Vous êtes sur la page 1sur 187

PEDOMAN UMUM

DAN PETUNJUK TEKNIS


PENGADAAN BARANG/JAS A
PT PLN (PERSERO)

PT PLN (PERSERO)

KEPUTUSAN DIREKSI PT PLN (PERSERO)

NOMOR : 0620 .KlDIR/2013

TENTANG
PEDOMAN UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PT PLN (PERSERO)

DIREKSI PT PLN (PERSERO)

Menimbang

a.

b.

c.

Mengingat

1.
2.
3.
4.

5.
6.
7.
8.

9.
10.

11.

12.

13.

bahwa telah ditetapkan Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor


305.KlDIR/2010 tentang Pedoman Pengadaan Barang/Jasa PT PLN
(Persero) yang telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Keputusan
Direksi PT PLN (Persero) Nomor 270.KlDIR/2013;
bahwa agar pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa PT PLN (Persero) lebih
efisien, efektif, transparan dan akuntabel serta mengikuti best practice yang
ada dalam proses pengadaan barang/jasa, maka perlu dilakukan
penyempurnaan atas Ketentuan Pengadaan Barang/Jasa PT PLN (Persero);
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan
b di atas, maka perlu menetapkan Keputusan Direksi PT PLN (Persero)
tentang Pedoman Umum Pengadaan Barang/Jasa PT PLN (Persero).

Undang-undang RI Nemor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik


Negara;
Undang-undang RI Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas;
Undang-undang RI Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan;
Peraturan Pemerintah RI Nomor 23 Tahun 1994 tentang Pengalihan Bentuk
Perusahaan Umum (Perum) Listrik Negara menjadi Perusahaan Perseroan
(Persero);
Peraturan Pemerintah RI Nomor 45 Tahun 2005 tentang Pendirian,
Pengurusan, Pengawasan dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara;
Peraturan Pemerintah RI Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik;
Peraturan Pemerintah RI Nemor 62 Tahun 2012 tentang Usaha Jasa
Penunjang Tenaga Listrik;
Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER05/MBU/2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengadaan Barang dan
Jasa Badan Usaha Milik Negara (BUMN), sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-15/MBU/2012;
Anggaran Dasar PT PLN (Persero);
Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP-252/MBU/2009 jo
Keputusan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP224/MBU/2011 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota-Anggota
Direksi Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara;
Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomer SK-179/MBU/2013
tentang Pemberhentian, Perubahan Nomenklatur Jabatan dan Pengangkatan
Anggota-Anggota Direksi Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan
Listrik Negara;
Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nemer 001.Kl030/DIR/1994 tentang
Pemberlakuan Peraturan Sehubungan dengan Pengalihan Bentuk Hukum
Perusahaan;
Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nemor 304.KlDIR/2009 tentang
Batasan Kewenangan Pengambilan Keputusan di Lingkungan PT PLN
(Persero) sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Direksi PT PLN
(Persero) Nomer 1387.KlDIRl2011 dan Keputusan Direksi PT PLN (Persero)
Nemor 0490. KID IRl2013;
14. Keputusan ...

14.

Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 023 .Kl426/DIR/2012 tentang


Organisasi dan Tata Kerja PT PLN (Persero) sebagaimana telah diubah
dengan Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 273 .KlDIR/2013 dan
Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 0443.KlDIR/2013 .

MEMUTUSKAN :

Menetapkan

KEPUTUSAN DIREKSI PT PLN (PERSERO) TENTANG PEDOMAN UMUM


PENGADAAN BARANG/JASA PT PLN (PERSERO) .

Pasal 1
PEDOMAN UMUM PENGADAAN BARANG/JASA
Pedoman Umum Pengadaan Barang/Jasa PT PLN (Persero) adalah sebagaimana tercantum dalam
Lampiran Keputusan ini dan merupakan bag ian yang tidak terpisahkan dari Keputusan ini.
Pasal2
SWAKELOLA
Pengadaan Barang/Jasa PT PLN (Persero) yang dilakukan melalui Swakelola diatur tersendiri dengan
Keputusan Direksi PT PLN (Persero).
Pasal 3
SERTIFIKASI PENGADAAN BARANG/JASA
Pejabat Perencana Pengadaan dan Pejabat Pelaksana Pengadaan Barang/Jasa wajib memiliki Sertifikasi
Pengadaan Barang/Jasa yang dikeluarkan PT PLN (persero) Pusat Pendidikan dan Pelatihan.
Pasal4
PETUNJUK TEKNIS PENGADAAN BARANG/JASA
Petunjuk teknis pelaksanaan pengadaan barang/jasa akan diatur tersendiri dalam Edaran Direksi PT PLN
(Persero).
Pasal 5
KETENTUAN PERALIHAN
(1) Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 305 .K/DIR/2010 tentang Pedoman Pengadaan
Barang/Jasa PT PLN (Persero) dan perubahannya berlaku sampai dengan tanggal 30 September
2014 .
(2) Proses pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan sebelum diberlakukannya Keputusan ini
diselesaikan dengan berpedoman pada Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 305 .KlDIR/2010
dan perubahannya .
Pasal6
KETENTUAN PENUTUP
(1) Keputusan ini berlaku untuk pengadaan barang/jasa yang telah siap baik secara administrasi, teknis,
organisasi ataupun perangkat lainnya berdasarkan Keputusan ini.
(2) Pelaksanaan pengadaan barang/jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang berpedoman pada
Keputusan ini ditetapkan oleh Direksi PT PLN (Persero).

Keputusan ini mulai berlaku terhitung sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
padatanggal 3 Oktober 2013

PAMUDJI

PT PLN (PERSERO)

PERATURAN DIREKSI PT PLN (PERSERO)


NOMOR : 0527.KlDIRl2014

TENTANG

PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN DIREKSI PT PLN (PERSERO) NOMOR 0620.KlDIRl2013


TENTANG PEDOMAN UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PT PLN (PERSERO)

DIREKSI PT PLN (PERSERO)


Menimbang

Mengingat

a.

bahwa Pedoman Umum Pengadaan Barang/Jasa PT PLN (Persero) telah


ditetapkan berdasarkan Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor
0620.KlDIRl2013 tanggal3 Oktober 2013;

b.

bahwa dalam rangka memperlancar pelaksanaan pengadaan Barang/Jasa di


lingkungan PT PLN (Persero), maka dipandang perlu melakukan perubahan
atas Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 0620.KlDIR/2013 tersebut di
atas;

c.

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf b di


atas, perlu menetapkan Peraturan Direksi PT PLN (Persero) tentang
Perubahan Atas Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor
0620.KlDIR/2013 tentang Pedoman Umum Pengadaan Barang/Jasa PT PLN
(Persero).

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

9.
10.

11.

Undang-undang RI Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara;


Undang-undang RI Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas;
Undang-undang RI Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan;
Peraturan Pemerintah RI Nomor 23 Tahun 1994 tentang Pengalihan Bentuk
Perusahaan Umum (Perum) Listrik Negara menjadi Perusahaan Perseroan
(Persero);
Peraturan Pemerintah RI Nomor 45 Tahun 2005 tentang Pendirian.
Pengurusan, Pengawasan dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara;
Peraturan Pemerintah RI Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik sebagaimana telah diu bah dengan Peraturan
Pemerintah RI Nomor 23 Tahun 2014;
Peraturan Pemerintah RI Nomor 62 Tahun 2012 tentang Usaha Jasa
Penunjang Tenaga Listrik;
Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER05/MBU/2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengadaan Barang dan
Jasa Badan Usaha Milik Negara sebagaimana telah diu bah dengan Peraturan
Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-15/MBU/2012;
Anggaran Dasar PT PLN (Persero);
Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP-252/MBU/2009 jo
Keputusan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP224/MBUl2011 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota-Anggota
Direksi Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara;
Keputusan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor SK179/MBU/2013 tentang Pemberhentian, Perubahan Nomenklatur Jabatan dan
Pengangkatan Anggota-Anggota Direksi Perusahaan Perseroan (Persero) PT
Perusahaan Listrik Negara;
12. Keputusan ...

12.

13

14.

15
16

Keputusan Dlreksl PT PLN (Persero) Nomor 001 Kl0301DIR/1994 tentang


Pemberlakuan Peraturan
Sehubungan
Dengan
Perubahan
Bentuk
Perusahaan,
Keputusan Dlreksl PT PLN (Persero) Nomor 304 KlDIR/2009 tentang Batasan
Kewenangan Pengambllan Keputusan dl Llngkungan PT PLN (Persero)
sebaga lmana telah beberapa kah dlubah, terakhlr dengan Keputusan Dlreksl
PT PLN (Persero) Nomor 0313 KlDIR/2014 ,
Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 023.Kl4261D1R/2012 tentang
Organisasi dan Tata Kerja PT PLN (Persero) sebagaimana telah diubah
dengan Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 273.KlDIR/2013 dan
Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 0443 KlDIR/2013;
Keputusan Dlreksl PT PLN (Persero) Nomor 0620 KlDIR /2013 tentang
Pedoman Umum Pengadaan Barang/Jasa PT PLN (Persero) ;
Keputusan Dlreksl PT PLN (Persero) Nomor 0638 KlDIR/2013 tentang
Penetapan Peraturan Dlreksl PT PLN (Persero) Sebagal Bentuk Peraturan
Yang Memuat Mater! Yang Sifatnya Mengatur
MEMUTUSKAN'

Menetapkan

PERATURAN DIREKSI PT PLN (PERSERO) TENTANG PERUBAHAN ATAS


KEPUTUSAN DIREKSI PT PLN (PERSERO) NOMOR 0620 KlDIR/2013 TENTANG
PEDOMAN UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PT PLN (PERSERO )
Pasall

Beberapa ketentuan dalam Keputusan Dlreksl PT PLN (Persero) Nomor 0620 KlDIR/2013 tentang
Pedoman Umum Pengadaan Barang/Jasa PT PLN (Persero) diu bah dan dltambah , sebagal berikut'
Ketentuan Pasal1 diu bah , sehlngga berbunYI sebaga l berikut
Pasal 1
PEDOMAN UMUM PENGADAAN BARANG/JASA
Pedoman Umum Pengadaan Barang/Jasa PT PLN (Persero) adalah sebagalmana tercantum
dalam Lamplran Peraturan Inl dan merupakan baglan yang tldak terplsahkan dan Peraturan Inl
2

Ketentuan Pasal 6 dltambah 1 (satu) ayat yaltu ayat (3), sebagal benkut
Pasal6
KETENTUAN UMUM
(3)

Dlreksl dapat menetapkan perubahan atas Keputusan Dlreksl PT PLN (Persero) Nomor
0620 .KlDIRl2013 tentang Pedoman Umum Pengadaan Barang/Jasa PT PLN (Persero)
beserta petunjuk teknlsnya, dengan Peraturan/Edaran/Surat Dlrektur Utama berdasarkan
Rapat Direksi
Pasalll

Peraturan 1m merupakan baglan yang tldak terplsahkan dan Keputusan Dlreksl PT PLN (Persero) Nomor
0620 KlDIR/2013 tentang Pedoman Umum Pengadaan Barang/Jasa PT PLN (Persero)
Peraturan Inl mulal berlaku terhllung seJak tanggal dltetapkan
Dltetapkan dl Jakarta
pada tanggal 31 Oktober 2014

Lampiran
Peraturan Direksi PT PLN (Persero)
Nomor
: 0527.KlDIR/2014
: 31 Oktober 2014
Tanggal

PEDOMAN UMUM
PENGADAAN BARANG/JASA
PT PLN (PERSERO)

DAFTAR 151
BAB I

FILOSOFI PENGADAAN PT PLN (PERSERO)

........ ' .......................... ' ........................ 1

1.1.

Latar Belakang .................................................................................................................. 1

1.2.

Pentingnya Value for Money ............................................................................................. 2

1.3.

PT PLN (Persero) sebagai BUMN .................................................................................... 3

1.4.

Good Practice Yang Diadopsi Dalam Pedoman Pengadaan Barang/Jasa ...................... 5


1.4.1. Pendekatan Strategis .............................................................................................5

1.4.2. Value for Money focus ............................................................................................7


1.4.3. Organisasi ..............................................................................................................7
1.4.4. Profesionalisasi Pengadaan ...................................................................................8
1.4.5. Pengendalian Risiko .............................................................................................10

BAB II

BAB III

1.5.

Penyederhanaan Metode Pemilihan Penyedia ............................................................... 10

1.6.

Strategi Perjanjian/Kontrak sebagai Bagian Strategi Pengadaan .................................. 13

1.7.

Pentingnya Pendayagunaan Produk Dalam Negeri ....................................................... 14

1.8.

Prinsip Dasar ................................................................................................................... 15

1.9.

Kebijakan Umum Pengadaan Barang/Jasa .................................................................... 15

ORGANISASI PENGADAAN BARANG/JASA PT PLN (PERSERO)

17

2.1.

Pengguna Barang/Jasa ................................................................................................... 18

2.2.

Wakil Pengguna .............................................................................................................. 19

2.3.

Pejabat Perencana Pengadaan ...................................................................................... 19

2.4.

Pejabat Pelaksana Pengadaan ....................................................................................... 19

2.5.

Value for Money Committee ............................................................................................ 20

2.6.

Implementasi Pembagian Peran dan Tanggung Jawab dalam Organisasi


Pengadaan Barang/Jasa ................................................................................................. 20

PERENCANAAN PENGADAAN KORPORAT .......................................................21

3.1.

Perencanaan Pengadaan Korporat... .............................................................................. 21


3.1.1.Kajian Tugas dan Strategi Korporat PLN ............................................................... 22
3.1.2.Kajian Portofolio Pengadaan PLN ......................................................................... 22
3.1.3. Kajian Kapabilitas dan Organisasi Pengadaan PLN .................................. ............ 23
3.1.4. Riset Pasar dan Penyusunan Daftar Penyedia Terseleksi (DPT) ......................... 24
3.1.5.Kajian Tujuan dan Strategi Pengadaan PLN ......................................................... 26
3.1.6. Pengukuran Kinerja Pengadaan PLN .... ................................................................ 27

3.2.
BABIV

Sarana Elektronik untuk Pengadaan Barang/Jasa PLN ................................................. 28

PERENCANAAN DAN PERSIAPAN PELAKSANAAN PENGADAAN PADA KANTOR


PUSAT DAN UNIT INDUK ...............................................................................29

4.1.

Perencanaan Pengadaan Pada Kantor Pusat dan Unit Induk ........................................ 29

4.2.

Penentuan Kewajaran Harga .......................................................................................... 30


4.2.1.Dasar Penyusunan HPS ........................................................................................ 30

4.2.2.KonsepTotal Cost of Ownership (TeOO) .............................................................. 30


4.2.3.Analisis Harga Penawaran dari Penyedia .............................................................. 31
4.3.

Persiapan Pengadaan Per Paket .................................................................................... 33


4.3.1.Pemutakhiran Riset Pasar dan Penilaian Risiko Pengadaan ................................ 34
4.3.2.Penyiapan/Kajian SpesifikasilTOR ........................................................................ 34
ii

4.3.3.Strategi Pengadaan dan Perjanjian/Kontrak tiap Paket Pengadaan ..................... 35


4.3.3.1.Pembelian dan Alternatif Jenis Perjanjian/Kontrak ............................................. 36
4.3.3.1.1 Make or Buy (Membuat Sendiri alau Membeli) .................................... 36
4.3.3.1.2 Lease or Buy (Sewa GunaiSewa Beli) atau Membeli menjadi Aset ... 37

4.3.3.1.3 Menggunakan Perjanjian/Kontrak yang Ada atau Membeli (Buy) ..... 37


4.3.3.2.Metode Penawaran dan Penyampaian Dokumen Penawaran ........................... 37
4.3.3.3 Metode Pemilihan Penyedia Barang/Jasa .......................................................... 38
4.3.3.4. Aspek Lain (Jaminan Pengadaan) ..................................................................... 39
4.3.4.Dokumen Pengadaan I Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ......................... 39

BABV

4.4.

Jangka Waktu Pengadaan .............................................................................................. 39

4.5.

Proses Umum Pengadaan di PLN ................................................................... 39

PROSES PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA .. ......................................... 41


5.1.

BABVI

PENGADAAN KHUSUS ................................................................................. 43


6.1.

BAB VII

Prinsip Umum .................................................................................................................. 41

Ketentuan Umum ............................................................................................................ 43

PENDAYAGUNAAN PRODUK DALAM NEGERI UNTUK PEMBANGUNAN


INFRASTRUKTUR KETENAGALlSTRIKAN ...........................................................44
7.1.

Manfaat dan Peraturan .................................................................................................... 44


7.1.1.Manfaat Pendayagunaan Produk Dalam Negeri ................................................... 44
7.1.2.Peraturan yang mendukung ................................................................................... 44

7.2.

BAB VIII

BABIX

Prosedur Umum .............................................................................................................. 45

MANAJEMEN PELAKSANAAN PERJANJIAN/KONTRAK........................................... 47


8.1.

Prinsip Umum .................................................................................................................. 47

8.2.

Denda Keterlambatan dan Kompensasi Kinerja Tidak Sesuai Kontrak (Liquidated


Damages) ........................................................................................................................ 48

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ................................................................... 50


9.1.

Perbaikan Aspek Tala Kelola dan Pengelolaan Risiko ................................................... 50

9.2.

Sistem dan Praktek Pengadaan Yang Meminimalisasi Penyimpangan ......................... 51

iii

BABI
FILOSOFI PENGADAAN PT PLN (PERSERO)
1.1. Latar Belakang
Pengadaan barang/jasa menduduki posisi yang sangat penting dalam suatu organisasi, karena
merupakan sarana penggunaan anggaran dalam jumlah signifikan guna mendapatkan barang, jasa,
dan pekerjaan yang dibutuhkan bagi pelaksanaan misi organisasi. Pengadaan barang/jasa juga
menduduki posisi penting dalam Penyediaan infrastruktur ketenagalistrikan yang dilakukan oleh
PT PLN (Persero), selanjutnya disebut PLN.
Pengadaan di PLN dari tahun 2010 sampai digantikan dengan Pedoman ini, menggunakan Keputusan
Direktur Utama PT PLN (Persero) Nomor 305.KlDIR/2010 tentang Pedoman Pengadaan Barang/Jasa
PT PLN (Persero), yang sudah diubah sebanyak 10 (sepuluh) kali untuk menyesuaikan dengan good
practice dalam pengadaan.

Selama

menggunakan

pedoman

dan

amandemennya,

terdapat

beberapa

hal yang

perlu

disempumakan, diantaranya adalah :


a.

Struktur organisasi pengadaan : dari model kepanitiaan temporer meskipun telah ada Direktorat
Pengadaan, menjadi model pejabat pengadaan yang struktural dan profesional.

b.

Sumber Daya Manusia : dari model kepanitiaan temporer yang dipersepsikan bahwa pengadaan
lebih berfungsi administratif dan reaktif, menjadi profesi pengadaan yang mempunyai disiplin
sendiri, merupakan aksi korporasi dan mengikuti standar profesi secara internasional.

c.

Cakupan peraturan pengadaan : dari fokus pada proses pelaksanaan pelelangan atau metode
pemilihan lain sampai ke perjanjian/kontrak, menjadi meliputi seluruh siklus pengadaan dengan
penekanan lebih besar pada aspek perencanaan pengadaan korporat yang lebih baik, serta
manajemen pelaksanaan perjanjian/kontrak, termasuk pemantauan dan pengelolaan kinerja
Penyedia.

d.

Pemahaman atas pentingnya perencanaan pengadaan : dari proses perencanaan pengadaan


yang lebih dipahami sebagai proses administrasi, menjadi berbasis pada Riset Pasar untuk
secara aktif mampu menyesuaikan/mengendalikan pasar.

e.

Konsep Value for Money: dari persepsi umum bahwa Value for Money adalah sebagai harga
(awal) terendah, menjadi biaya termurah dalam jangka panjang yang mampu memberikan best
return bagi pelaksanaan misi PLN, termasuk 6 (enam) rights: tepat kualitas, kuantitas, waktu,

tempat, tujuan sosial ekonomi, dan harga.


f.

Sistem Pengendalian Internal, Manajemen Risiko dan Audit Internal : secara umum belum
mengimplementasikan konsep 3 (tiga) Lines of Defense, dimana ada pembagian tugas dan
tanggung jawab dalam pengelolaan risiko di pengadaan, antara Manajemen (sebagai pengguna
dan pelaksana pengadaan yang kepanitiaan), dengan fungsi manajemen risiko dan audit internal.

g.

Pendayagunaan Produksi Dalam Negeri dan Sinergi BUMN : perlunya memperkuat aspek
pendayagunaan produksi dalam negeri, melalui perencanaan yang lebih baik dan adanya strategi
kemitraan dalam jangka waktu lebih panjang tetapi tetap menjaga prinsip tata kelola perusahaan

yang baik, seperti adopsi metode open book system, serta sinergi BUMN untuk mendorong
ekonomi nasional.
Beberapa kepentingan penyempurnaan pedoman pengadaan terse but diatas menjadi sebagian dasar
dari perlunya penyusunan pedoman umum pengadaan barang/jasa di PLN.

1.2, Pentingnya Value for Money


Pengadaan adalah "seluruh proses akuisisi dari pihak lain (termasuk aspek logistik) dan mencakup
barang, jasa, dan pekerjaan. Proses ini mencakup seluruh daur hidup (life cycle) sejak konsep awal
dan penentuan kebutuhan, hingga ke akhir masa mantaat aset atau akhir kontrak jasa".
Pengadaan harus didasarkan pada konsep "Value for Money -VfM" r'nilai beli yang sepadan"),
yaitu kombinasi optimum dari 6 (enam) rights (6 Rs): tepat kualitas, kuantitas, waktu, tempat, tujuan
sosial ekonomi, dan harga, yang memenuhi kebutuhan dari pengguna, dan tidak selalu merupakan
opsi harga awal paling murah (lowest initial price option), tetapi merupakan kembalian tertinggi (best
return) dari investasi yang mempertimbangkan kriteria evaluasi yang sudah ditentukan. Dalam konsep

6 Rs, tepat harga merupakan paling akhir karena tergantung pada 5 Rs lainnya, sedangkan tujuan
sosial ekonomi ini dapat berupa tujuan sosial, lingkungan, dan tujuan strategis lain, seperti mendorong
penggunaan produk dalam negeri.

Gambar 1.1 Siklus Pengadaan Lengkap Seeara Umum


A. Pereneanaan Pengadaan
3. Lifetime berakhir, disposal

_ _-_.:.:1.~"ldentiflkasi kebutuhan

2. Perbaikan & pemeliharaan


jaminan
1. Penyerahan Aset
D. ManaJemen Aset I
Pasea Akulsisi
2. MengkaJi kinerja da
pembayaran
1. Pemantauan kinerja &
menJaga hubungan
C. Manajemen Kontrak
3. Klariflkasi VFM, Sanggah,
Penunjukan, Tanda Tangan Kontrak

2. Persetujuan
3. Membuat Reneana
Pengadaan: evaluasi
anggaran telSedia, Strategi
Pengadaan &
Perjanjian/Kontrak

4. Membuat spesiflkasi
5. Menentukan kriteria
evaluasi & syarat kontrak

B. Pemilihan Penyedla
1. Undangan Memasukkan Penawaran
2. Evaluasi Penawaran

VIM bergantung pada kombinasi yang tepat antara kompetisi, cara inovatif pengadaan termasuk
bentuk perjanjian/kontrak, dan juga pengelolaan risiko yang efektif. Praktek pengadaan yang baik
berfokus pada VIM sebagai prinsip fundamental.

Gambar 1.2 VfM Sebagai Fungsi dari 6 Rights

4.
Waktu

Hanya saja masih terdapat persepsi pihak eksternal dan internal PLN bahwa VIM adalah harga
termurah dalam suatu pelelangan terbuka yang kompetitif, mengalahkan aspek lainnya, seperti
kualitas. Oleh karena persepsi ini, maka calon Penyedia barang/jasa dapat menawarkan harga sangat
murah, yang ternyata dilakukan dengan menurunkan kualitas barang/jasa dan aspek lainnya.
Penurunan kualitas ini dapat terjadi karena keterbatasan dalam pengawasan, tidak terpantau dari
awal dan sebagainya.
Pedoman Umum ini mengadopsi konsep VIM dengan menempatkan 6 Rs dalam proporsi yang tepat,
sesuai dengan tujuan dan strategi pengadaan untuk mendapatkan hasil yang terbaik bagi PLN.
Proporsi yang tepat ini misalnya, jika PLN mengambil kebijakan untuk menggunakan produk dalam
negeri, maka aspek Tujuan Sosial Ekonomi (pendayagunaan produksi dalam negeri) menduduki
nomor 1, sementara Harga tetap nom or 6. Kasus lain, dalam keadaan darurat yang dapat
membahayakan sistem ketenagalistrikan dan keputusan harus diambil dengan cepat, maka aspek
Waktu dan Tempat menduduki nomor 1 dan 2, sementara aspek pendayagunaan produksi dalam
negeri mungkin nomor 6., sementara dalam kategori pengadaan leverage, Harga dapat menduduki
nomor 1.

1.3. PT PLN (Persero) sebagai BUMN


PT PLN (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berbentuk Perseroan
Terbatas. Karakteristik suatu badan hukum adalah pemisahan harta kekayaan badan hukum dari
harta kekayaan pemilik dan pengurusnya. Dengan demikian suatu Badan Hukum Perseroan Terbatas
memiliki kekayaan yang terpisah dari kekayaan Direksi (sebagai pengurus), Komisaris (sebagai
pengawas), dan Pemegang Saham (sebagai pemilik).
Dari segi Keuangan Negara, modal/saham pada BUMN merupakan kekayaan negara yang dipisahkan
dalam bentuk perusahaan, sehingga pengelolaan kekayaannya tidak berdasarkan APBN, tetapi
berdasarkan kelaziman manajemen suatu perusahaan, seperti mengikuti industry standard dalam hal

usaha ketenagalistrikan, atau good procurement practice yang dapat mengacu pada standar yang
diterbitkan organisasi prafesi pengadaan intemasional.

Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menerapkan prinsip Business
Judgement Rule pada Pasal 97 ayat (5), yang menyatakan bahwa anggota Direksi tidak dapat
dipertanggungjawabkan atas kerugian, apabila dapat membuktikan:
a.

Kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalainnya;

b.

Telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan dan sesuai
dengan maksud dan tujuan Perseroan;

c.

Tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung, atas tindakan
pengurusan yang mengakibatkan kerugian; dan

d.

Telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul dan berlanjutnya kerugian tersebut.

Hal di atas juga berlaku untuk pegawai PLN yang terlibat dalam pengadaan: baik dari Pejabat
Pelaksana Pengadaan, Wakil Pengguna, Pengguna Barang/Jasa, Value for Money Committee.
Secara umum, unsur Business Judgement Rule antara lain adalah:
a.

Keputusan yang diambil merupakan keputusan bisnis;

b.

Due care (sikap berhati-hati);

c.

Act in good faith (itikad baik);

d.

No abuse of power (tidak ada penyalahgunaan wewenang);

e.

Act in the best interests of the corporation (bertindak untuk kepentingan terbaik untuk
perusahaan);

f.

Act on an informed basis (bertindak dengan informasi yang mencukupi);

g.

Not be wasteful (tidak bertindak in-efisien);

h.

Not involve self-interest (tidak ada konflik kepentingan untuk kepentingan pribadi); dan/atau

i.

No secret profit rule doctrin of corporate opportunity (tidak mengambil keuntungan pribadi atas
suatu kesempatan yang sebenarnya menjadi milikldiperuntukkan untuk perseroan).

Gambar 1.3 Keseimbangan Manajemen Risiko dalam Pedoman Pengadaan


Out of Control
a. Tldak terstandard & tidak konsisten
b. "fire-fighting" karena tidak terkontrol
c. Krisis (hukum, VfM tidak tercapai)

Less
Control

Manajemen Risiko

Pedoman Pengadaan PLN yang memberikan


koridor bagi profesionalisme pengadaan di PLN
meliputi:
a. Pendekatan Strategls
b. Value for money focus
c. Organisasi pengadaan struktural
d. Profesionalisasi pengadaan
e. Pengendalian risiko

Over Control
a. Red tapelblrokratis
b. Forms over substance
Over Control c. Harga terendah, bukan biaya
terendah

Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-05/MBU/2008 tentang Pedoman
Umum Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagaimana
diubah dengan Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-15/MBU/2012, memberikan amanat bahwa
BUMN sebagai badan usaha perlu melakukan pengadaan barang dan jasa secara cepat fleksibel.
efisien dan efektif agar tidak kehilangan momentum bisnis yang dapat menimbulkan kerugian,
sehingga diperlukan pedoman pelaksanaan pengadaan barang dan jasa yang dapat memenuhi
kebutuhan bisnis dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip efisien, efektif, kompetitif, transparan,
adil dan wajar, serta akuntabel.
Tata cara pengadaan menurut Peraturan Menteri ini ditentukan lebih lanjut oleh Direksi BUMN, dan
berlaku untuk semua pengadaan barang dan jasa yang dilakukan oleh BUMN, yang pembiayaannya
berasal dari anggaran BUMN atau anggaran pihak lain, termasuk yang dibiayai dari pinjaman/hibah
luar negeri (PHLN), baik yang dijamin maupun tidak dijamin oleh Pemerintah, kecuali pengadaan
barang dan jasa tersebut menggunakan dana langsung dari APBN/APBD baik sebagian maupun
seluruhnya. Pedoman Pengadaan PLN ini merupakan penetapan tata cara pengadaan sesuai
Peraturan Menteri BUMN ini. Pedoman ini berlaku untuk pengadaan yang menggunakan Anggaran
PLN dan/atau pinjaman yang tidak mensyaratkan mengikuti prosedur pengadaan pihak Penyedia
dana (lender).
Untuk itu, Pedoman Umum Pengadaan Barang/Jasa PLN ini secara umum menerapkan beberapa
prinsip diatas, dalam hal good procurement practice dan business judgement rule, dengan membuat
keseimbangan bagi pengurus perusahaan untuk mengambil keputusan bisnis (pengadaan) yang
berhati-hati, untuk kepentingan terbaik perusahaan, dan tidak mentolerir adanya konflik kepentingan
untuk kepentingan pribadi. Pedoman ini berlaku untuk pengadaan yang menggunakan Anggaran PLN

dan/atau pinjaman yang tidak mensyaratkan mengikuti prosedur pengadaan pihak Penyedia dana
(lender) (lihat Gambar 1.3).

1.4. Good Practice Yang Diadopsi Dalam Pedoman Pengadaan Barang/Jasa


Pedoman Umum Pengadaan ini mengadopsi good procurement practice, sesuai dengan amanat
Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara di atas, yaitu dengan mengimplementasikan:
1.

Pendekatan strategis : menerapkan strategic framework, seperti supply positioning matrix.

2.

Fokus Value for Money.

3.

Organisasi: dari model kepanitiaan menjadi pejabat pengadaan struktural.

4.

Kultur profesionalisme :pejabat pengadaan yang mampu melaksanakan peran Strategis, Taktis,
dan Operasional, dari pengadaan.

5.

Pengendalian risiko : penerapan 3 Lines of Defense dalam sistem pengadaan.

1.4.1.Pendekatan Strategis
Salah satu elemen terpenting dalam pendekatan strategis terkait pengadaan adalah kewajiban
untuk melakukan Riset Pasar untuk semua portofolio kebutuhan PLN. Riset Pasar adalah riset
untuk mengidentifikasi dan mendapatkan seluruh infonmasi yang relevan terkait kebutuhan
pengadaan barang, jasa atau pekerjaan, yang akan digunakan untuk membuat strategi
pengadaan dan perjanjian/kontrak untuk mencapai tujuan pengadaan yang ditetapkan. Data dan
informasi yang perlu dikumpulkan termasuk infonmasi biaya dan harga, perkembangan teknologi

dan rekayasa terrnutakhir, beserta altematifnya, serta kualifikasi Penyedia yang diharapkan.
Proses Penilaian Kualifikasi dan Due Diligence tersebut merupakan bag ian dari Riset Pasar.
Data dan informasi yang dikumpulkan dan dianalisa berdasarkan pada strategic framework yang
biasa dipakai dalam good procurement practice, yaitu Supply Positioning Matrix (Iihat Gambar
1.4).
Empat kuadran yang berbeda dalam matriks Gambar 1.4 merupakan kategori barang,

peke~aan

atau jasa dengan karakteristik yang berbeda, dan karena itu memerlukan strategi pengadaan
dan juga perjanjian/kontrak yang berbeda. Harus diingat kalau penjelasan berikut merupakan
ilustrasi yang perlu dimutakhirkan sesuai riset pasar, karena bisa saja suatu perjanjian/kontrak
pembangunan pembangkit Engineering, Procurement and Construction (EPC) di Jawa tidak
masuk kategori strategis, tetapi di Papua karena lokasi geografis, pasar Penyedia yang terbatas,
pentingnya pembangkit, dan sebagainya, bisa menjadi strategis.
Gambar 1.4 Supply Positioning Matrix

Tinggi J
Sedikit Penyedia,
Kebutuhan Spesifik,
Pekerjaan Kompleks

Risiko
Suplai
Banyak Penyedia,
Kebutuhan Standard,
Pekerjaan Tidak
Kompleks

CriticallBott/eneck

"./

'\

Strategis
Target: mengurangi
risiko dengan
effective supplier
management, Total
Cost of Ownership

Target: mengamankan
pasokan, mengurangi
risiko suplai.

"Rutin
Target: mengurangi
beban administrasi

./

Leverage
Target : skala
ekonomis, diskon

./
-'"
r

Rendah

Nilai I Volume

Tinggi

Strategis adalah barang atau jasa dengan risiko tinggi dan pengeluaran yang relatif
tinggi. Biasanya sebuah organisasi hanya memiliki jumlah perjanjian/kontrak yang sedikit dalam
kategori ini, tetapi dapat mewakili 60-70% dari pengeluaran keseluruhan. Contoh kategori ini
adalah pembangkit, baik EPC maupun Independent Power Producer

~PP).

Di sini fokus

strategis adalah manajemen terhadap Penyedia yang optimal dengan perjanjian/kontrak kinerja
yang jelas.
CritlcallBott/eneck adalah barang, pekerjaan atau jasa dengan risiko tinggi dan pengeluaran

yang relatif rendah, contohnya adalah parts khusus yang Penyedia-nya spesifik atau
terbatas. Untuk kategori ini strateginya adalah mengurangi risiko dengan mengamankan
pasokan, karena kegagalan pasokan dapat menyebabkan operasional terhenti. Strategi ini bisa
ditempuh dengan menjalin perjanjian/kontrak jangka panjang, memakai strategi open book
system, menjaga tingkat stok yang lebih tinggi, atau bagaimana mendapatkan alternatif
Penyedia atau solusi lain.

Leverage adalah barang, pekerjaan atau jasa dengan risiko rendah dan pengeluaran yang
relatif tinggi. Contoh untuk ini adalah MTU (Material Transmisi Utama) atau MDU (Material
Distribusi Utama). Biasanya barang, pekerjaan atau jasa leverage ini mewakili 10-15% dari
pengeluaran dana operasi. Strategi keseluruhan untuk kategori ini adalah meningkatkan
leverage, misalnya dengan mengkonsolidasikan kebutuhan untuk mendapatkan skala ekonomi

dan harga yang lebih kompetitif, sementara pada saat yang sama memaksimalkan persaingan
dan meminimalkan biaya transaksi.
Rutin adalah barang, pekerjaan atau jasa dengan risiko rendah dan pengeluaran yang relatif
rendah. Contoh dari kategori ini adalah bahan habis pakai. Biasanya barang, pekerjaan atau
jasa rutin ini akan mewakili sekitar 80% dari transaksi, tetapi hanya sekitar 5% dari pengeluaran,
sehingga dalam beberapa kasus, beban administrasi sebenarnya mungkin lebih dari nilai
barang, pekerjaan atau jasa. Oleh karena itu strategi untuk kategori ini akan meminimalkan
upaya administratif melalui perampingan dan penyederhanaan proses pengadaan. Proses
pengadaan kategori ini perlu sesederhana mungkin meski tetap menjaga tata kelola perusahaan
yangbaik.

1.4.2. Value for Money focus


Value for Money bukanlah bagaimana mendapatkan harga awal terendah (lowest initial price),

tetapi bagaimana mendapatkan kombinasi optimum dari 6 Rights (6Rs), terutama dari segi biaya
selama daur hidup (whole life costs) dan kualitas, beserta pertimbangan 4 Rs lainnya. Adopsi
konsep Value for Money ini dapat dilihat pada Pasal2 ayat (1) huruf a Peraturan Menteri BUMN
Nomor PER-15/MBUl2012 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa
Badan Usaha Milik Negara, yang menyatakan bahwa "Pengadaan Barang dan Jasa wajib
menerapkan prinsip-prinsip : a. Efisien, berarti Pengadaan Barang/Jasa harus diusahakan untuk
mendapatkan hasil yang optimal dan terbaik dalam waktu yang cepat dengan menggunakan
dana dan kemampuan seminimal mungkin secara wajar dan bukan hanya didasarkan pada
harga terendah."

1.4.3.0rganisasi
Implementasi profesionalisasi pengadaan ini adalah dengan membuat organisasi pengadaan
profesional dan meninggalkan pengadaan sebagai aspek administrasi, pekerjaan sampingan,
dan bersifat temporer kepanitiaan, serta tetap menjaga prinsip tata kelola, seperti pembagian
tugas dan wewenang. Untuk itu ada beberapa fungsi terkait pengadaan sebagai berikut:
a. Pengguna Barang/Jasa, baik yang menjadi ultimate user, atau contract award authority
(penanda tangan perjanjian/kontrak dalam hal pengadaan yang dipusatkan).
b. Pengguna diwakili oleh fungsi Wakil Pengguna, sebagai satu-satunya pintu keluar dari sisi
Pengguna, yang melakukan perencanaan pengadaan di sisi Pengguna dan mewakili
Pengguna dalam mengelola perjanjian/kontrak, disebut juga Requisitioner.
c. PeJabat Perencana Pengadaan, untuk mengelola strategi pengadaan korporat, termasuk
mengelola pengadaan yang dikonsolidasikan dan didesentralisasikan, dan mempersiapkan
dokumen pengadaan untuk pengadaan yang dipusatkan.

d. Pejabat Pelaksana Pengadaan, untuk melaksanakan proses pelaksanaan pengadaan,


mulai dari pengumuman, penjelasan, evaluasi, memastikan Value for Money, dan
mempersiapkan perjanjian/kontrak.
Dalam pelaksanaannya, fungsi-fungsi terse but dapat disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan
dan kesiapan unit-unit PLN.

1.4.4.Profesionalisasi Pengadaan

Profesionalisasi pengadaan dilakukan dengan memperkaya pengetahuan dan keterampilan para


pejabat pengadaan dalam menguasai tiga peran:
1) Peran Strategis
a.

Market focused supply solutions; Supply market research; Industry analysis: hal ini

merupakan keterampilan utama dari para pejabat pengadaan di PLN, yaitu melakukan
Riset Pasar untuk memahami pasar, dan mendesain solusi pengadaan yang VfM
sesuai kondisi pasar dan kebutuhan PLN, dengan tetap menjaga momentum bisnis.
b.

Sourcing policy.' Strategic Partnership; Open Book System; Single Sourcing; Supply
Base Development: hal ini merupakan keterampilan bagaimana mengaplikasikan
sourcing policy yang sesuai dengan Riset Pasar dan kebutuhan PLN, seperti

penerapan kemitraan strategis dalam pembangunan suatu pembangkit dengan


kontraktor EPC, menawarkan kemitraan strategis dengan metode open book kepada
pabrikan dalam negeri untuk mendapatkan harga yang kompetitif dan adil bagi PLN
maupun Penyedia. Kemudian juga bagaimana melakukan Penunjukan Langsung
dalam hal single sourcing parts Original Equipment Manufacturer (OEM), dengan
tetap menjaga prinsip pengadaan. Juga bagaimana PLN dapat mendorong
tumbuhnya pasar Penyedia dalam negeri yang kompeten dan beretika baik.
C.

Product development.' ReverselRe-Engineering, purchase of intel/ectual property: hal

ini terkait bagaimana PLN memilih untuk membuat sendiri suatu parts yang sudah
lepas dari kewajiban tertentu, dibandingkan dengan tetap membeli dari OEM. Hal ini
akan menumbuhkan pasar Penyedia bagi PLN, karena menumbuhkan kemampuan
internal maupun eksternal workshop dalam negeri non OEM, yang nantinya akan
memberikan security of supply kebutuhan PLN.
d.

Cost reduction activity - value engineering : hal ini terkait bagaimana pelaksana
pengadaan mampu untuk mengidentifikasi kegiatan bernilai tam bah dan tidak bemilai
tambah, supaya dapat fokus pada kegiatan bernilai tambah. Misalnya adalah
bagaimana proses perencanaan yang lebih efisien dan mempertimbangkan aspek
hijau/lingkungan,

bagaimana

mengurangi

beban

administrasi

pengadaan

dan

manajemen perjanjian/kontrak, bagaimana mengenali perusahaan/mitra kerja yang


tidak bernilai tambah, dan sebagainya.
e.

Aggregating demands : ini terkait dengan bagaimana mendapatkan leverage atau

skala ekonomis dari berbagai kebutuhan PLN yang dapat dikonsolidasikan. Selain
akan mendapatkan harga lebih murah, dapat mengurangi beban administrasi dan
mempenmudah pekerjaan bagi para pelaksana operasional di Unit Induk, karena

secara umum Unit hanya tinggal mengeluarkan Purchase Order (PO) untuk
kebutuhan Unit.
f.

Procurement Ethics : bagaimana para pejabat pengadaan dapat mematuhi dan

menjunjung tinggi etika pengadaan dan kode perilaku PLN sesuai profesionalisme
para pejabat pengadaan.
2) Peran Taktis
a.

Human resources planning; Training : hal ini terkait dengan bagaimana para

pelaksana pengadaan PLN selalu mendapatkan pengetahuan paling mutakhir dalam


hal pengadaan, terutama yang bersifat intemational good procurement practice,
sehingga secara umum dapat menjadikan tujuan pengadaan di PLN adalah PLN
manages the market, not managed by the market.
b.

Negotiation: Negosiasi merupakan salah satu cara untuk lebih mendapatkan VfM dari

setiap proses pengadaan, karena itu para pelaksana pengadaan di PLN perlu
memahami teknik negosiasi yang baik, dan tetap menjaga aspek tata kelola
perusahaan yang baik.

c.

Interface management - internal and external customers : profesi pengadaan

merupakan interface antara konsumen internal di PLN (Pengguna dan Manajemen)


dengan konsumen diluar PLN (Penyedia). Kedua pihak tersebut merupakan klien dari
pelaksana pengadaan.
d.

Inventory management & planning; integrating database : hal ini terkait dengan

bagaimana pelaksana pengadaan dapat mengoptimalkan pengadaan dengan


memadukan berbagai database untuk mengoptimalkan inventory.
e.

Contract management : hal ini terkait dengan bagaimana para pejabat pengadaan

dapat mendesain bentuk dan isi perjanjian/kontrak yang sesuai dengan posisi
perusahaan dalam pasar supply, dengan memberikan reward maupun punishment
yang adil dan memadai bagi Penyedia, dan memperhatikan prinsip pengelolaan risiko
bagi PLN.
3) Peran Operasional
a.

PlaCing and Purchasing orders : hal ini terkait dengan bagaimana pelaksana

pengadaan mempunyai peran sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam


menerima kebutuhan internal PLN dan memenuhi kebutuhan tersebut dengan
membeli ke pasar.
b.

Invoice clearance: hal ini terkait dengan bagaimana pelaksana pengadaan membantu

proses pencairan tagihan sehingga hubungan Penyedia dan PLN dapat berlangsung
dengan baik.
c.

Record maintenance : hal ini terkait dengan bagaimana pencatatan yang baik

dilakukan

dalam

database

yang

terintegrasi

untuk

kemudahan

operasional

pengadaan.
d.

Enquiries and quotes: hal ini terkait dengan bagaimana proses riset pasar dapat

dilakukan dengan baik, termasuk dalam hal permintaan atas kuotasi harga dan
spesifikasi.
9

1.4.5.Pengendallan Risiko

Dengan adanya pemisahan tugas dan wewenang yang jelas, maka manajemen risiko dapat
diperkuat, antara lain dengan cara sebagai berikut:
a.

Kejelasan dari business process owner dari tiap tahap pengadaan yang melibatkan pejabat
struktural yang terkait, baik dari sisi Pengguna maupun Pejabat (PerencanalPelaksana)
Pengadaan, maka risk owner dapat diidentifikasi dan terdapat check and balance diantara
pejabat struktural yang terlibat, selain itu terdapat juga kajian berjenjang oleh atasan.

b.

Penetapan strategi umum pengadaan dan perjanjian/kontrak untuk seluruh kebutuhan


pengadaan PLN, ditetapkan tiap tahun, yang didahului dengan Riset Pasar dan penilaian
atas kinerja pengadaan sebelumnya dan evaluasi atas kinerja Penyedia yang ada,

c.

Adanya Value for Money Committee untuk menilai kecukupan strategi umum tersebut, serta
menilai kecukupan value for money dari pengadaan yang dianggap signifikan (sesuai batas
kewenangan di PLN).

Sesuai dengan konsep 3 (tiga) Lines of Defense, ketiga hal tersebut merupakan tanggung jawab
Manajemen dalam mengelola risiko sebagai First Line of Defense. Manajemen dalam hal
pengadaan adalah Pengguna dan Direktorat yang menangani Pengadaan.

Second Line of Defense dilakukan oleh lungsi Manajemen Risiko (MRO), terutama melalui
lungsi Kepatuhan Internal, untuk menilai kecukupan kepatuhan terhadap strategi pengadaan
dan perjanjian/kontrak yang ditetapkan, serta mendorong sistem yang mencegah

te~adinya

penyimpangan.

Third Line of Defense adalah lungsi internal audit (SPI) untuk melakukan evaluasi sistem
manajemen risiko pengadaan yang ada, serta melakukan audit terhadap proses pengadaan dan
pe~anjian/kontrak.

1.5. Penyederhanaan Metode Pemilihan Penyedia


Secara umum, penyederhanaan dalam sistem dan praktek pengadaan di PLN dilakukan melalui:
a.

Adanya Rencana Pengadaan Korporat yang komprehensil, dimana dioptimalkan konsolidasi


kebutuhan, sehingga sebagian besar kebutuhan sudah ditangani oleh Direktorat yang menangani
pengadaan di PLN Kantor Pusat, dan Unit hanya mengeluarkan purchase order (PO) saja.

b.

Adanya penetapan Strategi Umum Pengadaan tiap tahun, sehingga Wakil Pengguna, Pejabat
Perencana dan Pejabat Pelaksana Pengadaan, tinggal menerapkan sesuai kondisi yang ada.

c.

Undangan untuk memasukkan penawaran (quote, bid, proposa/) dikeluarkan untuk calon
Penyedia dalam OPT tersebut oleh Pejabat Pelaksana Pengadaan. Dengan demikian, proses
pengecekan kualifikasi termutakhir akan lebih singkat.

d.

Untuk menghindari terjadinya pengadaan gagal/ulang, dibuka ruang negosiasi.

Metode Pemilihan tergantung pada nilai pengadaan, kondisi pasar dan pengetahuan atas pasar.
Keputusan untuk metode pemilihan tergantung pada:

10

a.

Kebutuhan untuk mendapatkan tingkat kompetisi yang tepat untuk memastikan Value for Money.

b.

Menghindari beban administrasi yang kurang bernilai tam bah jika dibandingkan dengan hasil
kompetisi dan Value for Money.

Gambar 1.5 Metode Pemilihan


Kebutuhan PLN

Pengguna
& Wakil
Pengguna

Tidak Terencana
(Unforeseen)

Terencana

Riset Pasar
Pejabat
Perencana
Pengadaan

Sudah PK dan 00

Belum PK & 00, tapi Pasar


dipahami

Oaftar Penyedia
Terseleksi secara
periodik

Shortlist

Aatau C

Pejabat
Pelaksana
Pengadaan

Tidak
diperlukanl
Tidak
tersedia OPT

Riset Pasar
memuaskan

Hasil Riset
Pasar tidak
memuaskan

Keterangan :
PK = Penilaian Kualifikasi; 00 = Due Diligence

A. Pelelangan Terbatas; B. Pelelangan Terbuka; C. Penunjukan Langsung; O. Pengadaan Langsung.


Secara umum, pedoman pemilihan Metode Pemilihan, pada Gambar 1.5, adalah sebagai berikut:
1.

Pelelangan Terbatas
Pelelangan Terbatas dari OPT merupakan strategi utama pengadaan PLN, yang menjadi satu
kesatuan dengan Riset Pasar, Penilaian Kualifikasi, dan Due Diligence. Jika sudah dilakukan
Riset Pasar tetapi belum dilakukan Penilaian Kualifikasi dan Due Diligence, Pelelangan Terbatas
dilakukan dengan mengundang Penyedia yang masuk dalam shortlist.
Pelelangan Terbatas dengan menggunakan Shortlist digunakan untuk pengadaan jasa dan atau
pengadaan barang yang belum pernah diadakan sebelumnya atau teknologi yang belum pernah
digunakan di PLN namun mempunyai pasar Penyedia yang telah mapan (terbuktilproven).
Shortlist Penyedia harus disusun berdasarkan riset pasar yang mencukupi. Shortlist yang telah

digunakan dalam pelelangan dapat dijadikan OPT setelah memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan.
Pelelangan Terbatas dapat berupa penawaran internasional, nasional, dan lokal.

2.

Pelelangan Terbuka
Jika ada suatu kebutuhan yang sebelumnya tidak direncanakan dan Riset Pasar yang dilakukan
tidak memuaskan untuk menghasilkan shortlist, maka dapat dilakukan Pelelangan Terbuka, yang
diumumkan secara luas guna memberi kesempatan kepada Penyedia Barang/Jasa yang
memenuhi kualifikasi untuk mengikuti pelelangan. Pelelangan Terbuka dapat dilakukan secara
internasional, nasional dan lokal.

11

3.

Pengecualian dari Kompetisi


Secara umum, kompetisi (Pelelangan Terbuka dan Terbatas) merupakan metode paling efektif
untuk memastikan best value for money. Akan tetapi, dengan melihat kebutuhan bisnis dan
momentum, serta aturan yang ada, dapat dilakukan pengecualian (waiver) dari kompetisi.
Meskipun telah dilakukan pengecualian, proses pengeluaran dokumen penawaran harus tetap
dilakukan, beserta RKS, Surat Kuasa Investasi (SKI), metode evaluasi, dan negosiasi.
Pengecualian ini dapat berupa:
a.

Penunjukan Langsung; atau

b.

Pengadaan Langsung

Penunjukan Langsung dilakukan secara langsung dengan menunjuk satu Penyedia Barang/Jasa.
Khusus Penunjukan Langsung dengan metode Open Book dapat dilakukan dengan menunjuk
lebih dari satu Penyedia Barang/Jasa.
Penunjukan Langsung diutamakan untuk BUMN dan anak perusahaannya, perusahaan terafiliasi
BUMN, produsen dalam negeri peralatan ketenagalistrikan (apabila jumlah produsen terbatas
sehingga belum bisa memenuhi persyaratan metode pelelangan terbatas atau terbuka, dan dari
segi

pengadaan

lebih

baik

jika

menggunakan

strategi

kemitraan

strategis),

atau

produsen/pabrikan untuk suatu parts tertentu (misalnya yang membutuhkan parts OEM). Sesuai
prinsip kehati-hatian, untuk proses penunjukan lang sung diperlukan rekomendasi dari Value for
Money Committee.

Pengadaan Langsung yaitu Pengadaan Barang/Jasa yang ada di pasar untuk memenuhi
kebutuhan operasional yang diyakini bahwa harga tersebut merupakan hasil persaingan di pasar,
berteknologi sederhana, berisiko kecil dan dengan nilai tertentu yang ditetapkan oleh Oireksi.
Pengadaan Langsung ini tidak dapat digunakan sebagai alasan memecah paket pekerjaan untuk
menghindari pelelangan.
Oalam Pedoman Umum Pengadaan ini, metode "Pemilihan Langsung" tidak dipakai lagi, karena
secara umum PLN memutuskan untuk mengadopsi metode pemilihan yang secara tata kelola lebih
baik, yaitu "Pelelangan Terbatas". Secara umum dalam good procurement practice, dikenal metode
pemilihan yaitu:
a.

Pelelangan Terbuka (dengan PraiPascakualifikasi, dan yang lulus kualifikasi diundang untuk
memasukkan penawaran).

b.

Pelelangan Terbatas.

c.

Pengecualian dari kompetisi, yaitu Penunjukan Langsung (sesuai kriteria yang ditetapkan) dan
Pengadaan Langsung.

Oalam Pelelangan Terbatas, aspek Transparansi, Kompetisi, dan AkuntabilitasiPengendalian tetap


diutamakan. Aspek Transparansi dipenuhi dengan adanya pengumuman terbuka kepada semua calon
Penyedia untuk mengikuti proses Penilaian Kualifikasi (atau Prakualifikasi, dan Due Diligence untuk
pekerjaan kompleks), yang nantinya dimasukkan dalam OPT. Semua Penyedia yang mempunyai
kualifikasi yang disyaratkan dapat mendaftar untuk dinilai. Aspek Kompetisi dipenuhi dengan adanya
undangan kepada semua Penyedia yang memenuhi kualifikasi di OPT, sedangkan aspek
akuntabilitas/pengendalian, dipenuhi dengan adanya organisasi pengadaan yang memisahkan antara
Pejabat Perencana Pengadaan yang menyelenggarakan kegiatan Penilaian Kualifikasi, Due Diligence,
dan bertanggung jawab atas OPT, dan Pejabat Pelaksana Pengadaan yang menggunakan OPT untuk
diundang memasukkan penawaran.

12

1.6. Strategi Perjanjian/Kontrak sebagai Bagian Strategi Pengadaan


Pedoman Umum ini juga mengadopsi good procurement practice dalam hal pengadaan dan
perjanjian/kontrak, yaitu lebih bersifat kemitraan strategis, berjangka panjang, penyelesaian masalah
bersama, berbagi beban dan keuntungan, sertifikasi vendor, dan sebagainya, termasuk meningkatkan
kualitas komunikasi dengan tetap sembari menjaga tata kelola yang baik.
Bentuk-bentuk perjanjian/kontrak secara umum mengikuti kontinum dalam gam bar berikut:

Gambar 1.6 Berbagai Bentuk Perjanjian/Kontrak Dari Segi Pembagian Risiko

Risiko Penyedia
Risiko PLN
.I

Cost plus fee


contract

Berbagai variasi
diantara dua opsi ini

Fixed price
contract

Dalam hal membuat perjanjian/kontrak yang sesuai dengan Supply POSitioning Matrix, maka PLN
dapat membuka kemungkinan terhadap berbagai bentuk perjanjian/kontrak baru yang mungkin belum
dikenal di PLN, tetapi mulai atau lazim diterapkan dalam bisnis internasional. Jenis perjanjian/kontrak
yang sudah dikenal di PLN tetap berlaku sesuai kebutuhan, seperti perjanjian/kontrak Lumpsum,
Harga Satuan (Unit Price), Gabungan Lumpsum dan Harga Satuan, Terima Jadi (Tum Key), KHS
(Kesepakatan Harga Satuan), Sewa Beli, Angsuran (Defered Payment), Cost Plus Fee (Biaya
Tambah Imbalan Jasa). Para pejabat pengadaan PLN ini harus mempunyai pengetahuan manajemen
perjanjian/kontrak yang dapat memastikan VfM terbaik bagi PLN, baik jenis perjanjian/kontrak yang
sudah diterapkan di PLN maupun yang belum.
Strategi pe~anjian/kontrak berhubungan erat dengan kepemilikan risiko dan kategori sesuai Supply

Positioning Matrix dan hasil dari Riset Pasar. Secara prinsip, suatu pekerjaan yang masuk kategori
leverage, biasanya risiko pekerjaan dapat ditransfer hampir semuanya ke Penyedia yang dipilih dalam
suatu kompetisi (apakah pelelangan terbatas atau terbuka). Perjanjian/Kontrak yang ditawarkan PLN
biasanya berupa fixed price, seperti perjanjian/kontrak harga satuan atau lumpsum.
Sedangkan PLN perlu menanggung risiko jika menghadapi kondisi mendesak untuk segera
menyelesaikan pekerjaan pembangkit yang terkendala di suatu lokasi yang sulit, sementara kondisi
sistem kelistrikan di lokasi tersebut sudah kritis dan pembangkit baru tersebut termasuk dalam solusi
sosial politis bagi masyarakat setempat, maka PLN perlu menanggung hampir semua risiko pekerjaan
tersebut, dengan perjanjian/kontrak, misalnya berupa cost plus fee. Alasan perjanjian/kontrak ini
dipilih, karena secara objektif tidak ban yak kontraktor EPC yang dapat dan mau mengerjakan
pembangkit (pasar Penyedia terbatas), kondisi geografis, kondisi keamanan, dan sosial politik yang
kurang mendukung, serta adanya desakan dari stakeholder terkait untuk menyelesaikan pembangkit
yang terkendala. Oleh karena itu untuk menyelesaikan pekerjaan ini dalam waktu cepat, PLN perlu
mengambil risiko yang ada dengan menawarkan perjanjian/kontrak cost plus fee.
Secara prinsip, perjanjian/kontrak cost plus fee memberikan beban risiko yang besar bagi PLN,
karena Penyedia tidak punya inisiatif yang kuat untuk beroperasi dengan efisiensi biaya yang keta!.

