Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
MUHAMMAD ROZIQIN
OKTAPIANTI
MUHAMMAD ANIS TASLIM
AMIRA AULIA
DWI HARTINI
BAIQ SELLY SILVIANI
KHOLIDATUL AZIZAH
NUR SAYYID JALALUDDIN RUMMY
131611123017
131611123018
131611123019
131611123020
131611123021
131611123022
131611123023
131611123024
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Asuhan Keperawatan Jiwa pada Remaja dengan Penyalahgunaan
NAPZA.
Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mengalami hambatan dan
kesulitan, tapi berkat bimbingan dari semua pihak maka makalah ini dapat
terselesaikan, untuk itu berkenanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1. Rr Dian Tristiana, S.Kep.Ns.M.Kep selaku dosen penanggung jawab mata
kuliah Keperawatan Jiwa II sekaligus dosen fasilitator.
2. Seluruh staf Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga
3. Rekan mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga khususnya
program B19.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih
dan berharap makalah ini bermanfaat bagi pembaca, guna menambah wawasan
dalam asuhan keperawatan pada pasien asma
Surabaya, November
2016
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
II
III
BAB I PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
Latar Belakang.................................................................................
Rumusan Masalah............................................................................
Tujuan Penulisan .............................................................................
Manfaat Penulisan............................................................................
1
2
3
4
5
7
8
10
10
11
13
16
20
23
23
22
26
27
BAB
III
Kasus
Asuhan
Keperawatan
Jiwa
pada
Pasien
dengan
Ketergantungan Obat
I.Pengkajian.........................................................................................................
II.
Analisis Data...........................................................................................
III.
Pohon Masalah........................................................................................
IV.
Diagnose..................................................................................................
V.
Intervensi.................................................................................................
44
51
52
52
53
BAB IV Pembahasan....................................................................................
56
BAB V Penutup
A. Kesimpulan ...................................................................................
B. Saran
...................................................................................
58
58
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah
bahan/zat/obat yang bila mana masuk ke dalam tubuh manusia akan
mempengaruhi
tubuh
terumata
otak/susunan
saraf
pusat,
sehingga
8.779 kasus dan tahun 2010 jumlah kasus psikotropika menurun secara
signifikan menjadi 1.181 kasus.
Provinsi Jawa Timur dalam 3 tahun terakhir masih menempati urutan
pertama jumlah kasus narkona berdasarkan provinsi. Begitu pula halnya
menurut jumlah tersangka narkoba, Provinsi Jawa Timur menempati urutan
pertama yang jumlah tersangkanya paling banyak dan mengalami
peningkatan dari tahun 2010-2011, yang semula 6.395 tersangka di tahun
2010 meningkat menjadi 8.142 tersangka di tahun 2012. (Kemenkes RI.
2014)
Berdasarkkan Kemenkes (2014) dalam menangani penyalahguna
narkoba saat ini melibatkan berbagai sektor, antara lain Rumah Sakit
khususnya Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) dan Rumah Sakit Jiwa
(RSJ), Panti Rehabilitasi Sosial Narkotika (PRSN), pesantren, lembaga
pemasyarakatan, dan lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dalam
bidang penanggulangan masalah penyalahgunaan narkoba.
Dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang
narkotika yang mengamanatkan pencegahan, perlindungan, dan penyalamatan
bangsa Indonesia dari penyalahgunaan narkotika serta menjamin pengaturan
upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi penyalahguna dan pecandu narkotika,
dimana pada pasal 54 menyebutkan bahwa korban penyalahguna dan
pecandu narkotika wajib rehabilitas. Undang-undang tersebut juga sudah
mengatur bahwa rehabilitasi adalah alternative lain dari hukuman penjara.
Rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan secara utuh dan terpadu
melalui pendekatan nonmedis, psikologis, sosial dan religi agar pengguna
NAPZA yang menderita sindrom ketergantungan dapat mencapai kemampuan
fungsional seoptimal mungkin. Tujuannya pemulihan dan pengembangan
pasien baik fisik, mental, sosial dan spiritual. Sarana rehabilitasi yang
disediakan harus memiliki tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan
(Depkes, 2002)
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan dan menguraikan mengenai
konsep asuhan keperawatan jiwa pada remaja dengan penyalahgunaan
NAPZA.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan devinisi dari remaha, NAPZA, serta
perilaku penyalahgunaan NAPZA
b. Mahasiswa mampu menjelaskan Golongan NAPZA
c. Mahasiswa mampu menjelaskan rentang respon dari penyalahgunaan
NAPZA
d. Mahasiswa mampu menjelaskan zat adiktif yang disalahgunakan
e. Mahasiswa mampu menjelaskan efek dan cara penanganan pada
penyalahgunaan napza
f. Mahasiswa mampu menjelaskan proses terjadinya masalah pada
pengguna narkoba
g. Mahasiswa mampu menjelaskan penyebab terjerumusnya remaja
dalam penyalahgunaan narkoba
h. Mahasiswa mampu menjelaskan dampak dari penyalahgunaan
narkoba
i. Mahasiswa
mampu
menjelaskan
penatalaksanaan
yang
dapat
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Hasil penulisan makalah ini dapat membantu dan mempermudah
mahasiswa dalam memahami dan membentuk kerangka berpikir secara
sistematis
tentang
asuhan
keperawatan
pada
remaja
dengan
penyalahgunaan NAPZA.
