Vous êtes sur la page 1sur 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Human Immunodeficiency Virus (HIV) Merupakan virus yang merusak sistem
kekebalan tubuh manusia yang tidak dapat hidup di luar tubuh manusia. Kerusakan
sistem kekebalan tubuh ini akan menimbulkan kerentanan terhadap infeksi penyakit.
Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah suatu kumpulan gejala
penyakit kerusakan sistem kekebalan tubuh, buka penyakit bawaan tetapi di dapat dari
hasil penularan.
Acquired Immune Defiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala
penyakit yang dapat disebabkan oleh Human Immuno Deficiency Virus (HIV). Virus
dapat ditemukan dalam cairan tubuh terutama pada darah, cairan vagina, cairan
sperma, cairan Air Susu Ibu. Virus tersebut merusak system kekebalan tubuh manusia
dengan mengakibatkan turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah
terjangkit penyakit infeksi. (Pedoman Nasional Perawat, Dukungan Dan Pengobatan
Bagi ODHA, Jakarta, 2003, hal 1)
Human Immuno Deficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem
kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah
satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih
tersebut termasuk limfosit yang disebut T. Limfosit atau sel T-4 atau disebut juga
sel CD 4. (100 pertanyaan Seputar HIV / AIDS Yang Perlu Anda Ketahui, Medan,
2006, hal 1).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas adapun masalah yang dapat kami kaji dalam
makalah ini yaitu:
1. Apa pengertian HIV/AIDS ?
2. Bagaimana etiologi HIV/AIDS ?
3. Bagaimana patofisiologi HAIV/AIDS ?
4. Bagaimana tanda dan gejala HIV/AIDS ?
1

5. Bagaimana konsep asuhan keperawatan HIV/AIDS ?

C. Tujuan
Dalam pembuatan makalah ini, adapun tujuan yang hendak dicapai penulis yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian HIV/AIDS.
2. Untuk mengetahui etiologi HIV/AIDS.
3. Untuk mengetahui patofisiologi HIV/AIDS
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari HIV/AIDS
5. Untuk mengetahui asuhan keperawatan HIV/AIDS

D. Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini semoga makalah ini bisa
membantu mahasiswa untuk lebih mengetahui tentang gangguan sistem imun
polisitemia dan menambah wawasan pengetahuan mahasiswa tentang bagaimana
pemberian asuhan keperawatan pada pasien polisitemia

BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Pengertian
Human Immunodeficiency Virus (HIV) Merupakan virus yang merusak sistem
kekebalan tubuh manusia yang tidak dapat hidup di luar tubuh manusia. Kerusakan sistem
kekebalan tubuh ini akan menimbulkan kerentanan terhadap infeksi penyakit. Sedangkan
AIDS atau Acquired Immune Deficiency Sindrome merupakan kumpulan gejala penyakit
akibat menurunnya system kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV. Dalam bahasa
Indonesia dapat dialih katakana sebagai Sindrome Cacat Kekebalan Tubuh Dapatan.
a)

Acquired : Didapat, Bukan penyakit keturunan

b)

Immune : Sistem kekebalan tubuh

c)

Deficiency : Kekurangan

d)

Syndrome : Kumpulan gejala-gejala penyakit

AIDS adalah sekumpulan gejala yang menunjukkan kelemahan atau kerusakan daya
tahan tubuh yang diakibatkan oleh factor luar ( bukan dibawa sejak lahir ). AIDS diartikan
sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus menerus yang berkaitan dengan infeksi
Human Immunodefciency Virus (Suzane C. Smetzler dan Brenda G.Bare).
AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan
ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi
dan berkaitan dengan pelbagi infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan
malignitas yang jarang terjadi.
2. Etiologi

Pada tahun 1986 di afrika ditemukan beberapa tipe HIV, yaitu HIV-1 yang sering
menyerang manusia dan HIV-2 yang ditemukan di Afrika Barat. Virus HIV termasuk
subfamili lentivirinae dan famili retriviridae.
Asam nukleat dari famili retrovirus adalah RNA yang mampu membentuk DNA dan
RNA. Enzim transkiptase reversi menggunakan RNA virus sebagai cetakan untuk
membentuk DNA. DNA ini bergabung dengan kromosom induk (sel limfosit T4 dan sel
makrofag) yang berfungsi sebagai pengganda virus HIV. Secara sederhana sel HIV terdiri
dari:
1. Inti - RNA dan enzim transkriptase reversi (polimerase), protease, dan integrase
2. Kapsid antigen p24
3. Sampul (antigen p17) dan tonjolan glikoprotein (gp120 dan gp41)
AIDS dapat menyerang semua golongan, umur termasuk bayi pria maupun wanita,
yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :
a.

Lelaki homoseksual atau biseks

b.

