5.5
1.5.6
1.6
Etika Pengadaan
Pengguna Barang/Jasa, Wakil Pengguna Barang/Jasa, Pejabat Perencana Pengadaan, Pejabat
Pelaksana Pengadaan, Penyedia Barang/Jasa, dan Value for Money Committee dan para pihak yang
terkait dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa baik secara internal maupun eksternal, harus
mematuhi etika sebagai berikut:
1.6.1
Melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawab untuk mencapai sasaran
kelancaran dan ketepatan tercapainya tujuan Pengadaan Barang/Jasa.
1.6.2
Bekerja secara profesional dan mandiri atas dasar kejujuran, serta menjaga kerahasiaan
Dokumen Pelelangan/RKS yang seharusnya dirahasiakan untuk mencegah terjadinya
penyimpangan dalam proses Pengadaan Barang/Jasa.
10
1.6.3
Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung untuk mencegah dan
menghindari terjadinya persaingan tidak sehat.
1.6.4
Menerima dan bertanggungjawab atas segala keputusan yang ditetapkan sesuai dengan
kesepakatan para pihak.
1.6.5
1.6.6
1.6.7
1.6.8
Tidak menerima, tidak menawarkan atau tidak menjanjikan untuk memberi atau menerima
hadiah, imbalan berupa apa saja kepada siapapun yang diketahui atau patut dapat diduga
berkaitan dengan Pengadaan Barang/Jasa.
1.7
Bantuan Hukum
Dalam hal Pengguna Barang/Jasa, Wakil Pengguna Barang/Jasa, Pejabat Perencana
Pengadaan, Pejabat Pelaksana Pengadaan, Value for Money Committee dan pihak lain di
PLN, telah melaksanakan proses pengadaan sesuai dengan prosedur dan Etika Pengadaan
yang berlaku sebagaimana yang diatur dalam Edaran Direksi ini, namun terdapat tuntutan
dan tetap dipermasalahkan secara hukum, maka kepada yang bersangkutan akan
mendapatkan bantuan hukum dari PLN sesuai ketentuan Bantuan Hukum yang berlaku di
PLN.
1.7.2
Reward
Pejabat Perencana Pengadaan, Pejabat Pelaksana Pengadaan dan pegawai lain di PLN
yang terkait langsung dengan Pengadaan Barang/Jasa dapat diberikan insentif dan reward
sesuai ketentuan yang berlaku di PLN.
1.7.3
Punishment
11
1.8
Pakta Integritas
1.8.1
Internal
Pengguna Barang/Jasa, Wakil Pengguna Barang/Jasa, Pejabat Perencana Pengadaan,
Pejabat Pelaksana Pengadaan, Value for Money Committee dan pihak lain di PLN yang
terkait dengan Pengadaan Barang/Jasa wajib menandatangani Pakta Integritas.
1.8.2
Eksternal
Calon Penyedia Barang/Jasa dan Penyedia Barang/Jasa wajib menandatangani Pakta
Integritas.
1.9
1.9.2
Pengadaan Barang/Jasa yang bernilai di atas batas kewenangannya yang diatur dalam
ketentuan Batasan Kewenangan Pengambilan Keputusan di Lingkungan PLN yang berlaku;
atau
1.9.3
Pengadaan
Barang/Jasa yang
pembayarannya
12
BAB II
ORGANISASI PENGADAAN BARANG/JASA
2.1
Pengguna Barang/Jasa
2.1.1
2.1.2
2.1.2.2
2.1.3
2.1.4
Pengguna Barang/Jasa dibantu oleh Wakil Pengguna Barang/Jasa yang merupakan pejabat
struktural di bawahnya.
2.1.5
2.1.6
2.1.6.2
2.1.6.3
2.1.6.4
a.
b.
Dokumen Kualifikasi.
c.
d.
Dokumen Pelelangan/RKS.
e.
HPS.
f.
Menyiapkan
biaya-biaya
yang
diperlukan
untuk
kegiatan
Pengadaan
Barang/Jasa.
13
2.1.6.5
2.1.6.6
2.1.6.7
Menandatangani
Perjanjian/Kontrak
sesuai
dengan
ketentuan
Batasan
2.1.6.9
2.1.6.10
2.2
2.2.2
diperlukan
selama
tahap
perencanaan
pengadaan,
persiapan
pengadaan,
Wakil Pengguna Barang/Jasa dapat ditunjuk sebagai Direksi Pekerjaan atau Pengawas
Pekerjaan atau Manajer Proyek.
2.2.4
2.2.5
Wakil Pengguna Barang/Jasa bukan Pejabat yang karena sifat pekerjaannya menimbulkan
benturan kepentingan, seperti PejabaUPegawai di bidang Pengawasan.
2.3
Fungsi
Perencanaan
Fungsi Perencanaan Pengadaan di Kantor Pusat dilaksanakan oleh Pejabat yang ditunjuk
oleh Direksi, sedangkan di Unit IndukiUnit Penunjang ditunjuk oleh General Manager/Kepala.
14
2.3.3
2.3.4
2.3.4.2
2.3.4.3
2.3.4.4
(RKS)
untuk
disahkan
oleh
Pengguna
Barang/Jasa,
termasuk
2.3.4.5
2.3.4.6
2.3.4.7
2.3.5
Oalam melaksanakan tugas pokoknya, jika diperlukan Pejabat Perencana Pengadaan dapat
dibantu oleh pihak lain sesuai keahlian baik internal maupun eksternal PLN.
2.3.6
2.3.7
2.4
Fungsi Pelaksana Pengadaan di Kantor Pusat dan Unit InduklUnit Penunjang dilaksanakan
oleh Pejabat Pelaksana Pengadaan.
2.4.2
2.4.3
2.4.3.1
2.4.3.2
15
2.4.3.3
2.4.3.4
Melakukan
proses
pengumuman/undangan
kepada
Calon
Penyedia
8arang/Jasa.
2.4.3.5
2.4.3.6
2.4.3.7
2.4.3.8
2.4.3.9
2.4.3.10
Melakukan
negosiasi
untuk
Pengadaan
8arang/Jasa
dengan
Metode
2.4.3.11
2.4.3.12
mendapatkan
rekomendasi
dari
Value
for Money
Committee.
2.4.4
2.4.3.13
Mengumumkan pemenang.
2.4.3.14
2.4.3.15
2.4.3.16
2.4.3.17
Menyiapkan Perjanjian/Kontrak.
2.4.3.18
Oalam menjalankan tugas pokoknya, jika diperlukan Pejabat Pelaksana Pengadaan dapat
dibantu oleh pihak lain sesuai keahlian baik internal maupun eksternal PLN.
16
2.4.5
2.4.6
2.5
2.5.1
Prinsip value for money, adalah pengadaan yang mengutamakan hasil terbaik untuk PLN
dalam jangka panjang, yang mempertimbangkan Total Cost of Ownership dan tidak selalu
merupakan harga pembelian awal terendah, serta memenuhi unsur tepat kualitas, tepat
kuantitas, tepat waktu, tepat tempat, tepat tujuan sosio-ekonomi, dan tepat biaya.
2.5.2
2.5.2.1
2.5.3
2.5.3.1
Oi Kantor Pusat
a.
b.
17
2.5.5
Proses Pengadaan Barang/Jasa yang harus melalui review dan rekomendasi Value for
Money Committee adalah Pengadaan Barang/Jasa yang masuk kategori kebutuhan
CriticallBottleneck/Strategis dan kategori kebutuhan Leverage yang nilai pengadaannya
menjadi kewenangan Direksi/GM/Kepala, sesuai Supply Positioning Matrix.
2.6
Procurement Agent
2.6.1
lugas Pejabat Pelaksana Pengadaan dapat dilakukan oleh pihak ketiga sebagai
Procurement Agent yang ditunjuk oleh Pengguna Barang/Jasa.
2.6.2
Justifikasi atas penunjukan Procurement Agent yang menjalankan tugas Pejabat Pelaksana
Pengadaan diajukan oleh Pengguna Barang/Jasa kepada Value for Money Committee.
2.6.3
2.6.3.1
2.6.3.2
Adanya keterbatasan sumber daya internal PLN baik dari sisi jumlah ataupun
keahlian; atau
2.6.3.3
2.6.4
Procurement Agent dapat berupa badan usaha berbentuk Badan Hukum nasional atau
internasional, lembaga pemerintah dan non pemerintah, atau lembaga pendidikan yang
mempunyai keahlian dalam bidang procurement.
2.6.5
2.6.6
Procurement Agent dapat memakai prosedur pengadaan internal mereka, setelah mendapat
persetujuan Value for Money Committee.
18
BAB III
OAFTAR PENYEOIA BARANG/JASA TERSELEKSI (OPT)
3.1
3.2
Penyusunan DPT menjadi tugas dan tanggung jawab Pejabat Perencana Pengadaan dan disahkan
oleh Pengguna Barang/Jasa.
3.3
3.3.1
Melakukan Riset Pasar untuk mendapatkan data dan informasi Penyedia Barang/Jasa yang
mempunyai kualifikasi sesuai dengan jenis pekerjaan yang dibutuhkan.
Data dan informasi yang dikumpulkan tergantung pada kategori dalam Supply Positioning
Matrix yaitu:
3.3.1.1
3.3.1.2
3.3.3
3.3.4
Dalam pelaksanaan angka 3.3.1, angka 3.3.2 dan angka 3.3.3 dapat dilakukan due diligence
(uji tuntas) antara lain untuk pekerjaan yang bersifat :
3.3.4.1
Kompleks atau Barang/Jasa yang bersifat spesifik, antara lain konstruksi atau
pembelian tenaga listrik.
19
3.3.4.2
Jenis barang atau pekerjaan teknis tertentu, yang dibutuhkan secara reguler,
seperti material distribusi utama yang akan diadakan dengan long term supply
agreements, pemeliharaan oleh workshop.