13

Tetapi perjanjian/kontrak jenis ini memberikan jalan agar Penyedia dapat beke~a langsung tanpa
banyak negosiasi yang panjang. PLN tentu perlu melakukan pengawasan biaya dan pekerjaan yang
ketat agar pekerjaan yang dilakukan dapat diterima secara ekonomis (tidak mengalami cost overrun)
dengan kondisi yang ada. Dalam perjanjian/kontrak perlu disepakati biaya apa saja yang
reimbursable, biasanya termasuk antara lain biaya tenaga kerja, material, peralatan, overhead,

asuransi. Biasanya biaya overhead kantor pusat Penyedia tidak dapat diakomodasi.
Dalam prakteknya, perjanjian/kontrak yang ditawarkan PLN berada di antara fixed price dan cost plus
fee, karena itu para pejabat pengadaan PLN perlu memahami perjanjian/kontrak seperti apa yang

dapat memberikan VIM terbaik bagi PLN, sehingga membuka kemungkinan atas berbagai tipe
perjanjian/kontrak yang mungkin dapat diterapkan. Misalnya, bagaimana PLN bersikap jika ada suatu
kontraktor EPC yang menawarkan penggunaan mesin teknologi terbaru untuk diujicobakan di PLN.
Teknologi terbaru tersebut menjanjikan penghematan biaya operasi dalam jangka menengah dan
panjang, tetapi teknologi tersebut belum pernah diterapkan ditempat lain secara komersial, namun
kontraktor bersedia untuk tidak memperoleh keuntungan finansial selama masa pembangunan dan
masa uji coba selama kurun waktu tertentu. Dengan membuka diri terhadap perkembangan teknologi
terbaru yang diakomodasi dalam perjanjian/kontrak yang fleksibel, maka PLN dapat mengejar
momentum bisnis dan teknologi dengan tetap memperhatikan aspek tata kelola perusahaan yang
baik.
Diantara jenis perjanjian/kontrak fixed price dan cost plus fee terse but, ada berbagai jenis
perjanjian/kontrak lain, misalnya :
a.

Supplier incentive contract, yaitu kontrak yang memberikan insentif lebih jika

kine~a

Penyedia

melebihi indikator yang ditetapkan, misalnya penyerahan Comercial Operation Date (COD) lebih
cepat dibandingkan jadwal. Di lain pihak, Penyedia akan mendapatkan laba yang lebih sedikit jika
biaya pekerjaan melebihi anggaran atau target kinerja, seperti jadwal tidak terpenuhi.
b.

Variasi lainnya misalnya cost plus fixed percentage, cost plus fixed fee, atau cost plus fixed fee
with guaranted maximum price contractlbonuS/sharing any cost saving.

1.7. Pentingnya Pendayagunaan Produk Dalam Negeri


BUMN secara umum diberi tugas untuk mendorong ekonomi nasional, diantaranya dengan
mendayagunakan produk dalam negeri. PLN melihat bahwa selain tugas untuk mendorong
pendayagunaan produk dalam negeri sebagai bag ian dari tugas mendorong ekonomi nasional, dalam
hal pengadaan, pendayagunaan prod uk dalam negeri juga menguntungkan PLN langsung atau tidak
langsung, karena membuka kemungkinan tumbuhnya pasar Penyedia, yang nantinya akan
menurunkan risiko suplai bagi PLN.
Secara umum, dengan adanya kebutuhan suatu parts yang dikerjakan sendiri oleh Unit Induk PLN,
atau workshop dalam negeri dan pabrikan dalam negeri dengan metode open book system, maka
PLN dapat mengetahui lebih rinci struktur biaya pembuatan parts tersebut dan supply chain dari suatu
parts. Dengan demikian PLN dapat mempunyai pengetahuan dan posisi tawar yang lebih baik

terhadap pasar Penyedia, terutama parts yang masih disediakan oleh Penyedia OEM yang basis
produksinya di luar negeri. Ini akan menguntungkan PLN karena para Penyedia tahu bahwa PLN atau

14

workshop dalam negeri mempunyai kemampuan membuat sendiri parts tersebut dengan struktur

biaya yang wajar.


Insentif dapat diberikan sebagai bag ian dari strategi pengadaan dan perjanjian/kontrak, dan tidak
terbatas pada yang telah diatur dalam Pedoman Umum ini. Insentif yang diberikan merupakan bag ian
suatu strategi pengadaan dan perjanjian/kontrak. Insentif dapat diberikan dengan mempertimbangkan
dan mengakui bahwa pabrikan dalam negeri telah berinvestasi cukup besar dan memerlukan bisnis
secara berkelanjutan dan bermitra dengan PLN, dengan tetap menerapkan prinsip pengadaan yang
sehat, seperti harga yang disepakati merupakan harga yang wajar, dan harganya maksimal sama
dengan jika membeli dari Penyedia luar negeri, kecuali ditentukan lain.

1.8. Prinsip Dasar


Berdasarkan filosofi pengadaan yang telah dijelaskan sebelumnya, yang menjelaskan amanat dari
Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-05/MBU/2008 Tentang Pedoman
Umum Pelaksanaan Pengadaan Barang Dan Jasa Badan Usaha Milik Negara ("Permen BUMN
05/2008") dan

Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-15/MBU/2012

Tentang Perubahan Atas Pedoman Umum Pelaksanaan Pengadaan Barang Dan Jasa Badan Usaha
Milik Negara peraturan perubahannya Permen BUMN ("Permen BUMN 15/2012"), maka dalam
Pedoman Umum Pengadaan PLN menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a.

Efisien: Pengadaan Barang/Jasa harus diusahakan untuk mendapatkan hasil yang optimal dan
terbaik dalam waktu yang cepat dengan menggunakan dana dan kemampuan seminimal
mungkin secara wajar dan bukan hanya didasarkan pada harga terendah.

b.

Efektif: Pengadaan Barang/Jasa harus sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan dan
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya sesuai dengan sasaran yang ditetapkan.

c.

Kompetitif: Berarti Pengadaan Barang/Jasa harus terbuka bagi Penyedia Barang/Jasa yang
memenuhi persyaratan dan dilakukan melalui persaingan yang sehat di antara Penyedia
Barang/Jasa yang setara dan memenuhi syaratlkriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan
prosedur yang jelas dan transparan.

d.

Transparan: Semua ketentuan dan informasi mengenai Pengadaan Barang/Jasa, termasuk


syarat teknis administrasi pengadaan, tata cara evaluasi, hasil evaluasi, penetapan calon
Penyedia Barang/Jasa, sifatnya terbuka bagi peserta Penyedia Barang/Jasa yang berminat.

e.

Adil dan wajar: Berarti memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon Penyedia
Barang/Jasa yang memenuhi syarat.

f.

Akuntabel: Harus mencapai sasaran dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga menjauhkan


dari potensi penyalahgunaan dan penyimpangan.

1.9. KebiJakan Umum Pengadaan Barang/Jasa


Berdasarkan filosofi pengadaan yang telah dijelaskan sebelumnya, yang menjelaskan amanat dari
Permen BUMN 05/2008, sebagaimana telah diu bah dengan Permen BUMN 15/2012, maka Pedoman
Umum Pengadaan Barang/Jasa PLN, menerapkan Kebijakan Umum Pengadaan Barang/Jasa
sebagai berikut:

15

1.

Menyesuaikan dengan Permen BUMN 05/2008, sebagaimana telah diubah dengan Permen
BUMN 15/2012 dan international good procurement practice. Sehingga PLN sebagai badan
usaha dapat melakukan pengadaan barang/jasa secara cepat, fleksibel, efisien dan efektif, agar
tidak kehilangan momentum bisnis yang dapat menimbulkan kerugian, dan dapat memenuhi
kebutuhan bisnis dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip efisien, efektif, kompetitif,
transparan, adil dan wajar, serla akuntabel.

2.

Meningkatkan nilai PLN sebagai konsumen dengan melakukan agregasi kebutuhan dan
membuat Strategi Perjanjian/Kontrak yang tepat sesuai dengan hasil riset pasar PLN.

3.

Mengubah Strategi Pengadaan PLN dari transaksional dan jangka pendek, menjadi kemitraan
dan berjangka lebih panjang, yang disesuaikan dengan kondisi pasar dan good practice yang
berlaku, sehingga PLN akan bermitra dengan perusahaan yang berkinerja baik dan beritikad baik
untuk berbagi manfaat dan biaya secara terbuka.

4.

Meningkatkan Sistem Manajemen Penyedia yang memadai, melalui penilaian kualifikasi (atau
Prakualifikasi) secara periodik dan OPT yang selalu dimutakhirkan berdasarkan

kine~a,

sehingga

dapat dihindari hubungan bisnis dengan Penyedia yang mempunyai kinerja buruk dan tidak
bernilai tambah.
5.

Mendorong Produksi Dalam Negeri, rancang bangun, dan perekayasaan nasional, sesuai
ketentuan perundangan yang berlaku.

6.

Mendorong sinergi antar BUMN, Anak Perusahaan BUMN, dan/atau Perusahaan Terafiliasi
BUMN atau antar Anak Perusahaan BUMN dan/atau antar Perusahaan Terafiliasi BUMN, serta
produsen dalam negeri peralatan ketenagalistrikan dalam rangka meningkatkan efisiensi usaha
dan perekonomian nasional.

16

BAB II
ORGANISASI PENGADAAN BARANG/JASA PT PLN (PERSERO)

Sesuai dengan praktek manajemen yang baik dan sistem pengendalian internal yang baik, dalam suatu
organisasi perlu ada struktur organisasi yang memisahkan fungsi, memberikan wewenang/otorisasi, tugas,
dan tanggung jawab yang baik, serta staf yang profesional dan kompeten sesuai dengan tanggung
jawabnya.
Oleh karena itu struktur organisasi pengadaan di PLN dirancang untuk menerapkan sistem pengendalian
intemal yang baik, dengan memisahkan fungsi, wewenang/otorisasi, tugas dan tanggung jawab, dalam
beberapa pihak, sesuai proses bisnis pengadaan yang baik dan mencakup keseluruhan siklus daur hidup,
yang diwakili dalam beberapa pihak sesuai gambar di bawah ini.

Gambar 2.1 Gambaran Umum Peran Para Pihak Dalam Pengadaan Proyek

Proyek dimulai

Proyek ditutup

1 - 3 tahun

Konseptualisasi

"

Engineering
& Design,
Bid Doc
Pemilihan
Penyedia

Penggunal
Wakil Pengguna
(

Pejabat
Perencana
Pengadaan

,,
,,
,,
,,
,,
,,

Konstruksl,
Manajemen
Kontrak

"

Operasional

Penggunal Wakil Pengguna

"

Pejabat
Pelaksana
Pengadaan

"

"

Gambaran di atas merupakan gambaran umum dalam suatu proyek pembangunan (investasi) di PLN,
seperti pembangunan pembangkit dengan EPC atau konstruksi transimisi atau distribusi. Gambaran di
atas dapat disesuaikan dengan jenis pengadaan lain yang mempunyai kekhasan tersendiri.
Tahapan sesuai gambaran di atas berjalan tidak saja secara berurutan, tetapi juga ada overlaps antara
tahap yang satu dengan yang lainnya, dan memperlihatkan bahwa koordinasi dan komunikasi antara para
pihak yang terlibat dalam pengadaan di PLN harus berjalan dengan baik.
Berdasarkan gambaran umum di atas, maka secara umum dalam organisasi pengadaan yang sesuai
kategori strategis di Kantor Pusat dan Unit Induk, maka ada beberapa pihak yang terlibat dalam
pengadaan. Untuk pekerjaan yang berada dalam kategori lainnya, maka organisasi disesuaikan dengan
tetap memelihara prinsip pembagian tugas dan wewenang.

17

2.1. Pengguna Barang/Jasa


Secara umum Pengguna Barang/Jasa adalah penerima manfaat paling akhir (ultimate beneficiary)
atau pengguna dari barang, jasa, atau pekerjaan yang dihasilkan dari suatu proses pengadaan.
Pengguna Barang/Jasa terlibat dalam konseptualisasi suatu kebutuhan, Engineering dan Design
untuk memenuhi kebutuhan tersebut (diantaranya perencanaan dan pembuatan RKS), serta terlibat
dalam manajemen perjanjian/kontrak dan utilisasi hasil pengadaan tersebut.
Dalam praktek di PLN, maka lungsi Pengguna Barang/Jasa disesuaikan dengan kebutuhan dan batas
kewenangan, dapat berupa Direksi atau Pejabat satu tingkat di bawah Direksi atau GM/Kepaia atau
Pejabat yang diberi kuasa yang bertanggung jawab atas pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa dalam
lingkungan

ke~a

PLN.

Pengguna Barang/Jasa dapat menjadi penandatangan perjanjian/kontrak (Contract Award Authority),


sesuai dengan batasan kewenangan.Contract Award Authority secara keseluruhan bertanggung
jawab terhadap proses pengadaan, termasuk perencanaan pengadaan sesuai kewenangannya.
Tetapi Contract Award Authority dapat juga bukan pengguna langsung, tetapi merupakan Pengguna
Antara, seperti pejabat struktural PLN di Kantor Pusat yang menangani suatu bidang tertentu,
misalnya Transmisi, Distribusi, atau Pembangkitan. Pejabat struktural ini ditugaskan untuk melakukan
konsolidasi pengadaan, misalnya konsolidasi kebutuhan parts untuk Distribusi, maka dapat ditunjuk
atau disepakati perjanjianlkontrak dikelola oleh Kepala Divisi Distribusi atau Direksi yang terkait,
mewakili Unit Induk yang membutuhkan parts distribusi.

Gambar 2.2 Kolaborasi Dalam Pengadaan

Pengguna
mendefinisikan
kebutuhan

Pengetahuan
dari Pejabat
Pengadaan

--

Value for Money

Dalam hal contract award authority ini, perlu diperhatikan bahwa secara prinsip pengadaan
merupakan kolaborasi antara dua pihak, yaitu Pengguna dan Pejabat Pengadaan. Kolaborasi ini juga
mensyaratkan adanya check and balance, sehingga dapat mencapai Value for Money yang optimal.
Secara prinsip, Pengguna adalah pihak yang mempunyai kebutuhan, yang mendefinisikan spesifikasi,
dan yang mempunyai anggaran serta dipantau indikator kinerjanya, oleh karena itu Pengguna adalah
pihak yang menandatangani perjanjian/kontrak.
Pejabat Pengadaan secara prinsip membantu Pengguna dengan menyediakan jasa dalam hal, antara
lain:
a.

Peran strategis : pemahaman atas pasar & rantai suplai; sourcing dengan pengetahuan detail
mengenai kualitas, biaya, dan delivery; melakukan standardisasi & konsolidasi, dan sebagainya.

b.

Peran Taktis : keterampilan negosiasi, menyusun perjanjian/kontrak, dan sebagainya.

18

c.

Peran Operasional : mengeluarkan Surat Perintah Kerja (SPK), dan sebagainya.

Pedoman ini dirancang agar Pengguna terlibat selama proses pengadaan, berkolaborasi dengan
Pejabat (PerencanalPelaksana)

Pengadaan, tetapi tetap menjaga check and balance, dan

menandatangani perjanjian/kontrak sebagai pemilik peke~aan.

2.2. Wakll Pengguna


Wakil Pengguna adalah pejabat struktural yang diberi tugas fungsi mewakili Pengguna Barang/Jasa
dalam hal pengadaan, terutama dalam hal perencanaan dan pengendalian perjanjian/kontrak, baik di
Divisi Kantor Pusat dan Unit, disebut juga Requisitioner. Wakil Pengguna beke~asama dengan
Pejabat Perencana Pengadaan dan Pejabat Pelaksana Pengadaan di Kantor Pusat dan Unit Induk
untuk menyediakan informasi yang diperlukan selama tahap Perencanaan Pengadaan Korporat,
Perencanaan

Pengadaan

Unit,

Persiapan

Pengadaan

per Paket,

Pelaksanaan

Pengadaan

Barang/Jasa, dan proses Finalisasi Perjanjian/Kontrak. Wakil Pengguna juga secara aktif mengelola
pe~anjian/kontrak

pengadaan dan perubahannya (bila ada) mewakili Pengguna Barang/Jasa.

Sesuai dengan kebutuhan dengan tetap memperhatikan sistem pengendalian internal yang baik,
maka fungsi Wakil Pengguna dapat dimodifikasi sesuai kondisi yang ada.

2.3. Pejabat Perencana Pengadaan


Pejabat Perencana Pengadaan adalah jabatan struktural di Kantor Pusat dan di Unit Induk, yang
mempunyai fungsi perencanaan pengadaan, kecakapan profesional dengan kualifikasi tertentu,
pengalaman dan kemampuan untuk menangani perencanaan portofolio pengadaan yang ditugaskan
kepada mereka, terutama yang masuk dalam kategori Strategis, Leverage, dan Critical/Bottleneck.
Pejabat Perencana Pengadaan bertanggung jawab menghasilkan Rencana Pengadaan Korporat atau
Unit Induk dan Strategi Pengadaan PLN yang berlaku setiap tahun, serta menangani DPT (Iebih lanjut
lihat Bab 3 Perencanaan Pengadaan Korporat).

2.4. Pejabat Pelaksana Pengadaan


Pejabat Pelaksana Pengadaan adalah jabatan struktural di Kantor Pusat, Unit Induk dan Unit
Pelaksana, yang ditunjuk oleh Pengguna Barang/Jasa, yang mempunyai kecakapan profesional
dengan kualifikasi tertentu, pengalaman dan kemampuan untuk menangani portofolio pengadaan
yang ditugaskan kepada mereka.
Tugas Pejabat Pelaksana Pengadaan yang utama adalah melaksanakan proses pengadaan sesuai
dengan rencana pengadaan yang sudah disusun bersama dengan Wakil Pengguna dan Pejabat
Perencana

Pengadaan,

mulai

dari

Pengumuman,

Evaluasi,

sampai

ke

Penyusunan

Perjanjian/Kontrak.
Dalam kondisi tertentu, Pengguna Barang/Jasa dapat menunjuk pihak luar untuk menjadi procurement

agent yang menjalankan tugas sebagai Pejabat Pelaksana Pengadaan. Justifikasi atas kondisi dan
pemilihan ini diajukan oleh Pengguna Barang/Jasa kepada Value for Money Committee untuk
mendapatkan rekomendasi dan harus dilakukan dengan menjaga prinsip good governance.
19

Procurement agent tersebut dapat berupa perusahaan atau lembaga yang mempunyai keahlian yang
sesuai. Procurement agent dipilih berdasarkan metode pengadaan yang sesuai, baik sebagai swasta,
lembaga nonprofit (baik nasional maupun internasional, seperti World Bank, ADB), atau lembaga
pemerintah (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP), universitas, Unit
Layanan Pengadaan Kementerian/Pemerintah Daerah (ULP).

2.5. Value for Money Committee.


Value for Money Committee adalah komite kajian kesesuaian antara prinsip value for money dan
prosedur untuk pengadaan di PLN. Keanggotaan komite ini melekat pada fungsi jabatan tertentu dan
ditetapkan oleh Direksi atau Keputusan General Manager/Kepala di Unit Induk.
Seeara umum Value for Money Committee bertugas untuk:
a.

Menilai keeukupan strategi pengadaan dan perjanjian/kontrak untuk seluruh portofolio pengadaan
PLN, untuk menjadi pedoman pengadaan secara umum dalam satu tahun anggaran.

b.

Menilai keeukupan rekomendasi calon pemenang suatu pengadaan kepada Pengguna


Barang/Jasa, dengan melihat unsur value for money, untuk peke~aan yang dinilai besar, sesuai
batasan kewenangan di PLN.

e.

Menilai strategi lain atau keputusan lain terkait pengadaan yang diperlukan.

2.6. Implementasi Pembagian Peran dan Tanggung Jawab dalam Organisasi Pengadaan
Barang/Jasa
Implementasi dalam organisasi pengadaan dapat disesuaikan dengan kondisi yang ada, dengan tetap
menjaga praktek manajemen yang baik dan sistem pengendalian internal yang baik, seperti
pemisahan fungsi, wewenang, otorisasi dan peneatatan dalam pengadaan, serta staf yang profesional
dan kompeten sesuai dengan tanggung jawabnya.

20

BAB III

PERENCANAAN PENGADAAN KORPORAT


3.1. Perencanaan Pengadaan Korporat
Pengadaan Barang/Jasa mempunyai dampak signifikan terhadap pencapaian tujuan dari PLN. oleh
karena itu PLN menetapkan Rencana Pengadaan Korporat pada setiap periode. Rencana Pengadaan
Korporat adalah daftar umum yang meliputi kebutuhan korporat atas barang dan jasa, yang disusun
sesuai dengan portofolio pengadaan PLN dan membedakan antara Strategic, Critical/Bottleneck,
Leverage, dan Rutin, beserta strategi masing-masing, estimasi kuantitas, estimasi nilai, estimasi

waktu penyerahan, estimasi anggaran, dan target secara korporat.


Tujuan Pereneanaan Pengadaan Korporat adalah sebagai berikut:
a.

Untuk mempersiapkan Strategi Pengadaan Korporat PLN, yang dilakukan berdasarkan riset
pasar dan anal iSis risiko atas spend analysis portofolio pengadaan barang dan jasa PLN.

b.

Untuk menetapkan target pengadaan korporat, diantaranya target konsolidasi Reneana


Pengadaan, target kualitas, target optimum inventory level, target pemanfaatan produksi dalam
negeri, beserta pengukuran atas peneapaian tujuan dan kinerja pengadaan PLN, agar dapat
dilakukan benchmark secara berkala.

e.

Untuk mengoptimalkan integrasi berbagai sistem dan database terkait pengadaan barang dan
jasa, termasuk database DPT yang diupdate berdasarkan kinerja dan perjanjian/kontrak.

d.

Untuk mengoptimalkan harmonisasi kebijakan dan implementasi serta standar pengadaan.

Pereneanaan Pengadaan Korporat menjadi tanggung jawab Direktorat yang menangani perencanaan
Pengadaan di tingkat Kantor Pusat PLN, mengkoordinasikan seluruh perencanaan kebutuhan
pengadaan barang/jasa PLN, baik yang dibutuhkan di Kantor Pusat maupun Unit Induk. Sedangkan
perencanaan strategi pengadaan di tingkat Unit Induk dikoordinasikan oleh Unit Induk atau pejabat
yang ditunjuk sebagai Wakil Pengguna, dibantu oleh Pejabat Perencana Pengadaan.
Dokumen yang dihasilkan dari proses pereneanaan pengadaan korporat adalah Dokumen Reneana
Pengadaan Korporat.
Pereneanaan Strategi Pengadaan dilakukan seeara periodik sesuai siklus pereneanaan PLN, baik
dalam satu tahun kalender atau gabungan beberapa tahun kalender.
Gambar 3.1 Pelaksanaan Perencanaan Strategi Korporat

1.
Mengkaji
tugas &
strategi
korporat PLN

2.

5.

Mengkaji
portofolio
pengadaan PLN

Identifikasi
tujuan & strategi
pengadaan
korporat

3.
Mengkaji
kapabilitas &
organisasi

/'

6.
Pengukuran
kinerja
pengadaan

4.
Riset Pasar &
Penyusunan
OPT

pengadaan PLN

21

Pelaksanaan Perencanaan Strategi Pengadaan Korporat ini dilakukan meliputi kegiatan-kegiatan


antara lain:
a.

Melakukan kajian atas tugas dan strategi PLN secara korporat.

b.

Melakukan kajian atas portofolio pengadaan PLN (kategori dan standardisasi barang dan jasa di
PLN, seperti energi primer, material distribusi utama, material transmisi utama, dan sebagainya).

c.

Melakukan kajian atas kapabilitas dan organisasi pengadaan di PLN.

d.

Melakukan Riset Pasar dan penyusunan OPT.

e.

Melakukan identifikasi tujuan dan strategi pengadaan korporat PLN sesuai portofolio pengadaan
PLN.

f.

Melakukan pengukuran kinerja atas strategi pengadaan korporat.

3.1.1.

Kajian Tugas dan Strategi Korporat PLN

Tujuan akhir dari pengadaan adalah memberi nilai tambah untuk PLN dalam melaksanakan
visi dan misi perusahaan.Kegiatan pengadaan mendukung pencapaian mandat PLN dengan
memberikan masukan (barang, jasa, dan pekerjaan) terhadap kegiatannya.
Karena itu sebelum membuat strategi pengadaan PLN, perlu dikaji dahulu tugas dan strategi
PLN secara korporat, seperti business plan, dan dokumen perencanaan strategis lainnya.
3.1.2.

Kajian Portofolio Pengadaan PLN

Kegiatan ini adalah mengkaji procurement spend dan membuat procurement profile.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran menyeluruh dan komprehensif semua
kebutuhan barang, jasa dan pekerjaan di PLN.
Spend analysis ini dapat berupa beberapa hal sebagai berikut:
a.

Nilai belanja dan transaksi per komoditas atau kategori, dan sebagainya.

b.

Berapa ban yak Penyedia per komoditas atau kategori, dan sebagainya.

c.

Nilai rata-rata pembelian/pengadaan, dan sebagainya.

d.

Nilai total pengadaan per Penyedia, dan sebagainya.

e.

Oistribusi transaksi menu rut lokasi geografis, menu rut kecil-besar, dan sebagainya.

f.

Nilai belanja dan transaksi per Oivisi/Unit Induk, atau per Pejabat Pelaksana Pengadaan.
dan sebagainya.

g.

Jumlah staf yang terlibat per transaksi atau kelompok kategori, dan sebagainya.

h.

Perbandingan historis/tahunan tiap komoditas atau kategori, dan sebagainya.

i.

Perbandingan waktu antara berbagai metode pengadaan, sesuai nilai, dan sebagainya.

j.

Berapa banyak yang repeat order, berapa banyak perjanjian/kontrak yang diterminasi,
dan sebagainya.

Untuk itu perlu dibuat standardisasi material dan spesialisasi pekerjaan di PLN. Ini dapat
dilakukan dengan menganalisa hasil pengadaan masa lalu dan membuat proyeksi masa
depan. yang dikaitkan dengan faktor risiko, sesuai Supply Positioning Matrix, serta membuat
strategi yang sesuai dengan tiap kategori material dan spesialisasi pekerjaan tersebut.

22

3.1.3. Kajlan Kapabilitas dan Organisasi Pengadaan PLN


Tujuannya adalah untuk menilai apakah organisasi pengadaan PLN saat ini mampu untuk
mencapai sasaran yang ditargetkan. Hal ini dilakukan dengan mengkaji kapabilitas personalia
dan organisasi pengadaan di PLN, dengan melihat pada:
a. Tugas, tanggung jawab, struktur, dan pelaporan.
b. Proses dan sistem pengadaan.
c. Kapasitas personalia yang terlibat dalam pengadaan.
Lebih lengkapnya sebagai berikut:

Aspek

Yang dianalisa

Tugas, tanggung
jawab, struktur,
pelaporan,

Apakah tugas dan tanggung jawab jelas didefinisikan?


Siapa saja yang terlibat dalam pengadaan dan bagaimana garis
tanggung jawabnya?
Sejauh mana pengadaan dipusatkan atau didesentralisasikan?
Sejauhmana tanggung jawab dari Pejabat Perencana
Pengadaan
terhadap
pengadaan
Leverage
dan
CriticallBottleneck?
Bagaimana
pengadaan
yang
didesentralisasikan di Unit Induk?
Apakah informasi riset pasar, katalog produk, OPT, mudah
diakses?
Bagaimana penilaian kinerja Oirektorat yang menangani
pengadaan?

Proses dan sistem


pengadaan

Kapasitas personalia
yang terlibat dalam
pengadaan

Bagaimana pengadaan dilakukan untuk berbagai kategori dan


material, termasuk apakah dianalisa biaya transaksinya?
Apakah sistem e-procurement dipakai? Seperti e-catalogues,
pembayaran, dan
e-tendering, inventory management,
sebagainya?
Bagaimana pengadaan yang dipusatkan dilakukan, seperti
kontrak jangka panjang, kontrak payung, prakualifikasi, OPT,
dan sebagainya?
Apakah informasi manajemen pengadaan mudah diakses?
Termasuk portofolio pengadaan, informasi kinerja Penyedia.
Apa saja tools yang ada dan bagaimana diimplementasikan?
Seperti standar pengumuman, standar RKS, standar bidding
document, dan Standard Operation Procedures (SOP) lainnya
Apa saja hasil audit terakhir dan perbaikannya?
Apa saja isu dan trend yang muncul dalam Value for Money
Committee?
Apa saja isu dan trend yang muncul dalam Contract Discussion
dengan calon Penyedia?

Apakah tingkat kapasitas personalia sepadan dengan portofolio


yang ditugaskan?
Apakah tingkat kapasitas dievaluasi secara rutin?
Apakah ada strategi jangka panjang dalam rekrutmen, seleksi,
pelatihan, sertifikasi person alia?

23

3.1.4.

Riset Pasar dan Penyusunan Oaftar Penyedia Terseleksi (OPT)


Kegiatan berikutnya terkait dengan Riset Pasar dan proses penyusunan OPT. Riset Pasar
adalah riset untuk mengidentifikasi dan mendapatkan seluruh informasi yang relevan terkait
kebutuhan pengadaan barang, jasa atau pekerjaan, yang akan digunakan untuk membuat
strategi

pengadaan dan

perjanjian/kontrak untuk mencapai tujuan

pengadaan yang

ditetapkan. Data dan informasi yang perlu dikumpulkan termasuk informasi biaya dan harga,
perkembangan teknologi dan rekayasa termutakhir, beserta alternatifnya, serta kualifikasi
Penyedia yang diharapkan. Proses Penilaian Kualifikasi dan Due Diligence merupakan bag ian
dari Riset Pasar.
Data dan informasi yang dikumpulkan tergantung pada kategori dalam Supply Positioning
Matrix (lihat Gambar 1.4). Untuk kategori Rutin, cukup dengan
mampu melalui proses Penilaian Kualifikasi. Untuk

identifikasi Penyedia yang

kategori CrlticallBottleneck, Leverage,

atau Strategis, Pejabat Perencana Pengadaan melakukan analisis penuh terhadap pasar
Penyedia, yang dikelompokkan ke dalam enam kategori:
1.

Struktur Pasar:
a.

Berapa banyak Penyedia di pasar;

b.

Ukuran Penyedia (kapasitas produksi, pangsa pasar);

c.

Lokasi geografis Penyedia;

d.

Tingkat konsentrasi pasar;

e.

Bagaimana struktur kepemilikan dari pasar;

f.

Siapa market leaders dan followers;

g.

Bagaimana tingkat diferensiasi produk.

2. Kompetisi:
a.

Bagaimana Penyedia

berkompetisi,

dari

segi

kualitas,

harga.

service,

dan

sebagainya;
b.

Apa barriers to entry ke pasar;

c.

Apakah ada competitive advantage dari suatu Penyedia tertentu;

d.

Bagaimana trend pasar;

e.

Apakah ada pembatasan atau pengaturan oleh pemerintah, seperti ijin-ijin operasi,
sertifikasi, dan sebagainya.

3.

Rantai Suplai:
a.

Seberapa kompleks rantai suplai;

b.

Apakah stabil atau rentan terhadap sesuatu;

c.

Apakah ada tingkat ketergantungan tinggi terhadap suatu Penyedia atau sub
kontraktor;

d.

Bagaimana tiap tahap dari rantai suplai berkontribusi terhadap produk akhirl end
product,

e.
4.

Bagaimana tipikal metode transportasi dan pengantaran.

Barang/Jasa Pengganti:
a.

Apakah ada barang dan jasa lainnya yang ada dan bisa memenuhi kebutuhan dari
Pengguna;

b.

Apakah ada pengganti yang dapat memenuhi persyaratan yang sama;

24

5.

Nilai PLN sebagai Konsumen:


a.

Bagaimana pangsa pasar PLN sebagai konsumen;

b.

Apakah PLN merupakan mitra bisnis utama, 'sapi perah/cash cow', atau dilihat
sebagai gangguan dari Penyedia;

c.
6.

Bagaimana tingkat keatraktifan dari PLN sebagai konsumen.

Faktor Lingkungan Luar:


Termasuk

diantaranya

analisis

ekonomi,

hukum,

budaya,

politik,

lingkungan/sustainability, yang mempunyai dampak terhadap PLN dalam melakukan

operasinya, antara lain:


a.

Apa dampak dari perubahan iklim ekonomi di tingkat nasional dan internasional
terhadap PLN dan industri Penyedia, termasuk nilai tukar dan suku bunga;

b.

Apakah ada kelompok-kelompok sosial tertentu yang dapat berdampak terhadap


pasar. Apakah ada masalah sensitivitas budaya yang dapat berdampak terhadap
pengadaan;

c.

Apakah ada peraturan nasional yang bedampak terhadap suatu industri Penyedia,
seperti Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN);

d.

Apakah isu utama lingkungan yang bisa berdampak terhadap suatu industry;

e.

Penyedia mana yang lebih maju dalam isu lingkungan/sustainabilily.

Sumber informasi Riset Pasar dapat digali dari berbagai sumber, antara lain:
a.

Sumber internal: daftar Penyedia yang ada, kontrak yang ada, dan sebagainya.

b.

Perusahaan lain: perusahaan listrik lain di ASEAN/Asialdunia, perusahaan BUMN lain,


dan sebagainya.

c.

Referensi lain: Buku Kuning telepon, daftar dari asosiasi, majalah dan publikasi khusus
kelistrikan dan keteknikan, dan sebagainya.

d.

Request For Information (RFI): RFI biasanya merupakan iklan yang dipasang di media

bersirkulasi luas, media khusus profesi, surat kepada perusahaan yang sudah diketahui,
dan sebagainya. RFI harus dilakukan secara tertulis dan bersifat permintaan informasi
yang tidak mengikat. Informasi yang didapatkan, diantaranya permintaan spesifikasi
teknis, indikasi harga, indikasi ketersediaan suplai.
e.

Request for Expression of Interest (REOI): Request for expression of interest (REOI)

adalah metode untuk menyebarkan informasi seluas mungkin kepada calon Penyedia
untuk mendaftar sebagai Daftar Penyedia Terseleksi, yang kemudian dapat dilakukan
penilaian kualifikasi, Due Diligence, atau diundang langsung sesuai shortlist. Informasi
yang diminta untuk dimasukkan, diantaranya dapat berupa surat pernyataan minat,
katalog

produk,

sumberdaya,

kualifikasi,

kemampuan

teknis,

keuangan,

riwayat

pengalaman, infrastruktur etika, manajemen K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja),


aspek lingkungan.
Dalam kaitan ini juga dilakukan Kajian Risiko Pengadaan. Risiko merupakan paparan atas
kerugian karena dampak dari uncertainty. Risiko selalu ada pada setiap tahap pengadaan.

25

Proses mengelola risiko merupakan tanggung jawab dari unit bisnis (manajemen), yang
dibantu oleh fungsi manajemen risiko.
Analisis atas risiko pengadaan merupakan tanggung jawab Pejabat Perencana Pengadaan
yang dibantu oleh Wakil Pengguna tiap Oivisi dan fungsi manajemen risiko. Pada pengadaan
yang bersifat strategis, Pengguna Barang/Jasa dapat meminta kajian risiko pengadaan yang
lebih komprehensif kepada Pejabat Perencana Pengadaan, dibantu oleh Wakil Pengguna,
dan fungsi manajemen risiko.
Selanjutnya adalah Penilaian Kualifikasi, Due Diligence, dan OPT. Secara umum PLN akan
melakukan Penilaian Kualifikasi dan Due Diligence untuk portofolio pengadaan PLN, untuk
menghasilkan OPT yang berlaku dalam masa tertentu, dan dengan penyesuaian terhadap
kondisi Penyedia yang ada secara periodik atau setiap kebutuhan yang dipandang perlu.
Adanya OPT dengan Penilaian Kualifikasi dan Due Diligence memberi kepastian bahwa
penawaran pekerjaan hanya dilakukan kepada calon Penyedia yang telah memenuhi
persyaratan PLN, untuk itu Pejabat Perencana Pengadaan dapat memanfaatkan data dan
hasil REOI atau membuka undangan prakualifikasi khusus.
PLN memberlakukan OPT untuk mempermudah proses pengadaan, akan tetapi PLN juga
perlu mempunyai strategi khusus bagaimana daftar ini tidak menjadi barrier to entry
(menghalangi) perusahaan yang memang mempunyai kredibilitas dan kemampuan di suatu
bidang, untuk berusaha di bidang lain. PLN berkepentingan untuk memperluas pasar
Penyedia dan mengamankan suplai, baik pada tingkat daerah, nasional, dan intemasional.
Pejabat Perencana Pengadaan bertanggung jawab menyusun strategi ini.
Hasil proses diatas adalah adanya OPT yaitu daftar Penyedia yang lulus penilaian kualifikasi
dan secara periodik dimutakhirkan untuk mengetahui kinerja terakhir. OPT memuat juga daftar
hitam dari Penyedia yang tidak berkualifikasi baik atau kinerja buruk. Oaftar ini ada yang
bersifat nasional dan lokal. OPT Lokal dibuat oleh Pejabat Perencana Pengadaan dan Wakil
Pengguna di Unit Induk,

dengan

persyaratan

kualifikasi

yang disesuaikan dengan

kemampuan Penyedia lokal, membuka kesempatan bagi Penyedia lokal yang sudah
berpengalaman di luar PLN, atau mempunyai sertifikat yang diperlukan, agar pasar Penyedia
PLN tetap kompetitif. Sedangkan OPT yang bersifat nasional atau OPT Korporat dibuat oleh
Pejabat Perencana Pengadaan di Kantor Pusat untuk dipergunakan dalam proses pemilihan
Penyedia Barang/Jasa secara nasional.
Masa Berlaku OPT disesuaikan antara kebutuhan untuk mempermudah

peke~aan

pengadaan

PLN dengan upaya mendapatkan Penyedia baru yang mampu. Oleh karena itu OPT dapat
berlaku dalam satu periode, misalnya tiga tahun, dengan penyesuaian dan pembukaan
penilaian kualifikasi dilakukan secara periodik.

3.1.5.

Kajian Tujuan dan Strategi Pengadaan PLN


Kegiatan berikutnya adalah melakukan identifikasi tujuan pengadaan PLN, yang dibangun dari
analisis yang sudah dilakukan sebelumnya. Tujuan ini, misalnya:
a.

Mengurangi inventory dari 120 menjadi 80 hari.

b.

Mengurangi jumlah transaksi dan kegiatan administrasi pengadaan (seperti jumlah


invoice) sebesar 30%.

c.

Menghemat 15% dari total anggaran pengadaan di kategori Leverage.

26

d.

Meningkatkan

keamanan

Penyediaan

(security

of

supply)

untuk

kategori

Critica/l8ottleneck, dan tetap menjaga total inventory PLN sesuai target 80 hari dalam
waktu 2 tahun.
e.

Implementasi ISO 9001 pada proses pengadaan di PLN.

f.

Meningkatkan

jumlah

Pejabat

Perencana

dan

Pelaksanan

Pengadaan

yang

mendapatkan sertifikasi internasional.


Kegiatan berikutnya adalah melakukan identifikasi strategi pengadaan PLN untuk setiap
kategori barang, jasa atau pekerjaan sesuai Supply Positioning Matrix dan digabungkan
dengan hasH Riset Pasar untuk menjadi rekomendasi strategi pengadan dan kontrak terhadap
portofolio PLN, yang dapat memberikan value for money terbaik untuk PLN.
3.1.6.

Pengukuran Kinerja Pengadaan PLN


Kegiatan berikutnya adalah melakukan pengukuran kinerja atas strategi korporat sesuai
portofolio pengadaan PLN. Ini dilakukan dengan membandingkan antara tujuan, target dan
indikator kinerja utama yang disepakati PLN,dapat juga dilakukan benchmarking dengan
perusahaan lain, seperti perusahaan listrik di ASEAN, atau sesama BUMN.

Tabel3.1 Contoh Ukuran Kinerja

,1'

["i~r~j;:. r.i.'~'~';Y'.'~~!!~~'kinifj8 ".; ;. '0.:'. c.


r..

Efisiensi dari proses kompetisi

.,?

..

;;

1.

.....

'.

"'

...

olndikatdr

'.
'0

'

......
. \

'"

#ih'

~ '!~~

Banyaknya penawaran yang sesuai RKS.

2. Banyaknya Penyedia yang memasukkan penawaran.


3. Masukan positif dari Penyedia dalam proses
pengadaan.
Pengurangan biayalpeningkatan biaya secara
positif (cost reductionlimprovement)

1.

2.
3.
4.
5.
Manajemen Penyedia

Efisiensi sistem dan proses internal

TingkatlJumlah penghematan/pengurangan biaya


yang tercapai.
TingkatlJumlah biaya pengadaan di Kantor Pusat
karena agregasi dibandingkan penghematan waktu
dan biaya yang dicapai.
Pengurangan inventory.
Berkurangnya barang yang terlambat distok.
Jumlah barang, jasa, dan pekerjaan yang tidak
memuaskan.

2.

Banyaknya Penyedia baru yang masuk dalam DPT,


banyaknya penyerahan ProyekfCOD yang mundur
darijadwal.
Tingkat kualitas yang tercapai.

1.

Volume dari transaksi bernilai rendah (low value).

1.

2. Penggunaan mekanisme agregasi kebutuhan, kontrak


payung, atau kontrak jangka panjang.

3. Pengurangan biaya transaksi.


Manajemen pengadaan

4.

Kepuasan konsumen internal (pengguna).

1.

Persentase personalia pengadaan bersertifikasi


internasional.
Jumlah hari pelatihan.

2.

27

3.2. Sarana Eleldronik untuk Pengadaan Barang/Jasa PLN


PLN perlu memaksimalkan pemanfaatan sarana elektronik pengadaan barang/jasa untuk menyusun
perencanaan pengadaan korporat, menjadi basis data Oaftar Penyedia Terseleksi (OPT), dan menjadi
portal E-Procurement.
Tujuan sarana elektronik untuk pengadaan barang/jasa PLN diantaranya adalah:
a.

Untuk lebih meningkatkan integrasi antar unit, sistem, dan database yang ada di PLN, dengan
mengoptimalkan pemanfaatan, peningkatan, dan interkoneksi antara sarana yang sudah ada,
diantaranya portal E-procurement PLN, modul material management di SAP, Maximo (sistem
material manajemen), database Penyedia yang saat ini ada, sistem pembayaran secara
elektronik.

b.

Untuk lebih meningkatkan transparansi, kecepatan, efisiensi waktu dan biaya, akuntabilitas,
proses pengadaan barang/jasa PLN.

c.

Untuk memudahkan pengendalian dan pengawasan, dan mengoptimalkan pemanfaatan material


di gudang (baik material fast moving maupun material slow moving).

d.

Untuk mengoptimalkan pengelolaan database kinerja Penyedia, dalam bentuk OPT.

28

BABIV
PERENCANAAN DAN PERSIAPAN PELAKSANAAN PENGADAAN
DI KANTOR PUSAT DAN UNIT INDUK

4.1. Perencanaan Pengadaan Oi Kantor Pusat dan Unit Induk


Masing-masing Divisi di Kantor Pusat dan Unit Induk menyusun Rencana Pengadaan setiap periode.
Rencana Pengadaan adalah daftar umum yang meliputi kebutuhan atas barangljasa, kuantitas, waktu
penyerahan, dan estimasi anggaran. Rencana Pengadaan ini dibuat berdasarkan RKAP yang telah
disetujui dan telah memperhitungkan potensi konsolidasi di tingkat korpora!.
Tujuan Perencanaan Pengadaan di Kantor Pusat dan Unit Induk adalah untuk:
a.

Mendapatkan

Rencana

Pengadaan

yang

terkoordinasi

dan

terintegrasi,

baik

yang

dikonsolidasikan di Direktorat yang menangani Pengadaan di Kantor Pusat atau didelegasikan ke


Unit Induk, atau didesentralisasikan ke Unit Induk dan unit dibawahnya.
b.

Menghindari masalah yang terkait dengan perencanaan mendadak (last minute), keadaan
darurat atau perencanaan yang buruk atau kualitas barang/jasa yang buruk.

Pada saat ini PLN sudah melakukan kegiatan perencanaan seperti tersebut diatas, misalnya agregasi
kebutuhan energi primer yang dianggap strategis (gas, batubara, minyak) untuk seluruh pembangkit
PLN di DiVisi Kantor Pusat yang terkai!. Agregasi bentuk lainnya untuk kebutuhan leverage adalah
kebutuhan MTU dan MDU yang dilakukan melalui joint procurement.
Tanggung jawab perencanaan pengadaan di Kantor Pusat dan Unit Induk adalah Pejabat Perencana
Pengadaa yang bekerjasama dengan Wakil Pengguna di masing-masing Divisi dan Unitlnduk.
Rencana Pengadaan ini diajukan oleh Pejabat Perencana Pengadaan kepada Pengguna Barang/Jasa
untuk mendapatkan persetujuan.
Pelaksanaan Perencanaan Pengadaan meliputi antara lain:
a.

Melakukan kajian atas kebutuhan barang/jasa, termasuk kebutuhan antisipasi jika terjadi
keadaan darurat, sumber daya yang dibutuhkan, waktu pemanfaatan serta pendistribusian yang
menyesuaikan kebutuhan operasional dan proyek.

b.

Pengguna Barang/Jasa menetapkan Rencana Pengadaan berdasarkan kegiatan pekerjaan dan


Pagu Anggaran yang tercantum dalam RKAP, dengan menyesuaikan waktu pelaksanaan
kegiatan dengan nilai disbursement dari masing-masing kegiatan pekerjaan. Dalam hal untuk
tujuan efisiensi, Pengguna dapat menetapkan rencana Pengadaan Barang/Jasa yang jangka
waktunya lebih dari satu (1) tahun anggaran dengan perjanjian/kontrak jangka panjang.

c.

Melakukan kajian strategi pengadaan yang tepat, termasuk rencana pengadaan yang ditangani
bersama oleh Direktorat yang menangani Pengadaan, dengan memperhitungkan antara lain
potensi konsolidasi dan skala ekonomi, berdasarkan Rencana Pengadaan Korpora!.

d.

Melakukan pemutakhiran atas riset pasar dan mengkaji OPT dengan berkoordinasi dengan
Pejabat Perencana Pengadaan.

29

Dokumen yang dihasilkan dari proses ini adalah:


a.

Dokumen Draft Rencana Pengadaan.

b.

Dokumen Konsolidasi Rencana Pengadaan Korporat.

c.

Dokumen Final Rencana Pengadaan Kantor PusatiUnit Induk.

4.2. Penentuan Kewajaran Harga


Dalam menentukan penilaian kewajaran harga yang ditawarkan oleh Penyedia, maka Pejabat
(Perencana dan Pelaksana) Pengadaan perlu memahami bagaimana metode penentuan harga
(pricing methods) dari Penyedia, antara lain:
a.

Cost, yaitu biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan barang atau jasa yang akan diadakan.

b.

Value or perceived value to customers, yaitu bagaimana pembeli dipersepsikan oleh para
Penyedia. Jika Seller's Market, maka kemungkinan besar dapat terjadi opportunistic pricing,
dimana harga dapat terdorong ke tingkat yang lebih tinggi dari kewajarannya. Jika PLN
merupakan pembeli yang mempunyai natural monopoly, atau pembeli yang besar di pasar
Indonesia, regional, atau internasional, maka secara umum, opportunistic pricing sulit terjadi.

c.

Trading conditions in the market, misalnya terjadi kelangkaan suatu bahan seperti baja, atau
terjadi kondisi ekonomi yang tidak menguntungkan yang mendorong biaya bunga naik tinggi.

d.

Faktor lain dapat berupa: adanya dumping, adanya perusahaan yang hendak menguasai pasar
dengan strategi harga yang rendah, produk baru, pangsa pasar, dan lain-lain.

Dalam menentukan kewajaran harga dari Penyedia tersebut, Wakil Pengguna, Pejabat Perencana
Pengadaan dan Pejabat Pelaksana Pengadaan perlu memahami dasar penyusunan HPS, konsep
Total Cost of Ownership (TCOO), serta mampu melakukan analisa penawaran harga dari Penyedia.
4.2.1.

Oasar Penyusunan HPS


Pada prinsipnya HPS adalah alat untuk melihat kewajaran harga penawaran dari segi biaya
produksi yang disusun secara internal, dan tidak dapat dipakai sebagai satu-satunya
penggugur penawaran dan HPS tidak wajib diumumkan.
HPS disusun secara cermat dan prolesional berdasarkan HPE. Proses penyusunan HPE
berdasarkan harga pasar, kondisi ekonomi, perbandingan kontrak, ana lisa harga satuan atau
harga material utama dan laktor lain yang dapat mempengaruhi HPE. Pembuatan HPE dapat
melibatkan konsultan eksternal yang kompeten.

4.2.2.

Konsep Total Cost of Ownership (TCOO)


Dalam good procurement practice, secara umum biaya keseluruhan dari pembelian sesuatu,
apakah barang, jasa atau pekerjaan, tidak hanya merupakan harga awal yang ditawarkan
(initial purchase price), tetapi merupakan biaya keseluruhan yang dapat terjadi selama masa
siklus hidup barang, jasa atau pekerjaan tersebut. Ini biasanya diberlakukan pada pengadaan
kebutuhan yang silatnya kompleks, seperti pembangunan pembangkit, tetapi juga dapat
diberlakukan pada pengadaan yang lebih sederhana, misalnya pembelian mobil (perlu
memperhitungkan, diantaranya ketahanan mesin, jaringan bengkel, harga parts, konsumsi
bahan bakar, dan harga jual kembali).

30

Karena itu dalam penyusunan Pagu Anggaran dan HPS untuk pekerjaan yang sifatnya lebih
kompleks, perlu mengimplementasikan konsep TCOO ini, dimana semua biaya yang relevan
diperhitungkan, dan mencari penawaran yang dapat memberikan biaya paling ekonomis
selama masa manfaat aset yang akan dibeli, mulai dari biaya:
a.

Initiation (Initiation cost to acquire the asset), yaitu biaya akuisisi sepert biaya desain, dan

semua biaya dan waktu yang diperlukan untuk memproses pengadaan sampai
perjanjian/kontrak.
b.

Price (Price to be paid for the asset), atau harga yang ditawarkan oleh Penyedia untuk

menyediakan suatu asset.


c.

Operation (Operating cost over the asset's life), seperti biaya tenaga kerja, biaya energi

primer untuk pembangkit, biaya pemeliharaan (seperti biaya parts, biaya pemeliharaan,
ketahanan suatu mesin).
d.

Disposal (Disposal cost of the asset), jika diperlukan, misalnya biaya penghancuran suatu

konstruksi atau penggantian setelah habis umur ekonomisnya.

Gambar 4.1 Konsep Total Cost of Ownership

Acquisiton Cost (Biaya Akuisisi)

~ s_p_es_ifi_lk_aJSi'~~~~="L__

______

-J~~PT_na_w_arJan~EWIUaS~ ~~ ~~~_m_kaJ~
____

HPS

_____ 1

Commissioning

Operasional

(mlsal energi
primer)

Pemeliharaan

(misal : parts)

Decommissioning

Life Cycle Cost (Biaya Selama Umur Ekonomis/Biaya Selama Daur Hidup)

PLN saat ini sudah mengimplementasikan konsep ini, misalnya dalam pembangunan
pembangkit serta pembelian trafo, dan tenaga listrik dari IPP, dan akan memperluas
penerapan konsep TCOO ini ke berbagai kategori pengadaan yang relevan.
4.2.3.

Analisis Harga Penawaran dari Penyedla


Dalam procurement good practice, pejabat pengadaan perlu memahami bagaimana metode
pembentukan harga penawaran dari sisi Penyedia, agar mampu memberikan posisi yang
terbaik bagi perusahaan sebagai pembeli. Ini juga menggambarkan pentingnya PLN atau
afiliasinya mempunyai kemampuan reverselre-engineering dalam hal penyediaan parts,
maupun dalam melaksanakan pembangunan sendiri suatu pembangkit dengan kontraktor
EPC internal. Dengan adanya kemampuan internal tersebut, maka pejabat pengadaan PLN
akan lebih berdaya dalam mengevaluasi penawaran yang ada, karena memahami bagaimana
sebuah aset dibangun atau dibuat (Iihat Gambar 4.2.).
8eberapa analisis yang perlu dimiliki oleh pejabat pengadaan PLN adalah melakukan
Purchase Price and Cost Analysis (PPCA), yaitu:

31

a.

Pricing method: Marginal, Absorption, Opportunistic. Marginal pricing prinsipnya adalah

pembentukan

harga

dengan

menggunakan

excess

capacity,

sehingga

hanya

mengenakan variable cost. Absorption costing adalah pembentukan harga dengan


memperhitungkan

fixed

dan

variable

costs.

Sementara

Opportunistic

adalah

pembentukan harga yang melihat berapa Pasar mau membeli dan bukan berangkat dari
biaya produksi.
b.

Manajemen perusahaan :Materials, Labour, Overheads, Profit. Pada prinsipnya perlu


mengetahui bagaimana manajemen sebuah unit usaha dalam mengenlola material untuk
produksi, tenaga kerja, komponen overhead, termasuk juga komponen laba yang
diharapkan.

c.

TeOO (total cost of ownership), yaitu biaya yang terjadi selama masa kepemilikan suatu
aset, dengan memperhitungkan Initiation (termasuk desain dan biaya pengadaan), Price
(harga penawaran para Penyedia), Operation (biaya operasional, biaya pemeliharaan,
biaya tenaga kerja), Disposal (penggantian atau penghancuran).

d.

Indexation, atau pengaruh berbagai indeks harga komponen utama material terhadap

pembentukan harga, seperti harga baja, harga semen, dan sebagainya. Pemahaman dan
pemakaian indeks yang disetujui sejak awal akan meminimalkan sengketa dalam
perubahan lingkup pekerjaan atau biaya, Pemakaian indeks secara wajar juga
menjadikan nilai perjanjian/kontrak bisa naik atau turun.
e.