Orang yang ketagihan obat intravena

c.

Partner seks dari penderita AIDS

d.

Penerima darah atau produk darah (transfusi)

e.

Bayi dari ibu/bapak yang terinfeksi.

(Brunner & Suddarth, 2002)


Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
a. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala.
b.

Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness.

c.

Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.

d.

Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari
menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.

e.

AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system
sistem tubuh dan manifestasi neurologist. AIDS dapat menyerang semua golongan
umur, termasuk bayi, pria maupun wanita.

3. Patofisiologi
Tubuh mempunyai suatu mekanisme untuk membasmi suatu infeksi dari benda asing,
misalnya : virus, bakteri, bahan kimia, dan jaringan asing dari binatang maupun manusia lain.
Mekanisme ini disebut sebagai tanggap kebal (immune response) yang terdiri dari 2 proses
yang kompleks yaitu : Kekebalan humoral dan kekebalan cell-mediated. Virus AIDS (HIV)
mempunyai cara tersendiri sehingga dapat menghindari mekanisme pertahanan tubuh. beraksi bahkan kemudian dilumpuhkan.
Virus AIDS (HIV) masuk ke dalam tubuh seseorang dalam keadaan bebas atau berada
di dalam sel limfosit. Virus ini memasuki tubuh dan terutama menginfeksi sel yang
mempunyai molekul CD4. Sel-sel CD4-positif (CD4+) mencakup monosit, makrofag dan
limfosit T4 helper. Saat virus memasuki tubuh, benda asing ini segera dikenal oleh sel T
helper (T4), tetapi begitu sel T helper menempel pada benda asing tersebut, reseptor sel T
helper .tidak berdaya; bahkan HIV bisa pindah dari sel induk ke dalam sel T helper tersebut.
Jadi, sebelum sel T helper dapat mengenal benda asing HIV, ia lebih dahulu sudah
dilumpuhkan. HIV kemudian mengubah fungsi reseptor di permukaan sel T helper sehingga
reseptor ini dapat menempel dan melebur ke sembarang sel lainnya sekaligus memindahkan
HIV. Sesudah terikat dengan membran sel T4 helper, HIV akan menginjeksikan dua utas
benang RNA yang identik ke dalam sel T4 helper. Dengan menggunakan enzim yang dikenal
sebagai reverse transcriptase, HIV akan melakukan pemrograman ulang materi genetik dari
sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double-stranded DNA (DNA utas-ganda). DNA ini
akan disatukan ke dalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi
yang permanen.
Fungsi T helper dalam mekanisme pertahanan tubuh sudah dilumpuhkan, genom dari
HIV proviral DNA dibentuk dan diintegrasikan pada DNA sel T helper sehingga
menumpang ikut berkembang biak sesuai dengan perkembang biakan sel T helper. Sampai
suatu saat ada mekanisme pencetus (mungkin karena infeksi virus lain) maka HIV akan aktif
membentuk RNA, ke luar dari T helper dan menyerang sel lainnya untuk menimbulkan
penyakit AIDS. Karena sel T helper sudah lumpuh maka tidak ada mekanisme pembentukan
sel T killer, sel B dan sel fagosit lainnya. Kelumpuhan mekanisme kekebalan inilah yang
disebut AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) atau Sindroma Kegagalan Kekebalan.
Pohon Masalah (Terlampir)

4. Klasifikasi
Sejak 1 januari 1993, orang-orang dengan keadaan yang merupakan indicator AIDS
(kategori C) dan orang yang termasuk didalam kategori A3 atau B3 dianggap menderita
AIDS.
a. Kategori Klinis A
Mencakup satu atau lebih keadaan ini pada dewasa/remaja dengan infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) yang sudah dapat dipastikan tanpa keadaan dalam
kategori klinis B dan C.
1) Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang simptomatik.
2) Limpanodenopati generalisata yang persisten (PGI : Persistent Generalized
Limpanodenophaty)
3) Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut dengan sakit
yang menyertai atau riwayat infeksi Human Immunodeficiency Virus
(HIV) yang akut
b. Kategori Klinis B
Contoh-contoh keadaan dalam kategori klinis B mencakup :
1)
Angiomatosis Baksilaris
2)
Kandidiasis
Orofaring/
3)

Vulvavaginal

(peristen,frekuen / responnya jelek terhadap terapi


Displasia Serviks (sedang / berat karsinoma
serviks in situ)

4)

Gejala konstitusional seperti panas (38,5o C)

5)
6)

atau diare lebih dari 1 bulan.


Leukoplakial yang berambut
Herpes Zoster yang meliputi 2 kejadian yang

7)
8)

bebeda / terjadi pada lebih dari satu dermaton saraf.


