Vous êtes sur la page 1sur 7

A.

KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi
Sifilis adalah salah satu penyakit menular seksual.Penyakit tersebut
ditularkan melalui hubungan seksual, penyakit ini bersifat Laten atau dapat
kambuh lagi sewaktu-waktu selain itu bisa bersifat akut dan kronis.Penyakit ini
dapat cepat diobati bila sudah dapat dideteksi sejak dini.Kuman yang dapat
menyebabkan penyakit sifilis dapat memasuki tubuh dengan menembus selaput
lendir yang normal dan mampu menembus plasenta sehingga dapat menginfeksi
janin.( Soedarto, 1990 ).
Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Treponema
pallidum.Penyakit menular seksual adalah penyakit yang ditularkan melalui
hubungan seksual. Penyakit ini sangat kronik, bersifat sistemik dan menyerang
hampir semua alat tubuh dapat menyerupai banyak penyakit, mempunyai masa
laten dan dapat ditularkan dari ibu ke janin.
2. Epidemiologi
Asal penyakit sifilis ini tidak jelas.Sebelum tahun 1492 belum dikenal di
Eropa.Pada tahun 1494 terjadi epidemi di Napoli.Pada abad ke-18 baru
diketahui bahwa penularan sifilis melelui hubungan seksual.Pada abad ke-15
terjadi wabah di Eropa.Sesudah tahun 1860, morbilitas sifilis menurun
cepat.Selama perang dunia II, kejadian sifilis meningkat dan puncaknya pada
tahun 1946, kemudian menurun setelah tahun 1946.Kasus sifilis di Indonesia
adalah 0,61%. Penderita yang terbanyak adalah stadium laten, disusul sifilis
stadium I yang jarang, dan yang langka ialah sifilis stadium II.
3. Etiologi
Etiologi dari Penyakit Sifilis, antara lain:Penyebab sifilis ditemukan oleh
SCHAUDINN dan HOFMAN ialah Treponema palidum yang termasuk ordo
Spirochaetaceae dan genus Treponema bentuknya spiral panjang antara 6-15
um dan lebar 0,15 um terdiri atas 8-24 lekukan. Gerakannya berupa rotasi
sepanjang aksis dan maju seperti gerakan pembuka botol membiak secara

pembelahan melintang, pada stadium aktif terjadi setiap 30 jam.Pembiakan


pada umumnya tidak dapat dilakukan diluar badan.Diluar badan kuman tersebut
mudah mati sedangkan dalam darah untuk transfusi dapat hidup sampai 72 jam.
4. Faktor Predisposisi
a. Hubungan seksual yang bebas (Genitogenital, Orogenital maupun
Anogenital).
b. Sering berganti pasangan.
c. Melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi yang
aman.
d. Melakukan hubungan seksual dengan orang yang mengidap sifilis.
e. Janin yang orang tuanya menderita sifilis.
f. Kurangnya kebersihan diri .
g. Virulensi kuman yang tinggi.
h. Kontak langsung dengan lesi yang mengandung Bakteri Treponema
Pallidum.

5. Patofisologi
Bakteri Treponema masuk ke dalam tubuh manusia mengalami kontak,
organisme dengan cepat menembus selaput lendir normal atau suatu lesi kulit
kecil dalam beberapa jam. Kuman akan memasuki limfatik dan darah dengan
memberikan manifestasi infeksi sistemik. Pada tahap sekunder, SSP merupakan

target awal infeksi, pada pemeriksaan menunjukkan bahwa lebih dari 30 % dari
pasien memiliki temuan abnormal dalam cairan cerebrospinal (CSF).
Selama 5-10 tahun pertama setelah terjadinya infeksi primer tidak diobati,
penyakit ini akan menginvasi meninges dan pembuluh darah, sehingga dapat
mengakibatkan neurosifilis meningovaskuler. Kemudian parenkim otak dan
sumsum tulang belakang mengalami kerusakan sehingga terjadi kondiri
parenchymatousneurosifilis.Terlepas dari tahap penyakit dan lokasi lesi,
hispatologi

dari

sifilis

menunjukkan

tanda-

tanda

endotelialarteritis.Endotelialarteritis disebabkan oleh pengikatan spirochaeta


dengan sel endotel yang dapat sembuh dengan jaringan parut.

