Vous êtes sur la page 1sur 8

6.2.1.

1 Peran onkoprotein HPV E6


Protein E6 memiliki tempat ikata urutan terminal-N dengan molekul p53 ranah inti
(asam amino 66-326). Ikatan ini menyebabkan hilangnya fungsi p53 sebagai penekan tumor dan
pemicu apoptosis, dan mempercepat terjadinya degradasi protein tersebut. Protein p53 yang telah
terikat dengan cepat dihancurkan melalui jalur ubikutin-proteasomal.
Fungsi p53 adalah sebagai TSG yang bekerja pada fase G1, protein p53 berfungsi
menginduksi gen WAF1(wild type p53 activated fragment 1)/p21

cipl(cyclin-dependent kinase interacting protein 1)

Produk gen tersebut protein p21cipl menghambat kompleks cdk-cyclin. P53 pada siklus sel
berfungsi menghentikan siklus sel pada gase G1. Penghentian siklus sel bertujuan memberi
kesempatan kepada sel untuk memperbaiki kerusakan yang timbul. Pekerjaan mereparasi
kerusakan gen dilakukan dengan menginduksi gen GADD45. Setelah perbaikan selesai makan
daapt melalui hambatannya pada titik cek daur sel. Kompleks cdk-cyclin berfungsi merangsang
siklus sel untuk memasuki fase selanjutnya.
Apoptosis, kematian sel terprogram, dipicu oleh peristiwa serial, menuju eliminasi sel
yang tidak dibutuhkan. Bila sel dengan mutase yang kompleks dan multiple tidak mengalami
apoptosis, sel tersebut sangat potensial mengalami proses onkogenesis multi tahap dan multi
faktorial. Pada jaringan yang aktif berproliferasi, sinyal intrinsic apoptosis dikontrol oleh
anggota keluarga gen Bcl-2, yang menjadi regulator kritik integritas mitokondria dan apoptosis
yang diinisiasi-mitokondria. Keluarga protein itu mencakup kelompok anti-apoptotik ( Bcl2/Bcl-Xl(family Bcl-2)) dan proapoptotik (Bax(Bcl- 2-associated x protein), Bad(Bcl-2associated agonist of cell death)), dan Bid(protein dengan ranah BH3 interacting domain death
agonist). Jadi Bax mempromosi apoptosis sedangkan Bcl-2 meresepsi apoptosis.
E6 telah diperlihatkan mencegah apoptosis baik tergantung-p53 maupun independen-p53.
P53 adalah salah satu picu apoptosis yang sangat dikenal, tetapi aktivitasnya pada sel yang
terinfeksi-HPV dihalangi oleh protein E6. Lebih-lebih lagi, E6 dapat merusak p53 dengan
menjadikan sasaran untuk proteolysis yang dimediasi ibuquitin. Tetapi E6 juga diperlihatkan
mencegah apoptosis independen-p53. Riset muktahi HPV E6 menemukan bahwa efek proapoptotik dari Bak(Bcl-2- antagonist/killer) adalah sasaran protein HPV E6, dan proses ini
independen-p53. Protein E6 dari HPV-18, HPV-16, dan HPV-11, semua dapat mengikatBak dan
merangsang degradasi, dan downregulasi Bak menginduksi melalui proses E6AP. Pada