Idiopatik Trombositopenik Purpura
Penyakit inflamasi pelvis, khusus dengan abses

Tubo Varii
c. Kategori Klinis C
Contoh keadaan dalam kategori pada dewasa dan remaja mencakup :
1) Kandidiasis bronkus,trakea / paru-paru, esophagus
2) Kanker serviks inpasif
3) Koksidiomikosis ekstrapulmoner / diseminata
4) Kriptokokosis ekstrapulmoner
5) Kriptosporidosis internal kronis
6) Cytomegalovirus (bukan hati,lien, atau kelenjar limfe)
7) Refinitis Cytomegalovirus (gangguan penglihatan)
8) Enselopathy berhubungan dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV)
9) Herpes simpleks (ulkus kronis,bronchitis,pneumonitis / esofagitis)
10) Histoplamosis diseminata / ekstrapulmoner )
6

11) Isoproasis intestinal yang kronis


12) Sarkoma Kaposi
13) Limpoma Burkit , Imunoblastik, dan limfoma primer otak
14) Kompleks mycobacterium avium ( M.kansasi yang diseminata /
ekstrapulmoner
15) M.Tubercolusis pada tiap lokasi (pulmoner / ekstrapulmoner )
16) Mycobacterium, spesies lain,diseminata / ekstrapulmoner
17) Pneumonia Pneumocystic Cranii
18) Pneumonia Rekuren
19) Leukoenselophaty multifokal progresiva
20) Septikemia salmonella yang rekuren
21) Toksoplamosis otak
22) Sindrom pelisutan akibat Human Immunodeficiency Virus ( HIV).
5. Tanda dan Gejala
Gejala-gejala yang muncul pada penyakit AIDS yaitu :
a.

b.

Gejala Mayor
a.

Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan

b.

Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan

c.

Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan

d.

Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis

e.

Demensia / HIV ensefalopati

Gejala Minor
a.

Batuk menetap lebih dari 1 bulan

b.

Dermatitis generalisata

c.

Adanya herpes zooster multi segmental dan herpes zooster berulang

d.

Kandidiasis orofaringeal

e.

Herpes simpleks kronis progressif

f.

Limfadenopati, generalisata.

g.

Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita

h.

Retinitis virus sitomegalu.

i.

Kelemahan tubuh

j.

Berkeringat malam

k.

Hilang nafsu makan. (Arif Mansjoer, 2000).

6. PemeriksaanPenunjang (PemeriksaanDiagnostik)
Tes Laboratorium

Telah dikembangkan sejumlah tes diagnostic yang sebagian masih bersifat penelitian.
Tes

dan

pemeriksaan

laboratorium

digunakan

untuk

mendiagnosis

Human

Immunodeficiency Virus (HIV) dan memantau perkembangan penyakit serta responnya


terhadap terapi Human Immunodeficiency Virus (HIV).
1) Serologis
a) Tes antibody serum
Skrining Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan ELISA. Hasil tes
b)
c)
d)
e)

positif, tapi bukan merupakan diagnosa


Tes blot western
Mengkonfirmasi diagnosa Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Sel T limfosit
Penurunan jumlah total
Sel T4 helper
Indikator system imun (jumlah <200>
T8 ( sel supresor sitopatik )
Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor pada sel helper (

T8 ke T4 ) mengindikasikan supresi imun.


f) P24 ( Protein pembungkus Human ImmunodeficiencyVirus (HIV ) )
Peningkatan nilai kuantitatif protein mengidentifikasi progresi infeksi
g) Kadar Ig
Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau mendekati normal
h) Reaksi rantai polimerase
Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer
i)

monoseluler.
Tes PHS : Pembungkus hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin

positif
2) Tes Sitologi
Histologis, pemeriksaan sitologis urine, darah, feces, cairan spina, luka,
sputum, dan sekresi, untuk mengidentifikasi adanya infeksi : parasit,
protozoa, jamur, bakteri, viral.
3) Neurologis
EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf). Dilakukan dengan
biopsy pada waktu PCP ataupun dugaan kerusakan paru-paru
4) Tes Antibodi
Jika seseorang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka
system imun akan bereaksi dengan memproduksi antibody terhadap virus
tersebut. Antibody terbentuk dalam 3 12 minggu setelah infeksi, atau bisa
sampai 6 12 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa orang yang terinfeksi
awalnya tidak memperlihatkan hasil tes positif. Tapi antibody ternyata tidak
efektif, kemampuan mendeteksi antibody Human Immunodeficiency Virus
(HIV)

dalam

darah

memungkinkan

skrining

produk

darah

dan

memudahkan evaluasi diagnostic.