3.4
3.3.4.3
3.3.4.4
3.4.1
OPT Lokal dibuat oleh Pejabat Perencana Pengadaan di Unit InduklUnit Penunjang untuk
dipergunakan dalam proses pemilihan Penyedia Barang/Jasa setempat.
3.4.2
OPT Korporat dibuat oleh Pejabat Perencana Pengadaan di Kantor Pusat untuk
dipergunakan dalam proses pemilihan Penyedia Barang/Jasa secara nasiona!.
3.5
Pengelolaan OPT
3.5.1
3.5.2
Pendaftaran Calon Penyedia Barang/Jasa yang berminat dapat dilakukan setiap hari kerja,
selanjutnya akan dilakukan penilaian kualifikasi dan dapat dilakukan due diligence sebelum
dimasukkan di dalam OPT.
3.5.3
OPT harus dilakukan pemuktahiran secara berkala dan terus menerus antara lain berupa
penambahan/pengurangan Calon Penyedia Barang/Jasa dalam daftar OPT, pemuktahiran
data dan kinerja Calon Penyedia Barang/Jasa yang sudah terdaftar dalam OPT.
3.5.4
Untuk kategori pekerjaan CriticicallBott/eneck dan Strategis, setiap ada proses pemilihan
Penyedia Barang/Jasa harus dilakukan pemutakhiran kualifikasi teknis dan keuangan dari
Calon Penyedia Barang/Jasa dalam OPT.
3.5.5
Untuk kategori Leverage yang signifikan, pad a setiap proses pemilihan Penyedia
Barang/Jasa dapat dilakukan pemutakhiran kualifikasi teknis dan keuangan dari Calon
Penyedia Barang/Jasa dalam OPT berdasarkan justifikasi Pejabat Perencana Pengadaan.
3.5.6
OPT memuat catatan Penyedia Barang/Jasa yang terkena daftar hitam (black list).
3.5.7
PLN mengakui daftar hitam (black list) dari lembaga yang mempunyai keterkaitan dengan
bisnis PLN, atau perusahaan yang sejenis dengan usaha PLN, atau mempunyai kesamaan
kepentingan dengan bisnis PLN.
3.6
Ookumen Kualifikasi:
3.6.1
20
3.6.2
3.6.2.2
3.7
Persyaratan Kualifikasi
3.7.1
Persyaratan Administrasi
3.7.1.1
Memiliki ijin usaha sesuai dengan bidang usahanya sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku.
3.7.1.2
3.7.1.3
3.7.1.4
3.7.1.5
Direksi/Pengurus yang bertindak untuk dan atas nama perusahaan tidak masuk
dalam daftar Penyedia Barang/Jasa yang terkena daftar hitam (blacklist).
3.7.1.6
3.7.1.7
Penyedia
Barang/Jasa
wajib
mempunyai
perjanjian
kerjasama
3.7.1.8
21
3.7.2
Persyaratan Teknis
3.7.2.1
Memiliki kemampuan pada kategori pekerjaan yang sejenis atau setara yang
dibuktikan dengan daftar pengalaman pekerjaan yang pernah dan atau sedang
dilakukan,
keeuali
untuk
pekerjaan
yang
hanya
memerlukan
teknologi
sederhana, risiko keeil, biaya keeil dan tidak memerlukan keahlian khusus.
3.7.2.2
3.7.2.3
3.7.3
Persyaratan Keuangan
3.7.3.1
3.7.3.2
3.8
Pelaksanaan Kualifikasi
3.8.1
Pengumuman kualifikasi dapat melalui papan pengumuman dan/atau surat kabar dan/atau
portal e-Procurement PLN.
3.8.2
Penyedia Barang/Jasa mendaftar dengan eara yang ditetapkan dalam Dokumen Kualifikasi.
3.8.3
3.8.4
Evaluasi kualifikasi dilakukan oleh Pejabat Pereneana Pengadaan dan dapat dibantu oleh
Wakil Pengguna Barang/Jasa dan pihak lain sesuai keahlian baik internal maupun eksternal
PLN, dan dilaksanakan sesuai dengan Metode evaluasi yang ditetapkan dalam Dokumen
Kualifikasi.
3.8.5
22
3.8.6
3.8.7
Bukti Sertifikasi yang dikeluarkan oleh Lembaga Sertifikasi terakreditasi dapat dipergunakan
sebagai indikasi kualifikasi dalam bidang tertentu, namun apabila diperlukan dapat
dilakukan pengecekan terhadap kualifikasi tersebut sesuai prinsip substance over forms.
Apabila Penyedia Barang/Jasa terbukti tidak mempunyai kecakapan secara substantif,
maka PLN dapat mengabaikan Bukti Sertifikasi tersebut dan menyatakan Penyedia
3.8.8
Pejabat Perencana Pengadaan dapat melakukan due diligence (uji tuntas) sebagai
pembuktian kualifikasi, sebagai berikut:
3.8.8.1
Penyedia
Barang/Jasa,
3.8.8.3
3.8.9
3.8.10
Berdasarkan rekomendasi
Pejabat Perencana Pengadaan menetapkan masa sanggah yang mencukupi atas hasil
kualifikasi setelah tanggal pengumuman hasil penilaian kualifikasi.
3.8.12
Sanggahan yang diterima adalah sanggahan yang disampaikan oleh peserta penilaian
kualifikasi dan ditujukan kepada Pejabat Perencana Pengadaan serta hanya untuk
ketidaksesuaian dengan Dokumen Kualifikasi.
3.8.13
Jawaban sanggahan diberikan sesuai jangka waktu yang ditetapkan Pejabat Perencana
Pengadaan dalam Dokumen Kualifikasi dan bersifat final.
3.8.14
Sanggahan yang setelah diperiksa tidak benar, akan menjadi catatan itikad tidak baik bagi
penyanggah.
23
3.8.15
Penyedia Barang/Jasa harus lulus tahap Penilaian Kualifikasi untuk dimasukan dalam OPT
dan diterbitkan Surat Tanda OPT yang disahkan oleh Pengguna Barang/Jasa.
3.9
3.9.1
Oalam hal untuk pemilihan Penyedia Barang/Jasa yang belum mempunyai OPT, dapat
dilakukan melalui Metode Pelelangan Terbuka dengan Prakualifikasi atau Pascakualifikasi.
3.9.2
3.9.3
Pengadaan barang dan/atau jasa yang belum pernah diadakan sebelumnya atau teknologi
yang belum pernah digunakan di PLN namun mempunyai pasar Penyedia yang telah mapan
(terbuktilproven), dapat dilakukan dengan menggunakan Shortlist yang disusun berdasarkan
riset pasar yang mencukupi. Shortlist yang telah digunakan dalam pelelangan dapat
dijadikan OPT setelah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.
24
BABIV
PROSES PENGADAAN BARANG/JASA
4.1
4.1.1
a.
b.
Perencanaan
Pengadaan
di
Kantor
Pusat
untuk
c.
d.
1)
2)
Melakukan
identifikasi
kebutuhan
Pengadaan
Barang/Jasa
3)
Membuat strategi
Pengadaan
Barang/Jasa sesuai
portofolio
pengadaan barang/jasa.
4)
25
5)
Memastikan
bahwa
secara
umum
Pengadaan
Barang/Jasa
4.1.1.2
b.
c.
Mendapatkan
terintegrasi,
proses
baik
yang
pengadaan
yang
dikonsolidasikan
terkoordinasi
di
Direktorat
dan
yang
d.
Penyusunan Rencana Pengadaan Barang/Jasa dilakukan di masingmasing Divisi/Satuan di Kantor Pusat dan Unit Induk/Unit Penunjang.
e.
f.
g.
h.
i.
Barang/Jasa
yang
didesentralisasi
ke
Unit
InduklUnit
Penunjang.
j.
1)
2)
pengadaan,
dengan
memperhitungkan
potensi
4)
k.
Pengadaan
Barang/Jasa
di
Unit
Pelaksana
dapat
4.1.1.4
a.
b.
4.1.1.5
27
4.1.2
Dokumen Pelelangan/RKS.
4.1.2.1
4.1.2.2
4.1.2.3
1)
Gambaran
Umum
yang
meliputi
antara
lain
lingkup
c)
d)
e)
f)
g)
h)
Jadwal Pengadaan.
2)
3)
Surat Penawaran.
28
4)
Jenis Perjanjian/Kontrak.
5)
6)
7)
Spesifikasi teknis.
8)
9)
10)
Jaminan
Penawaran,
Jaminan
Pelaksanaan
(apabila
dipersyaratkan).
b.
Gambaran
Umum
yang
meliputi
antara
lain
lingkup
c)
d)
e)
f)
g)
h)
Jadwal Pengadaan.
2)
3)
Surat Penawaran.
29
4)
Jenis Perjanjian/Kontrak.
5)
6)
7)
b)
c)
ahli
yang
harus
disediakan
oleh
Penyedia
8)
4.1.3
4.1.3.2
HPS merupakan alat untuk melihat kewajaran harga penawaran dan tidak wajib
diumumkan serta tidak dapat dijadikan dasar sebagai satu-satunya penggugur
penawaran.
30
4.1.3.3
HPS dibuat oleh Pejabat Pelaksana Pengadaan dan disahkan oleh Pengguna
Barang/Jasa.
4.1.3.4
4.1.3.5
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Daftar
harga/tarif
barang/jasa
yang
dikeluarkan
oleh
asosiasi
4.1.3.6
4.1.3.7
a.
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan bea masuk sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
31
b.
Risiko, Overhead Cost dan Keuntungan (ROK) yang wajar bagi Penyedia
ditentukan
lain
oleh
Penguna
Barang/Jasa
berdasarkan
c.
Dalam hal HPE sudah memperhitungkan ROK, maka HPS tidak lagi
memasukan unsur ROK.
d.
HPS tidak boleh memasukan biaya tak terduga (contingency), biaya lainlain dan Pajak Penghasilan (PPh).
4.1.3.8
4.1.3.9
b.
c.
d.
e.