Variabel lainnya yang bisa mempengaruhi biaya. Misalnya contoh kecil harga printer
sekarang semakin murah, tetapi harga cartridge tinta tetap mahal. Di sinilah pabrikan
printer mencoba menjual printer sebanyak-banyaknya dengan harga murah, dengan
mengharapkan margin yang lebih besar pada operasional printer. Termasuk dalam hal ini
adalah jika suatu bisnis lazimnya mensyaratkan cash flow yang cepat, dengan demikian
jika pembeli bisa menjamin pembayaran yang lebih cepat, maka akan mendorong harga
penawaran dari para Penyedia menjadi turun. Variabel

lain seperti keperluan

maintenance, warranty, delivery, dan sebagainya.

Gambar 4.2. Pembentukan Harga Dari Sisi Penyedia dan Pembeli

Labour
Raw Material
System
averllead

R&D:> DeSign> M,nutactu') Inspect >


Product Cost f Value

Sales

SUPPLIER
BUYER

Supply Chain!
Procurement

store) Deliver

Price

, __",l

Acquisiton Cost

--------------------------

_---

,>

t
Added Value 10 Business

Total Cosl of Ownership


Life Cycle Cost

PROFIT =Added Value to Bussiness - Total Cost of Ownership

32

4.3. Persiapan Pengadaan Per Paket

Seliap pakel pengadaan yang lelah dilelapkan dalam Rencana Pengadaan. Pejabal Pelaksana
Pengadaan dibanlu oleh Wakil Pengguna membual rencana pengadaan per pake!. Tujuannya adalah
unluk memenuhi kebuluhan barang/jasa yang lepal kualilas, lepal kuanlilas, lepal waklu, lepal
lempal, lepal lujuan sosio-ekonomi, dan lepal biaya.
Pejabal Perencana Pengadaan bertanggung jawab menyiapkan Rencana Pengadaan per pakel,
bekerjasama dengan Wakil Pengguna di Divisi/Unil Induk lersebu!. Rencana Pengadaan per pakel
diajukan oleh Pejabal Perencana Pengadaan kepada Pengguna Barang/Jasa unluk mendapalkan
perselujuan, dengan kelengkapan dokumen sesuai malriks di bawah ini.
Secara umum label 4.1.memperlihalkan alur kegialan dan dokumen dari persiapan pengadaan di
Kanlor PusaliUnil IndukiUnil Penunjang dan per pakel pengadaan.

Tabel4.1 Alur Kegiatan dan Dokumen

3.

Tidak

Pemilihan Jenis Kontrak


Pemilihan Jenis Penawaran
Pemilihan Metode Pengadaan &

masuk dalam Strategi


Kontrak
Pengadaan yang sudah ditetapkan
sebelumnyal mengandung kebaruan
metode, misalnya format kontrak baru.
Jika VfM Committee adalah Komite
Direksi, rekomendasi menjadi Ijin

7.

Dokumen
dan
HPS oleh Pengguna dan permintaan
dimulai proses pemilihan Penyedia,
dan Pengguna ke Pejabat Pelaksana
Pengadaan

i
(menggantikan
Prinsip)

Va
fungsi

Ijin

Persetujuan
Pengadaan dan HPS oleh
Pengguna,sekaligus
Permintaan dimulai proses
pemilihan Penyedia ke
Pejabat Pelaksana

(Mengikuti
strategi
pengadaan yang
sudah
ditentukan tiap

Untuk yang bemilai


besar (sesuai batas
kewenangan,apakah
di Kantor Pusat atau
di Unit Induk/Unit

Tidak

33

4.3.1.

Pemutakhiran Riset Pasar dan Penllalan Risiko Pengadaan


Proses pemutakhiran Riset Pasar dan Penilaian Risiko Pengadaan dilakukan bersamaan
dengan

penyiapan

Spesifikasi,

TOR,

agar Dokumen

Pengadaan/RKS dan Strategi

Pengadaan dan Pe~anjian/Kontrak yang akan dibuat berdasarkan pada kondisi terakhir di
pasar.
4.3.2.

Penyiapan/Kajian SpesifikasilTOR
Spesifikasi atau deskripsi fisik atau fungsi dari suatu barang, jasa, atau pekerjaan harus
memberikan deskripsi yang detil mengenai kebutuhan.
Pejabat Perencana Pengadaan bertugas memastikan bahwa spesifikasi dan deskripsi teknis
yang ditulis tidak mengandung ambiguitas, jelas dan bersifat generik, serta mendorong
kompetisi yang sehat antar Penyedia, atau memberi restriksi (kecuali jika masih dalam masa
pemeliharaan OEM).
Spesifikasi pada umumnya merupakan satu atau kombinasi dari tiga hal berikut (sebagaimana
diuraikan pada TabeI4.2).

Tabel4.2 Penyusunan Spesiflkasi

" .'

:s"f/ifik~si
{~1::;;'!S,;;;i<'/'> .:' I > '... '

Dellkripsi

"

.
.,'

.....

.......

Fungsi

Fokus pada apa yang bisa dilakukan oleh suatu produk, dan tidak melihat secara
seksama apa materi atau dimensi dari suatu produk. Misalnya mobil listrik kategori SUV
yang bisa dipakai di medan off road dan jalan perkotaan.

Kine~a

Mendeskripsikan apa yang akan bisa dicapai oleh suatu produk, dan tidak menyediakan
deskripsi pasti mengenai bagaimana hal itu dilakukan. Untuk memastikan kualitas,
biasanya acuan terhadap suatu standard dicantumkan, misalnya ISO, Energy Star (untuk
lingkungan).
Misalnya adalah mobil listrik yang mampu mengangkut 7 orang, sejauh 200 km dalam
sekali pengisian, dan memenuhi syarat Electrical Vehicle Standard.

Teknis

Mendefinisikan secara jelas dan detil suatu prod uk, misalnya sifat fisik, materi yang akan
digunakan, kebutuhan tenaga dan keluaran, proses pabrikasi yang diperlukan, atau jika
suatu jasa, bagaimana metode ke~a yang akan dilaksanakan.Dengan ada unsur
keunikan, maka spesifikasi desain dapat mengurangi kompetisi karena adanya perbedaan
dalam praktek rancang bangun. Misalnya mobillistrik yang dibuat dari bahan ringan, tetapi
bukan alumunium, dan menggunakan gear box yang diproduksi oleh Tesla Motors,
dengan tenaga 150 kVA.

Ketiga jenis spesifikasi tersebut dapat dikombinasikan. Secara umum, disarankan untuk
memakai spesifikasi

kine~a

dan fungsional, dan bukannya teknis, untuk memperluas pasar

Penyedia, karena terbuka kemungkinan ada Penyedia lain yang bisa menawarkan alternatif
dan ide dan solusi inovatif terhadap kebutuhan perusahaan, dan biasanya akan lebih cost
effective.

Selain itu, perlu ada minimum requirements yang dinyatakan oleh perusahan. Penyedia
seharusnya tidak dalam posisi untuk menentukan sifat fisik yang bersifat fundamental.
Spesifikasi dan TOR merupakan basis untuk penawaran dan evaluasi dari penawaran untuk
menentukan apakah memenuhi kriteria yang ditetapkan dalam dokumen penawaran, serta
bagaimana bentuk perjanjian/kontrak, serta pemantauan atas kinerja Penyedia atau kine~a

34

barang dan peralatan. Wakil Pengguna bersama Pejabat Perencana Pengadaan perlu
memperhatikan aspek pembuatan spesifikasi yang baik sebagai bahan pembuatan RKS.
Wakil Pengguna dan Pejabat Perencana Pengadaan kemudian perlu menentukan tujuan dan
keluaran pengadaan, yang akan diterjemahkan dalam definisi Value for Money untuk
kebutuhan pengadaan individual. Definisi ini merupakan keseimbangan antara 6 Rights (6
Rs):
a. Right Qualityl Tepat Kualitas.
b. Right Quantityl Tepat Kuantitas.
c. Right Placel Tepat Tempa!.
d. Right Timel Tepat Waktu.
e. Socio-Economic Goa/sl Tujuan Sosial Ekonomi.

f. Right Pricel Tepat Harga.


Secara umum, Kualitas merupakan aspek paling pertama yang dipertimbangkan, dengan
Harga merupakan aspek paling terakhir yang dipertimbangkan. Penetapan Kualitas ini dapat
dilakukan secara berjenjang,

mulai dari proses Pra Kualifikasi untuk mendapatkan

perusahaan yang mempunyai kemampuan teknis dan keuangan, serta kredibilitas

(kine~a)

yang baik. Jenjang lainnya adalah penetapan syarat kualitas, seperti mendapatkan sertifikat
uji dari PLN, laporan yang memuaskan dari kunjungan ke pabrik, dan sebagainya.
Jika telah diatur dalam Peraturan Pemerintah mengenai pendayagunaan produk dalam
negeri, maka aspek Sosial Ekonomi, yang bertujuan untuk membangun industri kelistrikan
nasional atau mengundang pabrikan luar negeri untuk membangun pabrik di Indonesia,
sesuai kebijakan PLN, dapat diletakkan pada urutan pertama.
4.3.3.

Strategi Pengadaan dan Perjanjian/Kontrak tiap Paket Pengadaan


Salah

satu

aspek

Pe~anjian/Kontrak

penting

dalam

pengadaan

adalah

Strategi

Pengadaan

dan

untuk tiap paket pengadaan, berdasarkan strategi umum yang telah

direkomendasi oleh Value for Money Committee.


Tujuannya adalah mengidentifikasi dan memilih Strategi Pengadaan dan Perjanjian/Kontrak
yang tepat untuk mencapai kebutuhan pengadaan, yang menguntungkan PLN dalam jangka
panjang, dan mencapai value for money, yang tidak selalu merupakan harga terendah.
Langkah-Iangkahnya adalah:
a.

Pilihan jenis perjanjian/kontrak yang akan dilakukan.

b.

Pilihan metode penawaran (RFQ, ITB, RFP), termasuk penyampaian dokumen


penawaran (satu sampul, dua sampul, dua tahap).

C.

Pili han

metode

pemilihan

(Pelelangan

Terbatas

dari

DPT/shortlist,

Penunjukan

Langsung, Pengadaan Langsung, Pelelangan Terbuka).


Dalam menentukan Strategi yang tepat, maka perlu mempertimbangkan beberapa laktor,
diantaranya:
a.

Regulasi dan prosedur PLN.

b.

Delegasi kewenangan.

35

c.

Persetujuan internal.

d.

Kebutuhan waktu.

e.

Tipe pengadaan (barang, jasa, jasa konstruksi dan pekerjaan lain).

f.

Kompleksitas pengadaan.

g.

Riset pasar.

h.

Risiko pengadaan.

i.

Perjanjian/Kontrak yang ada (misal LTSA unit tertentu, metode penentuan harga melalui
open book system).

j.

Apakah perlu memakai procurement agent.

4,3.3.1. Pembelian dan Alternatif Jenls Perjanjian/Kontrak


Langkah pertama adalah memilih apakah membeli dan jenis perjanjian/kontrak yang
akan dilakukan. Analisis pertama yang dilakukan oleh Pejabat Perencana Pengadaan
dan Wakil

memperbandingkan antara alternatif pembelian

Pengguna adalah

(membuat sendiri,

lease,

menggunakan

perjanjian/kontrak yang

sudah

ada)

dibandingkan dengan membeli.

4.3.3.1.1. Make or Buy (Membuat Sendiri atau Membeli)

Analisis ini untuk memperbandingkan pilihan antara memenuhi kebutuhan


dengan melakukan/membuat yang menggunakan sumber daya internal
dengan membeli/menggunakan sumber daya eksternal.
Secara umum, dengan adanya kebutuhan suatu parts yang dikerjakan
sendiri (make) oleh Unit Induk PLN, maka PLN dapat mengetahui lebih
rinci struktur biaya pembuatan parts tersebut dan supply chain dari suatu
parts. Dengan demikian PLN dapat mempunyai pengetahuan dan posisi

tawar yang

lebih

baik terhadap

pasar

Penyedia.

Hal

Ini

akan

menguntungkan PLN karena para Penyedia tahu bahwa PLN mempunyai


kemampuan membuat sendiri parts tersebut dan struktur biaya yang wajar.
Ini dapat diterapkan diantaranya pada kebutuhan pengadaan parts
pembangkit dengan cara Reverse Engineering dan Re-Engineering, yaitu
membuat duplikasi komponen seperti aslinya atau lebih baik dengan cara
melakukan pengukuran, pembuatan detailed design, termasuk evaluasi
data

teknik,

analisa

diperbandingkan

unjuk kerja

dengan

dan

mengontrak

pengujian.
luar

pihak

Pilihan
untuk

terse but
memenuhi

kebutuhan parts tersebut, baik melalui workshop reverse/re-engineering


atau pengadaan langsung kepada Penyedia OEM.
Bentuk lain dari analisis Make or Buy adalah penugasan kepada anak
perusahaan atau afiliasi untuk mengerjakan sesuatu, dibandingkan dengan
melakukan Pelelangan di pasar Penyedia. PLN mempunyai pengaruh
langsung dan tidak langsung melalui hubungan kepemilikan saham
terhadap

anak

perusahaan

atau

afiliasi,

dimana

selain

melalui

perjanjian/kontrak penugasan juga dapat melalui penunjukan langsung.

36

4.3.3.1.2. Lease or Buy (Sewa Guna/Sewa Beli) atau Membeli MenJadl Aset
Analisis ini untuk melihat apakah perlu melakukan lease (sewa guna, sewa
beli) atau membeli untuk menjadi ase!. Penerapannya diantaranya melihat
apakah suatu barang perlu menjadi aset dan dapat membebani neraca
pembukuan PLN, karena memerlukan investasi dan memiliki susut nilai
barang (depresiasi).
4.3.3.1.3. Menggunakan perjanjian/kontrak yang ada atau Membeli (Buy).
Analisis berikutnya adalah memperbandingkan antara menggunakan
perjanjian/kontrak yang sudah ada atau melakukan pengadaan dan
perjanjian/kontrak terpisah. Analisis ini dapat memakai bahan yang
disiapkan untuk konsolidasi Rencana Pengadaan Korpora!. Ini dapat
diterapkan dengan melihat misalnya apakah ada perjanjian/kontrak payung
atau bentuk perjanjian/kontrak lain yang bisa dipakai, dengan persyaratan
yang memenuhi kaidah value for money.
Jika diputuskan membuat perjanjian/kontrak sendiri, maka secara umum
PLN dapat menerapkan strategi kontrak yang berhubungan erat dengan
kepemilikan risiko dan kategori sesuai Supply Positioning Matrix dan hasil
dari
Riset

Pasar.

PLN

perlu

membuka

terhadap

bentuk-bentuk

perjanjian/kontrak jenis baru yang disesuaikan dengan perkembangan


dunia bisnis.
4.3.3.2. Metode Penawaran dan Penyampaian Dokumen Penawaran
Sesuai procurement good practice, maka ada tiga jenis metode penawaran:
1.

Request for Quotations (RFQ).

RFQ digunakan untuk pengadaan yang bersifat kecil atau Rutin, dengan
spesifikasi yang mudah ditemui di pasar.
2.

Invitation to Bid (ITB).

ITB adalah metode penawaran untuk kebutuhan yang spesifikasinya dapat dibuat
secara jelas dan lengkap baik kualitas maupun kuantitasnya, dan penunjukan
pemenangnya

dapat dilakukan

berdasarkan

penawaran

biaya terendah,

sepanjang kualitas, kuantitas, waktu, tempat, dan persyaratan lain (bila


ditentukan) telah terpenuhi (misalnya, TKDN dll).
Metode penawarannya dilakukan dengan cara:
a.

Penawaran biasanya dilakukan dengan satu sampul.

b.

Penawaran dapat dilakukan dengan dua sampul jika memakai sistem


penilaian

berdasarkan

bobot,

untuk

menilai

pemenuhan

terhadap

persyaratan yang ditetapkan.

37

ITB biasanya digunakan pengadaan kebutuhan barang atau material kategori


Critical/Bottleneck, Leverage,
3,

Request for Proposals (RFP)

RFP adalah metode penawaran untuk kebutuhan yang spesifikasinyafTORISOW


tidak dapat dilakukan secara penuh pada saat undangan penawaran diumumkan,
Biasanya kombinasi spesifikasi fungsional dan performance dan digunakan untuk
pekerjaan yang lebih memerlukan inovasi dan keahlian tertentu, Pengadaan
benar-benar mencari yang terbaik dalam hal metode pekerjaan, inovasi, dan
keahlian spesifik, untuk memenuhi kebutuhan pengadaan,
Proposal biasanya diserahkan dengan dua sampul, yaitu sampul satu berisi
persyaratan administrasi dan teknis dan sampul dua berisi penawaran harga.
Oapat juga dilakukan dua tahap dalam hal diperlukan penyesuaian kriteria teknis
untuk menyetarakan spesifikasi teknis barang/jasa yang ditawarkan.
Biasanya tidak ada pembukaan penawaran terbuka.
Biasanya digunakan untuk pengadaan pekerjaan kategori StrategiC/Complex,
seperti pembangkit (IPP, EPC).

4.3.3.3. Metode Pemilihan Penyedia Barang/Jasa


Secara umum, penyederhanaan dalam sistem dan praktek pengadaan di PLN
dilakukan melalui:
a.

Adanya Rencana Pengadaan Korporat yang komprehensif, dimana dioptimalkan


konsolidasi kebutuhan, sehingga sebagian besar kebutuhan sudah ditangani oleh
direktorat pengadaan di Kantor Pusat PLN dan Unit tinggal mengeluarkan
purchase order (PO) saja.

b.

Adanya penetapan Strategi Umum Pengadaan tiap tahun, sehingga Wakil


Pengguna, Pejabat Perencana dan Pejabat Pelaksana Pengadaan, tinggal
menerapkan sesuai kondisi yang ada.

c.

Pengutamaan metode Pelelangan Terbatas dengan menggunakan OPT, yaitu


daftar Penyedia yang telah melalui proses penilaian kualifikasi dan due diligence
yang dilakukan oleh Pejabat Perencana Pengadaan.

d.

Undangan untuk memasukkan penawaran (quote, bid, proposa~ dikeluarkan


untuk calon Penyedia dalam OPT tersebut oleh Pejabat Pelaksana Pengadaan.
Oengan demikian, proses pengecekan update kualifikasi akan lebih sing kat.

e.

Oalam hal terjadi semua penawaran diatas HPS, maka Pejabat Pelaksana
Pengadaan dapat melakukan upaya untuk meneruskan proses pengadaan
sesuai dengan pertimbangan profesionalnya, misalnya melakukan klarifikasi dan
negosiasi langsung dengan penawar terendah, melakukan proses pemasukan
penawaran ulang atau teknik lainnya dengan tetap memperhatikan aspek tata
kelola.

38

Metode Pemilihan tergantung pada nilai pengadaan, kondisi pasar dan pengetahuan
atas pasar. Keputusan untuk metode pemilihan tergantung pada:
a.

Kebutuhan untuk mendapatkan tingkat kompetisi yang tepat untuk memastikan


Value for Money.

b.

Menghindari beban administrasi yang kurang bernilai tam bah jika dibandingkan
dengan hasil kompetisi dan Value for Money.

Secara umum, pedoman pemilihan Metode Pemilihan mengikuti penjelasan dalam


Bab I butir 1.5.
4.3.3.4. Aspek Lain (Jaminan Pengadaan)
Pejabat Perencana Pengadaan dan Wakil Pengguna harus memperhatikan ketentuan
mengenai

Jaminan

Pengadaan

Barang/Jasa

dan

kaitannya

dengan

Strategi

Pengadaan dan Perjanjian/Kontrak yang tepa!. Besar kecilnya jaminan ditentukan


sesuai Strategi Pengadaan yang direview oleh Value for Money Committee.
Penetapan bentuk, besaran nilai dan masa berlaku dari masing-masing Jaminan
ditetapkan dalam Dokumen Pengadaan. Dalam keadaan khusus, Pejabat Perencana
Pengadaan dapat meminta pendapat dari Value for Money Committee untuk usulan
terkait besar kecilnya jaminan.
Jaminan di atas yang dapat diterima PLN adalah yang diterbitkan oleh bank atau
lembaga keuangan lainnya yang mempunyai kredibilitas yang baik dan telah
dinyatakan lulus oleh Direksi. Jika diperlukan, bank atau lembaga keuangan lainnya
ini dapat diproses untuk masuk ke DPT.
4.3.4.

Dokumen Pengadaan IRencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)


RKS pada intinya adalah dokumen yang akan menjadi basis bagi para calon Penyedia untuk
membuat penawaran mereka. RKS disusun oleh Pejabat Perencana Pengadaan dan disetujui
oleh Pengguna Barang/Jasa. Setelah RKS disetujui oleh Pengguna, maka Pejabat Perencana
Pengadaan mempersiapkan Dokumen Pengadaan.

4.4. Jangka Waktu Pengadaan


Jangka waktu pengadaan harus direncanakan secara cermat dengan memperhatikan kecukupan
waktu yang memadai untuk setiap tahapan proses pengadaan.

4.5. Proses Umum Pengadaan di PLN


Proses umum pengadaan di PLN berikut peran masing-masing Pejabat Pengadaan (Perencana dan
Pelaksana) seperti terlihat pada Gambar 4.3.

39

Gambar 4.3 Proses Umum Pengadaan di PLN

Perencanaan Pengadaan Korporat

Cluster

Output
1. Spend analysis portofolio pengadaan PLN
2. Strategi Pengadaan Korporat untuk semua kebutuhan
3. Daftar Penyedia Terseleksi (DPT), berdasar PQ, DD
4. Target kinerja pengadaan
Direktorat
Pengadaan

Proses Pelaksanaan Pengadaan Divisi I Unit Induk

Manajemen Kontrak,
Evaluasi Kinerja
Penyedia

Output:
1. Pengadaan yang Value for Money; terbaik bagi PLN
2. Proses pengadaan yang cepat, sederhana tapi tetap taat
prosedur

Output
1. Manajemen
kontrak yang baik
2. Update kinerja
Penyedia ke DPT

Pejabat Perencana Pengadaan : Memimpin

Pejabat Pelaksana Pengadaan : Memimpin

Pejabat Perencana
Pengadaan : Bantu

Wakil Pengguna Barang/Jasa : Bantu

Wakil Pengguna Barang/Jasa: Bantu

Wakil Pengguna
Barang/Jasa :
Memimpin

Divl Unit Induk


Pengguna
Lintas
Direktorati
Divisi

VfM
Committee

VfM
Committee
._-

Memastikan Strategi Pengadaan Korporat yang Value for


MoneY,dilakukan tiap tahun (kaitan dengan Output no 2)
Rencana

Tahap

Identifikasi
Kebutuhan

Pengadaan
Konsolidasi
& DivlUnit
-

Market
Soundingl
Rise! Pasar
-

Pemilihan
Strategi
Pengadaan
-

RKS
.-

Mereview kecukupan Value for Money, untuk


direkomendasikan ke Penggunal penanda!angan kontrak
Pemilihan
Metode
Pengadaan

Penerimaan,

Evaluasi

Klarifikasi

Klarifikasi

Penawaran

VIM

Penunjukan
pemenang,
pembuatan
kontrak, TTD

Manajemen
Kon!rak

Evaluasi
Kinerja

40

BABV
PROSES PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA
5.1. Prinsip Umum
Prinsip umum dalam proses pelaksanaan pengadaan adalah "level playing field', atau arena
bermain yang sama, seperti semua calon Penyedia mendapatkan informasi yang sama, pada saat
yang sama, sehingga mereka mempunyai waktu yang sama untuk mempersiapkan Penawaran.
Oleh karena itu PLN perlu membuat langkah-Iangkah yang mendorong "level playing field' tersebut.
Secara umum, proses pelaksanaan pengadaan disesuaikan dengan kondisi yang ada, professional

judgement dari Pejabat Pelaksana Pengadaan, mengikuti langkah-Iangkah sebagai berikut:


a.

Adanya proses Pengumuman dan Penawaran yang transparan dan adil, baik melalui sarana
elektronik e-procurement PLN, atau media lain, seperti media massa daerah, nasional,
internasional, atau undangan. Untuk metode Pelelangan Terbatas melalui undangan, secara
prinsip tetap perlu diumumkan di sarana elektronik a-procurement PLN.

b.

Adanya sesi untuk menjawab Pertanyaan dari Calon Penyedia dan Penjelasan (aanwijzing).
Penjelasan dapat dilakukan di suatu tempat, ataupun menggunakan sarana secara elektronik

(video conference, teleconference), yang hanya dapat dihadiri oleh calon Penyedia yang
memenuhi syarat.
c.

Adanya kepastian bahwa setiap perubahan terhadap Dokumen Penawaran diterima oleh
semua calon Penyedia yang memenuhi syarat.

d.

Adanya proses Pemasukan, Penerimaan, dan Pembukaan Penawaran yang wajar dan adil.

e.

Adanya Evaluasi Penawaran yang dilakukan secara profesional. Jika diperlukan, Pejabat
Pelaksana Pengadaan dapat dibantu oleh tenaga ahli baik internal maupun eksternal.

f.

Jika diperlukan, dapat dilakukan Klarifikasi Penawaran kepada calon Penyedia. Secara umum
klarifikasi harus tertulis, dan jika diperlukan dapat dilakukan pertemuan dimana Penyedia
melakukan presentasi, baik di kantor PLN atau teleconference. Tenaga ahli dapat diundang
untuk hadir dalam klarifikasi. Klarifikasi tidak mengubah substansi atau harga dan bersifat
rahasia. Untuk pengadaan kategori Strategis, jika diperlukan dapat dilakukan site visit atau
inspeksi ke Penyedia yang memenuhi syarat.

g.

Adanya proses evaluasi yang memberikan ringkasan hasil evaluasi mana yang paling Value for

Money, untuk dikaji secara berjenjang.


h.

Jika diperlukan, dapat dilakukan negosiasi, yaitu proses interaktif diskusi antara pembeli dan
Penyedia mengenai syarat dan ketentuan suatu perjanjian/kontrak. Secara umum, Negosiasi
dilakukan untuk metode penawaran RFP. ITB dapat dilakukan dengan persetujuan dari
Pengguna, jika terdapat kondisi seperti melampaui Pagu Anggaran, atau ada diskon tambahan
apabila ada penambahan kuantitas, atau alasan lain.

i.

Jika diperlukan, Pejabat Pelaksana Pengadaan dapat melakukan negosiasi kompetitif dengan
calon Penyedia yang memberikan penawaran terbaik dan melampaui nilai minimum kualitas
(best and final offer "BAFO). BAFO merupakan tambahan langkah setelah keseluruhan
Evaluasi untuk meningkatkan kompetisi dan value for money. Semua calon Penyedia
memenuhi syarat diundang untuk memasukkan BAFO dan menjadi penawaran final dengan

41

batas waktu tertentu. Jika calon Penyedia tidak memasukkan BAFO, penawaran asli tetap
menjadi pertimbangan.
j.

Setelah semua penawaran final mas uk, maka dapat dilakukan evaluasi lagi dan melakukan
perubahan sesuai penawaran yang masuk.

k.

Apabila dilakukan Penunjukan Langsung, maka negosiasi teknis dan keuangan harus
dilakukan.

I.

Oalam hal terdapat Sanggahan, maka calon Penyedia yang kalah pada saat pengumuman
pemenang, berhak untuk mengajukan sanggahan secara tertulis disertai bukti-bukti kepada
Pejabat Pelaksana Pengadaan. Sanggahan hanya yang berkaitan dengan kesesuaian
pelaksanaan pengadaan dengan prosedur atau tata cara pengadaan di dokumen pengadaan.
Sanggahan dapat diterima apabila diajukan dalam waktu yang ditentukan. Pejabat Pelaksana
Pengadaan wajib menyampaikan keputusan atas sanggahan tersebut sesuai ketentuan waktu
yang ada. Apabila Sanggahan yang diajukan tidak benar atau terdapat indikasi calon Penyedia
melakukan hal-hal diluar prosedur sanggah dan dapat merusak kepercayaan PLN, maka calon
Penyedia dikenakan Oaftar Hitam (Black List) dan dicatat dalam OPT.

m. Secara prinsip, Pengadaan Gagal dan Pengadaan Ulang perlu diminimalkan, agar PLN dapat
mengejar momentum bisnis yang ada. Pejabat Pelaksana Pengadaan beserta Wakil Pengguna
melakukan upaya agar pengadaan tidak gagal, dengan melakukan langkah sesuai professional

judgement, misalnya negosiasi langsung dengan calon Penyedia yang ada, atau kemungkinan
Penunjukan Langsung ke BUMN/Anak Perusahaan BUMN/Perusahaan Terafiliasi BUMN, atau
opsi lainnya. Jika keadaan tetap tidak memungkinkan, maka Pejabat Pelaksana Pengadaan,
Pengguna Barang/Jasa, Pejabat Pengawasan, atau Pejabat lain yang terkait dapat mengajukan
justifikasi untuk menyatakan Pengadaan Gagal kepada Value for Money Committee.

42

BABVI
PENGADAAN KHUSUS
6.1. Ketentuan Umum
PLN mengatur beberapa jenis pengadaan barang/jasa yang dilakukan secara khusus, terutama
karena sudah ada regulasi/peraturan dari Pemerintah atau pihak lain yang mengikat PLN dan
mengatur pengadaannya secara tersendiri atau khusus. Pada prinsipnya, Pengadaan Khusus ini
merupakan strategi pengadaan dan perjanjian/kontrak yang telah ditetapkan sebelumnya oleh pihak
lain tersebut untuk kemudahan operasional pengadaan.
Prosedur pengadaan khusus ini berlaku untuk barang/jasa yang diatur dalam:
a.

Regulasi dari Pemerintah, seperti regulasi terkait pembelian tenaga listrik dan pengadaan
energi primer;

b.

Sewa menyewalsewa beli dan sewa guna usaha;

c.

Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain (Alih daya);

d.

Pengadaan jasa konsultansi perorangan;

e.

Pengadaan asuransi;

f.

Pengadaan parts pembangkit reverse engineering dan re-engineering.

43

BAB VII
PENDAYAGUNAAN PRODUK DALAM NEGERI UNTUK PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR KETENAGALISTRIKAN

7.1. Manfaat dan Peraturan


7.1.1.

Manfaat Pendayagunaan Produk Dalam Negeri

BUMN secara umum diberi tugas untuk mendorong ekonomi nasional, diantaranya dengan
mendayagunakan produk dalam negeri. PLN melihat bahwa selain tugas untuk mendorong
pendayagunaan produksi dalam negeri sebagai bagian dari tugas mendorong ekonomi
nasional, dalam hal pengadaan, pendayagunaan produk dalam negeri juga menguntungkan
PLN secara langsung atau tidak langsung, karena membuka kemungkinan tumbuhnya pasar
Penyedia, yang nantinya akan menurunkan risiko suplai bagi PLN.
Secara umum, dengan adanya kebutuhan suatu parts yang dikerjakan sendiri (make) oleh
Unit Induk PLN, atau workshop dalam negeri dan pabrikan dalam negeri dengan metode
open book system, maka PLN dapat mengetahui lebih rinci struktur biaya pembuatan parts

tersebut dan supply chain dari suatu parts. Dengan demikian PLN dapat mempunyai
pengetahuan dan posisi tawar yang lebih baik terhadap pasar Penyedia, terutama parts
yang masih disediakan oleh Penyedia OEM yang basis produksinya di luar negeri. Ini akan
menguntungkan PLN karena para Penyedia tahu bahwa PLN atau workshop dalam negeri
mempunyai kemampuan membuat sendiri parts tersebut dengan struktur biaya yang wajar.

7.1.2. Peraturan yang mendukung


Secara umum PLN mengikuti ketentuan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan
yang berlaku, antara lain:
a.

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan


Persaingan Usaha Tidak Sehat, pada Pasal 21 yang menyatakan bahwa : "pelaku
usaha dilarang melakukan kecurangan dalam menetapkan biaya produksi dan biaya
lainnya yang menjadi bag ian dari komponen harga barang dan atau jasa yang dapat
mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat". Ini merupakan landasan
untuk pen era pan kontrak dengan metode open book system atau cost plus fee.

b.

Undang-undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan, pada Pasal 16 ayat


(3) yang menyatakan bahwa : "Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah,
Badan Usaha Swasta, dan Koperasi dalam melakukan usaha jasa penunjang tenaga
listrik wajib mengutamakan produk dan potensi dalam negeri".

c.

Undang-undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian, pada Pasal 85 yang


menyatakan : "Untuk pemberdayaan Industri dalam negeri, Pemerintah meningkatkan
penggunaan produk dalam negeri" dan Pasal 86 ayat (1) huruf b yang menyatakan
bahwa : "Produk dalam negeri wajib digunakan oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan
Usaha Milik Daerah, dan Badan Usaha Swasta dalam pengadaan Barang/Jasa yang
pembiayaannya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah dan/atau pekerjaannya dilakukan melalui pola
ke~asama

antara Pemerintah dengan Badan Usaha Swasta dan/atau mengusahakan

sumber daya yang dikuasai negara".

44

d.

Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 16/M-IND/PER/2/2011 tentang Ketentuan Tata


Cara Penghitungan Tingkat Komponen Dalam Negeri.

e.

Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 54.M-IND/PER/3/2012 tentang Pedoman


Penggunaan

Produk

Dalam

Negeri

Untuk

Pembangunan

Infrastruktur

Ketenagalistrikan.
f.

Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 03/M-IND/PER/1/2014 tentang Pedoman


Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri Dalam Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah Yang Tidak Dibiayai dari APBN/APBD.

g.

Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-05/MBU/2008


tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Badan Usaha
Milik Negara (BUMN), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Badan
Usaha Milik Negara Nomor PER-15/MBU/2012, pada Pasal 2 ayat 2 yang menyatakan
bahwa : "Pengguna Barang/Jasa mengutamakan produksi dalam negeri, rancang
bangun dan perekayasaan nasional, serta perluasan kesempatan bagi usaha kecil,
sepanjang kualitas, harga, dan tujuannya dapat dipertanggung jawabkan".

h.

Surat Edaran Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor SE-02lMBU/2012
tentang Penggunaan Produk Dalam Negeri Dalam Pengadaan Barang/Jasa BUMN dan
Anak Perusahaan BUMN.

7.2. Prosedur Umum


Prosedur umum dalam pendayagunaan produk dalam negeri adalah sebagai berikut:
a.

PLN menetapkan Strategi Pengadaan Korporat, termasuk tujuan dan target pendayagunaan
produk dalam negeri, sesuai siklus perencanaan PLN.

b.

Berdasarkan tujuan dan target tersebut, PLN melakukan Riset Pasar pada pasar Penyedia
dalam negeri dan luar negeri, termasuk kemungkinan memberikan insentif. Insentif dapat
diberikan kepada Penyedia (pabrikan) luar negeri yang mau memindahkan proses pabrikasi di
dalam negeri.

c.

Berdasarkan

Riset Pasar atas portofolio pengadaan

PLN

yang

dapat dioptimalkan

pendayagunaan produk dalam negeri, Pejabat Perencana Pengadaan melakukan proses


Prakualifikasi dan Due Diligence, untuk menentukan DPT.
d.

Perencanaan pendayagunaan produk dalam negeri dan dimasukkan di dalam dokumen


pengadaan, dim ana dimuat secara jelas ketentuan dan syarat penggunaan hasil produksi
dalam negeri (menjadi R pertama dalam 6 Rs).

e.

Pada prinsipnya, Pejabat Pelaksana Pengadaan PLN melakukan Pelelangan Terbatas pada
perusahaan yang ada di DPT, beserta negosiasi teknis dan harga, yang diikat dalam
perjanjian/kontrak dengan harga yang wajar. Jika terdapat alasan pengecualian, dapat
dilakukan Penunjukan Langsung.

Insentif dapat diberikan sebagai bagian dari Strategi Pengadaan dan Perjanjian/Kontrak, dan tidak
terbatas pada yang telah diatur dalam Pedoman Umum ini. Insentif yang diberikan merupakan
bag ian suatu Strategi Pengadaan dan Perjanjian/Kontrak. Insentif dapat diberikan dengan
mempertimbangkan dan mengakui bahwa pabrikan dalam negeri telah berinvestasi cukup besar dan
memerlukan bisnis secara berkelanjutan dan bermitra dengan PLN, dengan tetap menerapkan
45

prinsip pengadaan yang sehat, seperti harga yang disepakati merupakan harga yang wajar, dan
maksimal sama dengan jika membeli dari Penyedia luar negeri, kecuali ditentukan lain.
Bentuk-bentuk insentif yang dapat diambil PLN diantaranya adalah:
a. Hak Penyesuaian Penawaran Pengadaan Internasional.
b. KontraklPerjanjian Suplai Jangka Panjang, termasuk open book system.
1.

PLN dapat memberikan insentif perjanjian jangka panjang, yang mencakup semua aspek
komersial yang dapat diterapkan pada pembelian oleh PLN, termasuk penentuan harga
(pricing), diskon, pembayaran, penyerahan, dan sebagainya, termasuk syarat-syarat umum

lainnya. Biasanya diterapkan untuk Penyediaan barang dari pabrikan dalam negeri.
Berdasarkan perjanjian terse but, maka pabrikan dalam negeri dapat didorong untuk
mempertahankan dan menaikkan tingkat komponen dalam negeri.
2.

Dalam keadaan khusus, dimana pasar secara internasional masuk dalam kategori
Leverage dan bersifat Buyer's market, tetapi ada Pabrikan dalam negeri yang mampu

menyediakan barang dengan kualitas sesuai kebutuhan PLN, dimana jumlahnya sangat
terbatas, maka PLN mengakui bahwa pasar telah berubah menjadi CriticallBottieneck.
Oleh karena itu dapat diterapkan Pelelangan Terbatas atau Penunjukan Langsung dengan
strategi open-book system, dimana penentuan harga didasarkan pada kesepakatan
bersama dengan hak untuk melihat catatan akuntansi pembukuan biaya produksi pabrikan,
dengan margin yang wajar, dan dengan perjanjian/kontrak penyediaan jangka panjang.
Open book system memberikan pengamanan atas pembentukan biaya dan harga yang

wajar dengan keamanan penyediaan untuk PLN dan mitra bisnisnya. Open book system ini
merupakan salah satu varian kontrak cost plus fee.
c.

Insentif sebagai pre-approved vendor list untuk perjanjian/kontrak tidak lang sung dengan PLN,
jika telah ditentukan dalam strategi pengadaannya;

d.

Insentif bagi Perusahaan Asing untuk melakukan proses produksi di Dalam Negeri, jika
bersedia membuat business plan yang jelas untuk proses produksi di dalam negeri;

e.

Preferensi Harga dalam Pengadaan Internasional. Biasanya untuk pekerjaan konstruksi atau
EPC. PLN dapat memberikan preferensi harga dalam prosentase tertentu (X%) setelah 4 Rs
diterima (kualitas, kuantitas, tempat, waktu). Tetapi hal ini merupakan suatu pengecualian, dan
jika preferensi harga akan ditetapkan, perlu rekomendasi dari Value for Money Committee.

46

BAB VIII
MANAJEMEN PELAKSANAAN PERJANJIAN/KONTRAK
8.1. Prinsip Umum
Manajemen perjanjian/kontrak adalah hal strategis yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan,
eksekusi, administrasi, sampai penutupan perjanjian/kontrak.
Tujuan manajemen perjanjian/kontrak adalah memastikan bahwa semua pihak dalam kontrak
memenuhi kewajiban yang disepakati, secara efisien dan efektif, dan menghasilkan keluaran bisnis
dan operasional yang ditentukan dalam perjanjian/kontrak, yang memenuhi prinsip value for money.
Perjanjian/Kontrak

juga

perjanjian/kontrak.

Jika

memproteksi

semua

perjanjian/kontrak tidak

pihak

jika

dipenuhi,

terdapat

maka

perubahan

dapat

diterapkan

asumsi
Oenda

Keterlambatan atau Kompensasi Kinerja Tidak Sesuai Perjanjian/Kontrak (Liquidated Damages).


Manajemen perjanjian/kontrak secara esensi sama dengan manajemen proyek, yaitu mempunyai
tujuan tertentu, sumberdaya yang diperlukan, waktu memulai dan mengakhiri, serta memerlukan
koordinasi dan perencanaan semua kegiatan, serta adanya dokumentasi dan audit trail selama
proses berlangsung.
Manajemen perjanjian/kontrak harus termasuk pemantauan dan dokumentasi dari kinerja Penyedia.
Ini merupakan tanggung jawab dari Wakil Pengguna, Oireksi Pekerjaan, dan dibantu oleh Pejabat
Perencana Pengadaan. Para pihak ini juga bertugas untuk memastikan bahwa semua tindakan dari
Penyedia sudah sesuai dengan perjanjian/kontrak, dan jika terdapat kebutuhan perubahan, dapat
diselesaikan

dan

disepakati

bersama

serta

dituangkan

dalam

dokumen

perubahan

perjanjian/kontrak.
Pembayaran dari

perjanjian/kontrak dilakukan terpisah dari fungsi pengadaan, sedangkan

penutupan perjanjian/kontrak merupakan tanggung jawab dari PenggunalWakil Pengguna.


Secara umum, proses manajemen perjanjian/kontrak ini mengikuti prinsip-prinsip yang disesuaikan
dengan kondisi yang ada, sesuai professional judgement dari Wakil Pengguna atau contract award
authority, dibantu oleh Pejabat Pengadaan, yaitu:

a.

Untuk efektivitas pekerjaan dan manajemen perjanjian/kontrak, Pengguna dapat menunjuk


Oireksi Pekerjaan, Pengawas Pekerjaan, dan Wakil Penyedia Barang/Jasa, untuk bekerja
bersama Wakil Pengguna.

b.

Pada prinsipnya, Wakil Pengguna bertanggung jawab atas manajemen perjanjian/kontrak dan
pemantauan terhadap kinerja Penyedia, serta membantu Pejabat Perencana Pengadaan untuk
melakukan pemutakhiran kinerja Penyedia dalam OPT. Untuk pemantauan kemajuan proyek
dan kinerja Penyedia, Wakil Pengguna dapat membentuk Tim Pemeriksa BaranglTim Penerima
Barang yang memberikan laporan kepada Wakil Pengguna.

c.

Adanya

pelaksanaan

pe~anjian/kontrak,

d.

secara

efektif

dari

Hak

dan

Kewajiban

Para

Pihak

dalam

seperti dalam hal pengawasan pekerjaan, laporan, dan sebagainya.

Adanya Asuransi yang memadai untuk barang, jasa atau pekerjaan yang dilakukan, kecuali
ditentukan lain, seperti pekerjaan jasa konsultansi.

47

e.

Adanya pemenuhan kewajiban Perpajakan sesuai ketentuan dan sudah diperhitungkan dalam
Dokumen Penawaran. Jika ada perubahan peraturan yang terjadi setelah pembukaan
penawaran dapat dilakukan penyesuaian.

f.

Adanya Manajemen Keuangan yang efektif dalam perjanjian/kontrak dan pelaksanaan, sesuai
strategi pengadaan dan kontrak yang sudah ditentukan. Termasuk dalam hal Pembayaran uang
muka (down payment) jika diperlukan (misalnya PLN) berhadapan dengan seller's market, dan
PLN berkepentingan mengamankan suplai material dan parts yang critical/bottleneck. Hal
lainnya adalah adanya pembayaran Progres Fisik Pekerjaan, baik model angsuran/termin atau
bulanan/monthly certificate, denda (bila ada), dan pajak.

g.

Adanya Mobilisasi Lapangan yang dilakukan dalam waktu segera setelah penandatanganan
perjanjian/kontrak atau serah terima lokasi pekerjaan sebagaimana ditentukan dalam dokumen
perjanjian/kontrak.

h.

Adanya Pemeriksaan Lapangan yang efektif dan dilakukan secara bersama-sama. Jika
diperlukan dan disepakati, dapat dilakukan Pekerjaan Tambah Kurang.

i.

Adanya Manajemen Perubahan Perjanjian/Kontrak yang dilakukan secara profesional dan


berhati-hati. Secara umum, perubahan perjanjian/kontrak dilakukan atas kesepakatan bersama
antara Pengguna dan Penyedia. Secara internal melibatkan Pengguna yang diwakili oleh Wakil
Pengguna dan Pejabat Perencana Pengadaan dan Pejabat Pelaksana Pengadaan. Jika
diperlukan, usulan perubahan perjanjian/kontrak dapat dimintakan rekomendasi kepada Value
for Money Committee. Jika terdapat kebutuhan adanya Penghentian dan Pemutusan

Perjanjian/Kontrak, maka proses ini dilakukan secara profesional. Jika diperlukan adanya
Penyesuaian Harga karena perubahan keadaan yang menimbulkan konsekuensi finansial yang
sangat material, maka proses dilakukan secara profesional. Semua perubahan harus segera
dibuat Addendum/Amandemen/Memorandum Perjanjian/Kontrak.
j.

Adanya pengaman dalam perjanjian/kontrak jika terdapat kondisi keterlambatan atau kinerja
tidak sesuai kontrak yang tidak dapat diterima. Secara umum, ini dilakukan dengan penerapan
konsep Liquidated Damages.

k.

Adanya proses Serah Terima Pekerjaan dan Penutupan Kontrak yang dilakukan secara
profesional, diantaranya penyelesaian masalah penilaian kinerja Penyedia, keuangan, jaminan
termasuk warranties, dan jika ada kemungkinan klaim.

8.2. Denda Keterlambatan dan Kompensasi Kinerja Tidak Sesuai Kontrak (Liquidated Damages)
Secara umum PLN menerapkan:
a.

Denda atas keterlambatan menyelesaikan pekerjaan;


8esarnya denda keterlambatan kepada Penyedia atas keterlambatan menyelesaikan pekerjaan
ditentukan dalam suatu angka persentase dari harga perjanjian/kontrak atau bagian
perjanjian/kontrak untuk setiap hari keterlambatan dengan maksimum suatu persentase dari
perjanjian/kontrak.Pembayaran kompensasi ini dikurangkan dari Jaminan Pelaksanaan.

b.

Kompensasi atas kinerja yang tidak sesuai dengan kontrak.


Untuk pekerjaan yang bersifat Strategis, seperti pembangunan konstruksi pembangkitan, atau
pekerjaan lainnya yang ditentukan oleh Value for Money Committee, PLN menerapkan
kompensasi atas kinerja yang tidak sesuai dengan perjanjian/kontrak berdasarkan konsep

48

Liquidated Damages, yaitu tingkat kompensasi yang ditentukan dalam perjanjian/kontrak,


berdasarkan kerugian atau dampak yang terjadi karena kinerja yang tidak sesuai dengan
perjanjian/kontrak, yang dikuantifikasikan dalam bentuk uang. Kinerja tidak sesuai kontrak
misalnya ketidaksesuaian spesifikasi yang bisa menyebabkan kerugian. Jumlah kerugian ini
dihitung berdasarkan estimasi kerugian per hari. Misalnya terjadi keterlambatan pembangunan
suatu pembangkit, maka kerugian yang dapat diderita PLN adalah biaya yang bisa timbul dari
pembelian BBM untuk pembangkit lainnya yang tetap harus beroperasi.

49

BABIX
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
9.1. Perbaikan Aspek Tata Kelola dan Pengelolaan Risiko
Selain hal-hal di alas, sistem pengendalian internal pengadaan juga perlu ditingkatkan, dengan
menerapkan konsep 3 Lines of Defence. Idealnya, organisasi memiliki tiga baris pertahanan,
sebagai berikut:
a. Manajemen,
b. Manajemen risiko, dan
c. Audit Internal.

Gambar 9.1 Konsep 3 Lines of Defence

First Line of Defense

I
[

M~.,~..

IQ

Second Line of Defense

Risk Management

Third Line of Defense

Internal Audit

Control

Manajemen (dalam hal ini Pengguna dan Direktorat yang menangani

pengadaan) bertanggung

jawab untuk merancang, melaksanakan dan memelihara kontrol terhadap risiko, termasuk risiko
pengadaan. Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 305.KlDIR/2010 yang masih menganut
model kepanitiaan belum memberikan pedoman yang jelas siapa business process owner dan juga
risk owner dari suatu pengadaan, oleh karena itu maka good practice memberikan pedoman bahwa
seharusnya pengadaan hanya diwakili oleh Pengguna Barang/Jasa dan dilayani oleh suatu
Direktorat yang menangani pengadaan.
Divisi Manajemen Risiko, sebagai ahli dalam risiko dan pengendalian, bertanggung jawab untuk
mengembangkan Enterprise Risk Management (ERM). Divisi ini juga bertanggung jawab untuk
mendukung manajemen dalam menerapkan ERM, termasuk dalam manajemen risiko dalam
pengadaan. Peran Manajemen Risiko lebih bersitat mendorong terselenggaranya manajemen risiko
yang lebih baik ditungsi Pengguna Barang/Jasa maupun Direktorat yang menangani pengadaan,
diantaranya dengan adanya unit Kepatuhan Internal yang menangani aspek kepatuhan pelaksanaan
pengadaan oleh Pengguna Barang/Jasa dan Pejabat Pengadaan.
Sedangkan Satuan Pengawas Internal (SPI) bertanggung jawab untuk secara independen meninjau
proses ERM, dan membuat rekomendasi untuk meningkatkan etektivitas dan efisiensi proses ERM.
Untuk itu, SPI perlu lebih mendorong Manajemen untuk mempunyai sistem pengendalian internal,
termasuk manajemen risiko yang lebih baik. Audit yang dilakukan lebih bersitat mendorong
perbaikan sistem pengadaan yang lebih baik di PLN. SPI dapat melakukan Audit sesuai ketentuan
yang berlaku di PT PLN (Persero) sesuai Pedoman Audit yang berlaku. Audit perjanjian/kontrak

50

masih dilakukan, tetapi dalam rangka mendorong tercapainya sistem dan praktek pengadaan yang
profesional di PLN.
Risiko memang tidak dapat dihindari dalam pengadaan dan kebutuhan untuk mengelola risiko
secara proporsional berbanding lurus dengan kompleksitas, nilai dan pentingnya bagi PLN. Untuk
risiko tinggi atau pengadaan bernilai tinggi, manajemen risiko merupakan salah satu faktor kunci
keberhasilan.
Risiko Pengadaan dapat berasal dari organisasi itu sendiri, dari pemasok, dari hubungan kontraktual
atau dari faktor eksternal, dan dapat berhubungan dengan aspek teknis, aspek komersial, atau
aspek administratif yang harus dimitigasi dalam suatu proses pengadaan.

9.2. Sistem dan Praktek Pengadaan Yang Meminimalisir Penyimpangan


Dalam good procurement practice, mengurangi risiko penyimpangan dalam pengadaan secara
umum dapat dilakukan dengan mengkombinasikan tiga aspek, yaitu mengoptimalkan:
a. Transparansi dan Kompetisi,
b. Profesionalisme, dan
c. Akuntabilitas/Pengendalian.
Secara prinsip pengadaan harus dilakukan dengan transparan, untuk memaksimalkan kompetisi dari
Penyedia dalam pasar yang ada. Portal e-procurement PLN dapat berfungsi untuk mengoptimalkan
hal ini. Dengan penerapan asas transparansi, maka peluang untuk menyembunyikan informasi yang
dapat mengurangi kompetisi dapat diminimalkan.
pemasukkan kualifikasi,

undangan

Secara umum,

pemasukkan penawaran,

pengumuman undangan

pengumuman pemenang, dan

sebagainya, perlu informasikan/dimuat di portal e-procurement PLN. Dengan proses yang


menggunakan DPT, dimana calon Penyedia sudah dinilai kualifikasinya, termasuk dilakukan
due diligence untuk kemampuan teknisnya, maka dapat dikompetisikan penawaran mereka, dan

diharapkan PLN dapat berbisnis dengan para Penyedia yang kompeten dan kredibel, dimana para
Penyedia yang setara ini dikompetisikan untuk mendapatkan value for money bagi PLN.
Aspek profesionalisme terkait erat dengan peran profesi pengadaan yang mampu melaksanakan
proses pengadaan yang efisien, efektif, kompetitif, transparan, adil dan wajar, serta akuntabel,
melalui peran strategis, taktis, maupun operasional, serta implementasi kategori pengadaan sesuai
Supply Positioning Matrix. Profesionalisasi pengadaan dilakukan dan dipimpin oleh suatu Direktorat

yang menangani pengadaan untuk keseluruhan portofolio pengadaan PLN.


Termasuk profesionalisasi ini adalah penerapan Kode Perilaku yang ketat bagi seluruh insan PLN,
tidak hanya untuk staf dari Direktorat yang menangani pengadaan, tetapi semua pihak di PLN,
dalam kaitan dengan program PLN BERSIH.
Aspek Akuntabilitas & Pengendalian adalah bagaimana struktur organisasi dan pembagian tugas
mempe~elas

siapa pemilik business process, siapa risk owner, pembagian peran, tugas dan

tanggung jawab antara Direktorat yang menangani pengadaan dan pejabat struktural didalamnya,
maupun Pengguna Barang/Jasa dan Wakil Pengguna Barang/Jasa, serta peran Value for Money
Committee, disamping peran Divisi Manajemen Risiko dan SPI. Dengan kejelasan peran tersebut,

maka aspek pengendalian akan lebih mudah dilaksanakan.

51

Salah satu aspek pengendalian yang perlu dilakukan, terutama untuk pengadaan di Unit Induk,
adalah adanya fungsi kepatuhan internal di Divisi Manajemen Risiko. Fungsi ini bertugas melakukan
upaya preventif dan preemptif untuk memastikan sistem dan praktek pengadaan, serta tata kelola,
dilakukan secara profesional, sebelum ditangani SPI. Pengendalian lainnya dapat dilakukan dengan
mengimplementasikan konsep Probity Adviser dan Audit dalam proses pengadaan yang berpotensi
menimbulkan kerugian kredibilitas bagi PLN.

Gambar 9.2 Mengurangi Risiko Penyimpangan

----- 000 -----

52

PT PLN (PERSERO)

EDARAN DIREKSI PT PLN (PERSERO)

NOMOR: 0014.E/DIRl2014

TENTANG

PERUBAHAN EDARAN DIREKSI PT PLN (PERSERO) NOMOR 0003.E/DIRl2014 TENTANG


PETUNJUK TEKNIS PENGADAAN BARANG/JASA PT PLN (PERSERO)

Dalam rangka penyempurnaan Edaran Direksi PT PLN (Persero) Nomor 0003.E/DIR/2014 tanggal18 Juni
2014 tentang Petunjuk Teknis Pengadaan Barang/Jasa PT PLN (Persero) yang merupakan tindak lanjut
dari Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 0620.KlDIR/2013 tanggal 3 Oktober 2013 tentang
Pedoman Umum Pengadaan Barang/Jasa PT PLN (Persero) beserta perubahannya, maka perlu dilakukan
perubahan atas Edaran Direksi PT PLN (Persero) Nomor 0003.E/DIR/2014 tentang Petunjuk Teknis
Pengadaan Barang/Jasa PT PT (Persero), sehingga seluruhnya berbunyi sebagai berikut:

BABI
KETENTUAN UMUM

1.1

Maksud dan tujuan


1.1.1

Meningkatkan efisiensi.

1.1.2

Mendukung penciptaan nilai tambah di BUMN.

1.1.3

Menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan.

1.1.4

Meningkatkan kemandirian, tanggung jawab dan profesionalisme.

1.1.5

Meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri.

1.1.6

Meningkatkan sinergi antar BUMN/Anak Perusahaan BUMN, dan/atau Perusahaan Terafiliasi


BUMN.

1.2

Ruang Lingkup
1.2.1

Pengadaan Barang/Jasa dengan sumber dana dari APLN.