kenyataannya, Bak ditemukan berikatan dengan E6-AP(associated protein) pada keadaaan tidak
ada E6-p53. Selain itu E6 juga menghambat fungsi p53 yang melalui kerjasamanya dengan
mikroRNA mir-34, yang akhirnya juga menghambat apoptosis.
Selain pengaruh HPV E6 terhadap daur proliferasi sel, terjadi pula efeknya mengikat.
NFX 1-91 (nuclear transcription factor X-box binding 1), suatu molekul reseptor pada promoter
hTERT ( telomerase reverse transcriptase), pengikatan itu mengakibatkan induksi ekspresi
hTERT. Kadar hTERT, subunit pengikatan itu mengakibatkan induksi ekspresi hTERT. Kadar
hTERT, subunit katalitik telomerase mengatur rekativasi enzim telomerase. Sebagian besar
tumor menunjukkan re-ekspresi telomerase dan tampaknya menjadi factor kritikal untuk survival
sel tumor, mengatasi penuaan sel replikatif. Ekspresi ektopik hTERT pada sel kanker ditemukan
menyebabkan immortality selular. Akhir-akhir ini diperlihatkan bahwa karsinoma serviks
mengekspresikan copy genom HPV terintegrasi memperlihatkan aktivitas telomerase tinggi.
Lebih-lebih lagi, diperlihatkan bahwa ekrepsi telomerase berkorelasi bermakna dengan derajat
kanker serviks histologic tinggi.
Banyak factor yang telah diperlihatkan upregulasi ekspresi hTERT, termasuk c-myc dann
onkoprotein virus. E6 resiko tinggi dipercaya menginduksi aktivitas telomerase sewaktu progresi
menuju keganasan, tetapi mekanisme lain masih mungkin. Dipostulatkan E6 berinteraksi dengan
c-myc, dan kompleks c-myc-E6 secara sinergistik mempromosi induksi hTERT dimediasi E6.
Rangsang langsung promoter hTERT dan pencegahan efek hambat p53 disugesti sebagai
mekanisme alternative pemeliharaan telomerase sel kanker serviks.

6.2.1.2 Peran onkoprotein HPV E7


Protein E7 berperan utama pada aktivitas HPV yang mengakibatkan transformasi dan
imortalisasi secara independen. Protein E7 mempertahankan region CR1 dan CR2 pada amino
termininya, mempunyai komposisi terikat komponen kecil seng terdiri atas 100 asam amino yang
terfosforilasi pada keadaan awal dan tanpa aktivitas enzimatik. proteinE7 mempunyai tempat
yang dapat berikatan dengan protein retinoblastoma, juga suati struktur yang berkaitan dengan
protein mirip kantong retinoblastoma yaitu p130 dan p107. Selain itu, melaluin CR1
(complement component receptor) E7 berinteraksi dengan protein p600 ( retinoblastoma-

associated factor, disebut juga ubiquitin protein ligase E3 component n-recognin) yang
berasosiasi dengan pRb. E7 juga berinteraksi dengan P/CAF(P300/CBP-associated factor) dan
mengurangi aktivitas asetiltransferasenya.

Protein retinoblastoma menghambat proliferasi sel dengan pengikatan reversible protein


E2F. pada G0/G1 Rb hipofosforilasi terikat dengan E2F. karena Rb mengkode ranah repressor
transkripsi, kompleks pRb/E2F berfungsi sebagai repressor transkripsi (Reversible). Bila E2F
terikat protein retinoblastoma, terjadi hambatan transkripsi gen fase S. Hambatan diatasi secara
fisiologik dengan fosforilasi protein retinoblastoma dengan aktivitas cyclin-cdk. Tiap kompleks
cycling/cdk mengontrol transisi spesifik daur sel, kunci sasaran hulu dari kompleks cyclin/cdk
fase G1 adalah anggota keluarga pRb yakni p107 dan p130. Sesudah fosforilasi oleh kompleks
cyclin/cdk di G1, kompleks pRb/ E2F terpisah dan E2F bekerja sebagai activator transkripsi,
sehingga tercapai entri fase S. sewaktu progresi G1 menuju tahap S, Rb berurutan mengalami
fosforilasi oleh cycin D1/cdk 4-6 dan cyclin E/cdk2, dimana hipofosforilasi Rb merupakan
bentuk yang menghambat entri fase S, jadi fosforilasi sequensial Rb menginaktivasi fungsi
represornya, aktivitas repressor Rb dan protein kantong terkait dimediasi oleh keluarga factor
transkripsi E2F. tetapi protein virus E7 mengikat Rb hipofosforilasi lebih permanen, dan
memisahkan factor transkripsi E2F dari Rb. Jadi pengikatan Rb dengan E7, mengganggu fungsi
reseptornya dan esensial untuk transformasi maligna, karena protein E7 strain HPV resiko rendah
ternyata tidak berafinitias dengan RB.
Setelah interaksi E7/pRb, protein E7 juga menyasar pRb untuk degradasi yang dimediasi
ubiquitin oleh proteasome. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas transformasi seluler E7
berkorelasi erat dengan kemampuannya menghambat degradasi pRb. Untuk regulasi fosforilasi
dan defosforilasi, cdl diatur oleh grup yang secara fungsional merupakan protein berkaitan yang
disebut penghambat cdks. Pada sel epitel yang berdiferensiasi, terdap penghambat cdks dengan
kadar tinggi (p21cipl dan p27

