Vous êtes sur la page 1sur 25

LAPORAN KASUS PADA AN.

A UMUR 8 BULAN DENGAN


DIARE DEHIDRASI RINGAN DI RUANG ANYELIR ATAS
RUMAH SAKIT UMUM KAB. TANGERANG TANGGAL 9-10
SEPTEMBER 2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang

Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di negara
berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan kematian akibat
diare. WHO (World Health Organization) memperkirakan 4 milyar kasus terjadi di dunia pada tahun
2000 dan 2,2 juta diantaranya meninggal, sebagian besar anak-anak dibawah umur 8 tahun. Di
Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama. Hal ini
disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi
dan balita, serta sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) (Harianto, 2004).
Diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi buang air besar
lebih dari tiga kali sehari disertai adanya perubahan bentuk dan konsistensi tinja penderita (Sutanto,
1984; Winardi, 1981). Dikenal diare akut yang timbul dengan tiba-tiba dan berlangsung beberapa hari
dan diare kronis yang berlangsung lebih dari tiga minggu bervariasi dari hari ke hari yang disebabkan
oleh makanan tercemar atau penyebab lainnya (Winardi, 1981).
Penyakit diare sering menyerang bayi dan balita, bila tidak diatasi lebih lanjut akan
menyebabkan dehidrasi yang mengakibatkan kematian. Data terakhir dari Departemen Kesehatan
menunjukkan bahwa diare menjadi penyakit pembunuh kedua bayi di bawah lima tahun (balita) di
Indonesia setelah radang paru atau pneumonia. Banyak faktor risiko yang diduga menyebabkan
terjadinya penyakit diare pada bayi dan balita di Indonesia. Salah satu faktor resiko yang sering diteliti
adalah faktor lingkungan yang meliputi sarana air bersih, sanitasi, jamban, saluran pembuangan air
limbah, kualitas bakteriologis air, dan kondisi rumah. Data terakhir menunjukkan bahwa kualitas air
2004).

Oleh karena itu maka penulis tertarik untuk mengambil kasus diare pada An.A yang
mengalami peningkatan di RSU Kab. Tangerang kejadian diare pada anak balita adalah
banyak maka penulis tertarik untuk mengambil kasus An.A dengan diare di RSU Kab
Tangerang.
1.2

Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum


Mengetahui Kasus pada An. A Umur 8 bulan dengan Diare di Ruang Anyelir Atas Rumah
Sakit Umum Kab. Tangerang Tanggal 9-10 September 2013.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui anamnesa pada An. A umur 8 bulan dengan diare di ruang Anyelir Atas Rumah
Sakit Umum Kab. Tangerang tanggal 9-10 September 2013.
2. Mengetahui Pemeriksaan fisik pada An. A umur 8 bulan dengan diare di ruang Anyelir Atas
Rumah Sakit Umum Kab. Tangerang tanggal 9-10 September 2013.

3. Mengetahui Pemeriksaan penunjang pada An. A umur 8 bulan dengan diare di ruang Anyelir
Atas Rumah Sakit Umum Kab. Tangerang tanggal 9-10 September 2013.
4. Mengetahui Perencanaan pada An. A umur 8 bulan dengan diare di ruang Anyelir Atas
Rumah Sakit Umum Kab. Tangerang tanggal 9-10 September 2013.
5. Mengetahui Penatalaksanaan tindakan pada An. A umur 8 bulan dengan diare di ruang
Anyelir Atas Rumah Sakit Umum Kab. Tangerang tanggal 9-10 September 2013.
6. Mengetahui evaluasi pada An. A umur 8 bulan dengan diare di ruang Anyelir Atas Rumah
Sakit Umum Kab. Tangerang tanggal 9-10 September 2013.
1.3
1.3.1

Manfaat Penulisan
Bagi Rumah Sakit

Dapat dijadikan tambahan pengetahuan dan bahan masukan bagi lahan praktik
untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan kepada klien.
1.3.2
Bagi Institusi Pendidikan
Dapat meningkatkan kualitas pelatihan dan bimbingan agar mahasiswa lebih terampil dan
termotivasi dalam melaksanakan makalah. Hasil dari makalah dapat dijadikan bahan bacaan
dan panduan bagi angkatan selanjutnya dalam menyusun laporan makalah serta
untuk menambah referensi di perpustakaan.
1.3.3
Bagi Klien
Menambah pengetahuan dan wawasan penulis dibidang kesehatan, terutama tentang diare
pada anak.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Definisi

Diare adalah sebagai pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair (Hipocrates, 1988).
Diare adalah sebagai buang air besar yang tidak normal, bentuk tinja yang encer dengan
frekuensi lebih banyak dari pada biasanya (FKUI, 1985).
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih
dari 3 kali pada anak-anak. Konsistensi feses encer dapat berwarna hijau atau dapat pula
bercampur lender dan darah atau lender saja (Ngastiah, 1998).
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari
biasanya (normal 100-200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair
(setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat (Saifullah Noer,
1998).

Diare adalah defakasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah dan atau
lender dalam tinja. Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung
kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat (Mansjoer dkk, 2000).
2.2

Anatomi dan Fisiologi

Menurut Pearch (2009), anatomiLambung terletak dari kiri dan kanan menyilang
dibawah diafragma. Secara klinis anatomi lambung terbagi atas fundus uterian, corpus dan
antrum, pilorikum/pylorus. Sebelah kanan atas lambung terdapat kurvatura mayor. Spincter
cardiac atau spincter esofagus bawah, mengalirkan makanan masuk ke dalam lambung terdiri
dari dari 4 lapisan. Tunika serosa atau lapisan luar merupakan bagian dari peritoneum
viseralis. Dua lapisan peritoneum viseralis menyatu pada kurvatura minor lambung dan
lambung
terus
memanjang
ke
arah
hati
membentuk
omentum
minus.
Gambar 2.1
Anatomi saluran pemcernaan

Fungsi lambung terdiri dari : menampung makanan, menghancurkan.