Mempelajari
dan
mempertimbangkan
ketentuan-ketentuan
yang
f.
dan/atau
berdasarkan
gaji
dasar
dan/atau
32
2}
biaya
perjalanan
dinas,
biaya
pelaporan,
biaya
pasar
setempat
dan/atau
tarif/harga
satuan
g.
4.2
Pelelangan Terbatas
4.2.1.1
4.2.1.2
4.2.1.3
4.2.1.4
a.
Undangan.
b.
c.
Pemberian Penjelasan.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Penetapan Pemenang.
j.
Pengumuman Pemenang.
k.
Sanggah.
I.
m.
n.
o.
Penunjukan Pemenang.
33
4.2.2
p.
q.
r.
Perjanjian/Kontrak.
Pelelangan Terbuka
4.2.2.1
Pelelangan
Terbuka
dilakukan
dengan
cara
mengundang
Penyedia
4.2.2.2
4.2.2.3
a.
2)
3)
4)
Pembuktian Kualifikasi.
5)
6)
7)
Sanggahan kualifikasi.
8)
9)
10)
11)
Pemberian Penjelasan.
12)
13)
14)
15)
16)
17)
Penetapan Pemenang.
18)
Pengumuman Pemenang.
19)
Sanggah.
20)
34
b.
4.2.3
21)
22)
23)
Penunjukan Pemenang.
24)
25)
26)
Perjanjian/Kontrak.
Pengumuman pelelangan.
2)
3)
Pemberian Penjelasan.
4)
5)
6)
7)
Pembuktian Kualifikasi.
8)
9)
10)
Penetapan Pemenang.
11)
Pengumuman Pemenang.
12)
Sanggah.
13)
14)
15)
16)
Penunjukan Pemenang.
17)
18)
19)
Perjanjian/Kontrak.
Penunjukan Langsung
a.
35
b.
Barang/Jasa
Konstruksi/Jasa
Lainnya
yang
akan diadakan
Intelektual
yang
mampu
melaksanakan
dan/atau
pabrikan
(engine
maker
dan/atau
primary
4)
Pemeliharaan
unit
pembangkit
dalam
bentuk
jangka
6)
Penyedia
Barang/Jasa
yang
telah
memenangkan
Penyedia
Barang/Jasa
yang
telah
memenangkan
36
c)
Penyedia
Pelelangan
Barang/Jasa
yang
telah
Terbatas/Pelelangan
memenangkan
Terbuka
dan
b)
c)
d)
kepentingan
telekomunikasi,
multimedia
dan
informasi;
e)
Untuk pengamanan
untuk
8)
f)
g)
Penyedia
Barang/Jasa
adalah
PLN/Anak Perusahaan
BUMN
BUMN,
atau
Anak
Perusahaan
Perusahaan
Terafiliasi
37
9)
Penunjukan
Langsung
kepada
Barang/Jasa
Penyedia
10)
c.
Apabila terdapat kondisi yang belum diatur pada angka 4.2.3.1 huruf b
diatas harus melalui persetujuan Direksi terlebih dahulu.
d.
Penunjukan
Langsung
Jasa
Konsultansi
dapat
dilakukan
dalam
hal:
1)
Jasa
yang
akan
diadakan
bersifat spesifik
hanya dapat
Calon
Penyedia
Jasa
Konsultansi
yang
mampu
mengaplikasikannya;
2)
3)
Konsultansi
hukum
untuk
operasional
bisnis
PLN,
Perjanjian/Kontrak,
atau
penyusunan
Bantuan
hukum
oleh
advokatllawyer dalam
rangka
hukum
Direksi/Mantan
Direksi,
Tata
Usaha
Negara,
Persaingan
Usaha,
38
4}
Pekerjaan
penelitian/studi/pemrosesan
data/gabungan
ketiga
bersifat
khusus
seperti
penasehat
hukum
korporat,
oleh Direksi;
6}
dengan
kajian
yang
disahkan
oleh
Pengguna
Barang/Jasa;
7}
8}
PLN/Anak
Perusahaan
BUMN,
Perusahaan
dipertanggungjawabkan
serta
dimungkinkan
dalam
peraturan sektoral;
9}
10}
Apabila terdapat kondisi yang belum diatur pad a angka 4.2.3.1 huruf d
diatas harus melalui persetujuan Direksi terlebih dahulu.
f.
39
g.
2)
3)
Pemberian penjelasan.
4)
5)
6)
h.
7)
8)
9)
10)
Perjanjian/Kontrak.
Peke~aan
Dalam Keadaan
Darurat
1)
2)
3)
4)
Perjanjian/Kontrak.
40
4.2.3.2
Pengadaan Langsung
a.
b.
c.
Dalam
menetapkan
Penyedia
Barang/Jasa,
Pejabat
Pelaksana
d.
Pejabat
Pelaksana
Pengadaan
mendeskripsikan
tipe/jenis/
Pejabat
Pelaksana
Pengadaan
meyakini
bahwa
anggaran
Pejabat
Pelaksana
Pengadaan
menetapkan
Penyedia
4.2.3.3
a.
b.
41
2)
sesuai
persyaratan
yang
ditetapkan
Pengguna
Barang/Jasa;
3)
c.
2)
3)
4)
Pejabat
Pelaksana
Pengadaan
menyampaikan
Dokumen
7)
b)
Melakukan evaluasi
dan
negosiasi
harga terhadap
d)
8)
Penunjukan
Penyedia
Barang/Jasa
Barang/Jasa
dan
Penandatanganan KontraklPerjanjian
a)
Penyedia Barang/Jasa
Barang/Jasa
oleh
Pejabat
Pelaksana
Pengadaan.
b)
bekerjasama
dengan
Wakil
Pengguna
Barang/Jasa.
c)
Penandatanganan
KontraklPerjanjian
dilakukan
oleh
9)
Pengawasan KontraklPerjanjian
a)
Melakukan
pengawasan
terhadap
pelaksanaan
b)
Direksi
Pekerjaan
dapat
menugaskan
petugas
yang
c)
d)
tidak
Barang/Jasa
yang
telah
keterlambatan
menghilangkan
kewajiban
Penyedia
termasuk
barang
apabila
maka
terjadi
Penyedia
43
4.3
Joint Procurement
4.3.1
4.3.2
4.3.2.1
Joint Procurement.
4.3.2.2
Joint Procurement.
4.3.2.3
4.3.2.4
Pengguna
Barang/Jasa yang
mewakili
menyampaikan
Perjanjian/Kontrak
4.4
Metode Penawaran
4.4.1
RFQ digunakan untuk Pengadaan Barang/Jasa yang bersifat kecil atau Rutin, dengan
spesifikasi yang mudah ditemui di pasar.
4.4.2
atau Critical/Bottleneck, dimana spesifikasi, kualitas dan kuantitasnya dapat dibuat secara
jelas dan lengkap, serta penunjukan pemenang dilakukan berdasarkan penawaran biaya
terendah, sepanjang secara kualitas, kuantitas, waktu, tempat, Tingkat Kandungan Dalam
Negeri (TKDN), telah memenuhi persyaratan.
4.4.3
44
4.5
4.5.2
4.5.3
4.5.4
4.5.5
4.5.6
Jawaban atas sanggahan dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja sejak diterimanya sanggahan.
4.5.7
4.5.8
4.6
4.6.1
4.6.1.2
b.
4.6.1.3
4.6.2
Undangan Pelelangan/Pengumuman
4.6.3
4.6.4
4.6.5
4.6.5.1
4.6.5.2
4.6.5.3
Penjelasan
secara
teleconference).
4.6.5.4
a.
b.
d.
Metode evaluasi.
e.
f.
g.
h.
4.6.5.6
4.6.5.7
4.6.5.8
4.6.5.9
4.6.6
4.6.6.1
4.6.6.2
4.6.6.3
4.6.6.4
47
4.6.7
Dokumen Penawaran
4.6.7.1
4.6.7.2
a.
b.
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
4.6.7.3
b.
2)
Metode Pelaksanaan.
3)
4)
5)
Daftar Biaya
Langsung
Personil
(Remunerasi)
dan
Biaya
48
6)
7)
8)
4.6.8
a.
b.
1)
2)
3)
4)
5)
oleh
Calon
Penyedia
Barang/Jasa
yang
7)
Dokumen
Penawaran
yang
diterima
setelah
batas
akhir
49
4.6.8.2
a.
yang
memerlukan
penilaian
yang
terpisah
antara
2)
3)
4)
5)
sesuai
yang
ditetapkan
dalam
Dokumen
7)
8)
9)
10)
Dokumen
Penawaran
yang
diterima
setelah
batas
akhir
50
4.6.8.3
Dua Tahap
a.
b.
1)
2)
3)
Penyampaian
penawaran
Tahap
Dua
dilakukan
setelah
4)
5)
6)
7)
8)
Dokumen
Penawaran
yang
diterima
setelah
batas
akhir
51
4.6.9
4.6.9.2
a.
b.
c.
Dua Tahap
4.6.9.3
4.6.9.4
Dalam hal saksi dari wakil Calon Penyedia Barang/Jasa tidak ada, Pejabat
Pelaksana Pengadaan dapat menunjuk saksi diluar dari Pejabat Pelaksana
Pengadaan.
4.6.9.5
52
4.6.9.6
4.6.9.7
4.6.9.8
4.6.10
4.6.10.1
4.6.10.2
a.
Jaminan Penawaran.
b.
Jaminan Pelaksanaan.
c.
a.
Jaminan Penawaran
1)
a)
ii
(a)
yang
disepakati
bersama
untuk
53
(b)
yang
disepakati
bersama
untuk
c)
d)
Dalam
keadaan
khusus
Pengaturan
Nilai
Jaminan
3)
Untuk
Pemenang
Pengadaan
ditukar
dengan
Surat
4)
b)
c)
d)
e)
54
b.
Jaminan Pelaksanaan.
1)
Jaminan
Pelaksanaan
harus
dicantumkan
didalam
Perjanj ia n/Kontrak.