8

Pada tahun 1985 Food and Drug Administration (FDA) memberi


lisensi tentang uji kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV) bagi
semua pendonor darah atau plasma. Tes tersebut, yaitu :
a. Tes

Enzym

Linked

Immunosorbent

Assay

ELISA)

Mengidentifikasi antibody yang secara spesifik ditujukan kepada


virus Human Immunodeficiency Virus (HIV). ELISA tidak
menegakan diagnosa AIDS tapi hanya menunjukkan bahwa
seseorang

terinfeksi

atau

pernah

terinfeksi

Human

Immunodeficiency Virus (HIV). Orang yang dalam darahnya


terdapat antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) disebut
seropositif.
b. Western Blot Assay
Mengenali antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan
memastikan seropositifitas Human Immunodeficiency Virus (HIV)
c. Indirect Immunoflouresence
Pengganti pemeriksaan western

blot

untuk

memastikan

seropositifitas.
Radio Immuno Precipitation Assay ( RIPA )
Mendeteksi protein dari pada antibody.
e. Pelacakan Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Penentuan
langsung
ada
dan
aktivitasnya
d.

Human

Immunodeficiency Virus (HIV) untuk melacak perjalanan penyakit


dan responnya. Protein tersebut disebut protein virus p24,
pemerikasaan p24 antigen capture assay sangat spesifik untuk HIV

1.

tapi

kadar

p24

pada

penderita

infeksi

Human

Immunodeficiency Virus (HIV) sangat rendah, pasien dengantiter


p24 punya kemungkinan lebih lanjut lebih besar dari menjadi
AIDS.
7. Penatalaksanaan Medis

Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah terpajannya Human Immunodeficiency
Virus (HIV), bisa dilakukan dengan :
a. Melakukan abstinensi seks / melakukan hubungan kelamin dengan pasangan yang
b.

tidak terinfeksi.
Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan seks terakhir
yang tidak terlindungi.
9

c.

Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan orang yang tidak jelas status

d.
e.

Human Immunodeficiency Virus (HIV) nya.


Tidak bertukar jarum suntik,jarum tato, dan sebagainya.
Mencegah infeksi kejanin / bayi baru lahir
Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka pengendaliannya
yaitu :
a. Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan,

dan

pemulihan

infeksi

opurtunistik,nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman


untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus
dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis.
b. Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif
terhadap

AIDS,

obat

ini

menghambat

replikasi

antiviral

Human

Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik


traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya <>3 .
Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency Virus
(HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3
c. Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan
menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada
prosesnya. Obat-obat ini adalah :
1) Didanosine
2) Ribavirin
3) Diedoxycytidine
4) Recombinant CD 4 dapat larut
d. Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon,
maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian
dibidang proses keperawatan dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan
keberhasilan terapi AIDS.
e. Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-makanan
sehat,hindari

stress,gizi

yang

kurang,alcohol

dan

obat-obatan

yang

mengganggu fungsi imun.


f. Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T dan
mempercepat reflikasi Human Immunodeficiency Virus (HIV).
8. Pencegahan
a. A (Abstinent): Puasa, jangan melakukan hubungan seksual yang tidak sah
10

b. B (Be Faithful) Setialah pada pasangan, melakukan hubungan seksual hanya dengan
pasangan yang sah
c. C (use Condom) Pergunakan kondom saat melakukan hubungan seksual bila
berisiko menularkan/tertular penyakit
d. D (Dont use Drugs) Hindari penyalahgunaan narkoba
e. E (Education) Edukasi, sebarkan informasi yang benar tentang HIV/AIDS dalam
setiap kesempatan.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HIV/AIDS


Asuhan keperawatan dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan
untuk meningkatkan, mencegah, dan memulihkan kesehatan. Proses keperawatan adalah
susunan metode pemecahan masalah yang meliputi pengkajian keperawatan,
identifikasi/analisa masalah (diagnosa keperawatan), perencanaan, implementasi, dan
evaluasi. Doenges, E. Marylyn (1998) yang masing-masing berkesinambungan serta
memerlukan kecakapan keterampilan yang profesional bagi tenaga keperawatan.
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah suatu upaya pengumpulan data secara lengkap dan
sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan keperawatan yang
dihadapi pasien baik fisik, mental, sosial maupun spiritual dapat ditentukan. Tahapan
ini mencakup 3 kegiatan yaitu pengumpulan data, analisa data

dan penentuan

masalah kesehatan serta keperawatan Zaidin Ali, (2001).


1. Riwayat tes HIV ( + ), riwayat prilaku beresiko tingi, menggunakan obat-obat,
seksual.
2. Penampilan umum, pucat, kelaparan.
3. 3.gejala subjektif : demam kronik, dengan tampa menggil, keringat malam hari
berulang kali, lemah, lelah,anoreksia, BB menurun, nyeri, sulit tidur.
4. Psikososial, kehilangan pekerjaan, dan penghasilan, perubahan pola hidup,
ungkapan perasaan takut, cemas, meringis.
5. Status mental : marah atau pasrah, depresi, ide bunuh diri apatis, with draw!,
hilang interest pada lingkungan sekitar, gangguan proses pikir, hilang memori,
gangguan atensi dan konsentrasi, halusinansi dan delusi.