2. Manfaat Praktis
a. Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan pada pasien dengan
penyalahgunaan NAPZA.
b. Masyarakat dapat mengetahui mengenai zat adiktif, efek samping,
akibat yang dapat ditimbulkan, pencegahan dan penatalaksanaan yang
harus diberikan pada penyalahguna narkoba.
BAB II
TINJAUAN TEORI
I.
KONSEP NAPZA
A. Definisi
1. Definisi Remaja
Menurut WHO remaja deidefinisikan sebagai masa peralihan dari
masa anak-anak ke masa dewasa. Sedangkan batasan usia remaja menurut
WHO adalah 12 sampai 24 tahun, namun jika pada usia remaja telah
menikah maka tidak tergolong dalam remaja. Sedangkan dalam ilmu
psikologi, rentang usia remaja dibagi menjadi tida yaitu : Remaja Awal
(10-13 tahun), remaja pertengahan (14-16 tahun), dan remaja akhir (17-19
tahun).
10
sindrom
ketergantungan.
(Contoh:
Amfetamin,
11
Maladaptif
Eks-perimental
Rekreasi-onal
Situasional
Penyalah-gunaan Ketergan-tungan
12
Dioxy
Amphetamine)
Halusinogen
Solven & Inhalasi
Nikotin
Kafein
Jenis
Morfin, heroin (puthao), candu, kodein, petidin
Ganja (Mariyuana), minyak hasish
Serbuk kokain, daun koka
Semua minuman yang mengandung ethyl alkohol,
Sedatin (BK), rohipnol, mogadon, dulomid, nipam, mandrax
Ekstasi
LSD, meskalin, jamur, kecubung
Glue (aica aibon), aceton, thinner, N2O
Terdapat dalam tembakau
Terdapat dalam kopi
13
No.
1
Jenis
Opium,
heroin,
Cara penggunaan
Dihirup
melalui
hidung,
morfin
disuntikan
tegang, euphoria
Kokain
Merasa
Kanabis,mariyuana,
ganja
Alkohol
Diminum
diri, relaks
Bergantung
Amfetamin
Diisap,ditelan
alkoholnya
Merasa lebih
percaya
mengurangi
rasa
melalui
otot
atau
gembira,
bertenaga,
kandungan
diri,
lelah,
Sedative
Ditelan
meningkatkan konsentrasi
Merasa
lebih
santai,
Shabu-shabu
Diisap
menyebabkan kantuk
Badan serasa lebih
segara,
XTC
Ditelan
LSD
stamina meningkat
Perasaan
melayang
(fly),
muncul
yang
halusinasi
14
berakibat
perceraian. Kalau pun keluarga ini tetap dipertahankan, maka yang ada
sebetulnya adalah sebuah rumah tangga yang tidak akrab dimana anggota
keluarga tidak merasa betah. Orangtua sering minggat dari rumah atau
pergi pagi dan pulang hingga larut malam. Ke mana anak harus
berpaling? Kebanyakan diantara penyalahguna NAPZA mempunyai
hubungan yang biasa-biasa saja dengan orang tuanya. Mereka jarang
menghabiskan waktu luang dan bercanda dengan orang tuanya (Jehani,
dkk, 2006).
3. Pergaulan (teman sebaya)
Di dalam mekanisme terjadinya penyalahgunaan NAPZA, teman
kelompok sebaya (peer group) mempunyai pengaruh yang dapat
mendorong atau mencetuskan penyalahgunaan NAPZA pada diri
seseorang. Menurut Hawari (2006) perkenalan pertama dengan NAPZA
justru datangnya dari teman kelompok. Pengaruh teman kelompok ini
dapat menciptakan keterikatan dan kebersamaan, sehingga yang
bersangkutan sukar melepaskan diri. Pengaruh teman kelompok ini tidak
hanya pada saat perkenalan pertama dengan NAPZA, melainkan juga
menyebabkan seseorang tetap menyalahgunakan NAPZA, dan yang
menyebabkan kekambuhan (relapse).
Bila hubungan orangtua dan anak tidak baik, maka anak akan
terlepas ikatan psikologisnya dengan orangtua dan anak akan mudah jatuh
dalam pengaruh teman kelompok. Berbagai cara teman kelompok ini
memengaruhi si anak, misalnya dengan cara membujuk, ditawari bahkan
sampai dijebak dan seterusnya sehingga anak turut menyalahgunakan
NAPZA dan sukar melepaskan diri dari teman kelompoknya.