Jaminan Pelaksanaan minimal sebesar 5% (lima persen) dari Nilai
Perjanjian/Kontrak, kecuali :
a)
i.
Pengadaan
melalui
pelelangan
terbatas
atau
pelelangan terbuka :
(a)
penandatanganan
Power
Purchase
(b)
Financing
Operation
Date
Datesampai
(COD)
dengan
Commercial
maksimal
(a)
(satu)
unit
Pembangkit
sejak
(b)
sampai
Commercial
Operation Date
(COD).
55
iii.
(a)
(b)
Pelaksanaan
Jaminan
Tahap
II,
minimal
Financing
Date
sampai
dengan
b)
c)
d)
sebagian
pelaksanaan
pekerjaan
kepada
e)
f)
i.
Minimal
sebesar
1%
(satu
persen)
dari
Nilai
ii.
56
g)
Dalam
keadaan
khusus
Pengaturan
Nilai
Jaminan
b)
c)
penandatanganan
Perjanjian/Kontrak
sampai
sejak
tanggal
penandatanganan
Jaminan
Pelaksanaan
diserahkan
minimal
pada
saat
4)
Jasa Konsultansi;
b)
c)
d)
e)
57
f)
Pekerjaan
penyediaan
transportasi
(pengangkutan)
dan/atau pengemudi;
g}
Penunjukan
Langsung
kepada
Anak
Perusahaan
Nilai
Perjanjian/Kontrak
pekerjaan
sampai
dengan
i}
5}
6}
c.
1}
2}
3}
4.6.10.3
b.
Format bank garansi sesuai dengan format yang diterbitkan oleh PLN.
c.
d.
Masa berlaku jaminan tidak kurang dari jangka waktu yang ditetapkan
dalam Dokumen Pelelangan/RKS.
58
e.
f.
g.
Pelaksana
Pengadaan
dapat
meminta
Calon
Penyedia
h.
tersebut dianggap
mengundurkan
diri
dan
Jaminan
i.
j.
Jaminan
Pelaksanaan
harus
diserahkan
ke
Pejabat
Pelaksana
k.
4.6.11
Evaluasi Penawaran
4.6.11.1
Pelaksanaan
evaluasi
penawaran
dilakukan
oleh
Pejabat
Pelaksana
Pengadaan terhadap semua penawaran yang masuk, dan dapat dibantu oleh
pihak lain sesuai keahlian baik internal maupun eksternal PLN.
59
4.6.11.2
teknis,
dan harga
4.6.11.3
4.6.11.4
dan
akan
mempengaruhi
lingkup,
kualitas,
dan
hasil/kinerjalperformance pekerjaan.
b.
4.6.11.5
b.
4.6.11.6
4.6.11.7
spesifikasi
dalam
Dokumen
teknis
memenuhi
persyaratan
yang
ditetapkan
Pelelangan/RKS.
4.6.11.8
4.6.11.9
60
4.6.11.10
a.
Volume
pekerjaan
yang
tercantum
dalam
dokumen
penawaran
c.
Jenis pekerjaan yang tidak diberi harga satuan dianggap sudah termasuk
dalam harga satuan pekerjaan yang lain, dan harga satuan pada surat
penawaran tetap dibiarkan kosong;
d.
4.6.11.11
a.
Dalam hal terdapat penawaran yang tidak wajar yaitu dengan nilai
penawaran 80% (delapan puluh persen) di bawah HPS, maka Pejabat
Pelaksana Pengadaan harus meminta penjelasan/klarifikasi secara tertulis
kepada Calon Penyedia Barang/jasa.
b.
c.
d.
61
e.
bermaterai cukup.
4.6.11.12
Klarifikasi Penawaran
a.
b.
c.
4.6.12
Metode Evaluasi
4.6.12.1
a.
a)
b)
2)
Responsive/compliant/acceptable
keseluruhan
mencapai
Spesifikasi/TORIScope
batas
minimum
nilai
merupakan
of Works
yang
pemenuhan
(SOW),
disyaratkan
atau
dalam
3)
62
4)
b.
1)
2)
c.
4.6.12.2
a.
b.
Quality and
Kualitas dan
Harga.
c.
4.6.13
Negosiasi Penawaran
4.6.13.1
4.6.13.2
Negosiasi teknis dan harga dilakukan untuk metode penawaran Request For
Proposals (RFP), termasuk jika penawaran melewati HPS.
4.6.13.3
4.6.13.4
4.6.14
Laporan Evaluasi
4.6.14.1
4.6.14.2
a.
b.
c.
d.
e.
f.
4.6.14.3
4.6.15
4.6.15.1
Tujuan kajian dari Value for Money Committee adalah untuk membuat
rekomendasi sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
4.6.15.2
4.6.16
Penetapan Pemenang
4.6.16.1
4.6.16.2
Dalam hal pengadaan barang/jasa yang masuk kriteria rekomendasi Value for
Money Committee, maka penetapan pemenang dilakukan setelah melalui
4.6.16.3
a.
b.
c.
d.
e.
mengakibatkan
penawaran/jaminan
penawaran
habis
masa
untuk memperpanjang
surat
penawaran
dan jaminan
penawaran.
4.6.17
Pengumuman Pemenang
65
4.6.18
Sanggahan
4.6.18.1
Pejabat
Pelaksana
Pengadaan
disertai
Pakta
Integritas dari
penyanggah.
4.6.18.2
hanya yang
4.6.18.4
4.6.18.5
Dalam hal sanggahan ditolak oleh Pejabat Pelaksana Pengadaan, maka calon
Penyedia brang/Jasa dapat mengajukan sanggah banding kepada Pengguna
Barang/Jasa disertai bukti-bukti terjadinya penyimpangan terhadap ketentuanketentuan pengadaan.
4.6.18.6
4.6.18.7
4.6.18.8
4.6.18.9
dalam
Dokumen
Pelelangan/RKS,
maka
dilakukan
66
b.
4.6.18.10
4.6.18.11
Calon
Penyedia
Barang/Jasa
yang
menggunakan
pihak
lain
untuk
4.6.18.12
4.6.18.13
Sanggah banding yang dinyatakan tidak benar akan menjadi catatan tidak
beritikad baik atas kinerja penyanggah di OPT.
4.6.19
Penunjukan Pemenang
4.6.19.1
Pengguna
Barang/Jasa
mengeluarkan
Surat
Penunjukan
Penyedia
b.
c.
4.6.19.2
d.
e.
menerima
keputusan
tersebut.
Apabila
yang
bersangkutan
67
4.6.19.3
b.
atau
apabila
sudah
tidak
berlaku
terlebih
dahulu
b.
atau
apabila
sudah
tidak
berlaku
terlebih
dahulu
4.6.19.5
4.6.20
4.6.20.1
Perusahaan
PLN/Anak
Perusahaan
BUMN/Perusahaan
68
4.6.20.2
Dalam hal langkah tersebut tidak dapat dilakukan, maka Pejabat Pelaksana
Pengadaan dan Wakil Pengguna Barang/Jasa dapat mengajukan justifikasi
kepada Value for Money Committee untuk menyatakan Pengadaan Gaga/.
4.6.20.3
Pengadaan Gagal
a.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
b.
c.
Pejabat
Pelaksana
Pengadaan
untuk
melakukan
d.
e.
69
4.6.20.4
Pengadaan Ulang
1)
Penunjukan
Langsung
ke
BUMN/Anak
Perusahaan
PLN/Anak
2)
3)
Oalam hal setelah dilakukan pengadaan ulang masih tetap tidak ada
penawaran yang memenuhi persyaratan, maka Pengguna Barang/Jasa
memutuskan proses Pengadaan Barang/Jasa dihentikan.
4.6.21
4.6.21.1
Contract
Discussion
Agreement
(GOA)
atau
Kesepakatan
Oiskusi
4.6.21.2
4.6.21.3
Penunjukan
Penyedia
Barang/Jasa
(SPPBJ)
dan
sebelum
4.6.21.4
4.6.21.5
4.6.21.6
Pejabat
Pelaksana
Pengadaan
harus
memastikan
tidak
ada
konflik
kepentingan.
70
4.6.21.7
a.
Aspek Teknis: garansi, after sale service, life cycle support maintenance
agreements, quality output issues.
b.
c.
d.
e.
f.
Personalia:
key
team
members,
vocal
points,
subcontracting
arrangements.
4.6.22
Ookumen Perjanjian/Kontrak
4.6.22.1
4.6.22.2
4.6.22.3
4.6.22.4
4.6.22.5
Jenis Perjanjian/Kontrak
a.
yang
benar-benar
telah
dilaksanakan
oleh
Penyedia
Barang/Jasa.
c.
d.
barang
yang
hanya
diperlukan
sekali
saja,
dan
tidak
e.
KHS
adalah
Perjanjian/Kontrak
yang
ditandatangani
oleh
72
2)
untuk
jasa,
dalam
hal
jasa
tersebut
sifat
3)
Kriteria KHS
a)
time-purchasing);
4)
b)
c)
Harga
satuan
barang
dan/atau
harga
satuan
jasa
telah
memasukkan harga pengangkutan/transportasi sampai ke lokasilokasi yang dituju, termasuk biaya asuransi.
5)
Dalam
hal
volume
kebutuhan
barang/jasa melebihi
batas
6)
Penyedia
Barang/Jasa
Pelaksanaan
sebelum
Perjanjian/Kontrak
KHS
harus
atau
dan
menyerahkan
pada
saat
penerbitan
Jaminan
pelaksanaan
Surat
Pesanan
Barang/Jasa (SPBJ).
7)
diatur dalam
jaminan
Perjanjian/Kontrak
pelaksanaan
dapat
KHS,
dilakukan
maka
secara
parsial/proporsional.
4.6.22.6
b.
73
4.6.22.7
Perjanjian/Kontrak.
b.
Kesepakatan
Diskusi
Perjanjian/Kontrak
(Contract
Discussion
Agreement).
4.6.22.8
c.
d.
Surat Penawaran.
e.
f.
g.
h.
Spesifikasi Teknis.
i.
j.
a.