kipl

) yang dapat mendorong pembentukan kompleks molekul inaktif

terdiri atas cyclin E/cdl dan p21cipl serta p27

kipl

. Sewaktu infeksi HPV, kemampuan E7

merangsang entri fase-S terbatas pada kelompok sel dengan kadar p21cipl / p27 kipl rendah atau sel
yang mengekspresikan E7 cukup tinggi untuk mengatasi blok entri fase S. tetapi studi muktahir
menyarankan bahwa overekspresi E7 juga dapat mempengaruhi aktivitas p21 cipl dan p27

kipl

dan

melampaui control titip ce G1. Sebagai tambahan, E7 juga berasosiasi dengan protein lain yang
terlibat proliferasi sel, termasuk efek epigenetic enzim histon deasetilase dan komponen
kompleks transkripsi AP-1 (avtivator protein-1), melalui upregulasi p21 cipl protein E7
menghambat fungsi regulasi siklus di fase G0 dan G1, dimana TSG pRB berkaitan dengan E2F,
ikatan E7 dan pRB menyebabkan E2 terlepas. E2F merangsang proto-onkogen c-myc dan N-myc
(neuroblastoma derived myc) yang selanjutnya akan terjadi proses transkripsi sehingga memacu
proses siklus sel. Kekuatan ikatan protein E7 dengan pRb berbeda-beda diantara beberapa jenis
virus HPV. Ikatan E7 HPV tipe 6 dan 11 kurang kuat dibandingkan dengan E7 HPV ataupun 18.
Akibatnya pada infeksi HPV 16 atau 18 terjadi proliferasi tanpa pengaturan yang berlebihan.
Ikatan E7 dengan p600 mengakibatkan hambatan apoptosis dalam transformasi sel epitel.
Protein p600 berperan pada regulasi sinyal yang dimediasi integrin atau menurunkan sensitisasi
apoptosis karena pelepasan epitel. E7 menimbulkan down-modulation P/CAF sehingga menekan
diferensiasi keratinosit dan mempercepat pertumbuhan selular. HPV E7 selain berikatan dengan
protein retinoblastoma, juga berikatan dan menyebabkan inaktivasi p53. P/CAF merupakan
koaktivator transkripsi p53, downregulasi oleh E7 juga menghambat transkripsi p53. Hilangnya
fungsi p53 mengakibatkan penghentian sel pada fase G1 tidak terjadi, dan sel akan terus masuk
ke fase S. selain itu proses apoptosis yang dimediasi p53 tidak terjadi.
Sekalipun overekspresi E6 dan E7 tampaknya berperan sentral pada perkembangan
kanker, factor tersebut akan lebih efektif bila ditambah abnormalitas genetik dan epigenetic
lainnya. Abnormalitas gen lain yang spesifik saat karsinogenesis serviks juga merupakan hal
yang penting dan mempengaruhi agresivitas tumor tersebut. Sebagai tambahan perubahan p53
dan pRb, keluarga gen ras (rat sarcoma) (k-ras(Kristen), H(Harvey)-ras, dan N(neuroblastoma)ras) serta c-myc agaknya juga berperan pada pathogenesis untuk kanker serviks. Masing-masing
gen ini telah dilaporkan overekspresi pada kanker serviks dan berkaitan dengan prognosis buruk.
H-ras. K-ras, N-ras berturut-turut berlokus pada kromosom 11p15.1, 12p12.1, dan
1p13.2. tiga gen ini mempunyai kemiripan struktur dan seluruhnya mengkode protein 21
kilodalton (p21), panjangnya 189 asam amino, dengan aktivitas GTPase(guanosine
triphosphatase), yang berpartisipasi pada transduksi signal selular. Aktivasi onkogen ras oleh
mutase titik agaknya memainkan peran penting pada proses multi step karsinogenesis, perubahan
ras tersering bermutasi adalah kodon 12, 13 , dan 61, yang menghilangkan aktivitas p21 GTPase,