15
4. Karakteristik Individu
a. Umur
Berdasarkan penelitian, kebanyakan penyalahguna NAPZA
adalah mereka yang termasuk kelompok remaja. Pada umur ini secara
kejiwaan masih sangat labil, mudah terpengaruh oleh lingkungan, dan
sedang mencari identitas diri serta senang memasuki kehidupan
kelompok. Hasil temuan Tim Kelompok Kerja Pemberantasan
Penyalahgunaan
Narkoba
Departemen
Pendidikan
Nasional
16
amotivasional.
Putus
obat
golongan
amfetamin
dapat
17
18
19
a. Pencegahan primer
Pencegahan primer atau pencegahan dini yang ditujukan kepada
mereka, individu, keluarga, kelompok atau komunitas yang memiliki
risiko tinggi terhadap penyalahgunaan NAPZA, untuk melakukan
intervensi agar individu, kelompok, dan masyarakat waspada serta
memiliki ketahanan agar tidak menggunakan NAPZA. Upaya
pencegahan ini dilakukan sejak anak berusia dini, agar faktor yang
dapat menghabat proses tumbuh kembang anak dapat diatasi dengan
baik.
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan pada kelompok atau komunitas yang
sudah menyalahgunakan NAPZA. Dilakukan pengobatan agar mereka
tidak menggunakan NAPZA lagi.
c. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier ditujukan kepada mereka yang sudah pernah
menjadi penyalahguna NAPZA dan telah mengikuti program terapi
dan rehabilitasi untuk menjaga agar tidak kambuh lagi. Sedangkan
pencegahan terhadap penyalahgunaan NAPZA yang kambuh kembali
adalah dengan melakukan pendampingan yang dapat membantunya
untuk mengatasi masalah perilaku adiksinya, detoksifikasi, maupun
dengan melakukan rehabilitasi kembali.
2. Pengobatan
Terapi pengobatan bagi klien NAPZA misalnya dengan detoksifikasi.
Detoksifikasi adalah upaya untuk mengurangi atau menghentikan gejala
putus zat, dengan dua cara yaitu:
a. Detoksifikasi Tanpa Subsitusi
Klien ketergantungan putau (heroin) yang berhenti menggunakan zat
yang mengalami gajala putus zat tidak diberi obat untuk
menghilangkan gejala putus zat tersebut. Klien hanya dibiarkan saja
sampai gejala putus zat tersebut berhenti sendiri.
b. Detoksifikasi dengan Substitusi
Putau atau heroin dapat disubstitusi dengan memberikan jenis opiat
misalnya kodein, bufremorfin, dan metadon. Substitusi bagi pengguna
sedatif-hipnotik dan alkohol dapat dari jenis anti ansietas, misalnya
20
21
harapan
dan
keimanan.
Pendalaman,
penghayatan
dan
merupakan
program
lanjutan
(pasca
22
partisipasi
aktif
seluruh
komponen
bangsa
dalam
derajat
kesehatan
masyarakat
termasuk
penanganan
penyalahgunaan NAPZA.
1. Fungsi Perawat
a. Independent
Fungsi independent perawat adalah those activities that are
considered to be within nursings scope of diagnosis and treatment.
Dalam fungsi ini tindakan perawat dalam penanganan klien pengguna
NAPZA tidak memerlukan perintah dokter. Tindakan perawat bersifat
mandiri, berdasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan. Dalam kaitan
dengan penanggulangan penggunaan NAPZA tindakan perawat
diantaranya :
1) Pengkajian klien pengguna NAPZA.
2) Membantu klien pengguna NAPZA memenuhi kegiatan sehari-hari.
3) Mendorong klien berperilaku secara wajar.