Pembukaan
1)
Judul Perjanjian/Kontrak
Menjelaskan tentang judul dan jenis pekerjaan (pekerjaan jasa
pemborongan, pengadaan barang, jasa lainnya, dan jasa
konsultansi) dari Perjanjian/Kontrak yang akan ditandatangani.
2)
Nomor Perjanjian/Kontrak
Menjelaskan
nomor
Perjanjian/Kontrak
yang
akan
ditandatangani.
Dalam
hal
Perjanjian/Kontrak
berupa
perubahan
74
3)
Tanggal Perjanjian/Kontrak
Menjelaskan hari, tanggal, bulan, dan tahun Perjanjian/Kontrak
ditandatangani oleh para pihak.
4)
Kalimat Pembuka
Merupakan kalimat pembuka dalam Perjanjian/Kontrak yang
menjelaskan bahwa para pihak pad a hari, tanggal, bulan, dan
tahun mereka membuat dan menandatangani Perjanjian/Kontrak.
5)
a)
Menjelaskan
identitas
dari
para
pihak
yang
Pihak
pertama
adalah
pihak
Pengguna
Barang/Jasa.
ii.
telah
ditunjuk
untuk
melaksanakan
pekerjaan.
iii.
iv
v.
75
b.
lsi Perjanjian/Kontrak
1)
Perjanjian/Kontrak
mengenai
obyek
yang
Harga
Perjanjian/Kontrak
harus
ditulis
4)
5)
6)
Pernyataan
mengenai
persetujuan
para
pihak
untuk
harga
melaksanakan
Perjanjian/Kontrak
pekerjaan
yang
dan
pihak
diperjanjikan
kedua
dalam
Perjanjian/Kontrak.
7)
8)
c.
Penutup
Penutup merupakan bagian dari Perjanjian/Kontrak yang memuat:
1)
untuk
melaksanakan
Perjanjian/Kontrak
sesuai
pada
hari
dan
tanggal
penandatanganan
Perjanjian/Kontrak tersebut.
2)
4.6.22.9
a.
Ketentuan Umum
Definisi
Definisi adalah uraian atau pengertian mengenai istilah-istilah
yang digunakan dalam Perjanjian/Kontrak. Istilah-istilah tersebut
dijelaskan
dan
diberi
arti
atau
tafsiran
sehingga
isi
2)
Penerapan
Penerapan adalah ketentuan bahwa syarat-syarat umum dalam
Perjanjian/Kontrak ini diterapkan secara luas tetapi tidak boleh
me lang gar
ketentuan-ketentuan
yang
ada
dalam
Perjanjian/Kontrak.
3)
Asal Barang/Jasa
a)
b)
4)
Penggunaan
Dokumen-Dokumen
Perjanjian/Kontrak
dan
dokumen-dokumen
Perjanjian/Kontrak
dan
Informasi
Penggunaan
Perjanjian/Kontrak
atau
dokumen
lainnya
yang
Penyedia
5)
Hak Paten, Hak Cipta, dan Hak Merek adalah ketentuan yang
mengatur kewajiban Penyedia Barang/Jasa untuk melindungi
Pengguna Barang/Jasa dari segala tuntutan atau klaim dari pihak
ketiga atas pelanggaran Hak Paten, Hak Cipta, dan Merek.
6)
Jaminan
oleh
Penyedia
Barang/Jasa
berupa,
Jaminan
Asuransi
a)
kerusakan-kerusakan,
kehilangan,
serta
b)
Besarnya
ditentukan
di
dalam
Dokumen Pelelangan.
8)
Pembayaran
disesuaikan
dengan
ketentuan
dalam
Dokumen
Pelelangan.
9)
Harga
78
10)
Addendum/Amandemen Perjanjian/Kontrak
Addendum/Amandemen
mengenai
perubahan
Perjanjian/Kontrak.
Perubahan
a)
pekerjaan
yang
tercantum
dalam
Perjanjian/Kontrak.
b)
c)
Mengubah
harga
Perjanjian/Kontrak
perubahan
pekerjaan
dan
akibat
perubahan
adanya
pelaksanaan
pekerjaan.
d)
e)
f)
11)
a)
b)
c)
Kapan
penyerahan
hasil
pekerjaan
dari
Penyedia
12)
Pengawasan
a)
Pengawasan adalah
ketentuan
tentang
kewenangan
terhadap
pelaksanaan
pekerjaan
yang
8arang/Jasa.
79
b)
Barang/Jasa
pemeriksaan
atau
tidak
dapat
pengawasan,
maka
melakukan
Pengguna
a)
b)
Sanksi
yang
diberikan
kepada
pihak
Penyedia
14)
pihak sehingga
c)
d)
e)
80
f)
Tindakan
yang
diambil
untuk
mengatasi terjadinya
a)
dalam Perjanjian/Kontrak.
b)
16)
Pemutusan Perjanjian/Kontrak
Adalah ketentuan mengenai kapan Perjanjian/Kontrak dapat
diputuskan, dibagi dua yaitu :
a)
Pemutusan
Perjanjian/Kontrak
oleh
pihak
Penyedia
Barang/Jasa.
b)
pihak Pengguna
Barang/Jasa.
17)
Penyelesaian Perselisihan
Adalah ketentuan mengenai penyelesaian perselisihan atau
sengketa antara para pihak dalam kontrak. Cara yang diambil
dapat melalui pengadilan atau di luar pengadilan yaitu melalui
musyawarah, mediasi, konsiliasi atau arbitrase di Indonesia.
18)
b)
Bahasa
Perjanjian/Kontrak
harus
dalam
Bahasa
c)
Perpajakan
Adalah
ketentuan
mengenai
perpajakan
sesuai
dengan
mengenai
semua
Korespondensi.
Adalah
ketentuan
Perjanjian/Kontrak
Ketentuan Khusus
Ketentuan
khusus
berikut
ini
berlaku
untuk
masing-masing
Standar
Penyedia
Barang/Jasa
harus sesuai
dengan
b)
Pengepakan (Packaging).
Adalah ketentuan mengenai kewajiban penjual untuk
melakukan pengepakan atas barang-barang yang dikirim
dari asal barang sampai ke tujuan akhir yang telah
ditentukan dalam Perjanjian/Kontrak.
c)
Pengiriman
Adalah ketentuan mengenai pengiriman barang yang
dilakukan Penyedia Barang/Jasa sesuai dengan waktu
yang telah
ditentukan
oleh
Pengguna
Barang/Jasa
82
d)
Transportasi
transportasi
pada
waktu
pengiriman
barang
Adalah
ketentuan
bahwa
Pengguna
Barang/Jasa
kontrak.
dilakukan
Pemeriksaan
sendiri
oleh
dan
Penyedia
pengujian
dapat
Barang/Jasa
atau
f)
Layanan Tambahan
Penyedia
Barang/Jasa
dapat
dimungkinkan
untuk
dan
kewajiban-kewajiban
yang
dibebankan kepadanya dengan penuh tanggungjawab, ketekunan, efisien dan ekonomis serta
memenuhi
kriteria
teknik
profesional
dan
mengenai
kebiasaan-kebiasaan
setempat.
83
iii
iv
Selama
Penyedia
pelaksanaan
Jasa
Perjanjian/Kontrak,
Konsultansi
dilarang
untuk
tugasnya.
vi
Tanggungjawab
Penyedia
Jasa
Konsultansi
viii
menjadi
hak
milik
Pengguna
Barang/Jasa.
ix
Penyedia
Jasa
pekerjaan
Konsultansi,
selesai
segera
atau
setelah
berakhirnya
xi
Peralatan
pelaksanaan
dan
bahan
pekerjaan
untuk
oleh
kebutuhan
Penyedia Jasa
84
b)
Jasa
mempekerjakan
Konsultansi
personil
atau
harus
subkonsultan
Personil
disetujui oleh
Pengguna
Barang/Jasa harus
akan
dibuat
oleh
Penyedia
Jasa
sesuai
dengan
surat
perintah
mobilisasi.
iii
d)
dilaksanakan
dengan
persetujuan
dilakukan
penggantian
tenaga
kerja
85
ii
kejahatan,
yang
atau
menjadi
mengabaikan
tugasnya,
maka
e)
ii
pada
masa
pelaksanaan
iii
(a)
Pihak
Pengguna
Barang/Jasa
(b)
Pihak
Pengguna
Barang/Jasa
tambahan
yang
pengujian
ternyata
tidak
dilaksanakan
diketemukan
kerusakan/kegagalan/penyimpangan.
86
iv
Penangguhan (Suspension)
Pihak Pengguna Barang/Jasa secara tertulis
memberitahukan kepada Penyedia Barang/Jasa
tentang penangguhan hak pembayaran sesuai
dengan
proporsi,
Barang/Jasa
jika
tidak
pihak
Penyedia
melakukan
kewajiban
kesempatan
kepada
pihak
Penyedia
datanya
disimpan
oleh
pihak
penyedia jasa.
Daftar pembayaran ditandatangani oleh
masing-masing
pekerja
dan
dapat
(c)
vi
Penyedia
Barang/Jasa
memberikan
Pengguna
petunjuk
diwajibkan
kepada
Barang/Jasa
pihak
tentang
yang
ditetapkan
dalam
Barang/Jasa
tidak
Perjanjian/Kontrak.
(b)
Jika
Penyedia
Pengguna
memperhitungkan
Penyedia
Barang/Jasa
pembayaran
dapat
kepada
4.6.22.10
Penandatanganan Perjanjian/Kontrak
a.
Penandatanganan
Perjanjian/Kontrak
dilakukan
setelah
Penyedia
b.
Penyedia
Barang/Jasa
yang
bersangkutan
dicairkan
dan
disetorkan ke Kas PLN, dimasukkan dalam Daftar Hitam (black list) PLN
dan dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
c.
Perjanjian/Kontrak
meliputi
substansi,
bahasa/redaksional,
angka, dan huruf serta membubuhkan paraf pad a lembar demi lembar
dokumen Perjanjian/Kontrak.
d.