menggambarkan p21ras. Reaktivasi. Overekspresi gen ras dilaporkan pada bebrapa kanker
mencakup payudara, kolon kepala, dan leher, kandung kemih, dan paru. Peningkatan ekspresi
p21 ras juga dilaporkan pada tumor serviks. Pada studi in vitro diperlihatkan E6 dan E7 dapat
berkooperasi dengan ras terkaktivasi untuk transformasi sel epitel. Pada sel normal myc
dibutuhkan untuk entri daur sel, dan overekspresinya mengakibatkan apoptosis sesudah
penghentian pertumbuhan yang diinduksi factor eksternal. Faktor eksternal. Di pihak lain, pada
kanker overekspresi menyebabkan reentry daur sel dan beraksi sebagai penggeser angiogenik.
Gen yang mengkode protein c-Myc berlokus dikromosom 8q24, lokus HPV 16 sering
berintegrasi, yang mensugesti integrasi HPV ke region c-Myc yang rapuh mungkin penting untuk
onkogenesis. Lebih-lebih lagi, overekspresi c-MYc berkaitan dengan resiko tinggi metastasis.
Perubahan pada gen regulator daur sel CDKN2A juga tampaknya terlibat karsinogenesis
berasosiasis-HPV. Gen tersebut berlokus dikromoso 9p21 mengkode 2 protein yang berbeda
fungsi, penghambat cdk p16ink4a dan p14ari seraya p16ink4a mencegah entri fase-S dengan
menghambat fosforilasi yang dimediasi CDK 4/6 terhadap RB. P14 arf adalah kunci pemicu
stabuilisasi p53 pada respons sinyal onkogenik. Meskipun perubahan p16ink4a dan p14arf telah
dilaporkan pada beberapa jenis tumor, peran protein tersebut pada kanker serviks kurang
dipahami. Hasil yang kontradiktif dilaporkan tentang ekspresi p16ink4a pada kanker serviks. Ada
laporan tentang pengurangan ekspresi dan adapula laporan overekspresi. Demikian pula tentang
p14arf, kadar ekspresi belum banyak diteliti pada kanker serviks. Karena p14arf,secara positif
diatur oleh faktir transkripsi E27 dan secara negative diregulasi oleh p53, HPV E6/E7
onkoprotein dipostulatkan upregulasi ekspresi pada kanker serviks positif HPV sebagai
konsekuensi ekspresi HPV E6 dan E7.
Penelitian tentang profil genetik menunjukkan adanya pengaruh perubahan MikroRNA
(mRNA) pada karsinogenesis serviks yaitu suatu segmen pendek non-sandi (-22
nukleotida)yang mengatur ekspresi gen. Diperkirakan mRNA mengatur -30% gen manusia,
melibatkan

berbagai

proses

biologic

mencakup:

daur

sel,

differensiasi,

perkembangan,metabolism, dan termasuk penyakit. Berbagai penelitian menunjukkan tanda


miRNA, baik pada keganasan hematologic maupun tumor padat. Penemuan pertama miRNA
sebagai molekul fungsional terjadi pada penelitian Lee dkk tahun 1993, dan demonstrasi pertama
adanya kaitan miRNA dan kanker dilaporkan tahun 2002 ( lihat bab 4 halaman 133) ekspresi