11

6. HEENT : nyeri pada orbital, fotophobia, sakit kepala, udema muka, tinitus,
ulsiker pada bibir/mulut, mulut kering suara berubah, epistaksis.
7. Neurologis gangguan, refleks pupil, nystagmus, vertigo ketidakseimbangan, kaku
kuduk, kejam, paraplegia.
8. Muskloskeletal : lemah tidak mampu melakukan ADL
9. Kardiovaskuler: takikardi, sianosis, hipotensi, udema periver.
10. Pernapasan : dyspnea, takipnea, sianosis, SOB, menggunakan otot bantu
pernapasan, batuk produktip atau non produktip
11. GI : intake makanan dan minuman menurun, mual, muntah, berat badan menurun,
diare, inkontinensia, perut kram, hepatomegali.
12. GU : lesi atau eksudat pada genitalia
13. Intagumen: kering, gatal, turgor kulit jelek (+)
a. Pemeriksaan Fisik (Objektif) dan Keluhan (Sujektif)
1) Aktifitas / Istirahat
Gejala : Mudah lelah,intoleran activity,progresi malaise,perubahan pola
tidur.
Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi
aktifitas ( Perubahan TD, frekuensi Jantun dan pernafasan ).
2) Sirkulasi
Gejala : Penyembuhan yang lambat (anemia), perdarahan lama pada
cedera.
Tanda : Perubahan TD postural,menurunnya volume nadi perifer, pucat /
sianosis, perpanjangan pengisian kapiler.
3) Integritas dan Ego
Gejala : Stress berhubungan dengan kehilangan,

mengkuatirkan

penampilan, mengingkari doagnosa, putus asa,dan sebagainya.


Tanda : Mengingkari,cemas,depresi,takut,menarik diri, marah
4) Eliminasi
Gejala : Diare intermitten, terus menerus, sering dengan atau tanpa
Tanda

kram abdominal, nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi


: Feces encer dengan atau tanpa mucus atau darah, diare pekat
dan

sering,

nyeri

tekan

abdominal,

lesi

atau

abses

rectal,perianal,perubahan jumlah,warna,dan karakteristik urine.


5) Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia, mual muntah, disfagia
Tanda : Turgor kulit buruk, lesi rongga mulut, kesehatan gigi dan gusi
yang buruk, edema
6) Hygiene
12

Gejala : Tidak dapat menyelesaikan AKS


Tanda : Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri.
7) Neurosensori
Gejala : Pusing, sakit kepala, perubahan status mental,kerusakan status
indera,kelemahan otot,tremor,perubahan penglihatan.
Tanda : Perubahan status mental, ide paranoid, ansietas, refleks tidak
normal,tremor,kejang,hemiparesis,kejang.
8) Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit kepala,nyeri dada
pleuritis.
Tanda : Bengkak sendi, nyeri kelenjar,nyeri tekan,penurunan rentan
gerak,pincang.
9) Pernafasan
Gejala : ISK sering atau menetap, napas pendek progresif, batuk, sesak
pada dada.
Tanda : Takipnea, distress pernapasan, perubahan bunyi napas, adanya
sputum.
10) Keamanan
Gejala : Riwayat jatuh, terbakar,pingsan,luka,transfuse darah,penyakit
defisiensi imun, demam berulang,berkeringat malam.
Tanda : Perubahan integritas kulit,luka perianal / abses, timbulnya nodul,
pelebaran kelenjar limfe, menurunya kekuatan umum, tekanan
umum.
11) Seksualitas
Gejala : Riwayat berprilaku seks beresiko tinggi, menurunnya libido,
penggunaan pil pencegah kehamilan.
Tanda : Kehamilan,herpes genetalia
12) Interaksi Sosial
Gejala : Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, isolasi, kesepian,
adanya trauma AIDS
Tanda : Perubahan Interaksi
13) Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Kegagalan dalam perawatan,prilaku seks beresiko tinggi,
penyalahgunaan obat-obatan IV, merokok, alkoholik.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai sesorang, keluarga,
atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesahatan atau proses kehidupan yang
actual atau potensial (NANDA 1990). diagnosa keperawatan memberikan dasar
pemilihan intervensi yang menjadi tanggung gugat perawat. Perumusan diagnosa