1.2.2

Pengadaan Barang/Jasa dengan sumber dana lainnya, yaitu dari Pinjaman/Hibah Luar
Negeri dan/atau Pinjaman Dalam Negeri yang secara langsung diberikan ke PT PLN
(Persero), sepanjang tidak diatur dalam naskah pemberi pinjaman (guide lines).

1.3

Pengertian/lstilah
1.3.1

APLN adalah Anggaran PLN yang ditetapkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran
Perusahaan (RKAP) yang telah disahkan oleh RUPS, termasuk anggaran untuk peke~aan
mendesak atau Keadaan Darurat (Emergency) yang belum ditetapkan di dalam RKAP.

1.3.2

Anak Perusahaan BUMN adalah:


1.3.2.1

Perusahaan yang sahamnya minimum 90% (sembilan puluh persen) dimiliki oleh
BUMN lain;

1.3.2.2

Perusahaan patungan dengan jumlah gabungan kepemilikan saham BUMN


minimum 90% (sembilan puluh persen).

1.3.3

Anak Perusahaan PLN adalah Perusahaan yang sahamnya minimum 90% (sembilan puluh
persen) dimiliki oleh PLN.

1.3.4

Asuransi Pembangunan Proyek adalah asuransi yang menjamin segala macam risiko
kerugian yang mungkin timbul di lingkungan proyek pembangunan selama masa
pelaksanaan pembangunan.

1.3.5

Asuransi Masa Operasi adalah asuransi yang menjamin segala macam risiko kerugian yang
mungkin timbul atas harta benda atau aset milik perusahaan pada masa operasi dan dimulai
sejak proyek diserahterimakan Taking Over Certificate (TOC) atau proyek dioperasikan
secara komersial.

1.3.6

Barang adalah benda dalam berbagai bentuk dan uraian meliputi antara lain: bahan baku,
barang setengah jadi, barang jadi/peralatan, yang spesifikasinya ditetapkan oleh Pengguna
Barang/Jasa.

1.3.7

Berita Acara Serah Terima Tahap Pertama adalah berita acara yang dibuat setelah fisik
pekerjaan mencapai 100% (seratus persen).

1.3.8

Berita Acara Serah Terima Tahap Kedua adalah berita acara yang dibuat setelah masa
pemeliharaan selesai.

1.3.9

Daftar Penyedia Terseleksi yang selanjutnya disebut DPT adalah daftar Penyedia
Barang/Jasa yang lulus penilaian kualifikasi yang dimutakhirkan secara periodik berdasarkan
kinerja Penyedia Barang/Jasa.

1.3.10

Dewan Komisaris yang selanjutnya disebut Dekom adalah organ PLN yang bertugas
melakukan pengawasan serta memberi nasehat kepada Direksi.

1.3.11

Direksi adalah organ PLN yang terdiri dari anggota Direksi yang bertanggungjawab penuh
atas pengurusan PLN untuk kepentingan, tujuan dan mewakili kepentingan PLN.

1.3.12

Direksi Pekerjaan adalah wakil Pengguna Barang/Jasa untuk mengendalikan pelaksanaan


pekerjaan.

1.3.13

Direksi Teknis adalah wakil Pengguna Barang/Jasa untuk membantu Direksi Peke~aan
dalam pengawasan pekerjaan (misalnya Unit Enjiniring, Unit Penelitian dan Pengembangan,
Unit Pemeliharaan Ketenagalistrikan, Unit Sertifikasi dan Unit Manajemen Konstruksi).

1.3.14

Dokumen Kualifikasi adalah dokumen yang disiapkan oleh Pejabat Perencana Pengadaan
sebagai pedoman dalam Pelaksanaan dan Penilaian Kualifikasi.

1.3.15

Dokumen Aplikasi Kualifikasi adalah dokumen yang disiapkan oleh Penyedia Barang/Jasa
berdasarkan Dokumen Kualifikasi sebagai pedoman dalam Penilaian Kualifikasi.

1.3.16

Dokumen Rencana Pengadaan adalah daftar umum yang meliputi kebutuhan Korporatl
Kantor PusatlUnit InduklUnit Penunjang atas barang/jasa, lengkap dengan kuantitas atau
volume, waktu kebutuhan atau waktu penyerahan, estimasi anggaran, strategi pengadaan,
metode

pengadaan,

pelaksana

pengadaan

dan

sistem

pemaketanlgrouping/joint

procurement bila diperlukan.


1.3.17

Dokumen Pelelangan atau Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) adalah dokumen yang
disiapkan oleh Pejabat Perencana Pengadaan sebagai pedoman dalam proses pembuatan
dan penyampaian penawaran oleh Calon Penyedia Barang/Jasa serta pedoman evaluasi
penawaran oleh Pejabat Pelaksana Pengadaan.

1.3.18

Dokumen Pengadaan adalah dokumen terkait dengan proses Pengadaan Barang/Jasa


meliputi

antara

lain

Dokumen

Kualifikasi,

Dokumen Aplikasi

Kualifikasi,

Dokumen

Pelelangan/RKS, Pengumuman, Berita Acara-Berita Acara, Dokumen Penawaran,


Penunjukan

Penyedia

Barang/Jasa (SPPBJ),

Jaminan-jaminan,

Surat

Contract Discussion

Agreement (CDA), Perjanjian/Kontrak.


1.3.19

Dokumen Penawaran adalah surat penawaran beserta seluruh dokumen lampirannya yang
disiapkan oleh Penyedia Barang/Jasa.

1.3.20

Due Diligence adalah bag ian dari Penilaian Kualifikasi untuk melakukan verifikasi langsung,
lebih detail, dan komprehensif atas dokumen kualifikasi, kompetensi dan kemampuan usaha
Penyedia

Barang/Jasa

yang

memasukkan

aplikasi

untuk

kategori

Leverage,

CriticallBott/eneck, dan Strategis.


1.3.21

Eksportir/lmportirlShipping Company adalah badan usaha yang melakukan kegiatan


ekspor/impor, baik secara langsung maupun tidak langsung, melakukan pengiriman dari
Pabrikan sampai dengan tempat tujuan, sesuai model skema transaksi Incoterms.

1.3.22

e-Procurement PLN adalah sarana Pengadaan Barang/Jasa yang diproses secara elektronik,
yang diakses melalui internet.

1.3.23

Excess Power adalah energi listrik yang merupakan kelebihan dari pembangkit tenaga listrik
swasta yang sudah ada dan sudah beroperasi.

1.3.24

General Manager (GM)/Kepala adalah Pejabat yang memiliki kewenangan dan membawahi
suatu Unit Induk (Wilayah, Distribusi, Pembangkitan, Penyaluran dan Pusat Pengaturan
Beban, Pembangunan), Unit Penunjang (Enjiniring, Sertifikasi, Manajemen Konstruksi,
Pemeliharaan Ketenagalistrikan, Pendidikan dan Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan),
atau Unit IndukiPenunjang tertentu berdasarkan Keputusan Direksi.

1.3.25

Harga Perkiraan Engineering (HPE) adalah perhitungan estimasi biaya pokok produksi atau
estimasi biaya pokok pekerjaan yang dihitung secara profesional sebagai dasar penyusunan
HPS.

1.3.26

Harga Perkiraan Sendiri (HPS) adalah perhitungan harga perkiraan dari suatu barang/jasa
yang dihitung berdasarkan estimasi biaya pokok produksi atau estimasi biaya pokok
pekerjaan yang disesuaikan dengan kondisi ekonomi terkini dan faktor-faktor lain yang
berfungsi untuk melihat kewajaran harga penawaran.

1.3.27

Incoterms adalah syarat dan ketentuan penyerahan barang komersial yang diatur oleh
International Chamber of Commerce, dimana dideskripsikan kewajiban biaya dan risiko dari
pembeli dan penjual.

1.3.28

International Re-insurance Broker adalah Perusahaan Broker Asuransi Internasional yang


bertugas mencari back up dalam penempatan risiko PLN kepada Perusahaan Reasuransi
Dunia.

1.3.29

Invitation to Bid (ITB) adalah Metode permintaan penawaran untuk kebutuhan yang
spesifikasinyaITOR dapat dibuat secara jelas dan lengkap.

1.4.30

Jadwal Pengadaan Barang/Jasa adalah rincian waktu proses Pengadaan Barang/Jasa yang
mencakup sejak tahap proses perencanaan pengadaan sampai dengan tahap penyelesaian
pelaksanaan pekerjaan.

1.3.31

Jasa Konstruksi adalah layanan pelaksanaan pekerjaan konstruksi.

1.3.32

Jasa Konsultansi adalah layanan jasa keahlian profesional dalam berbagai bidang yang
dilaksanakan oleh perorangan atau badan usaha/lembaga.

1.3.33

Jasa Lainnya adalah layanan jasa selain Jasa Konstruksi dan Jasa Konsultansi.

1.3.34

Joint Procurement adalah Pelelangan Terbatas/Pelelangan Terbuka yang diselenggarakan


oleh satu Pengguna Barang/Jasa yang mewakili beberapa Pengguna Barang/Jasa lainnya.

1.3.35

Kantor Pusat adalah induk organisasi PLN yang membawahi Unit IndukiUnit Penunjang.

1.3.36

Kebutuhan Rutin adalah kebutuhan barang/jasa yang mempunyai karakteristik nilai rendah
dan risiko suplai rendah dalam Supply Positioning Matrix.

1.3.37

Kebutuhan Leverage adalah kebutuhan barang/jasa yang mempunyai karakteristik nilai tinggi
dan risiko suplai rendah dalam Supply Positioning Matrix.

1.3.38

Kebutuhan CriticallBottleneck adalah kebutuhan barang/jasa yang mempunyai karakteristik


nilai rendah dan risiko suplai tinggi dalam Supply Positioning Matrix.

1.3.39

Kebutuhan Strategis adalah kebutuhan barang/jasa yang mempunyai karakteristik nilai tinggi
dan risiko suplai tinggi dalam Supply Positioning Matrix.

1.3.40

Klarifikasi adalah kegiatan meminta penjelasan oleh Pejabat Pelaksana Pengadaan kepada
Penyedia Barang/Jasa atas substansi penawaran yang kurang jelas dalam rangka evaluasi
penawaran.

1.3.41

Kualifikasi

adalah

tingkatlkedalaman kompetensi

dan

kemampuan

usaha Penyedia

Barang/Jasa.
1.3.42

Leader Consorlium/Pemimpin

Konsorsium/Penanggung Utama Jasa Asuransi adalah

perusahaan asuransi yang ditunjuk oleh PLN melalui mekanisme pengadaan yang akan
mewakili dan bersama-sama PLN melaksanakan seleksi International Re-insurance Broker,
serta menjadi pemimpin diantara Member Consorlium dalam penempatan risiko yang akan
diasuransikan melalui mekanisme yang telah ditentukan.
1.3.43

Member Consorlium/Anggota Konsorsium/Penanggung Peserta Jasa Asuransi adalah

perusahaan asuransi yang telah dinyatakan lulus sebagai anggota konsorsium dan
diikutsertakan dalam penutupan asuransi di PLN.
1.3.44

Masa

Pelaksanaan

Perjanjian/Kontrak

adalah

masa

sejak

ditandatanganinya

Perjanjian/Kontrak sampai dengan berakhirnya jangka waktu yang ditentukan dalam


Perjanjian/Kontrak.
1.3.45

Negosiasi adalah kegiatan untuk pembahasan aspek teknis, harga dan waktu pelaksanaan
antara Pejabat Pelaksana Pengadaan dengan Penyedia Barang/Jasa.

1.3.46

Pabrikan (manufacturer) adalah perusahaan yang membuat peralatan secara mandiri,


dimana perusahaan tersebut memiliki peralatan untuk proses produksi dan pengendalian
kualitas sendiri, termasuk Anak Perusahaan dari Pabrikan tersebut yang menjadi perwakilan
tunggal di Indonesia/negara lain.

1.3.47

Pagu Anggaran (Budget Ceiling) adalah anggaran maksimal yang terdapat dalam RKAP
yang dihitung secara profesional berdasarkan perkiraan biaya pekerjaan ditambah dengan
perkiraan penyesuaian karena kondisi ekonomi.

1.3.48

Pakta Integritas adalah surat pernyataan yang ditandatangani oleh Pengguna Barang/Jasa,
Pejabat Perencana Pengadaan, Pejabat Pelaksana Pengadaan, Tim Evaluasi, Value for
Money Committee, Penyedia Barang/Jasa yang berisi ikrar untuk mencegah dan tidak

melakukan persekongkolan baik vertikal, horizontal maupun penyelewengan hukum lainnya


dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.
1.3.49

Pejabat Perencana Pengadaan adalah pejabat struktural yang bertugas dan bertanggung
jawab dalam perencanaan Pengadaan Barang/Jasa atau pejabat struktural yang memiliki
tugas pokok dan fungsi sebagai perencana Pengadaan Barang/Jasa.

1.3.50

Pejabat Pelaksana Pengadaan adalah pejabat struktural yang bertugas dan bertanggung
jawab dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa atau pejabat struktural yang memiliki
tug as pokok dan fungsi sebagai pelaksana Pengadaan Barang/Jasa.

1.3.51

Pekerjaan Keadaan Oarurat (Emergency) adalah pekerjaan yang kebutuhannya sangat


mendesak dan tidak dapat ditunda-tunda lagi berhubung terjadinya gangguan pada
pembangkitan dan/atau transmisi dan/atau distribusi, instalasi dan bangunan PLN lainnya,
untuk menghindarkan terjadinya peristiwa yang dapat mengancam jiwa manusia dan/atau
kerugian PLN yang lebih besar dan/atau dapat merusak citra perusahaan, yang dinyatakan
secara tertulis oleh Oireksi/GM/Kepala.

1.3.52

Pengadaan Barang/Jasa adalah kegiatan pengadaan barang, pengadaan jasa konstruksi


termasuk pengadaan barang dan pemasangan (supply & erect), pengadaan jasa konsultansi,
pengadaan khusus dan pengadaan jasa lainnya di PLN yang dibiayai dengan APLN atau
yang dibiayai dengan sumber dana dari pinjaman/hibah luar negeri dan/atau pinjaman dalam
negeri (Non APLN), sepanjang tidak diatur dalam naskah pemberi pinjaman (guide lines).

1.3.53

Pengadaan Khusus adalah segala pekerjaan dan/atau penyediaan barang/jasa selain jasa
konstruksi, jasa konsultansi dan jasa lainnya, antara lain pengadaan energi primer,
pembelian tenaga listrik, sewa menyewa/sewa beli, sewa guna usaha (leasing), asuransi dan
penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain.

1.3.54

Pengawas Pekerjaan adalah wakil Pengguna Barang/Jasa untuk membantu Oireksi


Pekerjaan dalam mengawasi pekerjaan.

1.3.55

Pengguna Barang/Jasa adalah Oireksi atau Pejabat struktural satu tingkat di bawah Oireksi,
GM/Kepaia atau Pejabat struktural di bawah GM/Kepaia yang diberi kuasa, yang
menggunakan dan/atau menerima manfaat baik langsung maupun tidak langsung dari
barang/jasa yang dihasilkan dari proses pengadaan barang/jasa.

1.3.56

Penilaian Kualifikasi adalah kegiatan untuk menilai kompetensi dan kemampuan usaha
Penyedia Barang/Jasa.

1.3.57

Penyedia Barang/Jasa adalah badan usaha yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT), Badan
Usaha Milik Negara (BUMN), atau badan hukum publik lainnya, Badan Usaha Milik Oaerah
(BUMO),

lembaga,

konsorsium,

Joint

Operation,

Koperasi,

Firma,

Commanditaire

Vennotschap (CV), persekutuan perdata (Maatschap), badan usaha luar negeri dan/atau

perorangan yang kegiatan usahanya menyediakan barang/jasa.


1.3.58

PLN adalah Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara yang didirikan
dengan Akta Notaris Sutjipto,SH Nomor 169 Tahun 1994 beserta perubahannya.

1.3.59

Perjanjian/Kontrak adalah perikatan dalam bentuk tertulis antara Pengguna Barang/Jasa


dengan Penyedia Barang/Jasa.

1.3.60

Perusahaan Asuransi Kerugian adalah suatu Badan Usaha yang bergerak dalam bidang
Asuransi Kerugian Umum (bukan Asuransi Jiwa) antara lain asuransi property, asuransi
kerusakan mesin, asuransi gangguan usaha, asuransi mobil, asuransi kebakaran, asuransi
pengangkutan yang ijin usahanya adalah dalam bidang asuransi kerugian yang dikeluarkan
oleh Kementerian Keuangan.

1.3.61

Perusahaan Terafiliasi BUMN adalah perusahaan yang sahamnya minimum 90% (sembilan
puluh persen) dimiliki oleh Anak Perusahaan BUMN, gabungan Anak Perusahaan BUMN,
atau gabungan Anak Perusahaan BUMN dengan BUMN.

1.3.62

Perusahaan Terafiliasi PLN adalah perusahaan yang sahamnya minimum 90% (sembilan
puluh persen) dimiliki oleh Anak Perusahaan PLN.

1.3.63

Perwakilan

Penyedia

Internasional adalah

perwakilan

dari

pabrikan atau

penyedia

internasional yang berkedudukan di Indonesia/negara lain, yang dibuktikan dengan suatu


dokumen kerja sarna atau surat penunjukan dari Pabrikan/Penyedia Internasional.
1.3.64

Prakualifikasi adalah proses penilaian kompetensi dan kemampuan usaha serta pemenuhan
persyaratan tertentu lainnya dari Penyedia Barang/Jasa sebelum memasukkan penawaran.

1.3.65

Pascakualifikasi adalah

proses penilaian kompetensi dan kemampuan usaha serta

pemenuhan persyaratan tertentu lainnya dari Penyedia Barang/Jasa setelah memasukkan


penawaran.

1.3.66

Production Sharing Contract (PSG) atau Kontrak Kerjasama Migas adalah Perjanjian/Kontrak
yang dibuat antara badan pelaksana dengan badan usaha dan atau bentuk usaha tetap
untuk melakukan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi di bidang minyak dan gas bumi dengan
prinsip bagi hasil.

1.3.67

Proses Pengadaan Barang/Jasa adalah kegiatan Pengadaan Barang/Jasa yang mencakup


sejak

tahap

proses

perencanaan

pengadaan

sampai

dengan

tahap

penyelesaian

pelaksanaan pekerjaan.
1.3.68

PO (Purchase Order atau Surat Pesanan) adalah dokumen pembelian yang mendeskripsikan
tipe, jenis, spesifikasi, jumlah dari barang yang akan dibeli, tempat dan waktu penyerahan,
persyaratan pembayaran, serta syarat dan ketentuan lainnya.

1.3.69

Perencanaan Pengadaan adalah proses penyusunan kebutuhan pengadaan barang/jasa


sesuai dengan portofolio Pengadaan Barang/Jasa PLN yang dibedakan antara Rutin,

Leverage, Critica/IBott/eneck dan Strategis dengan mempertimbangkan estimasi kualitas,


kuantitas, waktu, tern pat, tujuan sosial-ekonomi dan biaya, berdasarkan RKAP yang telah
disetujui dan telah memperhitungkan potensi konsolidasi di tingkat korporat.

1.3.70

Re-insurance Company adalah Perusahaan Asuransi Dunia yang akan menerima risiko PLN
dan dipilih berdasarkan Rating dari Lembaga Rating Dunia yang diyakini dapat menjamin
keamanan risiko PLN apabila terjadi kerugian pad a pertanggungan berjalan.

1.3.71

Request for Proposals (RFP) adalah metode permintaan penawaran untuk kebutuhan yang
spesifikasinyalTOR tidak dapat dilakukan seeara penuh pada saat undangan penawaran
diumumkan.

1.3.72

Request for Quotations (RFQ) adalah metode permintaan penawaran untuk pengadaan yang
bersifat keeil atau rutin dengan spesifikasi yang mudah ditemui di pasar.

1.3.73

Riset Pasar adalah riset untuk mengidentifikasi dan mendapatkan seluruh informasi yang
relevan terkait kebutuhan Pengadaan Barang/Jasa atau pekerjaan yang akan digunakan
untuk membuat strategi Pengadaan Barang/Jasa dan Perjanjian/Kontrak.

1.3.74

RUPS adalah Rapat Umum Pemegang Saham yang merupakan organ PLN dan mempunyai
wewenang yang tidak dimiliki Direksi dan Dewan Komisaris.

1.3.75

Sertifikasi Keahlian Pengadaan Barang/Jasa adalah tanda bukti pengakuan atas kompetensi
dan kemampuan profesi di bidang Pengadaan Barang/Jasa yang diperoleh melalui ujian
sertifikasi keahlian Pengadaan Barang/Jasa.

1.3.76

Sewa Guna Usaha (Leasing) adalah suatu transaksi pembiayaan untuk penyediaan barang
modal seeara sewa guna dengan hak opsi memiliki (Financial Lease) maupun sewa guna
tanpa hak opsi memiliki (Operating Lease) antara pihak penyedia pembiayaan atau barang

(Lessor) untuk digunakan oleh pihak yang membutuhkan pembiayaan atau barang (Lessee)
selama jangka waktu tertentu dengan pembayaran seeara berkala/bertahap.

1.3.77

Shortlist adalah daftar Penyedia Barang/Jasa yang didapat dari riset pasar yang diyakini
mempunyai kemampuan untuk melakukan pekerjaan yang akan diadakan.

1.3.78

Tahun Anggaran adalah kurun waktu 1 (satu) tahun takwim terhitung sejak tanggal1 Januari
sampai dengan tanggal31 Desember.

1.3.79

Tenaga Ahli adalah orang yang dianggap ahli untuk melaksanakan pekerjaan Jasa
Konsultansi baik selaku konsultan perorangan maupun konsultan yang bekerja pada suatu
badan usaha atau lembaga.

1.3.80

Total Cost of Ownership (TCOO) adalah biaya keseluruhan dari pembelian barang/jasa, tidak
hanya merupakan harga awal yang ditawarkan (initial purchase price) tetapi merupakan
biaya keseluruhan yang dapat terjadi selama umur ekonomis barang/jasa tersebut.

1.3.81

Unit IndukiUnit Penunjang adalah unit organisasi satu tingkat dibawah Kantor Pusat yang
melaksanakan kegiatan usaha tertentu sesuai dengan tujuan dan lapangan usaha PLN.

1.3.82

Value for Money Committee adalah fungsi yang melakukan kajian/analisa Value for Money
terhadap proses Pengadaan Barang/Jasa di PLN.

1.3.83

Wakil

Pengguna

Barang/Jasa adalah pejabat struktural yang

mewakili

Pengguna

Barang/Jasa dalam hal Pengadaan Barang/Jasa.


1.4

Prinsip Dasar

Pengadaan Barang/Jasa di PLN wajib menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut:


1.4.1

Efisien
Pengadaan Barang/Jasa harus diusahakan untuk mendapatkan hasil yang optimal dan
terbaik dalam waktu yang cepat dengan menggunakan sumber daya seminimal mungkin
secara wajar dan bukan hanya didasarkan pad a harga terendah.

1.4.2

Efektif
Pengadaan Barang/Jasa harus sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan dan
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya sesuai dengan sasaran yang ditetapkan.

1.4.3

Kompetitif
Pengadaan Barang/Jasa harus terbuka bagi Penyedia Barang/Jasa yang memenuhi
persyaratan dan dilakukan melalui persaingan yang sehat diantara Penyedia Barang/Jasa
yang setara dan memenuhi syaratlkriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang
jelas dan transparan.

1.4.4

Transparan
Semua ketentuan dan informasi mengenai Pengadaan Barang/Jasa, termasuk syarat teknis
administrasi pengadaan, tata cara evaluasi, hasil evaluasi, penetapan calon Penyedia

Barang/Jasa, sifatnya terbuka bagi peserta Penyedia Barang/Jasa yang berminat.


1.4.5

Adil dan wajar


Memberikan perlakuan yang sama bagi semua Calon Penyedia Barang/Jasa yang
memenuhi syarat.

1.4.6

Akuntabel
Harus mencapai sasaran dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga menjauhkan dari
potensi penyalahgunaan dan penyimpangan.

1.5

Kebijakan Umum Pengadaan Barang/Jasa


1.5.1

Menyesuaikan dengan Pedoman Umum Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa BUMN dan


International Good Procurement Practices.

Menyesuaikan

ketentuan

pengadaan

PLN

dengan

Pedoman

Umum

Pelaksanaan

Pengadaan Barang/Jasa BUMN dan International Good Procurement Practices, sehingga


9

PLN sebagai badan usaha dapat melakukan pengadaan barang dan jasa secara cepat,
fleksibel,

efisien dan efektif, agar tidak kehilangan

momentum

bisnis yang dapat

menimbulkan kerugian, dan dapat memenuhi kebutuhan bisnis dengan tetap memperhatikan
prinsip-prinsip efisien, efektif, kompetitif, transparan, adil dan wajar, serta akuntabel.
1.5.2

Meningkatkan nilai PLN sebagai konsumen


Meningkatkan nilai PLN sebagai konsumen dengan melakukan agregasi kebutuhan dan
membuat strategi pengadaan barang/jasa yang tepat sesuai dengan hasil riset pasar PLN.

1.5.3

Kemitraan, Berjangka Panjang dan Berkelanjutan


Strategi Pengadaan PLN berbasis kemitraan, berjangka panjang dan berkelanjutan yang
disesuaikan dengan kondisi pasar dan good practice yang berlaku, sehingga PLN akan
bermitra dengan perusahaan yang berkinerja baik, dan beritikad baik untuk berbagi manfaat
dan biaya secara terbuka.

1.5.4

Meningkatkan Sistem Manajemen Penyedia Barang/Jasa


Meningkatkan sistem manajemen Penyedia Barang/Jasa yang memadai, melalui kualifikasi
secara periodik dan daftar rekanan yang selalu dimutakhirkan berdasarkan kinerja, sehingga
dapat dihindari penggunaan Penyedia Barang/Jasa yang mempunyai kinerja buruk.

1.5.5

Mendorong Produksi Dalam Negeri


Mendorong penggunaan produksi dalam negeri, rancang bangun, dan perekayasaan
nasional, sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

1.5.6

Mendorong sinergi BUMN, Anak Perusahaan BUMN, Perusahaan Terafiliasi BUMN


Mendorong sinergi antar BUMN, Anak Perusahaan BUMN, dan/atau Perusahaan Terafiliasi
BUMN atau antar Anak Perusahaan BUMN dan/atau antar Perusahaan Terafiliasi BUMN,
dalam rangka meningkatkan efisiensi usaha atau perekonomian.

1.6

Etika Pengadaan
Pengguna Barang/Jasa, Wakil Pengguna Barang/Jasa, Pejabat Perencana Pengadaan, Pejabat
Pelaksana Pengadaan, Penyedia Barang/Jasa, dan Value for Money Committee dan para pihak yang
terkait dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa baik secara internal maupun eksternal, harus
mematuhi etika sebagai berikut:
1.6.1

Melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawab untuk mencapai sasaran
kelancaran dan ketepatan tercapainya tujuan Pengadaan Barang/Jasa.

1.6.2

Bekerja secara profesional dan mandiri atas dasar kejujuran, serta menjaga kerahasiaan
Dokumen Pelelangan/RKS yang seharusnya dirahasiakan untuk mencegah terjadinya
penyimpangan dalam proses Pengadaan Barang/Jasa.

10

1.6.3

Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung untuk mencegah dan
menghindari terjadinya persaingan tidak sehat.

1.6.4

Menerima dan bertanggungjawab atas segala keputusan yang ditetapkan sesuai dengan
kesepakatan para pihak.

1.6.5

Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan (conflict of interest) para


pihak yang terkait dalam proses Pengadaan Barang/Jasa, baik langsung maupun tidak
langsung, yang merugikan kepentingan Pengguna Barang/Jasa.

1.6.6

Menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran keuangan Perusahaan


dalam Pengadaan Barang/Jasa.

1.6.7

Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau kolusi dengan tujuan


untuk keuntungan pribadi, golongan atau pihak lain yang secara langsung atau tidak
langsung merugikan Perusahaan.

1.6.8

Tidak menerima, tidak menawarkan atau tidak menjanjikan untuk memberi atau menerima
hadiah, imbalan berupa apa saja kepada siapapun yang diketahui atau patut dapat diduga
berkaitan dengan Pengadaan Barang/Jasa.

1.7

Bantuan Hukum, Reward dan Punishment


1.7.1

Bantuan Hukum
Dalam hal Pengguna Barang/Jasa, Wakil Pengguna Barang/Jasa, Pejabat Perencana
Pengadaan, Pejabat Pelaksana Pengadaan, Value for Money Committee dan pihak lain di
PLN, telah melaksanakan proses pengadaan sesuai dengan prosedur dan Etika Pengadaan
yang berlaku sebagaimana yang diatur dalam Edaran Direksi ini, namun terdapat tuntutan
dan tetap dipermasalahkan secara hukum, maka kepada yang bersangkutan akan
mendapatkan bantuan hukum dari PLN sesuai ketentuan Bantuan Hukum yang berlaku di
PLN.

1.7.2

Reward

Pejabat Perencana Pengadaan, Pejabat Pelaksana Pengadaan dan pegawai lain di PLN
yang terkait langsung dengan Pengadaan Barang/Jasa dapat diberikan insentif dan reward
sesuai ketentuan yang berlaku di PLN.
1.7.3

Punishment

Pengguna Barang/Jasa, Wakil Pengguna Barang/Jasa, Pejabat Perencana Pengadaan,


Pejabat Pelaksana Pengadaan, Value for Money Committee dan pihak lain di PLN yang
terkait dengan Pengadaan Barang/Jasa yang tidak sesuai dengan Prinsip Dasar Pengadaan,
Etika Pengadaan dan Prosedur yang berlaku, maka akan dikenakan sanksi sesuai Peraturan
Disiplin Pegawai PLN yang berlaku.

11

1.8

Pakta Integritas
1.8.1

Internal
Pengguna Barang/Jasa, Wakil Pengguna Barang/Jasa, Pejabat Perencana Pengadaan,
Pejabat Pelaksana Pengadaan, Value for Money Committee dan pihak lain di PLN yang
terkait dengan Pengadaan Barang/Jasa wajib menandatangani Pakta Integritas.

1.8.2

Eksternal
Calon Penyedia Barang/Jasa dan Penyedia Barang/Jasa wajib menandatangani Pakta
Integritas.

1.9

Ijin Prinsip Direksi


Sebelum Pengadaan dilaksanakan, GM/Kepaia wajib terlebih dahulu meminta Ijin Prinsip dari
Direksi/Komite Direktur/Direktur sesuai batasan kewenangan yang diatur dalam ketentuan Batasan
Kewenangan Pengambilan Keputusan di Lingkungan PLN, dalam hal melaksanakan Pengadaan
Barang/Jasa dibawah ini:
1.9.1

Pengadaan Barang/Jasa yang mempunyai kekhususan dan menggunakan teknologi baru


yang belum pernah digunakan PLN; atau

1.9.2

Pengadaan Barang/Jasa yang bernilai di atas batas kewenangannya yang diatur dalam
ketentuan Batasan Kewenangan Pengambilan Keputusan di Lingkungan PLN yang berlaku;
atau

1.9.3

Pengadaan

Barang/Jasa yang

pembayarannya

menggunakan valuta asing kecuali

ditentukan lain oleh Direksi.

12

BAB II
ORGANISASI PENGADAAN BARANG/JASA

2.1

Pengguna Barang/Jasa
2.1.1

Pengguna Barang/Jasa bertanggung jawab sebagai pihak yang membutuhkan dan


menggunakan barang/jasa, menetapkan spesifikasi atau Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang
jelas, memastikan volume kebutuhan, dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan serta
Manajemen Perjanjian/Kontrak.

2.1.2

Pengguna Barang/Jasa terdiri dari :


2.1.2.1

Pengguna Barang/Jasa Antara adalah Pengguna Barang/Jasa yang tidak


menerima secara langsung manfaat atas barang/jasa yang diadakan.

2.1.2.2

Pengguna Barang/Jasa Akhir adalah Pengguna Barang/Jasa yang menerima


secara langsung manfaat atas barang/jasa yang diadakan.

2.1.3

Pengguna Barang/Jasa memiliki kewenangan menugaskan DirektoratlDivisi/Bagian yang


terkait dengan proses pengadaan untuk melakukan proses Pengadaan Barang/Jasa.

2.1.4

Pengguna Barang/Jasa dibantu oleh Wakil Pengguna Barang/Jasa yang merupakan pejabat
struktural di bawahnya.

2.1.5

Pengguna Barang/Jasa dapat melimpahkan kewenangannya kepada Pejabat struktural


dibawahnya sebagai Pengguna Barang/Jasa.

2.1.6

Tugas Pokok Pengguna Barang/Jasa:


2.1.6.1

Menentukan dan memastikan volume kebutuhan barang/jasa.

2.1.6.2

Memastikan ketersediaan anggaran.

2.1.6.3

Menetapkan dan/atau mengesahkan:

2.1.6.4

a.

Dokumen Rencana Pengadaan.

b.

Dokumen Kualifikasi.

c.

Spesifikasi Teknis atau Kerangka Acuan Kerja (KAK).

d.

Dokumen Pelelangan/RKS.

e.

HPS.

f.

Pemenang Penyedia Barang/Jasa.

Menyiapkan

biaya-biaya

yang

diperlukan

untuk

kegiatan

Pengadaan

Barang/Jasa.
13

2.1.6.5

Menetapkan biaya penggandaan Dokumen Pelelangan/RKS yang dapat


dikenakan kepada calon Penyedia Barang/Jasa.

2.1.6.6

Menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ).

2.1.6.7

Menandatangani

Perjanjian/Kontrak

sesuai

dengan

ketentuan

Batasan

Kewenangan Pengambilan Keputusan di Lingkungan PLN yang berlaku.


2.1.6.8

Menunjuk Direksi Pekerjaan dan/atau Pengawas Pekerjaan dan/atau Direksi


Teknis (apabila diperlukan) dan dapat dicantumkan dalam Perjanjian/Kontrak.

2.1.6.9

Melakukan pemeriksaan dan penerimaan hasil pelaksanaan Perjanjian/Kontrak,


yang dalam pelaksanaannya Pengguna Barang/Jasa dapat membentuk Tim
Pemeriksa dan Penerima Barang/Jasa.

2.1.6.10

Dalam hal mendukung kelancaran operasional Unit Pelaksana, Pengguna


Barang/Jasa dapat melimpahkan kewenangan kepada Manajer Unit Pelaksana
untuk menjalankan fungsi perencanaan Pengadaan Barang/Jasa di Unit
Pelaksana.

2.2

Wakil Pengguna Barang/Jasa


2.2.1

Tugas Pokok Wakil Pengguna Barang/Jasa adalah membantu Pengguna Barang/Jasa,


melaksanakan Manajemen Perjanjian/Kontrak, dan melakukan evaluasi dan penilaian kinerja
Penyedia Barang/Jasa.

2.2.2

Wakil Pengguna Barang/Jasa bekerjasama dengan Pejabat Perencana Pengadaan dan


Pejabat Pelaksana Pengadaan bertanggung jawab untuk menyediakan informasi dan data
yang

diperlukan

selama

tahap

perencanaan

pengadaan,

persiapan

pengadaan,

pelaksanaan pemilihan Penyedia Barang/Jasa, dan proses finalisasi Perjanjian/Kontrak di


Kantor PusaUUnit IndukiUnit Penunjang.
2.2.3

Wakil Pengguna Barang/Jasa dapat ditunjuk sebagai Direksi Pekerjaan atau Pengawas
Pekerjaan atau Manajer Proyek.

2.2.4

Wakil Pengguna Barang/Jasa membuat laporan kepada Pengguna Barang/Jasa.

2.2.5

Wakil Pengguna Barang/Jasa bukan Pejabat yang karena sifat pekerjaannya menimbulkan
benturan kepentingan, seperti PejabaUPegawai di bidang Pengawasan.

2.3

Pejabat Perencana Pengadaan


2.3.1

Fungsi

Perencanaan

Pengadaan di Kantor Pusat dan

Unit IndukiUnit Penunjang

dilaksanakan oleh Pejabat Perencana Pengadaan.


2.3.2

Fungsi Perencanaan Pengadaan di Kantor Pusat dilaksanakan oleh Pejabat yang ditunjuk
oleh Direksi, sedangkan di Unit IndukiUnit Penunjang ditunjuk oleh General Manager/Kepala.
14

2.3.3

Pejabat Perencana Pengadaan bertanggung jawab kepada atasan langsung.

2.3.4

Tugas Pokok Pejabat Perencana Pengadaan:


2.3.4.1

Menyusun dan mengelola Oaftar Penyedia Terseleksi (OPT).

2.3.4.2

Menyusun dan mengelola Ookumen Rencana Pengadaan Barang/Jasa.

2.3.4.3

Melaporkan hasil proses perencanaan pengadaan barang/jasa kepada Atasan


Langsung untuk selanjutnya disampaikan kepada Value for Money Committee
dan disahkan oleh Pengguna Barang/Jasa.

2.3.4.4

Menyusun Ookumen Pelelangan Barang/Jasa atau Rencana Kerja dan Syaratsyarat

(RKS)

untuk

disahkan

oleh

Pengguna

Barang/Jasa,

termasuk

Addendum/Amandemen bila diperlukan.

2.3.4.5

Menyusun dan mengelola Harga Perkiraan Engineering (HPE).

2.3.4.6

Bekerjasama dengan Wakil Pengguna Barang/Jasa melakukan evaluasi kinerja


Penyedia Barang/Jasa untuk pemutakhiran OPT.

2.3.4.7

Membantu Wakil Pengguna Barang/Jasa dalam pelaksanaan Manajemen


Perjanjian/Kontrak.

2.3.5

Oalam melaksanakan tugas pokoknya, jika diperlukan Pejabat Perencana Pengadaan dapat
dibantu oleh pihak lain sesuai keahlian baik internal maupun eksternal PLN.

2.3.6

Pejabat Perencana Pengadaan wajib memiliki sertifikasi Pengadaan Barang/Jasa.

2.3.7

Pejabat Perencana Pengadaan bukan PejabaUPegawai yang karena sifat peke~aannya


menimbulkan benturan kepentingan, antara lain PejabaUPegawai di bidang Pengawasan.

2.4

Pejabat Pelaksana Pengadaan


2.4.1

Fungsi Pelaksana Pengadaan di Kantor Pusat dan Unit InduklUnit Penunjang dilaksanakan
oleh Pejabat Pelaksana Pengadaan.

2.4.2

Pejabat Pelaksana Pengadaan bertanggung jawab kepada atasan langsung.

2.4.3

Tugas Pokok Pejabat Pelaksana Pengadaan:

2.4.3.1

Melakukan ana lis is terhadap lingkup pengadaan barang/jasa yang akan


dilakukan.

2.4.3.2

Menyusun jadwal pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.

15

2.4.3.3

Membuat Harga Perkiraan Sendiri (HPS) untuk diusulkan penetapannya oleh


Pengguna 8arang/Jasa.

2.4.3.4

Melakukan

proses

pengumuman/undangan

kepada

Calon

Penyedia

8arang/Jasa.

2.4.3.5

Memastikan calon Penyedia 8arang/Jasa yang akan diundang tidak termasuk


dalam Oaftar Hitam (Black List) PLN.

2.4.3.6

Menilai kualifikasi calon Penyedia 8arang/Jasa dalam hal pengadaan melalui


prakualifikasi atau pascakualifikasi yang tidak memiliki OPT.

2.4.3.7

Memberikan penjelasan pengadaan (Aanwijzing).

2.4.3.8

Melakukan evaluasi terhadap Ookumen Penawaran.

2.4.3.9

Melakukan klarifikasi kepada calon Penyedia 8arang/Jasa baik yang OPT


maupun non OPT, jika ada data atau hal-hal yang kurang jelas atau meragukan.

2.4.3.10

Melakukan

negosiasi

untuk

Pengadaan

8arang/Jasa

dengan

Metode

Pelelangan Terbatas, Pelelangan Terbuka atau Penunjukan Langsung.

2.4.3.11

Melaporkan hasil proses pengadaan barang/jasa kepada Atasan Langsung


selanjutnya untuk disampaikan kepada Value for Money Committee untuk
pengadaan barang/jasa yang memerlukan rekomendasi Value for Money
Committee.

2.4.3.12

Mengusulkan calon pemenang (Penyedia 8arang/Jasa) kepada Pengguna


8arang/Jasa setelah

mendapatkan

rekomendasi

dari

Value

for Money

Committee.

2.4.4

2.4.3.13

Mengumumkan pemenang.

2.4.3.14

Menjawab sanggahan dari Calon Penyedia 8arang/Jasa.

2.4.3.15

Menyiapkan Surat Penunjukan Penyedia 8arang/Jasa (SPP8J).

2.4.3.16

Melakukan Contract Discussion Agreement (COA), bila diperlukan.

2.4.3.17

Menyiapkan Perjanjian/Kontrak.

2.4.3.18

Mendokumentasikan proses Pengadaan 8arang/Jasa dengan tertib.

Oalam menjalankan tugas pokoknya, jika diperlukan Pejabat Pelaksana Pengadaan dapat
dibantu oleh pihak lain sesuai keahlian baik internal maupun eksternal PLN.
16

2.4.5

Pejabat Pelaksana Pengadaan wajib memiliki sertifikasi Pengadaan Barang/Jasa.

2.4.6

Pejabat Pelaksana Pengadaan bukan PejabatiPegawai yang karena sifat pekerjaannya


menimbulkan benturan kepentingan antara lain PejabatiPegawai di bidang Pengawasan.

2.5

Value for Money Committee

2.5.1

Prinsip value for money, adalah pengadaan yang mengutamakan hasil terbaik untuk PLN
dalam jangka panjang, yang mempertimbangkan Total Cost of Ownership dan tidak selalu
merupakan harga pembelian awal terendah, serta memenuhi unsur tepat kualitas, tepat
kuantitas, tepat waktu, tepat tempat, tepat tujuan sosio-ekonomi, dan tepat biaya.

2.5.2

Tugas Pokok Value for Money Committee adalah:

2.5.2.1

Sebelum Proses Pengadaan Barang/Jasa

Melakukan review dan rekomendasi atas strategi Pengadaan Barang/Jasa yang


disiapkan oleh Pejabat Perencana Pengadaan untuk memastikan strategi
pengadaan telah memenuhi prinsip value for money.
2.5.2.2

Setelah Proses Pengadaan Barang/Jasa

Melakukan review dan rekomendasi atas pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa


yang dilakukan oleh Pejabat Pelaksana Pengadaan untuk memastikan
pelaksana pengadaan telah memenuhi prinsip value for money dan selanjutnya
dilakukan penandatangan Perjanjian/Kontrak.

2.5.3

Fungsi Value for Money Committee dilaksanakan oleh:

2.5.3.1

Oi Kantor Pusat
a.

Komite Oireksi untuk pengadaan yang memerlukan persetujuan Oireksi.

b.

Gabungan Kepala Divisi/Kepala Satuan terkait dengan pengadaan

barang/jasa sesuai tugas dan tanggung jawabnya serta batasan


kewenangan.
2.5.3.2

Oi Unit IndukiUnit Penunjang

Komite Manajer/Kepala Bidang atau melalui Rapat Pimpinan.


2.5.4

Untuk menghindari terjadinya benturan kepentingan dalam pengambilan keputusan, maka


anggota Value for Money Committee yang terkait lang sung dengan proses Pengadaan
Barang/Jasa tidak mempunyai hak untuk memutuskan.

17

2.5.5

Proses Pengadaan Barang/Jasa yang harus melalui review dan rekomendasi Value for
Money Committee adalah Pengadaan Barang/Jasa yang masuk kategori kebutuhan
CriticallBottleneck/Strategis dan kategori kebutuhan Leverage yang nilai pengadaannya
menjadi kewenangan Direksi/GM/Kepala, sesuai Supply Positioning Matrix.

2.6

Procurement Agent

2.6.1

lugas Pejabat Pelaksana Pengadaan dapat dilakukan oleh pihak ketiga sebagai
Procurement Agent yang ditunjuk oleh Pengguna Barang/Jasa.

2.6.2

Justifikasi atas penunjukan Procurement Agent yang menjalankan tugas Pejabat Pelaksana
Pengadaan diajukan oleh Pengguna Barang/Jasa kepada Value for Money Committee.

2.6.3

Justifikasi sebagaimana dimaksud pad a angka 2.6.2, antara lain adalah:

2.6.3.1

Mempunyai aspek Metode pengadaan yang spesifiklbaru yang tidak di atur


dalam Edaran ini dan Pejabat Pelaksana Pengadaan tidak mempunyai keahlian
untuk menanganinya; atau

2.6.3.2

Adanya keterbatasan sumber daya internal PLN baik dari sisi jumlah ataupun
keahlian; atau

2.6.3.3
2.6.4

Memberikan keuntungan bagi PLN.

Procurement Agent dapat berupa badan usaha berbentuk Badan Hukum nasional atau
internasional, lembaga pemerintah dan non pemerintah, atau lembaga pendidikan yang
mempunyai keahlian dalam bidang procurement.

2.6.5

Procurement Agent dipilih sesuai metode pengadaan yang berlaku.

2.6.6

Procurement Agent dapat memakai prosedur pengadaan internal mereka, setelah mendapat
persetujuan Value for Money Committee.

18

BAB III
OAFTAR PENYEOIA BARANG/JASA TERSELEKSI (OPT)

3.1

Maksud dan Tujuan Penggunaan DPT


Adalah untuk mempercepat proses pemilihan Penyedia Barang/Jasa dan untuk mendapatkan
Penyedia Barang/Jasa yang berkualitas dan sesuai kualifikasi.
DPT digunakan untuk pemilihan Penyedia Barang/Jasa yang dilaksanakan melalui Pelelangan
Terbatas.

3.2

Tugas dan tanggung jawab Penyusunan DPT

Penyusunan DPT menjadi tugas dan tanggung jawab Pejabat Perencana Pengadaan dan disahkan
oleh Pengguna Barang/Jasa.

3.3

Metode Penyusunan DPT

3.3.1

Melakukan Riset Pasar untuk mendapatkan data dan informasi Penyedia Barang/Jasa yang
mempunyai kualifikasi sesuai dengan jenis pekerjaan yang dibutuhkan.
Data dan informasi yang dikumpulkan tergantung pada kategori dalam Supply Positioning
Matrix yaitu:

3.3.1.1

Untuk kategori Rutin, cukup dengan identifikasi Penyedia Barang/Jasa yang


mampu melalui proses Penilaian Kualifikasi.

3.3.1.2

Untuk kategori Leverage, CriticallBottleneck, atau Strategis, Pejabat Perencana


Pengadaan melakukan ana lis is penuh terhadap pasar Penyedia Barang/Jasa,
yang dikelompokkan ke dalam 6 (enam) kategori, yaitu struktur pasar, kompetisi,
rantai suplai, barang/jasa pengganti, nilai PLN sebagai konsumen dan faktor
lingkungan luar sebagaimana diatur dalam Pedoman Umum Pengadaan

Barang/Jasa PT PLN (Persero).


3.3.2

Menggunakan daftar Penyedia Barang/Jasa spesifiklkhusus yang telah memiliki kualifikasi


yang ditetapkan oleh Pemerintah/Asosiasi/Lembaga yang kredibel.

3.3.3

Melakukan Penilaian Kualifikasi kepada Penyedia Barang/Jasa.

3.3.4

Dalam pelaksanaan angka 3.3.1, angka 3.3.2 dan angka 3.3.3 dapat dilakukan due diligence
(uji tuntas) antara lain untuk pekerjaan yang bersifat :
3.3.4.1

Kompleks atau Barang/Jasa yang bersifat spesifik, antara lain konstruksi atau
pembelian tenaga listrik.

19

3.3.4.2

Jenis barang atau pekerjaan teknis tertentu, yang dibutuhkan secara reguler,
seperti material distribusi utama yang akan diadakan dengan long term supply
agreements, pemeliharaan oleh workshop.

3.4

3.3.4.3

Barang/Jasa yang mempunyai risiko tinggi.

3.3.4.4

Oampak Barang/Jasa tersebut sangat tinggi terhadap operasional PLN.

Sifat dan Jenis OPT

3.4.1

OPT Lokal dibuat oleh Pejabat Perencana Pengadaan di Unit InduklUnit Penunjang untuk
dipergunakan dalam proses pemilihan Penyedia Barang/Jasa setempat.

3.4.2

OPT Korporat dibuat oleh Pejabat Perencana Pengadaan di Kantor Pusat untuk
dipergunakan dalam proses pemilihan Penyedia Barang/Jasa secara nasiona!.

3.5

Pengelolaan OPT

3.5.1

OPT berlaku dalam waktu 3 (tiga) tahun.

3.5.2

Pendaftaran Calon Penyedia Barang/Jasa yang berminat dapat dilakukan setiap hari kerja,
selanjutnya akan dilakukan penilaian kualifikasi dan dapat dilakukan due diligence sebelum
dimasukkan di dalam OPT.

3.5.3

OPT harus dilakukan pemuktahiran secara berkala dan terus menerus antara lain berupa
penambahan/pengurangan Calon Penyedia Barang/Jasa dalam daftar OPT, pemuktahiran
data dan kinerja Calon Penyedia Barang/Jasa yang sudah terdaftar dalam OPT.

3.5.4

Untuk kategori pekerjaan CriticicallBott/eneck dan Strategis, setiap ada proses pemilihan
Penyedia Barang/Jasa harus dilakukan pemutakhiran kualifikasi teknis dan keuangan dari
Calon Penyedia Barang/Jasa dalam OPT.

3.5.5

Untuk kategori Leverage yang signifikan, pad a setiap proses pemilihan Penyedia

Barang/Jasa dapat dilakukan pemutakhiran kualifikasi teknis dan keuangan dari Calon
Penyedia Barang/Jasa dalam OPT berdasarkan justifikasi Pejabat Perencana Pengadaan.
3.5.6

OPT memuat catatan Penyedia Barang/Jasa yang terkena daftar hitam (black list).

3.5.7

PLN mengakui daftar hitam (black list) dari lembaga yang mempunyai keterkaitan dengan
bisnis PLN, atau perusahaan yang sejenis dengan usaha PLN, atau mempunyai kesamaan
kepentingan dengan bisnis PLN.

3.6

Ookumen Kualifikasi:
3.6.1

Pejabat Perencana Pengadaan menyusun Ookumen Kualifikasi yang disahkan oleh


Pengguna Barang/Jasa.

20

3.6.2

Dokumen Kualifikasi berisi sekurang-kurangnya :


3.6.2.1

Surat Pernyataan Minat Untuk Mengikuti Kualifikasi.

3.6.2.2

Penjelasan singkat mengenai ruang lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan


(scope of works), persyaratan kualifikasi minimum Penyedia Barang/Jasa, batas

akhir pemasukan Dokumen Aplikasi Kualifikasi dan Metode Evaluasi Kualifikasi.


3.6.2.3

3.7

Formulir isian kualifikasi Penyedia Barang/Jasa.

Persyaratan Kualifikasi

3.7.1

Persyaratan Administrasi

3.7.1.1

Memiliki ijin usaha sesuai dengan bidang usahanya sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku.

3.7.1.2

Memiliki tempat kedudukan yang jelas.

3.7.1.3

Mempunyai kapasitas menandatangani Perjanjian/Kontrak secara hukum.

3.7.1.4

Tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak bangkrut, kegiatan usahanya tidak


sedang dihentikan dan/atau Direksi yang bertindak untuk dan atas nama
perusahaan tidak sedang dalam menjalani sanksi pidana.

3.7.1.5

Direksi/Pengurus yang bertindak untuk dan atas nama perusahaan tidak masuk
dalam daftar Penyedia Barang/Jasa yang terkena daftar hitam (blacklist).

3.7.1.6

Telah memenuhi kewajiban perpajakan tahun terakhir, dibuktikan dengan


melampirkan fotokopi bukti tanda terima penyampaian Surat Pajak Tahunan
(SPT) Pajak Penghasilan (PPh) tahun terakhir, dan fotokopi Surat Setoran Pajak
(SSP) PPh Pasal 29 atau Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sekurang-kurangnya
3 (tiga) bulan terakhir.

3.7.1.7

Dalam hal Penyedia Barang/Jasa berbentuk persekutuan usaha (partnership),


maka

Penyedia

Barang/Jasa

wajib

mempunyai

perjanjian

kerjasama

operasi/kemitraan yang memuat representasi persekutuan dan pihak yang


mewakili persekutuan.

3.7.1.8

Khusus untuk perusahaan asing apabila ditunjuk sebagai Penyedia Barang/Jasa


diwajibkan untuk melengkapi persyaratan perijinan sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku.

21

3.7.2

Persyaratan Teknis

3.7.2.1

Memiliki kemampuan pada kategori pekerjaan yang sejenis atau setara yang
dibuktikan dengan daftar pengalaman pekerjaan yang pernah dan atau sedang
dilakukan,

keeuali

untuk

pekerjaan

yang

hanya

memerlukan

teknologi

sederhana, risiko keeil, biaya keeil dan tidak memerlukan keahlian khusus.
3.7.2.2

Mempunyai kemampuan menyediakan fasilitas dan peralatan serta personil yang


diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan.

3.7.2.3

Untuk pekerjaan khusus/spesifiklteknologi tinggi dapat ditambahkan persyaratan


lain seperti peralatan khusus, tenaga ahli spesialis yang diperlukan atau
pengalaman tertentu.

3.7.3

Persyaratan Keuangan

3.7.3.1

Mempunyai kemampuan keuangan yang memadai yang didukung dengan


laporan keuangan yang telah diaudit atau dapat berupa hasil rating atau
pemeringkatan dari lembaga pemeringkat keuangan yang kredibel.

3.7.3.2

Untuk nilai pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa tertentu, harus memiliki surat


keterangan dukungan keuangan/referensi dari Bank.

3.8

Pelaksanaan Kualifikasi
3.8.1

Pengumuman kualifikasi dapat melalui papan pengumuman dan/atau surat kabar dan/atau
portal e-Procurement PLN.

3.8.2

Penyedia Barang/Jasa mendaftar dengan eara yang ditetapkan dalam Dokumen Kualifikasi.

3.8.3

Penyedia Barang/Jasa menyerahkan Dokumen Aplikasi Kualifikasi yang berisi kelengkapan


administrasi, teknis, dan keuangan sebelum batas waktu pemasukan yang ditetapkan
dalam Dokumen Kualifikasi.

3.8.4

Evaluasi kualifikasi dilakukan oleh Pejabat Pereneana Pengadaan dan dapat dibantu oleh
Wakil Pengguna Barang/Jasa dan pihak lain sesuai keahlian baik internal maupun eksternal
PLN, dan dilaksanakan sesuai dengan Metode evaluasi yang ditetapkan dalam Dokumen
Kualifikasi.

3.8.5

Dalam evaluasi kualifikasi dilarang menambah persyaratan kualifikasi di luar Dokumen


Kualifikasi yang telah disahkan oleh Pengguna Barang/Jasa.

22

3.8.6

Penyedia Barang/Jasa wajib menandatangani Surat Pernyataan bermeterai cukup yang


menyatakan kebenaran seluruh data dan informasi yang disampaikan di dalam formulir
isian kualifikasi dan apabila ditemukan penipuan, pemalsuan atas data dan informasi yang
disampaikan maka yang bersangkutan bersedia dikenakan sanksi digugurkan sebagai
Calon Penyedia Barang/Jasa dan sanksi daftar hitam (black list).

3.8.7

Bukti Sertifikasi yang dikeluarkan oleh Lembaga Sertifikasi terakreditasi dapat dipergunakan
sebagai indikasi kualifikasi dalam bidang tertentu, namun apabila diperlukan dapat
dilakukan pengecekan terhadap kualifikasi tersebut sesuai prinsip substance over forms.
Apabila Penyedia Barang/Jasa terbukti tidak mempunyai kecakapan secara substantif,
maka PLN dapat mengabaikan Bukti Sertifikasi tersebut dan menyatakan Penyedia

Barang/Jasa tidak memenuhi kualifikasi.