Penandatanganan
Perjanjian/Kontrak
dilakukan
segera
setelah
e.
Jumlah dokumen Perjanjian/Kontrak dibuat sesuai kebutuhan sekurangkurangnya 2 (dua) rangkap Perjanjian/Kontrak asli, Perjanjian/Kontrak
asli pertama untuk Pengguna Barang/Jasa dibubuhi materai pada
bag ian
yang
ditandatangani
oleh
Penyedia
Barang/Jasa,
dan
f.
g.
4.6.22.11
Pelaksana
Pengadaan
harus
memastikan
bahwa
Dokumen
Perjanjian/Kontrak asli disimpan dengan baik dalam hard copy maupun soft
copy (digital) untuk arsip dan pemantauan kinerja Penyedia Barang/Jasa.
88
4.6.22.12
misalnya
jaminan
pelaksanaan,
dokumen
Kesepakatan
Diskusi
c.
khusus,
gambar-gambar
(apabila
dipersaratkan),
harga,
dokumen
Kesepakatan
Diskusi
lainnya,
misalnya
Perjanjian/Kontrak
Jaminan
(Contract
pelaksanaan,
Discussion
Agreement).
4.6.22.13
peserta
pengadaan
mengenai
penandatanganan
89
BABV
PENGADAAN KHUSUS
5.1
Energi Primer
5.1.1.1
Proses pengadaan energi primer mengikuti Edaran ini, kecuali ditentukan lain
oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku dan/atau Peraturan Oireksi
yang mengatur khusus pengadaan energi primer.
5.1.1.2
Energi Primer terdiri dari Energi Terbarukan (ET) dan Energi Tidak Terbarukan
(En).
5.1.1.3
Energi Terbarukan meliputi antara lain aliran dan terjunan air, panas bumi,
angin, sinar matahari, gerakan dan perbedaan suhu lapisan laut dan bioenergi,
bahan bakar nabati.
5.1.1.4
Energi tidak terbarukan meliputi antara lain Minyak Bumi, Gas Bumi/
LNG/CNG/Gas Bumi lainnya, Batubara, Gambut dan serpihan bitumen.
5.1.2
5.1.2.1
a.
Penyedia BBM dalam negeri yang memiliki Ijin Usaha Niaga BBM dari
Pemerintah; dan/atau
b.
5.1.2.2
5.1.2.3
Penunjukan
Langsung
kepada
BUMN/Anak
Perusahaan
PLN/Anak
5.1.3
5.1.3.1
a.
b.
Penyedia Gas Bumi di sisi hilir yang memiliki Ijin Usaha Niaga.
90
5.1.3.2
a.
b.
c.
d.
Penyedia Gas Bumi di sisi hilir yang memiliki Ijin Usaha Niaga; yang
memenuhi kriteria Penunjukan Langsung.
e.
5.1.3.3
b.
Pemberian Penjelasan.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
5.1.3.4
Penandatanganan PJBG.
91
5.1.4
5.1.4.1
5.1.4.2
Pengadaan LNG atau CNG yang bersumber dari luar negeri dilakukan
dengan Metode Pelelangan Terbatas atau Penunjukan Langsung kepada
LNG PlanUCNG Plant yang kepemilikan saham mayoritas dimiliki oleh
Pemerintah Negara Penjual LNG/CNG.
5.1.4.3
Pengadaan spot untuk LNG atau CNG dilakukan melalui Pelelangan Terbatas
atau Penunjukan Langsung untuk kondisi khusus.
Yang dimaksud kondisi khusus adalah kondisi emergency, terjadi shortfa/l
atas Perjanjian/Kontrak berjalan, kekurangan pasokan untuk tahun berjalan
atau kondisi-kondisi lain dengan Persetujuan Oireksi.
5.1.4.4
5.1.5
Pengadaan Batubara
5.1.5.1
Pelelangan
Terbatas
atau
Pelelangan
Terbukamengikuti
kriteria
a.
1).
Pemasok
Batubara
Pengusahaan
Pemegang
Pertambangan
Batu
Perjanjian
Bara
Karya
(PKP2B),
c)
92
-----------------------------
2).
a)
b)
c)
d)
e)
b.
Pelelangan Terbatas
Pelelangan Terbatas dilakukan dalam hal apabila pada angka 5.1.5.1
huruf a angka 1 di atas, terdapat lebih dari 1 (satu) pemasok Batubara.
c.
Pelelangan Terbuka
Oalam hal belum tersedia OPT atau OPT tidak dapat memasok
batubara sesuai dengan spesifikasi batubara yang dibutuhkan maka
pengadaan
batubara
dapat
dilakukan
melalui
Pelelangan
Perjanjian/Kontrak jangka
panjang
dilakukan
untuk
menjamin
93
1)
2)
b.
5.1.5.3
a.
b.
yang
berlaku
dan
pengurang
lainnya
berdasarkan
d.
5.2
peraturan
perundang-perundangan
yang
berlaku,
maka
Barang/Jasa
wajib
Dalam
Pembelian
Tenaga
Listrik,
Pengguna
94
5.2.1.3
5.2.1.4
a.
pengalaman
Mempunyai
dalam
pengembangan
IPP
yang
dipersyaratkan;
c.
Mempunyai
pengalaman
Kontraktor
Operation
sebagai
and
EPC
Kontraktor atau
Maintenance
Pembangkit
sebagai
yang
dipersyaratkan; dan
d.
5.2.1.5
5.2.1.6
Adanya project account sebesar 10% (sepuluh persen) dari total biaya proyek
dengan maksimal sebesar US$ 5.000.000 (lima juta dollar Amerika Serikat).
5.2.2
5.2.3
5.2.4
Aspek penting yang perlu diperhatikan dalam Perjanjian/Kontrak pembelian tenaga listrik,
antara lain:
5.2.4.1
5.2.4.2
95
5.2.4.3
5.2.4.4
5.3
Sewa menyewa adalah aktivitas Pengguna Barang/Jasa yang saling mengikatkan diri
dengan Penyedia Barang/Jasa untuk menggunakan suatu barang, baik barang bergerak
dan/atau tidak bergerak, selama waktu tertentu dengan pembayaran yang disepakati.
5.3.2
Sewa Beli adalah aktivitas Pengguna Barang/Jasa yang saling mengikatkan diri dengan
Penyedia Barang/Jasa untuk menggunakan suatu barang, baik barang bergerak dan/atau
tidak bergerak dengan hak kepemilikan akan beralih dari Penyedia barang/Jasa kepada
Pengguna Barang/Jasa setelah diselesaikannya seluruh pembayaran.
Selama pembayaran yang disepakati belum diselesaikan seluruhnya, kepemilikan barang
tetap ada pada Penyedia Barang/Jasa dan pada akhir masa Perjanjian/Kontrak atau
pembayaran yang disepakati telah diselesaikan seluruhnya, Penyedia Barang/Jasa
menyerahkan dokumen yang diperlukan dan hak kepemilikan beralih kepada Pengguna
Barang/Jasa.
5.3.3
biaya
operasional
dan
pemeliharaan
(Operation
and
5.3.3.2
Barang
yang
dapat
membebani
Neraca
Pembukuan
PLN
karena
Khusus
untuk
barang
tidak
bergerak seperti
gedung
dan
latau
tanah,
sewa
5.3.5
Pengguna Barang/Jasa wajib melakukan analisa bisnis (commercial analysis) dalam hal
menentukan barang yang dapat dilakukan sewa menyewa/sewa beli.
5.4
5.4.1
96
5.4.1.1
Financial Lease
a.
Penyewa Guna
(Lessee)
Perjanjian/Kontrak
mempunyai hak opsi untuk membeli obyek sewa guna dari pihak yang
menyewa gunakan (Lessor) berdasarkan nilai sisa (residual value)
yang disepakati bersama.
b.
1)
2)
c.
Jenis Barang:
5.4.1.2
1)
2)
Operating Lease
a.
b.
2)
97
c.
Jenis Barang
5.4.2
1)
2)
Proses pelaksanaan sewa guna usaha (leasing) dilakukan mengikuti Edaran Direksi ini
kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5.4.3
Jangka waktu Perjanjian/Kontrak melalui sewa guna usaha (leasing) dilakukan sesuai
dengan kemampuan project cash flow.
5.5
5.6
5.6.1.2
5.6.1.3
5.6.1.4
5.6.2
5.6.3
Konsultan Perorangan yang berasal dari Perguruan Tinggi/Aparatur Sipil Negara (ASN)
wajib mengajukan cuti atau mendapat ijin tertulis dari atasan yang bersangkutan.
98
5.6.4
5.7
Pengadaan Asuransi
5.7.1
Pengadaan Penyedia Jasa Asuransi dapat menggunakan Jasa Pialang Asuransi dan
Konsultan Asuransi.
5.7.2
5.7.3
2}
Udara).
b.
3}
4}
5}
Automobile Liability.
6}
Personal Accident.
c.
Liability
(EAR)
dihitung
sejak
awal
berlakunya
awal
dengan FAC.
99
5.7.3.2
a.
1)
2)
3)
4)
5)
Udara).
6)
b.
7)
8)
5.7.3.3
5.7.4
5.7.4.1
Penyedia Jasa Asuransi dapat berupa perusahaan tunggal atau coinsurance dengan satu pemimpin (leader) bekerja sama secara co-insurance
5.7.4.2
5.7.4.3
100
5.7.4.4
5.7.4.5
5.7.4.6
Prosedur Klaim.
5.7.4.7
5.7.4.8
5.7.5
Ketentuan Pelaksanaan Pengadaan Jasa Asuransi Masa Operasi untuk aset Pembangkit,
Transmisi, Distribusi dan Gardu Induk dan peralatan penunjangnya dapat dilakukan
dengan ketentuan sebagai berikut:
5.7.5.1
5.7.5.2
5.7.5.3
101
5.8
5.8.2
Pola pengadaan parts pembangkit dengan cara Reverse Engineering dan Re-Engineering
dilaksanakan melalui workshop dan/atau pabrikan yang mampu, yang telah dilakukan
penilaian kualifikasi dan Due Diligence oleh Pejabat Perencana Pengadaan, dibantu oleh
unit PLN yang melaksanakan tugas penelitian dan pengembangan, kemudian dituangkan
dalam Oaftar WorkshoplPabrikan dalam OPT.