Getah cerna lambung dihasilkan oleh :
a. Pepsin, fungsinya
: memecah putih telur menjadi asam amino.
b. HCL, fungsinya
: mengasamkan makanan, antiseptik, desinfektan.
c. Renin, fungsinya
: sebagai ragi yang membekukan susu dan membentuk kasein dari
karsinogen.
Usus Halus (Intestinum Minor)
Usus halus merupakan tabung kompleks berlipat-lipat yang membentang dari pilorus
sampai katup ileosekal. Usus ini mengisi bagian tengah dan bawah rongga abdomen. Usus
halus dibagi menjadi : duodenum, yeyunum, dan ileum. Duodenum panjangnya sekitar 28
cm, mulai dari pylorus sampai yeyunum. Yeyunum dan ileum panjangnya masing-masing
sekitar 3 meter. Dinding usus halus terdiri atas 4 lapisan dasar, yang paling luar atau lapisan
serosa dibentuk oleh peritoneum. Peritoneum mempunyai lapisan viseral dan parietal, otot
yang meliputi usus halus mempunyai 2 lapisan :
a. Lapisan luar terdiri atas : serabut longitudinal yang telah tipis.
b. Lapisan dalam terdiri atas : serabut-serabut sirkuler yang membantu gerakan peristaltik
usus.
Gambar 2.2
Anatomi

Usus halus mempunyai dua fungsi utama : pencernaan dan absorbsi bahan-bahan
nutrisi dan air. Proses pencernaan disampaikan oleh sejumlah enzim dalam getah usus (sukus
anterikus).
Dua hormon penting dalam pengaturan pencernaan usus, lemak yang bersentuhan
dengan mukosa duodenum menyebabkan kandung empedu yang dirantai oleh kerja
kolesistokinin.
Fungsi usus besar :
a. Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap oleh kapiler-kapiler dan
saluran-saluran limfe.
b. Menyerap protein dalam bentuk asam amino.
c. Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida.
Fungsi usus besar :

a. Menyerap air dan makanan.


b. Tempat tinggal bakteri koli.
c. Tempat faeces.
2.3 Etiologi
Infeksi merupakan penyebab utama diare akut, baik oleh bakteri, parasit maupun virus.
Penyebab lain yang dapat menimbulkan diare akut adalah toksin dan obat, nutrisi enteral
diikuti puasa yang berlangsung lama, kemoterapi impaksi fekal (overlow diarrhea), atau
berbagai kondisi lain.
a.
a)
b)
c)
b.
c.
a)
b)
c)
d.
e.
f.

Faktor penyebab diare menurut Marmi (2012) adalah :


Infeksi
Virus ( Ratovirus, Adenovirus, Norwalk )
Bakteri ( Shigelia, Salmonella, E. Coli, Vibrio )
Parasit ( Protozoa, E. Histolitica, G. Lamblia, Balantidium Coli, Cacing perut, Ascaris,
Trichiuris, Strongilucdes ).
Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti Otitis akut
(OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini
terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
Faktor Malabsorbsi :
Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang
terpenting dan sering ialah toleransi laktosa.
Malabsorbsi lemak
Malabsorbsi protein.
Faktor Makanan : makanan basi, beracun, alergi atau protein.
Imunodefisiensi
Faktor Psikologis : rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan diare
terutama pada anak yang lebih besar.
2.4

Patofisiologi
Berdasarkan patofisiologinya, maka penyebab diare dibagi menjadi :

a. Diare sekresi yaitu yang dapat disebabkan oleh infeksi virus, kuman patogendan apatogen,
hiperperistaltik usus halus akibat bahan kimia atau makanan, gangguan psikis, gangguan
saraf, hawa dingin, alergi dan defisiensi imun terutama IgA sekretorik.
b. Diare osmotik yaitu yang dapat disebabkan oleh malabsorpsi makanan, kekurangan kalori
protein (KKP), atau bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.
Diare disebabkan oleh virus, bakteri dan protozoa. Spesies tertentu bakteri
menghasilkan toksin yang mengganggu absorbsi usus dan dapat menimbulkan sekresi
berlebihan air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare, karena terjadi
peningkatan isi rongga usus. Akibat terdapatnya zat-zat makanan yang tidak dapat diserap
menyebabkan peningkatan tekanan osmotik di dalam usus meninggi sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan
merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. Gangguan motalitas usus
seperti hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan sehingga timbul diare dan sebaliknya jika peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan sehingga menyebabkan diare (Sacharin, RM).

Pada diare akan terjadi kekurangan air (dehidrasi), gangguan keseimbangan asam-basa
(asidosis metabolik), yang secara klinis berupa pernafasan Kussmaul, hipoglikemia,
gangguan gizi, dan gangguan sirkulasi (Marmi, 2012).
2.5
2.5.1
a.
b.
c.
d.

Tanda dan Gejala


Anamnesis ( Keluhan )
Keluhan atau data subjektif yang dirasakan pada saat anak/bayi yang mengalami diare, yaitu :
Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan
berkurang.
Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai wial dan
wiata.
Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja menjadi lebih asam akibat
bnayaknya asam laktat.

2.5.2

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik atau data objektif yang terdapat pada anak/bayi yang mengalami diare
adalah :
a. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas ( elistitas kulit menurun ), ubun-ubun
dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan.
b. ssPerubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekanan darah menurun, denyut
jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun ( apatis, samnolen, sopora komatus )
sebagai akibat hipovokanik.
c. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan dalam
( kusmaul ).