13

keperawatan adalah bagaimana diagnosa keperawatan digunakan dalam proses


pemecahan masalah.
Untuk memudahkan dalam mendokumentasikan diagnosa keperawatan harus
diketahui beberapa tipe diagnosa keperawatan yaitu : diagnosa tipe keperawatan
actual, risiko, kemungkinan, sehat dan sejahtera serta sindrom. Hidayat Alimul. A. A,
(2002).
1. Resiko tinggi infeksi berhungan dengan immunosupressif, malnutrisi pola hidup
yang berisiko.
2. Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi IV, adanya
infeksi non opportunistik yang dapat ditransmisikan
3. Intolerancy aktivity berhubungan dengan kelemahan, pertukaran O2 , mall nutrisi,
kelelahan.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
kurang meningkatnya kebutuhan metabolik dan menurunnya absorbsi zat gizi.
5. Diare berhubungan dengan infeksi gastrointestinal
6. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan orang
yang dicintai.
7. Kurang kebersihan jalan nafas.
8. Resiko infeksi / penularan berhubungan dengan TBC
9. Gangguan pola tidur berhubungan dengan terdapatnya refleks lutut.
10. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang kurang.
3. Intervensi Keperawatan
Dx
Kriteria Hasil
Intervensi
Rasionalisasi
1 Mengidentifikasi / Cuci tangan sebelum dan
Mengurangi resiko
ikut serta dalam

sesudah seluruh kontak

perilaku yang

perawatan dilakukan

megurangi resiko

instruksikan pasien /

infeksi mencapai

orang terdekat untuk

terkontaminasi silang

masa penyembuhan mencuci tangan sesuai


luka / lesi tidak

indikasi

demam dan bebas


14

dari pengeluaran / Berikan lingkungan yang


Mengurangi patogen
sekresi purulen dan

bersih dan berventilasi

pada sistem imun dan

tanda-tanda lain dari baik periksa pengunjung / mengurangi


kondisi infeksi

staf terhadap tanda infeksi kemungkinan pasien


dan mempertahankan

mengalami infeksi

kewaspadaan sesuai

nosokomial

indikasi

Diskusikan tingkat dan


rasional isolasi
pencegahan dan

MMeningkatkan kerja

mempertahankan

sama dengan cara hidup

kesehatan pribadi

dan berusaha
mengurangi rasa
terisolasi

Pantau tanda-tanda vital


termasuk suhu
MMemberikan informasi
dasar awitan /
peningkatan suhu secara
berulang-ulang dari
demam yang terjadi
untuk menunjukkan
bahwa tubuh bereaksi
pada proses infeksi
yang baru dimana obat
tidak lagi dapat secara
efektif mengontrol
infeksi yang tidak dapat
disembuhkan
Kandidiasis oral,
herpes, CMV dan
crytocolus adalah
penyakit yang umum
15

terjadi dan memberikan


Bemembersihkan kulit /

efek pada membran

membran mukosa oral

kulit

terdapat bercak putih / lesi


Identifikasi / perawatan
awal dari infeksi
sekunder dapat
mencegah terjadinya
sepsis
Periksa adanya luka /
lokasi alat

Mengontrol mikro

infasif,perhatikan tanda- organisme pada


tanda inflamasi / infeksi

permukaan keras

lokal
Bersihkan percikan cairan
tubuh / darah dengan
2

larutan pemutih 1 : 10
Mempertahankan Pantau tanda-tanda vital Indikator dari volume
hidrasi dibuktikan

termasuk CVP, bila

oleh membran

terpasang, catata

mukosa lembab,

hipertensi termasuk

turgor kulit baik,

perubahan postural

haluaran urine

cairan sirkulasi

Kaji turgor kulit,

adekuat secara

membran mukosa dan

pribadi

rasa haus
Pantau pemasukan oral
dan masukan cairan

Indikator tidak langsung


dari status cairan
Mempertahankan

sedikitnya 2500 ml / hari keseimbangan cairan,


mengurangi rasa haus,
dan melembabakan
3

membran mukosa
Mempertahankan Tinggikan kepala tempat
Meningkatkan fungsi
pola pernapasan

tidur usahakan pasien

pernafasan yang

efektif membran

untuk berbalik, batuk,

optimal dan mengurangi

mukosa tidak

menarik nafas sesuai

aspirasi / infeksi yang


16

mengalami sesak

kebutuhan

ditimbulkan karena

nafas / sianosis

atelectasis

dengan bunyi nafas


Nyeri dada pleuritis

dan sinar x bagian

dada yang bersih / Selidiki tentang keluhan dapat menggambarkan


meningkat dan AGD nyeri dada

adanya pnemonia non

dalam batas normal

spesifik / efusi pleura

pasien

berkenaan dengan
keganasan

Menurunkan konsumsi
O2
Berikan periode istirahat
yang cukup diantara
waktu aktivitas
pertahankan lingkungan
4