3.8.8

Pejabat Perencana Pengadaan dapat melakukan due diligence (uji tuntas) sebagai
pembuktian kualifikasi, sebagai berikut:
3.8.8.1

Wawancara dengan pihak manajemen Penyedia Barang/Jasa, pihak yang


ditunjuk manajemen

Penyedia

Barang/Jasa,

serta pihak terkait lainnya

sehubungan dengan kualifikasi yang hendak diteliti.


3.8.8.2

Kunjungan ke lokasi (site visit).

3.8.8.3

Konfirmasi silang dengan perusahaan dan/atau lembaga dan/atau organisasi


profesi dan/atau organisasi lainnya yang mengetahui kualifikasi dan dokumen
yang hendak diteliti.

3.8.9

Pejabat Perencana Pengadaan menyusun dan melaporkan hasil penilaian kualifikasi


kepada Atasan Langsung untuk selanjutnya disampaikan kepada Value for Money
Committee.

3.8.10

Berdasarkan rekomendasi

Value for Money Committee maka Pejabat Perencana

Pengadaan mengumumkan hasil penilaian kualifikasi Penyedia Barang/Jasa.


3.8.11

Pejabat Perencana Pengadaan menetapkan masa sanggah yang mencukupi atas hasil
kualifikasi setelah tanggal pengumuman hasil penilaian kualifikasi.

3.8.12

Sanggahan yang diterima adalah sanggahan yang disampaikan oleh peserta penilaian
kualifikasi dan ditujukan kepada Pejabat Perencana Pengadaan serta hanya untuk
ketidaksesuaian dengan Dokumen Kualifikasi.

3.8.13

Jawaban sanggahan diberikan sesuai jangka waktu yang ditetapkan Pejabat Perencana
Pengadaan dalam Dokumen Kualifikasi dan bersifat final.

3.8.14

Sanggahan yang setelah diperiksa tidak benar, akan menjadi catatan itikad tidak baik bagi
penyanggah.

23

3.8.15

Penyedia Barang/Jasa harus lulus tahap Penilaian Kualifikasi untuk dimasukan dalam OPT
dan diterbitkan Surat Tanda OPT yang disahkan oleh Pengguna Barang/Jasa.

3.9

Kondisi Belum Tersedia OPT

3.9.1

Oalam hal untuk pemilihan Penyedia Barang/Jasa yang belum mempunyai OPT, dapat
dilakukan melalui Metode Pelelangan Terbuka dengan Prakualifikasi atau Pascakualifikasi.

3.9.2

Penyedia Barang/Jasa yang telah lulus prakualifikasi atau pascakualifikasi sebagaimana


tersebut pada angka 3.9.1 selanjutnya dapat dimasukan dalam OPT.

3.9.3

Pengadaan barang dan/atau jasa yang belum pernah diadakan sebelumnya atau teknologi
yang belum pernah digunakan di PLN namun mempunyai pasar Penyedia yang telah mapan
(terbuktilproven), dapat dilakukan dengan menggunakan Shortlist yang disusun berdasarkan

riset pasar yang mencukupi. Shortlist yang telah digunakan dalam pelelangan dapat
dijadikan OPT setelah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.

24

BABIV
PROSES PENGADAAN BARANG/JASA

4.1

Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa

4.1.1

Dokumen Rencana Pengadaan Barang/Jasa


4.1.1.1

Rencana Pengadaan Barang/Jasa Korporat

a.

Rencana Pengadaan Barang/Jasa Korporat adalah daftar umum yang


meliputi kebutuhan Korporat atas barang dan jasa, yang disusun dengan
portofolio pengadaan PLN dan membedakan antara Rutin, Leverage,
CriticallBott/eneck dan Strategis, beserta strategi masing-masing, estimasi

kuantitas, estimasi nilai, estimasi waktu penyerahan, estimasi anggaran,


dan target secara korporat.

b.

Rencana Pengadaan Barang/Jasa Korporat menjadi tanggung jawab


Pejabat

Perencanaan

Pengadaan

di

Kantor

Pusat

untuk

mengkoordinasikan seluruh perencanaan kebutuhan pengadaan barang


dan jasa PLN, baik yang dibutuhkan di Kantor Pusat maupun Unit Indukl
Unit Penunjang.

c.

Rencana Pengadaan Barang/Jasa Korporat disusun berdasarkan RKAP,


yang pelaksanaannya dilakukan secara periodik sesuai siklus perencanaan
PLN, baik dalam 1 (satu) tahun kalender atau gabungan beberapa tahun
kalender.

d.

Proses Penyusunan Rencana Pengadaan Barang/Jasa Korporat, meliputi


antara lain:

1)

Melakukan kajian atas portofolio pengadaan barang/jasa (kategori


dan standardisasi barang/jasa, seperti energi primer, material
distribusi utama, material transmisi utama, dan sebagainya).

2)

Melakukan

identifikasi

kebutuhan

Pengadaan

Barang/Jasa

berdasarkan Supply Positioning Matrix untuk menetapkan strategi


pengadaan barang/jasa.

3)

Membuat strategi

Pengadaan

Barang/Jasa sesuai

portofolio

pengadaan barang/jasa.
4)

Melakukan kajian risiko Pengadaan Barang/Jasa dibantu oleh


fungsi Manajemen Risiko dan Kepatuhan.

25

5)

Memastikan

bahwa

secara

umum

Pengadaan

Barang/Jasa

dilakukan secara efisien.


6)

Meminta rekomendasi Value for Money Committee atas hasil


perencanaan.

4.1.1.2

Rencana Pengadaan Barang/Jasa Kantor Pusat dan Unit Induk/Unit Penunjang


a.

Rencana Pengadaan Barang/Jasa Kantor Pusat dan Unit Induk/Unit


Penunjang adalah daftar umum yang meliputi kebutuhan Kantor Pusat dan
Unit Induk/Unit Penunjang PLN atas barang dan jasa, lengkap dengan
kuantitas/volume, waktu kebutuhan/waktu penyerahan, estimasi anggaran,
strategi pengadaan, metode pengadaan, pelaksana pengadaan dan sistem
pemaketan/grouping/joint procurementlsentralisasi/desentralisasi.

b.

Rencana Pengadaan Barang/Jasa disusun berdasarkan RKAP dan telah


memperhitungkan potensi konsolidasi di tingkat korporat.

c.

Tujuan Penyusunan Rencana Pengadaan Barang/Jasa Kantor Pusat dan


Unit Induk/Unit Penunjang adalah untuk:
1)

Mendapatkan
terintegrasi,

proses
baik

yang

pengadaan

yang

dikonsolidasikan

terkoordinasi
di

Direktorat

dan
yang

menangani Pengadaan di Kantor Pusat atau didelegasikan ke Unit


Induk/Unit Penunjang, atau didesentralisasikan ke Unit Induk/Unit
Penunjang dan Unit Pelaksana di bawahnya.
2)

Mendapatkan proses Pengadaan Barang/Jasa yang sesuai dengan


kaidah dan prinsip Pengadaan Barang/Jasa serta mendapatkan
barang/jasa yang berkualitas.

d.

Penyusunan Rencana Pengadaan Barang/Jasa dilakukan di masingmasing Divisi/Satuan di Kantor Pusat dan Unit Induk/Unit Penunjang.

e.

Rencana Pengadaan Barang/Jasa disusun dalam setiap periode 1 (satu)


tahun anggaran.

f.

Dalam hal efisiensi Rencana Pengadaan Barang/Jasa dapat disusun


dalam jangka waktu lebih dari 1 (satu) tahun anggaran dengan
Perjanjian/Kontrak Jangka Panjang.

g.

Penyusunan Rencana Pengadaan Barang/Jasa Kantor pusat dan Unit


Induk/Unit Penunjang menjadi tugas dan tanggung jawab Pejabat
Perencana Pengadaan bekerjasama dengan Wakil Pengguna Barang/Jasa
di masing-masing Divisi/Satuan dan Unit Induk/Unit Penunjang.
26

h.

Dalam hal Rencana Pengadaan Barang/Jasa yang dikonsolidasikan,


proses perencanaan dipimpin oleh Pejabat Perencana Pengadaan Kantor
Pusat bekerjasama dengan Wakil Pengguna Barang/Jasa dan fungsi
perencanaan Unit InduklUnit Penunjang.

i.

Divisi/Satuan Kantor Pusat dapat melakukan supervisi dalam hal Rencana


Pengadaan

Barang/Jasa

yang

didesentralisasi

ke

Unit

InduklUnit

Penunjang.
j.

Proses penyusunan Rencana Pengadaan Barang/Jasa Kantor Pusat dan


Unit InduklUnit Penunjang, meliputi:

1)

Melakukan identifikasi dan kajian kebutuhan barang/jasa meliputi


kelengkapan spesifikasi, TOR/KAK, kepastian dan ketersediaan
anggaran, ruang lingkup pekerjaan, kepastian kuantitas/volume,
waktu penyerahan/kebutuhan serta kajian risiko.

2)

Melakukan kajian strategi pengadaan yang tepat (pemaketanl


grouping/joint procurement dan metode pengadaan), termasuk

rencana pengadaan yang ditangani bersama oleh Direktorat yang


menangani

pengadaan,

dengan

memperhitungkan

potensi

konsolidasi dan skala ekonomi berdasarkan Rencana Pengadaan


Korporat.
3)

Melakukan pemutakhiran atas riset pasar.

4)

Meminta review dan rekomendasi Value for Money Committee atas


hasil perencanaan.

k.

Dalam hal untuk mendukung kelancaran operasional Unit Pelaksana maka


perencanaan

Pengadaan

Barang/Jasa

di

Unit

Pelaksana

dapat

dilimpahkan kepada Manajer Unit Pelaksana.


4.1.1.3

4.1.1.4

Dokumen yang dihasilkan dari proses ini adalah :

a.

Dokumen Rencana Pengadaan Korporat.

b.

Dokumen Rencana Pengadaan Kantor PusaUUnit InduklUnit Penunjang.

Dokumen Rencana Pengadaan disahkan oleh Pengguna Barang/Jasa setelah


melalui review dan rekomendasi Value for Money Committee.

4.1.1.5

Perubahan Dokumen Rencana Pengadaan dituangkan dalam revisi Dokumen


Rencana Pengadaan yang disahkan oleh Pengguna Barang/Jasa setelah melalui
review dan rekomendasi Value for Money Committee.

27

4.1.2

Dokumen Pelelangan/RKS.
4.1.2.1

Dokumen Pelelangan/RKS disusun berdasarkan Dokumen Rencana Pengadaan


yang telah disahkan oleh Pengguna Barang/Jasa.

4.1.2.2

Penyiapan Dokumen Pelelangan/RKS merupakan tugas dan tanggung jawab


Pejabat Perencana Pengadaan yang dalam pelaksanaannya dapat dibantu oleh
Pengguna Barang/Jasa atau Wakil Pengguna Barang/Jasa atau pihak lain
sesuai keahlian baik internal maupun eksternal PLN dan disahkan oleh
Pengguna Barang/Jasa.

4.1.2.3

Dokumen Pelelangan/RKS antara lain terdiri dari:


a.

Dokumen Pelelangan Barang/Jasa Konstruksi/Jasa Lainnya antara lain


terdiri dari:

1)

Instruksi kepada Calon Penyedia Barang/Jasa, yang sekurangkurangnya terdiri dari:


a)

Gambaran

Umum

yang

meliputi

antara

lain

lingkup

pekerjaan dan sumber dana.


b)

Persyaratan administrasi yang harus dipenuhi.

c)

Hal-hal yang dapat menggugurkan penawaran pada saat


evaluasi administrasi.

d)

Kerangka penyusunan penawaran teknis berikut uraian


sing kat tiap butir dalam kerangka tersebut.

e)

Kerangka dan format penyusunan penawaran biaya berikut


hal-hal yang dapat atau tidak dapat dibiayai.

f)

Tata cara penilaian administrasi, penawaran teknis dan


penawaran biaya.

g)

Kriteria, batasan nilai dan formula dari penilaian teknis


dan/atau penawaran biaya.

h)

Jadwal Pengadaan.

2)

Data Pengadaan (apabila diperlukan).

3)

Surat Penawaran.

28

4)

Jenis Perjanjian/Kontrak.

5)

Syarat-syarat umum Perjanjian/Kontrak.

6)

Syarat-syarat khusus Perjanjian/Kontrak.

7)

Spesifikasi teknis.

8)

Gambar-gambar (apabila diperlukan).

9)

Daftar kuantitas volume pekerjaanlBiII of Quantity (BoQ).

10)

Jaminan

Penawaran,

Jaminan

Pelaksanaan

(apabila

dipersyaratkan).
b.

Dokumen Pelelangan Jasa Konsultansi antara lain terdiri dari:


1)

Instruksi kepada Calon Penyedia Barang/Jasa terdiri dari:


a)

Gambaran

Umum

yang

meliputi

antara

lain

lingkup

pekerjaan dan sumber dana.


b)

Persyaratan administrasi yang harus dipenuhi.

c)

Hal-hal yang dapat menggugurkan penawaran pada saat


evaluasi administrasi

d)

Kerangka penyusunan penawaran teknis berikut uraian


sing kat tiap butir dalam kerangka tersebut.

e)

Kerangka dan format penyusunan penawaran biaya berikut


hal-hal yang dapat atau tidak dapat dibiayai.

f)

Tata cara penilaian administrasi, penawaran teknis dan


penawaran biaya.

g)

Kriteria, batasan nilai dan formula dari penilaian teknis


dan/atau penawaran biaya.

h)

Jadwal Pengadaan.

2)

Data Pendukung (apabila diperlukan).

3)

Surat Penawaran.

29

4)

Jenis Perjanjian/Kontrak.

5)

Syarat-syarat umum Perjanjian/Kontrak.

6)

Syarat-syarat khusus Perjanjian/Kontrak.

7)

Term of Reference (TOR)/Kerangka Acuan Kerja (KAK), yang


memuat antara lain:
a)

Uraian pendahuluan berupa gambaran secara garis besar


mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan, antara lain
latar belakang, maksud dan tujuan, lokasi, asal sumber
pendanaan, nama dan organisasi Pengguna Barang/Jasa.

b)

Data penunjang berupa data yang berkaitan dengan


pelaksanaan pekerjaan, antara lain data dasar, standar
teknis, studi-studi terdahulu yang pernah dilaksanakan, dan
peraturan perundang-undangan yang harus digunakan.

c)

Lingkup pekerjaan yang memberikan gambaran mengenai


tujuan yang ingin dicapai, keluaran yang akan dihasilkan,
peralatan dan material yang disediakan oleh Pengguna

Barang/Jasa serta peralatan dan material yang harus


disediakan oleh Penyedia Barang/Jasa, lingkup kewenangan
yang dilimpahkan kepada Penyedia Barang/Jasa, perkiraan
jangka waktu penyelesaian pekerjaan, kualifikasi dan jumlah
tenaga

ahli

yang

harus

disediakan

oleh

Penyedia

Barang/Jasa, perkiraan keseluruhan tenaga ahli/tenaga


pendukung yang diperlukan dan jadwal setiap tahapan
pelaksanaan pekerjaan.
d)

Jenis dan jumlah laporan yang disyaratkan (antara lain


laporan pendahuluan laporan bulan dan laporan akhir).

8)
4.1.3

Gambar-gambar (apabila diperlukan).

Harga Perkiraan Sendiri (HPS)


4.1.3.1

Harga Perkiraan Sendiri (HPS) disusun berdasarkan Dokumen Rencana


Pengadaan dan Dokumen Pelelangan/RKS.

4.1.3.2

HPS merupakan alat untuk melihat kewajaran harga penawaran dan tidak wajib
diumumkan serta tidak dapat dijadikan dasar sebagai satu-satunya penggugur
penawaran.

30

4.1.3.3

HPS dibuat oleh Pejabat Pelaksana Pengadaan dan disahkan oleh Pengguna
Barang/Jasa.

4.1.3.4

HPS disusun berdasarkan HPE.

4.1.3.5

HPE disusun secara cermat dan profesional dengan menggunakan datal


referensi dasar, antara lain:

a.

Dokumen Pelelangan (Spesifikasi/Rencana Kerja dan Syarat-syarat


(RKS)/Kerangka Acuan Kerja (KAK) atau Term Of Reference (TOR) atau
Syarat Penawaran/Syarat Perjanjian/Kontrak).

b.

Harga pasar setempat.

c.

Harga Perjanjian/Kontrak untuk barang atau pekerjaan sejenis yang


sedang atau telah dilaksanakan.

d.

Analisa harga satuan pekerjaan.

e.

Daftar harga dan tarif dari instansi yang berwenang.

f.

Informasi yang dipublikasikan secara resmi oleh Biro Pusat Statistik


(BPS) atau media cetak dan elektronik lainnya atau instansi yang
berwenang.

g.

Daftar

harga/tarif

barang/jasa

yang

dikeluarkan

oleh

asosiasi

pabrikan/agen tunggal atau instansi lain yang berwenang, baik pusat


maupun daerah.
h.

Untuk barang yang mengandung unsur komponen impor diperhitungkan


antara lain fluktuasi nilai tukar mata uang asing dari negara asal terhadap
Rupiah dan/atau LME (London Metal Exchange) rate dan/atau Harga
Minyak Dunia serta bea masuk.

4.1.3.6

HPE harus selalu dimutakhirkan.

4.1.3.7

HPS disusun wajib memperhitungkan:

a.

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan bea masuk sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

31

b.

Risiko, Overhead Cost dan Keuntungan (ROK) yang wajar bagi Penyedia

Barang/Jasa, sesuai dengan tingkat kesulitan pekerjaan yang dilakukan


dan besarnya risiko, yang besarnya maksimum 10% (sepuluh persen),
kecuali

ditentukan

lain

oleh

Penguna

Barang/Jasa

berdasarkan

rekomendasi Value for Money Committee.

c.

Dalam hal HPE sudah memperhitungkan ROK, maka HPS tidak lagi
memasukan unsur ROK.

d.

HPS tidak boleh memasukan biaya tak terduga (contingency), biaya lainlain dan Pajak Penghasilan (PPh).

4.1.3.8

Nilai HPS maksimal sama dengan pagu anggaran dalam RKAP.

4.1.3.9

Dalam menyusun HPS untuk Pekerjaan Jasa Konsultansi, Pejabat Pelaksana


Pengadaan wajib:
a.

Mempelajari dan memahami Kerangka Acuan Kerja (KAK)ITerms of


Reference (TOR) termasuk syarat Perjanjian/Kontrak

b.

Mempelajari dan mengumpulkan informasi/data-data mengenai kondisi


lapangan.

c.

Mempelajari program dan jadwal pelaksanaan pekerjaan.

d.

Menetapkan jumlah kualifikasi tenaga ahli, tenaga teknis serta tenaga


pendukung lainnya termasuk jadwal penugasan masing-masing personil,
fasilitas/peralatan yang diperlukan dan lain-lain.

e.

Mempelajari

dan

mempertimbangkan

ketentuan-ketentuan

yang

dikeluarkan oleh Instansi yang berwenang.

f.

Menghitung Biaya Langsung Personil (remuneration) dan Biaya Langsung


Non Personil (direct cost) :
1)

Biaya Langsung Personil meliputi pembayaran, teknisi dan


tenaga penunjang. Biaya langsung personil bagi masing-masing
tenaga ahli dihitung berdasarkan satuan waktu tertentu (bulan,
minggu, hari, jam) dikaitkan dengan rate yang berdasarkan harga
pasar

dan/atau

berdasarkan

gaji

dasar

dan/atau

Perjanjian/Kontrak yang lalu/sedang berjalan sesuai dengan


tahun pengalaman profesional yang ditetapkan dalam KAKlTOR,
dan

32

2}

Biaya Langsung Non Personil meliputi segala biaya yang


lang sung berkaitan menunjang pelaksanaan tugas konsultan,
antara lain pengadaan/sewa kantor, sewa kendaraan, sewa
rumah,

biaya

perjalanan

dinas,

biaya

pelaporan,

biaya

komunikasi dan lain-lain, dengan mengacu kepada rate/tarif


harga

pasar

setempat

dan/atau

tarif/harga

satuan

Perjanjian/Kontrak yang lalu/sedang berjalan.

g.

Menghitung harga total

pekerjaan termasuk PPN sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

4.2

Metode Pengadaan Barang/Jasa


4.2.1

Pelelangan Terbatas
4.2.1.1

Pelelangan Terbatas dilakukan dengan mengundang Penyedia Barang/Jasa


yang terdapat dalam DPT.

4.2.1.2

Pelelangan Terbatas dapat berupa pelelangan internasional, nasional, dan lokal.

4.2.1.3

Pelelangan Terbatas dengan DPT merupakan strategi utama Pengadaan


Barang/Jasa.

4.2.1.4

Tahapan Pelelangan Terbatas:

a.

Undangan.

b.

Pengambilan Dokumen Pelelangan/RKS.

c.

Pemberian Penjelasan.

d.

Pemasukan Dokumen Penawaran.

e.

Pembukaan Dokumen Penawaran.

f.

Evaluasi Dokumen Penawaran.

g.

Klarifikasi dan Negosiasi.

h.

Usulan penetapan pemenang.

i.

Penetapan Pemenang.

j.

Pengumuman Pemenang.

k.

Sanggah.

I.

Jawaban Sanggah (apabila ada).

m.

Sanggah Banding (apabila ada).

n.

Jawaban Sanggah Banding (apabila ada).

o.

Penunjukan Pemenang.
33

4.2.2

p.

Contract Discussed Agreement (CDA), bila diperlukan.

q.

Penyerahan Jaminan Pelaksanaan (apabila ada).

r.

Perjanjian/Kontrak.

Pelelangan Terbuka

4.2.2.1

Pelelangan

Terbuka

dilakukan

dengan

cara

mengundang

Penyedia

Barang/Jasa, yang diumumkan secara luas guna memberi kesempatan kepada


Penyedia Barang/Jasa yang memenuhi kualifikasi melalui proses prakualifikasi
maupun pascakualifikasi, untuk mengikuti pelelangan.

4.2.2.2

Pelelangan Terbuka dapat berupa pelelangan internasional, nasional, dan lokal.

4.2.2.3

Tahapan Pelelangan Terbuka:

a.

Metode Pelelangan Terbuka Dengan Prakualifikasi:


1)

Pengumuman dan undangan kualifikasi.

2)

Pendaftaran dan pengambilan Dokumen Kualifikasi.

3)

Pemasukan dan evaluasi Dokumen Kualifikasi.

4)

Pembuktian Kualifikasi.

5)

Penetapan hasil kualifikasi.

6)

Pengumuman hasil kualifikasi.

7)

Sanggahan kualifikasi.

8)

Daftar Calon Penyedia yang lulus kualifikasi

9)

Undangan Calon Penyedia Barang/Jasa yang lulus kualifikasi.

10)

Pengambilan Dokumen Pelelangan/RKS.

11)

Pemberian Penjelasan.

12)

Pemasukan Dokumen Penawaran.

13)

Pembukaan Dokumen Penawaran.

14)

Evaluasi Dokumen Penawaran.

15)

Klarifikasi dan Negosiasi.

16)

Usulan penetapan pemenang.

17)

Penetapan Pemenang.

18)

Pengumuman Pemenang.

19)

Sanggah.

20)

Jawaban Sanggah (apabila ada).

34

b.

4.2.3

21)

Sanggah Banding (apabila ada).

22)

Jawaban Sanggah Banding (apabila ada).

23)

Penunjukan Pemenang.

24)

Contract Discussed Agreement (COA), bila diperlukan.

25)

Penyerahan Jaminan Pelaksanaan (apabila ada).

26)

Perjanjian/Kontrak.

Metode Pelelangan Terbuka Oengan Pascakualifikasi:


1)

Pengumuman pelelangan.

2)

Pendaftaran dan pengambilan Ookumen Pelelangan/RKS.

3)

Pemberian Penjelasan.

4)

Pemasukan Ookumen Penawaran.

5)

Pembukaan Ookumen Penawaran.

6)

Evaluasi Ookumen Penawaran.

7)

Pembuktian Kualifikasi.

8)

Klarifikasi dan Negosiasi.

9)

Usulan penetapan pemenang.

10)

Penetapan Pemenang.

11)

Pengumuman Pemenang.

12)

Sanggah.

13)

Jawaban Sanggah (apabila ada).

14)

Sanggah Banding (apabila ada).

15)

Jawaban Sanggah Banding (apabila ada).

16)

Penunjukan Pemenang.

17)

Contract Discussed Agreement (COA), bila diperlukan.

18)

Penyerahan Jaminan Pelaksanaan (apabila ada).

19)

Perjanjian/Kontrak.

Pengecualian Oari Kompetisi


4.2.3.1

Penunjukan Langsung
a.

Penunjukan Langsung dilakukan secara langsung dengan menunjuk satu


Penyedia Barang/Jasa, berdasarkan Riset Pasar, Due Diligence dan dari
OPT.

35

b.

Penunjukan Langsung Pengadaan Barang/Jasa Konstruksi/Jasa lainnya


dapat dilakukan dalam hal:
1)

Barang/Jasa

Konstruksi/Jasa

Lainnya

yang

akan diadakan

bersifat spesifik hanya dapat dilaksanakan dengan penggunaan


teknologi khusus/pemegang

Hak atas Kekayaan

Intelektual

(HAKI) dan/atau hanya ada satu Penyedia Barang/Jasa (agen


tunggal)

yang

mampu

melaksanakan

dan/atau

mengaplikasikannya, yaitu pabrikan, atau agen tunggal pabrikan


dan tidak boleh melalui pedagang perantara (broker)/distributor;
2)

Pengadaan barang spesifik yang tak dapat digantikan oleh produk


lain atau tidak kompatibel. Pengadaan barang spesifik harus
memenuhi syarat sebagai berikut : Penyedia Barang/Jasa harus
merupakan

pabrikan

(engine

maker

dan/atau

primary

manufacture) atau agen tunggal pabrikan dan tidak boleh melalui

pedagang perantara (broker)/distributor;


3)

Pekerjaan Keadaan Darurat (Emergency) dan/atau pemberian


bantuan untuk Bencana Alam dan/atau untuk Corporate Social
Responsibility (CSR);

4)

Pemeliharaan

unit

pembangkit

dalam

bentuk

jangka

panjang/LTSA (Long Term Service/Supply Agreement), dapat


termasuk pengadaan suku cadang dan/atau suku cadang spesifik
langsung dari Pabrikan;
5)

Barang/Jasa Konstruksi/Jasa lainnya lanjutan yang secara teknis


merupakan satu kesatuan yang sifatnya tidak dapat dipecahpecah dari pekerjaan yang sudah dilaksanakan sebelumnya;

6)

Penunjukan berulang (repeat order) dilakukan dalam hal:


a)

Penyedia

Barang/Jasa

yang

telah

memenangkan

Pelelangan Terbatas/Pelelangan Terbuka terhadap barang


yang secara terus menerus dibutuhkan sepanjang harga
yang ditawarkan menguntungkan dengan kualitas barang
sama atau lebih baik dan dilengkapi dengan kajian yang
disahkan oleh Pengguna Barang/Jasa;
b)

Penyedia

Barang/Jasa

yang

telah

memenangkan

Pelelangan Terbatas/Pelelangan Terbuka terhadap jasa


lainnya yang secara terus menerus dibutuhkan sepanjang
harga yang ditawarkan menguntungkan dengan kualitas
jasa sama atau lebih baik dan dilengkapi dengan kajian
yang disahkan oleh Pengguna Barang/Jasa, hanya dapat
dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut; atau

36

c)

Penyedia
Pelelangan

Barang/Jasa

yang

telah

Terbatas/Pelelangan

memenangkan
Terbuka

dan

Perjanjian/Kontraknya Jangka Panjang, terhadap jasa


lainnya yang terus menerus dibutuhkan sepanjang harga
yang ditawarkan menguntungkan dengan kualitas jasa
sama atau lebih baik dan dilengkapi dengan kajian yang
disahkan oleh Pengguna Barang/Jasa, dapat dilakukan1
(satu) kali dengan jangka waktu maksimal sama dengan
Perjanjian/Kontrak Jangka Panjang sebelumnya.
7)

Penyedia Barang/Jasa adalah Anak Perusahaan PLN atau


Perusahaan Terafiliasi PLN yang memiliki kekhususan bidang
usaha dengan tujuan sebagai berikut :
a)

Untuk mengamankan pasokan bahan bakar maksimal


20% (dua puluh persen) dari total kebutuhan;

b)

Untuk menjaga keandalan sistem operasi pemeliharaan


pembangkit, transmisi dan distribusi;

c)

Untuk pengamanan penyediaan ketenagalistrikan;

d)

Untuk mengoptimalkan pemanfaatan aset ketenagalistrikan


untuk

kepentingan

telekomunikasi,

multimedia

dan

informasi;
e)

Untuk pengamanan

layanan jasa engineering

untuk

optimalisasi investasi dan operasi sistem ketenagalistrikan


dengan batas maksimal 50% (lima puluh persen) dari total
kebutuhan dalam 1 (satu) tahun anggaran;

8)

f)

Untuk pengamanan jasa transportasi bahan bakar; atau

g)

Untuk pengamanan pendapatan;

Penyedia

Barang/Jasa

adalah

PLN/Anak Perusahaan

BUMN

BUMN,
atau

Anak

Perusahaan

Perusahaan

Terafiliasi

PLN/Perusahaan Terafiliasi BUMN, sepanjang barang dan/atau


jasa dimaksud adalah merupakan produk atau layanan BUMN,
Anak Perusahaan PLN/Anak Perusahaan BUMN, Perusahaan
Terafiliasi PLN/Perusahaan Terafiliasi BUMN, dan/atau usaha
kecil dan mikro, sepanjang kualitas, harga, dan tujuannya dapat
dipertanggungjawabkan serta dimungkinkan dalam peraturan
sektoral;

37

9)

Penunjukan

Langsung

kepada

Barang/Jasa

Penyedia

sebagaimana dimaksud pad a angka 4.2.3.1 huruf b angka 8),


diprioritaskan kepada Anak Perusahaan PLN atau Perusahaan
Terafiliasi PLN; atau

10)

Pengadaan Barang/Jasa Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai


Pengadaan tertentu akan ditetapkan oleh Direksi dengan terlebih
dahulu mendapatkan persetujuan Dewan Komisaris.

c.

Apabila terdapat kondisi yang belum diatur pada angka 4.2.3.1 huruf b
diatas harus melalui persetujuan Direksi terlebih dahulu.

d.

Penunjukan

Langsung

Jasa

Konsultansi

dapat

dilakukan

dalam

hal:
1)

Jasa

yang

akan

diadakan

bersifat spesifik

hanya dapat

dilaksanakan dengan penggunaan teknologi khusus/pemegang


Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI) dan/atau hanya ada 1
(satu)

Calon

Penyedia

Jasa

Konsultansi

yang

mampu

mengaplikasikannya;
2)

Pekerjaan Keadaan Darurat (emergency);

3)

Pengadaan jasa hukum terdiri dari:


a)

Konsultansi

hukum

untuk

operasional

bisnis

PLN,

termasuk tetapi tidak terbatas pada konsultansi untuk


perundingan

Perjanjian/Kontrak,

atau

penyusunan

pelaksanaan peraturan perusahaan maupun peraturan


perundang-undangan.
b)

Bantuan

hukum

oleh

advokatllawyer dalam

rangka

membela/melindungi hak-hak hukum dan kepentingan


hukum PLN (termasuk didalamnya hak-hak hukum dan
kepentingan

hukum

Direksi/Mantan

Direksi,

Dekom/Mantan Dekom atau Pegawai/Pensiunan yang


semata-mata menjalankan tugas dan/atau tindakan untuk
kepentingan PLN) terkait masalah hukum yang dialami
PLN, termasuk tetapi tidak terbatas pada hukum Pidana,
Perdata,

Tata

Usaha

Negara,

Persaingan

Usaha,

Hubungan Industrial, Arbitrase, Sengketa Konsumen.

38

4}

Pekerjaan

penelitian/studi/pemrosesan

data/gabungan

ketiga

kegiatan tersebut (eontoh: Amdal) yang dilakukan oleh Lembaga


Perguruan Tinggi Negeri, Lembaga Afiliasi Perguruan Tinggi
Negeri dan Lembaga Pemerintah;
5}

Penasehat ahli Direksi yang melakukan suatu bidang pekerjaan


yang

bersifat

khusus

seperti

penasehat

hukum

korporat,

accounting, pajak atau bidang khusus lainnya yang ditentukan

oleh Direksi;

6}

Penunjukan berulang (repeat order) terhadap Penyedia Jasa


konsultansi non konstruksi yang telah memenangkan Pelelangan
Terbatas/Pelelangan Terbuka sepanjang harga yang ditawarkan
menguntungkan dengan kualitas jasa sarna atau lebih baik dan
dilengkapi

dengan

kajian

yang

disahkan

oleh

Pengguna

Barang/Jasa;

7}

Jasa lanjutan yang seeara teknis merupakan satu kesatuan yang


sifatnya tidak dapat dipeeah-peeah dari pekerjaan yang sudah
dilaksanakan sebelumnya;

8}

Penyedia jasa adalah BUMN, Anak Perusahaan PLN/Anak


Perusahaan BUMN, atau Perusahaan Terafiliasi PLN/Perusahaan
Terafiliasi BUMN, sepanjang barang dan/atau jasa dimaksud
adalah merupakan produk atau layanan dari BUMN, Anak
Perusahaan

PLN/Anak

Perusahaan

BUMN,

Perusahaan

Terafiliasi PLN/Perusahaan Terafiliasi BUMN, dan/atau usaha


keeil dan mikro, dan sepanjang kualitas, harga, dan tujuannya
dapat

dipertanggungjawabkan

serta

dimungkinkan

dalam

peraturan sektoral;
9}

Penunjukan langsung sebagaimana dimaksud pad a angka 4.2.3.1


huruf d angka 8}, diprioritaskan kepada Anak Perusahaan PLN
atau Perusahaan Terafiliasi PLN; atau

10}

Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai Pengadaan tertentu


akan ditetapkan oleh Direksi dengan terlebih dahulu mendapatkan
persetujuan Dewan Komisaris.

Apabila terdapat kondisi yang belum diatur pad a angka 4.2.3.1 huruf d
diatas harus melalui persetujuan Direksi terlebih dahulu.

f.

Pihak yang memberikan jasa konsultansi tidak boleh terlibat menjadi


pelaksana dari pekerjaan yang menjadi obyek konsultansi.

39

g.

Tahapan Penunjukan Langsung:


1)

Undangan kepada Penyedia Barang/Jasa yang akan ditunjuk


disertai dengan Dokumen Pelelangan/RKS.

2)

Dalam hal Penyedia Barang/Jasa yang diundang tidak masuk


DPT, maka Penyedia Barang/Jasa menyampaikan Dokumen
Kualifikasi kepada Pejabat Pelaksana Pengadaan untuk diJakukan
evaluasi.

3)

Pemberian penjelasan.

4)

Pemasukan Dokumen Penawaran secara langsung dalam 1 (satu)


sampul.

5)

Pembukaan Dokumen Penawaran.

6)

Melakukan evaluasi penawaran meliputi klarifikasi dan negosiasi


teknis dan harga, yang dituangkan dalam Berita Acara Evaluasi.

h.

7)

Penetapan Penyedia Barang/Jasa.

8)

Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ).

9)

Penyerahan Jaminan Pelaksanaan (apabiJa ada).

10)

Perjanjian/Kontrak.

Tahapan Penunjukan Langsung Untuk

Peke~aan

Dalam Keadaan

Darurat
1)

Pengguna Barang/Jasa dapat menerbitkan Surat Perintah Mulai


Kerja (SPMK), setelah ada pernyataan keadaan darurat dari
Pengguna Barang/Jasa.

2)

Opname pekerjaan di lapangan diJakukan bersama antara


Pengguna Barang/Jasa dan Penyedia Barang/Jasa, sementara
proses dan administrasi pengadaan dapat dilakukan secara
simultan.

3)

Perhitungan biaya Perjanjian/Kontrak berdasarkan harga satuan


sejenis dari Perjanjian/Kontrak yang ada dan perkiraan volume
dari pekerjaan yang akan diJaksanakan.

4)

Perjanjian/Kontrak.

40

4.2.3.2

Pengadaan Langsung

a.

Pengadaan Langsung yaitu Pengadaan Barang/Jasa yang ada di


pasaran untuk memenuhi kebutuhan operasional yang diyakini bahwa
harga tersebut merupakan hasil persaingan di pasar, berteknologi
sederhana dan berisiko kecil dengan nilai maksimal :
1) Di Kantor Pusat Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
2) Di Unit Induk/Penunjang Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

b.

Pengadaan Langsung untuk barang/jasa yang bernilai sampai dengan


Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dapat dibuktikan dengan
kuitansi, dan di atas Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) harus
dengan Surat Perintah Kerja (SPK).

c.

Dalam

menetapkan

Penyedia

Barang/Jasa,

Pejabat

Pelaksana

Pengadaan telah mempunyai data pembanding, baik teknis maupun


harga.

d.

Tahapan Pengadaan Langsung


1)

Pejabat

Pelaksana

Pengadaan

mendeskripsikan

tipe/jenis/

spesifikasi dari barang/jasa yang akan diadakan.


2)

Pejabat

Pelaksana

Pengadaan

meyakini

bahwa

anggaran

Pengadaan Langsung telah tersedia.


3)

Pejabat

Pelaksana

Pengadaan

menetapkan

Penyedia

Barang/Jasa yang diyakini harga barang/jasa kompetitif.


4)

Untuk Pengadaan Langsung yang menggunakan SPK, Pejabat


Pelaksana Pengadaan menyiapkan SPK untuk ditandatangani
oleh Pengguna Barang/Jasa.

4.2.3.3

Penunjukan Langsung dengan metode Open Book

a.

Pengadaan dengan pola Open Book dilakukan dengan tujuan untuk


mendapatkan harga yang kompetitif tanpa melalui proses Pelelangan
Terbatas/Pelelangan Terbuka, dengan tetap menjaga kualitas/mutu dan
memenuhi ketepatan waktu pengadaan di lingkungan PT PLN (Persero).

b.

Pengadaan melalui sistem Open Book dapat dilakukan dalam hal:


1)

Pengadaan barang/jasa yang bernilai tinggi dan termasuk kategori


Strategis yang ditentukan oleh Value for Money Committee;

41

2)

Terhadap pabrikan dalam negeri terseleksi dengan mutu dan


spesifikasi

sesuai

persyaratan

yang

ditetapkan

Pengguna

Barang/Jasa;
3)

Apabila tidak terdapat pabrikan dalam negeri sesuai butir 2) di


atas, maka dapat dilakukan terhadap pabrikan luar negeri.

c.

Pengadaan dengan metode Open Book dilakukan dengan tahapan:


1)

Pejabat Perencana Pengadaan menyiapkan Dokumen Pengadaan


Open Book untuk ditetapkan oleh Pengguna Barang/Jasa.

2)

Pejabat Perencana Pengadaan menyampaikan surat kepada


Calon Penyedia Barang/Jasa perihal Pernyataan Berminat (Letter
of Interest).

3)

Pejabat Perencana Pengadaan mengusulkan Calon Penyedia


Barang/Jasa untuk ditetapkan oleh Pengguna Barang/Jasa.

4)

Pejabat Perencana Pengadaan menyusun Perjanjian Kerahasiaan


(Non Disclosure Agreement), untuk ditandatangani oleh Pengguna

Barang/Jasa dan Calon Penyedia Barang/Jasa yang membuat


Pernyataan Berminat.
5)

Pejabat

Pelaksana

Pengadaan

menyampaikan

Dokumen

Pengadaan Open Book kepada Calon Penyedia Barang/Jasa.


6)

Calon Penyedia Barang/Jasa menyampaikan penawaran yang


berisi sekurang-kurangnya spesifikasi teknis dan struktur biaya
produksi faktual (biaya langsung maupun tidak langsung) kepada
Pejabat Pelaksana Pengadaan.

7)

Pejabat Pelaksana Pengadaan melakukan klarifikasi, negosiasi


biaya dan strategi alokasi:
a)

Melakukan ana lisa spesifikasi teknis dan struktur biaya


produksi faktual dari Calon Penyedia Barang/Jasa.

b)

Melakukan evaluasi

dan

negosiasi

harga terhadap

proposal penawaran yang diterima dari calon Penyedia


Barang/Jasa.
c)

Menyusun strategi alokasi dari hasil negosiasi harga


dengan Penyedia Barang/Jasa.

d)

Mengajukan persetujuan kepada Pengguna Barang/Jasa


atas hasil negosiasi dan strategi alokasi.
42

8)

Penunjukan

Penyedia

Barang/Jasa

Barang/Jasa

dan

Penandatanganan KontraklPerjanjian

a)

Menyiapkan Surat Penunjukan

Penyedia Barang/Jasa

Barang/Jasa (SPPBJ) atau Letter of Intent (LOI) kepada


Penyedia

Barang/Jasa

oleh

Pejabat

Pelaksana

Pengadaan.

b)

Menyiapkan Perjanjian/Kontrak oleh Pejabat Pelaksana


Pengadaan

bekerjasama

dengan

Wakil

Pengguna

Barang/Jasa.

c)

Penandatanganan

KontraklPerjanjian

dilakukan

oleh

Pengguna Barang/jasa dan Penyedia Barang/Jasa.

9)

Pengawasan KontraklPerjanjian

a)

Melakukan

pengawasan

terhadap

pelaksanaan

Perjanjian/Kontrak oleh Direksi Pekerjaan.

b)

Direksi

Pekerjaan

dapat

menugaskan

petugas

yang

kompeten untuk melakukan pengawasan selama proses


produksi untuk menjamin terjaganya mutu sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditentukan.

c)

Dalam hal terjadi ketidaksesuaian spesifikasi baik selama


proses produksi maupun selama proses serah terima
barang, maka Penyedia Barang/Jasa harus memperbaiki
atau mengganti barang/jasa, sesuai dengan spesifikasi
yang telah ditentukan.

d)

Perbaikan atau penggantian barang sebagaimana butir c)


tersebut

tidak

Barang/Jasa
yang

telah

keterlambatan

menghilangkan

kewajiban

Penyedia

untuk menepati jadwal penyerahan barang


ditetapkan,
penyerahan

termasuk
barang

apabila
maka

terjadi
Penyedia

Barang/Jasa akan dikenakan denda keterlambatan.

43

4.3

Joint Procurement

4.3.1

Joint Procurement dilakukan dengan Metode Pelelangan Terbatas atau Pelelangan


Terbuka, dilaksanakan oleh 1 (satu) Pengguna Barang/Jasa yang mewakili beberapa
Pengguna Barang/Jasa lainnya.

4.3.2

Proses pelaksanaan Joint Procurement dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :

4.3.2.1

Beberapa Pengguna Barang/Jasa menunjuk salah satu Pengguna Barang/Jasa


untuk mewakili Pengguna Barang/Jasa lainnya dalam melaksanakan proses

Joint Procurement.

4.3.2.2

Pengguna Barang/Jasa yang mewakili tersebut menunjuk Pejabat Perencana


Pengadaan dan Pejabat Pelaksana Pengadaan untuk melaksanakan proses

Joint Procurement.

4.3.2.3

Pengguna Barang/Jasa yang mewakili menerbitkan Perjanjian/Kontrak dengan


Penyedia Barang/Jasa.

4.3.2.4

Pengguna

Barang/Jasa yang

mewakili

menyampaikan

Perjanjian/Kontrak

kepada Pengguna Barang/Jasa lainnya yang terwakili untuk selanjutnya


ditindaklanjuti dengan penerbitan Surat Pesanan Barang/Jasa (SPBJ).

4.4

Metode Penawaran

4.4.1

Request for Quotations (RFQ)

RFQ digunakan untuk Pengadaan Barang/Jasa yang bersifat kecil atau Rutin, dengan
spesifikasi yang mudah ditemui di pasar.

4.4.2

Invitation to Bid (ITB)


ITB dapat digunakan untuk Pengadaan Barang/Jasa yang termasuk kategori Leverage

atau Critical/Bottleneck, dimana spesifikasi, kualitas dan kuantitasnya dapat dibuat secara
jelas dan lengkap, serta penunjukan pemenang dilakukan berdasarkan penawaran biaya
terendah, sepanjang secara kualitas, kuantitas, waktu, tempat, Tingkat Kandungan Dalam
Negeri (TKDN), telah memenuhi persyaratan.

4.4.3

Request for Proposals (RFP)


RFP digunakan untuk Pengadaan Barang/Jasa yang termasuk kategori Strategis (seperti
pembangkit IPP/EPC) atau jasa konsultansi atau pekerjaan yang memerlukan inovasi serta
keahlian tertentu.

44

4.5

Jangka Waktu Pengadaan Barang/Jasa


4.5.1

Perencanaan dan penyusunan jangka waktu pengadaan barang/jasa harus memperhatikan


dan menyesuaikan waktu kebutuhan barang/jasa, sehingga penyerahan barang/jasa sesuai
yang direncanakan.

4.5.2

Jangka waktu pelaksanaan untuk setiap tahapan proses pengadaan barang/jasa


menyesuaikan dengan kompleksitas pengadaan barang/jasa.

4.5.3

Penayangan Pengumuman sekurang-kurangnya 3 (tiga) hari kerja di papan pengumuman


dan/atau portal e-Procurement PLN, kecuali yang dilaksanakan melalui surat kabar
minimal dilakukan 1 (satu) kali (untuk Pelelangan Terbuka).

4.5.4

Pendaftaran dan Pengambilan Dokumen Kualifikasi/Dokumen Pelelangan/RKS sejak


tanggal pengumuman sampai dengan 1 (satu) hari kerja sebelum batas akhir pemasukan
Dokumen Aplikasi Kualifikasi/Dokumen Penawaran.

4.5.5

Masa Sanggah diberikan selama 3 (tiga) hari kerja sejak pengumuman/pemberitahuan


pemenang.

4.5.6

Jawaban atas sanggahan dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja sejak diterimanya sanggahan.

4.5.7

Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ) diterbitkan setelah pengumuman


pemberitahuan penetapan pemenang pengadaan apabila tidak ada sanggahan, atau
setelah sanggahan dijawab.

4.5.8

Penandatanganan Perjanjian/Kontrak dilakukan setelah diterbitkan Surat Penunjukan


Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ) dan Penyedia Barang/Jasa menyerahkan jaminan
pelaksanaan sesuai ketentuan mengenai jaminan pelaksanaan dalam Edaran ini.

4.6

Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa

4.6.1

Tahapan Persiapan Pengadaan.


4.6.1.1

Pejabat Pelaksana Pengadaan mendapat penugasan dari Atasan Langsung


untuk melakukan proses pelaksanaan pengadaan barang/jasa dan menerima
Dokumen Pelelangan/RKS dan HPE.

4.6.1.2

Berdasarkan penugasan, Pejabat Pelaksana Pengadaan melakukan:


a.

Menganalisa Dokumen Pelelangan/RKS terhadap lingkup pengadaan


barang/jasa yang akan dilakukan dan dapat dibantu oleh Pengguna
Barang/Jasa atau Wakil Pengguna Barang/Jasa dan Pejabat Perencana
Pengadaan.
45

b.

Pembuatan HPS dapat dibantu oleh Pengguna Barang/Jasa atau Wakil


Pengguna Barang/Jasa dan Pejabat Perencana Pengadaan.

4.6.1.3

Pejabat Pelaksana Pengadaan menyampaikan HPS kepada Atasan Langsung


untuk disahkan oleh Pengguna Barang/Jasa.

4.6.2

Undangan Pelelangan/Pengumuman

Pejabat Pelaksana Pengadaan harus mengundang untuk Pelelangan Terbatas atau


mengumumkan Pelelangan Terbuka.

4.6.3

Pendaftaran dan Pengambilan Ookumen Pelelangan


Pendaftaran Calon Penyedia Barang/Jasa dan pengambilan Ookumen Pelelangan/RKS
hanya dilakukan pada tempat dan waktu yang telah ditetapkan oleh Pejabat Pelaksana
Pengadaan.

4.6.4

Penilaian Kualifikasi Calon Penyedia Barang/Jasa


Penilaian kualifikasi calon Penyedia Barang/Jasa hanya dilakukan dalam hal pengadaan
melalui prakualifikasi atau pascakualifikasi yang tidak memiliki OPT.

4.6.5

Penjelasan Pengadaan (Aanwijzing).

4.6.5.1

Undangan Penjelasan diberikan kepada semua Calon Penyedia Barang/Jasa


yang mendaftar.

4.6.5.2

Penjelasan Ookumen Pelelangan dilakukan di tempat dan waktu yang


ditentukan, dihadiri oleh Calon Penyedia Barang/Jasa yang mendaftar atau
wakilnya berdasarkan Surat Kuasa bermaterai cukup.

4.6.5.3

Penjelasan

dapat pula dilakukan

secara

elektronik (video conferencel

teleconference).

4.6.5.4

Ketidakhadiran Calon Penyedia Barang/Jasa pada saat Penjelasan pengadaan


tidak dapat dijadikan dasar untuk menggugurkan penawaran.
Calon Penyedia Barang/Jasa yang tidak hadir pada penjelasan pengadaan
(Aanwijzing) dianggap mengetahui dan menyetujui semua hasil yang telah

ditetapkan dalam berita acara penjelasan pengadaan.


4.6.5.5

Penjelasan yang disampaikan kepada Calon Penyedia Barang/Jasa pad a saat


Penjelasan antara lain :

a.

Cara penyampaian dan pembukaan dokumen penawaran.


46

b.

Dokumen yang harus dilampirkan dalam dokumen penawaran.

d.

Metode evaluasi.

e.

Hal-hal yang menggugurkan penawaran.

f.

Jenis Perjanjian/Kontrak yang akan digunakan.

g.

Masa berlaku penawaran.

h.

Nilai jaminan, masa berlaku dan penjamin yang dapat mengeluarkan


Jaminan.

4.6.5.6

Apabila dipandang perlu dapat dilakukan peninjauan lapangan.

4.6.5.7

Hasil penjelasan pengadaan (aanwijzing) dituangkan dalam Berita Acara


Penjelasan, ditandatangani oleh Pejabat Pelaksana Pengadaan dan minimal 1
(satu) wakil dari Calon Penyedia Barang/Jasa yang hadir.

4.6.5.8

Semua perubahan dalam Dokumen Pelelangan/RKS sebagai hasil penjelasan


dan atau jawaban atas pertanyaan Calon Penyedia Barang/Jasa harus
dituangkan dalam Addendum Dokumen Pelelangan/RKS sebagaimana diatur
dalam butir 4.6.6.

4.6.5.9

Berita Acara Penjelasan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari


Dokumen Pelelangan dan harus disampaikan secara tertulis kepada semua
Calon Penyedia Barang/Jasa yang mendaftar.

4.6.6

Addendum Dokumen Pelelangan

4.6.6.1

Sebelum batas akhir pemasukan penawaran, PLN dapat melakukan perubahan


atas Dokumen Pelelangan/RKS, baik berdasarkan masukan/klarifikasi dari
Calon Penyedia Barang/Jasa atau inisiatif PLN sendiri atau adanya perubahan
peraturan perundang-undangan.

4.6.6.2

Perubahan tersebut harus dituangkan dalam suatu Addendum yang merupakan


bag ian tidak terpisahkan dari Dokumen Pelelangan/RKS dan harus disahkan
oleh Pengguna Barang/Jasa.

4.6.6.3

Perubahan tersebut dilakukan dengan memberi waktu yang cukup kepada


Calon Penyedia Barang/Jasa untukmenyiapkan Dokumen Penawaran.

4.6.6.4

Addendum Dokumen Pelelangan/RKS harus disampaikan secara tertulis


kepada semua Calon Penyedia Barang/Jasa yang mendaftar.

47

4.6.7

Dokumen Penawaran
4.6.7.1

Dokumen Penawaran memuat persyaratan yang harus dipenuhi oleh Calon


Penyedia Barang/Jasa dalam mengikuti proses Pengadaan Barang/Jasa.

4.6.7.2

Dokumen Penawaran untuk Pengadaan Barang/Jasa Konstruksi/Jasa lainnya


disampaikan sesuai metode penyampaian Dokumen Penawaran dan sekurangkurangnya terdiri dari:

a.

Surat Penawaran bermaterai cukup, bertanggal, ditandatangani oleh


yang memiliki kewenangan dan dicap.

b.

Lampiran Surat Penawaran antara lain:


1)

Jaminan Penawaran asli.

2)

Daftar Kuantitas dan Harga.

3)

Surat Kuasa (apabila diperlukan).

4)

Metode Pelaksanaan (apabila dipersyaratkan).

5)

Jadwal waktu pelaksanaan.

6)

Daftar peralatan (apabila dipersyaratkan).

7)

Daftar personil (apabila dipersyaratkan).

8)

Analisis harga satuan (apabila dipersyaratkan).

9)

Lampiran lain yang ditentukan dalam Dokumen Pelelangan.

10)

Bukti Penerimaan Addendum Dokumen Pelelangan/RKS (apabila


ada).

4.6.7.3

Dokumen Penawaran untuk Pengadaan Jasa Konsultansi disampaikan sesuai


metode penyampaian Dokumen Penawaran sekurang-kurangnya terdiri dari:
a.

Surat Penawaran bermaterai cukup, bertanggal, ditandatangani oleh


yang memiliki kewenangan dan dicap.

b.

Lampiran Surat Penawaran antara lain:


1)

Surat Kuasa (apabila diperlukan).

2)

Metode Pelaksanaan.

3)

Jadwal waktu pelaksanaan.

4)

Daftar personil dan pengalamannya.

5)

Daftar Biaya

Langsung

Personil

(Remunerasi)

dan

Biaya

langsung non personil (Direct Cost).

48

6)

Analisis harga satuan (apabila dipersyaratkan).

7)

Lampiran lain yang ditentukan dalam Dokumen Pelelangan/RKS.

8)

Bukti Penerimaan Addendum Dokumen Pelelangan/RKS (apabila


ada).

4.6.8

Metode Penyampaian Dokumen Penawaran


4.6.8.1

Satu Tahap Satu Sampul

a.

Metode Satu Tahap Satu Sampul digunakan dalam hal Pengadaan


Barang/Jasa bersifat sederhana dan spesifikasi teknisnya bersifat
standar dan jelas.

b.

Cara penyampaian penawaran adalah sebagai berikut:

1)

Penawaran administrasi, teknis dan harga disampaikan secara


bersamaan dalam satu sampul.

2)

Pad a sampul dicantumkan alamat Pejabat Pelaksana Pengadaan


sesuai yang ditetapkan dalam Dokumen Pelelangan/RKS dan
nama paket pekerjaan.

3)

Harga penawaran dalam Dokumen Penawaran dicantumkan


dengan jelas dalam angka dan huruf.

4)

Penawaran bersifat rahasia.

5)

Jika disampaikan secara langsung, maka penawaran harus


dimasukkan

oleh

Calon

Penyedia

Barang/Jasa

yang

bersangkutan ke dalam tempat yang telah disediakan oleh


Pejabat Pelaksana Pengadaan.
6)

Jika Dokumen Penawaran disampaikan melalui pos atau jasa


pengiriman, Pejabat Pelaksana Pengadaan mencatat tanggal dan
jam penerimaannya.

7)

Dokumen

Penawaran

yang

diterima

setelah

batas

akhir

pemasukan, tidak diikutsertakan dan diberitahukan kepada Calon


Penyedia Barang/Jasa untuk diambil kembali.

49

4.6.8.2

Satu Tahap Dua Sampul

a.

Metode Satu Tahap Dua Sampul digunakan dalam hal Pengadaan


8arang/Jasa

yang

memerlukan

penilaian

yang

terpisah

antara

persyaratan teknis dan harga penawaran.


b.