2.8.3
a.
a)
b)
c)
d)
b.
a)
b)
c.
a)
d.
a)

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Tinja
Makroscopis dan microscopis
PH dan kadar guula jika diduga ada intoleransi gula (sugar intolerance)
Biakan kuman untuk mencari kuman penyebab
Uji resistensi terhadap berbagai antibiotik (pada diare persisten).
Pemeriksaan darah
Darah perifer lengkap
Analisis gas darah dan elektrolit (terutama Na, K, Ca, dan serum pada diare yang disertai
kejang).
Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah
untuk mengetahui faal ginjal.
Duodenal intubation
Untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif terutama pada diare
kronik.
2.6

Penatalaksanaan
Dasar pengobatan diare adalah sebagai berikut :

a.

Diare cair membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit tanpa melihat etiologinya. Tujuan
terapi rehidrasi untuk mengoreksi kekurangan cairan dan elektrolit secara cepat (terapi
rehidrasi) kemudian mengganti cairan yang hilang sampai diarenya berhenti (terapi rumatan).

Jumlah cairan yang di berikan harus sama dengan jumlah cairan yang hilang melalui diare
dan/muntah (previous water loses= PWL), ditambah dengna banyaknya cairan yang hilang
melalui keringat, urin, dan pernafasan (normal water loses=NWL), dan ditambah dengan
banyaknya cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung
(concomintcnt water loses=CWL). Jumlah ini tergantung pada derajat dehidrasi serta berat
badan masing-masing anak atau golongan umur. (Mansjoer, Arief dkk, 2000)
Jumlah cairan (ml) yang hilang pada anak umur <2- tahun (BB 3-10 kg) sesuai dengan
derajat dehidrasi.

No.
1.
2.
3.
a)

Tabel 2.1
anak umur <2 tahun (BB 3-10 kg)
Dehidrasi
PWL NWL CWl
Jumlah
Ringan
80
100
28
178
Sedang
78
100
28
200
Berat
128
100
28
280

Jumlah cairan (ml) yang hilang pada anak umur 2-8 tahun (BB 10-18 kg) sesuai dengan
derajat dehidrasi.

Tabel 2.2
Anak umur 2-8 tahun (BB 10-18 kg)
No.
1.
2.
3.

Dehidrasi
Ringan
Sedang
Berat

PWL
30
80
80

NWL
80
80
80

CWL
28
28
28

Jumlah
178
188
188
b) Jumlah cairan (ml) yang
hilang pada anak umur>18 tahun

(BB 18-28 kg) sesuai dengan derajat dehidrasi.


Tabel 2.3
anak umur >18 tahun (BB 18-28 kg)
No.
1.
2.
3.

Dehidrasi
Ringan
Sedang
Berat

PWL
28
80
80

NWL
68
68
68

CWl
28
28
28

Jumlah
118
140
170

b. Makanan harus diteruskan bahkan ditingkatkan selama diare untuk menghindarkan efek
buruk pada status gizi
c. Antibiotik dan antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin, tidak ada manfaatnya untuk
kebanyakan kasus, termasuk diare berat dan diare dngan panas, kecuali pada :
a) Disentri, bila tidak berespon pikirkan kemungkinan amoebiasis
b) Suspek kolera dengan dehidrasi berat
c) Diare persisten

d. Obat-obatan anti diare meliputi antimotilitas (misal loperamid, difenoksilat, kodein, opium),
adsorben (mis. Norit, kaolin, attapulgit). Anti muntah termasuk prometazin dan klorpromazin.
Tidak ada satupun uobat-obat ini terbukti mempunyai efek yang nyata untuk diare akut dan
beberapa malahan mempunyai efek yang membahayakan. Obat-obat ini tidak boleh diberikan
pada anak <8 tahun.
Tabel 2.4
Penilaian derajat dehidrasi
No. Penilaian
1.
Lihat
:
kedaan
umum
2.
Mata
3.
Air mata
4.
Mulut dan lidah
8.
Rasa haus
6.
7.

A
Baik, sadar

B
Gelisah,
Rewel*

Normal
Ada
Basah
Minum
biasa tidak
haus
Periksa : turgor Kembali
kulit
cepat

Cekung
Tidak ada
Kering
Haus, ingin
minum
banyak*
Kembali
lambat

Hasil
pemeriksaan

Dehidrasi
ringan/sedan
g
Bila ada 1
tanda*
ditambah 1
tanda
atau
lebih tanda
lain

Tanpa
dehidrasi

Terapi

Rencana
terapi A
Penilaian dimulai dengan melihat pada kolom C.

Rencana
terapi B

C
Lesu, lunglai,
atau
tidak
sadar*
Sangat cekung
Tidak ada
Sangat kering
Malas minum
atau tidak bisa
minum*
Kembali
sangat
lambat*
Dehidrasi
berat
Bila ada 1
tanda*
ditambah
1
atau
lebih
tanda lain

Rencana terapi
C

Rencana pengobatan A
Digunakan untuk:
a. Mengatasi diare tanpa dehidrasi
b. Meneruskan terapi diare dirumah
c. Mmeberikan terapi awal bila anak terkena diare lagi
Tiga cara dasar terapi dirumah adalah sebagai berikut:
1) Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi
2) Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi
3) Bawa anak kepada petugas bila anak tidak membaik dalam 3 hari
*Jika akan diberikan larutan diare dirumah, tunjukan kepada ibu jumlah oralit yang diberikan
setiap habis buang air besar dan berikan oralit yang cukup untuk 2 hari.

Kebutuhan oralit per kelompok umur


Umur
<12 bulan

1.
2.
3.
4.