b. Interdependent
Fungsi interdependent perawat adalah carried out in conjunction
with other health team members. Tindakan perawat berdasar pada
kerja sama dengan tim perawatan atau tim kesehatan lain. Fungsi ini
dilaksanakan dengan pembentukan tim yang dipimpin oleh seorang
dokter. Dan anggota tim kesehatan lain bekerja sesuai kompetensinya
masing-masing. Contoh tindakannya adalah melakukan kolaborasi
rehabilitasi klien pengguna NAPZA, dimana perawat bekerja dengan
psikiater, social worker, ahli gizi juga rohaniwan,
c. Dependent
Fungsi dependent perawat adalah the activities perfomed based
on the physicians order. Dalam fungsi ini perawat bertindak
membantu dokter dalam meberikan pelayanan medik. Perawat
23
24
perawat
terikat
oleh
kode
etik
profesi
dalam
25
Halusinasi
Efek
Intoksikasi
Core
Penyalahgunaan Zat
Cause
efektifnya
jalan
napas
(depresi
system
pernapasan)
26
27
pengetahuan
beresiko
menggunakan
NAPZA),
pekerjaan
(tingkat
28
6. Faktor Predisposisi
Kaji hal-hal yang menyebabkan perubahan perilaku klien menjadi
pecandu/ pengguna NAPZA, baik dari pasien maupun keluarga seperti:
Factor biologis, factor psikologis dan faktor sosial kultural
7. Faktor Presipitasi
Kaji faktor yang membuat klien menggunakan napza:
a. Pernyataan untuk mandiri dan membutuhkan teman sebaya sebagai
pengakuan (resiko relatif untuk terlibat NAPZA 81,3%)
b. Sebagai prinsip kesenangan, menghindari sakit/stress
c. Kehilangan seseorang atau sesuatu yang berarti
d. Diasingkan oleh lingkungan: rumah, teman-teman
e. Kompleksitas dari kehidupan modern
8. Pemeriksaan Fisik
29
c. Peran
d. Ideal diri :
Klien
menginginkan
keluarga
dan
orang
menghargainya
e. Harga diri : Kurangnya penghargaan keluarga terhadap perannya
11. Hubungan Sosial
lain
30
31
Klien pecandu ganja mungkin akan banyak bicara dan tertawa sehingga
menunjukkan tangensial. Beberapa NAPZA menimbulkan penurunan
kesadaran,
sehingga
klien
mungkin
kehilangan
asosiasi
dalam
ganja
mudah
percaya
mistik,
sedangkan
amfetamin
32
33
C. Intervensi
No
1
Diagnosis Keperawatan
Risiko Bunuh Diri
Perencanaan
Tujuan
TUM:
Klien tidak melakukan
percobaan bunuh diri
TUK:
1. Klien dapat membina 1.1. Ekspresi wajah bersahabat,
hubungan saling percaya
menunjukkan rasa senang, ada
kontak mata, mau berjabat
tangan, mau menyebutkan nama,
mau menjawab salam, klien mau
duduk berdampingan dengan
perawat, mau mengutarakan
masalah yang dihadapinya
2. Klien dapat terlindung
dari perilaku bunuh diri
Intervensi
Kriteria Evaluasi
2.1.
1.1.1.
1.1.2.
1.1.3.
1.1.4.
1.1.5.
2.1.1.
2.1.2.
3. Klien
dapat
mengidentifikasi
penyebab
keinginan
bunuh diri
2.1.3.
3.1.1.
3.1.2.
3.1.3.
3.1.4.
34
No
Diagnosis Keperawatan
Perencanaan
Tujuan
Intervensi
Kriteria Evaluasi
3.1.5.
4. Klien dapat
meningkatkan harga diri
4.1.1.
4.1.2.
4.1.3.
5. Klien dapat
menggunakan koping
yang adaptif
1.1.1.
5.2.1.
5.3.1.
35
No
2
Diagnosis Keperawatan
Risiko Perilaku
Mencederai diri
berhubungan dengan
perilaku kekerasan
Perencanaan
Tujuan
Intervensi
Kriteria Evaluasi
TUM:
Klien tidak mencederai diri
sendiri,orang
lain
dan
lingkungan
TUK:
1.1. Klien mau membalas salam
1. Klien dapat membina
1.2. Klien mau menjabat tangan
hubungan saling percaya 1.3. Klien mau menyebutkan nama
1.4. Klien mau tersenyum
1.5. Klien mau kontak mata
1.6. Klien mau mengetahui nama
perawat
2. Klien dapat
2.1. Klien mengungkapkan
mengidentifikasi
perasaannya
penyebab perilaku
2.2. Klien dapat mengungkapkan
kekerasan
penyebab perasaan jengkel/kesal
(dari diri sendiri, lingkungan atau
orang lain)
3. Klien dapat
3.1. Klien dapat mengungkapkan
mengidentifikasi tanda
perasaan saat marah/jengkel
dan gejala perilaku
kekerasan
3.2. Klien dapat menyimulkan tanda
dan gejala jengkel/kesal yang
dialaminya
4. Klien
dapat 4.1. Klien dapat mengungkapkan
mengidentifikasi perilaku
perilaku kekerasan yang biasa
kekerasan yang bias
dilakukan
dilakukan
4.2. Klien dapat bermain peran sesuai
1.1.1.
1.2.1.
1.3.1.
1.4.1.
1.5.1.
1.6.1.
4.2.1.
36
No
Diagnosis Keperawatan
Perencanaan
Tujuan
5. Klien dapat
mengidentifikasi akibat
perilaku kekerasan
6. Klien dapat
mendemonstrasikan cara
fisik untuk mencegah
perilaku kekerasan
Kriteria Evaluasi
perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan
4.3. Klien dapat mengetahui cara
yang biasa dilakukan untuk
menyelesaikan masalah
5.1. Klien dapat menjelaskan akibat
dari cara yang digunakan klien:
- Akibat pada klien sendiri
- Akibat pada orang lain
- Akibat pada lingkungan
Intervensi
perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
4.3.1.
5.1.1.
5.1.2.
5.1.3.
1.1.1.
1.2.1.
1.1.2.
1.1.3.
1.2.2.
1.2.3.
1.2.4.
1.2.5.