Cara penyampaian Penawaran adalah sebagai berikut:


1)

Calon Penyedia 8arang/Jasa mengajukan penawaran yang


dimasukkan ke dalam dua sampul dan diserahkan secara
bersamaan.

2)

Sampul Satu berisi kelengkapan data administrasi dan teknis


serta Jaminan Penawaran asli yang dipersyaratkan, dan pad a
sampulnya ditulis "Data Administrasi dan Teknis".

3)

Sampul Dua berisi data penawaran harga dan pad a sampulnya


ditulis "Penawaran Harga".

4)

Sampul Satu dan Sampul Dua diatas dimasukkan ke dalam satu


Sampul Penutup.

5)

Sampul Penutup mencantumkan alamat Pejabat Pelaksana


Pengadaan

sesuai

yang

ditetapkan

dalam

Dokumen

Pelelangan/RKS dan nama paket pekerjaan.


6)

Harga penawaran dalam Dokumen Penawaran dicantumkan


dengan jelas dalam angka dan huruf.

7)

Penawaran bersifat rahasia dan dimasukkan oleh Calon Penyedia


8arang/Jasa yang bersangkutan ke dalam tempat yang telah
disediakan oleh Pejabat Pelaksana Pengadaan.

8)

Dokumen Penawaran wajib disampaikan pad a waktu yang telah


ditentukan.

9)

Dalam hal Dokumen Penawaran diterima melalui pos atau jasa


pengiriman, pada Sampul luarnya diberi catatan tanggal dan jam
penerimaan oleh Pejabat Pelaksana Pengadaan.

10)

Dokumen

Penawaran

yang

diterima

setelah

batas

akhir

pemasukan, tidak diikutsertakan dan diberitahukan kepada Calon


Penyedia 8arang/Jasa untuk diambil kembali.

50

4.6.8.3

Dua Tahap

a.

Metode Dua Tahap digunakan dalam hal Pengadaan Barang/Jasa


bersifat kompleks yang memerlukan penyetaraan penawaran teknis
sebelum dilakukan penilaian harga.

b.

Cara penyampaian penawaran adalah sebagai berikut:

1)

Penyampaian penawaran administrasi dan teknis dimasukkan


dalam sampul tertutup Tahap Satu, sedangkan penawaran harga
dimasukkan dalam sampul tertutup Tahap Dua.

2)

Penyampaian penawaran dilakukan dalam 2 (dua) tahap secara


terpisah dan dalam waktu yang berbeda.

3)

Penyampaian

penawaran

Tahap

Dua

dilakukan

setelah

penawaran Tahap Satu dinyatakan lui us.

4)

Penawaran Tahap Satu berisi kelengkapan data administrasi dan


teknis serta Jaminan Penawaran asli yang disyaratkan, dan pad a
sampulnya dicantumkan alamat Pejabat Pelaksana Pengadaan
dan ditulis "Dokumen Penawaran Tahap Satu".

5)

Penawaran Tahap Dua berisi penawaran harga dan dilampiri


rincian analisis biaya, dan syarat lainnya. Harga penawaran
dicantumkan dengan jelas dalam angka dan huruf.

6)

Dalam hal Calon Penyedia Barang/Jasa yang telah lulus Tahap


Satu tidak memasukkan Dokumen Penawaran Tahap Dua atau
terlambat memasukkan Dokumen Penawaran Tahap Dua pada
waktu yang telah ditentukan, maka Jaminan Penawaran dicairkan
dan menjadi milik PLN.

7)

Dalam hal Dokumen Penawaran diterima melalui pos atau jasa


pengiriman, Pejabat Pelaksana Pengadaan Barang/Jasa memberi
catatan tanggal dan jam penerimaan pada sampulluarnya.

8)

Dokumen

Penawaran

yang

diterima

setelah

batas

akhir

pemasukan, tidak diikutsertakan dan diberitahukan kepada Calon


Penyedia Barang/Jasa untuk diambil kembali.

51

4.6.9

Metode Pembukaan Dokumen Penawaran :


4.6.9.1

Pejabat Pelaksana Pengadaan meneliti isi kotak/tempat pemasukan Dokumen


Penawaran dan menghitung jumlah sampul penawaran yang masuk, kecuali
surat pengunduran diri.

4.6.9.2

Pembukaan Penawaran untuk masing-masing metode penawaran adalah


sebagai berikut:

a.

Satu Tahap Satu Sampul

Pejabat Pelaksana Pengadaan membuka sampul penawaran yang berisi


penawaran administrasi, teknis dan harga.

b.

Satu Tahap Dua Sampul

Pejabat Pelaksana Pengadaan membuka Sampul Satu, sedangkan


Sampul Dua disimpan dalam keadaan tertutup.
Dalam hal penawaran administrasi dan teknis (Sampul Satu) tidak lulus
evaluasi, maka Sampul Dua tidak dibuka dan dikembalikan kepada Calon
Penyedia Barang/Jasa beserta jaminan penawaran.

Pembukaan Sampul Dua dilakukan hanya kepada Penyedia Barang/Jasa


yang telah lulus evaluasi penawaran administrasi dan teknis (Sampul
Satu).

c.

Dua Tahap

Tahap pertama dilakukan Pembukaan Penawaran Sampul Tahap Satu


dilanjutkan dengan tahapan evaluasi Administrasi dan Teknis.
Tahap kedua dilakukan Pembukaan Penawaran Sampul Tahap Dua,
dilanjutkan dengan tahapan evaluasi harga.

4.6.9.3

Pembukaan penawaran dilakukan di hadapan Calon Penyedia Barang/Jasa


yang hadir serta disaksikan minimal 2 (dua) orang saksi dari wakil Calon
Penyedia Barang/Jasa, untuk selanjutnya dibacakan serta dicatat dan dijadikan
lampiran Berita Acara Pembukaan Penawaran.

4.6.9.4

Dalam hal saksi dari wakil Calon Penyedia Barang/Jasa tidak ada, Pejabat
Pelaksana Pengadaan dapat menunjuk saksi diluar dari Pejabat Pelaksana
Pengadaan.

4.6.9.5

Perubahan penawaran dapat dilakukan sebelum batas akhir waktu pemasukan


penawaran.

52

4.6.9.6

Penarikan penawaran tidak dapat dilakukan setelah batas akhir waktu


pemasukan penawaran, apabila dilakukan maka Jaminan Penawaran dicairkan
dan menjadi milik PLN.

4.6.9.7

Membuat Berita Acara Pembukaan Penawaran (BAPP), yang berisikan hal-hal


dan data-data pokok yang penting termasuk informasi yang diperoleh pad a saat
pembukaan penawaran.

4.6.9.8

Menandatangani BAPP bersama 2 (dua) orang saksi dari Calon Penyedia


Barang/Jasa yang hadir.

4.6.10

Jaminan Pengadaan Barang/Jasa

4.6.10.1

4.6.10.2

Jaminan Pengadaan Barang/Jasa terdiri dari :

a.

Jaminan Penawaran.

b.

Jaminan Pelaksanaan.

c.

Jaminan Uang Muka.

Penetapan bentuk, besaran nilai dan masa berlaku Jaminan Pengadaan


Barang/Jasa ditetapkan dalam Dokumen Pelelangan, dengan ketentuan
sebagai berikut

a.

Jaminan Penawaran

1)

Nilai Jaminan Penawaran ditetapkan nominal minimal sebesar 1%


(satu persen) dari nilai penawaran kecuali untuk:

a)

Pengadaan pembelian tenaga Iistrik dari Independent


Power Producer (I PP) adalah:

Untuk Pelelangan Terbatas atau Pelelangan Terbuka


sebesar minimal 1% (satu persen) dari perkiraan nilai
transaksi penjualan kWh selama 1 (satu) tahun.

ii

Untuk Penunjukan Langsung untuk non PLTP:

(a)

Minimal sebesar 1% (satu persen) dari nilai


transaksi penjualan kWh selama 1 (satu) tahun
berlaku sejak negosiasi dimulai sampai dengan
terbit Letter of Intent (Lol), dengan syarat dan
ketentuan

yang

disepakati

bersama

untuk

mencapai kesepakatan Letter of Intent (Lol).

53

(b)

Minimal sebesar 1% (satu persen) dari nilai


transaksi penjualan kWh selama 1 (satu) tahun
berlaku sejak Letter of Intent (Lol) sampai
dengan tandatangan PPA, dengan syarat dan
ketentuan

yang

disepakati

bersama

untuk

mencapai penandatanganan PPA.


b)

Pengadaan Bahan Bakar Minyak (BBM) adalah minimal


sebesar 1% (satu persen) dari estimasi nilai total kontrak
selama 1 (satu) tahun.

c)

Pengadaan Batubara adalah minimal sebesar 1% (satu


persen) dari nilai estimasi pembelian selama 1 (satu) tahun.

d)

Dalam

keadaan

khusus

Pengaturan

Nilai

Jaminan

Penawaran, dapat ditentukan khusus oleh Direksi.


2)

Masa berlaku Jaminan Penawaran sekurang-kurangnya 30 (tiga


puluh) hari kalender setelah masa berlaku penawaran.

3)

Jaminan Penawaran akan dikembalikan kepada Calon Penyedia

Barang/Jasa setelah dikeluarkan Surat Penunjukan Penyedia


Barang/Jasa (SPPBJ), kecuali :
a)

Untuk

Pemenang

Pengadaan

ditukar

dengan

Surat

Jaminan Pelaksanaan pada saat akan menandatangani


Perjanjian/Kontrak.
b)

Untuk Calon Pemenang urutan kedua dan ketiga akan


dikembalikan setelah Perjanjian/Kontrak ditandatangani
oleh Penyedia Barang/Jasa yang ditunjuk.

4)

Jaminan Penawaran tidak dipersyaratkan untuk :


a)

Pengadaan Jasa Konsultansi.

b)

Pengadaan Jasa Asuransi.

c)

Pengadaan dengan Metode Penunjukan Langsung kecuali


untuk Penunjukan Langsung untuk non PLTP sebagaimana
dimaksud pada butir 4.6.10.2. a 1) a) ii.

d)

Nilai Pekerjaan sampai dengan Rp 500.000.000,00 (lima


ratus juta rupiah); atau

e)

Pengadaan Gas Bumi/LNG/CNG/Gas Bumi lainnya.

54

b.

Jaminan Pelaksanaan.

1)

Jaminan Pelaksanaan pada prinsipnya untuk menjamin unjuk kerja


(performance) dari Barang/Jasa yang diperjanjikan.

Jaminan

Pelaksanaan

harus

dicantumkan

didalam

Perjanj ia n/Kontrak.
Jaminan Pelaksanaan minimal sebesar 5% (lima persen) dari Nilai
Perjanjian/Kontrak, kecuali :

a)

Pembelian Tenaga Listrik dari IPP adalah:

i.

Pengadaan

melalui

pelelangan

terbatas

atau

pelelangan terbuka :
(a)

Minimal sebesar 2% (dua persen) dari nilai


transaksi penjualan kWh selama 1 (satu) tahun
sejak

penandatanganan

Power

Purchase

Agreement (PPA) sampai Financing Date.

(b)

Minimal sebesar 5% (lima persen) dari nilai


transaksi penjualan kWh selama 1 (satu) tahun
sejak

Financing

Operation

Date

Datesampai

(COD)

dengan

Commercial

maksimal

US$ 50.000.000,00 (lima puluh juta dolar


Amerika Serikat).
ii.

Penunjukan Langsung Untuk PLTP:

(a)

Minimal sebesar 2% (dua persen) dari nilai


transaksi penjualan kWh selama 1 (satu) tahun
untuk

(satu)

unit

Pembangkit

sejak

penandatanganan Power Purchase Agreement


(PPA) sampai Effective Date.

(b)

Minimal sebesar 5% (lima persen) dari nilai


transaksi penjualan kWh selama 1 (satu) tahun
untuk 1 (satu) unit Pembangkit sejak Effective
Date

sampai

Commercial

Operation Date

(COD).

55

iii.

Penunjukan Langsung Untuk Non PLTP:

(a)

Jaminan Pelaksanaan Tahap I berlaku sejak


tandatangan PPA sampai dengan Financing

Date, minimal sebesar 2% (dua persen) dari


nilai transaksi penjualan kWh selama 1 (satu)
tahun.

(b)

Pelaksanaan

Jaminan

Tahap

II,

minimal

sebesar 5% (lima persen) dari nilai transaksi


penjualan kWh selama 1 (satu) tahun berlaku
sejak

Financing

Date

sampai

dengan

Commercial Operation Date (COD), dengan


maksimal sebesar US$ 50.000.000,00 (lima
puluh juta dolar Amerika Serikat).

b)

Pengadaan BBM adalah minimal sebesar 5% (lima persen)


dari nilai kontrak selama 4 (em pat) bulan.

c)

Pengadaan Batubara minimal sebesar 5% (lima persen)


dari nilai estimasi pembelian selama 2 (dua) tahun.

d)

Perjanjian/Kontrak Jangka Panjang untuk barang saja atau


jasa saja selain jasa konstruksi, jasa konsultansi dan
penyerahan

sebagian

pelaksanaan

pekerjaan

kepada

perusahaan lain (alih daya), sebesar minimal 5% (lima


persen) dari Nilai Perjanjian/Kontrak dan dapat berkurang
secara proporsional setiap tahunnya.

e)

Khusus Perjanjian/Kontrak Jangka Panjang Penyerahan


Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan
Lain (Alih Daya) dikenakan Jaminan Pelaksanaan minimal
sebesar 5% (lima persen) dari nilai Perjanjian/Kontrak
pertahun.

f)

Kesepakatan Harga Satuan (KHS) adalah:

i.

Minimal

sebesar

1%

(satu

persen)

dari

Nilai

Perjanjian/Kontrak KHS yang dikenakan pada saat


penandatanganan Perjanjian/Kontrak KHS; dan

ii.

Minimal sebesar 4% (empat persen) dari Nilai Surat


Pesanan Barang/Jasa (SPBJ) yang dikenakan pada
sa at penerbitan Surat Pesanan Barang/Jasa (SPBJ).

56

g)

Dalam

keadaan

khusus

Pengaturan

Nilai

Jaminan

Pelaksanaan dapat ditentukan khusus oleh Direksi.


2)

Masa berlaku Jaminan Pelaksanaan :


a)

Masa berlaku Jaminan Pelaksanaan sekurang-kurangnya


sejak tanggal penandatanganan Perjanjian/Kontrak sampai
dengan 30 (tiga puluh) hari kalender setelah masa
pelaksanaan Perjanjian/Kontrak berakhir (Serah Terima
Pekerjaan Akhir atau Final Acceptance Certificate).

b)

Untuk Pengadaan 88M sekurang-kurangnya sejak tanggal


penandatanganan Perjanjian/Kontrak sampai dengan 30
(tiga puluh) hari kalender setelah masa Perjanjian/Kontrak 1
(satu) tahun terlewati.

c)

Untuk Pengadaan 8atubara sekurang-kurangnya sejak


tanggal

penandatanganan

Perjanjian/Kontrak

sampai

dengan 30 (tiga puluh) hari kalender setelah masa


Perjanjian/Kontrak 2 (dua) tahun terlewati.
d)

Untuk Pengadaan Penyerahan Sebagian Pelaksanaan


Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain (Alih Daya) sekurangkurangnya

sejak

tanggal

penandatanganan

Perjanjian/Kontrak sampai dengan 30 (tiga puluh) hari


kalender setelah masa Perjanjian/Kontrak 1 (satu) tahun
terlewati.
3)

Jaminan

Pelaksanaan

diserahkan

minimal

pada

saat

Perjanjian/Kontrak ditandatangani dan dapat dikembalikan setelah


8erita Acara Serah Terima Pekerjaan Akhir atau Final Acceptance
Certificate (FAC).

4)

Jaminan Pelaksanaan tidak dipersyaratkan untuk :


a)

Jasa Konsultansi;

b)

Pengadaan Jasa Asuransi;

c)

Pembelian excess power,

d)

Pekerjaan cleaning services;

e)

Pekerjaan Satuan Pengamanan (Satpam);

57

f)

Pekerjaan

penyediaan

transportasi

(pengangkutan)

dan/atau pengemudi;

g}

Penunjukan

Langsung

kepada

Anak

Perusahaan

PLN/Perusahaan Terafiliasi PLN;


h}

Nilai

Perjanjian/Kontrak

pekerjaan

sampai

dengan

Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah); atau

i}
5}

Pengadaan Gas Bumi/LNG/CNG/Gas Bumi lainnya.

Jaminan Pelaksanaan bersifat tanpa syarat (unconditional) dan


tidak dapat dialihkan (non-transferable).

6}

Jaminan Pelaksanaan dicairkan dan menjadi milik PLN apabila


Penyedia Barang/Jasa melakukan wanprestasi dan dilakukan
pemutusan Perjanjian/Kontrak.

c.

Jaminan Uang Muka

1}

Nilai Jaminan Uang Muka (apabila ada) minimal harus sama


dengan nilai uang muka yang diberikan kepada Penyedia
Barang/Jasa.

2}

Masa berlaku Jaminan Uang Muka sampai dengan masa waktu


pelunasan uang muka tersebut.

3}

Jaminan Uang Muka diberikan apabila sangat dibutuhkan demi


kelancaran pekerjaan dan keuangan Perusahaan memungkinkan.

4.6.10.3

Ketentuan Jaminan harus memenuhi hal-hal sebagai berikut:


a.

Diterbitkan oleh Bank yang telah dinyatakan lulus oleh Direksi.

b.

Format bank garansi sesuai dengan format yang diterbitkan oleh PLN.

c.

Khusus untuk jaminan penawaran, dapat diterbitkan oleh Bank, Lembaga


Pembiayaan Eksport Indonesia atau Perusahaan Asuransi yang telah
dinyatakan lulus oleh Direksi.

d.

Masa berlaku jaminan tidak kurang dari jangka waktu yang ditetapkan
dalam Dokumen Pelelangan/RKS.

58

e.

8esarnya nilai jaminan dicantumkan dalam angka dan huruf.

f.

Tercantum nama Pengguna 8arang/Jasa yang menerima jaminan.

g.

Dalam hal masa berlaku Jaminan Penawaran diperkirakan berakhir


sebelum Pengumuman Pemenang, maka paling lambat 7 (tujuh) hari
kerja sebelum berakhirnya masa berlaku Jaminan Penawaran tersebut,
Pejabat

Pelaksana

Pengadaan

dapat

meminta

Calon

Penyedia

8arang/Jasa untuk memperpanjang Jaminan Penawaran. Dalam hal


Calon Penyedia 8arang/Jasa tidak bersedia memperpanjang Jaminan
Penawaran setelah diminta Pejabat Pelaksana Pengadaan, maka Calon
Penyedia 8arang/Jasa dianggap mengundurkan diri dan Jaminan
Penawaran dikembalikan.

h.

Dalam hal Calon Penyedia 8arang/Jasa yang telah diumumkan sebagai


Calon Pemenang tidak bersedia memperpanjang Jaminan Penawaran
sampai dengan penandatanganan Perjanjian/Kontrak, maka Penyedia
8arang/Jasa

tersebut dianggap

mengundurkan

diri

dan

Jaminan

Penawaran dicairkan dan menjadi milik PLN.

i.

Dalam hal calon Penyedia 8arang/Jasa mengundurkan diri pada masa


penawarannya masih berlaku atau sampai dengan Perjanjian/Kontrak
ditandatangani, maka Jaminan Penawaran dicairkan dan menjadi milik
PLN.

j.

Jaminan

Pelaksanaan

harus

diserahkan

ke

Pejabat

Pelaksana

Pengadaan sebelum penandatanganan Perjanjian/Kontrak, dan dalam


hal Calon Penyedia 8arang/Jasa tidak bersedia menyerahkan Jaminan
Pelaksanaan sebelum penandatanganan Perjanjian/Kontrak maka Calon
Penyedia 8arang/Jasa dianggap mengundurkan diri serta Jaminan
Penawaran dicairkan dan menjadi milik PLN.

k.

Persyaratan klaim jaminan, sesuai dengan yang tercantum didalam surat


jaminan.

4.6.11

Evaluasi Penawaran

4.6.11.1

Pelaksanaan

evaluasi

penawaran

dilakukan

oleh

Pejabat

Pelaksana

Pengadaan terhadap semua penawaran yang masuk, dan dapat dibantu oleh
pihak lain sesuai keahlian baik internal maupun eksternal PLN.

59

4.6.11.2

Evaluasi penawaran meliputi evaluasi administrasi,

teknis,

dan harga

berdasarkan kriteria, metode, dan tatacara evaluasi yang telah ditetapkan


dalam Dokumen Pelelangan/RKS.

4.6.11.3

Penawaran yang memenuhi syarat adalah penawaran yang sesuai dengan


ketentuan, syarat-syarat, dan spesifikasi yang ditetapkan dalam Dokumen
Pelelangan/RKS, tanpa ada penyimpangan yang bersifat penting/pokok atau
penawaran bersyarat.

4.6.11.4

Penyimpangan yang bersifat penting/pokok atau penawaran bersyarat meliputi:


a.

Jenis penyimpangan yang berpengaruh terhadap hal-hal yang sangat


substantif

dan

akan

mempengaruhi

lingkup,

kualitas,

dan

hasil/kinerjalperformance pekerjaan.

b.

Adanya penawaran dari Penyedia Barang/Jasa dengan persyaratan


tambahan di luar ketentuan Dokumen Pelelangan/RKS yang akan
menimbulkan persaingan tidak sehat dan/atau tidak adil di antara Calon
Penyedia Barang/Jasa yang memenuhi syarat.

4.6.11.5

Penawaran dinyatakan memenuhi persyaratan administrasi, apabila:


a.

Syarat-syarat yang diminta berdasarkan Dokumen Pelelangan/RKS


dipenuhi/dilengkapi dan isi setiap dokumen benar serta dapat dipastikan
bahwa dokumen penawaran ditandatangani oleh orang yang berwenang.

b.

Jaminan penawaran memenuhi persyaratan sesuai ketentuan Dokumen


Pelelangan/RKS. Apabila ada hal-hal yang kurang jelas dan/atau
meragukan dalam jaminan penawaran perlu diklarifikasi dengan pihak
yang terkait tanpa mengubah substansi dari jaminan penawaran.

4.6.11.6

Pejabat Pelaksana Pengadaan melakukan evaluasi teknis terhadap semua


penawaran yang memenuhi persyaratan administrasi.

4.6.11.7

Penawaran dinyatakan memenuhi persyaratan teknis, apabila

spesifikasi

dalam

Dokumen

teknis

memenuhi

persyaratan

yang

ditetapkan

Pelelangan/RKS.

4.6.11.8

Pejabat Pelaksana Pengadaan melakukan evaluasi harga terhadap semua


penawaran yang memenuhi persyaratan administrasi dan teknis.

4.6.11.9

Pejabat Pelaksana Pengadaan dapat melakukan koreksi aritmatik terhadap


semua penawaran yang masuk.

60

4.6.11.10

Koreksi aritmatik dilakukan sebagai berikut:

a.

Volume

pekerjaan

yang

tercantum

dalam

dokumen

penawaran

disesuaikan dengan yang tercantum dalam dokumen pengadaan;


b.

Apabila terjadi kesalahan hasil perkalian antara volume dengan harga


satuan pekerjaan, maka dilakukan pembetulan, dengan ketentuan harga
satuan pekerjaan yang ditawarkan tidak boleh diu bah;

c.

Jenis pekerjaan yang tidak diberi harga satuan dianggap sudah termasuk
dalam harga satuan pekerjaan yang lain, dan harga satuan pada surat
penawaran tetap dibiarkan kosong;

d.

Untuk jenis Perjanjian/Kontrak harga satuan, hasil koreksi aritmatik dapat


mengubah nilai atau urutan penawaran menjadi lebih tinggi atau lebih
rendah terhadap penawaran semula.

4.6.11.11

Evaluasi Harga Penawaran

a.

Dalam hal terdapat penawaran yang tidak wajar yaitu dengan nilai
penawaran 80% (delapan puluh persen) di bawah HPS, maka Pejabat
Pelaksana Pengadaan harus meminta penjelasan/klarifikasi secara tertulis
kepada Calon Penyedia Barang/jasa.

b.

Hasil penjelasan/klarifikasi tertulis tersebut disampaikan oleh Pejabat


Pelaksana Pengadaan untuk dikaji oleh Value for Money Committee untuk
menentukan menerima atau menolak penawaran yang disampaikan oleh
Calon Penyedia Barang/Jasa.

c.

Dalam hal penawaran di atas HPS, proses pengadaan barang/jasa dapat


dilanjutkan dengan melakukan negosiasi kepada penawar terendah untuk
mendapatkan harga Perjanjian/Kontrak maksimal sarna dengan, dengan
tetap memperhatikan aspek Good Corporate Governance (GCG).
Apabila proses negosiasi kepada penawar terendah tidak mencapai
kesepakatan, maka dilanjutkan dengan melakukan negosiasi kepada
penawar terendah berikutnya.

d.

Harga penawaran ditulis dalam angka dan huruf, apabila terdapat


perbedaan antara penulisan nilai dalam angka dan huruf maka nilai
penawaran yang diakui adalah nilai dalam tulisan huruf.

61

e.

Dalam hal terjadi perbedaan antara harga penawaran yang tercantum


dalam surat penawaran dengan rincian penawaran, maka yang berlaku
adalah harga penawaran yang tercantum

pada surat penawaran

bermaterai cukup.
4.6.11.12

Klarifikasi Penawaran

a.

Pejabat Pelaksana Pengadaan dalam pengadaan kategori Strategis atau


lainnya, melakukan klarifikasi secara tertulis, dan jika diperlukan Calon
Penyedia 8arang/Jasa dapat melakukan presentasi, baik di kantor PLN
atau teleconference, dihadapan Pengguna 8arang/Jasa atau Wakil
Pengguna 8arang/Jasa yang ditunjuk dan dapat mengundang pihak lain
sesuai disiplin keahlian dari internal atau eksternal PLN.

b.

Klarifikasi tidak mengubah substansi penawaran atau harga dan bersifat


rahasia.

c.

Untuk pengadaan kategori Strategis/Complex, jika diperlukan dapat


dilakukan site visit atau inspeksi ke lokasi Calon Penyedia 8arang/Jasa
yang memenuhi syarat.

4.6.12

Metode Evaluasi
4.6.12.1

Metode evaluasi untuk pengadaan 8arang/Jasa Konstruksi/Jasa lainnya dapat


memakai salah satu atau kombinasi dari:

a.

Lowest responsive/compliant/acceptable offer


1)

Penentuan pemenang dilakukan berdasarkan penawaran dari


Calon Penyedia 8arang/Jasa yang telah dievaluasi dengan hasil:

a)

Penawaran memenuhi persyaratan administrasi dan teknis


(responsive/compliant/acceptable); dan

b)

2)

Menawarkan biaya terendah (lowest cost).

Responsive/compliant/acceptable

keseluruhan
mencapai

Spesifikasi/TORIScope

batas

minimum

nilai

merupakan
of Works

yang

pemenuhan
(SOW),

disyaratkan

atau
dalam

spesifikasVTORIScope of Works (SOW).

3)

Tingkat responsiveness/compliance/acceptability dapat dilakukan


memakai sistem gugur atau pembobotan nilai.

62

4)

Penilaian harga dalam responsive/compliant/acceptable tetap


memperhitungkan harga dan biaya selama umur ekonomis (Life
Cycle Costing/Total Cost of Ownership).

Harga adalah jumlah uang yang dibayarkan untuk membeli suatu


barang dan jasa. Biaya adalah jumlah uang yang dibayarkan untuk
mengoperasikan suatu barang atau jasa, selama umur ekonomi
atau selama durasi Perjanjian/Kontrak.

Selain biaya, juga diperhitungkan biaya transportasi dan asuransi,


serta semua pajak dan pungutan Pemerintah yang berlaku.

b.

Weighted Scoring System/Sistem Nilai

1)

Penggunaan Sistem Nilai dilakukan untuk barang dan jasa yang


bersifat StrategisiComplex,

dimana tingkat kepentingan tiap

kriteria evaluasi diberi bobot.

2)

Pad a Sistem Nilai, harga merupakan salah satu kriteria evaluasi,


dengan pengertian semakin kompleks persyaratan dan semakin
sulit diperbandingkan proposal penawaran, maka bobot harga
akan semakin berkurang. Biasanya total nilai untuk penawaran
teknis lebih tinggi dibandingkan penawaran harga.

c.

Penawaran dengan harga terendah terhadap pengadaan pekerjaan tidak


kompleks atau pengadaan sederhana.

4.6.12.2

Proses evaluasi untuk Pengadaan Konsultansi terdiri atas:

a.

Quality Based Selection/Evaluasi Kualitas.

b.

Quality and

Cost Based SelectionlEvaluasi

Kualitas dan

Harga.

Pembobotan untuk evaluasi kualitas antara 50% (lima puluh persen)


sampai dengan 80% (delapan puluh persen) dan harga adalah 20% (dua
puluh persen) sampai dengan 50% (lima puluh persen) disesuaikan
dengan kompleksitas pekerjaan.

c.

4.6.13

Least Cost SelectionlEvaluasi Harga Terendah.

Negosiasi Penawaran

4.6.13.1

Tujuan Negosiasi adalah untuk mencapai kesepakatan antara PLN dengan


Calon Penyedia Barang/Jasa dalam hal meningkatkan kualitas teknis,waktu
pelaksanaan dan harga terbaik.
63

4.6.13.2

Negosiasi teknis dan harga dilakukan untuk metode penawaran Request For
Proposals (RFP), termasuk jika penawaran melewati HPS.

4.6.13.3

Untuk metode penawaran Invitation To Bid (ITB) negosiasi harga dilakukan


dengan seijin Pengguna Barang/Jasa, jika penawaran melewati HPS dan/atau
pagu anggaran.

4.6.13.4

Untuk metode pengadaan Penunjukan Langsung, maka dilakukan negosiasi


teknik dan harga.

4.6.14

Laporan Evaluasi

4.6.14.1

Pejabat Pelaksana Pengadaan menyusun laporan hasil evaluasi sebagai


dasar untuk usulan penetapan pemenang.

4.6.14.2

Laporan hasil evaluasi antara lain terdiri dari:

a.

Nama semua Calon Penyedia Barang/Jasa dan harga penawaran


dan/atau harga penawaran terkoreksi,dari masing-masing Calon Penyedia
Barang/Jasa.

b.

Metode evaluasi yang digunakan.

c.

Unsur-unsur yang dievaluasi.

d.

Rumus yang dipergunakan.

e.

Keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu mengenai hal ikhwal


pelaksanaan pengadaan.

f.

Berita acara-berita acara terkait proses pengadaan barang/jasa serta


jumlah Calon Penyedia Barang/Jasa yang lulus dan tidak lulus pad a
setiap tahapan evaluasi.

4.6.14.3

Laporan hasil evaluasi dibuat dan ditandatangani oleh Pejabat Pelaksana


Pengadaan.

4.6.15

Review Value for Money

4.6.15.1

Tujuan kajian dari Value for Money Committee adalah untuk membuat
rekomendasi sebagai berikut:
a.

Memberikan kajian independen dan tidak bias dari rekomendasi Pejabat


Pelaksana Pengadaan mengenai usulan Calon Pemenang.

b.

Mengkonfirmasi bahwa proses pengadaan dilakukan secara adil dan


wajar, dengan mengikuti prosedur dan kebijakan yang berlaku.
64

c.

Mengkonfirmasi anggaran untuk Perjanjian/Kontrak tersedia dalam


RKAP.

d.

Mengkonfirmasi bahwa rekomendasi penunjukan serta syarat dan


ketentuan yang ditawarkan merupakan yang terbaik bagi PLN (value for
money), yang tidak selalu merupakan harga terendah.

4.6.15.2

Rekomendasi kepada Pengguna Barang/Jasa sebagai otoritas penandatangan


Perjanjian/Kontrak (contract award authority).

Pengguna Barang/Jasa sebagai contract award authority dapat menerima atau


tidak menerima rekomendasi tersebut. Jika tidak menerima, maka alasannya
disampaikan secara tertulis kepada Value for Money Committee.

4.6.16

Penetapan Pemenang

4.6.16.1

Pemenang pengadaan ditetapkan oleh Pengguna Barang/Jasa berdasarkan


laporan evaluasi dari Pejabat Pelaksana Pengadaan.

4.6.16.2

Dalam hal pengadaan barang/jasa yang masuk kriteria rekomendasi Value for
Money Committee, maka penetapan pemenang dilakukan setelah melalui

review dan rekomendasi Value for Money Committee.

4.6.16.3

Data pendukung yang diperlukan untuk menetapkan pemenang pengadaan


adalah:

a.

Dokumen Pelelangan/RKS beserta addendum (bila ada).

b.

Berita Acara Pembukaan Penawaran (BAPP).

c.

Berita Acara Laporan Hasil Evaluasi.

d.

Dokumen penawaran dari calon pemenang pengadaan dan cadangan


calon pemenang.

e.

Apabila terjadi keterlambatan dalam menetapkan pemenang pengadaan


dan

mengakibatkan

penawaran/jaminan

penawaran

habis

masa

berlakunya, maka diminta kepada seluruh Calon Penyedia Barang/Jasa


pengadaan

untuk memperpanjang

surat

penawaran

dan jaminan

penawaran.

4.6.17

Pengumuman Pemenang

Pemenang pengadaan diumumkan dan diberitahukan oleh Pejabat Pelaksana Pengadaan


kepada para Calon Penyedia Barang/Jasa.

65

4.6.18

Sanggahan
4.6.18.1

Untuk menjamin adanya transparansi dan perlakuan yang sama (equal


treatment) dalam setiap Pengadaan Barang/Jasa, maka Calon Penyedia

Barang/Jasa yang berkeberatan atas pengumuman pemenang pengadaan


berhak untuk mengajukan sanggahan secara tertulis disertai bukti-bukti
kepada

Pejabat

Pelaksana

Pengadaan

disertai

Pakta

Integritas dari

penyanggah.

4.6.18.2

Sanggahan sebagaimana dimaksud pada angka 4.5.18.1

hanya yang

berkaitan dengan kesesuaian pelaksanaan pengadaan dengan prosedur atau


tata cara pengadaan dalam Dokumen Pelelangan/RKS.
4.6.18.3

Sanggahan dapat diterima apabila diajukan dalam waktu selambat-Iambatnya


3 (tiga) hari kerja sejak diumumkannya Pemenang Pengadaan.

4.6.18.4

Pejabat Pelaksana Pengadaan wajib menyampaikan jawaban atas sanggahan


tersebut selambat-Iambatnya 7 (tujuh) hari kerja dari tanggal diterimanya
pengajuan sanggahan.

4.6.18.5

Dalam hal sanggahan ditolak oleh Pejabat Pelaksana Pengadaan, maka calon
Penyedia brang/Jasa dapat mengajukan sanggah banding kepada Pengguna
Barang/Jasa disertai bukti-bukti terjadinya penyimpangan terhadap ketentuanketentuan pengadaan.

4.6.18.6

Sanggah Banding diajukan kepada Pengguna Barang/Jasa dalam waktu


selambat-Iambatnya 3 (tiga) hari kerja sejak diterimanya jawaban sanggah.

4.6.18.7

Pengguna Barang/Jasa wajib menyampaikan jawaban atas sanggah banding


tersebut selambat-Iambatnya 7 (tujuh) hari kerja dari tanggal diterimanya
pengajuan sanggah banding.

4.6.18.8

Jawaban sanggah banding dari Pengguna Barang/Jasa bersifat final dan


mengikat.

4.6.18.9

Sanggahan dapat diterima dengan ketentuan sebagai berikut :


a.

Apabila pelaksanaan pengadaan tidak sesuai dengan prosedur yang


ditetapkan

dalam

Dokumen

Pelelangan/RKS,

maka

dilakukan

pemasukan ulang penawaran dari Calon Penyedia Barang/Jasa yang


sama.

66

b.

Apabila terjadi rekayasa antara pihak internal PLN dengan Calon


Penyedia Barang/Jasa yang merugikan Calon Penyedia Barang/Jasa
lainnya, maka diambil tindakan sesuai dengan Peraturan Oisiplin
Pegawai serta menggugurkan penawaran Calon Penyedia Barang/Jasa
yang terlibat dalam rekayasa tersebut dan memasukkan Calon Penyedia
Barang/Jasa tersebut ke dalam Oaftar Hitam (Black List) PLN.

4.6.18.10

Sanggahan yang disampaikan pihak lain diluar Calon Penyedia Barang/Jasa


tidak akan dijawab.

4.6.18.11

Calon

Penyedia

Barang/Jasa

yang

menggunakan

pihak

lain

untuk

menyampaikan sanggahan dan/atau mempengaruhi pihak PLN, akan menjadi


catatan itikad tidak baik atas Calon Penyedia Barang/Jasa tersebut di OPT.

4.6.18.12

Sanggah dan Sanggah Banding tidak menghentikan Proses Pengadaan


Barang/Jasa.

4.6.18.13

Sanggah banding yang dinyatakan tidak benar akan menjadi catatan tidak
beritikad baik atas kinerja penyanggah di OPT.

4.6.19

Penunjukan Pemenang

4.6.19.1

Pengguna

Barang/Jasa

mengeluarkan

Surat

Penunjukan

Penyedia

Barang/Jasa (SPPBJ), dengan ketentuan :


a.

Tidak ada sanggahan atau sanggah banding dari Calon Penyedia


Barang/Jasa;

b.

Sanggahan yang diterima Pejabat Pelaksana Pengadaan dalam masa


sanggah ternyata tidak benar;

c.

Sanggah banding yang diterima Pengguna Barang/Jasa dalam masa


sanggah banding ternyata tidak benar;

4.6.19.2

d.

Sanggahan yang diterima melewati waktu masa sanggah; atau

e.

Sanggah banding diterima melewati waktu masa sanggah banding.

Calon Penyedia Barang/Jasa yang ditunjuk sebagai Penyedia Barang/Jasa


wajib

menerima

keputusan

tersebut.

Apabila

yang

bersangkutan

mengundurkan diri maka jaminan penawaran Calon Penyedia Barang/Jasa


yang bersangkutan dicairkan dan menjadi milik PLN serta dimasukkan dalam
Oaftar Hitam (Black List) PLN, dan dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

67

4.6.19.3

Apabila Calon Pemenang Pengadaan urutan pertama yang ditunjuk sebagai


Penyedia Barang/Jasa mengundurkan diri atau tidak dapat memenuhi
persyaratan sesuai Dokumen Pelelangan/RKS (ITB, RFP atau RFQ), maka
penunjukan Penyedia Barang/Jasa dapat dilakukan kepada Calon Penyedia
Barang/Jasa urutan kedua (apabila ada) sesuai dengan harga penawarannya,
dengan ketentuan sebagai berikut:
a.

Penetapan pemenang pengadaan urutan kedua tersebut harus terlebih


dahulu mendapat persetujuan/penetapan dari Pengguna Barang/Jasa.

b.

Masa berlaku penawaran dan Jaminan Penawaran Calon Pemenang


Pengadaan urutan kedua masih berlaku atau sudah diperpanjang masa
berlakunya

atau

apabila

sudah

tidak

berlaku

terlebih

dahulu

memperpanjang masa berlaku penawaran dan menyerahkan Jaminan


Penawaran yang baru.
4.6.19.4

Apabila Calon Pemenang Pengadaan urutan kedua mengundurkan diri atau


tidak dapat memenuhi persyaratan sesuai Dokumen Pelelangan/RKS (ITB,
RFP atau RFQ), maka penunjukan Penyedia Barang/Jasa dapat dilakukan
kepada Calon Pemenang urutan ketiga (apabila ada) sesuai dengan harga
penawarannya, dengan ketentuan:
a.

Penetapan Pemenang Pengadaan urutan ketiga tersebut harus terlebih


dahulu mendapat persetujuan/penetapan dari Pengguna Barang/Jasa.

b.

Masa berlaku penawaran dan Jaminan Penawaran Calon Pemenang


Pengadaan urutan ketiga masih berlaku atau sudah diperpanjang masa
berlakunya

atau

apabila

sudah

tidak

berlaku

terlebih

dahulu

memperpanjang masa berlaku penawaran dan menyerahkan Jaminan


Penawaran yang baru.
c.

Apabila Calon Pemenang Pengadaan urutan ketiga mengundurkan diri,


maka Pengadaan Barang/Jasa dinyatakan gaga I.

4.6.19.5

Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ) dibuat setelah masa


sanggah dilewati dan segera disampaikan kepada Penyedia Barang/Jasa
yang ditunjuk.

4.6.20

Pengadaan Gagal dan Pengadaan Ulang

4.6.20.1

Pejabat Pelaksana Pengadaan dan Wakil Pengguna Barang/Jasa melakukan


upaya agar pengadaan tidak gagal, dengan melakukan langkah sesuai

professional judgement, antara lain negosiasi langsung dengan Calon


Penyedia Barang/Jasa peserta pengadaan atau Penunjukan Langsung ke
BUMN/Anak

Perusahaan

PLN/Anak

Perusahaan

BUMN/Perusahaan

Terafiliasi PLN/Perusahaan Terafiliasi BUMN.

68

4.6.20.2

Dalam hal langkah tersebut tidak dapat dilakukan, maka Pejabat Pelaksana
Pengadaan dan Wakil Pengguna Barang/Jasa dapat mengajukan justifikasi
kepada Value for Money Committee untuk menyatakan Pengadaan Gaga/.

4.6.20.3

Pengadaan Gagal

a.

Pengguna Barang/Jasa menyatakan Pengadaan Gagal, dalam hal:

1)

Negosiasi yang dilakukan tidak berhasil mencapai kesepakatan.

2)

Tidak ada penawaran yang memenuhi persyaratan administrasi


dan teknis.

3)

Terjadi perubahan rencana kerja dan mengakibatkan perubahan


kebutuhan barang/jasa.

4)

Negosiasi yang dilakukan tidak berhasil menurunkan harga


penawaran maksimal sarna dengan HPS.

5)

Adanya indikasi kuat terjadi persaingan usaha yang tidak sehat.

6)

Adanya indikasi terjadinya Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).

7)

Sanggahan dari Calon Penyedia Barang/Jasa ternyata benar.

8)

Berdasarkan rekomendasi dari Value for Money Committee atas


usulan Pejabat Pelaksana Pengadaan, Pengguna Barang/Jasa,
Pejabat Pengawasan, atau Pejabat lain yang terkait.

9)
b.

Akibat adanya penetapan pengadilan.

Pejabat Pelaksana Pengadaan wajib menyampaikan pemberitahuan


Pengadaan Gagal kepada Calon Penyedia Barang/Jasa.

c.

Setelah ditetapkan Pengadaan Gagal, maka Pengguna Barang/Jasa


menugaskan

Pejabat

Pelaksana

Pengadaan

untuk

melakukan

pengadaan ulang, dengan atau tanpa revisi Dokumen Pelelangan/RKS


untuk disesuaikan dengan penyebab Pengadaan Gaga/.

d.

Dalam hal terjadi revisi Dokumen Pelelangan/RKS, maka revisi Dokumen


Pelelangan/RKS dilakukan oleh Pejabat Perencana Pengadaan.

e.

Pengguna Barang/Jasa tidak memberikan ganti rugi kepada Calon


Penyedia Barang/Jasa apabila penawarannya ditolak atau pengadaan
dinyatakan gaga/.

69

4.6.20.4

Pengadaan Ulang

Apabila Pengadaan Barang/Jasa dinyatakan gaga I Pejabat Pelaksana


Pengadaan setelah mendapatkan persetujuan dari Pengguna Barang/Jasa
dapat melakukan:

1)

Penunjukan

Langsung

ke

BUMN/Anak

Perusahaan

PLN/Anak

Perusahaan BUMN/Perusahaan Terafiliasi PLN/Perusahaan Terafiliasi


BUMN; atau

2)

Melakukan Pengadaan Barang/Jasa ulang sesuai tahapan Pengadaan


Barang/Jasa dengan atau tanpa mengubah Ookumen Pelelangan/RKS.

3)

Oalam hal setelah dilakukan pengadaan ulang masih tetap tidak ada
penawaran yang memenuhi persyaratan, maka Pengguna Barang/Jasa
memutuskan proses Pengadaan Barang/Jasa dihentikan.

4.6.21

Contract Discussion Agreement (GOA)

4.6.21.1

Contract

Discussion

Agreement

(GOA)

atau

Kesepakatan

Oiskusi

Perjanjian/Kontrak dapat dilakukan untuk pekerjaan konstruksi, pembangkit,


transmisi, gardu induk dan distribusi serta pekerjaan lainnya dalam rangka
membuat konsep Perjanjian/Kontrak yang mutakhir.

4.6.21.2

Contract Discussion Agreement (GOA) dapat dilaksanakan sepanjang tidak


berpengaruh terhadap hasil evaluasi yang dilakukan oleh Pejabat Pelaksana
Pengadaan.

4.6.21.3

Contract Discussion Agreement (GOA) dilaksanakan setelah diterbitkannya


Surat

Penunjukan

Penyedia

Barang/Jasa

(SPPBJ)

dan

sebelum

ditandatanganinya Perjanjian/Kontrak antara Pengguna Barang/Jasa dan


Penyedia Barang/Jasa.

4.6.21.4

Contract Discussion Agreement (GOA) dalam Penunjukan Langsung disebut


juga negosiasi Perjanjian/Kontrak, dapat dilakukan setelah rekomendasi dari
Value for Money Committee untuk menunjuk pemenang dan sebelum
dilakukan penandatanganan Perjanjian/Kontrak.

4.6.21.5

Contract Discussion Agreement (GOA) bersifat final dan akan dituangkan


didalam Perjanjian/Kontrak.

4.6.21.6

Pejabat

Pelaksana

Pengadaan

harus

memastikan

tidak

ada

konflik

kepentingan.

70

4.6.21.7

Beberapa hal berikut dapat didiskusikan dan dinegosiasikan sebelum


penandatanganan Perjanjian/Kontrak antara lain:

a.

Aspek Teknis: garansi, after sale service, life cycle support maintenance
agreements, quality output issues.

b.

Syarat khusus: jenis jaminan, asuransi, jadwal pembayaran.

c.

Manajemen informasi: frekuensi dan isi dari laporan, kriteria penerimaan


suatu kemajuan (milestones).

d.

JadwallTime frames: durasi Perjanjian/Kontrak, key milestones, delivery


dates, response times.

e.

Insentif kinerja: cost incentives, delivery incentives, quality incentives.

f.

Personalia:

key

team

members,

vocal

points,

subcontracting

arrangements.

4.6.22

Ookumen Perjanjian/Kontrak

4.6.22.1

Perjanjian/Kontrak dipersiapkan dengan memperhatikan ketentuan peraturan


perundang-undangan yang berlaku dan tata kelola perusahaan yang baik,
serta prinsip kehati-hatian dalam pengambilan keputusan bisnis (professional
judgement).

4.6.22.2
4.6.22.3

Perjanjian/Kontrak dibuat berdasarkan kesepakatan para pihak.


Pembuatan draft Perjanjian/Kontrak menjadi tugas dan tanggung jawab
Pejabat Pelaksana Pengadaan dan dapat dibantu oleh pihak lain sesuai
keahlian baik internal maupun eksternal PLN.

4.6.22.4

Apabila ada Contract Discussion Agreement (COA), maka pembuatan


Perjanjian/Kontrak harus memperhatikan hasil yang telah disepakati dalam
Contract Discussion Agreement (COA).

4.6.22.5

Jenis Perjanjian/Kontrak

a.

Harga Borongan (Lumpsum)


Adalah Perjanjian/Kontrak Pengadaan Barang/Jasa atas penyelesaian
seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu, dengan jumlah harga
yang pasti dan tetap, dan semua risiko yang mungkin terjadi dalam
proses penyelesaian pekerjaan sepenuhnya ditanggung oleh Penyedia
Barang/Jasa.
71

Jenis Perjanjian/Kontrak ini lebih tepat digunakan untuk pekerjaan


borongan yang volume/kuantitas untuk masing-masing unsur/jenis
pekerjaan sudah dapat diketahui dengan pasti berdasarkan gambar
rencana dan spesifikasi teknis.
b.

Harga Satuan (Unit Price)

Adalah Perjanjian/Kontrak Pengadaan Barang/Jasa atas penyelesaian


seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu, berdasarkan harga
satuan yang pasti dan tetap untuk setiap satuan/unsur pekerjaan dengan
spesifikasi teknis tertentu dimana volume total pekerjaan masih bersifat
perkiraan sementara.

Pembayaran didasarkan pad a hasil pengukuran bersama atas volume


pekerjaan

yang

benar-benar

telah

dilaksanakan

oleh

Penyedia

Barang/Jasa.
c.

Gabungan Lumpsum dan Harga Satuan


Adalah Perjanjian/Kontrak yang merupakan gabungan Lumpsum dan
harga satuan dalam satu pekerjaan yang diperjanjikan.

d.

Terima Jadi (turn key)


Adalah Perjanjian/Kontrak Pengadaan Barang/Jasa Konstruksi atas
penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu dengan
jumlah harga pasti dan tetap sampai seluruh bangunan/konstruksi,
peralatan dan jaringan utama maupun penunjangnya dapat berfungsi
dengan baik sesuai dengan kriteria kinerja yang telah ditetapkan.
Jenis Perjanjian/Kontrak ini lebih tepat digunakan untuk mengadakan
suatu

barang

yang

hanya

diperlukan

sekali

saja,

dan

tidak

mengutamakan kepentingan untuk alih (transfer) teknologi selanjutnya.

e.

Kesepakatan Harga Satuan (KHS)


1)

KHS

adalah

Perjanjian/Kontrak

yang

ditandatangani

oleh

Pengguna Barang/Jasa Antara dan memuat kesepakatan harga


satuan barang/jasa tertentu dalam kurun waktu dan spesifikasi
tertentu, yang ditindaklanjuti dengan penerbitan Surat Pesanan

Barang/Jasa (SPBJ) sesuai waktu kebutuhan, dengan mengacu


pad a syarat-syarat dan ketentuan dalam Perjanjian/Kontrak KHS,
yang diterbitkan dan ditandatangani oleh Pengguna Barang/Jasa
Akhir.

72

2)

Tujuan KHS adalah untuk memperoleh barang/jasa secara cepat,


tepat waktu, mengurangi stock barang di gudang PLN, dan
mendapatkan harga satuan yang kompetitif. KHS dapat juga
diberlakukan

untuk

jasa,

dalam

hal

jasa

tersebut

sifat

pekerjaannya rutin dan dapat distandarkan.

3)

Kriteria KHS
a)

Kebutuhan barang/jasa diperlukan tepat waktu Uust-in-

time-purchasing);

4)

b)

Kebutuhan barang/jasa bersifat rutin; dan

c)

Volume kebutuhan barang/jasa sifatnya perkiraan.

Harga

satuan

barang

dan/atau

harga

satuan

jasa

telah

memasukkan harga pengangkutan/transportasi sampai ke lokasilokasi yang dituju, termasuk biaya asuransi.

5)

Dalam

hal

volume

kebutuhan

barang/jasa melebihi

batas

kemampuan Penyedia Barang/Jasa dari penawar terendah, maka


Pengguna Barang/Jasa dapat menetapkan lebih dari satu
Penyedia Barang/Jasa dengan mengacu kepada harga hasil
negosiasi penawar terendah.

6)

Penyedia

Barang/Jasa

Pelaksanaan

sebelum

Perjanjian/Kontrak

KHS

harus
atau
dan

menyerahkan
pada

saat

penerbitan

Jaminan

pelaksanaan

Surat

Pesanan

Barang/Jasa (SPBJ).

7)

Dalam hal terjadi pencairan jaminan pelaksanaan karena hal-hal


sebagaimana
pencairan

diatur dalam

jaminan

Perjanjian/Kontrak

pelaksanaan

dapat

KHS,

dilakukan

maka
secara

parsial/proporsional.

4.6.22.6

Perjanjian/Kontrak Berdasarkan Jangka Waktu


a.

Perjanjian/Kontrak maksimal1 (satu) tahun.


Adalah Perjanjian/Kontrak pelaksanaan pekerjaan untuk jangka waktu
maksimal1 (satu) tahun.

b.

Perjanjian/Kontrak Jangka Panjang.


Adalah Perjanjian/Kontrak pelaksanaan pekerjaan untuk jangka waktu
lebih dari 1 (satu) tahun.

73

4.6.22.7

Urutan kekuatan hukum Dokumen Perjanjian/Kontrak :


a.

Perjanjian/Kontrak.

b.

Kesepakatan

Diskusi

Perjanjian/Kontrak

(Contract

Discussion

Agreement).

4.6.22.8

c.

Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ).

d.

Surat Penawaran.

e.

Addendum/Amandemen Dokumen Pelelangan (apabila ada).

f.

Syarat-syarat Khusus Perjanjian/Kontrak.

g.

Syarat-syarat Umum Perjanjian/Kontrak.

h.

Spesifikasi Teknis.

i.

Gambar-gambar (apabila ada).

j.

Daftar kuantitas dan harga.

Kerangka Dokumen Perjanjian/Kontrak

a.

Pembukaan
1)

Judul Perjanjian/Kontrak
Menjelaskan tentang judul dan jenis pekerjaan (pekerjaan jasa
pemborongan, pengadaan barang, jasa lainnya, dan jasa
konsultansi) dari Perjanjian/Kontrak yang akan ditandatangani.

2)

Nomor Perjanjian/Kontrak

Menjelaskan

nomor

Perjanjian/Kontrak

yang

akan

ditandatangani.

Dalam

hal

Perjanjian/Kontrak

berupa

perubahan

Perjanjian/Kontrak maka nomor Perjanjian/Kontrak harus berurut


sesuai dengan berapa kali mengalami perubahan.

74

3)

Tanggal Perjanjian/Kontrak
Menjelaskan hari, tanggal, bulan, dan tahun Perjanjian/Kontrak
ditandatangani oleh para pihak.

4)

Kalimat Pembuka
Merupakan kalimat pembuka dalam Perjanjian/Kontrak yang
menjelaskan bahwa para pihak pad a hari, tanggal, bulan, dan
tahun mereka membuat dan menandatangani Perjanjian/Kontrak.

5)

Para pihak dalam Perjanjian/Kontrak

a)

Menjelaskan

identitas

dari

para

pihak

yang

menandatangani Perjanjian/Kontrak. Identitas para pihak


meliputi: nama, jabatan, dan alamat serta kedudukan para
pihak dalam Perjanjian/Kontrak tersebut, apakah sebagai
pihak pertama atau pihak kedua.
b)

Para pihak dalam Perjanjian/Kontrak terdiri dari dua pihak


yaitu:
i.

Pihak

pertama

adalah

pihak

Pengguna

Barang/Jasa.
ii.

Pihak kedua adalah pihak Penyedia Barang/Jasa


yang

telah

ditunjuk

untuk

melaksanakan

pekerjaan.
iii.

Menjelaskan bahwa pihak-pihak tersebut bertindak


untuk dan atas nama siapa dan dasar ia bertindak.

iv

Penjelasan mengenai identitas para pihak harus


jelas dan terinci dan menerangkan hal yang
sebenarnya.

v.

Apabila pihak kedua dalam Perjanjian/Kontrak


merupakan suatu konsorsium, kerjasama, joint

venture, dan bentuk kerjasama lainnya, maka


harus dijelaskan nama bentuk kerjasamanya,
siapa saja anggotanya, dan siapa yang memimpin
dan mewakili kerjasama tersebut.

75

b.

lsi Perjanjian/Kontrak

1)

Pernyataan bahwa para pihak telah sepakat atau setuju untuk


mengadakan

Perjanjian/Kontrak

mengenai

obyek

yang

diperjanjikan sesuai dengan jenis pekerjaannya.


2)

Pernyataan bahwa para pihak telah menyetujui besarnya harga


Perjanjian/Kontrak.