6. Klasifikasi
Klasifikasi dari Penyakit Sifilis secara khusus, antara lain:
a. Sifilis Stadium I : Terjadi efek primer berupa papul, tidak nyeri (indolen).
Sekitar 3 minggu kemudian terjadi penjalaran ke kelenjar inguinal
medial.Timbul lesi pada alat kelamin, ekstragenital seperti bibir, lidah, tonsil,
puting susu, jari dan anus, misalnya pada penularan ekstrakoital.
b. Sifilis Stadium II : Gejala konstitusi seperti nyeri kepala, subfebris,
anoreksia, nyeri pada tulang, leher, timbul macula, papula, pustul, dan rupia.
Kelainan selaput lendir, dan limfadenitis yang generalisata.
c. Sifilis Stadium III :Terjadi guma setelah 3 7 tahun setelah infeksi.Guma
dapat timbul pada semua jaringan dan organ, membentuknekrosis sentral
juga ditemukan di organ dalam, yaitu lambung, paru-paru, dll. Nodus di
bawah kulit (dapat berskuma), tidak nyeri.

d.

Sifilis Kongenital :
1) Sifilis Kongenital Dini :Dapat muncul beberapa minggu (3 minggu)
setelah bayi dilahirkan. Kelainan berupa vesikel, bula, pemfigus sifilitika,
papul, skuma, secret hidung yang sering bercampur darah, adanya
osteokondritis pada foto roentgen.
2) Sifilis Kongenital Lanjut : Terjadi pada usia 2 tahun lebih. Pada usia 7 9
tahun dengan adanya keratitis intersial (menyebabkan kebutaan), ketulian,
gigi Hutchinson, paresis, perforasi palatum durum, serta kelainan tulang
tibia dan frontalis.
3) Sifilis Stigmata :Terdapat garis-garis pada sudut mulut yang jalannya
radier, gigi Hutchinson, gigi molar pertama berbentuk murbai dan
penonjolan tulang frontal kepala (frontal bossing).

e. Sifilis Kardiovaskular :Umumnya bermanifestasi selama 10 20 tahun


setelah infeksi. Biasanya disebabkan oleh nekrosis aorta yang berlanjut ke
arah katup dan ditandai oleh insufisiensi aorta atau aneureksma, berbentuk
kantong pada aorta torakal.
f. Neurosifilis :
1) Neurosifilis asimtomatik. : Pada sifilis ini tidak ada tanda dan gejala
kerusakan susunan saraf pusat. Pemeriksaan sumsum tulang belakang
menunjukan kenaikan sel, protein total dan tes serologis reaktif.
2)

Neurosifilis meningovaskuler :Adanya tanda kerusakan susunan saraf


pusat

yakni

kerusakan

pembuluh

darah

serebru,

infark

dan

ensefalomalasia. Pemeriksaan sumsum tulang belakang menunjukan


kenaikan sel, protein total dan tes serologis reaktif.

3)

Neurosifilis parekimatosa yang terdiri dari paresis dan tabes dorsalis :


Gejala dan tanda paresis sangatlah banyak dan menunjukan penyebaran
kerusakan parenkimatosa. Gejala tabes dorsalis, yaitu parestesia, ataksia,
arefleksia, gangguan kandungan kemih, impotensi dan perasaan nyeri.

7. Gejala Klinis
a. Sifilis primer: Berlangsung selama 10 - 90 hari sesudah infeksi ditandai
oleh Chancre sifilis dan adenitis regional. Papula tidak nyeri tampak pada
tempat sesudah masuknya Treponema pallidum. Papula segera berkembang
menjadi ulkus bersih, tidak nyeri dengan tepi menonjol yang disebut
chancre. Infeksinya sebagai lesi primer akan terlihat ulserasi (chancre) yang
soliter, tidak nyeri, mengeras, dan terutama terdapat di daerah genitalia
disertai dengan pembesaran kelenjar regional yang tidak nyeri. Chancre
biasanya pada genitalia berisi Treponema pallidum yang hidup dan sangat
menular, chancre extragenitalia dapat juga ditemukan pada tempat masuknya
sifilis primer. Chancre biasanya bisa sembuh dengan sendirinya dalam 4 6
minggu dan setelah sembuh menimbulkan jaringan parut. Penderita yang
tidak diobati infeksinya berkembang ke manifestasi sifilis sekunder.
b. Sifilis Sekunder : Terjadi sifilis sekunder, 210 minggu setelah chancre
sembuh. Manifestasi sifilis sekunder terkait dengan spiroketa dan meliputi
ruam, mukola papuler non pruritus, yang dapat terjadi diseluruh tubuh yang
meliputi telapak tangan dan telapak kaki; Lesi pustuler dapat juga
berkembang pada daerah yang lembab di sekitar anus dan vagina, terjadi
kondilomata lata (plak seperti veruka, abuabu putih sampai eritematosa).
Dan plak putih disebut (Mukous patkes) dapat ditemukan pada membran
mukosa, gejala yang ditimbulkan dari sifilis sekunder adalah penyakit
seperti flu seperti demam ringan, nyeri kepala, malaise, anoreksia,
penurunan berat badan, nyeri tenggorokan, mialgia, dan artralgia serta
limfadenopati menyeluruh sering ada. Manifestasi ginjal, hati, dan mata