RNA nonsandi yang melibatkan molekul kecil RNA atau mikroRNA yang dapat overekspresi
dan underekspresi. Berkaitan dengan hambatan fungsi p53 telah diketahui downregulasi miR-34
yang menghambat apoptosis. Overekspresi yang terjadi pada miR-200a dan miR-9 berperan
sebagai faktor prognostik. Overekspresi mir-200a agaknya berkaitan dengan potensi metastasis.
Dengan teknik DNA microarray dan RNA microarray telah diketahui perbedaan ekspresi baik
upregulasi/overekspresi maupun downregulasi, namun kemaknaan masih dalam proses
penelitian.
Mutasi (baik mutasi titik maupun delesi) bukan hanya satu-satunya cara inaktivasi gen
penekan tumor (tsg, tumor suppressor gene). Akhir-akhir ini pentingnya perubahan epigenetik
pada karsionogenesis serviks uteri yaitu terjadinya fenotip maligna sudah tergambar. Pada
keganasan beberapa TSG tidak ditranskripsi karena region promotornya termetilasi. Contoh
inaktivasi TSG karena hipermetilasi regio promoternya ialah INK4a dan RASSF1A. Pada
peristiwa hipermetilasi yang diteliti berkaitan dengan karsinogenesis, hipermetilasi promoter
pulau CpG telah sering diteliti pada banyak kanker termasuk kanker serviks. Pulau CpG sering
berkaitan dengan region promoter, dan hipermetilasi regio ini kemungkinan adalah karakteristik
terbaik dari perubahan epigenetic. Keadaan tersebut sering mengakibatkan pembungkaman gene,
sehingga menjadi pengganti penanda status ekspresi. Lebih-lebih lagi, pengenalan meningkat
pada pulau CpG mencakup banyak gene, yang tidak metilasi pada jaringan normal, ternyata
mengalami metilasi pada banyak jenis kanker, menandakakan hal ini merupakan unsur penting
pada karsinogenesis. Saat ini, beberapa bukti peningkatan hipermetilasi pada promoter gene yang
berkaitan dengan kanker serviks, yaitu salah satu gene p16 ink4a. , DAPK (Death-Associated
Protein Kinase), MGMT (O-6methylguanine-DNA-methyltransferase), APC (adenomatous
polyposis complex), HIC-1 hypermethylated in cancer 1), dan E-cadherin terjadi 79% kanker
serviks. Penelitian lain mendeteksi aberrant metilasi pada salah satu gene p16ink4a RAR (Retinoic
Acid Reseptor ), FHIT (fragile histidine triad), GSTP (glutathione S transferase pi 1), MGMT,
hMLH1 (human homolog mutL Escherchia Colli). Dampak tambahan, hipermetilasi
DNApromotor menjadi sasaran pemeriksaan teknik PCR sensitive metilasi. Selanjutnya,
frekuensi peningkatan hipermetilasi berkorelasi dengan lanjutnya penyakit kanker serviks.
Hipermetilasi promoter merupakan keadaan yang reversible dan dapat diterapi penghambat DNA
metiltransferase (DNMT) yaitu 5-azacytidin. Penghambatan DNMT memulihkan fungsi TSG.
Selain itu dapat terjadi modifikasi histon karena kerja histon metiltransferase pada h3

mengakibatkan metilat lisin 9 Me K9H3 ( metilasi histone H3 dilysisne (amino acid code=K) 9)
sehingga histon mengalami deasetilase dan terjadi pembungkaman. Keadaan ini dapat diterapi
dengan penghambat HDAC (histone deacetylase) sodium butirat trichostatin A.
Instabilitas genomic menuju karsionogenesis serviks terlihat pada pengaruh HPV E6
dan E7 yang mengakibatkan instabilitas genomic. Terdapat beberapa mekanisme yang
mengakibatkan penambahan atau pengurangan DNA dikromosom antara lain non-disjunction
mitotic, defek titik cek benang kumparan (spindle) atau gangguan polaritas dari pembelahan sel.
Gangguan polaritas ini terutama menjadi perhatian dalam konteks karsinogenesis berkaitan HPV
karena abnormal mitosis multipolar di lapisan suprabasal telah dekenal sejak lama sebagai
penanda lesi derajat tinggi berkaitan HPV di servika uteri. Pembelahan sel abnormal ini secara
khas diakibatkan adanya banyak kutub kumparan mitotic. Kutub kumparan mitotic berasal dari
sentrosom, suatu organel sitroplasmik kecil yang berperan penting pada belum tahap mitosis,
dengan proses yang belum sepenuhnya dipahami namun paling mungkin di regulasi oleh protein
kinase. Sebagian kinase ini yang berdampak pada regulasi dupliksai sentrosom juga
mempengaruhi progresi daur sel. Hal ini mencakup kompleks cyclin E/cdk2 dan yclin A/cdk 2.
Jadi, bersamaan dengan progresi transisi G1/5 juga memicu duplikasi sentrosom orkestrasi
pembelahan

sel.