Prosedur dan kriteria Due Diligence WorkshoplPabrikan disusun oleh Pejabat Perencana
Pengadaan bersama unit PLN yang melaksanakan tugas penelitian dan pengembangan.
5.8.3
Perjanjian/Kontrak dengan harga yang wajar. Penunjukan Langsung dapat dilakukan jika
hanya ada satu Penyedia Barang/Jasa yang memenuhi syarat.
5.8.4
Unit InduklUnit Penunjang dan Anak Perusahaan PLN dapat mengadakan parts reverse
engineering dan re-engineering melalui Purchase Order kepada workshoplpabrikan dalam
OPT.
5.8.5
5.8.5.1
5.8.5.2
5.8.5.3
Drawing parts dikumpulkan dan disimpan oleh unit PLN yang melaksanakan
5.8.5.5
102
BABVI
PENDAYAGUNAAN PRODUKSI DALAM NEGERI
6.1
6.1.1
8arang yang bahan baku dan pembuatannya di Indonesia, diantaranya terdiri dari barang
jadi, barang setengah jadi, peralatan suku cadang, komponen utama, dan komponen
pembantu, bahan baku bahan pelengkap, dan bahan pembantu.
6.1.2
Jasa yang dilaksanakan di Indonesia oleh tenaga Indonesia meliputi jasa konstruksi, jasa
konsultansi, dan jasa lainnya.
6.2
Dalam Dokumen Pelelangan 8arang/Jasa dimuat secara jelas ketentuan dan syarat
penggunaan hasil produksi dalam negeri.
6.2.2
Para
Penyedia
8arang/Jasa
yang
mengikuti
Pengadaan
8arang/Jasa
membuat
pernyataan bermaterai cukup, tentang besarnya komponen dalam negeri barang/jasa yang
ditawarkan (self assessment).
6.2.3
6.2.4
Penyedia
8arang/Jasa dapat diklarifikasi oleh Pejabat Pelaksana Pengadaan pad a saat evaluasi.
6.3
Insentif
6.3.1
Insentif dapat diberikan sebagai bag ian dari Strategi Pengadaan dan Perjanjian/Kontrak
namun tidak terbatas pad a yang telah diatur dalam Petunjuk Teknis ini, dengan
mempertimbangkan dan mengakui bahwa pabrikan dalam negeri telah berinvestasi cukup
besar dan memerlukan bisnis secara berkelanjutan dan bermitra dengan PLN, dengan
tetap menerapkan prinsip pengadaan yang sehat, seperti harga yang disepakati
merupakan harga yang wajar, dan maksimal sarna dengan jika membeli dari penyedia luar
negeri, kecuali ditentukan lain.
103
6.3.2
b.
c.
d.
e.
Jika terdapat dua atau lebih Penyedia Barang/Jasa Dalam Negeri yang
bersedia den sanggup menyamai Harga Penawaran terendah, maka
penentuan Calon Pemenang akan diprioritaskan kepada Penyedia
a.
b.
c.
Committee,
dapat
menyusun
strategi
pengadaan
dan
104
----------------
----
----
1)
2)
3)
Penyedia
Barang
sehingga
dapat
mengakibatkan
d.
6.3.2.3
b.
6.3.2.4
Insentif bagi
Perusahaan
Asing
dapat diberikan
dengan
memenuhi
persyaratan:
a.
105
b.
Perusahaan
ASing
bersedia
membuat
business
plant
yang
Open Book.
6.3.2.5
Preferensi Harga
a.
b.
c.
Preferensi Harga untuk barang produksi dalam negeri paling tinggi 15%
(lima belas persen).
d.
e.
1)
2)
3)
HEA= _1_ x HP
1+PH
HEA
PH
Preferensi Harga
HP
Harga
Penawaran
(Harga
Penawaran
yang
106
f.
Dalam hal terdapat 2 (dua) atau lebih penawaran dengan HEA yang
sama, penawar dengan TKDN terbesar adalah sebagai pemenang.
g.
6.4
6.4.1
6.4.1.1
6.4.1.2
6.4.1.3
Dalam hal kuantitas barang tidak dapat dipenuhi dari Penyedia Barang dalam
negeri.
6.4.2
6.4.3
Perusahaan
aSing
di
dalam
Pengadaan
Barang/Jasa
dengan
nilai:
6.4.4.1
6.4.4.2
6.4.4.3
6.4.4
6.4.3
di atas harus mendapatkan ijin yang berlaku dan melakukan kerjasama usaha
dengan perusahaan nasional dalam bentuk kemitraan, subkontraktor, dan lain-lain, apabila
ada perusahaan nasional yang memiliki kemampuan di bidang yang bersangkutan.
6.4.S
Ketentuan pada angka 6.4.4.3 di atas dapat dikecualikan untuk pengadaan jasa
konsultansi perorangan.
107
BAB VII
MANAJEMEN PELAKSANAAN PERJANJIAN/KONTRAK
7.1
Pelaksanaan Perjanjian/Kontrak
7.1.1
7.1.1.1
7.1.1.2
serta
membantu
Pejabat
Perencana
Pengadaan
untuk
7.1.1.4
di
lokasi
pekerjaan,
yang
diberi
wewenang
penuh
dan
7.1.2
7.1.2.1
Hak
dan
kewajiban
Pengguna
Barang/Jasa
dalam
pelaksanaan
Perjanjian/Kontrak:
a.
b.
c.
108
d.
e.
f.
g.
h.
7.1.2.2
Hak
dan
kewajiban
Penyedia
Barang/Jasa
dalam
pelaksanaan
Perjanjian/Kontrak:
a.
b.
c.
d.
Memberikan
keterangan
yang
diperlukan
untuk
pemeriksaan
e.
f.
7.1.3
Asuransi
7.1.3.1
7.1.3.2
Ketentuan pada angka 7.1.3.1 diatas tidak diwajibkan untuk Jasa Konsultansi.
7.1.3.3
7.1.3.4
Sebelum
pekerjaan
dimulai,
Penyedia
Barang/Jasa
wajib
meminta
Perpajakan
7.1.4.1
7.1.4.2
7.2
7.2.1
Ketentuan Umum
7.2.1.1
disetujui
dalam
Strategi
Pengadaan
dan
Perjanjian/Kontrak,
diantaranya:
a.
Pengadaan
barang
dan/atau
jasa
yang
masuk
kategori
Sangat dibutuhkan
demi
kelancaran
pekerjaan
dan
keuangan
Perusahaan memungkinkan.
7.2.1.2
Pembayaran diberikan
Pengguna
Barang/Jasa
berdasarkan kemajuan
7.2.1.3
Perjanjian/Kontrak
(angsuranltermijn
atau
bulanan/monthly
certificate).
110
7.2.1.4
7.2.1.5
Pembayaran
dengan
Sistem
Sertifikat
Bulanan
(Monthly
Certificate)
b.
mendapat penetapan
dari
Direksi
Pekerjaan
selambat-
Pengguna
Barang/Jasa
apabila
Penyedia
Barang/Jasa
telah
7.2.1.7
7.2.1.8
Setiap pembayaran harus dipotong denda (bila ada), pajak dan pungutan
Pemerintah yang berlaku.
7.2.1.9
Untuk
Perjanjian/Kontrak
yang
pembayaran
kepada
pembayaran
kepada seluruh
mempunyai
Pengguna
subkontraktor,
Barang/Jasa
harus
permintaan
dilengkapi
bukti
pekerjaan.
111
7.2.1.10
Pembayaran
terakhir
sebesar
100%
(seratus
persen)
dari
nilai
persen)
dari
nilai
Perjanjian/Kontrak
setelah
Berita
Acara
Mobilisasi
7.3.1
Mobilisasi paling lambat harus sudah mulai dilaksanakan dalam waktu 30 (tiga puluh) hari
sejak
penandatanganan
Perjanjian/Kontrak
atau
serah
terima
lokasi
pekerjaan
7.3.2
7.3.2.1
7.3.2.2
7.3.2.3
7.3.2.4
7.3.2.5
7.4
Pemeriksaan Lapangan
7.4.1.1
7.4.1.2
yang
ditindaklanjuti
dengan
pembuatan
AddendumlAmandemen Perjanjian/Kontrak.
7.4.1.3
7.4.2
7.4.2.1
dapat
melakukan
perubahan
(AddendurnlAmandemen)
a.
b.
c.
7.4.2.2
tersebut
harus
didasarkan
pada
justifikasi
yang
dapat
7.4.2.3
Dalam hal pekerjaan tambah melebihi 10% (sepuluh persen) dari harga yang
tercantum dalam Perjanjian/Kontrak awal maka pekerjaan tambah tersebut
harus didasarkan pada justifikasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara
profesional oleh Direksi Pekerjaan dan wajib mendapatkan persetujuan
terlebih dahulu dari Pengguna Barang/Jasa sebelum pelaksanaannya.
7.4.2.4
kepada
Penyedia
Barang/Jasa,
ditindak
lanjuti
dengan
negosiasi teknis dan harga dengan tetap mengacu pada ketentuan yang
tercantum dalam dokumen Perjanjian/Kontrak.
7.5
Manajemen Perjanjian/Kontrak
7.5.1
Perubahan Perjanjian/Kontrak
7.5.1.1
7.5.1.2
113
7.5.1.3
Semua
perubahan
Amandemen
Perjanjian/Kontrak
Perjanjian/Kontrak
yang
dituangkan
dalam
merupakan
bag ian
Addenduml
yang
tidak
7.5.2.2
7.5.2.3
Perjanjian/Kontrak secara
Penyedia
Barang/Jasa
sesuai
yang
ditetapkan
dalam
dalam
proses
Pengguna
Barang/Jasa
pengadaan/pelaksanaan
wajib
membatalkan
Perjanjian/Kontrak,
proses
pengadaan
Penyesuaian Harga.