Harga

Perjanjian/Kontrak

harus

ditulis

dengan angka dan huruf, serta rincian sumber pembiayaannya.


3)

Pernyataan bahwa ungkapan-ungkapan dalam perjanjian harus


mempunyai arti dan makna yang sama seperti yang tercantum
dalam Perjanjian/Kontrak.

4)

Pernyataan bahwa Perjanjian/Kontrak yang dibuat ini meliputi


beberapa dokumen dan merupakan satu kesatuan yang disebut
Perjanjian/Kontrak.

5)

Pernyataan bahwa apabila terjadi pertentangan antara ketentuan


yang ada dalam dokumen-dokumen Perjanjian/Kontrak maka
yang dipakai adalah dokumen urutannya lebih dulu.

6)

Pernyataan

mengenai

persetujuan

para

pihak

untuk

melaksanakan kewajiban masing-masing, yaitu pihak pertama


membayar

harga

melaksanakan

Perjanjian/Kontrak

pekerjaan

yang

dan

pihak

diperjanjikan

kedua
dalam

Perjanjian/Kontrak.
7)

Pernyataan mengenai jangka waktu pelaksanaan pekerjaan,


yaitu kapan dimulai dan diakhirinya pekerjaan tersebut.

8)
c.

Pernyataan mengenai efektifnya Perjanjian/Kontrak.

Penutup
Penutup merupakan bagian dari Perjanjian/Kontrak yang memuat:
1)

Pernyataan bahwa para pihak dalam Perjanjian/Kontrak ini telah


menyetujui

untuk

melaksanakan

Perjanjian/Kontrak

sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di


Indonesia

pada

hari

dan

tanggal

penandatanganan

Perjanjian/Kontrak tersebut.
2)

Tanda tangan para pihak dalam Perjanjian/Kontrak dengan


bermaterai cukup.
76

4.6.22.9

Syarat-Syarat Umum Perjanjian/Kontrak

a.

Ketentuan Umum

Ketentuan umum ini berlaku untuk semua jenis Perjanjian/Kontrak.


antara lain :
1)

Definisi
Definisi adalah uraian atau pengertian mengenai istilah-istilah
yang digunakan dalam Perjanjian/Kontrak. Istilah-istilah tersebut
dijelaskan

dan

diberi

arti

atau

tafsiran

sehingga

isi

Perjanjian/Kontrak mudah dipahami oleh setiap orang yang


membacanya dan tidak ditafsirkan atau diartikan lain.

2)

Penerapan
Penerapan adalah ketentuan bahwa syarat-syarat umum dalam
Perjanjian/Kontrak ini diterapkan secara luas tetapi tidak boleh
me lang gar

ketentuan-ketentuan

yang

ada

dalam

Perjanjian/Kontrak.
3)

Asal Barang/Jasa
a)

Asal Barang/Jasa adalah ketentuan mengenai penjelasan


dari negara mana asal Barang/Jasa yang menjadi obyek
Perjanjian/Kontrak dalam Perjanjian/Kontrak.

b)

Asal Barang adalah tempat barang diperoleh, antara lain


tempat barang ditambang, tumbuh, atau diproduksi.
Dalam ketentuan ini juga harus dirinci komponen dalam
negeri dan komponen impornya. Asal Barang harus
dibedakan dengan negara penjual. Penjelasan dan rincian
komponen dalam negeri dan impor dijelaskan pad a
syarat-syarat khusus Perjanjian/Kontrak.

4)

Penggunaan

Dokumen-Dokumen

Perjanjian/Kontrak

dan

dokumen-dokumen

Perjanjian/Kontrak

dan

Informasi
Penggunaan

informasi adalah ketentuan mengenai penggunaan dokumendokumen

Perjanjian/Kontrak

atau

dokumen

lainnya

yang

berhubungan dengan Perjanjian/Kontrak, misalnya ketentuanketentuan Perjanjian/Kontrak, spesifikasi teknik, gambar-gambar,


pola, contoh serta informasi-informasi yang berkaitan dengan
Perjanjian/Kontrak oleh

Penyedia

Barang/Jasa dengan ijin

tertulis dari Pengguna Barang/Jasa.


77

5)

Hak Paten, Hak Cipta, dan Merek

Hak Paten, Hak Cipta, dan Hak Merek adalah ketentuan yang
mengatur kewajiban Penyedia Barang/Jasa untuk melindungi
Pengguna Barang/Jasa dari segala tuntutan atau klaim dari pihak
ketiga atas pelanggaran Hak Paten, Hak Cipta, dan Merek.
6)

Jaminan

Jaminan adalah ketentuan mengenai jaminan yang harus


disediakan

oleh

Penyedia

Barang/Jasa

berupa,

Jaminan

Pelaksanaan dan Jaminan Pemeliharaan.


7)

Asuransi

Asuransi adalah ketentuan mengenai asuransi yang harus


disediakan oleh pihak Penyedia Barang/Jasa dalam rangka
pelaksanaan pekerjaan yaitu :

a)

Pihak Penyedia Barang/Jasa wajib mengasuransikan


semua pekerja, barang dan peralatan atas segala risiko
kecelakaan,

kerusakan-kerusakan,

kehilangan,

serta

risiko lain yang tidak dapat diduga.

b)

Pihak Penyedia Barang/Jasa wajib mengasuransikan


pihak ketiga sebagai
kerjanya.

Besarnya

akibat kecelakaan di tempat


asuransi

ditentukan

di

dalam

Dokumen Pelelangan.
8)

Pembayaran

Pembayaran adalah ketentuan mengenai cara-cara dan termin


pembayaran serta mata uang yang digunakan. Cara pembayaran
harus

disesuaikan

dengan

ketentuan

dalam

Dokumen

Pelelangan.

9)

Harga

Harga adalah ketentuan mengenai harga yang harus dibayarkan


oleh Pengguna Barang/Jasa kepada Penyedia Barang/Jasa atas
pelaksanaan pekerjaan dalam kontrak. Harga Perjanjian/Kontrak
harus jelas, pasti, dan dirinci sumber pembiayaannya.

78

10)

Addendum/Amandemen Perjanjian/Kontrak

Addendum/Amandemen
mengenai

Perjanjian/Kontrak adalah ketentuan

perubahan

Perjanjian/Kontrak.

Perubahan

Perjanjian/Kontrak dapat dilakukan meliputi:

a)

Menambah dan/atau mengurangi volumeljenisl lingkup


pekerjaan

pekerjaan

yang

tercantum

dalam

Perjanjian/Kontrak.

b)

Mengubah spesifikasi teknis pekerjaan sesuai dengan


kebutuhan lapangan.

c)

Mengubah

harga

Perjanjian/Kontrak

perubahan

pekerjaan

dan

akibat

perubahan

adanya

pelaksanaan

pekerjaan.

d)

Mengubah jadwal pelaksanaan pekerjaan.

e)

Amandemen dapat dilaksanakan apabila disetujui oleh


para pihak yang membuat Perjanjian/Kontrak tersebut.

f)
11)

Adanya perubahan ketentuan/peraturan yang berlaku.

Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan

Adalah ketentuan mengenai:

a)

Kapan Perjanjian/Kontrak mulai berlaku.

b)

Kapan pekerjaan mulai dilaksanakan.

c)

Kapan

penyerahan

hasil

pekerjaan

dari

Penyedia

8arang/Jasa kepada Pengguna 8arang/Jasa.

12)

Pengawasan

a)

Pengawasan adalah

ketentuan

tentang

kewenangan

Pengguna 8arang/Jasa melakukan pengawasan dan


pemeriksaan

terhadap

pelaksanaan

pekerjaan

yang

sudah dan sedang dilaksanakan oleh pihak Penyedia

8arang/Jasa.

79

b)

Apabila diperlukan oleh Pengguna Barang/Jasa karena


Pengguna

Barang/Jasa

pemeriksaan

atau

tidak

dapat

pengawasan,

maka

melakukan
Pengguna

Barang/Jasa dapat memerintahkan kepada pihak ketiga


untuk melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas
semua pelaksanaan pekerjaan yang sudah atau sedang
dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa.
13)

Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan

a)

Hal-hal yang berkaitan dengan keterlambatan dalam


pelaksanaan pekerjaan oleh pihak Penyedia Barang/Jasa
atau Pengguna Barang/Jasa dari jadwal yang ditentukan
dalam Perjanjian/Kontrak.

b)

Sanksi

yang

diberikan

kepada

pihak

Penyedia

Barang/Jasa atau Pengguna Barang/Jasa jika terjadi


keterlambatan pelaksanaan pekerjaan.
c)

Pengecualian dari ketentuan pada huruf b diatas akibat


keadaan kahar.

14)

Keadaan Kahar (Force Majeure)


a)

Yang dimaksud Keadaan Kahar adalah suatu keadaan


yang terjadi diluar kehendak para

pihak sehingga

kewajiban yang ditentukan dalam Perjanjian/Kontrak


menjadi tidak dapat dipenuhi.
b)

Yang digolongkan Keadaan Kahar antara lain adalah


peperangan, kerusuhan, revolusi, bencana alam, gempa
bumi, pemogokan, dan kebakaran.

c)

Keadaan kahar ini tidak termasuk hal-hal yang merugikan


yang disebabkan oleh perbuatan atau kelalaian para
pihak.

d)

Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yang diakibatkan


oleh karena terjadinya keadaan kahar tidak dapat dikenai
sanksi.

e)

Pihak yang menanggung kerugian akibat terjadinya


keadaan kahar, diserahkan pad a kesepakatan para pihak.

80

f)

Tindakan

yang

diambil

untuk

mengatasi terjadinya

keadaan kahar, diserahkan kepada kesepakatan dari para


pihak.
15)

Itikad Baik (Good Faith)

a)

Para pihak bertindak berdasarkan asas kepercayaan


(trust) yang disesuaikan dengan hak-hak yang terdapat

dalam Perjanjian/Kontrak.

b)

Para pihak setuju untuk melaksanakan Perjanjian/Kontrak


dengan jujur tanpa menonjolkan kepentingan masingmasing pihak. Jika selama Perjanjian/Kontrak, salah satu
pihak merasa dirugikan, maka diupayakan tindakan yang
terbaik untuk mengatasi keadaan tersebut.

16)

Pemutusan Perjanjian/Kontrak
Adalah ketentuan mengenai kapan Perjanjian/Kontrak dapat
diputuskan, dibagi dua yaitu :
a)

Pemutusan

Perjanjian/Kontrak

oleh

pihak

Penyedia

Barang/Jasa.
b)

Pemutusan Perjanjian/Kontrak oleh

pihak Pengguna

Barang/Jasa.
17)

Penyelesaian Perselisihan
Adalah ketentuan mengenai penyelesaian perselisihan atau
sengketa antara para pihak dalam kontrak. Cara yang diambil
dapat melalui pengadilan atau di luar pengadilan yaitu melalui
musyawarah, mediasi, konsiliasi atau arbitrase di Indonesia.

18)

Bahasa dan Hukum


a)

Bahasa dan hukum adalah ketentuan mengenai bahasa


dan hukum yang digunakan dalam Perjanjian/Kontrak.

b)

Bahasa

Perjanjian/Kontrak

harus

dalam

Bahasa

Indonesia dan dalam hal Perjanjian/Kontrak melibatkan


pihak asing, maka dapat dibuat dalam Bahasa Inggris
dengan terjemahan Bahasa Indonesia atau Bahasa
Indonesia dengan terjemahan Bahasa Inggris.
81

Dalam hal terjadi perbedaan penafsiran terhadap klausal


di dalam Perjanjian/Kontrak, maka bahasa yang dipakai
adalah bahasa yang disepakati para pihak.
Hukum yang digunakan adalah hukum yang berlaku di

c)

Indonesia atau pilihan hukum yang disepakati para pihak.


19)

Perpajakan

Adalah

ketentuan

mengenai

perpajakan

sesuai

dengan

mengenai

semua

ketentuan perpajakan yang berlaku di Indonesia.


20)

Korespondensi.

Adalah

ketentuan

Perjanjian/Kontrak

korespondensi yang dapat berbentuk surat, faksimili, atau e-mail


dan ditujukan kepada alamat para pihak. Dijelaskan alamat para
pihak yang digunakan sebagai alamat korespondensi.
b.

Ketentuan Khusus

Ketentuan

khusus

berikut

ini

berlaku

untuk

masing-masing

Perjanjian/Kontrak sesuai dengan jenis pekerjaannya.


1).

Ketentuan Khusus untuk Perjanjian/Kontrak Pengadaan Barang


a)

Standar

Adalah ketentuan mengenai barang yang disediakan oleh


pihak

Penyedia

Barang/Jasa

harus sesuai

dengan

standar yang telah disebutkan dalam spesifikasi teknis.

b)

Pengepakan (Packaging).
Adalah ketentuan mengenai kewajiban penjual untuk
melakukan pengepakan atas barang-barang yang dikirim
dari asal barang sampai ke tujuan akhir yang telah
ditentukan dalam Perjanjian/Kontrak.

c)

Pengiriman
Adalah ketentuan mengenai pengiriman barang yang
dilakukan Penyedia Barang/Jasa sesuai dengan waktu
yang telah

ditentukan

oleh

Pengguna

Barang/Jasa

disesuaikan dengan jadwal kebutuhan.

82

d)

Transportasi

Adalah ketentuan mengenai transportasi yang digunakan


untuk pengiriman barang (melalui laut, darat atau udara).
Biaya

transportasi

pada

waktu

pengiriman

barang

dimasukan dalam harga Perjanjian/Kontrak.


e)

Pemeriksaan dan Pengujian.

Adalah

ketentuan

bahwa

Pengguna

Barang/Jasa

mempunyai hak untuk melakukan pemeriksaan dan


pengujian atas barang untuk memastikan kecocokannya
dengan spesifikasi dan persyaratan yang telah ditentukan
dalam

kontrak.

dilakukan

Pemeriksaan

sendiri

oleh

dan

Penyedia

pengujian

dapat

Barang/Jasa

atau

diwakilkan kepada pihak ketiga.

f)

Layanan Tambahan
Penyedia

Barang/Jasa

dapat

dimungkinkan

untuk

menyediakan beberapa atau semua layanan lanjutan,


termasuk penambahan layanan, yang dituangkan dalam
syarat-syarat khusus Perjanjian/Kontrak.
2).

Ketentuan Khusus untuk Perjanjian/Kontrak Jasa Konsultansi.


a)

Kewajiban Penyedia Jasa Konsultansi


Penyedia Jasa Konsultansi harus melaksanakan
perjanjian

dan

kewajiban-kewajiban

yang

dibebankan kepadanya dengan penuh tanggungjawab, ketekunan, efisien dan ekonomis serta
memenuhi

kriteria

teknik

profesional

dan

melindungi secara efektif peralatan-peralatan,


mesin, material yang berkaitan dengan pekerjaan
dalam Perjanjian/Kontrak.
ii

Penyedia Jasa Konsultansi dalam melaksanakan


jasa harus sesuai dengan hukum yang berlaku di
Indonesia. Pengguna Barang/Jasa secara tertulis
akan memberitahukan kepada Penyedia Jasa
Konsultansi

mengenai

kebiasaan-kebiasaan

setempat.

83

iii

Penyedia Jasa Konsultansi tidak boleh menerima


keuntungan untuk mereka sendiri dari komisi
usaha (trade commision), rabat (discount) atau
pembayaran-pembayaran lain yang berhubungan
dengan kegiatan pelaksanaan jasa.

iv

Selama
Penyedia

pelaksanaan
Jasa

Perjanjian/Kontrak,

Konsultansi

dilarang

untuk

melaksanakan jasa maupun mengadakan barang


yang tidak sesuai dengan Perjanjian/Kontrak.
v

Penyedia Jasa Konsultansi, subkonsultan, dan


personil konsultan dilarang melakukan kegiatan
yang secara langsung atau tidak langsung akan
menimbulkan pertentangan kepentingan (conflict
of interest) dengan kegiatan yang merupakan

tugasnya.

vi

Tanggungjawab

Penyedia

Jasa

Konsultansi

sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia.


vii

Tindakan Penyedia Jasa Konsultansi yang perlu


mendapat persetujuan Pengguna Barang/Jasa,
adalah dalam hal memobilisasi personil yang
terdapat dalam daftar dan membuat subkontrak.

viii

Semua rancangan, gambar-gambar, spesifikasi,


disain, laporan dan dokumen-dokumen lain serta
software yang disiapkan oleh Penyedia Jasa
Konsultansi

menjadi

hak

milik

Pengguna

Barang/Jasa.
ix

Penyedia

Jasa

pekerjaan

Konsultansi,

selesai

segera

atau

setelah

berakhirnya

Perjanjian/Kontrak, harus menyerahkan seluruh


dokumen dan data pendukung lainnya kepada
Pengguna Barang/Jasa.
x

Penyedia Jasa Konsultansi dapat menyimpan


salinan dari dokumen-dokumen tersebut.

xi

Peralatan
pelaksanaan

dan

bahan

pekerjaan

untuk
oleh

kebutuhan

Penyedia Jasa

Konsultansi disediakan berdasarkan kesepakatan


para pihak.

84

b)

Personil Konsultan dan Subkonsultan


Penyedia

Jasa

mempekerjakan

Konsultansi

personil

atau

harus

subkonsultan

sesuai dengan kualifikasi dan pengalamannya.


ii

Personil

inti dan subkonsultan yang telah

disetujui oleh

Pengguna

Barang/Jasa harus

memberikan data secara rinci yang sesuaidalam


daftar personalia Penyedia Jasa Konsultansi
iii

Penyesuaian terhadap perkiraan waktu pekerjaan


personil

akan

dibuat

oleh

Penyedia

Jasa

Konsultansi melalui pemberitahuan secara tertulis


kepada Pengguna Barang/Jasa.
iv

Jika terdapat pekerjaan tambah, maka perkiraan


waktu

pelaksanaan harus ditentukan secara

tertulis oleh para pihak.


c)

Waktu Kerja dan Lembur


Jam kerja dan waktu cuti untuk tenaga kerja inti
ditentukan dalam dokumen kontrak.
ii

Waktu kerja tenaga kerja asing yang dimobilisasi


ke Indonesia dihitung sejak kedatangannya di
Indonesia

sesuai

dengan

surat

perintah

mobilisasi.
iii

Tenaga kerja tidak berhak untuk dibayar atas


pekerjaan lembur ataupun sakit atau liburan,
karena perhitungan upah sudah mencakup hal
tersebut.

d)

Penggantian dan Perpindahan Tenaga Kerja


Penggantian dan perpindahan tenaga inti hanya
dapat

dilaksanakan

dengan

persetujuan

Pengguna Barang/Jasa. Jika memang terdapat


hal-hal penting yang mengharuskan penggantian,
maka atas persetujuan Pengguna Barang/Jasa,
dapat

dilakukan

penggantian

tenaga

kerja

dengan tenaga kerja yang setara atau lebih baik


tanpa menambah biaya.

85

ii

Jika Pengguna Barang/Jasa menemukan tenaga


kerja yang melakukan kesalahan serius atau
terlibat tindak
pekerjaan

kejahatan,

yang

atau

menjadi

mengabaikan

tugasnya,

maka

Pengguna Barang/Jasa dapat secara tertulis


mengajukan penggantian tenaga kerja tersebut.

e)

Khusus Untuk Perjanjian/Kontrak Jasa Pemborongan.


Pengguna Barang/Jasa menilai dan menyetujui
penempatan/penggantian personil atau tenaga
ahli menurut kualifikasi yang dibutuhkan.

ii

Penemuanbenda/barang yang mempunyai nilai


sejarah atau penemuan kekayaan yang menu rut
Undang-Undang dikuasai oleh negara di lokasi
pekerjaan

pada

masa

pelaksanaan

Perjanjian/Kontrak, maka Penyedia Barang/Jasa


wajib memberitahukan kepada pihak Pengguna
Barang/Jasa dan kepada pihak yang berwenang
sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku di Indonesia.

iii

Kompensasi dapat diberikan kepada Penyedia


Barang/Jasa dalam hal:

(a)

Pihak

Pengguna

Barang/Jasa

memodifikasi atau mengubah jadwal yang


dapat mempengaruhi pekerjaan Penyedia
Barang/Jasa.

(b)

Pihak

Pengguna

Barang/Jasa

menginstruksikan kepada pihak Penyedia


Barang/Jasa untuk melakukan pengujian
setelah

tambahan

yang

pengujian

ternyata

tidak

dilaksanakan
diketemukan

kerusakan/kegagalan/penyimpangan.

86

iv

Penangguhan (Suspension)
Pihak Pengguna Barang/Jasa secara tertulis
memberitahukan kepada Penyedia Barang/Jasa
tentang penangguhan hak pembayaran sesuai
dengan

proporsi,

Barang/Jasa

jika

tidak

pihak

Penyedia

melakukan

kewajiban

sebagaimana mestinya, disertai alasan-alasan


yang jelas mengenai penangguhan tersebut, dan
diberi

kesempatan

kepada

pihak

Penyedia

Barang/Jasa untuk memperbaiki dalam jangka


waktu tertentu.
v

Hari Kerja (Work day)


(a)

Semua pekerja dibayar selama hari kerja


dan

datanya

disimpan

oleh

pihak

penyedia jasa.
Daftar pembayaran ditandatangani oleh
masing-masing

pekerja

dan

dapat

diperiksa oleh Pengguna Barang/Jasa.


(b)

Penyedia Barang/Jasa harus membayar


upah hari kerja kepada tenaga kerjanya
setelah formulir upah ditandatangani.

(c)

Jam kerja dan waktu cuti untuk karyawan


harus dilampirkan.

vi

Pedoman Pengoperasian dan Perawatan


(a)

Penyedia

Barang/Jasa

memberikan
Pengguna

petunjuk

diwajibkan

kepada

Barang/Jasa

pihak
tentang

pengoperasian dan petunjuk perawatan,


sebagaimana

yang

ditetapkan

dalam

Barang/Jasa

tidak

Perjanjian/Kontrak.
(b)

Jika

Penyedia

melakukan hal tersebut pada huruf(a) di


atas,

Pengguna

memperhitungkan
Penyedia

Barang/Jasa
pembayaran

dapat
kepada

Barang/Jasa sesuai dengan

ketentuan dalam Perjanjian/Kontrak.


87

4.6.22.10

Penandatanganan Perjanjian/Kontrak

a.

Penandatanganan

Perjanjian/Kontrak

dilakukan

setelah

Penyedia

Barang/Jasa menyerahkan jaminan pelaksanaan.

b.

Apabila Penyedia Barang/Jasa yang ditunjuk menolakl mengundurkan


diri atau gagal untuk menandatangani Perjanjian/Kontrak sesuai jangka
waktu yang telah ditetapkan yang dapat mempengaruhi jadwal
pelaksanaan pekerjaan, maka Pengguna Barang/Jasa membatalkan
Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ), jaminan penawaran
Calon

Penyedia

Barang/Jasa

yang

bersangkutan

dicairkan

dan

disetorkan ke Kas PLN, dimasukkan dalam Daftar Hitam (black list) PLN
dan dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

c.

Pengguna Barang/Jasa dan Penyedia Barang/Jasa wajib memeriksa


konsep

Perjanjian/Kontrak

meliputi

substansi,

bahasa/redaksional,

angka, dan huruf serta membubuhkan paraf pad a lembar demi lembar
dokumen Perjanjian/Kontrak.

d.

Penandatanganan

Perjanjian/Kontrak

dilakukan

segera

setelah

penetapan Pemenang Pengadaan, kecuali apabila ada alasan yang


dapat diterima oleh Pengguna Barang/Jasa.

e.

Jumlah dokumen Perjanjian/Kontrak dibuat sesuai kebutuhan sekurangkurangnya 2 (dua) rangkap Perjanjian/Kontrak asli, Perjanjian/Kontrak
asli pertama untuk Pengguna Barang/Jasa dibubuhi materai pada
bag ian

yang

ditandatangani

oleh

Penyedia

Barang/Jasa,

dan

Perjanjian/Kontrak asli kedua untuk Penyedia Barang/Jasa dibubuhi


materai pada bagian yang ditandatangani oleh Pengguna Barang/Jasa.

f.

Penyedia Barang/Jasa dilarang mengalihkan tanggung jawab seluruh


pekerjaan utama dengan mensubkontrakkan kepada pihak lain.

g.

Penyedia Barang/Jasa dilarang mengalihkan tanggung jawab sebagian


pekerjaan utama dengan mensubkontrakkan kepada pihak lain dengan
cara dan alasan apapun, kecuali disub-kontrakkan kepada Penyedia
Barang/Jasa yang memiliki kompetensi dalam bidang tersebut, dengan
persetujuan Pengguna Barang/Jasa.

4.6.22.11

Penyimpanan Dokumen Perjanjian/Kontrak


Pejabat

Pelaksana

Pengadaan

harus

memastikan

bahwa

Dokumen

Perjanjian/Kontrak asli disimpan dengan baik dalam hard copy maupun soft
copy (digital) untuk arsip dan pemantauan kinerja Penyedia Barang/Jasa.

88

4.6.22.12

Dokumen Lain Yang Merupakan 8agian Dari Perjanjian/Kontrak.


a.

Untuk Perjanjian/Kontrak Jasa Pemborongan antara lain terdiri dari


Surat penunjukan pemenang, surat penawaran, spesifikasi umum,
spesifikasi khusus, gambar-gambar, Addendum, daftar kuantitas dan
harga, jaminan pelaksanaan, Kesepakatan Diskusi Perjanjian/Kontrak

(Contract Discussion Agreement).


b.

Untuk Pengadaan Jasa Konsultansi meliputi:

Surat penunjukan pemenang, Kerangka Acuan Kerja (KAK)lTerm Of


Reference (TOR), hasil negoisasi, Pendekatan Metodologi (Approach of

Methodo/ogy).Addendum/Amandemen dalam proses Pengadaan yang


kemudian dimasukkan di masing-masing substansinya,
lainnya,

misalnya

jaminan

pelaksanaan,

dokumen

Kesepakatan

Diskusi

Perjanjian/Kontrak (Contract Discussion Agreement).

c.

Untuk Perjanjian/Kontrak Pengadaan 8arang/Jasa Lainnya meliputi:


Surat penunjukan pemenang, dokumen penawaran, spesifikasi umum,
spesifikasi

khusus,

gambar-gambar

(apabila

dipersaratkan),

Addendum/Amandemen dalam proses Pengadaan 8arang/Jasa yang


kemudian dimasukkan di masing-masing substansinya, daftar kuantitas
dan

harga,

dokumen

Kesepakatan

Diskusi

lainnya,

misalnya

Perjanjian/Kontrak

Jaminan

(Contract

pelaksanaan,

Discussion

Agreement).

4.6.22.13

Pemberitahuan Pemenang Pengadaan


a.

Setelah Perjanjian/Kontrak ditandatangani, dilakukan pemberitahuan


kepada seluruh

peserta

pengadaan

mengenai

penandatanganan

Perjanjian/Kontrak dengan Pemenang Pengadaan.


b.

Pemberitahuan sebagaimana butir a diatas dapat dilakukan di portal E-

Procurement PLN atau secara tertulis.

89

BABV
PENGADAAN KHUSUS

5.1

Pengadaan Energi Primer


5.1.1

Energi Primer
5.1.1.1

Proses pengadaan energi primer mengikuti Edaran ini, kecuali ditentukan lain
oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku dan/atau Peraturan Oireksi
yang mengatur khusus pengadaan energi primer.

5.1.1.2

Energi Primer terdiri dari Energi Terbarukan (ET) dan Energi Tidak Terbarukan
(En).

5.1.1.3

Energi Terbarukan meliputi antara lain aliran dan terjunan air, panas bumi,
angin, sinar matahari, gerakan dan perbedaan suhu lapisan laut dan bioenergi,
bahan bakar nabati.

5.1.1.4

Energi tidak terbarukan meliputi antara lain Minyak Bumi, Gas Bumi/
LNG/CNG/Gas Bumi lainnya, Batubara, Gambut dan serpihan bitumen.

5.1.2

Pengadaan Minyak Bumi/BBM dapat dilakukan dengan metode:

5.1.2.1

Pelelangan Terbatas dari OPT yang pesertanya terdiri dari:

a.

Penyedia BBM dalam negeri yang memiliki Ijin Usaha Niaga BBM dari
Pemerintah; dan/atau

b.

Penyedia BBM luar negeri.

5.1.2.2

Pelelangan Terbuka dapat dilakukan dalam hal OPT belum tersedia.

5.1.2.3

Penunjukan

Langsung

kepada

BUMN/Anak

Perusahaan

PLN/Anak

Perusahaan BUMN/Perusahaan Terafiliasi PLN/Perusahaan Terafiliasi BUMN


yang memenuhi kriteria Penunjukan Langsung.

5.1.3

Pengadaan Gas Bumi dapat dilakukan dengan metode:

5.1.3.1

Pelelangan Terbatas dari OPT yang pesertanya terdiri dari:

a.

Penyedia Gas Bumi di sisi hulu termasuk PSC; atau.

b.

Penyedia Gas Bumi di sisi hilir yang memiliki Ijin Usaha Niaga.

90

5.1.3.2

Penunjukkan Langsung kepada:

a.

BUMN/Anak Perusahaan PLN/Anak Perusahaan BUMN/Perusahaan


Terafiliasi PLN/Perusahaan Terafiliasi BUMN yang memenuhi kriteria
Penunjukan Langsung; atau

b.

PSC yang memiliki Seller Appointment Letter (SAL) dari Pemerintah;


atau

c.

Perusahaan Daerah (Perusda)/BUMD yang mendapat alokasi Penjual


Gas Bagian Negara dari Pemerintah; atau

d.

Penyedia Gas Bumi di sisi hilir yang memiliki Ijin Usaha Niaga; yang
memenuhi kriteria Penunjukan Langsung.

e.

Penyedia Gas Bumi luar negeri yang memenuhi kriteria Penunjukan


langsung.

5.1.3.3

Tahapan penunjukkan lang sung untuk pengadaan Gas Bumi:


a.

Surat penawaran alokasi gas dari calon penyedia gas bumi/surat


permintaan dari PLN ke Pemerintah.

b.

Pemberian Penjelasan.

c.

Penerbitan MOU dan/atau HOA dengan calon penyedia gas bumi.

d.

Pembahasan Key Terms Perjanjian/Kontrak Jual Beli Gas (PJBG).

e.

Penyampaian penawaran harga.

f.

Melakukan evaluasi dan negosiasi penawaran harga.

g.

Khusus pengadaan Gas Bumi dengan PSC, penetapan harga dan


PJBG dari Pemerintah.

h.

5.1.3.4

Penandatanganan PJBG.

Proses pengadaan transportasi gas bumi dilakukan dengan berdasarkan


ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

91

5.1.4

Pengadaan LNG, CNG dan Gas lainnya:

5.1.4.1

Pengadaan LNG atau CNG dilakukan dengan Metode Pelelangan Terbatas


dari OPT atau Penunjukan Langsung kepada LNG PlanUCNG Plant yang
mempunyai kepemilikan Gas Bumi oleh PSC dan penjual gas bag ian Negara
yang ditunjuk langsung oleh instansi yang berwenang kepada PSC atau
Perusda / BUMO atau penyedia gas bumi sisi hilir.

5.1.4.2

Pengadaan LNG atau CNG yang bersumber dari luar negeri dilakukan
dengan Metode Pelelangan Terbatas atau Penunjukan Langsung kepada
LNG PlanUCNG Plant yang kepemilikan saham mayoritas dimiliki oleh
Pemerintah Negara Penjual LNG/CNG.

5.1.4.3

Pengadaan spot untuk LNG atau CNG dilakukan melalui Pelelangan Terbatas
atau Penunjukan Langsung untuk kondisi khusus.
Yang dimaksud kondisi khusus adalah kondisi emergency, terjadi shortfa/l
atas Perjanjian/Kontrak berjalan, kekurangan pasokan untuk tahun berjalan
atau kondisi-kondisi lain dengan Persetujuan Oireksi.

5.1.4.4

Pengadaan Gas lainnya dilakukan dengan Metode Pelelangan Terbatas atau


Penunjukan Langsung sesuai kriteria pemilihan Metode pada angka 5.1.4.

5.1.5

Pengadaan Batubara

5.1.5.1

Pengadaan batubara dapat dilakukan dengan Metode Penunjukan Langsung


atau

Pelelangan

Terbatas

atau

Pelelangan

Terbukamengikuti

kriteria

pemilihan Metode pengadaan barang/jasa dan/atau kriteria dibawah ini:

a.

Kriteria Penunjukan Langsung

1).

Penunjukan Langsung dapat dilakukan kepada:


a)

Pemasok

Batubara

Pengusahaan

Pemegang

Pertambangan

Batu

Perjanjian
Bara

Karya

(PKP2B),

BUMN, Anak Perusahaan atau Afiliasi BUMN, BUMO,


atau Pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang
clean and clear sesuai dengan daftar yang dikeluarkan

oleh Oirektur Jenderal Mineral dan Batubara; dan


b)

Pemasok batubara yang memiliki bukti kepemilikan


tambang minimal 51 % (lima puluh satu persen); dan

c)

Pemasok yang memiliki spesifikasi Batubara yang cocok


dengan spesifikasi boiler Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU).

92

-----------------------------

2).

Penunjukan Langsung sebagaimana dimaksud pada angka 1 di


atas, dilakukan dalam hal:

a)

Pengadaan batubara untuk memenuhi kebutuhan PLTU


yang dibangun di dekat Tambang Batubara dan didesain
sesuai jenis batubara Tambang Batubara tersebut; dan
atau

b)

Melalui kerjasama operasi (KSO) antara Pengguna


Barang/Jasa dengan Perusahaan Tambang Batubara
PKP2B atau IUP Operasi Produksi untuk memasok
Batubara, dilakukan dengan pola bagi hasil minimal
dalam jangka waktu 20 (dua puluh) tahun; dan atau

c)

Melalui Kerjasama Strategis dengan Anak Perusahaan


PLN; dan atau

d)

Apabila dari daftar pemasok Batubara PKP2B atau daftar


IUP yang clean and clear yang dikeluarkan oleh Oirektur
Jenderal Mineral dan Batubara, terdapat hanya 1 (satu)
tambang yang memenuhi spesifikasi PLTU milik PLN;
dan atau

e)

Apabila terdapat kriteria Penunjukan Langsung yang


belum diatur pada huruf a) sampai dengan d) pad a
angka 2 ini, dapat diajukan kepada Value for Money
Committee terlebih dahulu.

b.

Pelelangan Terbatas
Pelelangan Terbatas dilakukan dalam hal apabila pada angka 5.1.5.1
huruf a angka 1 di atas, terdapat lebih dari 1 (satu) pemasok Batubara.

c.

Pelelangan Terbuka
Oalam hal belum tersedia OPT atau OPT tidak dapat memasok
batubara sesuai dengan spesifikasi batubara yang dibutuhkan maka
pengadaan

batubara

dapat

dilakukan

melalui

Pelelangan

Terbuka,sebagaimana diatur pada angka 4.2.2.


5.1.5.2

Pelaksanaan Perjanjian/Kontrak Pasokan Batubara diatur sebagai berikut:


a.

Perjanjian/Kontrak jangka

panjang

dilakukan

untuk

menjamin

kelangsungan operasi dan memberikan nilai tambah bagi PLTU


dalam kurun waktu 5 (lima) tahun sampai dengan 20 (dua puluh)
tahun, dan dilakukan oleh beberapa pemasok dengan syarat:

93

1)

Kualitas batubara sesuai batasan desain batubara PLTU; dan

2)

Kuantitasnya mencukupi untuk waktu tertentu atau selama


umur PLTU;

b.

Perjanjian/Kontrak jangka pendek (spot) digunakan untuk menjaga


stabilitas pasokan dan mengendalikan harga batubara dalam kurun
waktu kurang dari 1 (satu) tahun, dengan syarat kualitas batubaranya
sesuai batasan desain batubara untuk pembangkit.

5.1.5.3

Harga Pembelian Batubara adalah:

a.

Harga pembelian batubara oleh PLN dan Anak Perusahaan PLN


dalam rangka pengoperasian PLTU dari PKP2B adalah sebesar
Harga Patokan Batubara (HPB) dikurangi biaya penyesuaian sesuai
dengan peraturan yang berlaku, pad a sa at tercapainya kesepakatan
antara PLN dan Anak Perusahaan PLN dengan PKP2B.

b.

Harga pembelian batubara oleh PLN dan Anak Perusahaan PLN


dalam rangka pengoperasian PLTU dari pemegang Izin Usaha
Pertambangan (IUP) Operasi Produksi adalah sebesar Harga
Patokan Batubara (HPB) dikurangi biaya penyesuaian sesuai dengan
peraturan

yang

berlaku

dan

pengurang

lainnya

berdasarkan

kesepakatan para pihak, pad a saat tercapainya kesepakatan antara


PLN dan Anak Perusahaan PLN dengan IUP Operasi Produksi
Batubara.
c.

Harga kesepakatan pembelian batubara sebagaimana dimaksud


pada angka 5.1.5.3 huruf a dan b wajib disesuaikan setiap 12 (dua
belas) bulan sekali.

d.

Harga Patokan Batubara sebagaimana dimaksud pad a angka 5.1.5.3


huruf a dan b ditetapkan oleh Pemerintah.

5.2

Pembelian Tenaga Listrik


5.2.1

Independent Power Producer (IPP)


5.2.1.1

Proses, ketentuandan istilah dalam Pembelian Tenaga Listrik mengikuti


peraturan perundang-undangan yang berlaku. Jika terdapat hal yang belum
diatur dalam

peraturan

perundang-perundangan

yang

berlaku,

maka

Barang/Jasa

wajib

mengikuti Edaran Direksi ini.


5.2.1.2

Dalam

Pembelian

Tenaga

Listrik,

Pengguna

memperhatikan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL), Kajian


Kelayakan Proyek (KKP) atau Kajian Kelayakan Operasi dan Finansial (KKO
dan KKF).

94

5.2.1.3

Perjanjian/Kontrak pembelian tenaga listrik dari Independent Power Producer


(IPP) dilakukan dengan jangka waktu minimal 15 (lima belas) tahun atau
ditentukan lain oleh Direksi, dan dapat diperpanjang sesuai kebutuhan atas
kesepakatan bersama.

5.2.1.4

Persyaratan kualifikasi Pengembang, meliputi:

a.

Pengembang yang berminat, baik perusahaan lokal maupun asing,


dapat berbentuk satu badan hukum atau gabungan badan hukum;

pengalaman

Mempunyai

dalam

pengembangan

IPP

yang

dipersyaratkan;

c.

Mempunyai

pengalaman

Kontraktor

Operation

sebagai
and

EPC

Kontraktor atau

Maintenance

Pembangkit

sebagai
yang

dipersyaratkan; dan

d.
5.2.1.5

Mempunyai kemampuan keuangan sesuai yang dipersyaratkan.

Dalam hal lahan disediakan Pengembang, maka Pengembang berkewajiban


melakukan Studi Kelayakan dan Studi Dampak Lingkungan (AMDAL).

5.2.1.6

Adanya project account sebesar 10% (sepuluh persen) dari total biaya proyek
dengan maksimal sebesar US$ 5.000.000 (lima juta dollar Amerika Serikat).

5.2.2

Pembelian Excess Power

Pelaksanaan pembelian excess power mengikuti peraturan perundang-undangan yang


berlaku.

5.2.3

Pembelian Tenaga Listrik Luar Negeri

Pembelian tenaga listrik luar negeri mengikuti peraturan perundang-undangan yang


berlaku dan dalam hal pembelian tenaga listrik tersebut dilakukan oleh PLN Unit maka
harus terlebih dahulu mendapatkan persetujuan Direksi.

5.2.4

Aspek penting yang perlu diperhatikan dalam Perjanjian/Kontrak pembelian tenaga listrik,
antara lain:

5.2.4.1

Harga pembelian tenaga listrik menggunakan mata uang Rupiah dan/atau


mata uang asing.

5.2.4.2

Ketentuan tentang sanksi/alokasi risiko harus berimbang.

95

5.2.4.3

Pen gem bang berkewajiban mengurus semua perijinan sesuai dengan


peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5.2.4.4
5.3

Escrow account (rekening bersama) sesuai ketentuan PLN yang berlaku.

Sewa Menyewa/Sewa Beli


5.3.1

Sewa menyewa adalah aktivitas Pengguna Barang/Jasa yang saling mengikatkan diri
dengan Penyedia Barang/Jasa untuk menggunakan suatu barang, baik barang bergerak
dan/atau tidak bergerak, selama waktu tertentu dengan pembayaran yang disepakati.

5.3.2

Sewa Beli adalah aktivitas Pengguna Barang/Jasa yang saling mengikatkan diri dengan
Penyedia Barang/Jasa untuk menggunakan suatu barang, baik barang bergerak dan/atau
tidak bergerak dengan hak kepemilikan akan beralih dari Penyedia barang/Jasa kepada
Pengguna Barang/Jasa setelah diselesaikannya seluruh pembayaran.
Selama pembayaran yang disepakati belum diselesaikan seluruhnya, kepemilikan barang
tetap ada pada Penyedia Barang/Jasa dan pada akhir masa Perjanjian/Kontrak atau
pembayaran yang disepakati telah diselesaikan seluruhnya, Penyedia Barang/Jasa
menyerahkan dokumen yang diperlukan dan hak kepemilikan beralih kepada Pengguna
Barang/Jasa.

5.3.3

Barang yang dapat dilakukan sewa menyewa/sewa beli antara lain:


5.3.3.1

Barang yang diperlukan untuk keperluan rutin/operasional PLN dan


memerlukan

biaya

operasional

dan

pemeliharaan

(Operation

and

Maintenance), seperti tetapi tidak terbatas pada komputer (PC, laptop,

notebook), LCD Projector, mesin fotokopi, kendaraan bermotor (mobil,


motor, truk, alat-alat berat), gedung dan/atau tanah, mesin pembangkit
tenaga listrik.

5.3.3.2

Barang

yang

dapat

membebani

Neraca

Pembukuan

PLN

karena

memerlukan investasi dan memiliki susut nilai barang (depresiasi harga


Barang).
5.3.4

Khusus

untuk

barang

tidak

bergerak seperti

gedung

dan

latau

tanah,

sewa

menyewa/sewa beli dapat dilakukan dengan Penunjukan Langsung.

5.3.5

Pengguna Barang/Jasa wajib melakukan analisa bisnis (commercial analysis) dalam hal
menentukan barang yang dapat dilakukan sewa menyewa/sewa beli.

5.4

Sewa Guna Usaha (Leasing)

5.4.1

Sewa Guna Usaha terdiri dari:

96

5.4.1.1

Financial Lease

a.

Penyewa Guna

(Lessee)

pad a akhir masa

Perjanjian/Kontrak

mempunyai hak opsi untuk membeli obyek sewa guna dari pihak yang
menyewa gunakan (Lessor) berdasarkan nilai sisa (residual value)
yang disepakati bersama.
b.

Kriteria Financial Lease terdiri dari:

1)

Jumlah pembayaran selama masa finance lease ditambah nilai


sisa barang modal harus dapat menutup perolehan barang
modal dan keuntungan Lessor.

2)

Perjanjian/Kontrak memuat ketentuan mengenai opsi yaitu


pengalihan kepemilikan barang kepada Lessee pada saat
berakhirnya Perjanjian/Kontrak, atau memperpanjang jangka
waktu Perjanjian/Kontrak.

c.

Jenis Barang:

Pengguna Barang/Jasa wajib melakukan analisis bisnis (commercial


analysis) dalam hal menentukan barang yang dapat diadakan dengan
Financial Lease, antara lain pada:

5.4.1.2

1)

Pembangkit Tenaga Listrik.

2)

Gedung dan/atau tanah.

Operating Lease
a.

Adalah obyek sewa guna usaha yang dioperasikan .sendiri oleh


Lessee namun kepemilikan obyek sewa guna usaha tidak beralih
kepada Lessee.

b.

Kriteria terdiri dari :


1)

Jumlah pembayaran selama Operating Lease tidak dapat atau


tidak harus menutupi harga perolehan barang modal, ditambah
dengan keuntungan oleh Lessor.

2)

Perjanjian Operating Lease tidak memuat ketentuan opsi bagi


Lessee.

97

c.

Jenis Barang

Pengguna Barang/Jasa wajib melakukan analisis bisnis (commercial


analysis) dalam hal menentukan Barang yang dapat diadakan dengan
Operating Lease, seperti tetapi tidak terbatas pada:

5.4.2

1)

Kendaraan bermotor (mobil, motor, truk).

2)

Gedung dan/atau tanah.

Proses pelaksanaan sewa guna usaha (leasing) dilakukan mengikuti Edaran Direksi ini
kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5.4.3

Jangka waktu Perjanjian/Kontrak melalui sewa guna usaha (leasing) dilakukan sesuai
dengan kemampuan project cash flow.

5.5

Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain (Alih Daya)

Persyaratan pengadaan penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain


dilaksanakan sesuai ketentuan yang diatur dalam Edaran ini dan ketentuan Direksi yang mengatur
mengenai penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain, alur kegiatan
proses pelaksanaan pekerjaan serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5.6

Pengadaan Jasa Konsultansi Perorangan


5.6.1

Jasa Konsultansi Perorangan dapat digunakan untuk melaksanakan pekerjaan yang


memenuhi persyaratan sebagai berikut
5.6.1.1

Pekerjaan yang tidak memerlukan kerja kelompok (team work); atau

5.6.1.2

Pekerjaan yang secara utuh berdiri sendiri; atau

5.6.1.3

Pekerjaan hanya dimungkinkan dilakukan oleh seorang yang ahli di


bidangnya/pemegang Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI); atau

5.6.1.4

Pekerjaan yang berkaitan dengan tugas-tugas khusus yang memerlukan


masukan/nasehat.

5.6.2

Yang dapat mengikuti Pengadaan Jasa Konsultansi Perorangan adalah Konsultan


Perorangan yang memiliki keahlian di bidangnya. Keahlian tersebut dibuktikan dengan
tingkat pendidikan dan pengalaman pad a bidang pekerjaan yang dipersyaratkan.

5.6.3

Konsultan Perorangan yang berasal dari Perguruan Tinggi/Aparatur Sipil Negara (ASN)
wajib mengajukan cuti atau mendapat ijin tertulis dari atasan yang bersangkutan.

98

5.6.4

Proses Pengadaan Jasa Konsultansi Perorangan dapat diproses melalui Pelelangan


Terbatas atau Penunjukan Langsung.

5.7

Pengadaan Asuransi
5.7.1

Pengadaan Penyedia Jasa Asuransi dapat menggunakan Jasa Pialang Asuransi dan
Konsultan Asuransi.

5.7.2

Pengadaan Penyedia Jasa Asuransi dilakukan dengan Pelelangan Terbatas/Pelelangan


Terbuka/Penunjukan Langsung.

5.7.3

Jenis Asuransi yang digunakan:


5.7.3.1

Jenis Asuransi Pembangunan Proyek meliputi:


a.

Jenis Asuransi Pembangunan Proyek meliputi:


1}

Asuransi Construction All Risks/Erection All Risks dan Third


Party Liability (CAR/EAR+ TPL) dan Property Assurance Risk
(PAR).

2}

Marine Cargo Assurance (Asuransi Pengangkutan Darat, Laut,

Udara).

b.

3}

Workman Compensation Insurance.

4}

Comprehensive General Liability.

5}

Automobile Liability.

6}

Personal Accident.

Pada umumnya Asuransi Pembangunan Proyek dilaksanakan melekat


dengan Perjanjian/Kontrak Pengadaan Barang/Jasa/Proyeknya.

c.

Asuransi Construction All Risks (CAR}lErection All Risks dan Third


Party

Liability

(EAR)

dihitung

sejak

awal

berlakunya

awal

Perjanjian/Kontrak Pembangunan sampai dengan COD/SLO.


d.

Property Assurance Risk (PAR) dihitung sejak COD/SLO sampai

dengan FAC.

99

5.7.3.2

Asuransi Pada Masa Operasi

a.

Jenis Asuransinya meliputi:

1)

Asuransi KebakaranlProperty Assurance Risk (PAR).

2)

Asuransi Machinery Break Down.

3)

Bussines Interuption Insurance.

4)

Third Party Liability.

5)

Marine Cargo Assurance (Asuransi Pengangkutan Darat, Laut,

Udara).
6)

Money Assurance (Cash In Save, Cash In Transit, Cash In


Cashier Box, Fidelity Guarantee).

b.

7)

Asuransi Kendaraan Bermotor.

8)

Asuransi Jiwa/Jaminan Hari Tua.

Penutupan asuransi pada masa operasional dilaksanakan sesuai


dengan prioritas kebutuhan dengan mempertimbangkan tingkat risiko
yang dihadapi dan kondisi keuangan perusahaan.

5.7.3.3

5.7.4

Jenis Asuransi lainnya.

Ketentuan Pelaksanaan Pengadaan Penyedia Jasa Asuransi, antara lain:

5.7.4.1

Penyedia Jasa Asuransi dapat berupa perusahaan tunggal atau coinsurance dengan satu pemimpin (leader) bekerja sama secara co-insurance

dengan perusahaan asuransi lainnya (member).

5.7.4.2

Pengguna Barang/Jasa dibantu Pejabat Perencana Pengadaan menetapkan


bentuk Penyedia Jasa Asuransi yang digunakan/dibutuhkan, dapat berupa
Penyedia Jasa Asuransi Tunggal atau co-insurance dengan Penyedia Jasa
Asuransi Lainnya.

5.7.4.3

Dalam hal co-insurance dengan Perusahaan Asuransi Lainnya, maka


Pengguna Barang/Jasa dibantu Pejabat Perencana Pengadaan menetapkan
jumlah maksimum anggota yang akan mendampingi Penyedia Jasa
Asuransi yang bertindak sebagai pemimpinlleader.

100

5.7.4.4

Pengguna Barang/Jasa dibantu Pejabat Perencana Pengadaan menetapkan


kriteria Penyedia Jasa Asuransi yang dapat bertindak sebagai pemimpin
(leader)dan yang dapat bertindak sebagai anggota (member).

5.7.4.5

Dalam Dokumen Pelelangan/RKS ditetapkan kriteria peserta yang akan


menjadi leader dan jumlah peserta yang menjadi member.

5.7.4.6

Pemenang Pengadaan secara otomatis akan menjadi leader dan dapat


bekerja sarna secara co-insurance dengan Penyedia Jasa Asuransi lainnya
dan mempersiapkan Polis Asuransi,

Perjanjian/Kontrak Asuransi dan

Prosedur Klaim.

5.7.4.7

Peserta Pengadaan yang menjadi member akan mengikuti harga penawaran


dari Pemenang Pengadaan (leader), dengan ketentuan harus mengikuti
persyaratan seperti yang dipersyaratkan dalam Dokumen Pelelangan/RKS.

5.7.4.8

Untuk Pelaksanaan Penutupan Asuransi Proyek yang pengadaannya


melekat pada Perjanjian/Kontrak Proyeknya, maka Pengguna Barang/Jasa
berhak mengevaluasi term and conditions Polis Asuransi, Premi dan
Perusahaan Asuransi yang digunakan serta memberikan approval sesuai
persyaratan Perjanjian/Kontrak yang harus dipenuhi oleh Penyedia Jasa
Asuransi.

5.7.5

Ketentuan Pelaksanaan Pengadaan Jasa Asuransi Masa Operasi untuk aset Pembangkit,
Transmisi, Distribusi dan Gardu Induk dan peralatan penunjangnya dapat dilakukan
dengan ketentuan sebagai berikut:

5.7.5.1

Pengadaan Jasa Asuransi untuk Aset Operasi Pembangkit, Transmisi,


Distribusi dan Gardu Induk dan peralatan penunjangnya yang dinilai
strategis dalam menunjang sistem ketenagalistrikan dilakukan secara
terpusat di Kantor Pusat.

5.7.5.2

Pengadaan Jasa Asuransi dapat dilaksanakan dalam 2 (dua) tahap, Tahap


Satu yaitu pemilihan Leader Consortium/Pemimpin KonsorsiumAsuransi
Kerugian dan Member Consortium/Anggota Konsorsiumdan Tahap Dua
yaitu pemilihan International Reinsurance Broker dan Reinsurance Company
yang pelaksanaannya dilakukan oleh konsorsium perusahaan asuransi yang
telah ditunjuk dalam Tahap Satu.

5.7.5.3

Penilaian terhadap Perusahaan Calon Leader dan Member Konsorsium


berdasarkan kriteria minimum meliputi: Kondisi Keuangan, Pengalaman di
bidang Asuransi Operasionalllndustrial All Risks, Total Equity yang dimiliki,
Tenaga Ahli yang dimiliki, Jaringan Kantor Cabang.

101

5.8

Pengadaan Parts PembangkitReverse Engineering dan Re-Engineering


5.8.1

Pengadaan Parts Pembangkit dengan cara Reverse Engineering dan Re-Engineering


adalah pengadaan parts pembangkit dengan membuat duplikasi komponen seperti aslinya
atau lebih baik dengan cara melakukan pengukuran, pembuatan detail desain termasuk
evaluasi data teknik, ana lisa unjuk kerja dan pengujian.

5.8.2

Pola pengadaan parts pembangkit dengan cara Reverse Engineering dan Re-Engineering
dilaksanakan melalui workshop dan/atau pabrikan yang mampu, yang telah dilakukan
penilaian kualifikasi dan Due Diligence oleh Pejabat Perencana Pengadaan, dibantu oleh
unit PLN yang melaksanakan tugas penelitian dan pengembangan, kemudian dituangkan
dalam Oaftar WorkshoplPabrikan dalam OPT.
Prosedur dan kriteria Due Diligence WorkshoplPabrikan disusun oleh Pejabat Perencana
Pengadaan bersama unit PLN yang melaksanakan tugas penelitian dan pengembangan.

5.8.3

Pad a prinsipnya, Pejabat Pelaksana Pengadaan melakukan Pelelangan Terbatas pada


workshop yang ada di OPT, beserta negosiasi teknis dan harga, yang dituangkan dalam

Perjanjian/Kontrak dengan harga yang wajar. Penunjukan Langsung dapat dilakukan jika
hanya ada satu Penyedia Barang/Jasa yang memenuhi syarat.

5.8.4

Unit InduklUnit Penunjang dan Anak Perusahaan PLN dapat mengadakan parts reverse
engineering dan re-engineering melalui Purchase Order kepada workshoplpabrikan dalam

OPT.

5.8.5

Pengelolaan workshoplpabrikan yang masuk dalam OPT adalah sebagai berikut:

5.8.5.1

Oaftar workshoplpabrikan mampu yang mutakhir di upload pada website


PLN dan Portal e-Procurement PLN.

5.8.5.2

Drawing parts yang dibuat workshoplpabrikan menjadi milik PLN untuk

kepentingan kemudahan produksi pad a workshoplpabrikan lain.

5.8.5.3

Drawing parts dikumpulkan dan disimpan oleh unit PLN yang melaksanakan

tugas penelitian dan pengembangan.


5.8.5.4

Setiap wanprestasi yang dilakukan workshop Ipabrikan akan dimasukan


dalam daftar hitamlblack list PLN sesuai dengan ketentuan yang berlaku di
lingkungan PLN dan dilaporkan kepada Pejabat Perencana Pengadaan dan
unit PLN yang melaksanakan tugas penelitian dan pengembangan sebagai
bahan evaluasi untuk assessment periode selanjutnya.

5.8.5.5

Workshoplpabrikan mampu yang telah terbukti memasok parts pembangkit

dengan kualitas yang bagus dapat dilakukan repeat order.

102

BABVI
PENDAYAGUNAAN PRODUKSI DALAM NEGERI

6.1

Pengertian Produksi Dalam Negeri:

6.1.1

8arang yang bahan baku dan pembuatannya di Indonesia, diantaranya terdiri dari barang
jadi, barang setengah jadi, peralatan suku cadang, komponen utama, dan komponen
pembantu, bahan baku bahan pelengkap, dan bahan pembantu.