Seperti

juga

kromosom,sentrosom

dari

sel

mengalami

duplikasi

sentrosom,proses duplikasi kromosom dan sentrosom terjadi berbarengan.


Overekspresi HPV E6 menimbulkan respon abnormalitas sentrosom dinyatakan dari
tampilan abnormalitas inti sel antara lain mencakup inti multiple dan adanya mikronukleus, atau
mengandung inti multilobulasi besar,yang mungkin terbentuk sebagi konsekuensi blok
sitokinesis persisten. Abnormalitas sentrosom sesuai overekspresi HPV-16 E6 hanya terbukti
setelah terjadinya proses replikasi yang berkelanjutan menunjukan akumulasi abnormalitas yang
prarel dengan perubahan sifat sel yang lainnya/ Bila E6 dan E7 keduanya terekspresi berlebihan
jelas terlihat efek penambahan pada kejadian pada abnormalitas sentrosom dan pembelahan sel
multipolar. Hal ini dapat dijelaskan sebagai karena induksi E6 yang menimbulkan relaksasi titik
cek G2/M sehingga mengizinkan peningkatan propoprsi sel yang memasuki tahap mitosis dan
adanya kumparan multipolar.
Ekspresi E6 bekerja sama dengan E7 juga menginduksi abnormalitas struktur kromosom
yang disebut pembentukan jembatan anaphase. Ekspresi E6 dan E7 meniadakan banyak control

titik cek multiple dan respons kerusakan DNA. Hal ini menimbulkan banyak control titik cek
multiple dan respon kerusakan DNA. Hal ini menimbulkan daur kerusakan fusi jembatan
kromosom yang dipertimbangkan menimbulkan berbagai prosess penyusunan kromosom
termasuk translokasi,delesi dan penambahan.
Onkoprotein HPV E7 dapat dengan cepat merusak control normal duplisai sentrosom menuju
pembentukan sejumlah abnormal sentrosom dan sentriol. Sentriol adalah struktur mikrotubulus
berbentuk tong kecil dan tiap sentrosom biasanya mengandung sepasang sentriol dipusatnya.
Ekspresi HPV 16 E7 dengam cepat menginduksi duplikasi abnormal sentrosom mendahului
aneuploidasi dan dapat menyrbabkan efek mitosis berkaitan sentrosom. Abnormalitas duplikasi
sentrosom menyebabkan instabilitias kromosom berkelanjutan dengan berbagai efek selular.
MTI-MMP 9membrane type 1-,atrix metalloproteinase) menunjukan peningkatan dan
menjadi enzim yang memediasi progresi kanker serviks. Tetapu positivitas MT1-MMP saja tidak
selalu cukup menjadi indicator bahwa keratinosit telah mengalami transfrortmasi dan bersifat
invasive. Masih dibutukan ekspresi MMP=1 (matrix metalloproteinase) yang menunjukan invasi
kolagen 1. Rasio MMP-2:TIMP-2 (tissue inhibitor metalloproteinase) pada karsinogenasi serviks
meningkat sesuai progresi LIS (lesi intraepitel serviks) yaitu positivitas MMP-2 makin
meningkat dan TIMP-2 menurun menuju negative. Tetapi hal itu tidak berkaitan dengan HPV
resiko tinggi. TIMP-2 dapat menjadi factor predictor survival. Demikian juga MMP-9
menunjukkan progresi yang mirip MMP-2. Downregulasi supresor metastasis nm23-H1 juga
berkaitan dengan progresi SIL (squamous intraepithelial lesion=cervical intraephitelial
neoplasia,CIN),LAS-DR (lesi intraephitelial skuamosa derjat rendah) menuju LIS-DT )derajat
tinggi) dan karsinoma invasive dan berperan sebagai factor prognostic, tetpi juga tidak berkaitan
dengan HPV resiko tinggi.

Vous aimerez peut-être aussi