Penyesuaian harga adalah ketentuan mengenai perubahan harga Perjanjian/Kontrak
akibat adanya perubahan keadaan yang menimbulkan konsekuensi finansial dengan
ketentuan sebagai berikut:
7.5.3.1
114
7.5.3.2
dalam
pelaksanaannya
Perjanjian/Kontrak,
AddendumlAmandemen
didasarkan
pad a
justifikasi
dan
yang
dapat
7.5.3.3
7.5.3.4
7.5.3.5
Perjanjian/Kontrak
menggunakan
indeks
harga
sesuai
jadwal
7.5.3.6
Penyesuaian harga satuan bagi komponen pekerjaan yang berasal dari luar
negeri dan dibayar dengan val uta asing menggunakan indeks penyesuaian
harga dari negara asal barang tersebut.
7.5.3.7
Keterangan :
Hn
Harga
satuan
barang/jasa
pada
saat
pekerjaan
dilaksanakan.
Ho
b,c,d
Bn, Cn, Dn
Indeks
harga
komponen
pada
saat
peke~aan
dilaksanakan.
Bo,Co, Do
Catatan:
Untuk penyesuaian harga dalam mata uang rupiah, maka indeks harga
yang digunakan bersumber dari penerbitan Badan Pusat Statistik
(BPS). Jika indeks harga tidak dimuat dalam penerbitan BPS, maka
digunakan indeks harga yang disiapkan oleh instansi yang berwenang.
7.5.3.8
Pn
Keterangan :
Pn
Nilai
Perjanjian/Kontrak setelah
dilakukan penyesuaian
Hn
V1
7.5.4
Addendum/Amandemen Perjanjian/Kontrak.
7.5.4.1
7.5.4.2
a.
Menambah
dan/atau
mengurangi
volume/jenis
pekerjaan
yang
b.
c.
116
7.5.4.3
d.
e.
Prosedur
pembuatan
Addendum/Amandemen/Memorandum
Perjanjianl
Barang/Jasa
atau
Perjanjian/Kontrak,
untuk
melaksanakan
Penyedia
Barang/Jasa
perubahan
mengusulkan
perubahan Perjanjian/Kontrak;
b.
c.
d.
Berdasarkan
be rita
acara
hasil
negosiasi
dibuat
Addendum/
Amandemen Perjanjian/Kontrak.
7.5.5
7.5.5.1
Perpanjangan
waktu
pelaksanaan
dapat
diberikan
oleh
Pengguna
Yang dimaksud hal-hal yang layak dan wajar untuk perpanjangan waktu
pelaksanaan adalah sebagai berikut:
a.
Pekerjaan tambah;
b.
Perubahan disain;
c.
d.
e.
117
7.5.5.3
7.5.5.4
Persetujuan
perpanjangan
waktu
pelaksanaan
dituangkan
di
dalam
Addendum/Amandemen Perjanjian/Kontrak.
7.6
7.6.1
Denda Keterlambatan.
7.6.1.1
7.6.1.2
Besarnya
denda
keterlambatan
kepada
Penyedia
Barang/Jasa atas
a.
Untuk pekerjaan yang sifatnya satu kesatuan, seperti EPC, jika ada
keterlambatan menyelesaikan pekerjaan dan ada konsekuensi ke
sistem,
7.6.2
Tingkat
kompensasi
yang
ditentukan
dalam
Perjanjian/Kontrak,
c.
d.
e.
7.7
7.7.1
7.7.1.2
7.7.1.3
7.7.1.4
7.7.1.5
Pembayaran dilakukan sebesar 95% (sembilan puluh lima persen) dari nilai
Perjanjian/Kontrak, sedangkan yang 5% (lima persen) merupakan retensi
selama masa pemeliharaan.Jaminan pelaksanaan berlaku sampai dengan
30 hari setelah FAC sesuai ketentuan pada angka 4.6.10.2. huruf b angka 2)
huruf a).
7.7.1.6
7.7.1.7
119
7.7.1.8
7.7.1.9
7.7.2
7.7.2.2
7.8
Mengkaji
dan
mengkonfirmasi
kegiatan
berdasarkan
checklist
penutupan
Perjanjian/Kontrak.
7.8.2
7.8.3
7.8.4
Mengeluarkan Surat Serah Terima Pekerjaan berdasarkan laporan dari Wakil Pengguna
Barang/Jasa.
7.8.5
7.8.6
7.8.7
Mencatat kewajiban yang masih tersisa, seperti garansi dan memberitahukan kepada
Penyedia Barang/Jasa dan pihak internal PLN.
7.9
Garansi
7.9.1
120
7.9.2
7.9.3
7.9.4
7.9.4.2
7.9.5
Setelah diketahui kerusakan termasuk dalam klausul garansi, maka Wakil Pengguna
melakukan notifikasi kepada Penyedia Barang/Jasa, membahas kewajiban Penyedia
Barang/Jasa dan melakukan kesepakatan bagaimana garansi dapat diaplikasikan.
7.10
Klaim
7.10.1
Klaim
adalah
permintaan dari
7.10.2
7.10.2.1
Unforeseen costs.
7.10.2.2
7.10.2.3
Ketidaksepakatan
mengenai
apa
yang
masuk
dalam
harga
Perjanjian/Kontrak.
7.10.2.4
7.10.3
Klaim dapat diajukan oleh PLN atau Penyedia Barang/Jasa, dan harus diberikan secara
tertulis antara lain:
7.10.3.1
7.10.3.2
7.10.3.3
7.10.3.4
7.11
7.11.1.2
7.11.1.3
Pejabat
Perencana
bertanggung
jawab
Pengadaan
dan
memantau
kinerja
Wakil
Pengguna
Penyedia
Barang/Jasa
Barang/Jasa
dan
Sanksi/Black List
Pengenaan Sanksi I Black List kepada Penyedia Barang/Jasa dilaksanakan berdasarkan
ketentuan Sanksi I Black List yang berlaku di PLN.
122
BAB VIII
PENGADAAN BARANG/JASA
MELALUI MEDIA ELEKTRONIK PLN (e-PROCUREMENT PLN)
8.1
8.1.1
8.1.1.1
8.1.1.2
offline/manual.
8.1.2
8.1.1.3
8.1.1.4
8.1.2.1
8.1.2.2
Pada
prinsipnya
pelaksanaan
Dalam hal dan kondisi tertentu yang menurut pertimbangan dan penilaian
Pejabat Pelaksana Pengadaan sulit dilaksanakan dengan e-Auction. Pejabat
Pelaksana Pengadaan dapat menentukan pelaksanaan e-Procurement PLN
melalui penawaran harga dengan e-Bidding.
8.1.2.4
8.1.2.5
8.1.3
8.1.3.1
123
8.1.3.2
8.1.3.3
8.1.4
8.1.5
dalam
memandu
dan
mengawasi
proses
pelaksanaan
e-Procurement PLN.
8.1.6
Nilai
total
HPS
tidak
harus
disampaikan
kepada
Calon
Penyedia
8.1.6.3
Calon
Penyedia
melampaui HPS.
8.1.6.4
Penawaran harga akhir adalah harga yang dimasukkan sebelum batas waktu
akhir yang ditentukan.
8.1.6.5
8.1.7
Penawaran harga akhir adalah harga yang dimasukkan sebelum batas waktu
akhir yang ditentukan.
8.1.7.2
8.1.7.3
8.1.8
8.1.9
BABIX
PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN
9.1
9.1.1
Sebagai bag ian dari komitmen good governance, PLN memelihara sistem pengendalian
internal yang sehat, termasuk dalam hal proses Pengadaan Barang/Jasa.
9.1.2
9.1.2.1
jawab
mengendalikan
langsung
risiko
terkait
proses
9.1.2.2
9.1.2.3
9.1.3
Sebagai bag ian dari sistem pengendalian internal, Pengguna Barang/Jasa wajib:
9.1.3.1
9.1.3.2
9.1.3.3
9.1.3.4
9.1.4
Sebagai
bagian
dari
informasi dan
komunikasi,
Pengguna
Barang/Jasa wajib
memastikan:
9.1.4.1
Semua laporan dalam bentuk hard copy dan/atau soft copy harus
disampaikan kepada Satuan Pengawasan Internal dalam rangka pre audit
dan post audit.
125
9.1.4.2
9.1.4.3
9.2
9.2.1
9.2.2
Melalui fungsi pemeriksaan dan pengawasan yang dilakukan, memberikan saran untuk
pemecahan
9.2.4
9.2.5
Melakukan peran proaktif dalam mencegah suatu insiden (kesalahanlfraud) terjadi, dan
mencegah suatu insiden (kesalahan, fraud) meluas menjadi sistemik.
9.2.6
9.3
Dalam kondisi tertentu untuk pengadaan yang bersifat Strategis, nilai dan risiko yang
besar serta dapat merugikan kredibilitas Perusahaan, PLN dapat menerapkan konsep
Probity dalam Pengadaan Barang/Jasa tertentu.
9.3.2
Probity merupakan ketaatan terhadap prinsip tertinggi dalam hal proses, prosedur, dan
value for money suatu Pengadaan Barang/Jasa.
9.3.3
Probity termasuk identifikasi, analisa dan manajemen terhadap risiko terkait Pengadaan
126
9.3.4
9.3.4.1
Probity Advisor adalah pihak internal PLN, yaitu fungsi manajemen risiko dan
te~ad i.
9.3.4.2
Probity Auditor adalah pihak eksternal PLN yang dilibatkan untuk menambah
Edaran ini merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari Edaran Direksi PT PLN (Persero)
Nomor 0003.ElDIRl2014 tentang Petunjuk Teknis Pengadaan Barang/Jasa PT PlN (Persero).
Ditetapkan di Jakarta
~
127