Jumlah
oralit Jumlah oralit yang
yang
diberikan disediakan di rumah
tiap b.a.b
80-100 ml
400
ml/hari
(2
bungkus)

1-4 tahun

100-200 ml

>8 tahun

200-300 ml

Dewasa

300-400 ml

600-800 ml/hari, 3-4


bungkus
800-1.000 ml/hari, 48 bungkus
1.200-2.800 ml/hari

Cara memberikan oralit:


Berikan sesendok teh tiap 1-2 menit untuk anak dibawah umur 2 tahun.
Berikan beberapa teguk dari gelas untuk anak lebih tua.
Bila anak muntah, tunggulah 10 menit. Kemudian berikan cairan lebih sedikit (misalnya
sesendok tiap 1-2 menit).
Bila diare berlanjut setelah bungkus oralit habis, beritahu ibu untuk memberikan cairan lain
seperti dijelaskan dalam cara pertama atau kembali kepada petugas kesehatan untuk
mendapatkan tambahan oralit.
Rencana pengobatan B
Dalam 3 jam pertama berikan 78 ml/kg BB atau bila berat badan anak tidak diketaui dan atau
memudahkan dilapangan, berikan oralit paling sedikit sesuai tabel dibawah ini:
Jumlah oralit yang diberikan 3 jam pertama
Umur
<1 tahun
1-8 tahun
>8 tahun
Dewasa
Jumlah
300 ml
600 ml
1.200 ml
2.400 ml
oralit
Rencana pengobatan C
Ikuti arah panah. Bila jawaban dari pertanyaan ya, teruskan ke kanan. Bila tidak, teruskan ke
bawah.
Cairan intravena yang dianjurkan adalah Ringer laktat. Bila tidak
tersedia garam faal (9 gram NaCl/I), larutan DG ana (28 gram atau
80 gram/I) atau Dekstrose 2 a (80 gram atau 100 gram/I) dapat
digunakan. Larutan intravena ynag mengandung hanya glukosa tidk
boleh digunakan.

Mulai diberi cairan IV segera. Bila penderita bisa minum, berikan oralit sewaktu cairan IV
dimulai. Beri 100 mg/kg cairan Ringer Laktat (atau garam normal) dibagi sbb:
umur
Bayi
Anak
<12
>1
bulan
tahun
Pemberian 1
1 jam
-1 jam
Kemudian
5 jam
2-3
jam
Ulangi bila nadi masih lemah atau tidak teraba
Nilai kembali penderita tiap 1-2 jam. Bila rehidrasi belum tercapai percepat tetesan intravena.
Juga berikan oralit (5 ml/kg/jam) bila penderita minum; biasanya setelah 3-4 jam (bayi) atau 1-2
jam (anak).
Setelah 3-6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi penderita menggunakan bgan penilaian.
Kemudian pilihlah rencana yang sesuai ( A, B dan C) untuk melanjutkan pengobatan.

Skema rencana pengobatan


Dapatkah anda memberikan cairan
intravena

Ya

Tidak

Adakah pengobatan terdekat


(dalam 30
menit)

Kirim penderita untuk pengobatan intravena


Bila penderita bisa minum, sediakan oralit untuk ibu dan tunjukan cara memberikan
selama di perjalanan.

Ya
Mulai rehidrasi dengan selang nasogatrik
Berikan 20 ml/kg/jam selam 6 jma(total 120 ml/kg)
Nilailah penderita tiap 1-2 jam
- Bil amuntah atau perut kembung berikan cairan pelan-pelan
Apakah anda dapat- Bila rehidrasi tidak tercapai setelah 3 jam, kirim penderita untuk

Tidak

menggunakan pipa nasogatrik


terapi intravena
untuk rehidrasi ?
Setelah 6 jam nilai kembali penderota dan pilih rencana
pengobatan yang sesuai.

Ya

Mulai rehidrasi melalui mulut dengan oralit. Berikan 10 ml/kg/jam selama 6jam (total 120
ml/kg).
Nilailah penderita setiap 1-2 jam:
- Bila muntah atau perut kembung berikan cairan pelan-pelan
- Bila rehidrasi tidak tercapai setelah 3 jam, kirim penderita untuk terapi intravena.
- Setelah 6 jam nilai kembali penderita dan pilih rencana yang sesuai.

Tidak
Apakah penderita bisa minum ?

Ya

Segera kirim anak untuk rehidrasi melalui


nasogastrik atau intravena.

Tidak

CATATAN :
a. Bila mungkin amati penderita sedikitnya 6 jam setelah rehidrasi untuk memastikan bahwa ibu dapat menjaga
mengembalikan cairan yang hilang dengan member oralit.
b. Bila umur diatas 2 tahun dan kolera baru saja terjangkit di daerah anda, pikirkan kolera dan beri antibiotik yang tepat
secara oral begitu anak sadar.

BAB III

BAB III
TINJAUAN KASUS

Unit

: Anak

Autoanamnesa

Kamar
: 203/1
Tangagal masuk RS : 8 September 2013
3.1.1

Alloanamnesa
: Orangtua
Tanggal Pengkajian : 9 September 2013

3.1 Anamnesis
Identifikasi

A. Pasien
Nama
Usia
Jenis Kelamin
Anak ke
Jumlah Saudara Kandung
Agama
Suku/Kebangsaan
Pendidikan
Alamat Rumah

: An. A
: 8 bulan
: Perempuan
: 3 (tiga)
: 2 (dua)
: Islam
: Jawa/Indonesia
: Belum sekolah
: Rawa Lele

B. Penanggung Jawab
Nama
Usia
Agama
Suku/Kebangsaan
Alamat Rumah
Hubungan dengan Pasien
Nomer Telepon

: Tn. S
: 38 tahun
: Islam
: Jawa/Indonesia
: Rawa Lele
: Orangtua
: 087878646xxx

3.1.2

Keluhan Utama
Orang tua anak mengatakan bahwa datang ke rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
dengan alasan ingin memeriksakan kesehatan anaknya yang mengalami keluhan panas lebih

dari lima hari yang lalu sepanjang hari sebelum masuk rumah sakit, mencret-mencret encer
4x dalam sehari dan sudah berlangsung selama 2 hari.
3.1.3

Riwayat Antenatal
Penyakit/infeksi saat hamil
Tempat dan frekuensi ANC
Imunisasi yang diperoleh saat ANC &
Frekuensi
Kebiasaan Ibu Selama Hamil
Obat/Jamu yang diminum selam Hamil