6.1.2

Jasa yang dilaksanakan di Indonesia oleh tenaga Indonesia meliputi jasa konstruksi, jasa
konsultansi, dan jasa lainnya.

6.2

Ketentuan Pendayagunaan Produksi Dalam Negeri:


6.2.1

Dalam Dokumen Pelelangan 8arang/Jasa dimuat secara jelas ketentuan dan syarat
penggunaan hasil produksi dalam negeri.

6.2.2

Para

Penyedia

8arang/Jasa

yang

mengikuti

Pengadaan

8arang/Jasa

membuat

pernyataan bermaterai cukup, tentang besarnya komponen dalam negeri barang/jasa yang
ditawarkan (self assessment).
6.2.3

Para Penyedia 8arang/Jasa harus dapat membuktikan kebenaran pernyataan besarnya


komponen dalam negeri barang/jasa dan melampirkan rincian dan nilai bahan baku, baik
dari dalam negeri maupun impor, nilai barang jadi keseluruhan serta daftar nama
pemasok.

6.2.4

8esarnya komponen dalam negeri barang/jasa yang ditawarkan oleh

Penyedia

8arang/Jasa dapat diklarifikasi oleh Pejabat Pelaksana Pengadaan pad a saat evaluasi.

6.3

Insentif
6.3.1

Insentif dapat diberikan sebagai bag ian dari Strategi Pengadaan dan Perjanjian/Kontrak
namun tidak terbatas pad a yang telah diatur dalam Petunjuk Teknis ini, dengan
mempertimbangkan dan mengakui bahwa pabrikan dalam negeri telah berinvestasi cukup
besar dan memerlukan bisnis secara berkelanjutan dan bermitra dengan PLN, dengan
tetap menerapkan prinsip pengadaan yang sehat, seperti harga yang disepakati
merupakan harga yang wajar, dan maksimal sarna dengan jika membeli dari penyedia luar
negeri, kecuali ditentukan lain.

103

6.3.2

Bentuk-bentuk insentif meliputi:


6.3.2.1

Hak Penyesuaian Penawaran Pengadaan Internasional.


Hak Penyesuaian Penawaran Pengadaan Internasional dapat dilakukan
dengan ketentuan sebagai berikut:
a.

Dalam Pengadaan Barang/Jasa dimana para Penyedia Barang/Jasa


merupakan Pabrikan (engine maker/primary manufacture).

b.

Apabila ada keikutsertaan Penyedia Barang IJasa Luar Negeri.

c.

Dalam hal Calon Pemenang dengan Harga Penawaran terendah


adalah Penyedia Barang/Jasa Luar Negeri, maka Harga Penawaran
terendah tersebut akan ditawarkan kepada Penyedia Barang/Jasa
Dalam Negeri.

d.

Jika Penyedia Barang/Jasa Dalam Negeri bersedia dan sanggup


menyamai Harga Penawaran terendah, maka Penyedia Barang/Jasa
Dalam Negeri yang bersangkutan akan dijadikan sebagai Calon
Pemenang.

e.

Jika terdapat dua atau lebih Penyedia Barang/Jasa Dalam Negeri yang
bersedia den sanggup menyamai Harga Penawaran terendah, maka
penentuan Calon Pemenang akan diprioritaskan kepada Penyedia

Barang/Jasa Dalam Negeri dengan Harga Penawaran paling rendah.


6.3.2.2

Perjanjian Suplai Jangka PanjanglLong Term Supply Agreement (LTSA)

a.

LTSA bertujuan agar pabrikan dalam negeri dapat didorong untuk


mempertahankan dan menaikan tingkat komponen dalam negeri.

b.

Unit PLN yang membutuhkan barang yang dicakup dalam LTSA,


menggunakan Purchase Order untuk pemesanan.

c.

Pejabat Perencana Pengadaan dan Pejabat Pelaksana Pengadaan


bersama Wakil Pengguna dan dengan persetujuan Value for Money

Committee,

dapat

menyusun

strategi

pengadaan

dan

Perjanjian/Kontrak khusus, dengan tujuan untuk memberi insentif bagi


Pabrikan Dalam Negeri yang telah berinvestasi, dengan memilih
minimal3 (tiga) Pabrikan Dalam Negeri dengan persentase volume
tertentu, dimana harga dan penawaran pemenang kedua, ketiga dan
seterusnya mengikuti harga dan penawaran pemenang pertama dalam
hal:

104

----------------

----

----

1)

Terdapat beberapa Pabrikan Dalam Negeri yang memenuhi syarat


dan lulus Prakualifikasi dan Due Diligence untuk penyediaan
barang tertentu (masuk dalam kategori Leverage, dimana produk
secara umum terstandar dengan banyak Penyedia); dan

2)

PLN adalah konsumen utama dalam negeri (buyer's market,


hampir/tidak ada pasar selain PLN); dan

3)

Jika secara agregasi kebutuhan disediakan secara penuh oleh


satu

Penyedia

Barang

sehingga

dapat

mengakibatkan

hilangnya/bangkrut Penyedia Dalam Negeri lain yang telah


berinvestasi; dan

d.

Dalam hal pasar secara internasional masuk dalam kategori Leverage


(dimana produk secara umum terstandard dengan banyak Penyedia
Barang/Jasa di pasar internasional dan bersifat buyer's market), tetapi
ada Pabrikan dalam negeri yang mampu menyediakan barang dengan
kualitas sesuai kebutuhan PLN, dimana jumlahnya sedikit (satu atau
dua), sehingga pasar tersebut telah menjadi CriticallBottleneck bagi
PLN.
Oleh karena itu dapat diterapkan strategi open-book system, dimana
penentuan harga didasarkan pad a kesepakatan bersama dengan hak
untuk melihat rincian biaya produksi pabrikan, dengan margin yang
wajar dan Perjanjian/Kontrak jangka panjang.
Open book system memberikan pengaman atas pembentukan biaya

dan harga yang wajar dengan keamanan penyediaan untuk PLN.

6.3.2.3

Perusahaan/pabrikan dalam negeri yang telah masuk OPT


a.

Perusahaan/pabrikan dalam negeri yang telah masuk OPT, dapat


ditawarkan insentif sebagai bagi calon Penyedia Barang/Jasa.

b.

Calon Penyedia Barang/Jasa yang berminat memasukkan penawaran


ke PLN, diminta untuk memilih Penyedia Barang/Jasa (pabrikan) dalam
negeri yang telah masuk OPT.

6.3.2.4

Insentif bagi

Perusahaan

Asing

dapat diberikan

dengan

memenuhi

persyaratan:
a.

Berdasarkan agregasi kebutuhan PLN untuk barang/jasa yang bel urn


diproduksi atau tersedia di dalam negeri; dan

105

b.

Perusahaan

ASing

bersedia

membuat

business

plant

yang

jelasdanmelakukanproses produksi di dalam negeri.

Insentif yang dapat ditawarkan adalah Penunjukan Langsung dengan metode

Open Book.
6.3.2.5

Preferensi Harga

a.

Preferensi Harga dapat diberikan kepada barang/jasa dalam negeri


dengan TKDN lebih besar atau sarna dengan 25% (dua puluh lima
persen).

b.

Barang produksi dalam negeri sebagaimana dimaksud pad a butir a


diatas, tercantum dalam Daftar Barang Produksi Dalam Negeri yang
dikeluarkan oleh Menteri yang membidangi urusan perindustrian.

c.

Preferensi Harga untuk barang produksi dalam negeri paling tinggi 15%
(lima belas persen).

d.

Preferensi Harga untuk pekerjaan konstruksi yang dikerjakan oleh


kontraktor nasional adalah 7,5% (tujuh koma lima persen) diatas harga
penawaran terendah dari Penyedia Barang/Jasa asing.

e.

Harga Evaluasi Akhir (HEA) dihitung dengan ketentuan sebagai berikut:

1)

Preferensi terhadap komponen dalam negeri barang/jasa adalah


tingkat komponen dalam negeri dikalikan preferensi harga.

2)

Preferensi harga diperhitungkan dalam evaluasi harga penawaran


yang telah memenuhi persyaratan administrasi dan teknis,
setelah koreksi aritmatik.

3)

Perhitungan Harga Evaluasi Akhir (HEA) adalah sebagai berikut :

HEA= _1_ x HP
1+PH

HEA

Harga Evaluasi Akhir.

PH

Preferensi Harga

HP

Harga

Penawaran

(Harga

Penawaran

yang

memenuhi persyaratan lelang dan telah dievaluasi)

106

f.

Dalam hal terdapat 2 (dua) atau lebih penawaran dengan HEA yang
sama, penawar dengan TKDN terbesar adalah sebagai pemenang.

g.

Pemberian Preferensi Harga sebagaimana dimaksud pad a angka

6.3.2.S huruf a, tidak mengubah Harga Penawaran dan hanya


digunakan untuk keperluan

perhitungan HEA guna menetapkan

peringkat pemenang Pelelangan Terbatas/Pelelangan Terbuka.

6.4

Keikutsertaan Perusahaan Asing

6.4.1

Pengadaan barang impor dimungkinkan dalam hal:

6.4.1.1

Barang tersebut belum diproduksi di dalam negeri; dan/atau

6.4.1.2

Spesifikasi teknis barang yang diproduksi di dalam negeri belum memenuhi


persyaratan; dan/atau

6.4.1.3

Dalam hal kuantitas barang tidak dapat dipenuhi dari Penyedia Barang dalam
negeri.

6.4.2

Penyedia Barang/Jasa yang melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa yang diimpor


langsung diwajibkan untuk semaksimal mungkin menggunakan jasa pelayanan yang ada di
dalam negeri, seperti jasa asuransi, angkutan, ekspedisi, perbankan, dan pemeliharaan.

6.4.3

Perusahaan

aSing

dapat ikut serta

di

dalam

Pengadaan

Barang/Jasa

dengan

nilai:

6.4.4.1

Untuk jasa konstruksi di atas Rp SO.OOO.OOO.OOO,OO (lima puluh milyar


rupiah).

6.4.4.2

Untuk barang/jasa lainnya di atas Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar


rupiah).

6.4.4.3
6.4.4

Untuk jasa konsultansi di atas Rp S.OOO.OOO.OOO,OO (lima milyar rupiah).

Perusahaan asing yang melaksanakan pekerjaan sebagaimana dimaksud pad a angka

6.4.3

di atas harus mendapatkan ijin yang berlaku dan melakukan kerjasama usaha

dengan perusahaan nasional dalam bentuk kemitraan, subkontraktor, dan lain-lain, apabila
ada perusahaan nasional yang memiliki kemampuan di bidang yang bersangkutan.

6.4.S

Ketentuan pada angka 6.4.4.3 di atas dapat dikecualikan untuk pengadaan jasa
konsultansi perorangan.

107

BAB VII
MANAJEMEN PELAKSANAAN PERJANJIAN/KONTRAK

7.1

Pelaksanaan Perjanjian/Kontrak
7.1.1

Direksi Pekerjaan, Pengawas Pekerjaan, dan Wakil Penyedia Barang/Jasa.

7.1.1.1

Dalam melaksanakan pengendalian pekerjaan, Pengguna Barang/Jasa


setelah berkoordinasi dengan Wakil Pengguna Barang/Jasa, dapat menunjuk
wakil yang bertindak atas namanya sebagai Direksi Pekerjaan/Pengawas
Pekerjaan. Wakil Pengguna Barang/Jasa dapat merangkap sebagai Direksi
Pekerjaan.

7.1.1.2

Pada prinsipnya, Wakil Pengguna Barang/Jasa bertanggung jawab atas


manajemen Perjanjian/Kontrak dan pemantauan terhadap kinerja Penyedia
Barang/Jasa,

serta

membantu

Pejabat

Perencana

Pengadaan

untuk

melakukan pemutakhiran database DPT.


Untuk pemantauan kemajuan pelaksanaan pekerjaan dan kinerja Penyedia
Barang/Jasa, Pengguna Barang/Jasa dapat membentuk Tim EvaluasilTim
Pemeriksa dan Penerima Barang/Jasa yang memberikan laporan kepada
Pengguna Barang/Jasa atau Wakil Pengguna Barang/Jasa.
7.1.1.3

Direksi Pekerjaan/Pengawas PekerjaanlTim Pemeriksa BaranglTim Penerima


Barang dimaksudkan untuk menilai hasil pekerjaan yang telah diselesaikan
oleh Penyedia Barang/Jasa pada waktu penyerahan pertama pekerjaan dan
penyerahan akhir pekerjaan.

7.1.1.4

Penyedia Barang/Jasa wajib menunjuk personil sebagai wakilnya yang


berdomisili

di

lokasi

pekerjaan,

yang

diberi

wewenang

penuh

dan

bertanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan.

7.1.2

Hak dan Kewajiban Para Pihak.

7.1.2.1

Hak

dan

kewajiban

Pengguna

Barang/Jasa

dalam

pelaksanaan

Perjanjian/Kontrak:
a.

Mengawasi pekerjaan yang dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa.

b.

Meminta laporan-Iaporan secara periodik mengenai pelaksanaan


pekerjaan yang dilakukan oleh Penyedia Barang/Jasa.

c.

Melakukan perubahan Perjanjian/Kontrak, jika ada alasan yang sah dan


disetujui para pihak.

108

d.

Memberikan peringatan atas keterlambatan pekerjaan.

e.

Mengenakan denda keterlambatan.

f.

Membayar tahapan sesuai dengan kemajuan (progress) fisik pekerjaan


yang tercantum dalam Berita Acara yang disetujui para pihak.

g.

Membuat Berita Acara Serah Terima Lokasi Pekerjaan.

h.

Memberikan instruksi sesuai jadwal pelaksanaan pekerjaan yang telah


ditetapkan dalam Perjanjian/Kontrak.

7.1.2.2

Hak

dan

kewajiban

Penyedia

Barang/Jasa

dalam

pelaksanaan

Perjanjian/Kontrak:
a.

Menerima pembayaran tahapan sesuai dengan progress fisik pekerjaan


yang tercantum dalam Berita Acara yang disetujui para pihak .

b.

Melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jadwal


pelaksanaan pekerjaan yang telah ditetapkan dalam Perjanjian/Kontrak.

c.

Melaporkan pelaksanaan pekerjaan secara periodik (Iaporan harian,


mingguan dan bulanan) kepada Pengguna Barang/Jasa.

d.

Memberikan

keterangan

yang

diperlukan

untuk

pemeriksaan

pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan Pengguna Barang/Jasa.

e.

Menyerahkan hasil pekerjaan sesuai dengan jadwal penyerahan


pekerjaan yang telah ditetapkan dalam Perjanjian/Kontrak.

f.

Mengambillangkah-Iangkah untuk melindungi lingkungan, baik di dalam


maupun di luar lokasi pekerjaan, dan membatasi perusakan dan
pengaruh/gangguan kepada masyarakat maupun miliknya sebagai
akibat polusi, kebisingan dan kerusakan lain yang disebabkan kegiatan
Penyedia Barang/Jasa.

7.1.3

Asuransi
7.1.3.1

Penyedia Barang/Jasa wajib mengasuransikan Barang/Jasa Konstruksi yang


nilai Perjanjian/Kontraknya lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta
rupiah) atau pekerjaan yang mempunyai risiko tinggi untuk kepentingan
Pengguna Barang/Jasa dengan jenis asuransi antara lain Marine Cargo,

Construction Assurance Risk (CAR)IErections Assurance Risk (EAR),


Comprehensive Liability, Asuransi Tenaga Kerja sesuai dengan kebutuhan
dan ketentuan hukum yang berlaku.
109

7.1.3.2

Ketentuan pada angka 7.1.3.1 diatas tidak diwajibkan untuk Jasa Konsultansi.

7.1.3.3

Ketentuan mengenai masa berlaku, nama tertanggung, syarat dan kondisi,


obyek asuransi, harga pertanggungan, dan ketentuan lainnya diatur dalam
Perjanjian/Kontrak.

7.1.3.4

Sebelum

pekerjaan

dimulai,

Penyedia

Barang/Jasa

wajib

meminta

persetujuan tertulis kepada Pengguna Barang/Jasa atas usulan Calon


Penanggung (perusahaan asuransi) beserta konsep (draft) syarat-syarat dan
kondisi pertanggungan (asuransi) yang akan dituangkan dalam polis sesuai
dengan ketentuan di dalam Perjanjian/Kontrak dan Polis Asuransi wajib
diserahkan kepada Pengguna Barang/Jasa selambat-Iambatnya 10 (sepuluh)
hari kerja setelah diberikan Persetujuan.
7.1.4

Perpajakan

7.1.4.1

Penyedia Barang/Jasa harus mengetahui, memahami dan patuh terhadap


semua peraturan perundang-undangan tentang pajak yang berlaku di
Indonesia dan sudah diperhitungkan dalam Dokumen Penawaran.

7.1.4.2

Perubahan peraturan perundang-undangan tentang pajak yang terjadi setelah


pembukaan penawaran harus dilakukan penyesuaian.

7.2

Tata Cara Pembayaran

7.2.1

Ketentuan Umum

7.2.1.1

Pembayaran uang muka (down payment) dapat dilakukan jika sebelumnya


sudah

disetujui

dalam

Strategi

Pengadaan

dan

Perjanjian/Kontrak,

diantaranya:

a.

Pengadaan

barang

dan/atau

jasa

yang

masuk

kategori

CriticallBott/eneck, dimana merupakan seller's market, dan PLN

berkepentingan mengamankan suplai material dan parts yang kritikal.


b.

Sangat dibutuhkan

demi

kelancaran

pekerjaan

dan

keuangan

Perusahaan memungkinkan.

7.2.1.2

Pembayaran diberikan

Pengguna

Barang/Jasa

berdasarkan kemajuan

(progress) fisik pekerjaan.

7.2.1.3

Sistem pembayaran kemajuan(progress) fisik pekerjaan sesuai ketentuan


dokumen

Perjanjian/Kontrak

(angsuranltermijn

atau

bulanan/monthly

certificate).

110

7.2.1.4

Pembayaran dengan Sistem Sertifikat Angsuran dilaksanakan dengan


ketentuan sebagai berikut:
a.

Setelah kemajuan hasil pekerjaan mencapai nilai prosentase tertentu


sesuai dengan ketentuan dokumen Perjanjian/Kontrak, Penyedia

Barang/Jasa mengajukan laporan kemajuan hasil pekerjaan kepada


Direksi Pekerjaan dengan lampiran data pendukung.
b.

Kemajuan hasil pekerjaan tersebut harus sudah mendapat penetapan


dari Direksi Pekerjaan selambat-Iambatnya 10 (sepuluh) hari kerja
setelah diterimanya laporan kemajuan hasil pekerjaan tersebut berikut
laporan data pendukungnya.

7.2.1.5

Pembayaran

dengan

Sistem

Sertifikat

Bulanan

(Monthly

Certificate)

dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :


a.

Pada setiap tanggal 25 (dua puluh lima) bulan yang bersangkutan,


Penyedia Barang/Jasa mengajukan sertifikat bulanan kepada Direksi
Pekerjaan dengan lampiran data pendukung.

b.

Kemajuan hasil pekerjaan sesuai Sertifikat Bulanan tersebut harus


sudah

mendapat penetapan

dari

Direksi

Pekerjaan

selambat-

lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja setelah diterimanya laporan


kemajuan hasil pekerjaan tersebut berikut laporan data pendukungnya.
7.2.1.6

Pembayaran kemajuan (progress) fisik pekerjaan yang disepakati dilakukan


oleh

Pengguna

Barang/Jasa

apabila

Penyedia

Barang/Jasa

telah

mengajukan tagihan disertai laporan kemajuan hasil pekerjaan yang telah


disetujui oleh Direksi Pekerjaan dalam kurun waktu 10 (sepuluh) hari kerja.

7.2.1.7

Pembayaran kemajuan (progress)fisik pekerjaan hanya dapat dilakukan


senilai pekerjaan yang telah terpasang, tidak termasuk bahan-bahan dan
alat-alat yang ada dilapangan.

7.2.1.8

Setiap pembayaran harus dipotong denda (bila ada), pajak dan pungutan
Pemerintah yang berlaku.

7.2.1.9

Untuk

Perjanjian/Kontrak

yang

pembayaran

kepada

pembayaran

kepada seluruh

mempunyai

Pengguna

subkontraktor,

Barang/Jasa

harus

permintaan

dilengkapi

bukti

subkontraktor sesuai dengan kemajuan

pekerjaan.

111

7.2.1.10

Pembayaran

terakhir

sebesar

100%

(seratus

persen)

dari

nilai

Perjanjian/Kontraknya hanya dilakukan setelah peke~aan selesai 100%


(seratus

persen)

dari

nilai

Perjanjian/Kontrak

setelah

Berita

Acara

Penyerahan Akhir (FAC) diterbitkan.


7.3

Mobilisasi

7.3.1

Mobilisasi paling lambat harus sudah mulai dilaksanakan dalam waktu 30 (tiga puluh) hari
sejak

penandatanganan

Perjanjian/Kontrak

atau

serah

terima

lokasi

pekerjaan

sebagaimana ditentukan dalam Perjanjian/Kontrak.

7.3.2

Mobilisasi meliputi antara lain:

7.3.2.1

Mendatangkan peralatan-peralatan berat dan kendaraan-kendaraan.

7.3.2.2

Mendatangkan alat-alat laboratorium, alat-alat ukur dan peralatan lainnya.

7.3.2.3

Mempersiapkan fasilitas lapangan untuk Penyedia Barang/Jasa meliputi


kantor, rumah, gedung laboratorium, bengkel, gudang, dan fasilitas lainnya
yang telah ditentukan dalam dokumen Perjanjian/Kontrak.

7.3.2.4

Mendatangkan personil pelaksana.

7.3.2.5

Mobilisasi peralatan dan personil pelaksana dapat dilakukan secara bertahap


sesuai dengan kebutuhan di lapangan.

7.4

Pemeriksaan Lapangan dan Pekerjaan Tambah Kurang


7.4.1

Pemeriksaan Lapangan
7.4.1.1

Pada tahap awal pelaksanaan Perjanjian/Kontrak, setelah Berita Acara


Serah Terima Lokasi, Direksi Pekerjaan bersama-sama dengan wakil
Penyedia Barang/Jasa melaksanakan pemeriksaan lapangan bersama
dengan melakukan pengukuran dan pemeriksaan detail kondisi lapangan.

7.4.1.2

Hasil pemeriksaan lapangan bersama dituangkan dalam be rita acara.


Apabila hasil pemeriksaan lapangan bersama mengakibatkan perubahan isi
Perjanjian/Kontrak (spesifikasi teknis, gambar, jenis pekerjaan, kuantitas),
maka perubahan tersebut harus dituangkan dalam perintah perubahan
Perjanjian/Kontrak

yang

ditindaklanjuti

dengan

pembuatan

AddendumlAmandemen Perjanjian/Kontrak.
7.4.1.3

Selanjutnya pemeriksaan lapangan bersama dilaksanakan selama periode


waktu pelaksanaan pekerjaan untuk menetapkan kuantitas hasil pekerjaan
yang akan dibayarkan setiap bulan/angsuran.
112

7.4.2

Pekerjaan Tambah Kurang

7.4.2.1

Apabila terdapat perbedaan antara kondisi lapangan pad a saat pelaksanaan


pekerjaan dengan spesifikasi teknis dan gambar yang ditetapkan dalam
dokumen Perjanjian/Kontrak, maka Penyedia Barang/Jasa dan Pengguna
Barang/Jasa

dapat

melakukan

perubahan

(AddendurnlAmandemen)

Perjanjian/Kontrak yang meliputi antara lain:

a.

Menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang tercantum dalam


Dokumen Perjanjian/Kontrak.

b.

Menambah atau mengurangi jenis pekerjaan.

c.

Mengubah spesifikasi teknis dan gambar pekerjaan sesuai dengan


kebutuhan lapangan.

7.4.2.2

Pekerjaan Tambah yang tidak dapat dielakkan dalam rangka penyelesaian


pekerjaan, dengan ketentuan nilainya tidak lebih dari 10% (sepuluh persen)
dari harga yang tercantum dalam Perjanjian/Kontrak awal maka pekerjaan
tam bah

tersebut

harus

didasarkan

pada

justifikasi

yang

dapat

dipertanggungjawabkan secara profesional oleh Direksi Pekerjaan.

7.4.2.3

Dalam hal pekerjaan tambah melebihi 10% (sepuluh persen) dari harga yang
tercantum dalam Perjanjian/Kontrak awal maka pekerjaan tambah tersebut
harus didasarkan pada justifikasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara
profesional oleh Direksi Pekerjaan dan wajib mendapatkan persetujuan
terlebih dahulu dari Pengguna Barang/Jasa sebelum pelaksanaannya.

7.4.2.4

Perintah perubahan pekerjaan harus dibuat secara tertulis oleh Pengguna


Barang/Jasa

kepada

Penyedia

Barang/Jasa,

ditindak

lanjuti

dengan

negosiasi teknis dan harga dengan tetap mengacu pada ketentuan yang
tercantum dalam dokumen Perjanjian/Kontrak.

7.5

Manajemen Perjanjian/Kontrak

7.5.1

Perubahan Perjanjian/Kontrak

7.5.1.1

Perubahan Perjanjian/Kontrak dapat dilakukan atas kesepakatan bersama


antara Pengguna Barang/Jasa dan Penyedia Barang/Jasa, namun tidak
boleh bertentangan dengan ketentuan yang telah diatur dalam Edaran ini.

7.5.1.2

Perubahan Perjanjian/Kontrak,bila dianggap perlu dapat dilakukan melalui


persetujuan Value for Money Committee.

113

7.5.1.3

Semua

perubahan

Amandemen

Perjanjian/Kontrak

Perjanjian/Kontrak

yang

dituangkan

dalam

merupakan

bag ian

Addenduml

yang

tidak

terpisahkan dari Perjanjian/Kontrak.


7.5.2

Penghentian atau Pemutusan Perjanjian/Kontrak.


7.5.2.1

Penghentian Perjanjian/Kontrak (suspension of contract) dapat dilakukan


dalam hal terjadi peristiwa yang berada di luar kekuasaan para pihak yang
mengakibatkan para pihak tidak mung kin melaksanakan kewajiban yang
ditentukan dalam Perjanjian/Kontrak yang disebabkan oleh Keadaan Kahar
(Force Majeure) atau keadaan yang ditetapkan dalam Perjanjian/Kontrak.

7.5.2.2

Pemutusan Perjanjian/Kontrak (termination of contract) dapat dilakukan


dalam hal para pihak tidak memenuhi kewajiban dan tanggung jawabnya
sebagaimana diatur di dalam Perjanjian/Kontrak.

7.5.2.3

Pengguna Barang/Jasa dapat memutuskan

Perjanjian/Kontrak secara

sepihak, apabila denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan akibat


kesalahan Penyedia Barang/Jasa sudah melampaui besarnya Jaminan
Pelaksanaan atau maksimum denda keterlambatan, setelah memberikan
peringatan ketiga atas keterlambatan pelaksanaan Perjanjian/Kontrak atau
apabila Penyedia Barang/Jasa tidak bersedia memperpanjang jaminan
pelaksanaan.
7.5.2.4

Pemutusan Perjanjian/Kontrak yang disebabkan oleh kesalahan Pengguna


Barang/Jasa, dikenakan sanksi berupa kewajiban mengganti kerugian yang
menimpa

Penyedia

Barang/Jasa

sesuai

yang

ditetapkan

dalam

Perjanjian/Kontrak dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang


berlaku.
7.5.2.5

Dalam hal terbukti adanya praktek persekongkolan, korupsi, kecurangan dan


pemalsuan

dalam

proses

Pengguna

Barang/Jasa

pengadaan/pelaksanaan

wajib

membatalkan

Perjanjian/Kontrak,

proses

pengadaan

memutuskan pelaksanaan Perjanjian/Kontrak.


7.5.3

Penyesuaian Harga.
Penyesuaian harga adalah ketentuan mengenai perubahan harga Perjanjian/Kontrak
akibat adanya perubahan keadaan yang menimbulkan konsekuensi finansial dengan
ketentuan sebagai berikut:
7.5.3.1

Penyesuaian harga dilakukan sesuai dengan ketentuan yang tercantum


dalam Perjanjian/Kontrak.

114

7.5.3.2

Dalam hal penyesuaian harga belum dicantumkan dalam Perjanjian/Kontrak,


maka dapat dilakukan kesepakatan penyesuaian harga yang hasilnya
dituangkan

dalam

pelaksanaannya

Perjanjian/Kontrak,

AddendumlAmandemen

didasarkan

pad a

justifikasi

dan

yang
dapat

dipertanggungjawabkan secara profesional.

7.5.3.3

Penyesuaian harga dapat diberlakukan bagi Perjanjian/Kontrak yang masa


pelaksanaannya lebih dari 12 (dua belas) bulan.

7.5.3.4

Penyesuaian harga dapat diberlakukan untuk harga satuan dan/atau harga


Perjanjian/Kontrak kecuali komponen risiko, overhead dan keuntungan
sebagaimana tercantum dalam penawaran.

7.5.3.5

Penyesuaian harga satuan diberlakukan sesuai dengan jadwal pelaksanaan


yang tercantum dalam Perjanjian/Kontrak atau Addendum/Amandemen.
Bagian Perjanjian/Kontrak atau pekerjaan yang terlambat dilaksanakan
karena kesalahan Penyedia Barang/jasa, penyesuaian harga satuan dan
nilai

Perjanjian/Kontrak

menggunakan

indeks

harga

sesuai

jadwal

pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan pada Perjanjian/Kontrak awal.

7.5.3.6

Penyesuaian harga satuan bagi komponen pekerjaan yang berasal dari luar
negeri dan dibayar dengan val uta asing menggunakan indeks penyesuaian
harga dari negara asal barang tersebut.

7.5.3.7

Rumusan penyesuaian harga satuan:


Hn = Ho (a + b.Bn/Bo + c.Cn/Co + d.Dn/Do + ......... )

Keterangan :
Hn

Harga

satuan

barang/jasa

pada

saat

pekerjaan

dilaksanakan.

Ho

Harga satuan barang/jasa pad a saat penyusunan harga


Penawaran (28 hari sebelum pemasukan penawaran).

Koefisien tetap yang terdiri keuntungan dan overhead.


Dalam hal penawaran tidak mencantumkan besaran
komponen keuntungan dan overhead, maka a adalah
0,15.

b,c,d

Koefisien komponen Perjanjian/Kontrak seperti tenaga


kerja, bahan, alat kerja dan sebagainya.

Penjumlahan a+b+c+d+ .... dst. adalah 1,00.


115

Bn, Cn, Dn

Indeks

harga

komponen

pada

saat

peke~aan

dilaksanakan.

Bo,Co, Do

Indeks harga komponen pada sa at penyusunan harga


penawaran (28 hari sebelum pemasukan penawaran).

Catatan:

Untuk penyesuaian harga dalam mata uang rupiah, maka indeks harga
yang digunakan bersumber dari penerbitan Badan Pusat Statistik
(BPS). Jika indeks harga tidak dimuat dalam penerbitan BPS, maka
digunakan indeks harga yang disiapkan oleh instansi yang berwenang.

Penetapan koefisien komponen Perjanjian/Kontrak peke~aan dilakukan


oleh Pengguna Barang/jasa.

7.5.3.8

Rumusan penyesuaian nilai Perjanjian/Kontrak :

Pn

=(Hn1 x V1) + (Hn2 x V2) + (Hn3 x V3) + .... dst

Keterangan :

Pn

Nilai

Perjanjian/Kontrak setelah

dilakukan penyesuaian

harga satuan barang/jasa.

Hn

Harga satuan baru setelah dilakukan penyesuaian harga


menggunakan rumusan penyesuaian satuan harga.

V1

7.5.4

Volume pekerjaan yang dilaksanakan bulan.

Addendum/Amandemen Perjanjian/Kontrak.

7.5.4.1

Addendum/Amandemen Perjanjian/Kontrak harus segera dibuat bila terjadi


perubahan Perjanjian/Kontrak.

7.5.4.2

Perubahan Perjanjian/Kontrak dapat dilakukan meliputi :

a.

Menambah

dan/atau

mengurangi

volume/jenis

pekerjaan

yang

tercantum dalam Perjanjian/Kontrak;

b.

Mengubah spesifikasi teknis pekerjaan sesuai dengan kebutuhan


lapangan;

c.

Mengubah jadwal pelaksanaan;

116

7.5.4.3

d.

Adanya perubahan ketentuan Iperaturan yang berlaku;

e.

Adanya penyesuaian harga.

Prosedur

pembuatan

Addendum/Amandemen/Memorandum

Perjanjianl

Kontrak dilakukan sebagai berikut:


a.

Pengguna Barang/Jasa segera memberikan perintah tertulis kepada


Penyedia

Barang/Jasa
atau

Perjanjian/Kontrak,

untuk

melaksanakan

Penyedia

Barang/Jasa

perubahan
mengusulkan

perubahan Perjanjian/Kontrak;
b.

Penyedia Barang/Jasa harus memberikan tanggapan atas perintah


perubahan dari Pengguna Barang/Jasa dan mengusulkan perubahan
harga (bila ada) selambat-Iambatnya dalam waktu 7 (tujuh) hari.
Pengguna Barang/Jasa harus memberikan tanggapan atas usulan
perubahan Perjanjian/Kontrak dari Penyedia Barang/Jasa selambat-lambatnya dalam waktu 7 (tujuh) hari;

c.

Atas usulan perubahan Perjanjian/Kontrak, dilakukan negosiasi teknis


dan harga dan dibuat berita acara hasil negosiasi;

d.

Berdasarkan

be rita

acara

hasil

negosiasi

dibuat

Addendum/

Amandemen Perjanjian/Kontrak.
7.5.5

Perpanjangan Waktu Pelaksanaan.

7.5.5.1

Perpanjangan

waktu

pelaksanaan

dapat

diberikan

oleh

Pengguna

barang/jasa atas pertimbangan yang layak dan wajar.


7.5.5.2

Yang dimaksud hal-hal yang layak dan wajar untuk perpanjangan waktu
pelaksanaan adalah sebagai berikut:
a.

Pekerjaan tambah;

b.

Perubahan disain;

c.

Keterlambatan yang disebabkan oleh pihak Pengguna Barang/Jasa;

d.

Masalah yang timbul di luar kendali Penyedia Barang/Jasa;

e.

Keadaan kahar (force majeur).

117

7.5.5.3

Pengguna Barang/Jasa dapat menyetujui perpanjangan waktu pelaksanaan


atas Perjanjian/Kontrak setelah melakukan penelitian dan evaluasi terhadap
usulan tertulis yang diajukan oleh Penyedia Barang/Jasa.

7.5.5.4

Persetujuan

perpanjangan

waktu

pelaksanaan

dituangkan

di

dalam

Addendum/Amandemen Perjanjian/Kontrak.
7.6

Denda Keterlambatan dan Kompensasi Kinerja Tidak Sesuai Perjanjian/Kontrak (Liquidated


Damages)

7.6.1

Denda Keterlambatan.

7.6.1.1

Denda atas keterlambatan menyelesaikan pekerjaan.

7.6.1.2

Besarnya

denda

keterlambatan

kepada

Penyedia

Barang/Jasa atas

keterlambatan menyelesaikan pekerjaan adalah 1%0 (satu per seribu) dari


harga Perjanjian/Kontrak atau bagian Perjanjian/Kontrak untuk setiap hari
keterlambatan dengan maksimum sebesar Jaminan Pelaksanaan dari harga
Perjanjian/Kontrak atau bag ian Perjanjian/Kontrak, kecuali untuk pengadaan
Batubara dikenakan denda keterlambatan 1%0 (satu per seribu) dari nilai total
pengiriman.

a.

Untuk pekerjaan yang sifatnya satu kesatuan, seperti EPC, jika ada
keterlambatan menyelesaikan pekerjaan dan ada konsekuensi ke
sistem,

maka denda keterlambtan

maksimum sebesar Jaminan

Pelaksanaan dari harga Perjanjian/Kontrak.


b.

Pengertian bagian Perjanjian/Kontrak adalah bag ian yang dapat


dipisahkan dan dapat dimanfaatkan, seperti pengiriman barang yang
diserahkan secara bertahap.

7.6.2

Kompensasi Kinerja Tidak Sesuai Perjanjian/Kontrak (Liquidated Damages).


7.6.2.1

Untuk pekerjaan yang bersifat Strategis, seperti pembangunan konstruksi


pembangkitan atau pekerjaan lainnya yang ditentukan oleh Value for Money
Committee, PLN dapat menerapkan kompensasi atas kinerja yang tidak

sesuai dengan Perjanjian/Kontrak berdasarkan konsep Liquidated Damages


yang diatur dalam Dokumen Pelelangan dan Perjanjian/Kontrak.
a.

Tingkat

kompensasi

yang

ditentukan

dalam

Perjanjian/Kontrak,

berdasarkan kerugian atau dampak yang terjadi karena kinerja yang


tidak sesuai dengan Perjanjian/Kontrak, yang dikuantifikasikan dalam
bentuk uang.
b.

Kinerja tidak sesuai Perjanjian/Kontrak misalnya ketidaksesuaian


spesifikasi yang bisa menyebabkan kerugian.
118

c.

Jumlah kerugian tersebut dihitung berdasarkan estimasi kerugian per


hari, misalnya, biaya yang bisa timbul dari pembelian BBM untuk
pembangkit lainnya yang tetap harus beroperasi.

d.

Formula kompensasi per hari ditentukan dalam Perjanjian/Kontrak dan


diajukan ke Value for Money Committee sebagai bag ian Strategi
Pengadaan dan Perjanjian/Kontrak, kecuali sudah ditentukan dalam
Strategi Pengadaan dan Perjanjian/Kontrak tahunan.

e.

Pembayaran kompensasi dikurangkan dari Jaminan Pelaksanaan atau


sebagaimana diatur pad a angka 7.2.1.8 atau ditagihkan dengan cara
lain.

7.7

Serah Terima Pekerjaan dan Penutupan Perjanjian/Kontrak.

7.7.1

Serah Terima Pekerjaan.


7.7.1.1

Setelah pekerjaan selesai 100% (seratus persen), Penyedia Barang/Jasa


mengajukan permintaan secara tertulis kepada Pengguna Barang/jasa untuk
penyerahan pekerjaan.

7.7.1.2

Pengguna Barang/Jasa melakukan penilaian terhadap hasil pekerjaan yang


telah diselesaikan oleh Penyedia Barang/Jasa.

7.7.1.3

Bilamana terdapat kekurangan-kekurangan dan/atau cacat hasil pekerjaan,


Penyedia Barang/Jasa wajib memperbaiki/menyelesaikannya.

7.7.1.4

Pengguna Barang/Jasa menerima penyerahan pekerjaan setelah seluruh


hasil pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Perjanjian/Kontrak.

7.7.1.5

Pembayaran dilakukan sebesar 95% (sembilan puluh lima persen) dari nilai
Perjanjian/Kontrak, sedangkan yang 5% (lima persen) merupakan retensi
selama masa pemeliharaan.Jaminan pelaksanaan berlaku sampai dengan
30 hari setelah FAC sesuai ketentuan pada angka 4.6.10.2. huruf b angka 2)
huruf a).

7.7.1.6

Penyedia Barang/Jasa wajib memelihara hasil pekerjaan selama masa


pemeliharaan sehingga kondisi tetap seperti pad a saat penyerahan pertama
pekerjaan.

7.7.1.7

Setelah masa pemeliharaan berakhir, Penyedia Barang/Jasa mengajukan


permintaan secara tertulis kepada pengguna Barang/Jasa untuk penyerahan
akhir pekerjaan.

119

7.7.1.8

Pengguna barang/Jasa menerima penyerahan akhir pekerjaan setelah


Penyedia Barang/Jasa melaksanakan semua kewajibannya selama masa
pemeliharaan dengan baik dan wajib melakukan pembayaran sisa nilai
Perjanjian/Kontrak yang belum dibayar dan mengembalikan Jaminan
Pelaksanaan.

7.7.1.9

Apabila Penyedia Barang/Jasa tidak melaksanakan kewajiban pemeliharaan


sebagaimana mestinya, maka Pengguna Barang/Jasa berhak mencairkan
Jaminan Pelaksanaan.

7.7.2

Perlengkapan dan Material Perjanjian/Kontrak.


7.7.2.1

Sebelum Perjanjian/Kontrak ditutup, segala macam barang dan peralatan


PLN yang dipergunakan oleh Penyedia Barang/Jasa harus dikembalikan
kepada PLN.

7.7.2.2

Pengembalian barang dan peralatan PLN harus dibuatkan Berita Acara


Penyerahan.

7.8

Proses Penutupan Perjanjian/Kontrak.


7.8.1

Mengkaji

dan

mengkonfirmasi

kegiatan

berdasarkan

checklist

penutupan

Perjanjian/Kontrak.
7.8.2

Mengisi formulir penilaian kinerja Penyedia Barang/Jasa.

7.8.3

Mempersiapkan laporan kinerja Perjanjian/Kontrak final, yang dilakukan Wakil Pengguna


dan Pejabat Perencana Pengadaan, termasuk lessons learned. Laporan ini, jika
dipandang perlu, dapat diberikan kepada Penyedia Barang/Jasa untuk pembelajaran.

7.8.4

Mengeluarkan Surat Serah Terima Pekerjaan berdasarkan laporan dari Wakil Pengguna
Barang/Jasa.

7.8.5

Melakukan penyelesaian keuangan.

7.8.6

Mengembalikan jaminan pelaksanaan

7.8.7

Mencatat kewajiban yang masih tersisa, seperti garansi dan memberitahukan kepada
Penyedia Barang/Jasa dan pihak internal PLN.

7.9

Garansi
7.9.1

Garansi harus dimasukkan secara jelas di dalam Perjanjian/Kontrak.

120

7.9.2

Garansi memberikan perlindungan kepada PLN jika terdapat kerusakan yang


diketemukan setelah dilakukan Serah Terima Pekerjaan.

7.9.3

Tanggung jawab memastikan garansi ada di Pengguna Barang/Jasa beserta Wakil


Pengguna Barang/Jasa.

7.9.4

Ketika terjadi masalah, sebelum Penyedia Barang/Jasa diberi notifikasi, Pengguna


Barang/Jasa beserta Wakil Pengguna harus:
7.9.4.1

Melakukan kajian atas hak PLN dalam hal garansi.

7.9.4.2

Melakukan verifikasi bahwa kerusakan memang ditanggung dalam klausul


garansi.

7.9.5

Setelah diketahui kerusakan termasuk dalam klausul garansi, maka Wakil Pengguna
melakukan notifikasi kepada Penyedia Barang/Jasa, membahas kewajiban Penyedia
Barang/Jasa dan melakukan kesepakatan bagaimana garansi dapat diaplikasikan.

7.10

Klaim
7.10.1

Klaim

adalah

permintaan dari

para pihak berdasarkan

klausul yang ada di

Perjanjian/Kontrak, jika ada yang tidak dipenuhi.

7.10.2

Klaim dapat berasal dari:

7.10.2.1

Unforeseen costs.

7.10.2.2

Ketidaksepakatan mengenai interpretasi klausul Perjanjian/Kontrak.

7.10.2.3

Ketidaksepakatan

mengenai

apa

yang

masuk

dalam

harga

Perjanjian/Kontrak.
7.10.2.4
7.10.3

Pelanggaran Perjanjian/Kontrak (Breaches of Contract).

Klaim dapat diajukan oleh PLN atau Penyedia Barang/Jasa, dan harus diberikan secara
tertulis antara lain:
7.10.3.1

Penjelasan mengenai permasalahan.

7.10.3.2

Klausul Perjanjian/Kontrak yang mengatur klaim tersebut.

7.10.3.3

Klaim hanya akan dilayani dari Penyedia Barang/jasa yang mempunyai


Perjanjian/Kontrak langsung dengan PLN. Klaim yang dilakukan oleh
subvendor atau subkontraktor dan ditujukan langsung ke PLN akan ditolak
karena tidak ada Perjanjian/Kontrak langsung dengan PLN.
121

7.10.3.4
7.11

Perjanjian/Kontrak tidak bisa ditutup sampai semua klaim diselesaikan.

Manajemen Kinerja Penyedia Barang/Jasa


7.11.1

Laporan Kinerja Penyedia Barang/Jasa.


7.11.1.1

Oivisi/Bidang yang menangani OPT dalam portal e-Procurement PLN


menyediakan aplikasi pemutakhiran kinerja Penyedia Barang/Jasa.

7.11.1.2

OivisVBidang terkait dan Pengguna menentukan standard pengukuran


Penyedia Barang/Jasa.

7.11.1.3

Pejabat

Perencana

bertanggung

jawab

Pengadaan

dan

memantau

kinerja

Wakil

Pengguna

Penyedia

Barang/Jasa

Barang/Jasa

dan

menyiapkan Laporan Kinerja Penyedia Barang/Jasa untuk dimutakhirkan


pada OPT.
7.11.2

Sanksi/Black List
Pengenaan Sanksi I Black List kepada Penyedia Barang/Jasa dilaksanakan berdasarkan
ketentuan Sanksi I Black List yang berlaku di PLN.

122

BAB VIII
PENGADAAN BARANG/JASA
MELALUI MEDIA ELEKTRONIK PLN (e-PROCUREMENT PLN)

8.1

Maksud dan Tujuan

8.1.1

Maksud pelaksanaan e-Procurement PLN adalah:

8.1.1.1

Sarana Pengadaan Barang/Jasa secara online.

8.1.1.2

Sarana pendokumentasian Pengadaan Barang/jasa yang diproses secara

offline/manual.

8.1.2

8.1.1.3

Sarana informasi harga satuan dan persediaan material.

8.1.1.4

Sarana bursa material antar Unit PLN di lingkungan PT PLN (Persero).

Ketentuan Umum e-Procurement PLN

8.1.2.1

Pengadaan Barang/Jasa dapat menggunakan fasilitas e-Procurement.

8.1.2.2

Pada

prinsipnya

pelaksanaan

e-Procurement PLN dilakukan melalui

penawaran harga dengan e-Auction


8.1.2.3

Dalam hal dan kondisi tertentu yang menurut pertimbangan dan penilaian
Pejabat Pelaksana Pengadaan sulit dilaksanakan dengan e-Auction. Pejabat
Pelaksana Pengadaan dapat menentukan pelaksanaan e-Procurement PLN
melalui penawaran harga dengan e-Bidding.

8.1.2.4

Pengguna Barang/Jasa diwajibkan untuk menggunakan material yang telah


dibursakan oleh Unit-unit PLN dalam hal material yang dibursakan tersebut
sesuai dengan spesifikasi teknis yang dibutuhkan.

8.1.2.5

Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa melaui sarana e-Procuremet PLN


wajib mengacu pada Edaran Direksi ini dan ketentuan Direksi lainnya
dan/atau Terms of Condition yang terdapat pada aplikasi e-Procurement.

8.1.3

Ketentuan Pelaksanaan e-Procurement PLN

8.1.3.1

Tempat pelaksanaan e-Procurement PLN dilakukan di Bidding Room yang


disediakan oleh PLN dan/atau dari web-site di luar PLN.

123

8.1.3.2

Waktu pelaksanaan e-Procurement PLN dilakukan pada tanggal, hari dan


jam yang sarna sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh Pejabat
Pelaksana Pengadaan.

8.1.3.3

Pada saat memulai e-Procurement PLN, Pejabat Pelaksana Pengadaan


wajib menyampaikan jangka waktu pelaksanaan.

8.1.4

Sebelum e-Procurement PLN dilakukan, Calon Penyedia Barang/Jasa diharuskan


menandatangani persyaratan/ketentuan pelaksanaan e-Procurement PLN.

8.1.5

Dalam pelaksanaan e-Procurement PLN, Pejabat Pelaksana Pengadaan bertanggung


jawab

dalam

memandu

dan

mengawasi

proses

pelaksanaan

e-Procurement PLN.
8.1.6

Penawaran harga yang dilakukan dengan e-Auction adalah sebagai berikut:


8.1.6.1

Nilai

total

HPS

tidak

harus

disampaikan

kepada

Calon

Penyedia

Barang/Jasa sebelum pemasukan penawaran.


8.1.6.2

Penawaran harga awal yang dimasukkan adalah harga sebelum PPN.

8.1.6.3

Calon

Penyedia

Barang/Jasa yang memasukkan harga awal dapat

melampaui HPS.
8.1.6.4

Penawaran harga akhir adalah harga yang dimasukkan sebelum batas waktu
akhir yang ditentukan.

8.1.6.5

Calon Penyedia Barang/Jasa yang memasukkan harga akhir melampaui


HPS akan dilakukan negosiasi dan kesepakatan negosiasi maksimal sarna
dengan HPS, apabila tidak tercapai kesepakatan dinyatakan gugur.

8.1.7

Penawaran harga yang dilakukan dengan e-Bidding adalah sebagai berikut:


8.1.7.1

Penawaran harga akhir adalah harga yang dimasukkan sebelum batas waktu
akhir yang ditentukan.

8.1.7.2

Calon Penyedia Barang/Jasa yang memasukkan harga akhir melampaui


HPS akan dilakukan negosiasi dan kesepakatan negosiasi maksimal sarna
dengan HPS, apabila tidak tercapai kesepakatan dinyatakan gugur.

8.1.7.3

Nilai total HPS harus disampaikan kepada Calon Penyedia Barang/Jasa


sebelum pemasukan penawaran.

8.1.8

Pemberlakukan ketentuan e-Procurement PLN tersebut di atas disesuaikan dengan


tingkat kebutuhan pada sa at pelaksanaan pengadaan dan harus dituangkan ke dalam
ketentuan pengadaan yang merupakan bag ian dari Dokumen Pelelangan/RKS.

8.1.9

Pendokumentasian Pengadaan Barang/Jasa secara offline/manual dilakukan sesuai


dengan format isian yang terdapat di dalam e-Procurement PLN.
124

BABIX
PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN

9.1

Sistem Pengendalian Internal

9.1.1

Sebagai bag ian dari komitmen good governance, PLN memelihara sistem pengendalian
internal yang sehat, termasuk dalam hal proses Pengadaan Barang/Jasa.

9.1.2

Pembagian tanggung jawab pengendalian dalam hal manajemen risiko proses


Pengadaan Barang/Jasa:

9.1.2.1

Direktorat yang menangani Fungsi Pengadaan dan Pengguna Barang/Jasa


bertanggung

jawab

mengendalikan

langsung

risiko

terkait

proses

Pengadaan Barang/Jasa yang dapat terjadi.

9.1.2.2

Fungsi Manajemen Risiko bertanggung jawab memfasilitasi penyusunan


kerangka manajemen risiko dalam proses perencanaan dan pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa.

9.1.2.3

Satuan Pengawasan Internal bertanggung jawab menilai kecukupan sistem


manajemen risiko korporat dalam proses Pengadaan Barang/Jasa.

9.1.3

Sebagai bag ian dari sistem pengendalian internal, Pengguna Barang/Jasa wajib:
9.1.3.1

Melakukan pencatatan dan pelaporan keuangan, Perjanjian/Kontrak dan


hasil kerja pada setiap kegiatan, baik kemajuan maupun hambatan dalam
pelaksanaan tugasnya.

9.1.3.2

Menyimpan dan memelihara seluruh dokumen pelaksanaan Pengadaan


Barang/Jasa.

9.1.3.3

Memberikan tanggapan/informasi mengenai Pengadaan Barang/Jasa yang


berada di dalam batas kewenangannya kepada pihak yang mengajukan
pengaduan/sanggahan atau yang memerlukan penjelasan.

9.1.3.4

Melakukan penilaian kinerja kepada para Penyedia Barang/Jasa terhadap


hasil pelaksanaan Perjanjian/Kontrak.

9.1.4

Sebagai

bagian

dari

informasi dan

komunikasi,

Pengguna

Barang/Jasa wajib

memastikan:
9.1.4.1

Semua laporan dalam bentuk hard copy dan/atau soft copy harus
disampaikan kepada Satuan Pengawasan Internal dalam rangka pre audit
dan post audit.
125

9.1.4.2

Perjanjian/Kontrak sampai dengan Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah)


wajib disampaikan kepada Satuan Pengawasan Internal dan Pejabat
Perencana Pengadaan.

9.1.4.3

Perjanjian/Kontrak dengan nilai diatas Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar


rupiah) wajib disampaikan kepada Direksi terkait dengan tembusan kepada
Satuan Pengawasan Internal dan Pejabat Perencana Pengadaan.

9.2

Peran Satuan Pengawasan Internal

Satuan Pengawasan Internal mempunyai tanggung jawab untuk:

9.2.1

Menjadi pengawas, konsultan internal, dan pendorong peningkatan sistem pengendalian


internal dalam hal Pengadaan Barang/Jasa yang sehat.

9.2.2

Melalui fungsi pemeriksaan dan pengawasan yang dilakukan, memberikan saran untuk
pemecahan

masalah (problem solver) jika terjadi masalah dalam Manajemen

Pengadaan atau proses Pengadaan Barang/Jasa tertentu.


9.2.3

Menerapkan Risk-Based Audit Planning terhadap sistem dan pelaksanaan Pengadaan


Barang/Jasa.

9.2.4

Risk-Based Audit Planning terhadap sistem dan pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.

9.2.5

Melakukan peran proaktif dalam mencegah suatu insiden (kesalahanlfraud) terjadi, dan
mencegah suatu insiden (kesalahan, fraud) meluas menjadi sistemik.

9.2.6
9.3

Melakukan pemeriksaan atas informasi kesalahan dan fraud.

Probity Advisor dan Probity Auditor


9.3.1

Dalam kondisi tertentu untuk pengadaan yang bersifat Strategis, nilai dan risiko yang
besar serta dapat merugikan kredibilitas Perusahaan, PLN dapat menerapkan konsep
Probity dalam Pengadaan Barang/Jasa tertentu.

9.3.2

Probity merupakan ketaatan terhadap prinsip tertinggi dalam hal proses, prosedur, dan
value for money suatu Pengadaan Barang/Jasa.

9.3.3

Probity termasuk identifikasi, analisa dan manajemen terhadap risiko terkait Pengadaan

Barang/Jasa, dan aspek good governance terhadap proses Pengadaan Barang/Jasa


tersebut.

126

9.3.4

Probity ada 2 (dua) macam yaitu:

9.3.4.1

Probity Advisor adalah pihak internal PLN, yaitu fungsi manajemen risiko dan

fungsi pengawasan internal, yang membantu mengidentifikasi keseluruhan


risiko yang dapat

te~ad i.

Probity Advisor terlibat secara real time dalam

proses Pengadaan Barang/Jasa, dan melapor kepada Direktur yang


menangani fungsi Pengadaan, untuk memastikan bahwa proses Pengadaan
Barang/Jasa tertentu berlangsung dengan baik.

9.3.4.2

Probity Auditor adalah pihak eksternal PLN yang dilibatkan untuk menambah

keyakinan atas suatu proses Pengadaan Barang/Jasa tertentu, menilai


kecukupan manajemen risiko Pengadaan Barang/Jasa tertentu, menjadi
saluran whistleblowing para pihak yang terlibat dalam proses Pengadaan
Barang/Jasa jika dibutuhkan, dan menjadi penasihat kepada Direksi
terhadap proses, prosedur, dan value for money suatu Pengadaan
Barang/Jasa.

Probity Auditor dapat ditunjuk dari pihak eksternal yang mempunyai

kecakapan profesional dalam hal Pengadaan Barang/Jasa, baik proses,


prosedur, dan value for money.

Edaran ini merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari Edaran Direksi PT PLN (Persero)
Nomor 0003.ElDIRl2014 tentang Petunjuk Teknis Pengadaan Barang/Jasa PT PlN (Persero).

Edaran ini mulai berlaku terhitung sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
~

109 Desember 2014

127

Vous aimerez peut-être aussi