dapat ditemukan juga, meningitis terjadi 30% penderita. Sifilis sekunder


dimanifestasikan oleh pleositosis dan kenaikan cairan protein serebrospinal
(CSS), tetapi penderita tidak dapat menunjukkan gejala neurologis sifilis
laten.
c. Relapsing sifilis :Kekambuhan penyakit sifilis terjadi karena pengobatan
yang tidak tepat dosis dan jenisnya. Pada waktu terjadi kekambuhan gejala
gejala klinik dapat timbul kembali, tetapi mungkin juga tanpa gejala hanya
perubahan serologinya yaitu dari reaksi STS (Serologis Test for Syfilis) yang
negatif menjadi positif. Gejala yang timbul kembali sama dengan gejala
klinik pada stadium sifilis sekunder. Relapsing sifilis yang ada terdiri dari :
a) Sifilis laten :Fase tenang yang terdapat antara hilangnya gejala klinik
sifilis sekunder dan tersier, ini berlangsung selama 1 tahun pertama masa
laten (laten awal). Tidak terjadi kekambuhan sesudah tahun pertama
disertai sifilis lambat yang tidak mungkin bergejala. Sifilis laten yang
infektif dapat ditularkan selama 4 tahun pertama sedang sifilis laten yang
tidak menular berlangsung setelah 4 tahun tersebut. Sifilis laten selama
berlangsung tidak dijumpai gejala klinik hanya reaksi STS positif.
b) Sifilis tersier : Sifilis lanjut ini dapat terjadi bertahun tahun sejak
sesudah gejala sekunder menghilang. Pada stadium ini penderita dapat
mulai menunjukkan manifestasi penyakit tersier yang meliputi neurologis,
kardiovaskuler dan lesi gummatosa, pada kulit dapat terjadi lesi berupa
nodul, noduloulseratif atau gumma. Gumma selain mengenai kulit dapat
mengenai semua bagian tubuh sehingga dapat terjadi aneurisma aorta,
insufisiensi aorta, aortitis dan kelainan pada susunan syaraf pusat
(neurosifilis).
c) Sifilis kongenital : Sifilis kongenital yang terjadi akibat penularan dari
ibu hamil yang menderita sifilis kepada anaknya melalui plasenta. Ibu
hamil dengan sifilis dengan pengobatan tidak tepat atau tidak diobati akan
mengakibatkan sifilis kongenital pada bayinya. Infeksi intrauterin dengan
sifilis mengakibatkan anak lahir mati, infantille congenital sifilis atau

sifilis timbul sesudah anak menjadi besar dan bahkan sesudah dewasa.
Pada infantil kongenital sifilis bayi mempunyai lesi lesi mukokutan.
Kondiloma, pelunakan tulang tulang panjang, paralisis dan rinitis yang
persisten. Sedangkan jika sifilis timbul sesudah anak menjadi besar atau
dewasa maka kelainan yang timbul pada umumnya menyangkut susunan
syaraf pusat misalnya parasis atau tabes, atrofi nervous optikus dan tuli
akibat kelainan syaraf nervous kedelapan, juga interstitial keratitis, stig
mata tulang dan gigi, saddel nose, saber shin ( tulang kering terbentuk
seperti pedang ) dan kadang kadang gigi Hutchinson dapat dijumpai.
Prognosis sifilis kongenital tergantung beratnya infeksi tetapi kelainan
yang sudah terjadi akibat neurosifilis biasanya sudah bisa disembuhkan.
(Soedarto, 1990).

Vous aimerez peut-être aussi