37
No
Diagnosis Keperawatan
Perencanaan
Tujuan
Intervensi
Kriteria Evaluasi
1.2.6.
7. klien dapat
mendemonstrasikan cara
social untuk mencegah
perilaku kekerasaan
38
No
Diagnosis Keperawatan
Perencanaan
Tujuan
Kriteria Evaluasi
7.2. klien dapat mendemonstrasikan
cara verbal yang baik
Intervensi
7.2.1.
39
No
Diagnosis Keperawatan
Perencanaan
Tujuan
Kriteria Evaluasi
8. klien
dapat 8.1. klien dapat menyebutkan
mendemonstrasikan cara
kegiatan ibadah yang biasa
spiritual untuk mencegah
dilakukan
perilaku kekerasan
8.2. klien dapat mendemonstrasikan
cara ibadah yang dipilih
Intervensi
8.1.1. diskusikan dengan klien kegiatan ibadah yang
pernah dilakukan
8.2.1. bantu klien menilai kegiatan ibadah yang
dapat dilakukan di ruang rawat
8.2.2. Bantu klien memilih kegiatan ibadah yang
akan dilakukan
8.2.3. Minta klien mendemonstrasikan kegiatan
ibadah yang dipilih
8.2.4. beri pujian atas keberhasilan klien
9. klien
dapat 9.1. klien dapat menyebutkan jeins,
mendemonstrasikan
dosis, dan waktu minum obat
kepatuhan minum obat
serta manfaat dari obat itu
40
No
Diagnosis Keperawatan
Perencanaan
Tujuan
Kriteria Evaluasi
untuk mencegah perilaku
(prinsip 5 benar: benar orang,
kekerasan
benar obat, dosis, waktu dan cara
pemberian)
Intervensi
9.1.2.
9.2.1.
9.3.1.
9.3.2.
9.3.3.
9.3.4.
41
No
Perencanaan
Tujuan
Kriteria Evaluasi
10. klien dapat mengikuti
10.1. klien mengikuti TAK:
TAK: stimulasi persepsi
stimulasi persepsi pencegahan
pencegahan perilaku
perilaku kekerasan
kekerasan
Diagnosis Keperawatan
11.
klien mendapatkan
dukungan keliarga
dalam melakukan cara
pencegahan perilaku
kekerasan
Intervensi
10.1.1. anjurkan klien untuk ikut TAK: stimulasi
persepsi pencegahan perilaku kekerasan
10.1.2. klien mengikuti TAK: stimulasi persepsi
pencegahan perilaku kekerasan (kegiatan
tersendiri)
10.1.3. diskusikan dengan klien tentang kegiatan
selama TAK
10.1.4. fasilitas klien untuk mempraktikkan hasil
kegiatan TAK dan beri pujian atas
keberhasilan
11.1.
keluarga
dapat
mendemonstrasikan cara merawat
klien
42
No
Diagnosis Keperawatan
Perencanaan
Tujuan
Intervensi
Kriteria Evaluasi
Gangguan persepsi
sensori
TUM:
Klien tidak mengalami
halusinasi
TUK:
1. Klien dapat membina
hubungan saling percaya
1.1.1
43
No
Diagnosis Keperawatan
Perencanaan
Tujuan
Kriteria Evaluasi
dihadapinya.
Intervensi
verbal
maupu
n non
verbal
Perken
alkan
diri
dengan
sopan
Tanyak
an
nama
lengka
p dan
nama
panggil
an yang
disukai
klien.
Jelaska
n
tujuan
pertem
uan
Tunjuk
kan
44
No
Diagnosis Keperawatan
Perencanaan
Tujuan
Kriteria Evaluasi
2.1. Klien
dapat
menyebutkan
waktu, isi,
dan frekuensi
timbulnya halusinasi.
Intervensi
sifat
empati
dan
meneri
ma
klien
apa
adanya.
- Beri
perhati
an
kepada
klien
dan
perhati
kan
kebutu
han
dasar
klien
2.1.1 Adakan kontak sering dan singkat secara
bertahap.
2.1.2 Observasi tingkah laku klien yang terkait
dengan halusinasinya : bicara dan tertawa
tanpa stimulus dan memandang kekiri/
45
No
Diagnosis Keperawatan
Perencanaan
Tujuan
Kriteria Evaluasi
Intervensi
kekanan/kedepan seolah-olah ada teman
bicara
2.1.3 Bantu klien mengenal halusinasinya
- Jika
menemukan
klien
sedang
berhalusinasi : tanyakan apakah ada
suara yang didengarnya.
- Jika klien menjawab ada, lanjutkan : apa
yang dikatakan suara itu
- Kata
kan
bahw
a
pera
wat
perca
ya
klien
mend
engar
suara
itu,
namu
n
pera
wat
sendi
46
No
Diagnosis Keperawatan
Perencanaan
Tujuan
Kriteria Evaluasi
Intervensi
ri
tidak
mend
engar
nya
(deng
an
nada
bersa
habat
tanpa
menu
duh
atau
mme
ngha
kimi
)
- Katakana bahwa klien lain juga ada yang
menseperti klien.