: Tidak ada
: BPS, 4x ANC
: Imunisasi TT1 & TT2
:Melakukan pekerjaan RT
: Tidak ada

3.1.4 Riwayat Kelahiran


Tempat Lahir dan Penolong
Cara dalam Kelahiran
Kompliksi Persalinan
Kondisi saat Lahir
3.1.5 Riwayat Imunisasi
Jenis
BCG
Hepatitis
DPT
Imunisasi
Terakhir
diberikan
Frekuensi
pemberian

3.1.6

: BPS & penolong Bidan


: spontan dan lamanya 20 menit
: Tidak ada
: Baik
Polio

Campak

9
20
Mei 19 Juni 19 Juni Februari 2013
2013
2013
2013
1x
2x
3x
3x
-

DT
-

Dan
lainlain
-

Riwayat Kesehatan

A. Riwayat Perkembangan Anak


Orangtua anak mengatakan bahwa anaknya berumur 8 bulan sudah bisa merangkak, bicara
tidak ada makna, sudah memegang benda kecil, saat 6 bulan sudah bisa duduk tanpa dibantu,
dan mendapatkan imunisasi dasar lengkap serta berkembang sesuai dengan usianya.
B. Riwayat Penyakit yang Sedang diderita
a. Pasien
Orangtua anak mengatakan bahwa anaknya sedang menderita penyakit diare dan anaknya
tidak pernah menderita penyakit menular seperti (HIV/AIDS, TBC, Hepatitis), penyakit
menurun seperti (Diabetes Mellitus, Hipertensi dan Asma), dan penyakit menahun seperti
(Jantung dan Ginjal).
b. Orangtua dan Keluarga
Orangtua anak mengatakan bahwa ibu dan ayahnya tidak pernah menderita penyakit menular
seperti (HIV/AIDS, TBC, Hepatitis), penyakit menurun seperti (Diabetes Mellitus, Hipertensi
dan Asma), dan penyakit menahun seperti (Jantung dan Ginjal).
C. Penyuluhan yang Didapat Oleh Orangtua atau Keluarga Terdekat
Orangtua anak mengatakan bahwa dirinya pernah mendapatkan penyuluhan tentang merawat
bayi, pemberian ASI eksklusif serta pemberian nutrisi yang tepat dan seimbang bagi anak.

3.1.7

Riwayat Psikososial Budaya Keluarga


Orangtua anak mengatakan bahwa ibu ayah dan keluarganya sangat senang atas kehadiran
anak ketiganya yang berjenis kelamin perempuan, dikarenakan anak sebelumnya berjenis
kelamin laki-laki semua. Dan yang sekarang putri kecilnya tersebut sudah mulai beranjak
besar.

3.1.8

Pola Kehidupan Sehari-hari

A. Pola Nutrisi
Lama pemberian ASI
Jenis makanan utama
diberikan
Jumlah/Frekuensi pemberian
Nafsu makan

: 6 bulan
: Bubur atau makanan lunak dan ASI tetap
: 3 x sehari
: Sedikit berkurang

B. Pola Eliminasi
a. BAK
Orangtua anak mengatakan bahwa anaknya BAK 8-8x perhari, warna kekuningan, bau khas
dan tidak nyeri.
b. BAB
Orangtua anak mengatakan bahwa biasanya frekuensi BAB 1-2x/hari warna kuning, bau khas
dan konsistensi lembek. Pada saat sakit anaknya BAB 4x perhari warna kuning, bau khas
dan konsistensi encer.
C. Pola Aktivitas
Orangtua anak mengatakan bahwa anaknya sudah berkembang sesuai dengan usianya saat ini
dan aktivitas anak sehari-hari hanya bermain.
D. Pola Istirahat/Tidur
Orangtua anak mengatakan anaknya tidur siang 4 jam (12.00 16.00 WIB) dan tidur malam
10 jam (21.00 07.00 WIB). Semenjak sakit pola tidur/istirahat tidak teratur.
E. Personal Hygiene
Orangtua anak mengatakan bahwa anaknya mandi 2x sehari, menggosok gigi 3x sehari,
mencuci rambut 2x sehari dan mengganti popok/pakaian 2x sehari atau jika basah dan kotor.
3.2
PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal
: 9 September 2013
Jam
: 09.48 WIB
A.

Keadaan Umum
Pasien tampak sakit ringan sedang karena tidak ada tanda-tanda dehidrasi berat.

B. Tingkat Kesadaran
1. Kesadaran secara umum : Composmentis
2. Skala koma Glaslow (Kuantitatif)
Respon motorik
:6
Respon bicara
:5
Respon membuka mata
:4

Jumlah
Kesimpulan (Kualitatif)

: 15
: Baik

C. Tanda-tanda Vital
1. Suhu
: 37,5 C
Lokasi
: Axilla
2. Nadi
: 98 x/menit
Jenis
: Reguler
3. Pernapasan : 35 x/menit
Irama
: Teratur
Jenis
: Perut
D.
1.
2.
3.
4.
5.

Antropometri
BBL/TBL
Lingkar Lengan Atas
BB (k/p sebelum/sesudah)
Tinggi Badan
Index Masa tubuh (IMT)
Kesimpulan Berat Badan

: 2800 gram/48 cm
: 9 cm
: 8 kg
: 70 cm
:
:

E. Survei Umum
1. Ekspresi wajah mengantuk
: Tidak ada
2. Banyak menguap
: Tidak ada
3. Palpebra inferior berwarna gelap : Tidak ada
4. Kontak mata
: Baik
5. Edema
: Tidak ada
6. Icterik
: Tidak ada
7. Peradangan
: Tidak ada
8. Lesi
: Tidak ada
9. Postur Tubuh
: Lordosis
10. Gaya jalan
: Normal
11. Anggota gerak yang cacat
: Tidak ada
12. Tracheostomi
: Tidak ada
13. Perfusi pembuluh perifer kuku
: Tidak ada
14. Aktivitas Harian
a. Makan
:2
b. Mandi
:2
c. Pakaian
:2
d. Kerapihan
:2
e. Buang air besar
:2
f. Buang air kecil
:2
g. Mobilisasi di tempat tidur
:2
h. Kesimpulan
: Bantuan orang
F. Pemeriksaan Head To Toe
1. Inspeksi
A. Kepala
Keadaan kulit kepala
Warna rambut

: Bersih dan tidak ada ketombe


: Hitam

B.