Menunjukkan

yang tenang
Lakukan pemeriksaan Mempercepat deteksi

homosatis yang

darah pada cairan tubuh

adanya perdarahan /

ditunjukkan dengan untuk mengetahui adanya penentuan awal dari


tidak adanya

darah pada urine, feses

therapi mungkin dapat

perdarahan mukosa

dan cairan muntah

mencegah perdarahan

dan bebas dari


ekimosis

Pantau perubahan tanda- kritis


tanda vital dan warna Timbulnya perdarahan /
kulit

hemoragi dapat
menunjukkan kegagalan
sirkulasi / syok

Pantau perubahan tingkat


Perubahan dapat
kesadaran dan gangguan menunjukkan adanya
5

penglihatan
perdarahan otak
Mempertahankan BB
Kaji kemampuan untuk Lesi mulut,
atau memperlihatkan mengunyah, merasakan

tenggorokan, dan
17

peningkatan BB yang dan menelan

esofagus dapat

mengacu pada tujuan

menyebabkan dispagia,

yang diinginkan

penurunan kemampuan
pasien untuk mengolah
makanan dan
mengurangi keinginan
untuk makan
Indikator kebutuhan
nutrisi / pemasukan
Timbang BB sesuai

yang adekuat

kebutuhan, evaluasi BB
dalam hal adanya BB
yang tidak sesuai.
Gunakan serangkaian
pengukuran BB dan
antropometrik

Lambung yang penuh

Jadwalkan obat-obatan

akan mengurangi nafsu

diantara makan dan batasi makan dan pemasukan


pemasukan cairan dengan makanan
makanan, kecuali jika
cairan memiliki nilai gizi
Dorong pasien untuk Mempermudah proses
duduk pada waktu makan menelan dan
mengurangi resiko
Catat pemasukan kalori

aspirasi

Mengidentifikasi
kebutuhan terhadap
suplemen atau alternatif
metode pemberian
6

Keluhan hilangnya
/ Kaji keluhan yeri,
terkontrolnya rasa

perhatikan lokasi,

makanan
Mengindikasikan
kebutuhan untuk
18

sakit

intensitas (skala 1 10), intervensi dan juga


frekuensi dan waktu

tanda-tanda

menandai gejala non

perkembangan / resolusi

verbal

komplikasi

Dorong pengungkapan Dapat mengurangi


perasaan

ansietas dan rasa takut,


sehingga mengurangi
persepsi akan intensitas
rasa sakit
Meningkatkan
relaksasi / menurunka

Lakukan tindakan pariatif tegangan otot


mis: pengubahan posisi,
masase, rentang gerak
pada sendi yang sakit
Berikan kompres hangat/ Infeksi diketahui
lembab pada sisi infeksi

sebagai penyebab rasa

pentamidin / IV selama 20 sakit dan abses steril


7

menit setelah pemberian


Menunjukkan tingkah
Kaji kulit setiap hari, catat
Menentukan garis dasar
laku / teknik untuk

warna, turgor, sirkulasi

dimana perubahan pada

mencegah kerusakan dan sensasi. Gambarkan status dapat


kulit / meningkatkan lesi dan amati perubahan dibandingkan dan
kesembuhan

melakukan intervensi
yang tepat
Pertahankan sprei bersih,
kering dan tidak berkerut
Friksi kulit disebabkan
oleh kain yang berkerut
dan basah yang
menyebabkan iritasi dan
potensial terhadap
19

infeksi
Tutupi luka tekan yang
terbuka dengan pembalut
Dapat mengurangi

Menunjukkan
membran mukosa

yang steril atau barrier

kontaminasi bakteri,

produktif

meningkatkan proses

penyembuhan
Kaji membran mukosa
/ Edema, lesi, membran
catat seluruh lesi oral.

mukosa oral dan

utuh, berwarna merah Perhatikan keluhan nyeri, tenggorok kering


jambu, basah dan

bengkak, sulit mengunyah menyebabkan rasa sakit

bebas dari inflamasi / / menelan

dan sulit mengunyah /

ulserasi

menelan
Berikan perawatan oral
setiap hari dan setelah Mengurangi rasa tidak
makan, gunakan sikat gigi nyaman, meningkatkan
halus, pasta sisi non

rasa sehat dan

abrasif, obat pencuci

mencegah pembentukan

mulut non alkohol dan

asam yang dikaitkan

pelembab bibir

dengan partikel
makanan yang

Cuci lesi mukosa oral

tertinggal

dengan menggunakan Mengurangi penyebaran


hidrogen peroksida / salin lesi dan krustasi dari
atau larutan soda kue

kandidiasis dan
meningkatkan

Anjurkan permen karet / kenyamanan


permen tidak

Merangsang saliva

mengandung gula

untuk menetralkan asam


dan melindungi
membran mukosa

Dorong pasien untuk tidak


merokok

Rokok akan
20

mengeringkan dan
mengiritasi membran
mukosa
9

Melaporkan

Kaji pola tidur dan catat Berbagai faktor dapat

peningkatan energi

perubahan dalam proses

meningkatkan

berpikir / perilaku

kelelahan, termasuk
kurang tidur, penyakit
ssp, tekanan emosi dan
efek samping obatobatan / kemoterapi
Periode istirahat yang
sering sangat
dibutuhkan dalam
memperbaiki /
menghemat energi.
Peperencanaan akan