- Katakan perawat akan membantu klien.
2.1.4 Diskusikan dengan klien :
- Situasi yang menimbulkan / tidak
menimbulkan halusinasi ( jika sendiri,
jengkel,atau sedih)
- Waktu dan frekuensi terjadinya
47
No
Diagnosis Keperawatan
Perencanaan
Tujuan
Intervensi
Kriteria Evaluasi
3.1.1
3.2.1
3.1.2
3.3.1
Beri contoh cara menghardik
halusinasi pergi, saya tidak mau
48
No
Diagnosis Keperawatan
Perencanaan
Tujuan
Kriteria Evaluasi
kan cara menghardik halusinasi
Intervensi
mendengar kamu
3.3.2
Minta klien mengikuti contoh yang
diberikan dan minta klien untuk
mengulanginya
3.3.3
Beri pujian atas keberhasilan klien
3.3.4
Susun jadwal latihan klien dan
minta klien untuk mengisi jadwal kegiatan
3.3.5
Tanyakan kepada klien :
bagaimana perasaannya setelah
menghardik? Apakah halusinasinya
berkurang? Berikan pujian.
3.4.1
Beri contoh percakapan dengan
orang lain : Suster saya dengar suarasuara, temani saya bercakap-cakap
3.4.2
Minta klien mengikuti contoh
percakapan dan mengulanginya
3.4.3
Beri pujian atas keberhasilan klien
3.4.4
Susun jadwal klien untuk melatih
diri, mengisi kegiatan dengan bercakapcakap, dan mengisi jadwal kegiatan ( selfevaluation )
3.4.5
Tanyakan kepada klien :
bagaiamana perasaan Tini setelah latihan
bercakap-cakap ? Apakah halusinasinya
berkurang ? Berikan pujian
3.5.1
Diskusikan dengan klien tentang
49
No
Diagnosis Keperawatan
Perencanaan
Tujuan
Kriteria Evaluasi
pelaksanaan kegiatan seharihari
Intervensi
kegiatan harian yang dapat dilakukan
dirumah dan dirumah sakit ( untuk klien
halusinasi dengan perilaku kekerasan,
sesuai kan dengan control perilaku
kekerasan )
3.5.2
Latih klien untuk melakukan
kegiatan yang disepakati dan masukkan
kedalam jadwal kegiatan. Minta klien
mengisi jadwal kegiatan (self-evalution)
3.5.3
Tanyakan kepada klien :
Bagaiman perasaan Tini setelah melakukan
kegiatan harian ? Apakah halusinasinya
berkurang ? Berikan pujian.
3.6.1
3.6.2
3.6.3
50
No
Diagnosis Keperawatan
Perencanaan
Tujuan
Intervensi
Kriteria Evaluasi
TUM
Klien memiliki konsep diri
yang positif
TUK:
1.
Klien dapat
membina hubungan
1.
51
No
Perencanaan
Diagnosis Keperawatan
Tujuan
saling percaya
2.
klien dapat
mengidentifikasi aspek
positif dan kemampuan
yang dimiliki
Kriteria Evaluasi
bersahabat, menunjukkan rasa
senang, ada kontak mata, mau
berjabat tangan, mau menyebutkan
nama, mau menjawab salam, klien
mau duduk berdampingan dengan
perawat, mau mengutarakan masalah
yang dihadapi
Intervensi
Beri salam setiap berinteraksi.
Perkenalkan nama, nama panggilan perawat
dan tujuan perawat berkenalan
Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien
Jelaskan tujuan pertemuan
Jujur dan menepati janji
Tunjukkan sikap empati dan menerima klien
apa adanya
Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien
2.1.1
2.1.2
2.1.3
3.
3.1.
klien menyebutkan
kemampuan yang dapat
52
No
Perencanaan
Diagnosis Keperawatan
Tujuan
dimiliki untuk
dilaksanakan
Intervensi
Kriteria Evaluasi
dilaksanakan
Klien dapat
merencakan kegiatan
sesuai dengan
kemampuan yang
dimiliki
4.1.1.
6. Klien dapat
memanfaatkan sistem
4.1.2.
4.1.3.
5.1.1.
5.1.2.
5.1.3.
5.1.4.
6.1.1.
53
No
Diagnosis Keperawatan
Perencanaan
Tujuan
pendukung yang ada
Intervensi
Kriteria Evaluasi
6.1.3.
54
BAB III
KASUS ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
PADA PASIEN DENGAN KETERGANTUNGAN OBAT
Tinjauan Kasus
Sdr I adalah seorang siswa SMA berusia 18 tahun, anak tunggal dari Tn M
dan Ny T. Sdr I dibawa keluarganya dalam keadaan tangan di borgol dan kaki
diikat karena ketahuan mengkonsumsi obat-obatan terlarang berupa ganja dan
emosi. 2 hari sebelum masuk rumah sakit Sdr I mengkonsumsi obat dextro
sebanyak 10 butir, miras dan ganja 1 batang dengan cara di hisap. Hasil
pemeriksaan fisik di dapatkan TD: 110/70 mmHg, nadi: 99x/menit, suhu: 36,5 oC,
RR: 20 x/menit, TB: 164 cm, BB: 56 kg.