Jumlah
Rontok/Tidak
Ubun-ubun

: Lebat
: Tidak rontok
: Tidak cekung

Muka
Kebersihan
Pucat
Oedema

: Bersih
: Tidak ada pucat
: Tidak ada oedema

C. Mata
Bentuk
Conjungtiva
Sklera
Palpebra

: Tidak ada cekung dan hitam


: Tidak ada pucat
: Tidak ada kuning
: Tidak ada oedema

D. Mulut
Bentuk
Bibir
Gigi
Lidah

: Simetris, tidak ada labio skisis/palate skisis


: Tidak ada stomatitis
: Keadaan gigi rapih dan tidak ada caries
: Bersih

E.

Abdomen
Kebersihan
Pembesar Abdomen

F. Anus
Varices
Oedema
Kelainan

: Bersih
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada oedema
: Tidak ada

2. Palpasi
A. Abdomen
Nyeri Tekan
Turgor Kulit
Kembung

: Tidak ada
: Menurun
: Tidak ada

3. Auskultasi
A. Abdomen
Bising Usus

: Hiperaktif

G. Perkembangan
A. Kembang
a. Motorik Halus
Anak A sudah mampu memasukan mainan kedalam cangkir dan meletakakkan benda ke
tangan orang lain.
b. Motorik Kasar
Anak A sudah bisa duduk secara sempurna dan berbicara seperti ma, pa, mam.

B.

Sistem Neuorologi
Reflek Moro
: Positif / Kuat
Reflek Rooting
: Positif / Kuat
Reflek Graphs / Plantar : Positif / Kuat
Reflek Sucking
: Positif / Kuat
Reflek Tonic Neck
: Positif / Kuat
Reflek Swallowing
: Positif / Kuat
Reflek Babynsky
: Positif / Kuat
3.2
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal
: 9 September 2013
Jam
: 07.30 WIB
3.3.1

Laboratarium

A. Hemoglobin
B. Jumlah Leukosit
C. Hematokrit
D. Jumlah Trombosit
E. GDS
F. Elektrolit
Na
K
Cl
3.2.3

USG
Tidak dilakukan

3.2.4

Lain-lain
Tidak dilakukan

3.2.5

Terapi

: 10,4 G/dl
: 18.800 L
: 32 %
: 481.000
: 71 mg/dl
: 131 mmol/L
: 8,3 mmol/mL
: 112 mmol/mL

A. Infus KA EN 3B + KCl 10 cc
Tetesan
: 10x permenit
B. Lacto B
:2x1
C. Pct
: 3 x sendok teh
D. Zink Syip
: 3 x 1 sendok the
E. Cefotaxim
: 2 x 800 gram yang disuntikan
3.3
PERENCANAAN
Tanggal
: 9 September 2013
Jam
: 10.08 WIB
3.4.1

Lakukan Pemeriksaan pada anak


Dengan melakukanpemeriksaan pada anak diharapkan dapat mengetahui kondisi yang
dialami oleh anak saat ini.

3.4.2

Observasi keadaan umum, kesadaran dan tanda-tanda vital


Diharapkan dengan dilakukan observasi keadaan umum, kesadaran dan tanda-tanda vital,
keadaan pasien dapat dipantau.

3.4.3

Observasi tanda-tanda dehidrasi


Diharapkan dengan dilakukan observasi tanda-tanda dehidrasi pasien tidak mengalami
dehidrasi ke tingkat yang lebih tinggi.

3.4.4

Jelaskan hasil Pemeriksaan kepada ibu ayah dan keluarga


Diharpkan ibu ayah dan keluarga dapat mengerti tentang kondisi anaknya saat ini.

3.4.5

Lakukan rehidrasi dengan memberikan oralit


Diharapkan keadaan anak dapat membaik dan tidak terjadi dehidrasi.

3.4.6 Berikan HE kepada ibu tentang nutrisi dan personal hygiene


A. Nutrisi
Lakukan pengenceran padapemberian susu formula.
B. Persenal Hygiene
a. Jaga kebersihan badan terutama pada kebersihan kuku dan jari.
b. Cara membersihkan botol sesuai dengan standart (sterlisasi).
3.4.7

Berikan terapi kepada pasien


Diharapkan untuk mempercepat kesembuhan pasien.
3.5
PENATALAKSANAAN
Tanggal
: 9 September 2013
Jam
: 10.10 WIB

3.5.1

Melakukan Pemeriksaan kepada anak untuk mengetahui kondisi yang dialami oleh
anak saat ini.

3.5.2
A.
B.
C.
a.

Melakukan observasi keadaan umum, kesadaran dan tanda-tanda vital


Kesadaran
: Composmentis
Keadaan umum
: Cukup
Tanda-tanda Vital
Suhu
: 37,8 C
Lokasi
: Axilla
b. Nadi
: 98 x/menit
Jenis
: Reguler
c. Pernapasan
: 38 x/menit
Irama
: Teratur
Jenis
: Perut

3.5.3
A.
B.
C.

Observasi tanda-tanda dehidrasi


Mata
: Tidak ada cekung dan hitam
Turgor Kulit
: Menurun
Abdomen
: Kembung (+), Bising Usus (+)

3.5.4

Menjelaskan hasil Pemeriksaan kepada ibu ayah dan keluarga pasien untuk
mengetahui kondisi pasien saat ini.