Rencanakan perawatan

membuat pasien

untuk menyediakan fase menjadi aktif pada


istirahat. Atur aktivitas

waktu dimana tingkat

pada waktu pasien sagat energi lebih tinggi,


berenergi. Ikut sertakan

sehingga dapat

pasien / orang terdekat

memperbaiki perasaan

pada penyusunan rencana sehat dan kontrol diri


Mengusahakan kontrol
diri dan perasaan
Tetapkan keberhasilan

berhasil, mencegah

aktivitas yang realitas

timbulnya perasaan

dengan pasien

frustasi akibat kelelahan


karena aktivitas
berlebihan

21

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan (Tindakan)
Tindakan keperawatan adalah tindakan yang diberikan oleh perawat kepada
klien dengan tujuan mengatasi masalah yang terjadi pada manusia dengan berdasar
kepada perencanaan yang telah dibuat pada catatan intervensi
Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan. Untuk memperoleh pelaksanaan yang efektif, dituntut pengetahuan dan
keterampilan yang luas dari tenaga perawat untuk memberikan pelayanan perawatan
yang baik dan bermutu yang telah ditentukan dan direncanakan.
a. Melaksanakan rencana keperawatan.
Segala informasi yang tercakup dalam rencana keperawatan merupakan dasar
atau pedoman dalam intervensi perawatan.
b. Mengidentifikasikan reaksi / tanggapan klien
Dalam mengidentifikasi reaksi / tanggapan klien dituntut upaya yang tidak
tergesa-gesa, cermat dan teliti, agar menemukan reaksi klien sebagai akibat
tindakan keperawatan yang diberikan. Dengan melihat akan sangat membantu
perawat dalam mengidentifikasikan rekasi klien yang mungkin menunjukkan
adanya penyimpangan-penyimpangan.
c. Mengevakuasi tanggapan / reaksi klien.
Dengan cara membandingkan terhadap syarat-syarat dengan hasil yang
diharapkan. Langkah ini merupakan langkah yang pertama yang dipenuhi bila
perawat telah mencapai tujuan. Syarat yang kedua adalah intevensi dapat
diterima oleh klien.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahapan akhir dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
menilai keefektifan perawatan dan untuk mengkomunikasikan status pasien dari hasil
tindakan keperawatan. Evaluasi membeerikan informasi sehingga memungkinkan
revisi perawatan. Hidayat Alimul. A. A, (2002)
22

Disamping

evaluasi merupakan proses yang kontinue untuk menjamin

kualitas dan ketepatan perawat yang diberikan, dilakukan dengan meninjau respon
pasien untuk menentukan kefektifan rencana keperawatan dalam memenuhi
kebutuhan pasien. Yang perlu dievaluasi adalah sebagai berikut :
a. Apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah tercapai atau belum.
b. Apakah masalah yang ada sudah terpecahkan atau belum.
c. Apakah perlu pengkajian kembali.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

23

Dari beberapa penjelasan diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa HIV
Merupakan virus yang merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang tidak dapat
hidup di luar tubuh manusia. Kerusakan sistem kekebalan tubuh ini akan
menimbulkan kerentanan terhadap infeksi penyakit. Sedangkan AIDS atau Acquired
Immune Deficiency Sindrome merupakan kumpulan gejala penyakit akibat
menurunnya system kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV.HIV dan virus-virus
sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam
(membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV,
seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan
dapat

terjadi

melalui hubungan

intim (vaginal, anal,

ataupun oral), transfusi

darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan,
bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh
tersebut.
B. Saran
- Bagi seorang perawat perlu memperhatikan kondisi klien secara
komprehensif, tidak hanya fisik tetapi semua aspek manusia sebagai satu
kesatuan yang utuh yang meliputi biopsikososial kultural.
- Bagi mahasiswa diharapkan dapat makin memperbanyak pengetahuan dari
berbagai referensi tentangAsuhankeperawatankliendengan HIV/AIDS
- Bagi dunia keperawatan diharapkan berperan serta dalam peningkatan
kualitas perawat dengan cara menyediakan akses yang mudah bagi perawat
untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang sesuai dengan perkembangan untuk
mengatasi masalah HIV/AIDS

Daftar Pustaka

Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa : I Made Kariasa
dan Ni Made S, EGC, Jakarta
24

Lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, RSUD Dr. Soetomo
Surabaya

25

Vous aimerez peut-être aussi