I. Pengkajian
Ruangan : PK. NAPZA
A. Identitas
Nama klien
: Sdr. I
Tanggal Pengkajian
: 9 November 2016
Umur
: 18 tahun
Nomor RM
: 251107
Pendidkan
: SMA
Alamat
: Lawang
B. Alasan Masuk
1. Alasan Masuk
Klien mengatakan saat masuk MRS dipaksa oleh keluarganya dalam
keadaan
tangan
diborgol
dan
kaki
diikat
karena
ketahuan
55
C. Riwayat Pengobatan
Klien mengatakan pernah di rawat di PKJM selama 1 bulan dan
mendapatkan rehabilitasi rohani dan medik.
D. Faktor Predisposisi
Klien mengatakan di bawa ke RSJ lawang, klien pernah di rawat selama 1
bulan di PKJM Banyuwangi. Saat pulang kembali bergabung dengan
teman-teman yang dulu. Dan mengulangi perbuatan hal yang sama (miras
dan penyalahgunaan obat dextro). Pada tahun 2015 klien mengaku pernah
di tahan di BNN selama 10 hari. Menurut status klien dirumah sering
ngamuk-ngamuk sejak 2 bulan yang lalu. Paling parah 1 minggu. Klien
sulit tidur. Minta apapun harus diturutin jika tidak orang tua di ancam.
Klien mengatakan depresi karena hubungan dengan pacarnya tidak
disetujui keluarganya.
Diagnosa Keperawatan: -RPK
-
E. Faktor Presipitasi
Klien mengatakan awalnya dia dapat tawaran pil dextro dari temannya
yang mengatakan pil dextro dapat membuat pikiran happy. Klien
mencoba pil tersebut saat punya masalah.
Diagnosa Keperawatan: Koping individu inefektif
F. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-tanda vital
= TB: 164 cm
3. Keluhan Fisik
Diagnosa Keperawatan: -
BB: 56 kg
56
G. Psikososial
1. Genogram
a. Pola asuh
klien
mengatakan
ketika
ada
Keperawatan:
koping
keluarga
tidak
efektif:
ketidakmampuan
H. Konsep Diri
1. Gambaran diri
Klien mengatakan tidak ada masalah dengan tubuhnya walaupun
sekarang berat badannya berkurang.
2. Peran
Klien mengatakan saya seorang anak dengan usia 18 tahun yang
biasanya sekolah dan bermain dengan teman-teman
3. Identitas
Klien memperkenalkan dirinya dan identitas keluarganya dan klien
bangga dengan identitas menjadi laki-laki
57
4. Ideal diri
Klien mengatakan ingin segera berkumpul bersama kelurga dan
berhenti mengkonsumsi obat-obatan terlarang. Klien ingin segera
kembali sekolah.
5. Harga diri
Klien mengatakan saya merasa malu saat pulang nanti karena saya
dibawa kesini dengan kondisi tangan diborgol dan kaki diikat. Saya
merasa tetangga selalu berfikir negatif.
Diagnosa keperawatan: harga diri rendah
I. Hubungan sosial
1. Orang yang dekat/dipercaya saat ini:
Klien mengatakan dekat dengan teman-temannya karena klien
menganggap hanya teman-temannya yang dapat mengerti klien.
2. Peran serta dalam kegiatan kelompok masyarakat
Klien mengatakan kadang-kadang saja ikut kumpul dengan tetangga
tetapi lebih banyak kumpul dengan teman main.
Di RS klien selalu megikuti program-program yang sudah di
rencanakan seperti keruang rehabilitasi untuk bermusik dan melakukan
sholat berjamaah.
3. Hambatan dalam hubungan dengan orang lain
Klien tidak mempunyai hambatan dalam berhubungan dengan orang
lain terbukti saat perkenalan klien mampu memulai percakapan
walaupun hanya bertanya sedikit dengan tempat asal.
Diagnosa Keperawatan: -
J. Spiritual
1. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan agamanya islam dan meyakini adanya tuhan
2. Kegiatan ibadah
Klien melakukan ibadah secara rutin dan berjamaah selama di RSJ.
Saat dirumah, klien mengatakan sholatnya bolong-bolong.
58
tidak
mengalami
keterlambatan
aktivitas
motorik/
59
60
61
Q. Kemampuan Penilaian
Klien mengatakan bila sampai dirumah, saya akan bergaul dengan teman
baru yang lebih baik dan akan menjauhin teman-teman yang memakai
obat-obat terlarang.
Diagnosa Keperawatan : R. Daya Tilik Diri
Klien menyadari dengan kesalahan yang telah dia perbuat di masa lalu
dan menyadari dengan keadaannya saat ini.