3.5.5

Melakukan rehidrasi dengan memberikan oralit

3.5.6

Berikan HE kepada ibu tentang nutrisi dan personal hygiene

A. Nutrisi
Diet rendah serat dengan cara melakukan pengenceran pada pembuatan susu formula.
B. Personal Hygiene
a. Menjaga kebersihan badan terutama pada kebersihan kuku dan jari.
b. Cara membersihkan botol sesuai dengan standart (sterlisasi) yaitu dengan cara merebus botol
kedalam air mendidih 20 menit untuk menghilangkan kuman / bakteri yang tertinggal
didalam botol susu.
3.5.7 Memberikan terapi kepada pasien
A. Infus KA EN 3B + KCl 10 cc
Tetesan : 10x permenit
B. Lacto B : 2 x 1
C. Pct
: 3 x sendok teh
D. Zink Syip : 3 x 1 sendok the
E. Cefotaxim
: 2 x 800 gram yang disuntikan
3.6 EVALUASI
Tanggal
: 9 September 2013
Jam
: 10.12 WIB
3.6.1

Subyektif
Orangtua ank mengatakan mengerti dengan penjelasan yang telah diberikan oleh petugas dan
dapat mengulang kembali apa yang telah dijelaskan oleh petugas.

3.6.2
A.
B.
C.

Obyektif
Kesadaran
: Composmentis
Keadaan Umum : Cukup
Tanda-tanda Vital
a. Suhu
: 37,8 C
Lokasi
: Axilla
b. Nadi
: 98 x/menit
Jenis
: Reguler
c. Pernapasan
: 38 x/menit
Irama
: Teratur
Jenis
: Perut
D. Mata
: Tidak cekung dan hitam
E. Turgor Kulit
: Menurun
F. Abdomen
: Kembung (+), Bising Usus (+)

3.6.3

Assement
Anak A usia 8 bulan dengan diare dehidrasi ringan.

3.6.4

Planning

A. Menginformasikan hasil Pemeriksaan kepada ibu ayah dan keluarga pasien untuk mengetahui
kondisi pasien saat ini.

B.
C.
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Melakukan pemberian oralit untuk mencegah dehidrasi.


Memberikan HE pada ibu tentang :
Personal hygiene
Nutrisi
Pentingnya pemberian cairan dan cara membersihkan botol
Membiasakan memcuci tangan sebelum dan sesudah merawat anak
Minum obat secra teratur
Kontrol uang 3 hari lagi pada tanggal 13 September 2013 atau sewaktu-waktu jika ada
keluhan.
D. Memberikan terapi kepada pasien
a. Infus KA EN 3B + KCl 10 cc
Tetesan
: 10x permenit
b. Lacto B
:2x1
c. Pct
: 3 x sendok teh
d. Zink Syip
: 3 x 1 sendok the
e. Cefotaxim
: 2 x 800 gram yang disuntikan

DATA PERKEMBANGAN
Tanggal
Jam

: 10 September 2013
: 09.30 WIB

A. Subyektif
Orangtua anak mengatakan bahwa anaknya sudah lebih membaik, tidak ada demam dan
mencret-mencret, BAB sudah normal seperti biasanya setelah diberikan pengobatan.
B.

Obyektif
Tanggal : 10 September 2013
Jam
: 09.30 WIB

1.

Keadaan Umum
Tanggal
: 10 September 2013
Jam
: 09.30 WIB

1)
2)
3)
a.

Kesadaran
: Composmentis
Keadaan umum : Cukup
Tanda-tanda Vital
Suhu
: 36,9 C
Lokasi
: Axilla
b. Nadi
: 98 x/menit
Jenis
: Reguler
c. Pernapasan
: 38 x/menit
Irama
: Teratur
Jenis
: Perut
2.

Pemeriksaan Head To Toe


Tanggal
: 10 September 2013
Jam
: 09.38 WIB

a. Inspeksi
a)

Kepala
Keadaan kulit kepala
: Bersih dan tidak ada ketombe
Warna rambut
: Hitam
Jumlah
: Lebat
Rontok/Tidak
: Tidak rontok
Ubun-ubun
: Tidak cekung

b)

Muka
Kebersihan
Pucat
Oedema

: Bersih
: Tidak ada pucat
: Tidak ada oedema

Mata
Bentuk
Conjungtiva
Sklera
Palpebra

: Tidak ada cekung dan hitam


: Tidak ada pucat
: Tidak ada kuning
: Tidak ada oedema

c)

d)

Mulut
Bentuk
Bibir
Gigi
Lidah

: Simetris, tidak ada labio skisis/palate skisis


: Tidak ada stomatitis
: Keadaan gigi rapih dan tidak ada caries gigi
: Bersih

e)

Abdomen
Kebersihan
: Bersih
Pembesar Abdomen : Tidak ada

f)

Anus
Varices
Oedema
Kelainan

: Tidak ada
: Tidak ada oedema
: Tidak ada

b. Palpasi
a) Abdomen
Nyeri Tekan
Turgor Kulit
Kembung

: Tidak ada
: Menurun
: Tidak ada

c. Auskultasi
a) Abdomen
Bising Usus
3.

: Tidak ada

Pemeriksaan Penunjang
Tanggal
: 10 September 2013
Jam
: 09.88 WIB

a. Laboratarium
Tidak dilakukan
b. USG
Tidak dilakukan
c. Lain-lain
Tidak dilakukan
d. Terapi
a) Infus KA EN 3B + KCl 10 cc
Tetesan
: 8x permenit
b) Lacto B
:2x1
c) Pct
: 3 x sendok teh
d) Zink Syip
: 3 x 1 sendok the
e) Cefotaxim
: 2 x 800 gram yang disuntikan
C. Assement
Anak A usia 8 bulan dengan dehidrasi ringan.
D. Planning

a.
b.
c.
a)
b)
c)
d)
e)
f)
d.
a)
b)
c)
d)
e)

Menginformasikan hasil Pemeriksaan kepada ibu ayah dan keluarga pasien untuk
mengetahui kondisi pasien saat ini.
Melakukan pemberian oralit untuk mencegah dehidrasi.
Memberikan HE pada ibu tentang :
Personal hygiene
Nutrisi
Pentingnya pemberian cairan dan cara membersihkan botol
Membiasakan memcuci tangan sebelum dan sesudah merawat anak
Minum obat secra teratur
Kontrol uang 3 hari lagi pada tanggal 13 September 2013 atau sewaktu-waktu jika ada
keluhan.
Memberikan terapi kepada pasien
Infus KA EN 3B + KCl 10 cc
Tetesan
: 10x permenit
Lacto B
:2x1
Pct
: 3 x sendok teh
Zink Syip : 3 x 1 sendok the
Cefotaxim : 2 x 800 gram yang disuntikan

BAB IV
PEMBAHASAN
Pada uraian perkembangan kasus, penulis menerapkan asuhan pada bayi. Pada Bab ini
penulis akan menyajikan pembahasan dengan membandingkan antara tinjauan teori dan
tinjauan kasus pada An.A.
Menurut Winardi (1981), tanda dan gejala diare adalah dengan meningkatnya frekuensi
buang air besar lebih dari tiga kali sehari disertai adanya perubahan bentuk dan konsistensi
tinja penderita. Hal ini terdapat kesesuaian antara teori dengan kasus An. A, bahwa tandatandatersebut adalah buang air besar lebih dari tiga kali sehari.
Pada kasus An. A didapatkan bahwa An. A mengalami diare dehidrasi ringan dengan
buang air besar lebih dari 4x sehari yaitu dengan ditemukannya tinja yang encer, teori dan
kasus ini sesuai dengan pernyataan oleh (Ngastiah, 1998).
Menurut Mansjoer (2000), penanganan dari diare dengan dehidrasi ringan adalah
personal hygine, pemberian nutrisi yang cukup seperti pemberian cairan dan makanan
pengganti ASI, melakukan cuci tangan sebelum merawat An. A, membersihkan botol yang
bersih apabila anak menggunakan susu formula, dan pemberian obat secara teratur sesuai
anjuran dokter.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari
biasanya (normal 100-200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair
(setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat
Pada kasus An. A, 8 bulan, dengan diare di Rumah Sakit Umum Kab. Tangerang. Pasien
dirawat selama 3 hari. Tiap empat jam sekali dilakukan observasi keadaan umum anak, mulai
dari tanda-tanda vital,ubun-ubun, mata, mulut, perut, kulit,rectum. Pada hari pertama tanggal

08 September 2013 orang tua An.A mengatakan bahwa anaknya mengalami keluhan panas
lebih dari 8 hari yang lalu sepanjang hari sebelum masuk rumah sakit, mencret-mencret encer
4x dalam sehari dan sudah berlangsung selama 2 hari. Pada hari kedua tanggal 9 September
2013 orang tua An.A mengatakan kondi anaknya sudah membaik, BAB 2x sehari dan tidak
terlalu encer, mobilisasi baik, dokter mengatakan An.A sudah diperbolehkan pulang pada
tanggal 10 September 2013.
Pada teori dan kasus An.A tidak banyak terjadi kesenjangan, perawat telah melakukan
apa yang telah menjadi wewenangnya yaitu bila ada kasus diare harus segera melakukan
tindakan dan observasi agar tidak terjadi komplikasi yang berkelanjutan.
5.2 Saran
5.2.1. Bagi Penulis
Agar penulis dapat meningkatkan keterampilan yang dimiliki untuk melakukan asuhan
kebidanan pada anak dengan kasus diare sesuai dengan standart profesi kebidanan dan dapat
mengatasi kesenjangan yang terkadang timbul antara teori yang didapat diperkuliahan dengan
praktek yang nyata dilahan serta dapat mengaplikasikan teori yang didapat dengan
perkembangan ilmu kebidanan terbaru.
5.2.2. Bagi Lahan Praktek
Untuk bidan maupun petugas tenaga kesehatan lainnya, diharapkan dapat memberikan
asuhan kebidanan pada anak dengan kasus diare dan mencegah terjadinya komplikasi yang
berkelanjutan.
5.2.3. Bagi Klien
Diharapkan orang tua lebih memahami pentingnya kesehatan untuk kesejahteraan
dan meningkatkan pengetahuan tentang diare. Dukungan keluarga sangat berarti untuk anak
selama masa pertumbuhannya.
5.2.4. Bagi Institusi Pendidikan
Agar institusi dapat menilai sejauh mana kemampuan mahasiswa dalam menerapkan
pengetahuan yang telah didapat dengan mempraktekkan dan menerapkannya pada klien
secara langsung.

DAFTAR PUSTAKA
Hassan, Resepno dan Alatas Husein. 1985. Ilmu Kesehatan Anak FKUI RCCMC. Jakarta :
Infomedika
Kosim, M Soleh dkk. 2012. Buku Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir Untuk Dokter,
Perawat, Bidan di Rumah Sakit Rujukan Dasar. Departemen Kesehatan RI
Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran FKUI. Jakarta : Media Aesculapis
Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran FKUI. Jakarta : Media Aesculapis
Marni dan Kukuh Rahardjo. 2012 Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Noer, Saifullah. 1996. Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 FKUI. Jakarta : Gaya Baru
Rukiyah dan Lia Yulianti. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Jakata : Trans Info
Media
Pearce, Evelyn C. 2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : PT. Gramedia
Uliyah, Musrifatul dan A. Aziz Alimul Hidayat. 2009. Keterampilan Dasar Praktik Klinik untu
Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika
http://robiatuladawiyah64.blogspot.co.id/2014/05/laporan-kasus-pada-a-umur-8bulan.html

Vous aimerez peut-être aussi