Diagnoa Keperawatan : II. Analisis Data
Tanggal
& Jam
9/11/16
11.00
WIB
9/11/16
11.00
WIB
Data
Ds: - Klien mengatakan selalu mengancam
ibunya jika tidak diberi uang dengan
ancaman tidak mau pulang.
- Menurut status, klien mengancam sambil
membawa parang dan marah-marah
Do: Klien banyak beraktivitas, sulit untuk diam,
terkadang klien terlihat mondar mandir.
Ds : - Klien mengatakan pada tahun 2015
pernah ditahan di BNN selama 10 hari
karena obat terlarang
- Pengambil keputusan dalam keluarga lebih
dominan bapak klien.
9/11/16
11.00
WIB
9/11/16
11.00
Diagnosa Keperawatan
Resiko Perilaku
Kekerasan
62
Tanggal
& Jam
WIB
III.
IV.
Data
(miras dan penyalahgunaan obat dextro).
Do: saat ditanya bagaimana cara klien jika ada
masalah, klien menjawab menghindar/ tidak
pulang
Diagnosa Keperawatan
Pohon Masalah
Risiko Perilaku
Efek
Gangguan Konsep
Diri: HDR
Core
Koping Individu
Cause
Diagnosa
1. Risiko Perilaku Kekerasan
2. Gangguan Konsep Diri: HDR
3. Koping Individu Inefektif
V.
Intervensi
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
Nama Klien
: Sdr. I
No. CM: 251107
: Napza
Unit Keswa
Tgl
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan
Perencanaan
Kriteria Evaluasi
63
Diagnosa
Tgl
Keperawatan
9/11/16 Harga Diri
Rendah
TUM
Klien memiliki konsep
diri yang positif
TUK:
1. Klien dapat
membina hubungan
saling percaya
9/11/16
Perencanaan
Kriteria Evaluasi
Tujuan
2.
klien dapat
mengidentifikasi
aspek positif dan
kemampuan yang
dimiliki
1.1.
Setelah 1x interaksi,
1.1.1
klien menunjukkan ekspresi
wajah bersahabat,
menunjukkan rasa senang,
ada kontak mata, mau
berjabat tangan, mau
menyebutkan nama, mau
menjawab salam, klien mau
duduk berdampingan
dengan perawat, mau
mengutarakan masalah yang
dihadapi
B
m
te
-
2.1.1. D
a
b
2.1.2. B
a
b
2.1.3. B
m
9/11/16
3.1.1. D
da
sa
3.1.2. D
di
pu
9/11/16
4. Klien dapat
merencakan kegiatan
sesuai dengan
kemampuan yang
dimiliki
4.1.1. R
da
ke
a.
b.
64
Diagnosa
Keperawatan
Tgl
Perencanaan
Kriteria Evaluasi
Tujuan
4.1.2. T
4.1.3. B
da
9/11/16
5. Klien dapat
melakukan kegiatan
sesuai rencana yang
dibuat
5.1.1. A
ke
5.1.2. Pa
5.1.3. B
5.1.4. D
ke
6. Klien dapat
memanfaatkan
sistem pendukung
yang ada
6.1.1. B
te
di
6.1.2. B
se
6.1.3. B
ru
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus ini klien merupakan penyalahguna NAPZA psikotropika
golongan ke-4 dimana jenis psikotropika ini merupakan jenis psikotropika yang
digunakan sebagai pengobatan dan dapat menimbulkan efek ketergantungan yang
tidak terlalu berat. Berdasarkan rentang respon klien telah mengalami respon
maladaftif yang ditandai dengan klien telah mencapai tahap ketergantungan
(dependence use) berdasarkan tahapanan pemakaian NAPZA.
Klien berada pada tahap Penggunaan zat adiktif secara situasional, karena
mengatakan alasan mengkonsumsi narkoba akibat klien depresi karena hubungan
dengan pacarnya tidak disetujui keluarganya. Setelah itu, Pasien ditawari pil
dextro oleh temannya yang mengatakan pil dextro dapat membuat pikiran happy.
Kemudian klien selalu mencoba pil tersebut saat punya masalah. Berdasarkan
pernyataan klien tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor risiko yang
mempengaruhi klien dalam penyalahgunaan NAPZA adalah pergaulan (teman
sebaya) dimana faktor pergaulan (teman sebaya) ini dapat menjadi faktor yang
pertama kali memperkenalkan seseorang dengan NAPZA, faktor yang dapat
menyebabkan seseorang tetap menyalahgunakan NAPZA dan juga merupakan
faktor yang dapat menyebabkan kekambuhan (relapse). Dalam kasus ini klien
65
66
garis
besar
faktor
yang
menyebabkan
terjadianya
67
B. SARAN
Dalam
mencegah
penyalahgunaan
narkoba
pihak
yang
Penyalahgunaan
Sarana
Pelayanan
Rehabilitasi
68